Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Nice TS.

Waa dua bidadari terlibat cerita. Hahaha

Alur cerita bagus TS. Pake multrasi Photo di tengah" cerita tanpa keren TS. Hehe

Semangat selalu TS.
 
Nice TS.

Waa dua bidadari terlibat cerita. Hahaha

Alur cerita bagus TS. Pake multrasi Photo di tengah" cerita tanpa keren TS. Hehe

Semangat selalu TS.
Oke oke, mungkin ini ane masih ngulik2 gambar yang pas buat diisi di thread...

PR buat ane, entar ane tambahin di thread selanjutnya. Makasih buat sarannya, oyibosqu... :)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Halo semua, maafkan ane yang lama ngga update karena kesibukan. Urus ini itu. Ane harap semua pada maafin ye. Mohon maaf lahir batin :maaf:

Nah, mumpung ada kesempatan libur panjang, ane mau ngelanjutin part yang belum kelar sebelumnya.

Buat para suhu yang masih bersabar menunggu update, terimakasih atas kesabarannya. Sekali lagi ane mohon maaf membuat anda menunggu.

Part 2 [Updated]
Jangan lupa untuk memberikan kritik dan saran agar penulisan ini lebih baik ke depannya.

Aku benar-benar terlelap semalam. Nggak kerasa aku juga bangun terlalu siang. Kak Kinal dan Kak Ve sudah tidak ada di sampingku dan bajuku sudah kembali terkancing. Lalu, aku berjalan gontai aku menuju kamar mandi kamar; sekadar mencuci mukaku. Setelah mencuci muka, aku keluar dari kamar dan menemui Kak Ve dan Kak Kinal sedang sarapan di ruang makan.

“Ah, there you go! Baru bangun, Shan?” kata Kak Ve.
Kududuk di sebelah Kak Ve, di sana sudah ada piring yang disiapkan untukku.
“Iya, kak” jawabku.
“Shani tidurnya pules banget! Kayak putri tidur mau dicium pangeran ajah” kata Kak Kinal sambil tertawa. “Udah atuh, dimakan dulu, Shani”
“I, iya, kak”

‘Sop, yah? Hmm...’ pikirku sambil mengambil sayuran yang ada di meja makan. Lalu, aku mencicipinya di piringku. Hm! Taste good! Senyumku tidak bisa ditahan lagi ketika merasakan sop ini.
“Shani suka?” tanya Kak Kinal.
“Em! Enak banget, Kak!” aku mengangguk dan melanjutkan santapanku.

Di sela-sela sarapan kami, yah, kami bertiga mengobrol sambil membicarakan rencana ke shopping nanti siang.

“Hei, siang ini shopping yuk!” seru Kak Kinal. “Gimana, guys?”
Kak Ve tersenyum, “Hmm, that’s a good idea!” katanya. “Gimana, Shan? Kamu mau ikut?”
Aku berpikir sejenak. Sepertinya nggak apa-apa deh kalau ikut belanja bareng mereka. Aku hanya menganggukkan kepala, tandanya kalau aku mau ikutan shopping bareng mereka.
“Okelah, kalau gitu. Abis ini kita cus aja, yah!” ucap Kak Kinal bersemangat.
“Ini shopping-nya mau kemana?” tanya Kak Ve polos.
“Enaknya kemana yah? Mmm, Plaza Senayan?” tawar Kak Kinal.
“Ayo!”

...

Kami bertiga berjalan menelusuri tiap-tiap store. Lihat dresses, shoes, heels, denims, totebags, apalagi yah disana? Banyak deh pokoknya. Namanya juga cewek ya, kalau lihat sana-sini banyak diskon ya udah, siap-siap buat tunggu kami belanja sampai berjam-jam, hehe.

Saat kami bertiga ada di bags section, tiba-tiba rasanya aku ingin ke kamar mandi. Sial banget sih!

“Kak Kinal, Kak Ve, aku ke toilet sebentar yaah...”
Kak Ve menjawab, “Aku temenin, deh. Kinal?”
Kak Kinal kayaknya masih fokus ke belanjaannya, “Ya deh, entar aku nyusul”
“Oke, Kinal!” kemudian aku sama Kak Ve keluar dari toko meninggalkan Kak Kinal sendirian. Aku dan Kak Ve berjalan cepat menuju toilet soalnya aku sendiri sudah nggak tahan.

Sampai di bilik toilet, aku langsung masuk ke bilik toilet dan menutupnya. Tapi Kak Ve malah menahan pintu itu dan masuk mengikutiku.

“Kak! Kok ikutan masuk!?” sergahku. “Jangan, ah!”
“Udah! kamu pipis aja!” jawab Kak Ve sambil menyuruhku diam dengan telunjuknya menempel di bibirku.

Hn, mau nggak mau, daripada aku ngompol di celana, aku membuka jeans-ku dan membuka underwear putih yang kupakai. Mukaku jelas memerah karena baru pertama ini aku buang air sambil dilihat orang. Vaginaku yang terekspos akhirnya kututupi dengan tanganku, sambil sedikit merapatkan kakiku.

“Flush...”
Setelah selesai buang air, aku mengambil tisu toilet yang ada di tanganku dan mengelap sisa-sisa di vaginaku.

Kak Ve berlutut lalu menungging di depanku dan tangannya menyibakkan tangan dan kaki yang menutupi kemaluanku ini. Kemudian, kaki kananku diangkatnya ke bahunya yang membuatku otomatis jadi mengangkang di depan wajah Kak Ve. Tangannya pelan mengelus bagian pahaku. Jari-jarinya menyentuh setiap jengkal pahaku yang tidak tertutup apa-apa ini. Gara-gara Kak Ve, aku on lagi seperti semalam.

“Uuughh...” aku mendesah pelan, menahan bibirku supaya tidak sampai terdengar orang lain.

Tanganku mengikuti kemana saja tangan Kak Ve bergerak. Bukannya kudorong tangan itu menjauh, malah kuelus dengan lembut kulitnya. Kali ini aku sudah kalah oleh nafsu. Ya, Shani “Bidadari Panggung” yang selama ini kalian kenal sudah menjadi “Bidadari yang haus akan nafsu”.

Merasa mendapat respon positif dariku, Kak Ve mulai membenamkan wajahnya ke selangkanganku. Right in front of my vagina, bibirnya dan bibir vaginaku saling bersentuhan lembut. Aku sekejap mendongak dengan sensualnya, membusungkan dadaku, kugigit bibir bawahku sambil kupejamkan mata. ‘Kak Veeee!’ jeritku dalam hati.

Ulah Kak Ve berlanjut ketika ujung lidahnya menyentuh ujung bagian clit ku. “Ngggghhhhh~” aku sudah tidak bisa menahan desahan lagi. Kututup mulutku yang nggak bisa nggak mendesah ini dengan tangan kananku, “Hssss, uhh”
“Sllrrppp~ clurrpphh~” suara mulut dan lidah Kak Ve beradu dengan kemaluanku yang melembab.

Tangannya tidak tinggal diam. Tangan kanan Kak Ve membuka vaginaku supaya lidahnya bisa leluasa masuk ke dalam lubang kenikmatanku yang masih virgin ini, sedangkan tangan kirinya bergantian dengan lidahnya untuk mengerjai vaginaku.

Karena nafsuku sudah menjadi-jadi, bahkan menghilangkan akal sehatku, gerakan tangan kananku beralih ke rambut Kak Ve, mengacak-acaknya, sesekali kutekan pelan kepalanya membenam di selangkanganku supaya lidahnya bisa menyeruak menyentuh g-spot-nya. Tangan kiriku tidak bisa diam meremas bahkan memilin puting payudaraku. I feel like I’ve found my demon inside.

Sesuatu seperti akan meledak dari tubuhku. Serangan tangan Kak Ve yang mengocok isi vaginaku membuat pertahananku hancur. Aku menatap Kak Ve, kebetulan juga dia sedang menatapku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku tanda sudah tidak kuat lagi.

“Ohh Kak, Akuhh~ mmmhhhhh~”
Aku sudah tidak mampu melanjutkan kata-kataku lagi.

“Crrrtttt!!! Clak! Clak! Clak!”

Aku memekik pelan ketika sampai orgasme, seperti akan meledak saat orgasme ini. Cairan orgasme ini mengalir, bahkan menyemprot deras begitu saja ke mulut dan wajah Kak Ve yang sudah siap menampung. Seketika aku mengejang hebat, kakiku tegang sekali sampai rasanya badanku kaku semua. Ngh, memang ini pengalaman public sex dan squirt terhebat semasa hidupku.

Aku masih mengatur nafasku yang tidak beraturan tadi, “Haahh~ haah, Kak Ve~”. Kuusap wajahnya yang basah karena aku. Sekarang nampaknya aku mulai ketagihan melakukan hal ini.

Kak Ve merambat naik dan mencumbui bibirku. Bibir kami berdua saling berpagutan. Lidahnya saling mengait dengan lidahku. Aku juga memberi balasan, dari yang awalnya ragu-ragu sekarang aku sudah mulai terbiasa dengan ini. Air liurnya, sisa-sisa orgameku, dan mungkin sisa kencingku bercampur dengan liur di dalam mulutku. Rasanya campur aduk, ada sedikit manis campur asin.

“You’ve learned so fast. Gak nyangka tadi kamu bales kiss-ku sehebat itu, hihi” kata Kak Ve sambil terkikik sedikit.
Aku cuma tersenyum kecil mendengar itu.

Aku tidak menjawab kata-katanya, hanya tersenyum malu, kemudian bangkit dari toilet tadi dan keluar dari bilik itu sebelum orang lain melihat kami berdua di satu bilik toilet. Huff, untung saja toilet itu sedang sepi. Kami berduapun langsung bergegas keluar dari toilet perempuan itu.

“Ting!” notifikasi di-hp Kak Ve berbunyi. Kayaknya Kak Kinal menghubunginya.
“Ve, kamu kemana aja sih? Aku tunggu kamu di toko daritadi coba!”
“Iya, iya. Sayang! Aku kesana” jawab Kak Ve.

“Yelaaah, lama amat Ve-Shani!!” kesalnya. “Kemana aja sih!?”
“Shani lama banget, katanya perutnya mules!” kata Kak Ve berbohong.
Kak Kinal kemudian menghampiriku, “Eh, iya, Shan? Kamu mules?” dan kayaknya dia kepanikan. “Kita anterin kamu pulang aja deh kalo gitu. Kamu juga kelihatan berantakan gitu”
Aku menggeleng kepalaku, “Nggak... nggak apa-apa kok, kak. Aku udah mendingan kok!” kataku sambil merapikan rambutku yang agak kusut.

Kami kembali berbelanja lagi di toko yang sama. Yah, kami bertiga membeli pakaian-pakaian di sana. Aku lebih suka pakai casual style dengan pasangan denim jacket dan t-shirt. Tapi, kali ini aku akan coba 2 pasang dress karena aku ingat stok di rumah memang sedikit untuk dress (semoga kalian suka yah, hehe...). Kak Ve membeli sepasang prom dress. Kak Kinal beli sepasang dress seperti Kak Ve, katanya biar serasi sama Kak Ve.
Aku masuk ke kamar pas duluan dan mungkin Kak Ve dan Kak Kinal menyusul di kamar pas sebelahku. Setelah kututup pintu kamar pas, aku menggantungkan pakaian yang aku mau coba.
“Hmm... yang mana dulu ya....?” pikirku, antara dress warna putih atau merah. Aku bingung...

Kuputuskan untuk mencoba dress warna merah dulu. Kulepas pakaian luarku, kemudian aku memandang tubuhku di kaca itu sambil memegang gaun itu. Pertama, kupikir gaun itu akan tampak anggun sekali, kurasa.

Tetapi setelah kucoba memakai gaun itu, lalu kulihat bayanganku di cermin, Oh god, aku kelihatan lebih seksi daripada yang kukira. Potongan bagian bawah itu terlalu pendek sehingga sebagian besar pahaku terlihat. I’m too sexy wearing this, sigh...

Kulepas lagi gaun itu. Ah, rasanya kurang cocok deh kalau aku pakai. Kucoba sekarang yang berwarna putih bermotif bunga. Gaun yang ini kalau kuperhatikan mirip Seifuku Yokaze no Shiwaza milik Kak Ve, hanya saja roknya itu tidak ada rumbai-rumbainya di bagian belakang.

Setelah kupakai, ternyata ini pas untukku. Bawahannya tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang. Kainnya juga enak dipakai dan sesuai dengan ukuranku. “Oke nih!” seruku.
Aku melepas kembali pakaian itu.

“Duk!”
“Eh?”

Aku kaget ketika sekat di sebelahku berbunyi agak keras. Apa Kak Ve baik-baik aja di sebelah? Kutempelkan telingaku di sekat itu. Kudengar suara desahan perempuan yang tidak lain adalah suara Kak Ve.

“Kinalhh... ahhh, hmmhhh yesshh” kudengar samar-samar dari balik sekat. Astaga, mereka sedang mesum di tempat seperti ini.
“Ahn~ Kinal!” suara Kak Ve makin lirih.

Birahiku makin meningkat. Entah kenapa sekarang aku malah membayangkan mereka berdua.

Tangan kiriku dengan pelan melepas tali bra yang ada di pundakku dan memelorotkan bra cup ini sehingga payudaraku terlihat. Aku pelan mengelus buah dadaku dan berdelusi dengan pkiranku yang liar ini.
“Hhhh...” tanpa sadar aku mulai bernafas dengan berat. Aku akhirnya ikut terangsang.

Aku terus mengelus dan memijat payudaraku sendiri. Kubayangkan terus seperti Kak Ve yang sedang mengerjaiku seperti tadi saat di kamar mandi.

“Yaaahh.... di situ hmm, terusskahhn~” Kak Ve mendesah pelan. “Ugh, That Dildo... Make me wet, Kinalhhhh”
Bunyi kecipak air dan suara mainan seks itu sedikit terdengar di telingaku. Kak Ve sudah mulai basah di sana dan aku cuma bisa mendengarnya dari balik ruang pas ini.

Aku meremas payudaraku lebih keras lagi. Sensasi yang luar biasa aku dapatkan kali ini. Mataku terpejam menikmati ini. Ngggh... rasanya ada arus listrik yang mulai menjalar ke seluruh tubuhku. “Kak Veee....” batinku.

Tangan kiriku mulai meraba bagian penting tubuhku. Rasanya di bawah agak lembab dan celana dalamku mulai basah sedikit. Kuraba lembut dari bagian tummy, turun perlahan hingga clitoris-ku. Sampai di tempat paling sensitifku itu aku berusaha merangsangnya.

“Ahn...”

Posisiku sekarang sedang berdiri menungging menghadap sekat itu dan sangat... Ah, mesum sekali posisiku ini. Kulihat wajahku di kaca; aku malu sekali melihatnya. Aku membayangkan di kaca itu ada Kak Ve sedang merangsangku dari belakang. Kemaluanku yang kurawat itu semakin basah dan akupun semakin intens merangsangnya.

“Kinal, ahhn... I’m cumminghhh, aaahhhh” suara Kak Ve dekat dengan sekat itu juga suara kecipak orgasmenya makin terdengar. “Haaaahhh~ Uh~!”

Suara seperti tertahan itu seperti menyudahi permainan mereka.

Rasanya aku akan menyusul orgasme Kak Ve di ruangan sebelah. Tangan kiriku semakin cepat memainkan vaginaku sedangkan tangan kananku memilin puting payudaraku dengan sangat keras. Rangsangan ini membuatku gila, benar-benar gila.

Desahanku makin tak terkontrol, “Ah~! Hmpphh... Mmmmhhh!”

Gelombang orgasme ini membuat seluruh tubuhku menegang. Kakiku bergetar hebat; punggungku sampai menekuk dan menegang, dan aku orgasme dengan hebat lagi. My underwear was so wet, and I had felt weaker and finally my body fell down to the ground. What an orgasm that I just had...

Aku mencoba mengambil udara segar setelah berpacu dengan klimaksku, berusaha mengembalikan pikiran segarku lagi dengan segera. Sedikit-sedikit kubersihkan cairan klimaksku yang berceceran di lantai, dan di kemaluanku juga, dengan tisu seadanya di tasku. Setelah selesai membersihkan semuanya, aku langsung memakai pakaianku dan keluar seakan tidak terjadi apa-apa.

Aku menunggu mereka kembali dari kamar pas. Mereka baru keluar dari kamar pas tidak lama kemudian. Rambut Kak Ve dan Kak Kinal sedikit acak-acakan.

“Kak Kinal sama Kak Ve lama banget!” aku pasang muka cemberutku dan berpura-pura menunggu mereka lama.
Kak Kinal mengerenyitkan dahinya, “He!? Tadi itu lama ya?” tanyanya padaku.
Aku cuma mengangguk dan masih memasang wajah cemberutku yang cenderung lucu itu, hihi.
“Yaudaaah, kan udah selesai... Shani? Udah dapet bajunya?” tanya Kak Ve.
“Udah!” kataku sambil menunjukkan baju yang kupilih, warna putih. “Hihi... rambut Kak Ve sama Kak Kinal berantakan tuh”

Mereka berdua langsung salah tingkah dan membenahi rambutnya masing-masing. “Udah rapi kan? Hayuk atuh...” Kak Kinal mengajak kami berdua untuk segera membayar pakaian itu.

Kami bertiga berjalan menuju kasir. Kak Kinal mengantri duluan sementara aku dan Kak Ve di belakangnya.

Sibuk-sibuknya Kak Kinal bertransaksi di kasir, aku mengambil kesempatan di belakang Kak Ve.
Grep!
“Hmh~!”

Aha! Bingo! Kak Ve sedikit kaget ketika tanganku meremas pantatnya perlahan. Untung aja Kak Ve tidak berteriak kencang. Aku mendekati telinganya dan membisikkan sesuatu.
“Ah~ Kak Ve tadi abis “main” sama Kak Kinal yah?”
“Ngh~ nggak, Shan... Uhh~” desahan Kak Ve tertahan.
Aku makin merapatkan tubuhku kepada Kak Ve dan masih meremas pantatnya, “Ayo jawab yang jujur, Kak Verandaa~” bisikku mesra.
“Hnggh... Shan.....”

“Makasih ya, mbak!” Kak Kinal selesai dengan transaksinya dan aku dan Kak Ve segera membenahi diri kami berdua.

Kak Kinal cuma melihat Kak Ve dengan tatapan aneh, tapi malah membiarkan pikirannya lewat saja alias masa bodoh. Aku mengela nafas; aku gugup kalau Kak Kinal sampai tahu tadi.

“Nanti aku Line kamu, Shan” bisiknya.
“Yes!”

Setelah selesai berbelanja, aku diantarkan pulang sama Kak Ve. Hehe, akhirnya diantar pulang sama Kak Ve dan Kak Kinal. Senangnyaaa...
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd