Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet

CHAPTER VI

SHE’S LOST CONTROL​



Februari 2017

“Cyn, lo dipanggil pak Gio ke ruangannya tuh. Katanya lo mau ditugasin ke luar kota,” sahut seorang rekan kerja senior Cynthia.

Deg. Cynthia hanya bisa menghela nafas menyembunyikan kekagetannya mendengar yang disampaikan rekan kerjanya itu.

“Oh, ok, kak,” sahut Cynthia yang merasa tidak terlalu bersemangat mendapatkan info tersebut tapi dengan berat menyeret kakinya ke ruangan atasannya tersebut. Sejak bulan lalu Cynthia resmi diterima di perusahaan tempatnya ia magang sejak tengah tahun lalu hingga kelulusannya di akhir tahun yang tergolong cepat karena hanya menempuh 7 semester kuliah. Ya, Cynthia memang seseorang yang rajin belajar dan pintar. Perusahaan tempat ia bekerja itu adalah milik mertua Gio yang suatu hari akan mewarisi perusahaan tersebut.

“Pak Gio panggil saya?” tanya Cynthia sopan setelah mengetuk ruangan bosnya itu.

“Iya, Cynthia. Silakan masuk. Silakan duduk dulu,” perintah Gio yang segera dituruti oleh Cynthia. Selain Gio, dalam ruangan luas dengan kaca transparan itu sudah ada Bima, sebagai Project Manager di perusahaan itu, yang duduk di kursi di samping Cynthia, dan seorang pria berkacamata yang menekuni laptop di sebuah meja terpisah. Ia adalah sekretaris dari Gio.

“Jadi gini, karena kita sedang buka anak perusahaan baru di luar pulau, kita sebagai perusahaan induk perlu mendelegasikan tim untuk memberikan pelatihan manajerial untuk staf-staf baru di sana. Nah, setelah rapat dengan Direksi, perusahaan kita diminta untuk mengirimkan staf untuk dikirim dinas luar ke sana selama 2 minggu untuk ngasih training. Awalnya mereka menyarankan mengirim tim berisi 5 orang. Tapi karena saya menawarkan untuk berangkat juga, mereka akhirnya menyarankan 3 orang saja. Dan saya menunjuk pak Bima sebagai Project Manager untuk mendampingi saya. Sedangkan beliau mengusulkan kamu sebagai staf ketiga yang akan ditugaskan. Segala biaya perjalanan yang pasti akan ditanggung perusahaan. Apakah kamu bersedia?” tanya Gio setelah menjelaskan maksudnya.

“Mohon maaf, pak Gio. Apa bapak yakin menunjuk saya? Saya kan masih pegawai baru di sini. Saya baru saja satu setangah bulan jadi staf tetap,” tanya Cynthia ragu. Sebagai staf muda baru, ia tidak mau dikira melangkahi staf lainnya yang lebih senior dan berpengalaman.

“Oh, itu tidak masalah. Selama magang kamu sudah menunjukkan kemampuan kamu di bidang administrasi bisnis. Kamu sudah kami anggap mumpuni untuk memberikan asistensi kepada staf senior yaitu saya dan pak Gio. Jadi tidak perlu khawatir, apalagi pak Gio juga terjun sendiri ikut dalam training staf anak perusahaan baru nanti,” timpal Bima dari samping Cynthia yang memberikannya pandangan penuh makna.

“Baik kalau begitu pak Gio, saya terima tugasnya,” jawab Cynthia.

“Bagus. Kita nanti berangkat besok hari Sabtu karena mulai hari Senin minggu depan pelatihannya akan kita mulai. Untuk acara juga sudah diatur oleh staf-staf dari anak perusahaan kita di sana. Begitu pula dengan transportasi dan akomodasi yang sudah disiapkan perusahaan. Pokoknya kebutuhan kamu selama di sana pasti terpenuhi secara lahir dan batin,” ucap Gio penuh arti tersembunyi.

Setelah menerima tugas dan dipersilakan meninggalkan ruangan, Cynthia dalam hati bertanya-tanya mengapa ia tidak dikabari jauh hari sebelumnya secara pribadi, paling tidak oleh Bima, tentang rencana dinas luar tersebut. Mana hari ini udah Jumat lagi. Kebiasaan dadakan banget ga bilang-bilang sih cowok-cowok ini, batin Cynthia menggerutu kebiasaan Gio dan rekan-rekannya yang sering menentukan kegiatan rahasia mereka tanpa diskusi dengan anggota perempuannya yaitu Cynthia dan Arina, serambi membuat catatan di kepala barang-barang apa saja yang harus ia siapkan untuk ia bawa besok.





Sesampainya di rumah, Cynthia mengabari neneknya bahwa ia akan dinas luar selama 2 minggu. Seperti halnya Arina, orang Cynthia juga meninggal saat Cynthia masih kecil karena kecelakaan lalu lintas sehingga ia diasuh oleh nainai-nya, yaitu nenek dari sisi ayah Cynthia yang tidak memiliki anak lain selain ayah Cynthia. Sehari-hari mereka tinggal di rumah sederhana dengan seorang asisten rumah tangga yang dapat membantu neneknya dalam melakukan pekerjaan rumah ketika Cynthia sibuk dengan kegiatannya. Harta peninggalan orang tuanya untungnya masih cukup dalam menunjang kebutuhan mereka berdua hingga akhirnya Cynthia lulus kuliah dan mendapatkan penghasilan sendiri. Selain itu, kegalauannya dengan masalah finansial juga hilang sejak kehidupannya tiba-tiba berubah ketika Arina, kakak kelas dan sahabat senasibnya, mengenalkannya dengan Gio dan kegiatan gila mereka.

Awalnya Cynthia yang ragu karena harus mengkhianati kekasihnya Steven yang ia pacari sejak awal perkuliahannya dan menjadi pemuas nafsu Gio dan rekan-rekan lelakinya yang tidak pernah puas, namun lama-lama keraguannya sirna karena, meskipun Gio tergolong seorang penjahat kelamin, namun ia memberikan kenikmatan yang setimpal bagi wanita yang melayani nafsu seksnya yang tinggi. Cynthia bukanlah gadis yang polos. Steven bukanlah pacar pertamanya dan terkadang di belakangnya pun ia pernah melakukan one night stand untuk memuaskan penasaran dan menghilangkan kebosanan. Namun ia tidak pernah meninggalkan kekasihnya hanya karena keinginannya untuk bereksperimen di luar kehidupan seksnya dengan Steven yang tergolong vanilla. Sekali selingkuh tanpa ketahuan, ia semakin ketagihan dengan sensasinya. Sebagai makhluk biologis yang memiliki gairah seksual terpendam yang cukup besar, Cynthia pun menginginkan lebih, dan dari Gio dan rekan-rekannya lah kebutuhan biologisnya akhirnya terpenuhi seutuhnya. Secara finansial, tabungan Cynthia pun kini sudah lebih dari cukup selama mengenal mereka. Seperti yang dijanjikannya, Gio memenuhi kebutuhannya secara lahir dan batin.

Nainai hati-hati di rumah ya. Kalau ada apa-apa bilang ke si mbak dan telpon si mbak ya,” pamit Cynthia kepada neneknya pada hari Sabtu pagi, mengingatkan asisten rumah yang membantu mereka. Pada pukul 9, jemputannya datang dan dengan tergesa Cynthia menenteng tas dan menyeret kopernya, meninggalkan sebuah benda penting yang seharusnya ia bawa.





Setelah perjalanan dengan pesawat selama kurang lebih tiga setengah jam, akhirnya Gio, Bima, dan Cynthia tiba di tujuan mereka, sebuah kota di ujung utara pulau Selebes itu. Telah ada kendaraan perusahaan yang menjemput mereka untuk mengantarkan mereka dari bandara menuju sebuah hotel berbintang 4 untuk cek in dan menaruh barang bawaan mereka terlebih dahulu sebelum membawa mereka ke perusahaan yang berada di sebuah area perkebunan sawit, cukup jauh di barat daya dari kota itu untuk peninjauan lapangan dan persiapan pelatihan di hari Senin.

Keesokan harinya di hari Minggu, Cynthia pun disibukkan dengan persiapan materi yang harus ia perbaiki sebelum disampaikan dalam seminggu kedepan. Begitu pula Gio dan Bima yang disibukkan dengan kegiatan di lapangan. Seperti itu kegiatan mereka yang cukup monoton dalam seminggu lebih kedepan. Setiap hari mereka disibukkan dengan materi pelatihan dan kegiatan praktik di lapangan. Hanya satu yang unik, yaitu Cynthia yang dijadikan pusat perhatian secara diam-diam oleh staf-staf anak perusahaan baru yang mayoritas adalah kaum lelaki lokal pulau itu, berbeda dengan perusahaan induk yang demografinya berimbang antara pria dan wanita. Karena antusiasme staf-staf baru di anak perusahaan milik Gio itu, kegiatan pelatihan bisa berjalan lebih cepat sehingga yang semula awalnya direncanakan akan memakan 10 hari kerja akhirnya dimampatkan menjadi 7 hari kerja saja. Di awal minggu kedua mereka di kota itu, akhirnya agenda training mereka akhiri lebih awal. Sisa minggu mereka dapat mereka habiskan dengan bersantai hingga kepulangan mereka di hari Minggu pagi.

Seusai mereka menyelesaikan pekerjaan mereja di kantor, seperti biasa ketiganya diantar oleh kendaraan perusahaan menuju ke hotel tempat mereka menginap. Waktu menunjukkan pukul 19.00 ketika Cynthia memasuki kamar hotelnya dan seperti biasa ia membersihkan diri sebelum memesan makan malam ke kamar dan lalu tidur. Setelah kurang lebih 10 hari berada di kota itu bersama Gio dan Bima tanpa aktivitas lain selain pekerjaan, Cynthia mulai berpikir bahwa pandangan bermakna Gio dan Bima ketika di perusahaan induk hanya imajinasinya saja, bahwa tidak akan ada kegiatan intim di antara mereka bertiga di kota yang merupakan kota kelahiran Gio itu. Dan sejujurnya itu membuat Cynthia lega. Betapa tidak, di malam pertama sesampainya mereka di kota itu Cynthia menyadari bahwa ia meninggalkan tas obatnya yang mana di dalamnya berisi pil kontrasepsinya, sebuah obat yang tidak pernah ia lupa untuk minum sejak ia terlibat dengan Gio dkk. Pada hari-hari pertama ia sangat deg-degan Gio dan Bima akan mengajaknya berhubungan intim, namun kemudian menepis rasa gugup itu semenjak kesibukan pekerjaan mereka yang menyita waktu selama 10 hari terakhir. Kini di hari terakhir pekerjaan mereka di kota itu, Cynthia dapat tidur dengan nyenyak mengingat ia bisa sepenuhnya bersantai dalam 4 hari ke depan sebelum ia pulang.

Namun keesokan harinya, takdir berkata lain.





Sore hari setelah ia jalan-jalan keliling kota sendirian karena Bima dan Gio yang tak tahu kemana, Cynthia mendapati sebuah kotak kado tampak mahal yang ketika ia buka ternyata berisi sebuah terusan selutut berwarna hitam. Bersamanya terdapat kartu pesan yang mengatakan:


‘Cantik, pakai ini ya. Tunggu di lobby jam 6. —B’


Cynthia menggulirkan bola matanya mendapatkan gestur yang dilakukan Bima dengan hadiahnya. Tak perlu lama, Cynthia bersiap diri dengan mandi dan bersolek. Ia kenakan gaun yang terasa pas dan tampak indah di tubuhnya tersebut. Karena gaun yang ia kenakan dapat mencetak pakaian dalam yang biasa kenakan, ia memutuskan untuk memakai G-string yang ia biasa bawa untuk jaga-jaga ketika ia memerlukannya, dan momen tersebut adalah salah satunya. Ia tak mengenakan bra karena bagian punggung yang cukup rendah dan tidak mungkin ia mengenakan bra meskipun ia memiliki jenis yang tanpa string bahu. Perasaan gugup yang tak dapat dijelaskan yang ia rasakan ketika ia tiba di kota itu muncul kembali. Namun ia tepis karena apabila malam itu berakhir dengan ia harus bercinta dengan Bima atau Gio atau keduanya, ia akan mengatakan bahwa mereka harus menggunakan kondom dan ia harap kedua pria tersebut akan pengertian.





Ketika di lobby, Bima yang ternyata telah menunggu akhirnya menggiringnya ke taksi yang telah ia pesan untuk mereka tanpa mengatakan apa-apa.

“Mas Bima kita mau kemana?” tanya Cynthia penasaran, tapi hanya dijawab kerlingan mata bermakna tersembunyi oleh Bima. Kendaraan tersebut mengantarkan mereka ke sebuah hotel lain yang lebih besar daripada tempat ia menginap dalam 10 hari terakhir. Hotel tersebut jelas-jelas merupakan sebuah hotel bintang 5. Setibanya di hotel tersebut, tanpa mengatakan apapun menggiringnya menuju lift yang mengantarkan mereka ke lantai teratas hotel tersebut. Baru setelah keluar dari lift Bima akhirnya membuka percakapan.

“Ini presidential suite yang dipesan Gio secara pribadi,” kata Bima sambil membuka pintu dengan kartu akses yang ia pegang. Terpampanglah ruangan hotel yang sangat luas dan mewah bagaikan sebuah condominium dengan penerangan redup nyaman, sudah sangat kondusif terutama untuk orang-orang yang memang bertujuan untuk bermesraan. Dalam ruangan tersebut terdapat dua kamar tidur saling berseberangan serta ruang tengah sofa yang luas menghadap ke jendela kaca penuh menampakkan pemandangan malam kota tersebut. Terdapat juga dapur dan area makan yang sudah siap dengan makanan. Seluruh furnitur dalam ruang itu akan menjadi saksi bisu nasib yang akan Cynthia lalui.





“Akhirnya si cantik udah sampai,” sapa Gio tersenyum, baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk putih yang melingkari pinggangnya, menampakkan tubuh gempalnya yang besar yang otot-ototnya mulai tertimbun lemak karena ia tidak lagi terlalu rajin latihan beban bersama sahabatnya, Agam dan Bima, namun jelas masih proporsional.

“Boleh makan dulu kalau lapar. Atau paling enggak minum wine dulu sebelum kita senang-senang. Biar kamu agak santai. Kamu tumben keliatan gugup gitu. Rileks aja kayaknya biasanya, sayang. Udah kerja keras 10 hari terakhir, sisa hari kedepan kita pake santai. Nikmatin aja kayak biasanya,” kata Gio yang telah mendekati Cynthia dan memijat lembut bahu dan lengan gadis itu. Bima yang sudah menuangkan segelas anggur merah untuk ia minum sendiri, menyuguhkan segelas lagi untuk Cynthia yang segera ia habiskan untuk meredakan kegugupan yang tidak wajar yang dirasakannya. Hal tersebut disambut kekehan Bima dan Gio.

“Pelan-pelan, beb. Masih banyak kalau kamu mau. Tapi jangan sampe lo pingsan ya. Nanti kamu nggak jadi ngerasain enak,” canda Bima sambil tertawa.

“Hehe, makasih mas Bima. Nanti lagi. Ssshhh…” desah Cynthia yang lehernya mulai dicumbu oleh Gio yang tangan nakalnya mulai meremasi bongkahan payudaranya. Cynthia tahu ia akan melayani nafsu kedua atasan kerjanya malam itu. Maka dari itu Cynthia harus mengutarakan kegundahannya.

“Pak Gio… Mas Bima… Mainnya malam ini pake kondom ya… Please…” ujar Cynthia yang tampak mulai terbuai cumbuan Gio.

“Hah? Ngapain, cantik? Kan selama ini juga ga pake. Kamu kan udah minum pil KB. Kamu tau juga kita-kita ga pernah jajan sembarangan di luar. Kalaupun kita jajan, kita semua pake kondom sama cewek-cewek di luar sana. Kalau samu kamu dan Arina, mana pernah kita bawa karet pengaman,” timpal Gio yang mengungkapkan fakta bahwa memang setiap bulan mereka yang terlibat pesta seks dalam perkumpulan yang dibentuk Gio itu melakukan tes lab dengan hasil luar memuaskan selama ini. Mereka benar-benar menjaga kesehatan organ intim mereka dari penyakit menular seksual. Yang berarti mereka tetap dapat melakukan persenggamaan secara leluasa tanpa penghalang kondom selama ini.

“Iya sih… tapi… Cynthia kelupaan ngga bawa pil KB dan udah ngga minum 10 hari terakhir ini…” ujar si gadis yang membuat kedua pria tersebut saling menatap tertegun dan penuh makna karena apapun keputusan yang mereka bertiga ambil di malam itu kemungkinan besar akan menentukan arah hidup mereka di masa depan.

“Hm, kok teledor gitu sih, sayang,” lanjut Gio menciumi leher Cynthia. Bima memberikan segelas anggur merah lagi kepada Cynthia yang gadis itu minum tanpa pikir panjang.

“Kalau nggak mau pake kondom mendingan ngga usah aja gimana pak Gio,” tantang Cynthia yang terdengar begitu tak yakin karena alkohol telah menumpulkan sarafnya dan badannya mulai merasa kegerahan. Semua sentuhan Gio terasa ratusan kali lebih sensitif di kulitnya.

“Jangan gitu dong. Yaudah deh sekali ini aja kita pake kondom ya. Tapi karena ga ready, kita harus minta room servicepesenin dulu. Biar Bima yang telepon ke resepsionis,” kata Gio menatap Bima sambil memberikan gestur bermakna.

“Siap gue telpon nih,” kata Bima sambil mulai menekan tombol di telepon kamar tersebut dan mulai menyampaikan pesanannya tak lama kemudian. Setelah itu ia pun kembali bergabung dengan Gio dan mulai mengangkat gaun yang dikenakan Cynthia ke atas pahanya dan mulai menggesek bagian depan celana dalam Cynthia. Melihat gadis itu mengenakan G-string, ia sedikit bersiul.

“Serambi nunggu kondomnya dateng, pemanasan langsung dulu aja yuk,” kata Bima sambil mengecup bibir merah Cynthia. Gadis yang sudah mulai naik libidonya itu mengangguk pasrah.

Mendapatkan lampu hijau untuk memulai foreplay, Cynthia mulai digiring ke arah area sofa yang remang dan didudukkan menghadap jendela kaca presidential suite yang terbuka lebar tanpa penghalng tirai tersebut. Seketika telah didukkan, Gio membuka handuk yang sedari tadi masih ia kenakan dan terpampanglah tubuh besarnya yang gempal di hadapan Cynthia. Di depannya terpampang jelas batang tebal yang masih setengah tegang dengan kepala kontolnya sudah mulai mengintip dari kulupnya. Jembut cukup tebal menghiasi pangkal kontol tersebut yang menyambung ke atas hingga ke bulu dada Gio yang selalu tercukur rapi menambah aura kejantanan yang mulai mengusik Cynthia sebagai satu-satunya betina di ruangan itu. Cynthia yang mengerti gestur atasannya yang menyodorkan kejantananya ke arahnya, mulai mendekati batang itu dan membuka mulutnya untuk melumat benda tersebut. Di sebelah Cynthia, Bima mulai melucuti kemeja dan celana yang ia kenakan hingga menyisakan celana dalam saja. Dengan perlahan ia turunkan tali bahu gaun tersebut dan terpampanglah payudara sintal berukuran 36C milik gadis itu. Putingnya yang berwarna coklat muda sedikit demi sedikit mulai mengeras dan mencuat. Dengan telaten Bima mengurut kedua gunung kembar si gadis sebelum melahapnya satu persatu.

Perlakuan Bima jelas-jelas membuat Cynthia semakin mendesah. Namun desahannya terbungkam oleh batang di mulutnya yang perlahan mulai mengeras. Seperti Bima yang telaten mengolah payudaranya, Cynthia pun telaten mengolah kejantanan Gio. Dengan perlahan lidahnya ia susupkan ke kulup sang atasan dan menyapu secara melingkar kepala kontol yang masih bersembunyi dibaliknya. Tak lupa si gadis menyedot dan mengurut kejantanan tersebut. Segagah apapun seorang pria seperti Gio tak ayal juga akan mengeras kontolnya jika dipermainkan oleh mulut gadis secantik Cynthia. Desahan mulai keluar dari mulut si empunya kontol yang makin lama makin membesar di mulut Cynthia. Kegiatan itu berlangsung dalam 15 menit hingga mereka merubah posisi mereka.

Gio yang sudah sudah keras batangnya tiba-tiba menarik lepas dari kuluman Cynthia. Juntaian liur Cynthia tampak menghubungkan kepala kontol yang tampak merah tersebut dengan bibirnya yang merah sebelum terputus dan menetes. Dalam sepersekian detik Cynthia menatap nanar kejantanan besar dan tebal yang selama ini sudah menjamah relung terdalam tubuhnya, yang sesaat lagi pasti akan mengobrak abrik lubangnya kembali.

Kegiatan laknat mereka di villa milik Gio pada waktu tahun baru langsung membuahkan hasil di bulan yang sama. Hanya dengan 3 hari 2 malam bersama Gio, haid Arina yang biasa muncul di pertengahan bulan semenjak terapi kehamilan, tidak kunjung datang hingga akhir bulan Januari. Arina menemukan bahwa test pack-nya bergaris 2, membuktikan tumbuhnya sebuah janin di rahim Arina. Hal yang tak kunjung terjadi selama 3 bulan terakhir menjalani terapi kehamilan bersama Aldi namun terjadi dengan sumbangan benih Gio saat bersama 2 malam saja. Semenjak itu morning sickness Arina bertambah parah dan tidak bisa mengikuti ajakan Gio untuk bercinta. Mengingat janin yang tumbuh di rahim Arina adalah buah hatinya, Gio memutuskan untuk sementara tidak melibatkan Arina dalam kegiatan seksual mereka, demi kesehatan buah hati yang dikandung Arina, hingga wanita itu bugar kembali untuk melakukan aktivitas seksual. Akibatnya, sejak akhir bulan lalu Gio lebih sering fokus mengajak Cynthia memadu kasih berdua, bahkan terkadang tanpa sepengetahuan rekan-rekannya yang lain.

Kembali ke masa sekarang, tubuh Cynthia di baringkan di sofa sedemikian rupa agar Bima mendapat giliran untuk disepong oleh Cynthia, sedangkan Gio menyingkap gaun si gadis hingga menampakkan selangkangannya yang dihiasi G-string yang tak mampu menutup area pubisnya dengan sempurna. Helaian jembut si gadis tampak mengintip menggoda dari balik kain mungil penutup memek itu. Dengan sigap Gio mengangkat pinggul si gadis dan menarik kain mungil bertali tipis itu dari selangkangan pemiliknya. Tampaklah memek tembem dihiasi jembut tercukur rapi yang mengeluarkan aroma khas kewanitaan. Tanpa menunggu lama, Gio lahap seluruh rekahan daging mentah itu dengan mulutnya, yang diiringi pekikan dari pemiliknya.

Tak memakan waktu lama, Cynthia mulai merasa gelisah karena memeknya yang diolah nonstop oleh atasannya. Walaupun memang Bima lah yang paling mahir dalam urusan sedot memek, Gio saat itu tak mau kalah dan ingin menunjukkan kemampuannya melakukan jilmek. Tiba-tiba Cynthia melepaskan kontol Bima yang sudah tampak tegang sempurna dan terlumasi oleh liur si gadis secara paripurna. Gadis itu menatap mata atasannya yang mulutnya sedang berada selangkangannya dan tidak mengendurkan jilatan dan sedotannya. Melihat gelagat wajah Cynthia, Gio mengetahui bahwa gadis itu akan sampai puncaknya. Dan benar saja, beberapa detik kemudian wajah Cynthiia mengernyit renyah bersamaan dengan menegangnya seluruh otot tubuhnya terutama lingkar memeknya yang berkedut melepaskan banyak cairan pelumas bening kental ke dalam mulut atasannya yang dengan telaten mengunci sempurna bibir mahkota kewanitaanya. Beberapa saat kemudian, Gio melepaskan pagutannya dari memek gadis yang tampak lemas selepas orgasmenya yang pertama di malam itu.

“Seger, bro?” tanya Bima nyengir.

“Ga ada duanya lah memek amoy baru lulus kuliah, hahaha,” bahak Gio yang mulutnya tampak belepotan cairan cinta gadis berusia 21 tahun itu.

“Yuk lah langsung menu utama aja,” ajak Bima santai.

“Yuk. Lo duluan gapapa lah. Gue Mau minta sepong lagi sebelum eksekusi,” kata Gio menawarkan ke Bima sebagai yang pertama mengeksekusi Cynthia karena kontolnya yang setengah mengendur kembali saat melahap memek si gadis.

“Ok sip. Mantap!” sahut Bima sambil berganti posisi dengan Gio. Bima yang mengambil ancang di antara selangkangan Cynthia tiba-tiba ditahan secara lemah oleh Cynthia.

“Mas Bima, pake kondom dulu… kan tadi udah janji…” pinta Cynthia di antara kekalutannya dan rasa panas di sekujur tubuhnya dan rasa gatal di memeknya yang bukannya mereda setelah dibuat orgasme Gio, malah menjadi-jadi ingin digaruk. Bima yang lupa akan janjinya mulai berkilah.

“Yaelah, beb. Udah setengah jam lebih kagak datang-datang tuh room service. Lupain aja lah. Lo sendiri kan kentang pasti. Nunggu juga buat apa,” rayu Bima sambil menggesekkan kontol tak bersunatnya di klitoris Cynthia yang sudah mengeras, membuat gadis itu semakin tak bisa berpikir jernih. Rasa gatal dalam memeknya yang ingin segera digaruk kontol berkonflik hebat dengan resiko yang dia hadapi apabila melakukan seks tanpa proteksi.

“Tapi…” protes lemah Cynthia.

“Udah deh percaya sama gue. Lo ga akan hamil segampang itu. Kalau lo takut nanti gue janji gue cabut dan crot di luar dah,” kata Bima asal karena ia sendiri pun merasa sudah sange berat.

“Lagian, kamu yakin kita mau berhenti nanggung gini, cantik? Udah deh lanjutin dulu gapapa. Nanti kalau kondomnya dateng kita lanjut pake kondom. Bener kata Bima juga, kamu ga akan hamil semudah itu juga,” kata Gio membujuk Cynthia dan menenangkannya. Setelah beberapa saat yang tak lama, dengan pengaruh alkohol dan akal sehat yang mulai dibutakan oleh nafsu, Cynthia mengangguk pasrah mengizinkan pejantannya untuk mulai menggagahinya.

Dengan perlahan tapi pasti, Bima mendorong kontolnya yang secara ukuran menyaingi sahabatnya itu, yang sedari tadi sudah siap berancang-ancang di bibir memek Cynthia, membelah lubang surgawi gadis tersebut tanpa pengaman. Pria tersebut mengerahkan otot-otot pinggulnya dengan pasti hingga tautan kelamin kedua insan berselisih usia 10 tahun itu saling bertemu di area tulang pubis mereka dan membaurkan jembut mereka. Ketika terasa kepala kontol Bima dengan lembut mendorong pintu rahim Cynthia, kedua anak manusia itu melepaskan desahan nikmat. Selang beberapa detik agar liang Cynthia beradaptasi, Bima mulai melakukan pompaannya. Dimulailah sesi utama percintaan terlarang di malam itu.





Tanpa disadari oleh Cynthia, malam itu ia menenggak segelas anggur merah yang sudah sebelumnya sudah ditambahi obat perangsang milik Gio. Misi mereka dalam dinas luar kota saat itu sebenarnya hanyalah mengerjai Cynthia dengan mengujikan obat perangsang tersebut ke gadis itu. Namun pengakuan Cynthia malam itu merubah segala rencana yang disusun oleh Gio dan Bima untuk sekedar bersenang-senang biasa.

Walaupun hanya bertukar pandangan bermakna, Bima mengerti maksud tersirat dari Gio. Seketika ketika mendengar bahwa gadis mereka selama 10 hari terakhir ini tidak meminum pil kontrasepsinya akibat keteldorannya sendiri, Gio yang egonya sedang tinggi-tingginya akibat berhasil dengan mudah menghamili Arina merasa tiba-tiba tertantang kembali dengan pengakuan Cynthia tersebut. Sedangkan Bima yang kesempatannya untuk membuahi Arina dicuri oleh Gio, mengingat Arina awalnya adalah pacar gelapnya yang ia berhasil ia belokkan kesetiannya dari Aldi yang merupakan temannya sendiri, seketika merasa sebuah kesempatan dan kompetisi baru untuk menyamakan skor dengan Gio datang dihadapannya. Tentu saja ketika Bima menghubungi room service untuk memesan kondom permintaan Cynthia, itu semua hanya kepura-puraannya saja yang dapat mudah ditebak oleh Gio namun sama sekali tidak disadari oleh Cynthia yang polos mempercayai kedua pria yang selama ini menjaganya dan memberikannya kenikmatan duniawi. Insting kompetisi tak kasad mata di antara dua pejantan untuk membuahi satu-satunya betina di ruangan itu tiba-tiba melonjak ratasan kali lipat. Dan malam itu tidak akan ada kondom yang datang untuk memberikan Cynthia proteksi dari kehamilan yang tidak direncanakan.

Mungkin hanya sekitar 10 menit dari mulainya gempuran Bima dalam posisi missionary, tubuh Cynthia mulai bergetar dalam tindihan Bima pertanda ia mendapatkan orgasme keduanya malam itu, yang pertama karena kontol. Peluh tipis mulai mengembun di permukaan tubuh keduanya. Agar lebih leluasa, Bima melucuti gaun yang dari tadi masih melingkar acak-acakan di perut Cynthia. Gadis itu menurut dengan mengangkat lengannya agar gaun tersebut mudah terlepas melalui atas tubuhnya. Setelahnya, tanpa mencabut kontolnya, Bima berpindah kebelakang tubuh Cynthia yang ia putar sedemikian rupa agar berbaring pada samping sisi tubuhnya sehingga Bima dapat menyetubuhi gadis itu dengan memeluk si gadis dari belakang, atau posisi spooning. Di dalam ruangan berpenerangan remang tersebut, tampak di jendela sebuah pemandangan indah malam kota itu oleh Cynthia, berbaur dengan refleksi samar dirinya yang kakinya di angkat sebelah, dipecundangi dari belakang oleh seorang pria berbadan atletis dan berkulit sawo matang.

Tak lama Cynthia dihadapkan kembali sebuah selangkangan pria berkejantanan besar yang cairan precum-nya menetes-netes pertanda birahi pria tersebut semakin naik. Sempat tak dihiraukan oleh Cynthia saat mendapatkan orgasme dan berganti posisi bercinta, Gio kembali menyodorkan kontolnya untuk dimainkan oleh gadis itu. Slurp… terasa precum yang asin di lidah Cynthia yang ia nikmati di sela-sela gempuran mantap kejantanan yang bersarang di liang cintanya yang semakin meluber jus cintanya hingga membuat kontol Bima tampak sedih berbuih putih akibat cairan kewanitaan yang terkocok berulang-ulang. Namun tak lama dalam posisi tersebut, Gio mulai tampak sudah tak sabar karena hanya mendapat blowjob dari Cynthia.

“Bro. Gantian ngapa. Lo lama banget,” kata Gio ke Bima.

“Lama apaan baru juga mulai. Lo kira gue apaan bakal keluar secepet itu,” balas Bima pongah.

“Lo mau pantatnya aja gimana?,” lanjut Bima menawari sahabatnya itu serambi kembali sigap memutar badan Cynthia hingga ia berada posisi missionary kembali seperti semula. Namun tidak berhenti di situ, ditariknya lengan Cynthia agar tubuhnya mendekati Bima hingga akhirnya Bima merebahkan tubuhnya ke sofa sehingga Cynthia kini berada di posisi woman on top dengan payudara menempel ke dada Bima dan kepala bersandar pada bahu bidang pria tersebut. Seperti sebelumnya ketika mengubah posisi, semua itu Bima lakukan tanpa melepaskan tautan kontolnya di memek Cynthia sekalipun, membuat gadis itu mengaduh dan melenguh nikmat setiap batang kejantanan itu berputar dalam relungnya. Gio yang melihat lubang anus Cynthia yang terpampang disajikan oleh Bima tampak berpikir sejenak.

“Ogah. Lagi pengen fokus ke memek dulu. Lo ngerti lah,” jawab Gio penuh kode.

“Yaudah lo sabar atau lo mau barengan kalau lo berani selobang sama gue,” tantang Bima menyeringai lebar sambil melanjutkan pompaan kontolnya di memek Cynthia.

“Hahaha! Siapa takut!” balas Gio menerima tantangan Bima untuk melakukan sebuah aktivitas seks yang sering disebut Double Vaginal Penetration yang memang bisa terjadi apabila dikehendaki dua pria dan seorang wanita yang terlibat threesome. Dalam keadaan tersebut, wanita menerima penetrasi kontol kedua lelaki yang menyetubuhinya secara bersamaan di memeknya. Bagi Gio dan Bima sendiri, yang cukup lama mempecundangi wanita bersama-sama, bukan hal yang aneh dan canggung untuk ‘berbagi’ ruang di dalam lubang kewanitaan secara bersamaan. Yang terpenting, kenikmatan si wanita yang mereka taklukan dapat tercapai.

Permasalahannya adalah kesiapan Cynthia. Selama ini ia hanya pernah sebatas mendapatkan penetrasi ganda di dua lubang yang berbeda, yaitu anus dan memek. Proses Cynthia menerima perlakuan itu pun tergolong cukup lama. Bagaimana tidak, gadis yang dulunya hanya pernah merasakan seks vanilla dengan pacarnya yang ukuran penisnya standar-standar saja pasti perlu proses untuk menerima perlakuan seks yang lebih menantang. Memakan waktu beberapa bulan untuk gadis tersebut untuk terbiasa untuk melakukan seks anal hingga benar-benar menikmatinya. Roni sebagai pemilik kontol panjang namun terkurus di antara rekan-rekannya itu dengan sabar membimbing untuk melonggarkan lingkar otot pembuangan Cynthia dengan telaten, sebelum akhirnya gadis itu diperkenalkan dengan Double Penetrationyang jelas lebih membutuhkan kesabaran dari para lelaki agar gadis itu menikmatinya. Sedangkan untuk Double Vaginal, jelas kesiapan Cynthia masih dipertanyakan. Meskipun Cynthia berulangkali dipecundangi Agam sebagai pria dengean kontol terbesar yang Cynthia pernah kencani, namun memek gadis yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi itu jelas-jelas masih terjaga elastisitasnya dan relatif rapat. Situasi ini menjadi tantangan bagi tiga insan dimabuk birahi saat itu. Namun bukan Gio namanya apabila dia menyerah tanpa usaha. Mulailah pria itu mendekati Cynthia dari belakangnya dan melontarkan rayuan iblisnya secara lembut di telinga gadis itu.

“Sayang, gue coba masukin ke memek kamu ya,” kata Gio lembut ke Cynthia. Gadis yang belum cukup memahami itu menolehkan kepalanya ke belakang menatap atasannya sayu.

“Tapi pak Gio, Cynthia masih dientot mas Bima,” timpal Cynthia polos, terengah dalam genjotan Bima.

“Iya gue tau. Maksudnya, gue masukin kontol satu lagi ke memek kamu. Jadi gue sama Bima ngentot memek kamu barengan,” jelas Gio sambil mengusap rambut gadis itu yang sudah lepek oleh keringat.

“Hah? Emang bisa? Kalau sakit gimana,” tanya Cynthia yang pikirannya kalut tak dapat berpikir jernih melirik Bima.

“Ya pasti sakit dikit. Tapi awalnya doang, beb. Lagian kamu udah sering kita dobel kan. Sama kayak DP, nanti pasti ngerasa keenakan,” sahut Bima membantu temannya memberikan rayuan iblis sambil meraba lembut punggung gadis itu yang sudah lengket dengan keringat.

“Yaudah deh… Cynthia coba. Tapi pelan-pelan ya, pak Gio. Kalau sakit langsung cabut,” iba Cynthia ke atasannya. Diberi lampu hijau untuk mempecundangi si gadis lebih jauh, kedua pria itu refleks melakukan tos kemenangan.

Dari belakang Cynthia, Gio mengambil ancang-ancang. Alih-alih kerutan anus si gadis, kali ini Gio mengarahkan kepala kontolnya sebuah lubang yang sebenarnya sudah tampak penuh tersumpal kontol coklat Bima yang sudah berkilau dengan lendir cinta Cynthia. Dengan tangan kanannya yang memegangi punggung bawah Cynthia, menggunakan tangan kiri Gio dorong kontolnya yang mencoba menyeruak lubang memek dari celah rapat antara perineum—area kecil yang memisahkan anus dan vagina—milik si gadis dan batang keras Bima. Bima yang sudah menghentikan pompaannya membantu sahabatnya dengan meregangkan kedua bongkahan pantat Cynthia agar celah nya lebih leluasa untuk Gio. Dan dengan usaha keras, menyeruaklah kepala kontol Gio ke celah kecil di antara bibir memek si gadis bagian belakang.

“OW! PAK GIO SAKIT,” jerit Cynthia yang mata sipitnya tiba-tiba membeliak karena bibir kulit sekitar kewanitaanya dipaksa meregang lebih jauh.

“Tahan ya, sayang,” balas Gio yang juga mengernyit merasakan kepala kontolnya terjepit lingkar luar bibir memek Cynthia.

“Kamu hebat kok, beb. Kurang dikit lagi,” tambah Bima menenangkan si gadis sambil mengecup bibirnya. Tiba-tiba terasa tekanan hebat dan panas di kontolnya.

“PAK GIOOHH… MAS BIMAA… AAAHHH!” teriak Cynthia membahana akibat kewanitaannya dipaksa mengakomodasi dua kejantanan secara bersamaan.

Dengan dorongan desisif dari pinggulnya, perlahan tapi pasti kontol Gio bersemayam ke memek Cynthia yang diiringi jerit dan rintihan gadis itu yang sekali-kali dibungkam oleh cumbuan Bima di bibirnya, hingga akhirnya tersisa ¼ kejantanan Gio yang tak dapat dipaksanya masuk lebih dalam lagi tanpa si gadis menjerit kesakitan. Lengkap sudah, ketiga insan yang kelaminnya saling bertaut tersebut saling menarik napas untuk membiasakan diri dengan keadaan mereka saat itu. Tampak keringat bercucuran di wajah Gio yang sudah berusaha keras ‘menjajah’ keharmonisan kelamin Bima yang sudah sebelumnya sudah bertaut di memek Cynthia. Tampak Bima yang mengernyit merasakan sensasi baru berupa tekanan dahsyat, rasa panas, dan kedutan yang makin intens di kejantanannya.

Please jangan gerak duluuu…” pinta Cynthia mengiba.

Tampak air mata meleleh di wajah Cynthia yang meringis menahan nyeri karena untuk pertama kali dalam hidupnya lubang surgawinya dipenuhi dengan dua kejantanan pria secara bersamaan; rasa nyeri dan penuh di memeknya yang tidak pernah rasakan si gadis sebelumnya di hidupnya namun akan ia rasakan kembali kelak saat kepala buah hatinya meregang liang peranakannya untuk dilahirkan.





“Dicoba gerak ya, sayang. Tahan dulu kalau sakit,” kata Gio ketika memperhatikan Cynthia yang tampak lebih tenang.

“Aaahhh…” desah si gadis sambil meringis.

Mulailah Gio menggerakkan pinggulnya yang kemudian disambut dengan gerakan dari Bima. Meskipun berawal iseng, namun keputusan yang tepat dari Gio dan Bima yang mencekoki Cynthia dengan anggur merah dan obat perangsang karena berkat kedua benda tersebut, Cynthia lebih kuat menghadapi malam itu. Dengan alkohol dan perangsang di sistem darahnya yang membantu saraf-sarafnya menumpulkan sensasi nyeri, sakit yang ia rasakan di selangkangannya cepat memudar dan perlahan nikmat mulai menggantikannya. Tubuhnya yang mengerti bahwa memeknya didatangi dua tamu, lendir kewanitaannya semakin banyak keluar untuk melumasi liang tersebut.

“Mas Bimaa… Pak Gio… Memek Cynthia penuh… Aaahhh…” desah gadis itu yang disambut kekehan kedua pria yang sedang menyenggamainya itu.

“Hahaha, udah kerasa enak ya sayang?” goda Bima.

“Iyaahh…”

Libido Cynthia perlahan tapi pasti mulai naik. Keringat bercucuran hebat dari tubuhnya membuatnya basah dari ujung kepala berambut panjangnya hingga ke kaki. Puting payudaranya yang semakin mencuat dari dadanya yang membusung karena ia menengadah merasakan nikmat, diolah bergantian oleh mulut dan lidah Bima. Kedua tangan Bima meremasi kedua gunung kembar si gadis. Sedangkan tangan Gio memegangi kepala si gadis yang menengadah dan saling memagut panas dengan atasannya itu. Seluruh bagian sensitif gadis itu dijamah dan dipermainkan oleh Bima dan Gio.

Bagai tak ada yang mengekang, Cynthia melepaskan dirinya untuk menikmati persetubuhan itu. Inilah surga dunia, batinnya. Sepuluh menit sejak bersemayamnya kedua kontol pejantannya, si betina berteriak sejadi-jadinya bagaikan melepaskan seluruh beban hidupnya. Tubuhnya bergetar hebat tak terkontrol hingga harus didekap oleh kedua pejantannya agar tautan mereka tidak terlepas. Cairan squirt berhambur keluar dari mahkota kewanitaannya membasahi tubuh Bima dan sofa tempat peraduan birahi mereka. Lolongan kotor keluar dari mulut si gadis tanpa ada penyaring.

“AAAAHHH ANJRIITTT!! NGENTOT!!! CYTHIA NYAMPE AAAAHHHH,” teriak si gadis keturunan Tionghoa itu mengeluarkan sumpah serapah dan kata-kata kotor hingga suaranya parau. Orgasme ketiganya di malam itu merupakan multi orgasme. Orgasme yang pertama dalam hidupnya yang diakibatkan oleh pencabulan memeknya oleh dua kontol pria perkasa secara bersamaan.

Tak diberi kesempatan lama untuk beristirahat, tubuh Cynthia yang masih bergetar mulai dipompa kembali oleh Bima dan Gio yang merasakan remasan hebat pada kejantanan mereka oleh memek si gadis. Terutama Bima yang semakin brutal karena hampir dekat dengan puncaknya setelah hampir 45 menit kontolnya bersemayam di lubang surgawi Cynthia tanpa mengendur sedikitpun. Dengusan jantan Bima makin lama terdengar makin intens.

“Gue mau keluar!” pekik Bima tiba-tiba.

“Mas Bimaahhh… Jangan lupa janjinya… Jangan di dalemmmhhh….” pinta Cynthia lemah mengumpulkan segenap akal sehatnya terbenam dalam bagai orgasme yang tak kunjung reda dalam sistem sarafnya.

“Udah tanggung, Cyn… Apa kamu yakin mau mas berhenti?” engah Bima memanipulasi pikiran Cyhthia.

“Nggghh… Ngga t-tauu…” balas Cynthia terbata pikirannya kalut berkabut.

“Tenang aja, sayang… Nikmatin aja…” lanjut Bima terengah dan memagut bibir Cynthia.

“Tapi…” rengek Cynthia lemah, kesulitan berpikir jernih karena terbenam lumpur kenikmatan dan buaian yang diberikan kedua pejantannya sehingga membuatnya pasrah menerima nasibnya. Seharusnya sedari awal ia bisa menebak bahwa akan berakhir seperti ini. Tidak mungkin Gio dan Bima mau memakai kondom untuk bercinta dengannya. Tidak mungkin juga mereka akan membiarkan sperma mereka terbuang sia-sia di luar tubuhnya. Cynthia teralalu naif untuk mengira bahwa kedua pria tersebut mau pengertian dalam hal ini. Keduanya telah berubah menjadi serigala yang lebih buas semenjak Arina mengizinkan dirinya dihamili oleh Gio yang bukan suami sahnya, sehingga itu menumbuhkan obsesi berbahaya di benak mereka untuk melakukan hal yang sama kepada Cynthia. Dalam tak keberdayaannya, Cynthia memutuskan untuk pasrah menerima nasibnya dalam pertautan kelamin yang memiliki resiko tinggi terjadinya kehamilannya.

“AAAHHH!!! TERIMA PEJU GUE BEB. UUGGGHHH… MMMHHHH…” teriak Bima. Sebagai yang lebih dahulu memulai pertautan kelamin dengan Cynthia, akhirnya penjantan itu mencapai puncaknya lebih dahulu dari Gio. Ia rengkuh tubuh si gadis dan ia pagut bibir ranumnya yang merona. Puluhan juta benih-benih subur di cairan pejunya menghambur keluar membuat liang yang sudah sangat sesak dan sangat becek oleh cairan lendir itu menjadi semakin penuh. Sebagai betina yang sedang mengalami momen pembuahan, Cynthia yang sarafnya masih dalam rangkaian sisa-sisa multi-orgasme itu kembali memicu tubuhnya bergetar dan mendapatkan gelombang kenikmatan keempatnya malam itu.

Gio yang kejantanannya juga berada di dalam memek Cynthia dapat merasakan semua yang terjadi dalam lubang yang sudah penuh sesak tidak keruan tersebut, mulai dari remasan dinding otot memek si gadis, segala cairan panas yang bertumpah ruah, dan kedutan intens dari sahabatnya yang sedang melepaskan benih-benihnya. Ketiga insan tersebut bermandikan keringat yang sangat deras mengucuri tubuh mereka. Seluruh aroma khas persetubuhan semerbak dalam ruangan itu. Sofa tempat peraduan mereka pun basah dengan berbagai macam cairan.

“Sekarang giliran gue ya,” ucap Gio memecah suara dengusan napas Bima dan Cynthia.

Dengan sigap Gio mengaitkan lengannya melalui celah ketiak Cynthia dan mengangkat tubuh gadis yang sedang menempel lemas di tubuh Bima itu. Akhirnya terlepaslah salah satu tautan kontol pejantan dari memek Cynthia diikuti beberapa tetesan cairan kejantanannya yang sempat meluber keluar. Terasa lebih lega untuk Cynthia yang belum usai tubuhnya untuk dipecundangi karena masih ada satu batang kejantanan yang masih kokoh menancap di kewanitaannya. Dengan cekatan Bima, bergeser keluar dari bawah tubuh Cynthia untuk memberikan kesempatan Gio menuntaskan hasratnya.

“Lo mau taruhan nggak Bim?” tanya Gio yang lanjut menggenjot Cynthia dalam posisi anjing kawin itu.

“Taruhan apaan?” tanya Bima balik sambil berjalan ke area dapur untuk mencari minum.

“Kalau nih cewek jadi bunting, kita tunggu sampe anaknya lahir baru kita tes DNA. Yang hasil DNA nya cocok jadi yang menang,” kata Gio.

“Trus yang menang dapet apa?” tanya Bima serambi menenggak air putih dingin.

“Kalau gue yang menang, motor Harley Davidson peninggalan engkong lu gue ambil. Hahaha,” kata Gio.

“Anjrit lo. Bisa-bisa gue dikutuk sama arwah kakek gue! Yaudah kalau gue yang menang, naikin bonus bulanan sama beliin mobil baru, gue yang pilih,” kata Bima menantang.

“Deal,” balas Gio menyeringai lebar.

“Mantap! May the best sperm win! Hahahaha,” kekeh Bima.

Dalam sela-sela kabut dalam kepalanya, Cynthia yang mendengarkan percakapan kedua pria tersebut makin kalut. Kedua pria tersebut benar-benar ingin dirinya hamil oleh mereka dan parahnya lagi, jabang bayinya menjadi ajang taruhannya. Mereka tak peduli status Cynthia yang masih lajang. Apa kata orang nanti kalau gue ketahuan hamil di luar nikah, batin Cynthia. Steven! Tiba-tiba Cynthia teringat wajah pacarnya. Pacarnya yang baik, tak pernah meminta aneh-aneh darinya. Walaupun seks dengannya kini terasa hambar, tapi dia tetap menyayanginya. Ia merasa iba karena selama ini dia selalu meminta Steven untuk memakai kondom sebagai proteksi lebih walaupun ia sendiri sudah meminum pil kontrasepsi. Tak mungkin juga ia mengatakan bahwa ia minum pil itu. Pacarnya bisa curiga. Dalam benaknya Cynthia bertanya-tanya, apakah mungkin Steven mau menikahinya apabila ia hamil? Gadis itu membuat catatan dalam kepalanya untuk paling tidak sekali melakukan seks dengan Steven tanpa kondom agar ia memiliki dalih bahwa ia hamil karena kekasihnya itu. Akankah Gio atau Bima juga bertanggung jawab ke anak Cynthia kelak seperti yang dijanjikan Gio ke Arina? Ah, entahlah.

Semua pikiran yang berkecamuk dalam benaknya saat itu terbuyarkan dengan perlakuan Gio yang tiba-tiba dengan terampil mengubah posisi persetubuhannya dengan Cynthia menjadi posisi missionary tanpa melepas tautan kelamin mereka. Posisi klasik tersebut masih menjadi favorit pilihan para pejantan ketika bercinta untuk proses pembenihan betina mereka. Posisi saling berhadapan, kedua tubuh saling menempel, dan wajah saling memandang, pastinya meningkatkan keintiman di antara kedua insan tersebut dan hormon oksitosin yang merupakan ‘hormon cinta’ semakin mempersiapkan si betina untuk menerima benih sang pejantan. Dan itu yang dirasakan Cynthia. Dalam gempuran dan cumbuan Gio yang makin lama makin intens, Cynthia secara otomatis mengalungkan kedua lengan dan kakinya ke tubuh Gio seolah mengundang pejantan untuk melepaskan benih di dalam rahimnya. Lenguhan keduanya pun terdengar semakin menggairahkan. Tak karuan rasanya sudah yang dirasakan si gadis dalam liangnya yang sudah penuh berbagai cairan: cairan cintanya dan peju Bima yang teraduk semakin berbuih akibat batang kejantanan Gio yang keluar masuk bak piston.

“Sayang, giliran gue sumbang peju ya,” ujar Gio sambil menatap mata Cynthia dan membelai rambut si gadis yang sudah sangat basah karena keringat.

“Ssshhh… Terserah pak Gio aja…” balas Cynthia lemah, sudah pasrah dengan apapun yang terjadi.

Dikecupnya bibir si gadis oleh Gio dan mengajaknya bertaut lidah. Gio lalu memberikan genjotan final secara cepat sebelum akhirnya mendorong pinggulnya dengan satu hentakan keras, seoalah ingin mengubur kontolnya sedalam mungkin di liang surga si gadis. Akhirnya dalam beberapa semprotan kuat yang terasa sangat lama, dari ujung kepala kontol Gio berhamburlah seluruh benih subur yang siap berlari mengejar benih subur Bima yang beberapa menit sebelumnya sudah terlebih dahulu mencuri start mencari sel telur Cynthia untuk dibuahi.

“HHHMMPPPHHH… NGGHHHH…” erang Gio dan Cynthia di sela percumbuan mereka. Seperti tubuh pejantannya yang menegang, tubuh si gadis pun ikut bergetar. Genjotan kencang Gio dan sensasi panas akibat keluarnya cairan pembuat bayi pria tersebut sekali lagi memicu gelombang orgasme ke lima bagi Cynthia yang tubuhnya seolah sudah mengenali momen-momen pembuahan sehingga memerintahkan otot-otot area intimnya untuk kembali menyedot benih-benih subur Gio semakin dalam.

Beberapa saat setelah momen intim tersebut, kedua insan berselisih usia 15 tahun itu saling melepas tautan lidah dan bibir mereka diikuti juntaian ludah mereka yang sudah bercampur. Dalam waktu yang terasa lama bagi Gio dan Cynthia, mereka saling bertukar pandang mesra dan bertukar nafas. Momen yang terasa sangat intim bagi kedua insan yang tidak memiliki ikatan pernikahan tersebut.

Setelah bermenit-menit meresapi perasaan yang mereka alami, akhirnya Gio menjauhkan tubuhnya dari Cynthia dan perlahan melepaskan tautan kelamin mereka. Dengan hilangnya sumbatan di memek Cynthia, melelehlah seluruh cairan putih kental yang hingga saat itu bersemayam dalam liangnya itu. Gio mendekatkan kontolnya ke wajah Cynthia yang matanya masih terpejam meresapi semua kenikmatakan yang baru saja dirasakannya. Dengan lembut dibelainya pipi si gadis agar matanya terbuka dan mendapati kontol pejantannya yang setengah melemas dengan belepotan berbagai cairan yang sudah tampak putih berbuih itu berada di depan wajahnya. Mengerti, Cynthia segera melahap batang tersebut untuk membersihkannya.

“Punya gue juga dong, beb. Dari tadi belum dibersihin,” ujar Bima tiba-tiba yang mendekatkan selangkangannya ke arah wajahnya juga. Tanpa berkata-kata, gadis tersebut hanya memberi anggukan dan dengan patuh berpindah menjilati kontol pria tersebut yang juga masih belepotan cairan cinta Cynthia dan spermanya sendiri.

Secara perlahan tapi pasti gadis tersebut telah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya menjadi budak seks yang seutuhnya bagi kedua penjahat kelamin tersebut. Bagi Gio dan Bima, yang awalnya hanya ingin mengerjai si gadis di malam itu, mereka semakin menguatkan cengkraman mereka terhadap gadis. Gio yang semula hanya memesan presidential suitetersebut untuk 2 malam, memperpanjang inap mereka hingga waktu kepulangan mereka tiba. Selama 4 hari 4 malam ketiga insan tersebut tidak keluar dari hotel tersebut sama sekali. Semua kebutuhan mereka dipenuhi melalui room service. Yang mereka lakukan hanya seks, makan, tidur, dan mengulang itu terus hingga hari kepulangan mereka. Bagi Cynthia hari-hari bersama Gio dan Bima tersebut terasa seperti hidup di antara realita dan mimpi yang sangat panjang. Bahkan ia tak terpikir lagi untuk repot-repot meminta morning after pill, yang ia yakin tak akan dituruti oleh Gio dan Bima. Kedua pria tersebut juga sudah tidak perlu kembali mencekoki Cynthia dengan obat perangsang. Dengan patuh si gadis ia mengikuti apapun yang kedua pria tersebut inginkan dengan kesukarelaan. Dan sejujutnya Cynthia menikmatinya.



///



Maret 2017

Di hari Minggu siang setelah check out dari hotel bintang 5 tempat peraduan kegiatan laknat mereka bulan sebelumnya, Gio, Bima, dan Cynthia dengan tergesa kembali ke hotel tempat menginap demi urusan bisnis mereka untuk mengambil barang-barang mereka sebelum menuju bandara untuk mengejar pesawat kepulangan mereka. Dalam perjalanannya saat itu, kota kelahiran Gio tersebut telah memberikan kesan yang mendalam baginya baginya dan kedua rekannya. Perjalanan pulang terasa normal tanpa ada yang berarti. Sekembalinya mereka dari dinas luar, ketiganya melanjutkan hari-harinya seperti biasa bekerja di perusahaan milik mertua Gio itu.

Tamu bulanan Cynthia yang harusnya datang di awal bulan tidak kunjung datang. Perlahan Cynthia merasakan terjadi perubahan dalam tubuhnya sejak awal bulan itu. Kulit putihnya terasa makin halus. Baju-bajunya mulai terasa sedikit sesak walaupun ia merasa tidak makan lebih banyak dari biasanya. Bra yang selama ini nyaman ia pakai sudah tidak lagi memberikan kenyamanan, alih-alih memberikan sensasi ketat. Puting dan areolanya yang sebelumnya berwarna coklat pucat kini semakin tampak lebih gelap. Di pagi hari pun tanpa sebab ia merasa kurang nafsu makan karena perasaan mual yang ia rasakan. Awalnya semua itu tidak dihiraukannya. Mungkin capek karena pekerjaan dan pola yang kurang seimbang akhir-akhir ini, batinnya menenepis jauh-jauh kekhawatirannya. Namun, suatu hari ketika ia dan Arina ngobrol saling menanyakan kabar karena sudah dua bulan tidak bertemu, Cynthia mencertikan keadaannya dan seketika itu juga Arina menyuruhnya untuk segera membeli alat tes kehamilan.

“Beb, mendingan lo cepetan beli test pack gih,” saran Arina dengan tenang. “Trus minta si Steven cepetan nikahin lo. Gue feeling anak gue bakalan punya temen main. Atau malah saudara main,” lanjut Arina dengan penuh arti.

Cytnhia yang mendengarkan saran Arina, membeli beberapa alat test pack yang berbeda. Awalnya Cynthia hampir tak mau percaya. Akan tetapi, setelah melakukan pengecekan berkali-kali selama 3 hari berturut. Semua alat tes kehamilan itu menunjukkan hasil yang sama: garis dua atau tanda plus, yang menandakan bahwa perempuan tersebut sudah berbadan dua.

Dengan tangan bergetar Cynthia mengambil ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan ke seseorang:

“Pak Gio… Cynthia hamil.”


———

End of Chapter 6.
 
Fyuhhh, akankah ada karakter baru hu hehe
ada huu bab berikutnya
cerita gini memang sebaiknya g terlalu banyak konflik karena temanya bener bener tentang nafsu..
bener banget hu apalah itu plot dan konflik, cuma hiasan aja, pada titik ini semua hanya nafsu belaka 😔😩✊ wkwkwk

anyway, happy weekend to all!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd