Buku Dewa 19
Pernahkah membaca buku Manunggaling Dewa Ahmad Dhani?
Buku tebal harga mahal (sekitar 70 ribuan setelah dipotong discount) yang saya beli di Toga Mas Jogja, tepatnya di depan Empire XXI, buku ini secara kualitas cetak luar biasa bagusnya. Setiap halamannya dipenuhi dengan warna, dan lembaran kertasnya terlihat berkualitas. Tapi bukan karena itu saya membelinya!
Lantas karena apa?
Ya sepertinya karena isinya, itu kalau saya tidak salah lho! :twisted: hihi
Secara keseluruhan buku ini isinya ringan dan mudah dibaca, namun sebagai buku yang menyangkut urusan musik isinya kurang mengandung unsur musikal; artinya hanya sebuah buku sejarah mengenai Dewa dan pandangan beberapa orang mengenai Dewa, itu saja.
Yang menarik dari buku itu, menurut saya, adalah perjalanan mereka menuju penjualan album pertama. Dengan modal 10 juta mereka pergi dari Surabaya ke Jakarta untuk membuat rekaman 10 lagu di Studio 15 milik JK Record, Judy Kristianto, yang terletak di kawasan Petojo-Jakarta Pusat. Mereka nekat berangkat menggunakan kereta Jayabaya kelas ekonomi, dan saat itu Dhani pergi kemana-mana sambil nenteng Keyboard, kebayang banget berusaha ngirit dan repotnya.
Begitu rekaman selesai semua personel Band Dewa pulang ke Surabaya, kecuali Dhani yang tetap tinggal di rumah neneknya di Bogor; karena kemudian ia bermaksud memasarkan album pedana Dewa. Tak seperti yang diharapkan, proses penjualan master (dari album pertama tersebut) ke beberapa perusahaan rekaman tidak membuahkan hasil, semua perusahaan menolak dengan alasan kurang menjual karena warna musiknya dianggap lain atau asing oleh produser musik Indonesia waktu itu.
Bayangkan betapa menyedihkannya industri rekaman waktu itu.
Atau jangan-jangan sampai sekarang masih seperti itu kondisinya? :roll: hmm
Back to topic, setelah Dhani gagal, Ipung sound enginner Studio 15 membantu menawarkan hasil rekaman tersebut ke perusahaan Team Record, melalui A&R Jan N. Juhana. Akhirnya Dewa berhasil masuk Team Record, namun sayangnya perusahaan ini dalam kondisi nyaris bangkrut; sehingga pilihan kerjasama Dewa dan Team Record adalah sistem titip edar.
Sistem bisnis seperti ini menegaskan agar Band Dewa secara mandiri menanggung seluruh biaya promosi karena Team Record hanya akan membiayai distribusi dan peredaran album saja. Harun, setelah membiayai Dewa di pembuatan master album pertama, akhirnya berperan kembali dengan merelakan BMW-nya untuk dijual, karena biaya promosi pada waktu itu sudah mencapai angka 60 juta.
Video Klip lagu berjudul Kangen yang mereka promosikan di acara Selecta Pop TVRI telah menjadi awal kesuksesan Dewa diterima masyarakat. Hal ini terlihat dari penjualan album pertama yang mencapai 170 ribu copy, kemudian permintaan untuk manggung pun mulai bermunculan. Kondisi sukses yang datang secara tiba-tiba ini, tidak pernah mereka perhitungkan sebelumnya, sehingga management awal Dewa cukup repot.
Saya yakin setiap musisi punya kisah dalam perjuangan mereka. Dan dua hal yang dapat kita pelajari dari kisah awal Dewa di atas adalah:
1) kita tidak boleh berhenti berjuang / berkarya hanya karena kita gagal diterima orang lain,
2) kita harus mempersiapkan diri untuk sukses agar kita tidak kaget, lemah dan kemudian jatuh.
8-) Tetap semangat dan berjuang!
Pernahkah membaca buku Manunggaling Dewa Ahmad Dhani?
Buku tebal harga mahal (sekitar 70 ribuan setelah dipotong discount) yang saya beli di Toga Mas Jogja, tepatnya di depan Empire XXI, buku ini secara kualitas cetak luar biasa bagusnya. Setiap halamannya dipenuhi dengan warna, dan lembaran kertasnya terlihat berkualitas. Tapi bukan karena itu saya membelinya!
Lantas karena apa?
Ya sepertinya karena isinya, itu kalau saya tidak salah lho! :twisted: hihi
Secara keseluruhan buku ini isinya ringan dan mudah dibaca, namun sebagai buku yang menyangkut urusan musik isinya kurang mengandung unsur musikal; artinya hanya sebuah buku sejarah mengenai Dewa dan pandangan beberapa orang mengenai Dewa, itu saja.
Yang menarik dari buku itu, menurut saya, adalah perjalanan mereka menuju penjualan album pertama. Dengan modal 10 juta mereka pergi dari Surabaya ke Jakarta untuk membuat rekaman 10 lagu di Studio 15 milik JK Record, Judy Kristianto, yang terletak di kawasan Petojo-Jakarta Pusat. Mereka nekat berangkat menggunakan kereta Jayabaya kelas ekonomi, dan saat itu Dhani pergi kemana-mana sambil nenteng Keyboard, kebayang banget berusaha ngirit dan repotnya.
Begitu rekaman selesai semua personel Band Dewa pulang ke Surabaya, kecuali Dhani yang tetap tinggal di rumah neneknya di Bogor; karena kemudian ia bermaksud memasarkan album pedana Dewa. Tak seperti yang diharapkan, proses penjualan master (dari album pertama tersebut) ke beberapa perusahaan rekaman tidak membuahkan hasil, semua perusahaan menolak dengan alasan kurang menjual karena warna musiknya dianggap lain atau asing oleh produser musik Indonesia waktu itu.
Bayangkan betapa menyedihkannya industri rekaman waktu itu.
Atau jangan-jangan sampai sekarang masih seperti itu kondisinya? :roll: hmm
Back to topic, setelah Dhani gagal, Ipung sound enginner Studio 15 membantu menawarkan hasil rekaman tersebut ke perusahaan Team Record, melalui A&R Jan N. Juhana. Akhirnya Dewa berhasil masuk Team Record, namun sayangnya perusahaan ini dalam kondisi nyaris bangkrut; sehingga pilihan kerjasama Dewa dan Team Record adalah sistem titip edar.
Sistem bisnis seperti ini menegaskan agar Band Dewa secara mandiri menanggung seluruh biaya promosi karena Team Record hanya akan membiayai distribusi dan peredaran album saja. Harun, setelah membiayai Dewa di pembuatan master album pertama, akhirnya berperan kembali dengan merelakan BMW-nya untuk dijual, karena biaya promosi pada waktu itu sudah mencapai angka 60 juta.
Video Klip lagu berjudul Kangen yang mereka promosikan di acara Selecta Pop TVRI telah menjadi awal kesuksesan Dewa diterima masyarakat. Hal ini terlihat dari penjualan album pertama yang mencapai 170 ribu copy, kemudian permintaan untuk manggung pun mulai bermunculan. Kondisi sukses yang datang secara tiba-tiba ini, tidak pernah mereka perhitungkan sebelumnya, sehingga management awal Dewa cukup repot.
Saya yakin setiap musisi punya kisah dalam perjuangan mereka. Dan dua hal yang dapat kita pelajari dari kisah awal Dewa di atas adalah:
1) kita tidak boleh berhenti berjuang / berkarya hanya karena kita gagal diterima orang lain,
2) kita harus mempersiapkan diri untuk sukses agar kita tidak kaget, lemah dan kemudian jatuh.
8-) Tetap semangat dan berjuang!
http://nyanyi.info/398