Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dawai Cinta Sang Penghibur

CHAPTER XVII


CELUPAN PERTAMA BEGITU MENGGODA


Senyum bahagia Jayadi kini tidak pernah lepas dari bibirnya.

Dia sangat bersemangat dan seperti menemukan gairah baru dalam dirinya. Ini membuat dirnya ingin segera bangkit dan berusaha keras untuk sehat kembali. Beberapa waktu belakangan ini kebersamaannya dengan Anggi membuat dia sangat sumringah dan juga jadi punya gairah dan semangat yang baru dalam hidupnya lagi.

Pagi-pagi dia sudah mandi dan rapih. Lalu dia kini sarapan di meja makan, berdua dengan Anggi tentunya. Menikmati sarapan dan sambil dia sesekali menatap wajah cantik di hadapannya. Dia seperti tidak menyangka akan ada rasa suka dan sayang ke Anggi, setelah selama ini dia suka marah dan mengomeli gadis ini.

Pagi ini, Anggi dengan pakaian kebesarannya, tanktop setali dan celana pendek, membuat Jayadi jadi tidak tenang duduknya. Istrinya mendiang juga wanita yang sangat taat dengan agama, patuh terhadap suami, namun tidak punya fanatsi seliar fantasi Anggi yang kini di depannya, kalau Anggi ini memang wanita idaman para pria nakal, seperti dirinya yang jadi nakal di usia setua ini.

“kenapa lihat-lihat Pak?”

“ngga apa-apa...”

Anggi tersenyum

“malu saya.... dilihatin begitu..”

“kok malu.....?”

“abisnya bapak ngeliatin seperti itu?”

Mendengar nada manja dari Anggi rasanya Jayadi seperti kembali ke masa mudanya lagi.

“soalnya cantik banget yang di depan saya...”

“ih mulai gombal yah....”

Jayadi tertawa lepas

Hari ini mereka berdua memutuskan untuk jalan ke Ambassador Mall berdua.

Jayadi benar-benar seperti yang sedang kasmaran. Dia sesekali menggandeng Anggi. Dan Anggi pun demikian, dia seperti ingin memberi kesan bahwa dia pun tersanjung diperlakukan demikian oleh Jayadi. Meski banyak tatapan mata yang melihat mereka berdua, namun mereka berdua cuek dengan tatapan itu.

Maklum, perbedaan usianya sangat jomplang sekali. Usia Jayadi 2 kali lipat usia Anggi.

Mereka hari ini belanja bulanan, dan sekalian juga juga Jayadi ingin membelikan pakaian buat Anggi.

“ini mau ngga?” tanya Jayadi saat mereka mampir di toko lingerie, setelah tadi membeli pakaian harian dan juga pakaian jalan buat pujaan hatinya itu.

“udah banyak bapak beliin tadi....”

“ngga apa-apa, aku mau beliin yang ini juga buat kamu...”

“ya... terserah bapak.....”

“ya sudah kamu pilih aja... yang bagus dan cocok”

Pramuniaga yang berjaga tersenyum melihat pasangan ini. Sedangkan Anggi memilih milih mana yang bagus. Dia lalu memilih satu set lingerie warnah putih dan warna coklat tua, yang dia rasa cocok dengan kulitnya. Lengkap dengan celana dalam tong mode

“bagus...” komen Jayadi saat Anggi menunjukan kepadanya

“makasih ya Pak....”

“iya...”

Lalu dia berbisik saat sesudah menyelesaikan pembayarannya

“nanti pakai kan?”

Angga tersenyum malu

“terserah bapak”

“iya.... mau lihat kamu pakai itu....”

“oke Pak....”

Setelah selesai berputar di Ambassador, mereka lalu cari makan. Rasanya menyenangkan sekali bagi Jayadi, dia seperti puber kembali saat ini. Luka bekas operasi dan sakitnya dia lupakan seketika. Hal yang sama juga dirasakan oleh Anggi. Dia seperti merasa dilindungi dan disayang oleh Jayadi. Dia juga senang bisa memberi pelayanan terbaik untuk Jayadi.

Di mobil dalam perjalanan pulang pun demikian. Mereka saling berpegangan tangan di mobil, saling berpandangan dengan mesranya. Sesekali dia mengelus tangan Pak Jayadi. Dia mengingatkan Jayadi juga untuk jangan makan yang keras-keras dulu, karena Jayadi ingin mengajak Anggi makan malam di restoran steak

“sabar..... nanti kalo sudah sehat yah..”

“iya deh...” nurut akhirnya Jayadi

Setiba di rumah, Anggi lalu beres-beres, sedangkan Jayadi melanjutkan pekerjaannya sedikit. Dia meski sudah pensiun namun masih memegang jabatan sebagai komisaris di sebuah perusahaan pengolah kayu, sehingga masih ada kesibukannya meski sudah pensiun dari dinas resminya.

Sebagai mantan pejabat tentu tabungan dan aset miliknya juga termasuk sangat mumpuni untuk tetap menghidupinya di masa taunya. Rumah kost dengan total 40 kamar miliknya di kawasan Kalibata juga termasuk kencang pemasukannya, dan itu yang dikelola oleh Iput diluar jam kantornya, dari situlah Iput membayar semua tagihan dirumah ini termasuk gaji untuk Anggi.

Namun belakangan ini Anggi selain menerima gaji tetap dari Iput, pendapatannya dari Jayadi juga malah lebih besar. Tadi pun saat mereka di Ambassador, Jayadi menyempatkan diri ke atm untuk mentransfer sejumlah uang untuk Anggi, yang bisa Anggi gunakan untuk membantu keluarga dan anaknya.

Kini dia tidak risau lagi dengan biaya Asep untuk beli seragam baru, semua sudah tercover dengan baik.

“jangan lupa jika mau perawatan silahkan aja.....”

“saya bisa perawatan di rumah Pak...”

“ngga apa-apa, mau ke salon juga boleh...”

“hmmmm.... diantar yah sama Bapak?”

“iya dong.... “

Anggi tersenyum

“nanti kalau sendiri bahaya... ada yang naksir...”

“ih, bapak apaan sih....”

Dialog seperti itu membuat Jayadi seperti jadi anak muda kembali.

Malam harinya, Jayadi duduk di taman belakang sambil makan buah, dan Anggi duduk bersamanya disamping. Perbincangan ringan mereka seputar pertanyaan Jayadi tentang keluarga Anggi. Anggi juga demikian bertanya tentang anak-anak Jayadi.

Ternyata memang Jayadi dekatnya dengan Iput saja. Dua anak laki-lakinya malah tidak terlalu dekat, baik itu Gibran maupun Malik. Iput sudah menikah dan memiliki dua anak dari pernikahanya. Sedangkan Gibran juga sudah menikah namun belum punya anak. Yang bontot Malik ini memang seniman sejati. Selain susah diatur, dia juga sering sekali menentang bapaknya. Bahkan sering saat Lebaran pun dia tidak pulang untuk silahturahmi dengan ayahnya.

Mereka berdua adalah anak kesayangan mendiang ibunya. Terutama Malik. Dia sangat disayang oleh mendiang ibunya. Itu yang kurang disukai oleh Jayadi, karena anaknya jadi manja, malas sekolah, senangnya main musik aja.

Istrinya Gibran sendiri kurang disukai oleh Jayadi, karena sikapnya yang sombong. Kurang menghormati orangtua, gara-gara belain istrinya Gibran jadi suka melawan bapaknya. Gibran bahkan berkali kali mendesak kakaknya Iput untuk bicara dengan ayahnya, agar rumah mereka yang Kelapa Gading yang sekarang dikontrakin, agar dijual, dan hasilnya dibagi ke anak-anaknya. Ini yang buat Jayadi kurang suka.

“bapak masih mau buah lagi?” tanya Anggi

“udah full...”

“mau tambah air putihnya?”

“ngga... “

“yah sudah.... di kamar masih ada kan airnya?”

“masih sih...”

Anggi lalu mengangkat piring dan gelas bekasnya Jayadi

“mau masuk sekarang?”

Jayadi mengangguk.

Anggi lalu masuk duluan, membersihkan dan mengibaskan kasurnya, menyalahkan AC, memeriksa jendela jika sudah terkunci, mengecek pagar depan dan pintu di depan juga, lalu ke belakang memberitahukan Jayadi jika kamarnya sudah bersih dan rapih.

Jayadi yang sedang membalas whatsapp anaknya Iput, lalu menganggukan kepala.

“Iput ngga jadi kesini....”

“kapan? Malam ini atau besok?”

“dua-duanya... ada urusan suaminya dinas ke Palu, jadinya dia dirumah dengan anak-anak...”

Anggi mengangguk

“cucu –cucu bapak ngga perna kesini?”

“sering... cuma karena saya sakit, yah diminta ibunya jangan dulu sampai saya sembuh...”

Anggi bisa memakluminya

“sabar yah... pasti kangen sama cucu yah...”

Jayadi suka dengan Anggi ialah kelembutannya dan pelayanannya yang luar biasa. Dia bukan sosok seperti mendiang istrinya yang mandiri dan bisa diajak diskusi apa saja seharian, atau sering memberinya petuah dan masukan, namun Anggi ini tipikal wanita yang tipe melayani. Dia sangat mengerti hal-hal sepele seperti kebersihan, mempersiapkan makanan, melayani hal-hal basic bagi Jayadi, dan juga dia tahu cara membangkitkan sesuatu yang sudah lama mati di sisi Jayadi, kini kembali mekar.

Jayadi lalu masuk ke kamar mandi, bersih bersih, mengganti bajunya dengan piyama tidur lalu menyetel tv nya sebentar. Anggi masuk lagi membawa gelas bersih untuk Jayadi jika ingin minum tengah malam.

“kamu tidur dimana?” tanya Jayadi

“di kamar saya Pak...”

Jayadi tersenyum malu

“kenapa Pak?” tanya Anggi

“ngga.....”

“oh....”

Anggi bukan anak kemarin sore, dia sudah master untuk hal beginian. Namun dalam hal ini dia harus tahu cara memainkannya.

“kenapa ngga tidur disini aja?”

“disini?”

“iya... temenni saya tidur disini....”

Anggi tertawa kecil

“aduh bahaya.....”

“bahaya kenapa?”

“bukan muhrim....”

Jayadi tertawa

“bukan muhrim tapi disedot juga...”

“ih... bapak yah....” Anggi memukul dada Jayadi dengan manja

“itu kan supaya menyehatkan bapak.... kan kasian udah lama tertahan....”

“oh gitu yah.....”

Anggi tertawa pelan, sedangkan Jayadi membelai tangannya yang mulus itu

“bobo disini yah....” bujuknya lagi

“nanti ketahuan ama Bu Iput....”

“ngga.....”

Anggi masih terdiam

“ayo lah..... daripada kepisah tidurnya....”

Anggi tersenyum malu-malu

“atau saya yang pindah ke kamar kamu?”

“jangan Pak... sempit dan kecil juga kasurnya....”

“makanya.....”

Anggi masih tersipu malu

“ya sudah.....”

Anggi lalu berlalu

“lho mau kemana?”

“cuci muka sebentar Pak, kamar juga AC belum dimatikan...”

Jayadi tersenyum

“oke...”

Sebelum Anggi keluar

“pake yang tadi yah...”

“yang mana Pak?”

“Tadi tadi kita beli..”

Anggi tertawa kecil. Ternyata Pak Tua ini ingin melihat dirinya dengan lingerie

“iya....”

“asyik....”

“yang warna apa?”

“yang coklat aja kali yah....”

“oke....”

Anggi berlalu keluar, dam Jayadi senangnya minta ampun. Sekian tahun dia sakit, menderita dan tidur sendiri, dan malam hari ini, ARTnya yang cantik ini akan menemaninya tidur bersamanya. Perasaannya jadi tidak karuan, badannya suhu langsung naik menjadi hangat, dan isi celananya mulai bergerak pelan mengangguk angguk, sambil tangannya mulai mengelus elus rudal tuanya yang sering sekali menembak saat ini, meski tembakannya sering salah sasaran.

Tidak lama Anggi masuk, namun masih memakai pakaian yang tadi. Wajahnya bersih sekali sehabis cuci muka dan pakai cream malam. Tangannya membawa lingerie yang tadi dipesan. Sambil tersenyum ke arah Jayadi, Anggi lalu masuk ke kamar mandi.

Saat dia keluar, Jayadi bagaikan tidak berkedip menatapnya. Meski sudah pernah lihat Anggi telanjang bulat, namun malam ini dengan lingerinya yang berwarna coklat tua itu, putingnya yang membayang, serta bulu di sekitar pangkal pahanya terlihat samar dibalik lingerie dan celana dalam tongnya yang transparan.

“suka ngga?”

“bagus banget.....” agak gagap Jayadi jadinya

“bagus?”

“iya.... cantik sekali...”

“Makasih....”

Anggi lalu masuk ke dalam selimut bersama Jayadi

“aduh... dosa nih aku yah....” ujar Anggi pelan sambil senyum

“ngga dong... kan kita sama-sama single sekarang...” Jayadi membenarkan

“ih... bapak bisa aja....”

Jayadi jadi berdebar debar saat melihat Anggi rebah disampingnya.

Anggi tahu, Jayadi meski sudah tua dan memiliki cucu, namun pengalamannya dan kondisinya kali ini, bukan seperti pelanggan dia yang bugar dan langsung siap tempur diatas ranjang. Dia ini perlu diasah lagi, apalagi dengan kondisi masih belum sembuh benar seperti sekarang.

Dia lalu menyingkirkan bantal guling yang ditangah mereka. Jayadi merentangkan tangan kirinya, lalu Anggi merapat dan masuk kedalam pelukan pria tua itu. Kepalanya menyelusup di bahu kiri Jayadi, kaki kirinya melingkari perut Jayadi, dan tangan kirinya memeluk dada Jayadi.

“sakit ngga tangannya, Pak...?” tanya Anggi lembut

“ngga....”

Anggi tersenyum. Bau jantannya Jayadi ini memang terasa maskulin di hidung Anggi. Entah apa yang dikepalanya, hanya saja memang kebaikan hati dan perhatian Jayadi, ditambah dengan sikap dia yang menghormati serta kasihan melihat kondisi pria ini, membuat Anggi dengan sukarela melakukan ini.

Sementara mendapat pelukan seperti ini, Jayadi bahagia sekali. Buah dada Anggi yang menempel di dadanya, membuat dia makin naik birahinya. Tangannya dengan lembut membelai paha mulus Anggi, tangan kirinya membelai rambut hitamnya yang tergerai, dan mencium harumnya mahkota wanita itu

“siti....”

“ya pak...”

“makasih yah...”

“makasih apa?”

“makasih atas semuanya ini....”

Anggi lalu bangun, badannya kini agak sedikit menimpa Jayadi, dia menatap wajah tua namun segar itu

“iya.... aku yang makasih..... bapak udah baik sama aku dan anakku...”

Jayadi tersenyum. Dia kagum melihat kecantikan wajah ART nya ini, bibirnya benar-benar menggodanya

“ aku juga.... serasa hidup lagi sekarang...”

“masa sih Pak...”

Tangan Anggi membelai dadanya, matanya dengan sedikit sayu menatap wajah Jayadi

“iya.... makasih....”

Anggi tersenyum manis

“ kamu ngga malu jalan sama aku yang tua begini?” tanya Jayadi

“ih... justru aku yang nanya... Bapak ngga mau gandeng pembantu bapak di mall.....”

“ssssttttt “ jari Jayadi meneutup bibir Anggi

“kamu bukan ART aku.....”

“tapi kan aku memang pembantu bapak...”

“ngga.... aku marah kalo kamu bilang gitu lagi....”

Anggi tersenyum manja

“ trus aku apa?”

“kesayanganku....” ujar Jayadi.

“oh..... “senyum manja Anggi

Lembut jari Anggi kini membelai bibir Jayadi. Lalu dengan pelan dan lembut bibirnya turun menyapa bibir Jayadi. Jayadi sedikit tersetrum mendapat ciuman sehangat ini. Pertama kalinya setelah sekian tahun dia mendapat ciuman bibir kembali.

Kini tangan Jayadi lalu menekan kepala Anggi agar merapat ke wajahnya, dan bibirnya kembali mencium bibir Anggi, dengan lembut, lalu perlahan mulai agak ganas dan panas. Bibir mereka saling melumat, bibir bawahnya digigit oleh Anggi, dan kemudian lidah Anggi keluar menyapu bibir Jayadi, dan lidah mereka kini saling beradu.

Keindahan surga dunia yang sekian lama hilang, kini hadir kembali di kamar ini. Gairah bercinta Jayadi yang luput dari perhatiannya, kini mekar kembali. Dia lupa dia sudah uzur, dia lupa dia sudah pensiun, dia lupa dia sakit. Yang dia ingat sekarang ialah wajah cantik menggairahkan di dalam pelukannya, dan ciuman lidahnya yang mengelitik.

Tangan Anggi lalu membuka kancing piyama tidurnya Jayadi, lidahnya kini turun dan menjilati putingnya Jayadi. Pria tua itu menggeliat geli, namun nikmat rasanya saat lidah nakal itu bermain di putingnya. Kenikmatan yang sudah lama tidak dia rasakan, apalagi pelayanan luarbiasa dari Anggi kali ini membuat dia jadi makin bergairah.

Lidahnya memainkan peran di puting Jayadfi, dan tangan kirinya mengelus lembut batang yang masih setengah tegang dari balik celana piyamanya. Tangan Jayadi membelai lembut rambut Anggi yang tergerai hingga melewati pundaknya itu.

Tangan nakal Anggi kini menurunkan celana piyamanya Jayadi, sekalian dengan celana dalamnya. Dan batang tua itu dengan malu-malu keluar, belum tegang penuh, namun sudah menggeliat. Dia merintih geli saat tangan lembut halus milik Anggi membelainya dengan penuh perhatian.

Wajahnya terdongak saat mulut Anggi mulai tebuka dan melahapnya dengan penuh perasaan, bibir mungilnya menjepit batang kontolnya dengan bibir lembutnya itu, kepalanya naik turun dan lidahnya ikut bermain menyapu batang kontol yang kini menegang, namun belum bisa tegang sempurna.

Nafas Jayadi megap megap jadinya, pantatnya naik turun, tangannya membelai rambut Anggi, seakan memberinya semangat untuk melumat batang kemaluan Jayadi. Layanan Anggi membuat dia merasakan betapa nikmatnya proses sepong yang dia tidak pernah dapat dari mendiang istrinya yang ortodoks seks style itu.

Dia tidak kuat jika disedot dan dijilat seperti ini, dan Jayadi menarik kepala Anggi agar melepaskan batangnya dari jepitan lidahnya

“kenapa bapak sayang?” tanya Anggi manja

“ngga kuat aku sayang...” terengah nafasnya Jayadi

“ngga apa-apa.... biar aku sedot.....” bisik Anggi lagi

Bisikan dan kata - kata mesum dan mesra seperti ini membuat Jayadi bagaikan terbang ke angkasa. Sesuatu yang tidak pernah dia temui selama ini. Ucapan dan diskusi tentang layanan cinta diatas tempat tidur seperti ini.

Anggi tersenyum manis melihat Jayadi yang gelagapan karena serangannya.

“pengen ini.....” Jayadi membelai buah dada Anggi yang masih terbungkus lingerie itu.

“mau?” tanya Anggi mesra

“iya....”

Anggi lalu menurunkan tali lingerinya ke kiri dan kanan, buah dada indahnya kini semua keluar mencuat dengan puting tegang memancing Jayadi untuk menjamahnya.

Dengan lembut kemudian Anggi menyodorkan susunya untuk dilumat oleh bibir Jayadi.

Mulut Jayadi terbuka saat puting buah dada Anggi disodorkan ke mulutnya, dan dengan rakusnya dia menyedot susu yang tidak pernah dingin itu.

“ogh..... sayang.... suka susu aku...” bisikan liar Anggi membuat Jayadi semakin bergairah

“hmmmm...... suka sayang....”

Jayadi menganggukan kepalanya, tangannnya membelai pantat Anggi, mulutnya sibuk melumat dan menjilati pentil tegang indah itu, dan dia menikmati sekali menjilati kedua susu itu bergantian. Anggi hanya mendesah kenikmatan, dia menikmati lumatan dan isapan mulut pria tua itu. Pria yang masih gagah dan tampan di usia senjanya, dan Anggi menikmati jilatan itu.

Melihat wajah Jayadi yang memerah, Anggi tersenyum, dia lalu menicum bibir Jayadi saat lumatannya lepas dari buah dadanya.

“enak sayang?”

“enak.... bagus susunya...”

“suka...”

“banget.....”

Tangan Anggi membelai batang Jayadi

“sayang....”

“hmmmmm....” kening Anggi terangkat

“pengen....”

“pengen apa?” goda Anggi

“pengen masukin...”

Anggi tertawa kecil

“mau sayang....?”

“mau banget....”

Tangan Jadai membelai dan meremas segitiga Anggi yang masih terbungkus celana dalam tong itu.

“buka sayang....” perintah Anggi agar Jayadi membuka baju dan celananya

Jayadi lalu membuka piyamanya, menurunkan celananya hingga telanjang bulat. Anggi lalu membuka lingerienya dan menyisahkan celana dalam tonngnya. Dia tahu bahwa kondisi Jayadi yang masih belum pulih, mengakibatkan ketegangan belum sempurna.

Anggi lalu berbaring manja

“ini ngga dilepas?’ tanya Jayadi

Anggi lalu mengangkat pantatnya manja

“bukain lah...”

Jayadi lalu menarik celana dalam Anggi, dan rumbut yang mulai menebal di vaginanya menyapa Jayadi.

Anggi lalu bangkit duduk sejenak. Dia lalu mengocok pelan agar sedikit lebih tegang, lalu memberi ludah di kepala kontol Jayadi, agar tidak seret saat masuk.

“masukin Pak....” perintahnya

Jayadi memposisikan batangnya didepan memek Anggi. Pengalaman pertamanya lagi setelah sekian tahun, dan dengan pelan, lalu kontolnya masuk dan tenggelam didalam vagina basahnya Anggi.

“ocuh.....” teriaknya pelan

“kenapa sayang?” yanya Anggi

“kejepit....”

Anggi tertawa melihat ekspresi Jayadi. Dia memang memainkan empot ayamnya saat kontol Jayadi masuk. Makanya dia yakin kalau Jayadi akan terkaget saat urat memeknya menjepit batang kontolnya

Jayadi lalu mulai dengan pelan menggoyang batang kontolnya keluar masuk.

Angga memeluk erat badan Jayadi, dadanya menempel ketat ke dada Jayadi, dan bibir mereka saling bertautan dengan liarnya

“pelan-pelan aja Pak.....” bisik Anggi lembut, sambil tangannya membelai punggung Jayadi

“iya sayang...”

Merasakan memek sehangat ini, pertama kalinya dalam sekian tahun membuat kontol Jayadi kaget. Dijepit berkali kali membuat dia sulit menahan agar tidak tiba duluan

“ oh.... oh.....” lirih suara Jayadi

“sayang...”

“hmmmm...”

“ngga kuat aku....”

“ngga kuat?”

“iya sayang....”

Anggi tersenyum

“keluarin sayang..” sambil tetap menjepit dan mendekapnya

“buang diluar yah....”

“Diluar??”

“iya... aku belum KB soalnya.... takutnya lagi subur...”

Obrolan mesra seperti ini saat bersetubuh belum pernah dirasakan oleh Jayadi sebelumnya. Dan ini sensasi ini malah membuat hayalannya melambung entah kemana, dan dia semakin sulit menahan. Sedangkan Anggi dengan genitnya memainkan jepitan empot ayamnya

“sayang..... oh oh oh.....”

Nafasnya seperti tertahan...

“aku keluar.......” teriaknya lirih

Dia dengan cepat mencabut batangnya dari jepitan memek Anggi, dan membuangnya semuanya di atas perut Anggi.

Jayadi lemas, dan Anggi hanya tersenyum. Meski dia tidak mencapai apapun, namun dia sangat senang melihat Jayadi orgasme.

Jayadi lalu tumbang disebelah Anggi. Dan tanpa membuang waktu, Anggi lalu melumat bersih batangnya untuk membersihkan sisa peju dari ujung kontol Jayadi. Pria itu kaget melihat aksi Anggi, sambil kegelian dia sampai kejang pantatnya saat batang kontolnya dihisap.

“sayang... nakal yah...” dia membelai pipi Anggi lembut

“ngga jijik?”

“ngga dong...” bisik Anggi sambil senyum

Jayadi jadi terharu melihat tulusnya layanan Anggi terhadapnya

“suka ngga?”

“Suka banget....”

Anggi tersenyum

“banyak banget pejunya...” dia mengomterai peju Jayadi yang bertebaran di perutnya

“bisa hamil itu kalau didalam...”

Jayadi tersenyum malu

“nanti selepas haid, aku KB yah... biar bapak enak buangnya....”

Jayadi terharu mendengarnya

“iya sayang......”

Anggi lalu bangun

“aku cuci dulu yah...”

“bareng...”

“udah bapak disini aja.....”

Tidak lama kemudian Anggi keluar dari kamar mandi, membawa lap basah, lalu melap kontolnya Jayadi yang sudah lemas.

“makasih yah...”

“iya Pak....”

Jayadi lalu memakai celana dalamnya, dan Anggi juga memakai celana dalam serta lingerie nya kembali. Dia lalu masuk kedalam selimut bersama Jayadi, mereka berpelukan dengan mesranya. Jayadi ada rasa bersalah karena dia tahu Anggi belum apa-apa.

“nanti boleh minta lagi ngga?”

“masih kuat...??”

Jayadi tersenyum malu

“kalau bangun minta lagi boleh kan?”

Anggi tersenyum, dia membelai wajah Jayadi yang menatapnya

“boleh dong... kapan bapak mau, tinggal minta yah....” ujar Anggi manja

“makasih sayang....”

“iya....”

Jayadi memeluk Anggi dengan mesranya. Dia malam ini benar-benar mabuk kepayang dengan layanan Anggi. Dia kini mulai berpikir jauh kedepannya. Dia seperti ada ketakutan kalau kebahagiaannya malam ini akan berakhir, dan dia tidak ingin mengakhiri itu. Servis dan perhatian Anggi selama ini membuat dia kelabakan dan takut, jika suatu hari akan kehilangan Anggi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd