Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dawai Cinta Sang Penghibur

CHAPTER IV


Pagi pagi Anggi terbangun, seperti biasa ritualnya ke kamar mandi, buang hajat, menyikat gigi dan cuci muka, minum air putih, lalu buat teh manis dan mulai mengambil ponselnya di bawah bantal dan mengeceknya.

Beberapa pesan yang masuk dilihat, ada dari Ibunya, teman-temannya yang dulu di spa juga menyapa menanyakan setoran arisan, lalu juga dia melihat lihat medsos dan pesan yang masuk, tidak ada yang menarik hatinya dia.

Suara lagu dari gerobak bakso Mang Dadang kembali terdengar, kali ini lagunya Rhoma Irama yang berjudul Gelandangan yang mengalun. Bagi Anggi lagu-lagu seperti ini sudah biasa, maklum lah pekerjaannya di karaoke dulu mengharuskannya juga bisa menghafal lagu-lagu dangdut untuk bisa menemani tamu-tamunya.

Dia lalu memutuskan untuk ke pasar saja, membeli beberapa bahan makanan, dia ingin masak sesekali daripada beli jadi. Mending dia beli ikan, daging, dan juga sayuran untuk disimpan di kulkasnya, jadi biar kulkasnya juga ada isinya.

Anggi lalu beranjak kedalam, dia membuka tank topnya yang membalut badannya, buah dadanya langsung keluar dan bergoyang bebas, ada bekas merah sedikit karena kenakalan tamunya tadi malam, dia hanya tersenyum, lalu memakai bra, dan memakai kaos pendek yang ketat, sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas, lalu mengganti celana pendeknya dengan legging ketat, dan memakai sweater lalu keluar dari kontrakannya.

Dia mencoba menghubungi Pak Husin, tapi nomornya dia tidak aktif, akhirnya Anggi keluar kedepan sendirian, memanggil ojek yang di depan yang lagi mangkal, lalu menuju ke pasar untuk membeli keperluan dapurnya.

Anggi muter muter ke pasar, membeli beberapa keperluannya, lalu mampir ke tukang sayur langganannya, dan dia kaget, bapak yang biasa jualan sudah tidak disitu.

“kemana Kang bapaknya?”tanya Anggi

“lagi pulang kampung, saya yang ganti” jawab anak muda itu dengan logat sundanya yang kenal

“oh gitu, nama kamu siapa?”

“Amat, Teh….” Sahutnya dengan sopan

“tomat, cabe, daun bawang yah…” sebut Anggi

“iya Teh…..” dengan cekatan Amat membungkus semua pesanan Anggi, lalu memasukan ke kantong plastik kresek, dan mengulurkan ke Anggi. Wanita itu tersenyum melihat Amat, karena tertangkap basah sedang menatap buah dadanya yang memang ketat dibalik baju mininya, meski memakai sweater, tetap saja mengintip belahan buah dadanya.

Anggi seperti sengaja membiarkan mata anak muda itu yang memang lugu dan terlihat manis memandang toketnya yang mengintip dari leher bajunya

“harusnya aku dapat diskon nih…”senyum Anggi

“udah murah teh,,,”

“harusnya diskon lagi…..”

“kenapa teh?”

“soalnya aku belanja, tapi yang jualan matanya juga belanja…”

Muka Amat langsung merah malu…. Anggi juga tertawa melihatnya. Rasain lu, ngaceng dah…pikir Anggi

Anggi lalu pulang dan naik ojek yang tadi menunggunya di depan pasar. Dia lalu bertanya jika melihat Pak Husin, ojek langganannya kemana

“sakit Mbak”

Anggi kaget

“oh gitu….”

“semoga cepat sembuh deh…”sambung Anggi

“iya Mbak, kasian juga tuh si babe, tinggal sendiri juga…” sambung tukang ojek itu

Anggi tiba-tiba kasian mendengarnya, ternyata Pak Husin cuma sendiri, trus jika sakit siapa yang menjaganya? Dia juga tinggal sendiri, tapi waktu sakit dia bisa telp Pak Husin minta beliin obat, atau telpon tetangganya, nah Pak Husin?

“tinggal dimana tuh babe?” tanya Anggi lagi

“di rumah kosong dibelakang bengkel tua di jalan baru itu Mbak…”

Anggi tahu ancar-ancarnya, tapi bengkel yang mana dia tidak tahu. Setiba di depan kontrakannya, Anggi lalu membayar ojeknya, menyimpan belanjaannya, lalu dia keluar lagi ke mini market yang didepan, membeli obat, dan roti serta beberapa biscuit dan kembali ke pangkalan ojek yang tadi.

“bang, antarin ke tempatnya Pak Husnin dong, kasihan dia sakit”

“siap Neng….”

Motor mereka lalu melaju hingga di jalan baru yang disebut oleh tukang ojek itu, lalu berhenti depan bengkel yang sepertinya sudah tidak ditempati lagi oleh yang punya, ada gang kecil disampingnya, karena motor agak susah masuk, akhirnya Anggi memutuskan berhenti disini.

“itu dibelakang bengkel ada pintu kecil, masuk dari situ Mbak, Pak Husin tinggal dibelakang situ”

Arahan dari tukang ojeknya.

“mau ditunggu ngga mbak?”tanya tukang ojeknya

“Boleh Bang, nanti saya ngga bisa pulang sendiri” ujar anggi

Dia lalu masuk kebelakang, dan menemukan pintu kecil dibelakang bengkel, lalu masuk ke dalamnya, di halaman rumah kecil ayng menempel di belakang bengkel itu, nampak motor tua milik Pak Husin terparkir.

“pak….Pak Husin…” panggil Anggi

Terdengar suara dari dalam rumah tua yang kondisinya sebenarnya jauh dari layak…

“iya, tunggu”

Wajah tua yang kelihatan agak kuyu muncul dibalik pintu..

“eh,mbak anggi…” agak gelagapan Pak Husni merapikan sarungnya…..dia kaget ada Anggi datang

“sakit bapak?”

“iya Mbak….”

“saya telp ngga diangkat, mati hp bapak..”

“iya maaf Mbak, saya sengaja matiin karena lagi sakit….”

Salah tingkah Pak Husni

“masuk Mbak…maaf berantakan….”

Anggi masuk, dia terkesan melihat kamar sederhana itu, meski dari luar terlihat rumah sudah tua dan halamannya agak tidak terawat, tapi dalamnya cukup rapih. Kasur sederhana lalu ada sofa panjang sederhana disamping kasur yang langsung dilantai, lemari kecil buat baju dan diatas meja ada helm dan juga beberapa piring dan gelas aqua.

“saya bawa obat sama makanan buat bapak….” Anggi mengeluarkan belanjaannya..

“jadi merepotkan mbak anggi….”

“ngga apa2 Pak…”

Dia meletakan semua bawaannya di atas meja kecil itu, lalu duduk di sofa…

“gimana kondisi bapak?’

“sudah mendingan Mbak…” sambil mencoba tersenyum

“bapak sendiri disini?”

“iya Mbak…”

“keluarga pada kemana? Kalo boleh tahu…?”

Pak Husin menghela nafas sebentar….

“anak-anak sudah pada diluar kota semua ikut suami, 3 semua perempuan ikut suami ada yang ke Surabaya, Medan, sama ke Papua.”

“istri bapak?”

“sudah meninggal Mbak, 6 tahun lalu di kampung, makanya saya 4 tahun lalu balik ke Jakarta lagi ngojek buat sehari hari….”

Anggi kasihan melihat Pak Husin, sakit sendirian tidak ada yang merawat

“yah, sudah itu saya bawain obat sama roti, bapak makan yah….”ujar Anggi

“makasih Mbak….maaf palingan besok saya sudah membaik saya sudah bisa antar Mbak Anggi lagi…” ujar Pak Husin

“jangan dipaksain Pak….”Anggi sambil senyum….

Dia sekilas menengok kondisi kamarnya Pak Husin, sepi dan nampaknya damai, apalagi halaman belakangnya ini memang luas dan masih pepohonan yang ada belum ada bangunan selain bengkel didepan yang sudah tutup….

“bapak kenapa ngga nikah lagi?” Iseng nanya Anggi

“ngga Mbak… udah 62 tahun siapa yang mau”agak tersipu malu dia menjawab…” saya pensiun dari kerjaan umur 55, setahun kemudian istri meninggal, trus saya balik lagi ke Jakarta, cari makan dengan ngojek….”

Anggi hanya tersenyum dan tertegun sedikit, dia senang akhirnya bisa bantu Pak Husin meski hanya beli obat dan roti serta biscuit.

Namun dia agak berdebar melihat dibalik sarungnya pak Husin, sepertinya ada yang bangun nih kata hati Anggi… apalagi dia melihat Pak Husin sedikit curi-curi pandang ke dadanya yang besar dan dibalut baju ketat, setelah sweaternya kancingnya terbuka, membuat belahan dadanya sedikit terlihat

Kata Anggi, ngga tua ngga muda sama aja matanya….pasti yang dilihat belahan dada gue…..

Anggi tersenyum, ingin rasanya meledek Pak Husni, tapi dia tahu Pak Husni sudah tua…lagian salah dia kenapa datang pake baju seperti ini, wajarnya meski sudah kakek kakek, Pak Husni ngaceng dibuatnya.

“tapi aman ya disini..” tanya Anggi

Memang serasa damai disini, sepi dan serasa masih di pedesaan suasanya.

“aman Neng, pada tahu saya disini mereka ngga berani ganggu….’

Anggi tersenyum kembali….

“bapak istirahat atuh…” ujarnya dia

“Mbak Anggi naik apa kesini, biar saya antar….”ujar Pak Husni

“ngga usah Pak, ada teman bapak yang antar saya kesini, bapak istirahat aja, nanti kalau sudah sehat bisa antar saya lagi” jawab Anggi

“hpnya dinyalain, biar gampang saya hubungi….” Kata Anggi lagi…

“iya siap Mbak…” Pak Husin berdiri saat Anggi hendak pamit

“mari pak….” Pamit Anggi

“silahkan Mbak, makasih banyak”

Dan kembali Anggi melihat tonjolan besar di balik sarung Pak Husni, Anggi berpikir gila juga…. Sudah tua tapi masih bisa bangun…dan apa dia benar ngaceng gara-gara lihat toket gue yah? Padahal khan gue masih pake kaos….

Sampai saat Anggi pamit, tonjolan itu sulit disembunyikan oleh Pak Husni dibalik sarungnya… Anggi sendiri menyadari betapa sulitnya hidup Pak Husni, buat makan saja mungkin sulit, apalagi memikirkan nafsu dan urusan selangkangan…..

Dia hanya bisa tersenyum, dia terlihat bangga, ternyata ngga muda tua, brondong hingga kakek-kakek ngaceng juga lihat badannya dia, padahal belum buka baju dan telanjang. Anggi segera melangkah keluar halaman, dan naik kembali ke ojek yang sudah menunggunya.​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd