PART VI
" masss...." kata Lusi kaget melihatku berpelukan dengan Febby. Dia menangis melihatku dan berlari pergi meninggalkanku. Sepertinya Ia
" eh... sayaang... tungguuu... aku bisa jelasin iiii....." kataku terhenti setelah Lusi pergi.
" maaf sat.. gara-gara aku kamu jadii..." kata Febby merasa bersalah
" ssstt... gak pa pa kok feeeb,, aku bisa jelasin ke dia nanti... kamu udah sarapan belum feb??" jelasku sembari bertanya pada Febby.
" beluum sempet sat.. tadi keburu kesini dulu. Aku belum sempet nengok kamu." Jelasnya
" hmmm.. jadi kamu relain bolos sekolah Cuma demi nengok aku?? Well that's sweet.. but don't worried about me. Just pray for me and I'll be fine." Jawabku sambil menatapnya dengan lembut dan kasih sayang sebagai seorang teman.
" kamu makan dulu gih feb,, aku juga laper nih.. tuh didepan ada tukang bakso. Pesen aja trus suruh anter kesini." Kataku kemudian.
Febby hanya mengangguk dan bergegas pergi untuk memesan bakso dan kembali menemaniku sambil berbincang-bincang sebentar.
" oiya... kamu jangan patah semangat ya.. jangan berhenti jalani hidup yang sudah susah-susah kamu bangun ini.. mungkin sekarang hidupmu berantakan akibat kejadian itu.. tapi kamu juga harus tau.. ada seseorang di luar sana yang bakal bantu kamu,, bakal dukung kamu,, ngejagain kamu dan sayangin kamu apa adanya. Yang pasti,, kamu harus selalu senyum dan jalani kembali kehidupanmu." Kataku pelan. Febby hanya mengangguk dan kemudian tersenyum manis kepadaku.
" naaah... gituu... itu baru Febby yang kukenaaall.." kataku kemudian sambil membalas senyumnya.
" misiii.. mas,, baksonya sudah jadi." Kata tukang bakso mengagetkan kami sambil menyerahkan sebuah beki berisi pesanan kami.
" makasih pak. Taro situ aja. Nih pak uangnya." Kataku sambil menunjuk meja dekat pintu dan mengeluarkan selembar 20 ribuan dan kuberikan fada Febby. Febby kemudian berjalan dan memberikan uang itu pada tukang bakso dan setelah itu mengambil semangkuk bakso di meja.
" mau pake apa sat? sambel?? Kecap?? Saus??" tanya Febby.
" gitu aja. Aku gak suka kalo dicampur-campur feb.." jawabku. Febby hanya tersenyum dan kembali kearahku.
" tak suapin yah?? Aaak..." katanya sambil memberiku sebuah sendok yang berisi potongan bakso dan sedikit mi dengan mulut terbuka.
" eh.. makasih febb.. jadi ngrepotin.." kataku sebelum melahap bakso itu. Kami hanya saling tersenyum ketika Febby menyuapiku. Setelah punyaku habis, Febby kemudian mengambil mangkuknya dan memakannya.
" feb,, gantian dooong... aku juga mau suapin kamu.." kataku sambil memohon
" sayaaaang... tangan kamu tu lagi sakiit... udah deh.. gak usah maksa gitu..." katanya sambil menatapku tajam. Aku hanya cemberut mendengarnya.
" haaaahh....iya-iyaaaa... hmmmhh... " katanya diawali helaan nafas kemudian dan memegangi mangkoknya yang didekatkan ke arahku setelah melihat mimik wajahku yang cemberut. Setelah menyuapi Febby, aku tersenyum puas. Entah kenapa aku merasa perhatian Febby padaku sama halnya dengan perhatian Lusi. Begitu selesai makan, aku dijemput oleh kedua orang tuaku. Ayahku yang baru datang dari luar kota sangat sedih melihat kondisiku dengan tangan terbungkus kain berwarna coklat. Terlihat senyum yang terpaksa dari mulut ayahku. Setelah berbenah, aku, Febby dan orang tuaku pulang. Febby memilih ikut kerumahku karena dia sedang bolos.
Sampai dirumah, aku merasa bersalah ketika melihat rumah om arta. Febby yang duduk disebelahku hanya menunduk dengan wajah yang sedikit lesu.
" Kaak, ayah pergi ke kantor dulu ya. Mau ada rapat, mama mau sekalian belanja bentar." Kata ayahku yang datang tiba-tiba disebelahku.
" iya yah.. Lagian ada Febby yah. Ayah pergi aja. kakak gak pa pa.." kataku meyakinkan orangtuaku.
" yasudah.. dek Febby,, nitip Satria ya.." kata ayahku pada Febby.
" oh... iya om.." jawab Febby singkat dan sedikit kaget.
Aku hanya terdiam dan melamun setelah orang tuaku pergi. Febby yang merasa bersalah kemudian berdiri dan mengajakku kedalam rumah karena matahari mulai panas. Aku hanya menghela nafas kemudian berdiri dan ikut Febby masuk.
Di ruang tamu, Febby terlihat canggung dan terlihat memikirkan sesuatu.
" sayang" kata Febby pelan sambil mendekatiku yang duduk di sofa panjang.
" hmm??" kataku. Entah kenapa aku mulai terbiasa dipanggil begitu oleh Febby yang bukan pacarku. Tangannya mulai memegang pipiku. Terasa hangat sekali tanganya. Aku heran kenapa Febby bertingkah seperti itu.
" aku sayang banget sama kamu sat." kata Febby pelan. DEG. Jantungku terasa berhenti sejenak mendengar kata-kata itu terlontar dari mulut Febby. Aku merasa kata 'sayang' itu bukan sayang sebagai teman namun sayang yang berarti'cinta'.
" kenapa kamu bilang gitu?? Kaa...." Kataku terhenti ketika telunjuk Febby mendarat tepat di mulutku.
" Kamu terlalu baik sat sama aku. Walaupun aku sudah kotor,, udah diperkosa,, udah gak pantes dijadikan temen,, tapi kamu enggak. Kamu lebih menghargai seorang cewek. Kamu gak pernah liat cewek dari luar. Kamu gak pernah nyakitin cewek. Aku malu sat,, aku malu.. Kamu yang buat aku bertahan selama ini,, kamu yang jadi harapanku. Cuma kamu sat yang bisa ngertiin aku.. Cuma kamuu..." katanya panjang.
Ia mulai menangis setelah mengatakan itu. Aku hanya terdiam dan menatapnya dengan senyumku yang mungkin bisa nenangin suasana hatinya yang sedang gundah. Kuseka airmatanya yang berjatuhan dengan tangan kananku, dan kutarik lehernya dan kupeluk tubuhnya kembali. Ia menangis dibahuku. Tangisannya berhenti ketika ia melepaskan pelukanku dan menghadapku kembali.
" ijinkan aku berterima kasih sat." ujarnya sambil mulai menghapus sisa air matanya yang jatuh.
" maksudmu??" tanyaku kebingungan. Ia hanya tersenyum kecil mendengar ucapanku barusan dan tangannya meraih celana jeansku.
" eh eh feb.. mau ngapain kamu.." kataku kaget sambil melepas tangan Febby yang berusaha membuka kancing celana jeansku.
" udaah... kamu diem aja.." katanya. Tangan kanannya memegangi tangan kananku sehingga aku tidak bisa menghalangi tangan kirinya membuka kancing celanaku.
" eeeh.. feb.. lo lagi mabuk?? Feb... jangan feb... eh..stop febb.." kataku memohon. Sepertinya ia tidak menghiraukanku dan terus berusaha melepas kancing celana jeansku.
" dibilangin kok,, udaaah... kamu teanang aja.. diem yaah??" katanya sambil tersenyum melihatku dan membuka resletingku karena kancingnya sudah terbuka.
" bentar feb...bentarr... jangan dulu... please febb.." pintaku lagi. Kulihat Febby telah berhasil membuka resletingku dan menurunkan celana dalamku. Febby mulai menundukkan kepalanya dan HAP.. seluruh penisku yang masih tertidur dilahapnya. Dalam sepuluh detik, penisku kini sudah mencapai puncaknya. Kegagahannya kini menyembul dan memenuhi mulut Febby.
" aahhhh.." kataku mulai menerima jilatan dari mulut Febby di bagian pangkal penisku.
" mmhh.. mmhh..." desah Febby kettika melahap setengah batang penisku.
" Feeb,, udaahh..." kataku pelan sambil memegangi dan mengelus rambut Febby yang bergelombang. Aku memang sudah horny berkat perlakuan Febby di penisku namun aku masih bisa mengontrol emosiku. Saat itu aku benar benar takut. Takut kalau kejadian ini berlanjut, dan takut kehilangan kekasihku Lusi.
" mmhhlph.. kenapa sat??" tanya Febby penasaran sambil terus memegangi penisku yang tegang dan mengocoknya pelan.
" aku takut Feb.. aku takut kalo ini justru membuat kita jauh..." kataku pelan dengan tatapan yang tajam ke arah Febby. Febby yang sambil mengocok penisku mendadak berhenti dan memandangi wajahku.
" maksudmu??" kata Febby dengan mengerutkan dahinya
" iya.. aku takut kalo ini diterusin,, aku bakal kehilangan teman baik seperti kamu.." jelasku
" aku gak pengen kaya gitu Febb.. aku gak pengen kehilangan siapapun.." kataku kemudian.
" Gak akan sayang... gak akan pernah aku ninggalin kamu gitu aja.. kamu tu sosok yang paling sempurna buat aku.. gak akan ada yang bisa gantiin kamu di hatiku.. Kamu yang buat aku bertahan selama ini.. kamu yang nyuruh aku untuk tetep jalani hidupku.." katanya pelan.
" Tappp...." Mulutku kembali ditutup dengan jarinya. Ia tersenyum kearahku dan kembali melakukan tugasnya yang terhenti.
" hhaahh...nggghhh... Feeb,, tumben gak kena gigi... eank banget kali ini feb.. angeet nngghh..." kataku pelan sambil memegangi kepala Febby yang naik turun.
" mmmhhh.... Mmmhh...hmmmllppphh..." ia hanya mendesah dan terus mengerjaiku.
Sekitar 8 menit kemudian,, rasa gatal mulai mendatangi ujung penisku..
" feb,,feb,,,feebb,,,aahh...ahh... aku mau keluar...." Kataku. Dia justru mempercepat kocokan mulutnya di penisku dan beberapa detik kemudian, otot-otot kakiku mulai mengejang dan rasa geli di ujung kepala penisku mulai keluar. Kenikmatan itu membuatku terbang dengan mata tertutup dan menghadap keatas.
" aaakhhh....aaakkkhh..." desahku pelan ketika spermaku menyembur dengan derasnya di mulut Febby. Febby yang tau aku sedang orgasme, menghentikan kegiatannya dan menahan penisku dimulutnya. Selesai orgasme, pelan-pelan Febby melepaskan penisku dari mulutnya dan menelan kembali seluruh spermaku.
" kok ditelen lagi??" tanyaku keheranan.
" abiiiisssnya enak banget rasanya... apalagi kalo dari itu kamu.." katanya sambil meringis dan memperlihatkan giginya yang putih dan terawat itu. Febby masih memegangi penisku. Dia heran kenapa penisku tak kunjung mengerut.
" kok masih tegang sayang??" katanya keheranan.
" gak tau Feb,, gak biasanya loh.." jelasku kemudian. Tiba tiba Febby berdiri dan melepas celana dalamnya dan memasukkannya di tas sekolahnya.
" Feeeb,,, mo ngapain lagi??" tanyaku
" gak pa pa sayang.. udah deh... kamu diem ajaaa... ya??" jelasnya sambil berjalan kearahku kembali setelah menaruh celana dalamnya ke dalam tas. Kemudian Febby mengangkat rok abu-abunya dan mengangkangi penisku yang masih tegang dan gagah. Tangannya memegangi penisku dan diarahkan ke bibir vaginanya. Ia menggesek-gesekkan kepala penisku di bibir vaginanya. Didepanku sekarang terpampang seorang wanita cantik memakai baju putih dengan lambang OSIS berwarna coklat dan sebuah nama yang tertulis jelas di dada kirinya 'FEBBY MEILINA' dan BLESS, penisku masuk di vagina Febby.
" aaaakkhh,,," desah Febby ketika penisku mulai memenuhi ruang vaginanya yang sempit dan basah. Terasa hangat sekali didalam vagina Febby. Sempit dan berdenyut-denyut memijat batang penisku. Febby mulai menaik turunkan pinggulnya secara berirama. Awalnya pelan tapi semakin lama semakin cepat. Vaginanya sudah mulai licin setelah penisku terpompa sekitar 3 menit.
" mmmhhh.... Emmmhh...tete susuku saatthh... mmmhhh.." tangannya membuka kancing bajunya dan menurunkan branya yang berwarna krem. Tersembulah buah dadanya yang besar itu. Tanpa pikir panjang, segera kulumat payudaranya yang sudah mengeras sejak tadi.
" ooohhh.....mmmmhh.... hhaaahh... teruuss saaat... jilaaatt... mmhhh..." desahnya tak karuan. Kujilati payudara kirinya dan kuremas pelan payudara kanannya. Tanganku yang kiri masih terbungkus kain itu tak bisa apa-apa selain diam. Setelah kira-kira 6 menit aku menjilati dan menggigit kecil putting payudaranya, Febby merasa sudah tak kuat lagi menahan kegelian yang menjalar di tubuhnya. Sesaat, iat memelukku dan tubuhnya mengejang hebat. Ia memelukku dengan sangat erat sampai aku tidak bisa bernafas.
" aaaaaaaaaaahhhh...." Desahnya panjang ketika menikmati deburan ombak yang pertamanya. Kurasakan kehangatan dalam vagina Febby. Cairannya membasahi seluruh penisku yang terbenam sangat dalam di vagina Febby, denyut vaginanyapun terasa di penisku dan cengkraman dinding vaginanya sangat kuat meremas batang kemaluanku.
" mmpphh...ffhheeebb...akkhhhu... ghaak...bhhissa.. nnhhafasshh.." kataku tertahan kehabisan nafas.
" aaahhh... maaaf sayangghh...hhahh..." katanya sambil mengendurkan pelukannya.
" aku capeek sayang.. nngggh... hhuuffh... gantian kamu yang mompa yaah... hhuuuhhh..." pintanya dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
" iyaah..." jawabku singkat. Kulepaskan pelukanku dan tubuhnya kurebahkan disofa dan kuberikan sebuah bantal untuknya agar kepalanya bisa tertahan. Penisku terlepas dari vagina Febby. Kini aku menghadap ke samping. Kaki Febby kuletakkan di atas sandaran sofa, dan satunya kuletakkan di atas kaki kananku. Kuarahkan penisku kembali mendekati bibir vaginanya.
" siaap Febb??" tanyaku pelan sebelum membenamkan penisku dalam vaginanya.
" hm mhh..." jawabnya sambil mengangguk pelan dengan mata tertutup
" aku masukin yaa??" kataku pelan dan BLEESS... penisku kembali memasuki sarangnya. Kulihat Febby mengerutkan dahinya seperti menahan sakit.
" kenapa Feebb?? sakit yaa??" tanyaku
" enggak.. mmhhh..... kaget aja.. gede banget sat.." jawabnya pelan yang matanya masih tertutup.
" fuuuuhhh... mmmhhh..." nafasnya sudah mulai teratur. Akku belum menggerakkan pinggulku. Kutunggu sampai ia meminta.
" kok diem aja saat?? Genjot doonnkk...nnggghh..." katanya. Aku hanya tersenyum saja dan kugerakkan pinggulku maju mundur secara perlahan dan berirama. Setelah merasa sudah cukup licin, kupercepat pompaanku dengan sedikit bantuan kakiku kiriku yang di sofa yang menahan tubuhku agar aku bisa mempercepat pompaanku. Kuangkat sedikit pinggul Febby dengan tangan kananku dan kuhentakkan penisku sedalam-dalamnya.
" aaakkhhh.... Dalem banget sat...nnggghh...hhaaahh.." katanya dengan matanya masih tertutup namun kepalanya menghadap ke atas tubuhnya.
" hehehe.. tapi enakkan??" tanyaku sambil cengengesan.
" hm mhh.... Enak banget... terusin lagi satt... nngghh... ssshh... mmmhhh.." pintanya. Tanpa berkata-kata lagi kupompa kembali vagina Febby yang masih sangat sempit itu. Aku sempat berfikir. Febby yang bukan pacarku sudah 2 kali beginian.. sedangkan Lusi yang justru pacarku malah baru sekali. 'waaah.... Salah nih.. kebalik harusnya..." pikirku.
" nngggghh.... Iyaaahh satt.... Teruuuss...mmmhh... cepetin lagii..... uuuhh... ssshhh... mmhhh... hm mhh.... Iyaaahh.... Mmhh.." desahnya tak karuan ketika kupercepat pompaanku. 10 menit kami dalam posisi ini, Febby tak kuasa lagi menahan orgasmenya yang datang kembali.
" aaahh.... Ssaaat.... Akuu mau keluaarr.... Nnggghhh... yyaah...bentar lagiiih..." erangnya menahan orgasmenya dan 5 detik kemudian.. SYUUURRR... siraman hangat kembali kurasakan di dalam vaginanya.
" aakhhhhh..." pekiknya tertahan dengan mata yang terbelalak menghadap ke arah atas tubuhnya. Tangannya mencengram kakiku dan sofa atas dekat kakinya.
" aaahhhhhh...hhhaaaahh...huuuuffhh... masih belum keluar juga ya saat?? Hhhmmmhh..." katanya disela hembusan nafas yang masih tak beraturan.
" bentar lagi feeb.." kataku pelan. Ia mengambil tangan kananku yang memegangi pinggulnya dan mengarahkannya pada payudaranya yang menyembul disela baju dan branya yang sedikit turun kebawah..
" remasin sayang..." katanya.
[BERSAMBUNG]
Ditunggu komengya gan... maaf cuma segini... capek ane gan... mau tidur...
kalo ada saran,, maupun kritik,, ngomong aja gan... saya pasti terima.
buat gan sanoo... gimana?? udah belum??