Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Dema dan Dunia Zombie

D. Pengakuan Dosa

Aku dan tya masih terjebak di kamar rumahnya, kupantau keluar lewat jendela kamarnya, banyak sekali orang kompleknya yang sudah berubah jadi zombie.

"Masooooon kamu di mana sayang, jangan tinggalin mama!" tya masih menangis sesenggukan sambil rebahan di kasurnya. "Udah ty, sssst jangan teriak-teriak, suaramu mengundang zombie-zombie itu untuk masuk ke sini. Benar saja, tak lama setelah teriakan tya, ada yang menggebrak-gebrak pintu kamar dengan keras, "DOK...DOK...DOK." Dari suaranya, bisa kusimpulkan bahwa itu zombie yang membenturkan kepala mereka ke pintu kamar, dari sini kusimpulkan pula bahwa para zombie tidak bisa membuka pintu, terlihat dari gagang pintu yang tidak bergerak sama sekali. "Deeeem aku takuuuuut," tya bergerak mendekatiku dan memelukku dari samping. Posisiku tadi sedang duduk di pinggir kasur dan tya sedang merebah bersandar ke dipan. "Sssstt tenang ty, mereka gak bisa buka pintu," ucapku menenangkan. "Maksudnya?," tanya tya, "Gagang pintu daritadi tidak bergerak, mereka hanya membenturkan kepalanya saja ke pintu berkali-kali, gue simpulin mereka gak tau caranya membuka pintu," ucapku menjelaskan. "Oh iya juga ya," ucap tya yang masih dalam posisi memelukku dari samping. Kurasakan ada sesuatu yang menempel di lenganku, ya puting tya yang mengeras di balik daster warna maroonnya membuatku baru menyadari bahwa ia tidak memakai dalaman, persis seperti Fina kalau sedang di rumah. "Ty, pentil lo kenceng," aku berusaha mencairkan suasana dengan maksud bercanda. "Eh...iya dem maaf," tya spontan melepas pelukannya dan kembali menyandarkan tubuhnya ke dipan. Terlihat dari wajahnya yang masih sembab, nampaknya ia sedang tidak bergairah, mungkin terlalu sedih karena kehilangan suami dan anaknya, mungkin putingnya mengeras karena faktor AC kamar aja yang dingin, pikirku. Aku bergerak ingin menyandarkan kepalaku di dipan, sekarang posisiku berada persis di sebelah tya, kulihat matanya masih sembab dan mengeluarkan airmata, meski tanpa suara. "ty, udah ya, nangisnya. Percuma ty, semuanya udah terjadi, yang mesti kita pikirin sekarang adalah, kita harus bisa keluar dari sini dan meminta pertolongan," ucapku bijak. "Iya dem, pelan-pelan ya, berikan aku waktu, aku masih berusaha mencerna semua ini, dan yang kusesali juga, terlalu banyak kebohongan yang aku lakukan sama Matthew, dem, termasuk hubungan terlarangku sama kamu, aku bener-bener tidak pantas jadi istrinya Matthew. Aku hina, aku kotor dem." ucap tya sesenggukan. "ty, gue pun sama, terlalu banyak kebohongan yang gue perbuat sama Fina, gue merasa sangat bersalah banget, dan merasa gak pantes mendapatkan Fina yang begitu cinta dan sayang sama gue," balasku. "Dem, mungkin kita pun gak akan bisa bertahan lebih lama lagi kalo keadaannya kayak gini terus, kita confess yuk, kita semacem pengakuan dosa aja di antara kita, biar aku pun lega, minimal aku bisa meluapkan apa yang harus aku luapkan," ucap tya. "Maksudnya hal-hal yang selama ini kita sama-sama gak tau gitu?," ucapku. "Iya dem, kita keluarin semua rahasia, aku yakin kamu pun menyimpan rahasia tentang Matthew yang aku gak tau, aku pun begitu, akan kuceritakan rahasia Fina yang mungkin kamu belum tau," ucap tya menambahkan. "Rahasia Fina? Emang ada yang aku gak tau tentang Fina kah?," ucapku penasaran. "Iya mungkin Dem, tapi ini sebelum dia ketemu kamu kok, aku ceritain ya," tya mulai tenang lalu mulai bercerita. "Sebelum ketemu kamu, dia itu anak party banget dem, ya mungkin kebawa sama pergaulanku kali, hehe, terus pernah suatu ketika aku mergokin dia dientot Pak Handoyo pas makrab di Puncak, Dem, waktu itu kita memang sekamar, anak-anak yang lain lagi nyalain api unggun di luar, terus aku nyari Fina kok gak ada, akhirnya aku ke kamar dan melihat mereka lagi ngewe, setelah selesai aku samperin Fina meminta penjelasan, Fina akhirnya mengakui terpaksa melakukan itu karena ia gak sanggup membayar biaya UKT. Kamu tau sendiri kan Dem kalo Fina gak seberuntung kita dalam urusan ekonomi, makanya Handoyo yang mengetahui itu, menggunakan itu sebagai senjatanya untuk memperalat Fina." ucap tya. "Anjing emang Handoyo bangsat," ucapku kesal. "Berati Fina masih ngewe sama Handoyo sampai ia lulus?," Aku bertanya semakin penasaran. "Iya, dem, karena Handoyo lah yang membiayai Fina sampe lulus, tapi dia terpaksa ngelakuin itu dem, sebenernya dia udah mau jujur sama kamu, tapi dia gak sanggup ngomongnya sama kamu, makanya cuma sama aku dia cerita," "Jadi selama pacaran sama gue pun, dia masih ngentot sama si Handoyo itu?","Iya, dem. Tapi kamu harus tau ya, dia itu sayang banget sama kamu, dan dia lakuin itu semua karena udah terlanjur komitmen sama Handoyo yang bayarin dia sampe lulus." ucap tya. "Hah bangsat emang, semoga aja jadi zombie tuh dosen laknat," sungutku. "Udah lah Dema, gak usah nyalahin Fina, kamu pun lebih parah kan dari dia? Kamu udah nikah tapi masih ngewe sana sini," tutup tya. Aku pun setelah diingatkan tya, emosiku teredam dengan sendirinya karena memang apa yang dilakukanku di belakang Fina jauh, sangat jauh lebih parah. Aku pun akhirnya bisa tenang. "Udah itu aja ty, ada lagi gak selain itu?" ucapku penasaran. "Gak ada sih dem, paling ya normal aja, pacaran sama mantannya, terus ngewe, ya normal lah seperti pacaran pada umumnya. "Siapa aja sih mantannya? Setahu gue cuma si Brodi, Alvin sama Vino ya?," "Banyak sih Dem, dia pernah sama Jerry, terus sama Fian juga. Malah sama Fian dia pernah ngekos bareng, sebelum akhirnya putus lalu pindah bareng aku, tapi selebihnya normal kok, Fina orangnya setia banget" ucap tya. "Oh yaudah lah, toh semuanya udah terjadi, meski pun gue agak gak terima aja dia pernah digarap Handoyo," ucapku masih agak kesal. "Terus rahasia Matthew apa nih Dem yang aku gak tau?" tya mulai bertanya tentang suaminya. "Ok, gue akan cerita tapi janji lo jangan marah ya?," ucapku sebelum mengawali cerita. "Iya dem, aku udah siap dengan semuanya kok, aku pun kotor dan hina, dan mungkin lebih parah dari Matthew," senyum tya. "Jadi, dia pernah cerita kalo dia akhirnya bisa ngentotin bu Safira, sebelum lulus dari kampus," ucapku membuka obrolan. "Terus?" tya penasaran. "Ya waktu itu setelah dia pepet terus akhirnya Safira mau sama dia, padahal itu udah pacaran kan sama lo?," ucapku. "Iyalah Dem, Matthew nembak aku gak lama setelah kita dari museum, momennya pas sih, dia waktu itu ngasih surprise ulang tahun aku, lalu bawa aku ke hotel, dia udah ngedekor dengan effort yang luar biasa sih, makanya aku luluh, akhirnya aku terima dia dan langsung dientot dong aku, hehe," tya kali ini mulai bisa senyum mengenang masa lalunya bersama Matthew." "Hahaha emang taik sih dia, gua kangen banget sama lu nyet, sumpah," tak terasa airmataku menetes mengenang kebersamaanku bersama sahabatku itu. "Eh terus gimana lagi dem cerita sama bu Safira itu?" "Ya terus akhirnya diajakin nonton tuh, terus yaudah ngewe di hotel Bintang yang deket kampus itu," ucapku. "Hehehe nakal juga ya suamiku," ucap tya tanpa cemburu sedikit pun. "Terus pas udah nikah sama aku, dia ada cerita-cerita lagi gak dem sama kamu?" tanya tya. "Ya ada ty, kamu janji gak marah kan?," tanyaku, "Iya dem aku gak akan marah kok, aku udah ikhlas toh Matthew udah gak ada," ucap tya tenang. "Dia kalo lagi dinas ke luar kota pasti jajan ty." ucapku. "Hah iyakah dem? Yang bener kamu?," tya seperti gak menyangka kalau Matthew berbuat seperti itu. "Iya, ty, dia selalu cerita sama gue kalo abis jajan, malah sering motoin ceweknya lalu kirim ke gue," ucapku. Tya pun yang sudah ikhkas hanya tersenyum saja mendengar ceritaku. "Aku cinta kamu sayang, sekotor-kotornya kamu pun, aku rasa aku lebih kotor," ucap tya mengenang suaminya. "Terus lo sendiri gimana ty, dosa lo apa aja sama matthew?," ucapku penasaran. "Hahaha penasaran ya dem? Kamu jangan terkejut ya denger ceritaku, aku merasa aku ini kotor dan binal banget sih, ya gimana abis ngewe itu enak," tya yang sudah bisa tertawa lepas membuka obrolan. "Haha pernah ama siapa aja lo emang ty selain sama gue?" ucapku penasaran. "Hihi dem dem asal kamu tahu ya, aku itu setiap hari pasti ngewe, even ketika aku mens." ucap tya tanpa malu-malu. "Oya?" aku agak tak percaya mendengar itu. "Terus kalo kamu lagi mens gimana emang?" tanyaku penasaran. Tiba-tiba tya menungging dan mendekatkan lubang pantatnya tepat di depan mukaku. "Ya kan masih ada lubang satunya Dema, jangan pura-pura polos deh kamu hihi." Aku menelan ludah melihat bulat dan sekalnya pantat tya, tya pun iseng dengan menempelkan pantatnya ke wajahku, aku pun yang belum siap harus menerima gesekan pantatnya di wajahku. "Nih kalo kamu mau pake aja lubang boolku," sambil cengengesan tya twerking di wajahku. "Haha nakal!" "Plak!" aku pun menampar pantatnya berkali-kali. "Yes harder baby aaaah hahahha," tya pun membercandaiku dengan menikmati tamparanku di pantatnya. Aku pun mendorong pantatnya tya, "Udah nanti aja, kita lanjut dulu ngobrolnya, masih seru nih." Aku pun mendorong pantatnya tya dan dia pun kembali ke posisi semula. "Terus gimana ty kalo Matthew lagi di luar kota atau lagi gak bisa layanin kamu?" ucapku terus mengorek tya. "Ya sama kamu lah dem," ucap tya. "Ya gue kan gak selalu bisa waktu itu ty," ucapku. "Hehe banyak dem. Sama bosku, temen kantorku, bahkan mantan-mantanku yang masih minta jatah aku ladenin semua, kalo diingat-ingat, aku merasa kotor banget dem, sama siapa aja mau." lirih tya. "Terus masa kuliah lo?" sambungku. "Kalo kuliah belum terlalu sih Dem pas awal, paling sama mantan-mantanku aja. Yang bikin aku berubah jadi lebih binal itu ya setelah sama kamu. Jujur, kontol kamu itu yang paling enak di antara semua kontol yang pernah masuk ke memek aku, makanya setelah sama kamu dan kamu memilih menjaga jarak sama aku, aku semakin lapar akan seks dem, gila juga ya aku," ucap tya mengakhiri. "Dan makanya lo kemaren WA gue lagi?," "Iya lah dem, I cant live without seks, sumpah aku sakau banget sehari gak nemu kontol berasa ada yang kurang." ucap tya sambil meraba kontolku yang mulai menegang. "Kubuka ya sayang celana kamu, kangen nih sama isinya," ucap tya. Tya pun membuka celanaku dan terpampanglah kontol kebanggaanku, tanpa basa-basi tya langsung membungkukkan badannya, "Hi long time no see my favorite dick," ujar tya sambil mencium kepala kontolku. "Sluuurp...sluuuurp," tya melahap kontolku dengan ganas lalu melepaskannya lagi, "sekarang giliran kamu ceritain rahasia kamu," ucap tya yang sudah kembali bersandar ke dipan sambil tetap mengocok pelan kontolku. "Oke hmmm mulai dari mana ya huh," aku agak bingung memulai cerita. "Pokoknya aku pengen tau dan kepo siapa aja sih perempuan beruntung yang pernah dientot sama kamu, hehe." ujar tya. Hehe baiklah, jujur sih pertama kali ngewe pas gue udah lulus SMA, waktu itu sama temennya kak Denisa, namanya Ajeng. "Wah temen kakak kamu Dem? Kamu pacaran kah?" ucap tya penasaran. "Haha nggak ty, gue seumur hidup cuma dua kali pacaran, pacaran kedua sama Fina terus nikah." "Oh teman tapi masuk gitu lah ya? Hihi," ucap tya. "Ya begitulah ty, gue cuma mau tubuh mereka aja, gak lebih. Kadang berasa jahat banget sih, soalnya banyak yang baper." ucapku. "Ya siapa yang gak baper sama kamu sih dem, udah ganteng, jago lagi ngenakkin cewek," balas tya sambil tetap mengocok kontolku.
 
Terakhir diubah:
Hallo guys, di chapter kedua ini lebih ke side story ya, nanti kita balik lagi ke main story di chapter 3, tema side story ini masih tentang wanita-wanita yang pernah jatuh ke dalam pelukan Dema Dermawan. Di sini juga akan diceritakan latar belakang keluarga Dema lebih detail. Stay tune ya.🔥
 
Chapter 2: Wanita-wanita yangPernah Hadir Dalam Hidupku

Sebelum masuk ke cerita, berikut mulustrasi orang yang bakal hadir di sesi cerita ini:



Derry Dermawan


Denisa Dermawan

Mereka berdua adalah kedua kakakku, kami lahir dari orang tua yang bernama Deddy Dermawan, seorang senior manager di perusahaan minyak nasional, dan Eva Elizabeth, seorang ibu rumah tangga yang cantik yang masih punya darah Inggris dari ayahnya, makanya aku dan kakak-kakakku punya wajah blasteran Sunda-Inggris. Meski pun sebenarnya keluargaku bisa dibilang berada, tapi ayahku selalu mengajarkan nilai kesederhanaan dalam keluargaku. Makanya di awal aku bercerita bahwa rumahku sederhana dan apa adanya, padahal ya aset ayahku yang lain lumayan banyak, namun dalam urusan rumah. Ayahku sangat minimalis sekali. Rumahku yang sekarang kutempati pun adalah warisan turun-temurun dari kakekku, makanya ayah tak mau menjualnya dan lebih memilih untuk kita semua tinggali. Punya nilai historis, katanya, ucap ayahku suatu ketika.

Kakak pertamaku, Derry, adalah cerminan ayahku. Ya mereka sangat mirip baik dari postur, cara bicara, bahkan karir mereka pun mirip, cuma bedanya sekarang dia bekerja di perusahaan minyak negeri Jiran. Sementara kak Denisa, ia kuliah fakultas ekonomi di kampus yang sama denganku, bedanya aku mengambil jurusan sastra Inggris. Setelah lulus kuliah, kakakku bekerja di Bank Korea, lalu akhirnya ia diboyong suaminya yang juga orang Korea, untuk kemudian berpindah dinas di Bank negara tersebut.

Keluargaku sangat harnonis, tidak pernah sekali pun kulihat orang tuaku berantem. Kita bertiga memang punya kesamaan, sama-sama introvert tapi menyukai seks. Hahaha kita bertiga punya kesamaan itu.

Aku sering sekali, baik sengaja mau pun tanpa sengaja, melihat kakak-kakakku lagi ngentot dengan pasangan mereka masing-masing. Pernah waktu itu, waktu SMP, sepulang sekolah aku tak sengaja melihat kak Derry sedang mengentot istrinya pas mereka masih pacaran, ya bagaimana tidak, mereka melakukannya di ruang tengah. Waktu itu aku cuek saja buka pintu, dan disuguhi pemandangan seperti itu. "Eh dek kalo pulang pintunya diketok dong, kamu ini," Sambil gelagapan memakai baju celananya, kak Derry agak menegurku. "Eh maaf kak, gak sengaja soalnya gak dikunci, terus yaudah aku masuk aja," jawabku santai. "Tadi adek liat gak kita lagi ngapain?" Ujar kak Berli istri kakakku. "Eh gak keliatan kok kak, aku gak liat apa-apaan," ucapku pura-pura padahal sangat jelas aku melihat mereka berdua sedang melakukan ena-ena. "Yaudah kita ke kamar ya, kamu pergi gih main dek, nih kakak kasih uang, tapi jangan bilang-bilang papa ya kalo kamu liat ini," Kak Derry memberiku uang seratus ribuan dua lembar. "Aman kok kak, hehehehe makasiiii," aku pun langsung ke kamar untuk berganti pakaian.

Kak Denisa pun begitu, pernah pas SMA aku memergokinya sedang dientot mantannya di kamarnya. Ia yang melihatku membuka pintu langsung panik dan sedikit kesal, "Ketok pintu dong dek kalo mau masuk, gak sopan ih," ucap kakakku yang sedang telanjang bulat, ia dengan cepat menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, sementara Rey, mantan pacarnya hanya tersenyum padaku. "Ya maap kak aku mau ngambil chargerku yang tadi kakak pinjem," "Tuh ambil aja di pojok," "Lain kali dikunci dong kak, kan jadi turun kan moodnya wleeee," aku menjulurkan lidahku mengolok-olok kakakku dan pacarnya. "Yeeee bocil tau apa gini-ginian, eh dek jangan bilang papa mama ya," "Gak janji ya kak, hahahhaa," ucapku. Denisa yang langsung mengerti maksudku langsung mengambil dompetnya dan memberiku uang 250 ribu. "Nih bocil, uang tutup mulut, awas ya kalo sampe bocor," ucap kak Denisa dengan nada sedikit mengancam. "Iya kak aman aman, udah sana lanjut, kasian tuh muka om Rey dah merah gitu hahaha," aku pun keluar kamar dan mereka pun melanjutkan permainan.

Awalnya aku agak bingung dengan apa yang kulihat, tapi akhirnya aku terbiasa melihat kakak-kakakku seperti itu. Rumahku memang sering sepi karena papaku sering dinas ke luar kota, dan mengajak mamaku juga. Jadi ya di rumah hanya kita bertiga.

Kita lanjut ke pengalaman seks pertamaku, waktu itu aku baru saja lulus SMA, dan diberi "hadiah kelulusan" oleh teman kak Denisa, bernama Ajeng Rahayu Dewi.

A. Ajeng Rahayu Dewi


Ajeng Rahayu Dewi

Pengalaman seks pertamaku adalah dengan wanita ini, tak kusangka di balik penampilannya yang tertutup, ia punya sisi liar yang akhirnya kunikmati.

Ceritanya waktu itu, setelah Ujian Akhir, biasanya ada rentang waktu dengan pengumuman kelulusan, sehingga selama menunggu kelulusan, aku hanya di menganggur di rumah saja. Waktu itu kak Denisa sudah memasuki semester akhir kuliahnya, lalu ia mengajak temannya Ajeng main ke rumahnya, sekalian garap skripsi katanya.

"Dek, kakak pulang," kak Denisa mengetuk pintu yang kukunci. Aku pun bergegas membuka pintu. Kulihat kakakku membawa temennya, yang tak lain adalah Ajeng. Aku pun dengan sopan mempersilakan mereka masuk. "Kenalin nih dek, temenku namanya Ajeng," ucap kakakku. Ajeng pun menjulurkan tangannya ke arahku. "Hai aku Ajeng," "Hai kak, aku Dema, salam kenal ya," ujarku menerima uluran tangannya. Hari itu papa dan mamaku memang sedang dinas di luar kota, sementara Kak Derry sudah menikah dengan kak Berli dan merantau ke Malaysia. Ajeng waktu itu terlihat sangat cantik memakai dress dan rok panjang cokelat semata kaki. Meski pun tertutup, tapi pakaiannya yang ketat membuat lekuk pantat dan dadanya terlihat jelas. "Silakan masuk kak," ujarku. "Dek ambilin minum dong sayang, ada tamu nih," ucap kakakku. "Iya kak. Mau minum apa kak Ajeng?" "Air putih dingin aja dem," "Ok." Aku pun ke dapur mengambilkan minuman. "Ini ya kak," "Makasih Dema. Eh kamu masih nunggu kelulusan ya Dem, kamu rencana mau lanjut kuliah di mana?" tanya Ajeng. "Belum tau kak, aku pengennya sih ke fisika atau astronomi gitu lah," ucapku santai. "Wah kamu pinter juga ya berarti, gak ke ekonomi aja ikut sama aku, nanti aku ajarin semua hal tentang ekonomi hihi," Ajeng sedikit menggodaku. "Gue mandi dulu ya beb, terusin deh ngobrolnya," kak Denisa melengos ke kamar mandi. Aku dan Ajeng pun melanjutkan obrolan. Karena kehabisan topik, aku pun menanyakan pertanyaan konyol yang mungkin membuatnya geer, "Kak Ajeng dah punya pacar?," ucapku. "Belom nih, baru putus sebulan lalu Dem, kamu aja jadi pacar aku gimana Dem? Mau gak?," godanya. Ajeng pun menyentuh dan mengelus tanganku, "Wah tangannya berurat gini ya, kamu sering olahragakah Dem?" puji Ajeng. Aku yang agak kaget tangannya dipegang sedikit menjauh. " Eh kak, eee..iya paling futsal aja sih, sama renang," ujarku. Aku terlihat kikuk waktu itu karena kaget dengan Ajeng yang cukup agresif. "Hmmm kak aku kamar yak, ngantuk nih," ucapku menghindar. "Lah aku kok ditinggal?," Ajeng agak sedikit cemberut. Aku pura-pura menguap saja di depannya lalu langsung balik badan menuju kamar.

15 menit kemudian kak Denisa sudah selesai mandi kemudian menuju ruang tamu. "Eh adek gue mana beb?" "Tau tuh gue elus tangannya langsung jiper gitu dia beb hahahha," "Hahaha lo lagi, adek gue mah gitu, cuek banget sama cewek, homo kali ya," ucap Denisa. "Emang dia belum pernah bawa cewek ke rumah beb?" Ajeng penasaran. "Belom, cupu dia beb. Gak cupu juga sih, banyak yang suka sama dia tapi dia cuek banget orangnya, kemaren aja si Feli sama Dinda udah naksir dia juga malah dicuekkin tuh," ucap Denisa. "Oya? Gue deketin ya beb, suka nih gue ama yang polos-polos gini hihi," ucap Ajeng. "Haha deketin aja kalo bisa beb, palingan nanti lo cape sendiri," "Tenang, gue tau cara menaklukkan lelaki," Ajeng dengan senyum simpulnya membalas.

Sesampainya di kamar, aku pun kepikiran tentang peristiwa tadi. "Eh Ajeng kenapa tiba-tiba megang tangan gue dah, kayaknya agresif juga tuh cewek," ujarku. Aku pun agak horny membayangkannya, lalu mengambil hape dan nonton bokep. Aku pun mulai mengocok kontolku sambil membayangkan jadi pemeran video bokep itu, entah kenapa tiba-tiba aku terbayang Ajeng. Aku pun semakin intens mengocok kontolku, lalu tiba-tiba kau dikagetkan dengan kak Denisa yang nyelonong masuk kamarku. "Dek kamu ........mau ...makan apa? Eh lagi ngapain, lagi coli ya dek?." Aku pun buru-buru membetulkan celanaku dan menarik selimut. "Eh ngetok dulu dong kak kalo mau masuk," "Enak gak lagi kentang gitu tiba-tiba turun moodnya?", kak Denisa balik mengolokku sambil terkekeh seperti yang dulu kulakukan. "Ahelah, gak ngapa-ngapain kok aku kak, ini cuma gatel makanya kugaruk," "Halah pake ngeles," kak Denisa lalu menghampiriku dan duduk di sampingku. "Heh kakak kasih tau ya, jangan coli mulu, gak baik tau, cari cewek napa dek," "Hah males pacaran kak aku," jawabku. "Ya gituan kan gak harus pacaran dek, kakak gapapa kok kalo kamu bawa cewek ke rumah, gak akan kakak bilang mama papa, kamu udah mau 18 tahun, udah saatnya lah ngerasain tubuh cewek, jangan dimainin sendiri mulu tuh burung," kak Denisa menunjuk kontolku yang masih ketutup selimut. "Eh dek, kalo mau kamu ama Ajeng aja tuh," kakakku menawarkan. "Hah emang dia bisa diajak begituan kak? Dia tertutup gitu," jawabku. "Halah dek dek, gini nih kalo nonton bokep mulu, makanya liat dong dunia luar, cewek-cewek seusia kakak mana ada sih yang masih perawan, polos banget deh kamu dek," ucap kak Denisa. "Oh kak Ajeng udah gak perawan ya kak?" "Haha kakak mah udah tau binalnya dia dek, dia lebih gila dari kakak. Yaudah kalo mau tar kakak atur biar kamu bisa ngewe sama dia, gimana?," "Gimana caranya kak?," "Kamu terusin colinya, tapi pintunya kamu buka dikit, pokoknya jangan dikeluarin dulu sebelum Ajeng datang ke kamar ya, kakak tinggal hape kakak di sini, biar nanti kakak suruh ambilin Ajeng ke sini," "Oh oke kak ok," "Gimana nih adek kesayangan kakak mau ngelepas perjakanya nih, kamu tau kan cara ngenakkin cewek gimana?" "Ya tau kak kan sering nonton bokep," "Yaudah kakak percaya deh, kakak ke bawah dulu ya,", "oke kak." Kak Denisa pun kembali turun ke bawah, meninggalkanku sendiri. "Oke berati gue terusin coli, terus nanti kak Denisa minta tolong ambilin hapenya sama kak Ajeng, hmmm pinter juga kakak gue," aku pun mulai kembali mengocok kontolku sambil menonton bokep.

"Beb masak yuk," Denisa mengajak Ajeng untuk masak di dapur, Ajeng pun yang tadi sedang duduk di sofa melangkahkan kaki mengikuti Denisa. Tak lama kemudian, "Oiya hape gue di kamarnya adek gue lagi, beb bisa tolong ambilin hape gue gak di kamarnya Dema? Gue sambil nyiapin bahan-bahannya dulu nih," ucap Denisa. "Oh ok beb, kamarnya yang itu ya, yang deket tangga?" tanya Ajeng. "Iya lo langsung masuk aja, tadi adek gue lagi tidur, gak ditutup kok pintunya," "Oke beb." Ajeng pun melangkahkan kakinya ke tangga menuju kamarku.

Aku yang sedang mengocok kontolku tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Ajeng, pintu kamarku yang tak ditutup membuat Ajeng langsung nyelonong masuk. "Eh Dem maaf kirain lagi tidur, aku mau ngambil hape Denisa," Ajeng mendekati kasurku dengan kikuk. "Eh iya kak silakan," tanyaku pura-pura panik. Ajeng lalu mengambil hape Denisa dan duduk di pinggiran kasur. "Kamu lagi ngapain Dem, aku liat tadi tangannya lagi naik-turun heheh," Ajeng mulai mengarahkan pembicaraan. "Eh nggak kok kak tadi gatel aja makanya kugaruk," ujarku ngeles. "Masa garuknya naik turun gitu, terus tadi sambil liatin hape lagi nonton apa hayo?" Ajeng menggodaku. "Hehehe gak kok kak," aku masih berusaha menjaga jarakku dengan Ajeng. Sebenernya aku kikuk saja karena tidak tahu harus gimana lagi untuk melanjutkan ke arah yang lebih intim. "Jangan sering dimainin sama tangan ya dem burungnya, lecet lho nanti, coba aku pengen liat," tiba-tiba Ajeng langsung membuka selimutku dan terpampanglah kontol panjang berdiameter besarku, sedang berdiri tegak karena sedari tadi kukocok. "Waw dem, gede bangeeet," Ajeng takjub dengan ukuran kontolku. "Hehe nggak kok kak biasa aja," aku mencoba merendah. Ajeng memegang kontolku dan melihat di sekelilingnya, "Tuh liat dem lecet dikit kan, jangan dikocok terus ya, atau kalo mau dikocok dilumasin dulu atuh," tiba-tiba Ajeng membungkukkan badannya, dijilatinya kepala kontolku dengan putaran lidahnya yang menggoda. "aku bantuin keluarin ya sayang," lalu "Sluuuurp...sluuuurp" Ajeng mulai memainkan kontolku dengan mulutnya, "Ahhhhhshhhh kak enak banget," ucapku meracau. Inilah pertama kali aku disepong wanita. "Sluuurp...sluuuurp...sluuuurp uhhhhk uhhhk," Ajeng membenamkan kepalanya hingga pangkal kontolku, aku kelojotan dibuatnya. "Aaaaah yeeees enak banget," tanganku yang sedari tadi diam akhirnya mulai nakal, kubenamkan kepalanya yang masih ditutupi hijab hingga dia tersedak, "Uhhhhk aaaaah nakal ya kamu," Ajeng lalu lanjut menyepong kontolku selama kurang lebih 3 menit. Tanganku mulai nakal meraba payudaranya yang besar yang masih tertutup dressnya. "Aahhh gede banget kak teteknya, boleh nenen gak?," ucapku. Ajeng pun melepaskan sepongannya lalu melepaskan dressnya tanpa melepas hijabnya, hingga terbukalah dadanya yang membusung namun masih tertutup beha warna pinknya. "Buka sendiri dong kalo mau nenen," Ajeng menggodaku. Lalu aku pun melumat bibirnya, kumainkan lidahku dalam mulutnya yang tentu diladeninya dengan lebih ganas. Sambil kucium, aku melingkarkan tanganku ke punggungnya, lalu kulepaskan pengait behanya. Setelah terlepas, kulihat dua gundukan indah yang selama ini hanya kulihat dari video bokep. "Wah gede banget kak teteknya," aku pun menggoyang goyangkan tetek Ajeng. "Isep dong sayang, katanya mau nenen," goda Ajeng sambil menggigit bibir bawahnya. Nampaknya ia sudah horny sekali. "Aku pun langsung mendekatkan mulutku ke putingnya, lalu menghisapnya dengan kuat hingga Ajeng agak kesakitan, "Sayang pelan-pelan, jilat dulu sayang aaaaah," Ajeng meracau. Aku pun yang memang pertama kali melakukan hal ini kemudian mengikuti instruksi Ajeng, kujilati putingnya dengan putaran lidahku, terlihat Ajeng merem-melek dan mendesah keenakkan, "Aaaah ya gitu sayang, cepet ya kamu belajarnya aaaaah." Aku pun tambah semangat dipuji seperti itu, lalu kuisap puting Ajeng secara bergantian, hingga membuatnya kelojotan, "Yes enak banget sayang isep terus sayang," Ajeng meracau. Lalu kurebahkan tubuhnya di kasur, kutarik celananya pelan-pelan, hingga terlihatlah celana dalam pinknya yang nampak sudah kelihatan basah dari luar, aku pun dengan pelan membuka celana dalamnya. "Dema sayang, jilatin dulu memek aku, bikin aku basah dulu baru abis itu masukkin kontolnya. Aku pun kemudian mendekatkan mulutku ke memeknya, memeknya bersih tanpa bulu, mungkin baru di-shaving. "Sluuuurp....sluuuurp," Kujilati memeknya pelan, kuputarkan lidahku hingga Ajeng kelojotan, "Aaaaah iya sayang yeeees kamu pinter banget," Ajeng meracau. Setelah 5 menit ku memainkan memeknya, aku pun bangkit lalu bersiap memasukkan kontolku ke dalam memeknya. Sumpah waktu itu aku gemetaran karena memang baru pertama kali. Ajeng yang melihat gestur ku hanya tersenyum saja, "Udah siap kamu kehilangan perjakanya dem? Aku lho orang pertama yang beruntung dimasukkin kontol gedenya kamu," goda Ajeng. Aku pun mulai memainkan memeknya dengan kepala kontolku, lalu perlahan "Blesssss..." hantaman kontolku dibarengi desahan Ajeng yang melenguh keenakan, "Aaaaaaah shhhhhhs gede banget sayang kontol kamu, pelan-pelan ya maju mundurinnya, kamu jaga ritme kamu biar gak cepet keluar," Ajeng mengingatkan. Aku pun perlahan memaju mundurkan kontolku di memek Ajeng yang sudah basah. Kurasakan sensasi yang luar biasa ketika kontolku memasuki lubang kewanitaannya.

**

Aku pun semakin bernapsu menggenjotnya, Ajeng hanya melenguh dan mendesah menerima hujaman kontolku di dalam memeknya. "Ah ah ah ah aku mau keluar sayaaaaang ah".... "Cuuuuur...cuuur....aaaaah ssshhhhh," Ajeng pun menyemburkan cairan cintanya membasahi kasurku, aku tambah semangat menggenjot memeknya. "Yes yes yes yes fuck me aaaaah fuck," Ajeng terus meracau.

Denisa yang sedang masak, melangkahkan kakinya ke kamarku, "Wah jadi ngewe nih adek gue, liat ah," Pelan-pelan Denisa mengendap mendekati kamarku, setelah sampai di ujung pintu, ia melihatku yang sedang menggenjot Ajeng. "Duh jadi kangen Rey deh," Denisa melmngintipku sambil memasukkan tangan ke dalam hotpantsnya. "Ahhhhh kak aku mau keluar kak," aku yang mulai merasakan sensasi geli di kontolku sudah tidak kuat lagi menahannya, "Jangan di dalem sayang, sini crotin muka aku." Aku pun mencabut kontolku dari memeknya dan langsung bangkit dari kasur, mengarahkan kontolku ke wajah Ajeng yang masih berbaring, "Aaaaaah aku keluar kak...." "Croooot...croooot...crooot..crooot," Semburan spermaku memenuhi wajah dan membasahi jilbab Ajeng. Ajeng pun membersihkan sisa sperma di kontolku lalu mengusap wajahnya dengan jarinya, lalu dikecaplah jarinya satu-satu. "Wah banyak banget keluarnya sayang," Puji Ajeng. Denisa yang melihatku mengekuarkan sperma di muka Ajeng hanya tersenyum kemudian kembali ke bawah.

Ajeng lalu ke kamar mandi atas membersihkan muka dan jilbabnya, lalu ia kembalinke dapur. "Beb lama amat ngambil hape doang, ada apa niii di kamar adek gue ampe setengah jam?" goda Denisa yang sebenarnya sudah mengetahui kejadiannya. "hehe tadi adek lo ngajak ngobrol tentang kampus beb, kudoktrin aja biar dia masuk Ekonomi juga," Ajeng ngeles. "Oh...yayaya percaya deh percaya," Denisa hanya tertawa mendengar penjelasan Ajeng.

"Dek, ayo turun dong makanan dah jadi nih, kamu makan dulu," Kakakku memanggilku untuk segera makan. Aku pun melangkahkan kaki menuju meja makan. "Wih ada yang cape banget kayaknya, habis ngapain sih adek aku?," goda kakakku. Aku yang memang sudah bekerja sama dengannya hanya tersenyum dan menanggapi singkat, "Hehehe tanya aja kak Ajeng tuh kak, betah banget dia di kamarku," ucapku. ""Hehehe kita ngobrolin kampus kan ya dem ya?" Ajeng masih berusaha ngeles. "Udah udah ah ngelesnya, gue tau lu berdua habis ngewe kan? Orang gue tadi nontonin deket pintu, pake ngeles segala hahahaha," "Anjir beb frontal banget, behave napa behave," Ajeng agak malu mendengar pernyataan Denisa. "Hahaha enak gak adek gue beb?," "Enak gak ya? Hahahaha enak beb, enak banget, iya kan dem?," Ajeng melirikku genit. "Hahaha ngomongin apaan sih, udah udah makan dulu," jawabku. "Lu nginep aja beb di sini, Rey juga mau nginep nih di sini," Ujar Denisa. "Wih ada yang gak tahan juga nih," Ejek Ajeng terkekeh. "Ya mana gue tahan, tadi lu berdua hot banget," sambung Denisa. "Kak Ajeng nginep sini aja, aku mau ngentotin kakak lagi boleh gak?" Aku menyahuti. "Wih ada yang ketagihan nih, yaudah gapapa daripada kamu coli mulu dek, gak bagus ah nonton bokep mulu, mending pake nih temen kakak sepuasnya," Ujar Denisa. "Wih aku bikin nagih ya dem?" Ajeng terlihat senang. "Hehe memek sama tetek kakak enak sih," ujarku singkat. "Yaudah aku kabarin nyokap gue dulu ya beb," balas Denisa.

Akhirnya malam itu Ajeng dan Rey pun menginap di rumahku, malamnya aku ngentotin Ajeng lagi sampe 3 ronde, sementara kakakku dientot Rey di sofa.

Itulah pertama kali aku merasakan tubuh seorang wanita, dan dari sinilah, jiwa "Don Juan" ku secara alamiah terbentuk.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd