Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Fantasi Di Akhir Pekan aku dan istriku

needlenbitch

Guru Semprot
Daftar
5 Nov 2014
Post
531
Like diterima
292
Bimabet
Aku dan istriku tak pernah memiliki
apa yang anda biasa sebut dengan
kehidupan seks yang menarik. Saat
kami melakukan seks, biasanya hanya
dalam posisi yang wajar saja. Irama
kehidupan seks kami yang boleh
kukatakan membosankan itulah, aku
mulai berfantasi tentang 'hal dan
orang lain'. Untuk bahan fantasiku,
aku membiasakan menonton film
porno di malam hari setelah semua
orang di rumah tidur.
Yang mengejutkanku, kebanyakan film
porno itu selalu melibatkan seorang
gadis muda. Dalam usia kepala tiga,
aku tak pernah memikirkan wanita
yang lebih muda sampai aku
menyaksikan film-film itu. Aku sadar
kalau ternyata gadis-gadis muda
sangatlah panas.
Hal lain yang menarik perhatianku
adalah kenyataan kalau permainan
lesbian sangat populer. Aku mulai
tertarik dengan gadis muda yang
mencumbui vagina gadis muda
lainnya yang lembut, basah, dan
biasanya tak berambut.
Melihat film-film itu untuk berfantasi
mulai mengubah kehidupanku. Aku
mempunyai tiga orang anak gadis
yang beranjak remaja. Aku mulai
memperhatikan mereka, kulihat cara
mereka berpakaian, cara jalannya,
dan segala tingkah laku mereka.
Mereka menjadi obsesiku sendiri!
Kuamati lebih detil saat mereka
bangun pagi untuk melihat
putingnya yang mengeras di balik
pakaian tidur mereka. Kunikmati
puting mereka yang terayun saat
mereka berjalan-jalan dalam rumah.
Aku terus mengamati mereka sampai
semuanya beranjak menjadi seorang
gadis muda yang sempurna.
Yang tertua adalah Irma. Dia
mempunyai puting yang paling besar,
branya mungkin D-cup atau lebih
besar. Dia sesungguhnya tak terlalu
cantik, tapi enak dipandang. Aku
yakin teman-teman cowoknya banyak
yang memperhatikan dadanya. Irma
juga mempunya pantat yang kencang
dan besar. Tapi meskipun dia yang
paling tua di antara saudara-saudara
nya, dia sering bertingkah seperti
gadis berusia separuh umurnya.
Yang paling muda Tia. Tia mungkin
yang paling cantik di antara
ketiganya. Masalahnya adalah dia
pemalas, hanya duduk dan tak
mengerjakan apa pun sepanjang
waktu. Jadi pantatnya menjadi
melebar..? Putingnya baru mulai
tumbuh. Dan di samping itu dia
tomboy, aku jadi mempertanyakan
jenis kelaminnya. Dia lebih suka
berada di antara cowok daripada
cewek.
 
Eva yang di tengah, di antara anak-
anakku, bentuk tubuhnya lah yang
terbagus. Bagiku, dia mempunyai
tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki
tubuh yang sempurna dengan bra B-
cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya
yang panjang hingga melewati
bahunya, dan matanya selalu nampak
mempesona. Masalahnya dia yang
paling bandel. Selalu membuat
masalah. Dia juga sadar kalau dia
punya tubuh yang bagus dan selalu
memakai pakaian yang
memperlihatkan hal itu. Di antara
anak-anakku, Eva lah yang jadi bahan
fantasi utamaku. Setiap kali aku
menyetubuhi istriku, Eva lah yang
ada dalam benakku!
Kisah ini bermula dengan Irma dan
temannya Cindy. Cindy setahun lebih
muda, tapi mereka sangat akrab.
Cindy selalu menginap di rumah
kami setidaknya sekali sebulan. Cindy
sangat kurus, dadanya kecil, tapi
sangat manis.
*****
Suatu malam saat Cindy menginap,
aku mulai melihat film porno seperti
biasa. Suaranya kumatikan jadi aku
dapat mendengar kalau ada orang
yang mendekat. Lagipula aku dengar
suara berisik dari kamar Irma. Kupikir
mereka sedang sibuk dengan urusan
gadis remaja dan begadang sampai
pagi ngomongin tentang cowok dan
sekolah, atau apapun yang menjadi
urusan gadis seusia mereka. Entah
bagaimana suara yang kudengar tak
lagi seperti orang yang sedang
ngobrol. Kadang kudengar suara
erangan.. Yang lama-lama cukup
keras juga.
Aku mendekat ke pintu kamar Irma
dan lebih mendengarkan apa yang
tengah terjadi. Dan benar! Itu suara
erangan dan cukup berisik! Kalau
saja pintunya tak tertutup pasti
kedengaran sampai luar dengan
jelas. Lalu aku dengar teriakan
kenikmatan.
Kudorong pintunya sedikit terbuka.
Apa yang kulihat didalam sangat
mengejutkanku. Cindy dan Irma
berbaring di lantai dengan Tia
diantara mereka. Kepala Cindy
berada diantara paha Irma dan
kepala Tia ada di sela paha Irma..
Setelah mataku dapat menyesuaikan
dengan kegelapan kamar itu, kulihat
dada Irma bergerak naik turun
dengan cepat karena nafasnya.
Putingnya ternyata lebih besar dari
yang kubayangkan. Tangannya
memelintir putingnya sendiri saat
Cindy menjilati kelentitnya dan dua
jarinya yang terbenam pada vagina
Irma. Mata Irma terpejam dalam
kenikmatan yang diberikan Cindy.
Aku terus memperhatikan mereka
hingga paha Irma mencengkeram
kepala Cindy dan terlihat sepertinya
dia akan 'memecahkan' putingnya
sendiri saat dia mendapatkan
orgasmenya pada wajah Cindy.
Kelihatannya Cindy juga telah
orgasme dalam waktu yang sama,
karena dia mengangkatkan kepalanya
dari paha Irma dengan cairan vagina
yang menetes jatuh di pipinya
seiring dengan tubuhnya yang
mengejang dan kudengar sebuah
umpatan keluar dari bibirnya. Aku
terkejut mundur saat kurasakan ada
tubuh yang menekan punggungku.
Saat kutengok, kulihat Eva sedang
berdiri di depanku. Eva
memandangku dengan mata
indahnya dan bertanya..
 
"Apa Papa menikmatinya?" lalu dia
melihat ke bawah dan meremas
penisku yang sudah keras.
"Tak perlu dijawab, aku bisa lihat
dan rasa Papa menikmatinya."
"Kenapa Papa tak lepas saja celana
Papa dan bergabung dengan kami?"
tanyanya bersamaan dengan
tangannya yang bergerak masuk
dalam celanaku dan mulai meremas
penisku dengan pelan.
Dan sepertinya aku tak menginginkan
hal lain selain ikut bergabung
dengan anak-anakku, tapi..
"Papa nggak bisa, Mama kalian akan
membunuh Papa." Aku dengar suara
Irma saat aku mulai menjauhi
mereka.
"Papa nggak tahu apa yang Papa
lewatkan!"
Sedihnya, aku tahu apa yang telah
kulewatkan. Aku telah melewatkan
kesempatan untuk mendapatkan tak
hanya satu, tapi empat gadis muda
yang panas. Fantasiku hampir saja
jadi nyata.
Aku pergi ke kamarku dan berbaring
disamping isteriku. Biasanya saat aku
dan isteriku melakukan hubungan
seks terasa hambar. Kali ini saat aku
merangkak ke atas tubuhnya,
kusetubuhi dia dengan keras dan
cepat. Aku keluar dalam beberapa
menit saja, baru saja kukeluarkan
penisku..
"Bagaimana denganku?" kudengar
isteriku bertanya dan memegang
penisku yang masih keras.
Dia bergerak naik di atasku dan
segera memasukkan kembali penisku
dalam vaginanya. Ini pertama kalinya
dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga
pertama kalinya dia di atas. Isteriku
bergerak naik turun dan dapat
kurasakan tangannya yang
mempermainkan kelentitnya saat dia
bergerak diatasku.
Melihat isteriku yang berusaha
meraih orgasmenya membuatku
terangsang kembali. Kuremas
payudarnya, kubayangkan yang
berada dalam genggamanku adalah
milik Irma. Kupelintir putingnya
diantara jariku, keras dan lebih keras
lagi, tak mungkin menghentikan aku.
Dia menggelinjang kegelian,
tangannya semakin menekan
kelentitnya. Ini pertama kalinya
kurasakan cairan vagina isteriku
menyemprot padaku. Orgasmenya
kali ini terhebat dari yang pernah
didapatkannya. Aku jadi berpikir apa
dia benar-benar puas dengan
kehidupan seks kami sebelumnya.
Isteriku mulai melemah. Aku belum
keluar kali ini, jadi kugulingkan
tubuhnya kesamping dan segera
menindihnya. Langsung kuhisap
putingnya dengan bernafsu.
Kusetubuhi dia dengan kekuatan
yang tak pernah kubayangkan
sebelumnya. Aku mulai merasakan
orgasmeku akan segera meledak. Saat
puncakku semakin dekat, kugigit
putingnya sedikit lebih keras, yang
membawanya pada orgasmenya. Dan
saat kurasakan dinding vaginanya
berkontraksi pada penisku,
kutembakkan spermaku jauh didalam
tubuhnya untuk kedua kalinya dalam
tiga puluh menit ini. Kuturunkan
tubuhku dari atasnya.
"Tadi sungguh hebat" kata isteriku.
"Seharusnya kamu lebih sering
seperti tadi."
*****
 
Saat aku bangun keesokan harinya,
isteriku sudah tak ada di sampingku.
Tiba-tiba kejadian tadi malam
kembali terbayang. Kupejamkan
mataku menikmatinya dan tanganku
bergerak kebawah mulai mengocok
penisku yang mengeras. Aku hampir
saja mendapatkan orgasmeku saat
kudengar..
"Kenapa Papa tak membiarkan kami
saja yang melakukan untuk Papa?"
Kubuka mataku segera dan terkejut
saat melihat Irma dan Cindy berdiri
di pintu kamarku. Orgasmeku tak
dapat kucegah seiring dengan
bayangan wajah Cindy yang
belepotan dengan cairannya Irma
yang melintas di benakku.
"Ups, terlambat!" kata Irma saat
mereka meninggalkan kamar.
Aku langsung bangkit dan segera
mandi. Aku hampir selesai mandi
saat tiba-tiba isteriku membuka pintu
kamar mandi dan menyelinap masuk.
"Anak-anak sudah pergi. Ayo
bersenang-senang."
Isteriku berjongkok di depanku dan
memasukkan penisku yang masih loyo
ke mulutnya. Penisku mulai
membesar dalam mulutnya karena
rangsangan lidahnya yang bergerak
liar. Penisku makin membesar dan
kurasakan kepala penisku meluncur
masuk ke tenggorokannya. Dia tak
menariknya keluar dan bibirnya
semakin ditekankan ke rambut
kemaluanku. Lalu kurasakan dia
mulai menelan, gerakan
tenggorokannya serasa ombak hangat
yang basah pada penisku. Dan hal
ini pertama kalinya bagi kami juga.
Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu
yang belum pernah kualami. Isteriku
mempunyai keahlian yang
disembunyikan dariku.
Pelan-pelan dikeluarkannya penisku
dari tenggorokannya lalu
dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia
menatapku dengan penisku yang
terkubur dalam mulutnya dan
dengan pelan dikeluarkannya lagi.
"Kamu menyukainya sayang?"
tanyanya.
Sebelum aku dapat menjawabnya dia
melakukan hal itu lagi, menelanku
seluruhnya. Dia mulai
menggerakkanya keluar masuk dalam
mulutnya, dan tetap memandangku
saat dia melakukan itu. Isteriku
mulai menaikkan temponya hingga
aku tak dapat menahannya lebih
lama lagi saat tiba-tiba dia
berhenti..
"Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum
waktunya. Lubangku yang lain perlu
dimasuki, tahu." katanya.
Isteriku berdiri dan berputar. Dia
membungkuk di depanku,
merapatkan pantatnya padaku.
Penisku terjepit di lubang anusnya
maka kuarahkan pada vaginanya.
"Siapa suruh mengalihkan
senjatamu?" tanyanya.
"Kembalikan ke tempat semula!"
Dia meraihnya dan lalu
mengembalikan penisku ke anusnya,
sesuatu yang pernah kulakukan
sebelumnya, tapi tidak dengannya.
Pelan-pelan dia mendorong
pantatnya ke belakang. Kulihat
barangku jadi bengkok karena
tekanan itu, kepala penisku mulai
membelah lubang anusnya, tapi
belum masuk. Kemudian tiba-tiba
masuk begitu saja, hanya kepalanya
saja.
Dia mengerang. Lalu, dia terus
menekan ke belakang dan
memperhatikan aku memasukkan
batang penisku seluruhnya. Aku tak
dapat menolak rangsangan ini, kuraih
pinggangnya dan mendorong lebih
keras lagi untuk memastikan aku
telah memasukinya seutuhnya.
Kuputar pinggangku, memastikan dia
dapat merasakan setiap mili
senjataku didalamnya, aku terpukau
akan pemandangan penisku yang
terkubur dalam lubang anusnya. Lalu
perlahan aku bergerak mundur.
 
Saat hampir seluruhnya keluar
kemudian kutekan lagi ke depan.
Berikutnya aku benar-benar
keluarkan penisku dan menggodanya,
mengoleskan kepalanya saja pada
lubang anusnya. Lalu benar-benar
kusingkirkan menjauh dan
melesakkan batang penisku kembali
kedalam lubang anusnya. Aku
bergerak maju mundur dengan cepat.
Pelan, cepat, pelan dan keras. Tak
terlalu lama orgasmeku mulai naik.
Dia pasti dapat merasakannya karena
dia mulai memainkan tangannya
pada vaginanya, berusaha untuk
meraih orgasmenya sendiri. Untung
saja dia mendapatkannya sebelum
aku.
Saat kurasakan orgasmenya segera
meledak, aku bergerak semakin liar.
Pantatnya bergoyang dalam setiap
hentakan. Dia mulai mengerang
dengan keras seiring hentakanku
terhadapnya. Tak kuhentikan
gerakanku saat orgasme
merengkuhnya, milikku segera
datang! Kudorong diriku sejauh yang
kubisa dan membiarkan spermaku
bersarang dalam lubang anusnya.
Isteriku berteriak saat orgasme
datang padanya secara
berkesinambungan seiring ledakan
spermaku yang kuberikan padanya.
Akhirnya, aku selesai, tapi dia
mendapatkan orgasme sekali lagi saat
kepala penisku keluar dari jepitan
lubang anusnya.
Isteriku membersihkan tubuhku lalu
mendorongku keluar dari kamar
mandi. Aku melangkah ke kamar kami
dan berganti pakaian. Baru saja aku
selesai memakai pakaian saat isteriku
keluar dari kamar mandi dan muncul
dalam kamar.
"Tadi benar-benar indah" katanya.
"Mungkin kita harus mengulanginya
lagi nanti. Sekarang keluarlah dan
nonton TV."
*****
Anak-anakku, tanpa Cindy pulang tak
lama kemudian. Semuanya
bertingkah normal. Aku lihat
pertandingan bola, dan mereka
melakukan apa yang biasa mereka
kerjakan di hari Minggu sore.
 
Sisa seminggu itu normal-normal
saja. Gadis-gadis pergi ke sekolah
dan Isteriku pergi kerja seperti
biasanya. Tak ada seorangpun yang
bicara atau menanyakan tentang
kejadian minggu lalu. Isteriku terlalu
letih tiap malamnya sepulang dia
kerja. Anak-anakku juga bersikap
seperti tak pernah terjadi apapun.
Aku jadi mulai berpikir apakah itu
hanya khayalanku atau aku bermimpi
tentang itu?
Saat aku pulang kerja di hari Jum'at,
anak-anaku meminta ijinku apa
temannya boleh menginap nanti
malam. Cindy ingin meghabiskan
kembali akhir minggunya bersama
kami dan Eva ingin temannya Ami
bermalam juga. Aku suka Ami. Dia
anggun. Kalau saja aku masih remaja,
aku pasti akan mengajaknya kencan.
Dia, seperti Eva, memiliki sosok
sempurna. Bedanya Ami memiliki
wajah yang dapat membuatnya
dengan mudah jadi seorang model
kalau dia mau.
Malam harinya semuanya pergi tidur
lebih awal. Mereka benar-benar ingin
lepas dari rutinitas hariannya, baik
itu sekolah atau kerja. Saat kami
bangun hari Sabtunya, semua orang
memintaku untuk mengadakan pesta
kebun. Maka, isteriku maengajak
mereka semua pergi ke toko untuk
belanja. Aku beristirahat sejenak
kemudian pergi mandi. Ada kerjaan
menungguku saat mereka pulang
nanti.
Saat mereka akhirnya pulang,
sepertinya mereka memborong semua
barang-barang di toko. Aku bilang
pada mereka kalau hanya aku saja
yang memasak pasti tak akan selesai.
Bisa kacau jadinya. Akhirnya mereka
bersedia berbagi tugas. Dengan
semua belanjaan yang mereka
borong, memerlukan hampir dua jam
untuk memasaknya. Badanku bau
asap dan terasa sangat letih. Saat
aku masuk kedalam rumah, tak ada
seorangpun di ruang keluarga
ataupun dapur.
"Hey! Dimana kalian?" teriakku,
"Saatnya makan!"
"Ya!" kudengar jawaban dari kamar
Irma. Tapi tak ada seorangpun yang
datang untuk makan.
"Hey, kalian sedang apa sih? Apa
nggak ada yang mau makan?" tanyaku
jengkel.
"Ada!" kembali hanya jawaban yang
kudengar dari kamar Irma.
Aku mendekat ke kamar Irma dan
ternyata pintunya sedikit terbuka.
Saat aku menengok kedalam, kulihat
para gadis dengan berbagai posisi
tanpa pakaian. Kudorong pintunya
agar lebih terbuka.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Sedang menunggu Papa." Eva
menjawab dan mendekat lalu
menarik tanganku agar masuk.
"Kami membiarkan Papa minggu
kemarin, tapi akhir pekan ini Papa
tak akan dapat lolos dengan mudah."
"Sudah Papa bilang. Mama kalian
akan membunuhku!" tangkisku.
"Tidak, aku tak akan melakukannya!"
kudengar suara isteriku saat kulihat
dia mengangkat kepalanya di antara
paha Irma.
"Gadis-gadis ini menginginkanmu!
Bisa apa aku menolak mereka?"
Eva menarik tanganku ke tengah
kamar. Baru kemudian aku sadar
kalau dia tak mengenakan selembar
benangpun. Kupandangi tubuhnya.
Apa yang kusaksikan ini jauh lebih
baik dari yang kubayangkan.
Payudaranya besar tapi kencang
dengan putingnya yang menunggu
untuk segera dihisap.
"Bisa apa aku menolak mereka?"
pikirku saat aku rendahkan tubuhku
dan mulai menghisap puting itu.
Kurasakan puting Eva membesar
dalam mulutku, lalu kutaruh diantara
gigiku dan mulai menggigitnya pelan.
Saat aku sedang sibuk dengan itu
kurasakan ada tangan yang menarik
turun resletingku. Lalu tangan itu
merogoh kedalam celana dalamku
dan mengeluarkan penisku. Aku
melihat ke bawah dan kudapati Ami
sedang mengarahkan penisku ke
mulutnya dan segera saja dihisapnya.
Kutelusuri lekuk tubuh Irma dengan
tanganku sampai pada vaginanya
yang tak berambut, dan menyelipkan
jariku padanya. Dapat kurasakan
kehangatan dalam vaginanya dan
basah saat jariki kutekankan masuk
dengan pelan. Aku berusah untuk
mendorongnya lebih dalam lagi, tapi
terasa ada yang menahan gerakanku.
Eva memandangku..
 
"Ya, Eva masih perawan, dan jari
Papa adalah benda pertama yang
memasuki vagina Eva. Eva harap
penis Papalah yang kedua." aku
membungkuk dan mencium Eva, bibir
kami seakan melebur bersama,
sebuah ciuman yang sempurna.
Sementara itu, Ami masih
mengoralku. Usahanya jelas
berdampak padaku. Aku melihat
kebawah, kepalanya bergerak maju
mundur pada batang penisku. Aku
tak ingin mengeluarkan sperma
pertamaku dalam mulut Ami
sedangkan ada pilihan lainnya.
Vagina perawan Eva dihadapanku.
Maka kukeluarkan penisku dari mulut
Ami.
"Kita dapat melanjutkannya nanti."
kataku padanya.
Kudorong Eva ke tempat tidur,
menindihnya dengan lembut. Kucium
dia lagi lalu ciumanku bergerak ke
sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati
lehernya, dan kutinggalkan bekas
disana agar dia mengingat kejadian
indah ini nantinya. Kemudian aku
bergerak ke dadanya, menghisapi
putingnya. Ini mengakibatkan
beberapa lenguhan keluar dari
mulutnya. Saat kugigit lembut
putingnya dan punggungnya
terangkat sedikit keatas karena
terkejut. Lalu turun ke perutnya
hingga akhirnya bermuara pada
vaginanya yang tak berambut.
Kupandangi sejenak lalu kubenamkan
hidungku pada celahnya. Aroma yang
keluar dari vaginanya semakin
membuatku mabuk. Saat kugantikan
hidungku dengan lidah, akibatnya
jadi jauh lebih baik lagi. Saat ujung
lidahku merasakan untuk pertama
kalinya hampir saja membuatku
orgasme! Eva telah basah dan siap
untuk aksi selanjutnya. Penisku
membesar dan keras hanya dengan
membayangkan apa yang segera
menantiku didepan wajahku ini.
Ciumanku bergerak keatas dan
berlabuh dalam lumatan bibirnya
lagi seiring dengan kepala penisku
yang menguak beranda
keperawanannya. Eva mengalungkan
lengannya dileherku dan menjepit
pinggangku dengan kakinya saat aku
berusaha untuk memasukinya lebih
dalam lagi. Dapat kurasakan
kehangatan yang menyambut kepala
penisku. Aku tak dapat menahannya
lebih lama. Eva sangat panas, basah
dan rapat!
Pelan namun pasti kutingkatkan
tekananku pada vaginanya. Dapat
kurasakan bibirnya melebar
menyambutku, ke-basahannya
mengundangku masuk. Kehangatan
vaginanya membungkus kepala
penisku saat aku menyeruak masuk.
Aku terus menekan kedalam dengan
pelan meskipun aku ingin segera
melesakkannya kedalam dengan cepat
seluruh batang penisku. Akhirnya
dapat kurasakan dinding
keperawanannya, batas akhirnya
sebagai seorang gadis untuk menjadi
seorang wanita seutuhnya.
Kupandangi dia tepat di mata.
"Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi
Papa janji sakitnya hanya sebentar
saja." kurasakan kakinya menjepit
pinggangku lebih rapat saat aku
merobek pertahanan akhirnya.
Akhirnya jebol juga dinding itu.
 
"Aargh! Gila! Sakit, Pa!" katanya
dengan mata yang berkaca-kaca.
Vaginanya mencengkeram batang
penisku, ototnya bereaksi pada
penyusup dan rasa sakit.
"Tenang sayang, sakitnya akan segera
hilang." dan kuteruskan menekan ke
dalam sampai akhirnya terbenam
semua di dalamnya. Aku diam
sejenak, membiarkannya untuk
beradaptasi.
"Gimana? Udah baikan?" tanyaku.
Dia anggukkan kepalanya.
"Aku hanya merasa penuh, rasanya
aneh. Tapi juga terasa enak
berbarengan."
Aku mulai menarik dengan pelan,
hanya beberapa inchi, dan kemudian
mendorongnya lagi dengan lembut.
Aku khawatir menyakitinya, tapi
dalam waktu yang sama aku tak ingin
segera menembakkan spermaku. Aku
ingin menikmati rasa vaginanya
selama mungkin. Kurasa dia mulai
dapat menikmatinya, kepalanya
mendongak ke atas dan matanya
terpejam.
Kupercepat kocokanku, menariknya
hampir keluar dan menekannya
masuk kembali dengan pelan,
menikmati rasa sempit vaginanya
pada penisku. Eva mulai memutar
pinggulnya seiring hentakanku.
Tempo dan nafsu kami semakin
meningkat cepat. Kurendahkan
tubuhku dan mencium lehernya dan
bahunya. Tiap gerakan tubuh kami
mengantarku semakin dekat pada
batas akhir.
"Ya Pa! Ya! Rasanya Eva hampir
sampai!"
"Papa juga sayang!" Dan kulesakkan
ke dalamnya untuk yang terakhir kali.
Menekan berlawanan arah dengannya
mencoba sedalam mungkin saat
kuledakkan sperma semprotan demi
semprotan kedalam vaginanya. Dapat
kurasakan cairan kami bercampur
dan meleleh keluar dari vaginanya
menuju ke buah zakarku.
Tubuh Eva bergetar di bawahku,
tangan dan kakinya mendorongku
merapat padanya. Pelan kutarik dan
kudorong lagi semakin dalam
padanya saat persediaan spermaku
akhirnya benar-benar kosong.
Kutatap matanya lalu menciumnya.
"Eva, ini adalah seks terbaik yang
pernah Papa dapatkan." aku lupa
kalau kami tak sendirian dikamar ini.
"Aku dengar itu!" kata isteriku.
"Kita akan lihat apa kita bisa
mengubah anggapanmu itu!"
Dengan para gadis-gadis itu dalam
kamar ini, aku sadar 'kesenanganku'
baru saja akan dimulai.
TAMAT
 
beda ama yangf laen. biasanya yangf laen di tahan tahan ngfepost-nya. cuma lu doangf hu sekalinya nge post langsung pampamcuap... lancrotkeun
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd