Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Seru ceritanya?

  • iya

    Votes: 49 90,7%
  • tidak

    Votes: 6 11,1%

  • Total voters
    54
Bimabet
DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 8 "Bengkel ABC"
Genre: Lesbian,21+,Eksibisionis









Pov Yatno & Parman


Drttt drtttt, tiba-tiba terdengar suara dering telepon di ponsel Yatno. Ternyata, panggilan tersebut berasal dari atasan mereka, yang juga merupakan bos dalam jaringan mafia perdagangan manusia dan organ tubuh.

Yatno dan Parman saling memandang dengan ekspresi cemas. Mereka tahu bahwa panggilan dari bos tidak pernah membawa kabar baik, terutama karena mereka belum memenuhi target yang telah diberikan. Dengan hati berdebar, Yatno menjawab panggilan tersebut.

"Hallo, iya, Bos. Ada apa?" jawab Yatno dengan sedikit gemetar dalam telepon.

"****** ya, lo tolol punya otak enggak sih?!" bentak Bos mafia dengan suara keras yang menggelegar di telepon.

"M-maaf, Bos," balas Yatno, mencoba menenangkan dirinya meski ketakutan sudah menghantui pikirannya.

"Tau kan kalian beritanya sekarang gara-gara kalian suka memperkosa target jadinya polisi mencium pergerakan kalian. Udah liat berita kemarin malam?" tanya Bos mafia dengan nada tegas.

"Iya, Bos, udah," jawab Yatno, mencoba menahan ketegangan yang semakin memuncak.

"Sekarang identitas kalian sudah terbongkar pihak kepolisian. Kalian harus lebih hati-hati. Aku tidak mau tahu, harus ada 2 jantung perempuan muda secepatnya," perintah Bos mafia tersebut dengan tegas.

"B-baik, Bos," jawab Yatno dengan suara yang gemetar, merasa tekanan semakin besar untuk menjalankan tugas mereka dengan lebih berhati-hati.

"Aduh, Bos marah-marah nih," ujar Yatno dengan nada cemas.

"Bos, kita pengenya segera dapat 5 jantung perempuan muda, sedangkan kita baru dapat 3. Dan setiap korban kita perkosa sampai lemas, kemudian kita hilangkan nyawanya, kita ambil jantungnya," kata Parman dengan dingin.

"Iya, gimana ya, kita harus segera memperkosa 2 orang gadis nih. Eh, maksudnya, mendapatkan jantungnya," tegas Yatno, berusaha menyesuaikan kata-katanya.

"Bagaimana kalau gadis yang kita temui di halte kemarin? Kayaknya dia tinggal tidak jauh dari tempat itu," saran Parman.

"Itu target bagus, apalagi ia gadis cantik. Aku perhatikan payudaranya yang besar dan seksi. Tubuhnya seperti gitar Spanyol, membuat kontolku ngaceng," ucap Yatno dengan mata penuh nafsu.

"Sama, kontolku juga ngaceng, ingin aku pejuhi tuh mukanya," timpal Parman dengan ekspresi bejat.

"Dah, jangan menghayal terus. Lebih baik kita mencari sarapan dulu, lapar banget ini," kata Yatno sambil mengusap perutnya yang keroncongan.

"Ayoooo, aku juga lapar," sahut Parman, sambil mengangguk setuju.

Sebelum mereka pergi mereka menyamar kan wajah mereka dengan beberapa silikon yang dia dapat dari bos mereka dan kumis palsu ini membuat polisi dan warga tidak mengenal wajah mereka

Yatno dan Parman duduk di depan cermin di sebuah ruangan gelap di rumah mereka, yang terang hanya oleh sinar redup dari sebuah lampu kecil di pojok ruangan. Mereka sedang sibuk melakukan persiapan penyamaran. Yatno mengeluarkan beberapa lapisan silikon dari dalam kotaknya, sementara Parman mengambil kumis palsu yang telah mereka siapkan sebelumnya.

Dengan hati-hati, mereka mulai mengoleskan lapisan demi lapisan silikon di wajahnya. Setiap sentuhan halusnya menyebabkan wajahnya terlihat berbeda. Bentuk hidungnya sedikit berubah, bibirnya tampak lebih penuh, dan dagunya sedikit lebih tajam. Begitu setiap lapisan silikon terpasang, ia menekannya dengan lembut, memastikan agar tidak ada celah yang terlihat.

kemudian dengan cermat mereka menempelkan kumis palsu di atas bibirnya. Yatno dan Parman memastikan setiap helai kumis terpasang dengan rapi dan tidak terlalu mencolok. Setelah itu, mereka memandang cermin untuk menilai penampilannya. Wajahnya kini tampak berbeda dengan kumis palsu yang ditempelkan.



Mereka berdua mengoperasikan motor besar dan menuju tempat makan.kali ini, pilihan mereka jatuh pada sebuah warteg yang terkenal dengan masakan murah meriah dan lezat. Ternyata, lokasi warteg tersebut dekat dengan rumah sakit tempat Aisha dirawat.

Saat memasuki warteg, aroma masakan yang sedap langsung menyambut mereka. Mereka memesan nasi goreng, telur dadar, dan segelas teh hangat. Di sela-sela makan, mereka berdua masih membicarakan rencana untuk mendapatkan dua orang korban lagi bagi bos mereka.

"Warteg ini emang terbaik, udah murah, lezat, dan banyak perawat seksi yang lalu lalang, bikin kontolku nggak tenang, hahaha," ucap Parman sambil tersenyum dengan kebejatan yang jelas terpancar dari matanya.

Yatno spontan memukul kepala Parman dengan kesal. "******! Nafsu sih nafsu, tapi harus bisa ngerti situasi," ujarnya dengan nada yang penuh kekesalan.

Parman hanya tertawa kecil, mencoba meredakan ketegangan. "Yaa, bercanda kok, bercanda," ujarnya sambil mengangkat kedua tangannya sebagai tanda penyesalan.

Yatno menggelengkan kepala, masih sedikit kesal dengan komentar temannya. "Udah ah, yuk kita ke ATM lagi, butuh duit ini," ajaknya pada Parman.

Mereka berdua lalu beranjak dari meja mereka dan bersiap-siap meninggalkan warteg, menuju supermarket karena di sana terdapat mesin ATM yang terletak tidak jauh dari warteg itu.

Sesampainya di ATM, mereka terkejut. Ternyata, di situ terdapat selembar kertas bertuliskan

"Maaf, ATM sedang rusak."

"Bangsatttt, bangsat, malah rusak ATM-nya!" keluh Yatno, semakin meradang.

"Coba aku tanya kasir supermarketnya dulu," kata Parman, mencoba menenangkan Yatno.

Parman pun berjalan menuju seorang pemuda yang sedang berjaga di supermarket itu.

"Mas, ATM-nya beneran rusak ya?" tanya Parman.

"Iya, rusak. Tadi barusan ada percobaan penipuan terhadap wanita cantik berhijab," jawab kasir.

Wanita cantik berhijab? Jangan-jangan itu yang pernah kami temui di halte kemarin malam. Ah, gak mungkin. Mana mungkin dia di sini, Parman berpikir dalam hati.

"Yaudah, mas, terima kasih ya infonya," ucap Parman ramah.

"Sama-sama, pak," balas kasir.

"Eh, ******, ngapain loe tanya ke dia? Lagian jelas-jelas ada tulisan 'ATM rusak', bego loe," bentak Yatno, kesal.

"Ya maaf, namanya juga lagi bingung. Soalnya kita butuh duit untuk menjalankan misi kita," bela Parman.

"Eh, anak setan kan bisa pake ATM lainnya," sindir Yatno.

"Eh, iya, bener juga ya," kata Parman, sambil mengangguk setuju.

Plakkkk! Tiba-tiba, kepala Parman dipukul oleh Yatno.



"Dah, ah, yuk jalan-jalan. Semoga bisa dapat ide atas misi kita," kata Yatno.

"Ok, bosku," jawab Parman.

Mereka pun berjalan-jalan mencari ide. Ketika mereka sampai di depan rumah sakit, mereka memutuskan untuk nongkrong di sana.

Ketika duduk di bangku taman, Parman tiba-tiba membuka ponselnya. Dengan gerakan yang agak tergesa, dia membuka folder video pribadinya di dalamnya. Di sana, terdapat beberapa video yang menampilkan adegan-adegan pemerkosaan yang mereka lakukan terhadap korban-korban mereka.

Parman memilih salah satu dari video tersebut dan dengan dinginnya, dia menguploadnya ke salah satu platform media sosial. Video itu memiliki durasi 30 menit yang menunjukkan seorang gadis cantik berhijab dengan kulit putih mulus sedang diperkosa oleh Parman dan Yatno.

Kedua pelaku menutupi wajah mereka dengan topeng, meninggalkan identitas mereka yang sebenarnya tersembunyi.

Kegiatan itu dilakukan dengan tenang, seolah-olah mereka tidak merasa bersalah atas tindakan keji yang mereka lakukan.

Parman melanjutkan aktivitasnya di taman, tanpa sepatah kata pun tentang video yang baru saja ia unggah. Baginya, itu hanyalah bagian dari rutinitas mereka yang gelap dan keji.

Tiba-tiba, mata mereka berdua tertuju pada sosok dua orang gadis cantik berhijab yang baru saja keluar dari rumah sakit.

"Eh, itu bukankah orang yang kita temui kemarin saat di halte?" kata Parman, mengingat-ingat.

"Benar juga ya," sahut Yatno, mengamati dengan seksama.

"Dah, yuk kita perkosa mereka rame-rame," usul Parman, tanpa menyembunyikan niat jahatnya.

Yatno menggeleng, "Eh, somplak ya! Enggak di tempat seperti ini juga kali. Kita juga perlu rencana."

Parman mengangguk mengerti, "Oh, ya, maaf."

"Yuk, kita mendekat. Kita nguping pembicaraan mereka. Siapa tahu kita dapat informasi penting untuk aksi kita memperkosa mereka," kata Yatno, memimpin langkah mereka.

Mereka berdua menyusup mendekat ke arah 2 gadis berhijab itu dengan hati-hati. Bersembunyi di balik pot besar bunga yang terletak di depan rumah sakit, mereka merasa jaraknya lumayan dekat. Dari tempat itu, mereka diam-diam mengintip dan mendengarkan setiap percakapan yang terjadi di antara kedua gadis berhijab itu.

Tiba-tiba, salah seorang dari mereka, memejamkan matanya dan menghirup nafas dalam-dalam. Dia membusungkan dadanya dan merentangkan kedua tangannya, seolah menikmati kebebasan setelah keluar dari rumah sakit.

Gerakan itu membuat kedua payudaranya yang besar terpampang, meskipun masih tertutup oleh pakaian dan hijab. Namun, dengan posisi dan gerakan yang seperti itu, dia terlihat seakan dalam keadaan telanjang.

Dalam posisi seperti itu payudaranya membentuk membulat dengan sempurna, menggoda dengan bentuknya yang menggairahkan. Pakaian yang ketat pada tubuhnya memberikan kilauan sensual, menonjolkan keindahan alaminya yang memikat memancing imajinasi setiap mata yang memandang.


Mata Yatno dan Parman terbelalak tak percaya saat mereka melihat pemandangan yang begitu memikat di depan mereka.

Mereka berdua hampir tidak dapat menahan diri untuk tidak menatap dengan penuh nafsu. Keindahan alami yang terpancar dari tubuh gadis berhijab itu, membuat mereka terpikat, dan keseksian yang terpancar dari setiap lekuk payudara gadis itu membuat mereka kehilangan kata-kata.

Batang penis mereka mulai mengeras, meminta untuk memenuhi nafsu yang membara. Dalam benak mereka, gairah tak terbendung menggelora, memaksakan dorongan untuk segera menyetubuhi 2 gadis cantik berhijab di hadapanya itu.

Tak lama kemudian, salah satu dari 2 gadis cantik berhijab itu menyadari bahwa payudara temannya telah terekspos.Ia pun memepringati temanya itu dan Dengan refleks cepat, ia menutupinya dengan kedua tangannya, tampak jelas kecanggungan dan malu di wajahnya.

Yatno dan Parman, yang sebelumnya tenggelam dalam kegairahan, merasa kecewa. Rasanya seperti harapan-harapannya hancur seketika. Dalam hati, ia mengumpat kesialan yang menimpanya.

Sementara itu, di balik pot besar bunga, Yatno dan Parman masih menyimak dengan seksama percakapan kedua gadis cantik berhijab itu. Mereka bertekad untuk tidak melewatkan informasi penting yang mungkin mereka dapatkan untuk merencanakan tindakan mereka selanjutnya.

Beberapa saat kemudian, taksi online tiba di depan rumah sakit. Dua gadis itu bersiap-siap untuk naik ke dalam taksi, tanpa menyadari bahwa Yatno dan Parman sedang mengintip dari balik pot besar bunga.

Saat para gadis naik ke dalam taksi, Yatno dan Parman segera melangkah menuju motor mereka yang terparkir di dekat sana. Mereka bergegas untuk mengikuti taksi tersebut

Dalam sekejap, Yatno dan Parman naik ke atas motor dan menyalakan mesinnya. Mereka segera menyusul taksi yang sudah lebih dulu melaju di jalanan kota. Dengan fokus penuh pada misi mereka, mereka mengikuti taksi tersebut

Suasana di sekitar mereka terasa tegang. Mereka terus memperhatikan setiap gerak-gerik taksi tersebut


Dari kejauhan, mereka melihat taksi itu berbelok ke jalan yang sepi. Yatno dan Parman tidak mau kehilangan jejak, mereka berusaha mengikuti dengan hati-hati agar tidak terlalu mencolok.

Saat taksi berhenti di sebuah lampu merah, Yatno dan Parman memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekat lebih jauh. Mereka menarik napas lega ketika lampu hijau menyala, taksi itu melaju lagi dan mereka bisa terus mengikuti.

Saat Yatno dan Parman fokus mengikuti taksi tersebut, tiba-tiba di depan mereka muncul seekor kucing yang tiba-tiba melintas di jalanan. Mereka kaget dan dengan refleks, Parman mengerem mendadak.

Namun, pengereman yang tiba-tiba itu membuat motor itu oleng dan tidak terkendali. Akibatnya, keduanya terjatuh terpental ke jalan dengan keras, disambut oleh suara decitan dan suara terbentur aspal yang membentuk dentingan yang menusuk telinga.



Dengan bantuan dari orang-orang sekitar, Yatno dan Parman segera mendapatkan pertolongan. Meskipun kondisi tubuh mereka hanya mengalami lecet-lecet, dan kondisi motor berupa lampu depan remuk dan spionnya patah, namun untungnya masih bisa dinyalakan.

Saat mereka berniat mengejar taksi tersebut, mereka menyadari bahwa mereka sudah terlambat karena sudah tertinggal begitu jauh. Sambil menunggu, Parman iseng mengambil handphone-nya dan membuka aplikasi media sosial. Ternyata, ada banyak notifikasi dari komentar, like, dan share dari video tak senonoh yang telah ia sebarkan.

Dalam waktu singkat, video tersebut menjadi viral, membuat Parman terkejut. Ternyata, konten berbau porno cepat sekali menyebar di media sosial.

"Plakkkk! Loe sih, ngapain ngerem mendadak?" geram Yatno.

"Tadi ada kucing, bos. Aku kaget," bela Parman.

"Somplak loe. Dah ah, yok kita segera ke bengkel. Kita harus menjauh dari pusat perhatian ini, bisa bahaya lama-lama," kata Yatno dengan serius.

"Kita ke bengkel mana?" tanya Parman.

"Ke bengkel ABC, punya teman kita, si Adit," jawab Yatno.

Mereka pun segera berangkat menjauh, menuju bengkel ABC untuk menghindari potensi masalah lebih lanjut.



Pov Aisha & Nisa

"Eh, tadi kayaknya ada suara motor tabrakan?" ujar Aisha, merasa yakin.

"Ha? Masak sih? Kok aku gak denger," sahut Nisa, agak heran.

"Iya, tadi kayaknya di belakang kita," tambah Aisha, mencoba memastikan.

Mereka berdua melihat ke belakang, namun tidak menemukan tanda-tanda insiden kecelakaan motor.

"Salah denger kamu mungkin," duga Nisa, mencoba meredakan kekhawatiran.

"Hmm, bisa juga sih," sahut Aisha, mengangguk pelan.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di kost tercinta mereka. Aisha langsung masuk ke kamarnya, sedangkan Nisa menuju kamar yang berada di samping kamar Aisha. Sesampainya di dalam kamar masing-masing, mereka pun mulai menjalani aktivitas mereka.


Namun, Nisa teringat akan motornya yang rusak dan memutuskan untuk membawanya ke bengkel ABC yang tidak jauh dari kosnya.

Setelah memeriksa uang di dompet, Nisa merasa lega karena masih ada uang yang cukup. Namun, ia juga menyadari bahwa kartu ATM-nya terblokir. Hal ini membuatnya semakin mantap untuk segera memperbaiki motornya karena akan digunakan untuk berbagai keperluannya, termasuk ke bank untuk mengurus masalah kartu ATM-nya. Dengan tekad yang kuat, Nisa pun bersiap-siap untuk pergi ke bengkel ABC.

Nisa melangkah keluar kamar nya menuju ke tempat parkir kost nya yang berada di samping rumah pemilik kost,sesampainya di tempat parkir kost tiba tiba Nisa memiliki firasat buruk ,perasaan itu muncul begitu saja seperti angin yang membawa kabar buruk.

Entah kenapa Nisa memiliki firasat agar tidak pergi ke bengkel ABC tapi ia berusaha berfikiran positif dan ia sadar bahwa firasat itu mungkin hanya was was setan

Namun saat hendak menuntun motornya Nisa tiba tiba terpeleset, dia terjatuh

"Aduhhh" ucap Nisa

Nisa pun berdiri kembali namun dia mulai mempertanyakan lagi apakah terpelesetnya ini adalah tanda ia akan tertimpa peristiwa yang buruk?

Firasatnya agar tidak pergi ke bengkel ABC pun muncul kembali,dalam pikiranya ia mengira bahwa dirinya akan mengalami malapetaka jika ia pergi ke sana

Beberapa saat kemudian Nisa berupaya untuk menjernihkan pikiranya ia sadar sepertinya firasatnya tidaklah mendasar

Dalam hati, Nisa menenangkan diri bahwa kekhawatiran itu hanyalah ilusi yang tak perlu dipedulikan.

Akhirnya Nisa pun dengan mantap memutuskan untuk menuntun motornya menuju bengkel ABC

Bersambung......
 

DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 9 "Montir"
Genre: Lesbian,21+,Eksibisionis








Entah kenapa Nisa memiliki firasat agar tidak pergi ke bengkel ABC tapi ia berusaha berfikiran positif dan ia sadar bahwa firasat itu mungkin hanya was was setan

Namun saat hendak menuntun motornya Nisa tiba tiba terpeleset, dia terjatuh

"Aduhhh" ucap Nisa

Nisa pun berdiri kembali namun dia mulai mempertanyakan lagi apakah terpelesetnya ini adalah tanda ia akan tertimpa peristiwa yang buruk?

Firasatnya agar tidak pergi ke bengkel ABC pun muncul kembali,dalam pikiranya ia mengira bahwa dirinya akan mengalami malapetaka jika ia pergi ke sana

Beberapa saat kemudian Nisa berupaya untuk menjernihkan pikiranya ia sadar sepertinya firasatnya tidaklah mendasar

Dalam hati, Nisa menenangkan diri bahwa kekhawatiran itu hanyalah ilusi yang tak perlu dipedulikan.

Akhirnya Nisa pun dengan mantap memutuskan untuk menuntun motornya menuju bengkel ABC

ketika sampai di gerbang kost tiba tiba Nisa bertemu dengan Aisha yang baru saja keluar dari kamar nya

Kamar Aisha terletak di dekat pintu utama kos-kosan itu, membuatnya mudah untuk keluar dan masuk. Bangunan kos-kosan memiliki dua lantai; lantai pertama menampung lima kamar sementara lantai kedua hanya memiliki tiga kamar.

Di lantai kedua, terdapat area jemuran tempat semua penghuni kos menggantung pakaian mereka. Di sana juga terdapat bangku dan meja, tempat di mana mereka bisa duduk santai atau menyelesaikan pekerjaan rumah.

Tidak jauh dari situ, terdapat sebuah tandon air yang menjadi sumber air bersih untuk para penghuni kost. Dengan fasilitas yang cukup lengkap ini, para penghuni dapat merasa nyaman dan terpenuhi kebutuhan dasar mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Lantai dua di kos-kosan itu dilengkapi dengan pagar setinggi pinggang perempuan dewasa yang menghadap langsung ke arah jalan.

Dari sini, penghuni kos bisa melihat aktivitas penguna jalan di depan mereka walaupun jalan itu sepi jarang ada orang yang lewat namun menyajikan pemandangan yang tidak membosankan .

Kos-kosan tersebut menghadap ke arah matahari terbenam, menciptakan pemandangan yang indah saat senja tiba.

Di belakang bangunan, terbentang semak belukar yang ditumbuhi berbagai tanaman liar dan pohon-pohon yang tumbuh dengan bebas. terdapat juga tegalan yang digunakan oleh para petani untuk menanam palawija, menciptakan suasana alami yang menyejukkan.

Dengan pemandangan alam yang menawan di belakangnya, lantai dua menjadi tempat yang nyaman bagi para penghuni kos untuk bersantai dan menikmati udara segar.

Di lantai satu, di bagian depan, terdapat sebuah area yang tertutup oleh pagar besar setinggi dua meter, sehingga sulit untuk mendapatkan sinar matahari langsung.

Jarak antara deretan kamar kost dengan pagar itu hanya sekitar tiga langkah, menciptakan lorong sempit di dalam kos-kosan itu.

Di sebelah kiri lorong, terdapat tangga yang mengarah ke lantai dua, serta ruangan dapur yang berada tepat di bawah tangga. Sementara itu, kamar Aisha terletak di pojok sebelah kanan, berbatasan langsung dengan halaman rumah pemilik kost.

Pagar utama kost bergabung dengan rumah pemilik kost, sehingga meskipun tidak berada di depan pintu utama, kamar Aisha sangat dekat dengan bagian utama bangunan tersebut.

Rumah pemilik kost menjorok ke belakang, meninggalkan sebagian lahan yang dijadikan halaman rumah. Halaman tersebut cukup luas dan dikelilingi oleh pagar setinggi dada orang dewasa di bagian depannya.

Di tengah-tengah halaman, terdapat taman kecil yang didekorasi dengan pot-pot bunga dan tanaman hias. Di pojok kiri halaman, terdapat area khusus untuk parkir motor para penghuni kost, memberikan kemudahan akses bagi mereka yang menggunakan kendaraan bermotor.

Halaman yang terawat rapi ini memberikan suasana yang nyaman dan segar bagi para penghuni kost.

Bangunan kost itu terletak di salah satu pojok kompleks perumahan, berada di posisi terpencil dan di pelosok, tepat di sebuah tikungan jalan.

Di sebelah kiri bangunan, tidak ada rumah yang terlihat hingga sejauh 100 meter ke depan, hanya ada rumah tua yang terbengkalai.

Di sebelah kanan, bangunan berbatasan langsung dengan lahan kosong yang ditumbuhi semak belukar. Namun, di sebelah depannya, tampak deretan rumah yang membentang sepanjang jalan, memberikan sedikit kehidupan di sekitar area yang agak sepi tersebut.


Jalanan di depan bangunan tersebut terbilang sunyi, hanya sedikit aktivitas yang terjadi. Beberapa penjual keliling kadang-kadang melintas, petugas ronda terkadang lewat, dan ada beberapa orang yang melintas, tetapi frekuensinya sangat jarang.

Keadaan ini mungkin karena di sebelah jalan tersebut terdapat deretan rumah yang membelakangi jalanan kecuali rumah kost Aisha dan Nisa dan rumah tua terbengkalai, menciptakan suasana sunyi yang hampir terlupakan di area tersebut.

Nisa yang hendak membawa motornya menuju bengkel ABC melihat Aisha keluar dari kamarnya dan menyapanya.

"Mau kemana, Nisa?" tanya Aisha.

"Aku mau bawa motor ini ke bengkel ABC," jawab Nisa.

"Oh iya, motor kamu rusak? Sini, biar aku cek," kata Aisha.

Nisa kaget dengan tawaran Aisha karena Aisha tampaknya mahir dalam hal otomotif meskipun sebenarnya dia adalah mahasiswa jurusan IT.

"Sebentar ya, aku coba ngambil peralatan di bawah tangga. Sepertinya disana ada beberapa alat yang berisi obeng dan sejenisnya," ujar Aisha sambil bergerak menuju tangga.

Nisa mengangguk, membiarkan Aisha pergi ke bawah tangga untuk mengambil peralatan. Dia merasa sedikit terkejut dengan pengetahuan Aisha tentang perbaikan motor,


Pov Yatno & Parman


Pandangan Yatno dan Parman melintas ke sekeliling saat mereka tiba di bengkel ABC.

Mereka dengan hati-hati memarkirkan motor yang rusak di depan bengkel, lalu segera mengabari teman mereka, Adit, yang merupakan pemilik bengkel.

Mereka memberitahunya tentang kondisi motor yang butuh perbaikan.

Eh, bro, gimana kabar loe?" tanya Yatno.

"Bagus bro, bengkel ini lumayan rame. Eh, lu sama temen lu itu ngapain lecet gitu, habis berantem?" tanya Adit, pemilik bengkel.

"Kami habis jatuh bro, dari motor," jawab Yatno.

"Ealah, pantesan tuh motor sampe somplak gitu lampunya," komentar Adit.

"Iya bro, tolong benerin ya," pinta Yatno.

"Mau antre ya bro, lumayan rame ini bengkel," kata Adit.

"Yealah, sama kawan sendiri kok," timpal Yatno.

"Ealah, gak bisa bro, nanti yang lain marah," jelaskan Adit.

"Yaudah deh," sahut Yatno.

Saat mereka menunggu, Yatno dan Parman terlibat dalam percakapan kecil di ruang tunggu bengkel ABC.

"Eh, walaupun kita gagal mengikuti 2 gadis itu, tapi kita dapat info penting nih," kata Yatno.

"Informasi penting apa, bos?" tanya Parman.

"Loe denger gak tadi saat mereka ngobrol? Mereka saling menyebut nama kan?" jelas Yatno.

"Nah, ya bener, mereka saling nyebut dengan nama Nisa dan Aisha gitu kan?" jawab Parman.

"Ya, jadi nama 2 gadis cantik berhijab itu ternyata Nisa dan Aisha, dan sepertinya mereka tinggal bareng di satu kosan," tambah Yatno.

"Kalau kost cewek di dekat sini, setau aku di pojokan komplek sana ada 1 kost, kondisinya bener-bener terpencil dan sepi sekali," saran Parman.

"Oh, kosan itu ya, memang sih sepi. Di belakangnya ada lahan kosong luas, semak-semak liar, dan pohon-pohon liar. Jalannya juga sepi, baru nemu aku ada rumah gak punya tetangga, ya kosan itu," tambah Yatno.

"Kalau bener Nisa dan Aisha tinggal di sana, bakalan enak nih buat ngentotnya, soalnya kondisinya sepi," celetuk Parman.

"Iya sih, benar, tapi blom tentu juga mereka tinggal di sana. Ada banyak kosan di sekitar sini, tapi kalau emang mereka tinggal di sana, sih, ya bagus. Apalagi kalau pemilik kost dan temen-temanya pada pergi, mau mendesah sekeras apa pun, engak ada orang yang peduli. Emang udah gak ada orang lagi karena sepi kondisinya," ujar Yatno.


Pov Aisha dan Nisa


Dengan perlengkapan lengkap yang dibawanya, Aisha kembali ke motor Nisa. Dia mulai melakukan pengecekan terhadap motor yang rusak. Langkah awal yang dilakukannya adalah mengecek kondisi bahan bakar.

Dengan cermat, dia membuka tutup tangki bahan bakar dan memeriksa isinya. Ternyata, bahan bakarnya masih ada, tidak ada masalah pada bagian ini. Aisha mengangguk puas, lalu melanjutkan pengecekan ke bagian selanjutnya.


Aisha mulai melakukan pengecekan terhadap busi. Saat Aisha sedang sibuk melakukan pengecekan, tiba-tiba mendapat pertanyaan dari Nisa.

"Aisha, kok bisa paham banget tentang motor? Kan bukan jurusan otomotif," tanya Nisa heran.

"Kebetulan aku dulu waktu kecil sering bantuin ayahku benerin motor," jawab Aisha sambil terus fokus memeriksa busi.

"Oh, ayahmu dulu punya bengkel?" tanya Nisa lagi.

"Enggak sih, cuma ngebantu benerin motor-motor tetangga yang rusak aja. Jadi semacam serabutan gitu," jelaskan Aisha.

"Wah, pantesan kamu kok kelihatan jago banget," komentar Nisa.

"Aku masih belajar kok," sahut Aisha sambil tersenyum.

"Nisa, ini ternyata businya kotor. Harus dibersihkan," ujar Aisha sambil menunjukkan busi yang kotor kepada Nisa.

Nisa mengangguk mengerti sambil memperhatikan dengan serius apa yang diperlihatkan oleh Aisha. "Iya, kayaknya harus dibersihin dulu biar motornya bisa nyala lagi," sahut Nisa setuju.

Aisha berdiri di depan motor Nisa, memperhatikan dengan seksama busi yang terletak di bagian atas mesin. Dia menggelengkan kepala melihat busi yang tampak kotor dan berminyak.

"Ini mah kotornya level parah harus di bersihkan dengan cairan pembersih khusus tapi, sepertinya kita tidak punya cairan itu," ucap Aisha sambil menggaruk kepalanya.

"hmmm kira kira ada cara lain engak buat ngebersihinya" kata Nisa

Aisha berpikir sejenak. "Hmm, coba deh pake bensin.

Aisha kemudian mulai melakukan langkah-langkah pembersihan. ia membuka tutup busi dan memeriksa kondisinya.

"kamu punya sikat gigi bekas ?" kata Aisha

"sikat gigi bekas? oh ada bentar aku ambilkan" kata Nisa melangkah ke kamar mandi di dalam kamar untuk mengambil nya


Dengan sikat gigi bekas yang sudah tidak terpakai, Aisha mulai membersihkan busi dengan hati-hati, menggunakan bensin sebagai pengganti cairan pembersih khusus.

Aisha menyikat bagian-bagian busi yang terlihat kotor dan berminyak, sementara Nisa membantunya dengan menyediakan kain bersih untuk mengeringkan setelah proses pembersihan selesai.

Setelah beberapa saat, busi terlihat jauh lebih bersih dari sebelumnya. Meskipun tidak seoptimal menggunakan cairan khusus, Aisha yakin bahwa busi tersebut sudah cukup bersih untuk digunakan kembali.

"Mari kita pasang kembali busi ini," kata Aisha sambil tersenyum puas.

Aisha memasang kembali busi ke dalam posisinya semula dengan hati-hati. Setelah semua selesai, mereka mencoba menyalakan mesin motor. Dengan lega, mesin motor Nisa menyala dengan lancar.

"Akhirnya, berhasil juga," ucap Nisa dengan senyum lega.

Namun setelah beberapa saat motornya kembali mati

"aduh kenapa mati lagi" kata aisha

Aisha dan Nisa merasa frustrasi saat mesin motor Nisa terus mati setelah beberapa saat menyala. Mereka berdua mencoba menyalakannya tetapi hasilnya selalu sama mesin mati lagi.

"Aduh, kenapa mati lagi," keluh Aisha dengan wajah frustasi.

Aisha berusaha menyalakan mesin motor kembali, namun hasilnya tetap sama: mesin menyala sebentar kemudian mati lagi.

"Aduh, ini kenapa lagi ya," tambahnya sambil menggelengkan kepala.

Untuk yang ketiga kalinya, Aisha mencoba menyalakan mesin, tetapi mesin kembali mati setelah beberapa saat.

"Aduh, kayaknya masalahnya ada di filternya yang kotor. Tapi aku masih belum mampu membersihkannya,soalnya membuka filter itu sulit," ujar Aisha dengan nada kecewa.

Nisa mengangguk mengerti. "Yah, gimana dong ini?"

"Aku rasa kita harus membawanya ke bengkel ABC saja. Mereka pasti bisa membantu kita," saran Aisha.

"Ya, mungkin itu pilihan terbaik," kata Nisa setuju.

Mereka berdua segera menuntun motor Nisa dan menuju ke bengkel ABC untuk memperbaiki masalah filter yang kotor.

Pov Yatno & Parman

Masih di bengkel ABC, Yatno dan Parman tengah merencanakan aksi cabul mereka terhadap Aisha dan Nisa.

"Ada lagi informasi penting yang kita dapat dari 2 gadis berhijab itu," ujar Yatno dengan serius.

"Tentang rencana mereka untuk olahraga pagi joging di taman kota," sahut Parman.

"Iya, benar. Tumben loe pinter," kata Yatno mengakui.

"Nah, ya emang dari dulu pinter," jawab Parman bangga.

"Ealah, kadang loe somplak juga, tolol," canda Yatno.

"Besok pagi kita harus ke taman kota," kata Yatno dengan tegas.

"Sudah gak sabar lagi ini, kontol ku gatel pengen ngentotin akhwat berhijab," ujar Parman dengan nafsu.

"Sama, kontol ku juga udah gak tenang lagi," timpal Yatno.

Tiba-tiba, Adit mendekat ke arah mereka.

"Bro, sorry ya. Ini kayaknya bakalan lama antrinya, panjang," kata Adit meminta maaf.

"Waduh, kok bisa, bro?" tanya Yatno heran.

"Iya, soalnya kita kekurangan tenaga ahli di sini, dan pelanggan makin menumpuk. Gak papa ya loe nunggu sabar," jelas Adit.

"Yaudah deh, gpp kita sabar kok nunggu, asal motornya beres saja," kata Yatno memahami.

"Siap, komandan," jawab Adit sambil mengangguk patuh.



Pov Aisha dan Nisa


Ketika hendak membuka pagar, tiba-tiba Aisha mendapat ide.

"Eh, Nisa, tunggu sebentar. Bagaimana kalau aku mencoba memperbaiki motormu? Aku bisa mencari tutorial di YouTube," ucap Aisha dengan antusias.

Nisa menatap Aisha dengan sedikit kaget, namun dengan senyum mengangguk dia menjawab, "Ya, tentu saja. Kalau kamu mau mencoba, aku tidak keberatan."

Tanpa menunggu waktu lama, Aisha segera membuka aplikasi YouTube di ponselnya dan mencari tutorial tentang cara membersihkan filter motor.

Aisha berusaha memahami isi dari video tutorial yang sedang dia tonton di YouTube. Namun, menurut penjelasan dalam video tersebut, ada beberapa alat yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Antara lain:Kain lap atau tisu.Penyedot debu atau kompresor udara.Air sabun dan ember kecil.Sikat kecil atau sikat gigi besar.

Namun, Aisha menyadari bahwa dia masih kekurangan penyedot debu atau kompresor udara yang diperlukan menurut tutorial tersebut.

"Nisa, kamu punya penyedot debu?" tanya Aisha, mencoba mencari solusi untuk kekurangan alat yang mereka butuhkan.

"Tidak punya lah, tapi kayaknya bapak kost punya. Biar aku yang pinjam," jawab Nisa sambil mencoba mencari solusi.

Nisa pun bergerak menuju pintu rumah pemilik kost mereka.

"Tok tok tok," Nisa mengetuk pintu dengan lembut.

"Ada apa, nak?" tanya bapak kost saat membuka pintu.

"Pak, ada penyedot debunya?" tanya Nisa.

"Ada, bentar ya, nak," kata bapak kost sebelum menutup pintu sebentar.

Beberapa saat kemudian, bapak kost kembali membuka pintu.

"Ini nak, penyedot debunya," ujarnya sambil menyerahkan alat tersebut kepada Nisa.

"Terima kasih, pak," ucap Nisa dengan sopan.

"Eh, nak, tumben kamu terlihat cantik," goda bapak kost sambil tersenyum.

"Ah, biasa aja kok, pak," jawab Nisa sambil tersenyum malu.

Senyum malu Nisa justru semakin membuat bapak kost tergoda. Matanya penuh kagum terpesona menatap Nisa

Nisa merasa sedikit canggung dengan situasi itu. "Udah ya, Pak," ucapnya, mencoba untuk mengakhiri pertemuan mereka dengan sopan.

Nisa melangkah menjauh dari pintu rumah bapak kost kembali ke motornya yang sedang rusak Sementara itu, bapak kost kembali masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu



"Akhirnya ada penyedot debu," kata Aisha dengan lega.

"Untung bapak kost punya," sahut Nisa.

"Aku ambil kabel rol dulu ya di kamarku, soalnya kan perlu listrik buat mengoperasikannya," jelas Aisha.

"Boleh," kata Nisa.

Aisha pun bergegas menuju kamarnya dan mengambil kabel rol dan hanya itu ia juga mengambil peralatan lainya seperti ember kecil,sabun,kain lap dan peralatan lainya.

Setelah semuanya siap, dia langsung berupaya memperbaiki motor Nisa.


Aisha dengan hati-hati membungkuk di samping motor, fokus pada tutup filter yang terletak di bawah jok.

Dengan tangan yang teliti, dia mulai melepas baut-baut kecil yang mengikat tutup tersebut. Setiap gerakan dilakukannya dengan cermat, takut merusak bagian motor yang berharga.

Saat baut terakhir dilepas, Aisha dengan perlahan mengangkat tutup filter. Dia merasakan sedikit hambatan ketika bagian tutup menempel erat pada sambungan, namun dengan sedikit usaha lebih, akhirnya tutup terlepas.

Wajahnya mencerminkan fokus dan ketekunan saat dia memastikan tidak ada kerusakan pada bagian motor yang dia lepas.

Setelah berhasil membuka tutup, Aisha menempatkannya di samping motor dengan hati-hati. Dia memeriksa bagian dalam filter dengan seksama, memastikan tidak ada debu atau kotoran yang terperangkap di dalamnya.

Kemudian, dia siap untuk membersihkan filter dengan alat dan perlengkapan yang telah disiapkannya sebelumnya.


Dengan begitu, tahap awal membersihkan filter motor pun dimulai, menuntut ketelitian dan perhatian dari Aisha.

Dia sadar bahwa proses ini penting untuk menjaga kinerja motor tetap optimal dan menghindari masalah yang bisa timbul akibat kotoran yang menumpuk di dalam filter.


Setelah berhasil membuka tutup filter motor, Aisha mempersiapkan penyedot debu yang telah disiapkannya sebelumnya

Dengan hati-hati, Aisha menempatkan ujung penyedot debu di dekat filter motor. Dia menyalakan alatnya dan memulai proses penyedotan debu dengan gerakan yang lembut.

Aisha fokus pada area-area yang mungkin terdapat penumpukan debu atau kotoran, memastikan semuanya tersedot dengan sempurna.

Aisha memperhatikan setiap sudut dan lipatan filter, memastikan tidak ada debu yang terlewatkan.


Ketika Aisha yakin bahwa semua debu telah tersedot, dia mematikan penyedot debu dan memeriksa kembali filter motor. Dengan puas, dia melihat bahwa filter terlihat jauh lebih bersih dari sebelumnya.

Setelah berhasil mengeluarkan debu dan kotoran dengan penyedot debu, Aisha melangkah ke langkah selanjutnya dalam membersihkan filter motor


Dengan hati-hati, dia mempersiapkan segelas air hangat yang telah dicampur dengan sedikit sabun cuci piring.


Aisha mengambil filter motor yang telah dibersihkan dan merendamnya dalam larutan air sabun.

Dia membiarkan filter terendam selama beberapa menit, memastikan sabun dapat meresap dan mengangkat sisa kotoran yang mungkin tersisa.

Selama proses perendaman, Aisha memutar filter dengan lembut, memastikan setiap bagian terendam dalam larutan sabun.

Setelah cukup direndam, Aisha mengambil sikat kecil yang telah disiapkannya dan mulai membersihkan filter dengan lembut.

Dia menggosok permukaan filter dengan gerakan melingkar, memastikan sabun menyentuh setiap bagian dengan merata.

Aisha berfokus pada area-area yang mungkin masih terdapat noda atau kotoran yang sulit diangkat.


Ketika Aisha yakin bahwa filter telah dibersihkan dengan baik, dia mengangkatnya dari larutan sabun dan membilasnya dengan air bersih.

Air mengalir melalui filter, membersihkannya dari sisa sabun dan kotoran yang telah terangkat.

Aisha memastikan untuk membilas filter dengan teliti, memastikan tidak ada sisa sabun yang tertinggal.


Setelah proses bilasan selesai, Aisha mengeringkan Filter dengan kain lap. Dia merasa puas melihat hasilnya: filter yang bersih dan segar, siap untuk dipasang kembali ke dalam motor.

Setelah filter benar-benar kering, Aisha memasang kembali filter ke dalam motor. Dia memastikan filter terpasang dengan aman dan rapat untuk mencegah masuknya debu dan kotoran ke dalam mesin motor.



"Akhirnya selesai juga," kata Aisha dengan suara lega.

"Alhamdulillah, sekarang bisa dinyalakan lagi?" tanya Nisa.

"Ayo, kita coba nyalakan," kata Aisha sambil tersenyum.

"Kalau masih tidak bisa, bagaimana?" tanya Nisa.

"Jika masih tidak bisa, kita harus membawanya ke bengkel ABC," jawab Aisha.


Pov Yatno dan Parman


Dua pria itu, Yatno dan Parman, duduk di sudut bengkel ABC, menunggu giliran motor mereka untuk di perbaiki.


Suasana di sekitar mereka dipenuhi dengan suara-suara mesin yang berderit dan bau minyak yang khas. Yatno menatap jam tangannya dengan ekspresi tidak sabar.

"Masih lama, ya?" tanya Yatno kepada Adit, salah satu Pemilik dan juga mekanik sekaligus temanya di bengkel itu.

Adit mengangguk sambil tersenyum, "Bentar lagi, Bro. Masih kurang satu motor lagi, sabar ya, Bro."

Yatno menggeleng frustrasi. "Ya ellah, lama banget nih. Bosen nunggunya."

Yatno dan Parman saling bertukar pandang, ekspresi kebosanan terpancar jelas dari wajah mereka. Mereka merasa seperti waktu berjalan begitu lambat di bengkel ABC ini,

Sementara motor mereka masih belum selesai diperbaiki. Kesabaran mereka mulai diuji oleh keadaan yang membosankan ini.



Pov Aisha dan Nisa

Dengan berdebar debar mereka mencoba menghidupkan motor itu

Kedua wanita itu merasa tegang, setiap detik terasa seperti lama sekali ketika mereka mencoba menghidupkan kembali mesin yang sebelumnya bermasalah.

"Pencet starternya perlahan, Aisha," bisik Nisa dengan suara gemetar.

Aisha mengangguk, mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum menggerakkan starter. Tangan gemetarnya memegang erat kunci kontak, dan dengan perlahan, dia memencet starter.

Ketika mesin mulai berputar, detak jantung keduanya semakin cepat. Mereka memandang motor dengan harapan, berharap agar mesin itu bisa hidup kembali. Setelah beberapa detik yang terasa seperti berabad-abad, tiba-tiba terdengar suara gemuruh kecil dari dalam mesin.

"Aisha, lihat!" seru Nisa dengan suara yang penuh kegembiraan.

Dengan tatapan yang penuh harapan, mereka melihat lampu indikator mesin menyala dan terdengar suara mesim motor, menandakan bahwa motor telah berhasil menyala.

Senyum lega terukir di wajah keduanya, dan rasa bangga memenuhi hati mereka karena berhasil mengatasi masalah mesin motor.

"Alhamdulillah," ucap Aisha dengan suara yang penuh syukur.

"Akhirnya berhasil juga," tambah Nisa sambil mengusap keringat di dahinya.

Mereka merasa lega dan bahagia karena telah berhasil menghidupkan kembali motor yang sebelumnya bermasalah. Setelah melewati segala rintangan dan tantangan

Setelah berhasil menghidupkan kembali motor, Aisha dan Nisa dengan penuh semangat membersihkan area tempat mereka.

Mereka merapikan alat-alat dan peralatan yang digunakan untuk memperbaiki motor, memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Kemudian, dengan hati yang penuh terima kasih, mereka mengembalikan penyedot debu ke bapak kost.

"Akhirnya selesai juga, ya," kata Aisha sambil mengelap keringat dari dahinya.

"Iya, untung motornya bisa nyala. Eh, Aisha, kamu kotor banget tuh, bekas oli dan debu nempel di baju dan wajah kamu," kata Nisa sambil melihat-lihat Aisha dengan tatapan prihatin.

"Apa? Masak sih?" tanya Aisha, sambil mencoba menyapu debu dari wajahnya.

"Iya, kamu kotor banget, yuk mandi bareng aja," ajak Nisa.

"Mandi bareng?" ucap Aisha dengan kaget.

"Iya, gak papa kan, kita sama-sama cewek. Lagian, aku gak tega lihat cewek cantik kayak kamu tapi kotor begini. Yuk, biar aku bantu bersihkan," ujar Nisa dengan ramah.

"Hah ? terus nanti kita telanjang bareng," kata Aisha.

"Tentu saja, yang namanya mandi pasti telanjang, kan?" balas Nisa.

"Waduhhhhhhhh," kata Aisha dalam hati

Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd