Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Dangerous Game

1

Amelia Wijanarko



Dengan tergesa, aku tutup pintu kamar dan menguncinya. Masih dengan pakaian lengkap dan kerudung putih, aku menjatuhkan badan ke kasur. Kepalaku langsung terbenam ke dalam bantal, perlahan tangisanku terpecah. Hingga semakin keras, sampai nafasku tersengal.



Beberapa saat sampai nafasku sudah mulai teratur, aku berdiri.

Aku melangkah lemas ke kamar mandi.

Kulepas semua pakaian yang menempel di tubuh. Mulai kerudung, gamis, tshirt hingga celana legging yang biasa kupakai.

Di depan cermin kamar mandi, emosi tak kuat lagi aku tahan. Beberapa titik cupang di tubuh, mulai bawah leher sampai dada sebelah kanan, mengingatkan aku apa yang sudah terjadi siang tadi.



oo00oo​



“Mama kenapa? Kok mukanya aneh?”

Anakku yang lahir 6 tahun lalu bertanya sambil menghabiskan makan malam yang sudah aku siapkan.

“Tak apa apa, nak. Mama cuma lelah”

“Eeee…iyaa…mama istirahat saja. Nanti aku bisa kok cuci piring sendiri.”

Aku tersenyum ke lelaki kecilku. Vino, buah cintaku dengan pasanganku, dengan suamiku.

Degg….
Senyumku mendadak menghilang.

Suamiku…

Ya…aku punya suami. Aku … aku mengkhianatinya.



oo00oo​


Papan kayu kuning muda, dengan logo nama hotel dan tiga angka kecil di sampingnya itu terbuka. Tanpa berkata kata, aku langsung berjalan cepat, menaruh tas jinjingku di meja, dan segera merebahkan diri menghadap jendela.

Aku pura pura tak tahu apa yang terjadi di belakangku. Tapi aku tahu persis, lelaki yang ikut masuk ke kamar ini juga grogi setengah mati.

Ferry namanya. Pemuda berbadan cukup gempal, meski tidak gendut. Wajahnya cukup tampan, dengan dihiasi bulu bulu wajah kasar yang sengaja dibiarkan liar meski pendek.

“ehm…mbak…” dia berkata.

Aku diam saja. Dadaku berdegub kencang.


Apa yang sedang kulakukan sekarang??

Pertanyaan besar menggelayut di hatiku.

Satu lengan kekar memelukku dari belakang. Leherku dicium, meski masih terlindungi kerudung putih yang kupakai.
Aku cuma terdiam.


Aku beranjak duduk, dan dia mengikuti duduk di belakangku, memelukku.

“mbak… apa kita pulang saja?” Ferry tampak memahami kebimbanganku.

Tapi meski berkata begitu, telapak tangannya yang memeluk perutku justru bergerak ke atas.

Menangkup bongkahan payudara yang masih tertutup berlapis lapis kain.


Aku menggelinjang pelan.
Aku berbalik, dan menatapnya lembut.

”Nggak mas…gak papa”
Bibirku segera disambar, dilumat dengan sedikit liar. Tampak gelora nafsu lelaki ini mulai menguasai.

Terasa ritsleting gamisku diturunkan pelan pelan. Tidak lama, jari jari lelaki gempal tadi menggerayangi punggungku yang masih tertutup tshirt di balik gamis yang mulai terbuka separuh dari belakang.

Nafasku mulai tersengal, bibirnya masih ganas melumat.

“hhh…mas…sebentar…”
Aku mencoba menarik diri.

“Jangan sampai kusut..” aku meneruskan kalimatku sambil berupaya berdiri.

Di depan kaca, terlihat bayangan Ferry dengan muka memerah sedang terduduk.

Aku berdiri mendekat ke meja, sambil jariku melepas kaitan peniti di kerudung.


Perlahan, dengan sedikit bimbang, ya…meski ini bukan kali pertama aku berdua bermesraan dengan lelaki tersebut, namun baru kali ini aku menyerahkan diri sepenuhnya seperti sekarang.

Di cermin, terlihat seorang wanita cantik, memakai kerudung putih besar menutupi hingga separuh atas dari gamis denim biru yang kupakai.

Peniti terakhir sudah kulepas, kuletakkan perlahan di meja. Kerudungku sudah tak lagi berbentuk, cuma seperti kain besar yang menutupi kepalaku.

Sebelum kain kerudung itu terlepas, gamisku mulai goyang. Nampaknya upaya Ferry melepas ritsleting tadi cukup berhasil. Gamisku terjatuh tertahan lengan bawahku.

Dengan membelakangi ranjang, aku melepas gamis. Aku masih tertutup tshirt pendek dan legging hitam sampai telapak kaki.

Tanganku masih memegang kerudung, ketika Ferry beranjak dan mendekatiku.

Sekejap, kain kerudung besar tadi ditarik dari belakang.

Aku diam saja, hanya memandang lelaki itu yang sudah persis berada di belakangku.


“Mbak Amel cantik…”
Bisiknya di telingaku yang sudah terbuka. Aku menahan nafas.

Leher di bawah telinga terasa basah, Ferry menciumku.

Aku mendongakkan kepala, meresapi pelukan dan nafas serta ciuman Ferry di leher belakangku. Badanku mulai menggelinjang ketika jari tangannya yang dingin mulai masuk ke dalam tshirt yang kupakai.

“ufff….” aku berusaha menahan desahan.

Pantatku merasakan sesuatu yang mengganjal sedang didorong menekan.

“mas, aku hhh…ke kamar mandi duluu…” bisikku sambil mendesah.



Aku memandang diriku sendiri di depan cermin. Sempat terpikir untuk menyudahinya. Tapi, keinginan untuk memuaskan Ferry juga tinggi.

Legging dan tshirt kulepas, tersisa bra dan celana dalam putih yang menempel di tubuhku. Aset di balik sepasang bra putih ini menurutku tidak terlalu besar, namun, setelah terbebas dari penutupnya, bentuknya tidak berubah. Tetap membulat dengan puting yang mengacung. Tak bisa dipungkiri, aku pun terangsang oleh aroma lelaki tadi.

Aku masuk ke ruang shower setelah semua kain kulepas, mandi.

Sedang kubersihkan semua sisa sabun dari tubuhku, ketika pintu shower terbuka. Sekelebat, aku melihat Ferry dengan telanjang bulat masuk dari pintu kamar mandi sebelum aku memalingkan wajah.

Aku menggunakan tangan kananku untuk menutupi dada, dan telapak tangan kiriku menutupi kewanitaanku.

“hufff….mbak Amel…” Ferry memelukku dari belakang, masih di bawah guyuran air hangat shower. Aku merasakan kelelakiannya menggesek pantatku. Aku merasakan badannya juga menggelinjang.

Tanganku digeser perlahan. Kedua telapak tangannya menggantikan memegang payudaraku. Desahan terpaksa keluar tak tertahankan dari bibirku.


Ferry sedikit membungkuk dan menempatkan penisnya di bawah pantatku.

Tanganku berusaha menahan jarak antar badan kita supaya desiran-desiran reaksi nafsu birahi itu bisa kutahan. Namun dengan gemas Ferry mengerang dan menarik kedua tanganku aka da dinding depan.


Kedua tanganku menahan berat dorongan dari belakang, membuat pinggulku sedikit terdorong ke belakang.

“aaaaahhhh…..maaasss….”
Aku mengerang keras berbarengan dengan masuknya penis Ferry ke dalam kewanitaanku. Badanku langsung lemas. Untung saja pinggulku ditahan oleh dua tangan kekar Ferry.


Dia memelukku, menahanku berdiri. Aku serasa dilolosi, aka da tenaga, seakan akan sesuatu merenggut semua nafasku.

Aku…aku…orgasme?

Badanku masih lemas meski sedikit bergetar getar.

Bahkan penis dia belum bergerak sama sekali.


Kumatikan keran shower dengan tanganku yang lemas.

“hhh…mas…hhh….” Ferry mengeluarkan kembali penisnya. Aku menggelinjang kecil ketika ujung kepala penisnya keluar.


Aku didudukkan di toilet. Badanku masih terasa lemas, tapi aku berusaha senyum ke lelaki gempal di depanku.

Tampaknya, bayangan dan antisipasi akan persetubuhan yang panas dengan Ferry sejak sebelum masuk kamar tadi sudah menaikkan hasratku sedemikian tinggi. Bahkan di bawah guyuran air shower pun, puncak kenikmatan bisa tiba tiba meledak dari dalam.

Ferry berdiri di depanku yang masih terduduk di toilet. Terlihat wajahnya kuatir.
”mbak gak papa? Maaf….”

Aku cuma membalas dengan senyum.

Ferry mengambil handuk, dan mulai mengeringkan punggungku.

“mas…mas masuk ke dalam aja…” aku mengambil handuk tadi dan menutupi tubuh telanjangku sebisanya.


oo00oo​

Jam dinding menunjukkan tengah malam, ketika aku dengar pintu pagar dibuka. Suamiku pulang.

Aku menarik selimut dan menghadap dinding dalam. Kupejamkan mata, pura pura tidur.


Tak berapa lama, setelah kudengar suara dari kamar mandi, Hendra berjalan mendekat dan rebahan di sampingku.

Memelukku dari belakang. Tangannya perlahan meremas dadaku, bersamaan dengan ciuman di bawah telinga.

Degg….

“hhh…paah…aku capek…besok besok saja yaa…” aku dengar helaan nafas berat dari suamiku yang kecewa.

Aku ingin menangis.


oo00oo​

Aku mematut diri di depan cermin. Meski aku tidak terlalu tinggi, namun handuk tadi hanya cukup menutup di bawah ketiak hingga hampir sejengkal di atas lutut. Kutarik turun, supaya pahaku sedikit tertutup. Bukit payudaraku terpaksa sedikit terlihat, dan…

aku merasa…seksi.

Ikat rambutku sudah kulepas sejak sebelum masuk shower tadi. Rambutku agak kecoklatan tak sampai sebahu, tak terlalu panjang, tapi entah kenapa, aku merasa wajahku bersinar…seksi.

Perlahan, aku buka pintu kamar mandi. Aku keluar dan kudapati Ferry sudah masuk ke dalam selimut. Kupandang wajahnya, dan kulihat senyumanku dibalas.

“mbak beneran gak papa?” Ferry bertanya sambil beringsut duduk dan bersandar di kepala ranjang.

“iyaa…” kujawab sambil berjalan mendekat di sisi kosong. Dekat jendela.


“mbak…mbak cantik banget…” dia memuji.

Aku merasakan wajahku memerah.

“mbak, akhirnya kita bisa berduaan ya..” dia memulai percakapan.

Aku duduk di ranjang menghadap dia, yang mau gak mau membuat handukku tersingkap memperlihatkan pahaku semakin tinggi.


“iya mas…aku juga ga menyangka kita bisa berduaan saja”

Aku membungkuk, memeluk Ferry yang bertelanjang dada. Kepalaku kuletakkan di dadanya.

“iih…mas Fer deg deg an yaa..”



Aku mempererat pelukan. Tangan kananku kutelusupkan di punggung dia.

“mbak, aku baru kali ini loh liat rambut mbak amel langsung…”

“cuma rambut ?” aku menggoda manja.

”hihi…” Ferry menjawab sambil menggelinjang karena tanganku meremas pantat dia.



Selimut yang menutupi separuh badan Ferry mulai tersingkap.

“iih…tapi ini aku udah sering lihat mas…” kataku sambil jariku menyentuh ujung penisnya yang sudah mulai berdiri.

“seringnya cuma lihat doang? Yakin?“ kata dia balik menggoda.


“hmmppp…” dengan gemas aku mencaplok kepala penisnya.

“uuufff…..” Ferry mengerang pelan.

“bibir mbak amel memang juara..hh…” lanjutnya.


Aku mengulum batang penis Ferry semakin dalam.

“ghhaayyhhhaaahggg gghheeenneehhh….” aku menggoda dia dengan mulut penuh.

“oooohh….mbaaakk….ssshhhh….” Ferry mendesis sambil meremas rambutku.

Aku keluarkan penis tadi dari mulutku, dan kumain mainkan dengan tangan. Kukocok pelan, lalu kutampar tamparkan ke pipi, lidah, hidung.

“mbak amel nakal ya…sukanya mainin barang lakkhiiii…..”

Belum selesai Ferry menggoda, penisnya sudah aku masukkan lagi dalam hingga mentok.


Aku permainkan lidahku di dalam mulut. Menggelitik kepala jamur lelaki gempal di sampingku yang melenguh lenguh.


Hingga beberapa saat kemudian,

“uff…mbaakk…udaahh…mbaakk…hhhhh…mau keluar” Ferry mengerang nikmat.


Penisnya mulai berkedut. Seperti biasa, ini tanda orgasme. Aku katupkan bibirku di tengah batang penisnya, kepalaku naik turun agak cepat.


Seluruh tubuh Ferry mengejang, penisnya menyemburkan muntahan kenikmatan di dalam mulutku. Aku berusaha sebisa mungkin jangan sampai ada yg menetes keluar. Aku melirik wajah Ferry yang sedang ada di puncak kenikmatan.

Tangan gempal lelaki itu meremas rambutku makin keras. Hingga badannya bergetar sekali lagi, tanda akhir dari puncak sudah terlampaui.

Aku masih mengulum ujung penisnya. Di dalam mulutku, sperma Ferry melimpah. Lelaki itu kulihat memejamkan mata, meresapi kenikmatan.


Beberapa saat kemudian, aku tengadahkan wajah menghadap Ferry. Dia mulai membuka mata. Ketika kuyakin dia sedang memperhatikanku, aku menelan isi mulutku.

Tangan Ferry memegang tissue hendak diberikan kepadaku. Sementara aku menolak lalu mengerling manja, sambil memegang bibirku.


" Aaaakk….udah habis mas…”

Rasa pahit dan asin bercampur dengan bau yang aneh. Ya, ini pertama kalinya aku menelan sperma. Bahkan suamiku pun belum pernah. Selalu aku buang di kamar mandi, atau tissue.

Entah kenapa, hari ini aku merasa seksi dan nakal sekali.


oo00oo​



Aku berbaring lagi di kamar, waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Seperempat jam yang lalu, Hendra suamiku, berpamitan pergi kerja.

Kuberikan ciuman terbaikku di bibirnya pada saat dia hendak berangkat.

Mungkin ini rasa bersalah karena semalam menolak dia?

Aku gak mau cupangan Ferry kemaren ketahuan dong.

Atau kah, aku merasa bersalah karena kemaren istrinya menjadi binal di hadapan lelaki selain suaminya?

Aku sudah tak tahu…aku tak tahu harus bagaimana.



Di tanganku, ada 8 miscall dari Ferry.



oo00oo​



“mbak Amel nakal banget yaa…” kata Ferry sambil memelukku di atas ranjang setelah aku kembali dari sikat gigi di kamar mandi.

Aku berbaring dengan kepala di atas dadanya. Tanganku meraba raba penisnya yang sudah mulai menggeliat.

Aku menggenggam penisnya, kuputar putar. Ukurannya hampir sama dengan milik suamiku. Bentuknya pun mirip, cuma sedikit lebih gelap milik Ferry.


Semenjak kenal dengan lelaki yang kupeluk ini, sekitar 4 bulanan yang lalu, sudah berkali kali penis ini menyemburkan benih cintanya ke dalam mulutku. Aku tak tahu, pesona apa yang dimiliki dia.

Apakah karena curhatan curhatanku membuat lelaki tersebut bisa memanfaatkan kerapuhanku? Mungkin.

Ya, mungkin itu jawabnya.


Tapi, aku seharusnya bisa menolak kok.

Toh nyatanya, enggak. Aku menerima rengkuhan cinta dia selalu. Entahlah.

Berbagai perkara rumah tangga yang aku alami, kutumpahkan ke lelaki ini. Beberapa kali aku menangis di dadanya, saat kita berdua sedang duduk di dalam mobil.

Aku ingat pertama kali Ferry mengecup bibirku. Saat itu kita sedang di parkiran mobil sebuah mall, kita berencana menjemput seorang teman lain, lalu menjenguk keluarganya di RS.

Keluar dari hypermarket di mall, tiba tiba tanganku digenggam. Bukan cuma digandeng, tapi digenggam. Dia cuma tersenyum ketika kutatap wajahnya seakan bertanya.


Sesampai di dalam mobil, kembali tangan dia mencari tanganku untuk digenggam. Saat itu aku ingin bertanya, ada apa?

Belum sempat kata kata keluar dari bibirku, dia sudah mendekat dan dengan lembut, dan hampir tanpa nafsu, bibirku dicium. Aku pun tak menolak, kubalas ciuman dia dengan mengulum bibir bawahnya.

oo00oo​

“Mbak Amel ? Bobo kah ?” tanya Ferry membuyarkan lamunanku.

“Enggak mas…” aku menengadah memandang wajahnya.

“Jam berapa sekarang? “ tanyaku kemudian.


Dia mengambil handphone, lalu menunjukkan layarnya ke aku. Sudah hampir sore.

“yuk, pulang yuk…” ajakku.


Tak sengaja, saat aku beringsut, handuk yang kupakai ketarik, sehingga lepas. Buah dadaku yang sebelah kanan terbuka, jatuh di depan wajah Ferry.

Lelaki itu memandang lekat, tanpa kedip. Aku sedikit panik, kucoba menarik narik handuk untuk menutupinya.

Aah…bodoh.
Lelaki ini pasti tahu kalo ini tak ada gunanya.

Pergelangan tanganku dipegang, lalu ditarik ke belakang sehingga aku terbaring telentang dengan tangan lurus ke atas.

“mbak….” bibirnya dengan buas kembali menciumku.


Aku cuma bisa pasrah. Bibirnya mulai bergerak mengelilingi leherku yang terbuka.

Lalu ciumannya, atau lebih tepatnya pagutan bibirnya semakin turun hingga ke dadaku. Aku cuma bisa menggelinjang dan mendesah. Tak bisa dipungkiri, birahi ku meningkat tajam dalam hitungan detik.

Lidahnya semakin turun mengitari dadaku. Sengaja, Ferry memancingku.
Aku meliukkan badan, menuntut putingku digarap dengan kasar. Dia tetap menolak, lidahnya hanya menyapu sekitar aerolaku yang cukup lebar.

Tak sabar, kupegang pipinya dengan dua tanganku, dan kuarahkan untuk segera mengulum putingku yang sudah mengeras.

“huuuuuufffftttt…….” desahanku terlepas.

“kenapa mbak Ameeel….” goda Ferry sambil menggigit gigit puting.

Kewanitaanku terasa basah, aku menggeliat dan sepertinya Ferry paham.

Rambut ikal Ferry kuremas ketika kepalanya sudah sampai di pangkal paha. Kali ini, aku tak mau digoda, kutarik kepalanya semakin rapat sehingga kewanitaanku tidak luput dari sapuan lidah dan bibir lelaki gempal di bawahku.

Aku mendesah keras saat lidahnya menyentuh klitorisku. Sangat nakal sekali, sapuan lidahnya berputar putar, menowel nowel, bahkan sampai giginya mencoba menggigit gigit klitoris mungilku.


Aku pun tak tinggal diam, pinggulku bergerak gerak menuntut kepuasan. Beberapa saat kemudian, seluruh badanku seperti tersetrum listrik. Badanku mengejang, tanganku mencengkeram erat bantal dan kasur di bawahku.



Badanku seakan melayang, gelombang orgasme ku datang dengan hebat.

Setelahnya, badanku serasa habis. Ambrug di empuknya ranjang hotel.



Sebersit senyum nakal muncul di wajah Ferry dari sela sela kakiku. Aku tak bisa bergerak, badanku lemas sekali.

Saat mataku mulai terbuka, penis Ferry sudah siap berada di depan bibirku. Kukecup pelan, lalu aku cuma mampu membuka mulut, badanku masih terlalu lemah.

Ferry lah yang kemudian mendorong dorong pinggulnya. Kukulum sebisa mungkin, kuhisap ujung lubang penisnya.


“aahh…enak sekali …hhh” dia mengerang.

Setelah kekuatanku kembali, aku mendorong badan Ferry ke samping. Dia telentang dengan tangan masih memegang kemaluannya yang mengacung ke atas.

Aku duduk di samping dia, kupandang tangan dia yang sedang mengurut urut penisnya.


Dengan satu sunggingan senyum, aku melangkahi pinggul dia. Kupegang penis dia di bawahku, kuarahkan menuju lubang kenikmatanku.

“ooohhhsssss……ffffff….” aku membuang nafas dan mendesah keras saat pinggulku turun. Penisnya membelah tubuhku.

“maaass….mas Feerrryyy…ssss….ini enak banget” mataku terpejam berupaya menyesapi rasa laki laki yang sedang memasuki tubuhku.

Sejenak kudiamkan badanku saat miliknya sudah tenggelam ditelan kewanitaanku. Aku tersenyum manis melihat dia yang juga terlihat keenakan.


“maass….” panggilku…

“apa sayaaangg….”

“mas ada di dalamku ini….hhh” aku mengerling manja.

“hhhh….mbak Amel cantik banget…seksi….daann…enak bangeeet…”


Aku mulai bergerak naik, pelan. Dan kurasakan pinggul Ferry juga bergerak turun. Tanganku berpegangan di dadanya. Kemudian aku turunkan lagi pinggulku dengan agak cepat, disambut dengan pinggulnya yang juga mendorong naik.

Aku mendesah tak karuan, badanku terlonjak lonjak. Dan aku merasa lebih seksi saat kurasakan payudaraku juga bergoyang goyang naik turun.


Pergulatan cinta itu tak berhenti sampai di situ saja. Aku turun, lalu Ferry mengatur supaya aku nungging, dengan menaikkan pantat. Penisnya merojok dari belakang.

Lima belas menit kemudian, dengan posisi Ferry duduk di ujung ranjang, dan aku dipangku di atasnya, bibirku disambar liar dan lenguhan dia panjang menandakan puncak yang dia capai.

Semburan benih cintanya menyiram kewanitaanku di pangkal paling dalam. Aku cuma bisa mendesah lemah dan mendongakkan kepala sambil menghirup udara sebanyak banyaknya.

Kita berdua rubuh. Dia telentang di ranjang dengan kaki masih di lantai, aku lemas di atasnya masih memeluk dia erat.

oo00oo​



Kubaca pesan pesan dari handphoneku. Ferry bertanya apa kabarku, apakah aku baik baik saja, kenapa telpon nya tidak direspon, dll.

Aku masih sendirian di kamar, aku bingung.

Aku tau aku salah…



Tapi bercinta dengan Ferry memang rasanya berkali lipat lebih nikmat daripada dengan Hendra.

Tidak, bukan begitu….bercinta dengan Ferry kemarin, rasanya lebih nikmat daripada beberapa malam yang lalu waktu suaminya mencumbunya.



oo00oo​



Aku sedang di bawah shower, ketika aku menyadari bahwa cupangan cupangan itu mulai muncul di beberapa bagian.

Menyesal? Iya.

Takut? Iya, rasa takut jika cupangan ini ketahuan suami lebih kuat daripada rasa sesal telah menyerahkan tubuhku ke lelaki lain.

Aku menunduk. Membiarkan air shower mengguyur rambutku dan jatuh di depan mataku. Kujawab sekedarnya, ketika lelaki yang tadi menyetubuhiku dengan penuh gairah, mengetok pintu untuk pamit pulang duluan.

Ini harus berhenti.

Tapi ini baru saja mulai …

Cinta … ?
Entah….



oo00oo​
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd