Sementara itu pertarungan antara Rangga melawan Nambi juga, kini terlihat semakin kian hebat saja. Bahkan lambat laun tubuh ke dua orang itu semakin menjauh, dari tempat pertarungan antara Saka Lintang melawan Lima Pari Emas. Hingga mencapai tepi bukit yang di bawahnya tampak menganga sebuah jurang yang dalam dan lebar.
Bughk…,
Deessshhhh…,
Plak…, Plak…,
Dug…, Splak…,
Tubuh Rangga Dan Nambi terlihat bergerak gesit dan lincah, mereka berdua saling menyerang satu sama lain dengan kecepatan bagaikan kilat. Bahkan pada suatu kesempatan, terlihat tubuh Rangga yang melenting cepat ke udara, sambil mengirimkan pukulan cepat dari jurus ‘Pukulan Maut Paruh Rajawali’. Yang mengandung hawa tenaga dalam yang sangat tinggi. Dan juga merupakan jurus tingkat pertama dari Rangkaian jurus Kitab Rajawali Sakti.
Wuussshhhh…,
“Heeaaa…,”
“Hup…,”
“Haiittt…,”
“Hap…,”
Melihat serangan cepat dan berbahaya itu, Nambi pun langsung segera memiringkan tubuhnya dengan cepat. Lelaki tua itu tak mau mengambil resiko, apa lagi tadi dia juga juga sudah menyaksikan. Saat Rangga tak sengaja menghantam sebuah pohon besar dengan tinjunya, betapa sangat berbahaya dan mematikannya jurus yang tengah di lancarkan oleh pemuda tampan itu. Berkali-kali tubuh kakek tua itu terlihat bergerak menghindar, ke sana dan ke mari dengan lincahnya. Menghindari serangan ribuan tangan atau pun ribuan kaki, yang datang bertubi‐tubi mengarah ke tubuhnya itu. Namun sayang sebuah tendangan keras yang sangat cepat datangnya, yang di lancarkan oleh Rangga ke arahnya, tak mampu dia hindari. Tendangan keras yang mengandung pengerahan tenaga dalam tingkat tinggi itu, mendarat dengan manis di dadanya. Hingga seketika tubuh kakek tua itu pun terjungkal kebelakang sejauh tiga tombak. Namun dengan gesitnya pula, dia juga masih sempat mengirim pukulan jarak jauhnya ke arah bahu kiri Rangga.
Bughk…,
Deessshhhh…,
“Akh…,”
Slaappphhhh…,
“Ugh…,”
Tak pelaklagi selarik sinar merah yang melesat cepat, yang keluar dari kepalan tangan kakek tua itu pun dengan telak menghantam bahu kiri Rangga. Pemuda tampan itu juga langsung terhuyung-huyung ke belakang. Beruntung sinar merah tadi hanya mengandung setengah hawa tenaga dalam, karena memang Nambi pun tidak bisa fokus melancarkannya, sehingga bahu kiri Rangga pun hanya terlihat memar saja. Kalau saja sinar merah tadi di lesatkan dengan tenaga dalam penuh, bukan tak mungkin bahu pemuda tampan itu akan bolong seketika, tertembus sinar merah yang di lesatkan oleh lawannya tadi. Sambil menahan rasa nyeri yang seketika melanda bahu bagian kirinya, dengan cepat Rangga pun kembali bergerak memasang kuda-kudanya. Lalu tubuh pemuda tampan itu pun, terlihat melesat kembali menyerang ke arah tubuh Nambi. Tubuhnya pun kembali berubah, berjumlah menjadi ribuan jumlahnya.
Weessshhhh…,
“Hiyaattt…,”
“Haiittt…,”
Bagaikan kilat saja cepatnya, ribuan tubuh Rangga yang sedang melesat itu kembali melancarkan serangan-serangan dahsyat dan mematikan. Menerjang deras ke arah tubuh Nambi, dengan kecepatan yang sukar di ikuti oleh mata. Bahkan ribuan tangannya yang kini terlihat bergerak berkelebatan itu, membuat pandangan lelaki tua itu menjadi bingung. Karena sulit sekali membedakan, yang mana tangan yang asli, dan yang mana tangan bayangan. Sampai akhirnya sebuah tendangan keras yang di lancarkan Rangga, membuat pertahanannya menjadi amburadul seketika. Tubuh lelaki tua itu pun terlihat terjajar lima langkah ke belakang.
“Hihhh…,”
Bughk…,
Deessshhhh…,
“Ugh…,”
Tubuhnya yang limbung itu terlihat sempoyongan sebentar, karena merasakan sakit dan sesak di bagian dadanya yang tadi terkena hantaman kaki kanan Rangga. Melihat lawannya terjajar mundur, Rangga pun tak mau membuang-buang kesempatan lagi. Gejolak darah muda, membuat kemarahan pemuda tampan itu kian memuncak saja. Apa lagi sekarang dia juga tidak bisa melihat pertarungan antara Saka Lintang yang melawan Lima Pari Emas, karena jarak mereka kini memang sudah sangat jauh sekali. Membuat diri pemuda tampan tersebut, bertekad untuk segera menghabisi lawannya saat itu juga. Dengan cepat dan lincah, Rangga pun kembali melesat maju menerjang ke arah tubuh Nambi. Ke dua tangannya yang terkepal lewat jurus ‘Pukulan Maut Paruh Rajawali’. Juga terlihat ikut berkelebat bagaikan kilat saja. Menyambar-nyambar dengan derasnya, hingga menimbulkan deru angin yang terasa panas menyentuh kulit.
“Hiyaattt…,”
Wuussshhhh…,
Tubuh Pendekar muda berwajah tampan itu terus bergerak maju, ke arah tubuh Nambi. Namun sayang lawan yang di hadapinya juga bukanlah orang sembarangan, apa lagi kakek tua yang berjuluk Setan Jubah Meerah itu juga sudah banyak makan asam garam dunia persilatan. Hanya dengan meliuk-liukkan tubuhnya saja, semua serangan Rangga pun berhasil dia hindari. Tapi pemuda tampan itu juga tak kehilangan akal, otaknya yang memang cerdas karena semenjak kecil rajin belajar dan membaca. Di tambah dia juga sudah ada sedikit bakat yang pernah di ajarkan oleh mendiang Ayahandanya sewaktu masih tinggal di kadipaten, membuat Rangga mempunyai salah satu kelebihan yang sama sekali tidak di miliki oleh mendiang Gurunya. Kelebihan pemuda tampan itu adalah mampu mengkombinasikan, dan menggabung-gabungkan jurusnya dalam satu jurus. Bahkan mampu mengganti jurusnya hanya dalam waktu singkat. Sebuah kepandaian langka, yang sangat jarang di miliki oleh seorang pendekar sakti pun di dunia ini. Tepat di saat tubuh kakek tua itu meliuk-liuk dengan lincahnya, Rangga pun dengan cepat langsung merubah jurusnya menjadi jurus ‘Kepak Sayap Rajawali’. Yang juga tak lupa dia kombinasikan dengan jurus ‘Seribu Rajawali’. Seketika itu juga ke dua tangannya yang bergerak bagaikan sayap burung itu, terlihat berubah menjadi ribuan. Ribuan tangan yang membingungkan lawannya itu, bergerak mengibas dengan kecepatan yang sangat luar biasa. Bahkan sebelum Nambi sempat terpana lebih jauh lagi, kakek tua itu sampai tak menyadari saat tangan kanan Rangga masuk menuju ke arah dadanya.
Wuuttt…,
“Heh?…,”
Breettt…,
“Heeaaa…,”
“Ugh…,”
Tak ayal lagi dada Nambi pun langsung robek seketika, begitu terkena kibasan tangan Rangga. Darah segar pun seketika langsung terlihat merembes keluar dari sela-sela kulit dadanya yang setengah terbuka itu. Di barengi dengan tubuhnya yang langsung limbung, terhuyung-huyung ke belakang sejauh tiga tombak. Dan tepat di saat tubuh lawannya tengah terhuyung ke belakang, pemuda tampan itu pun langsung kembali bergerak mengejarnya dengan kecepatan bagai kilat. Namun kakek tua itu juga dengan sigapnya langsung melesatkan pukulan mautnya ke arah tubuh Rangga yang sedang melesat ke arahnya itu. Dua sinar merah langsung terpancar dari ke dua telapak tangannya saat itu juga.
“Hiyaattt…,”
“Heeaaa…,”
Slaappp…, Slaappp…,
Begitu cepat dan derasnya dua larik sinar merah itu, mau tak mau Rangga pun langsung merilis jurus ‘Sayap Rajawali Membelah Mega’ saat itu juga. Tubuhnya yang masih di udara pun bagaikan terbang saja layaknya, berjumpalitan dengan meminjam landasan sehelai daun kering yang tengah melayang di dekat dirinya. Melihat lawannya tengah sibuk menghindari sinar-sinar merah yang tadi dia lesatkan, dengan penuh kemarahan yang memuncak karena dirinya berhasil di lukai oleh pemuda tampan itu. Nambi pun langsung menendang sebuah batu sebesar ukuran anak kerbau, yang memang berada dekat kakinya. Begitu luar biasa tendangan yang di lancarkan oleh kakek tua itu, karena memang mengandung hawa tenaga dalam yang amat tinggi. Membuat batu besar itu pun langsung melayang deras menuju tubuh Rangga, yang saat itu telah kembali mendarat di tanah dengan sempurna.
“Hih…,”
Bughk…,”
Deessshhhh…,
Wuussshhhh…,
Dan ketika batu besar itu masih dalam posisi melayang deras di udara, kembali kakek tua itu melesatkan pukulan mautnya ke arah batu tersebut. Dua larik sinar merah pun kembali keluar dari ke dua telapak tangannya, dan melesat menghantam batu besar itu hingga hancur menjadi kepingan-kepinag sebesar kepalan tangan.
Slaappp…, Slaappp…,
Weessshhhh…,
Blaarrr…,
Dan begitu sangat luar biasanya, kepingan batu-batu yang berukuran sebesar kepalan tangan manusia itu tidak berhamburan di udara. Tapi justru kepingan batu-batu itu terus saja melesat ke arah tubuh Rangga yang terlihat masih berdiri tidak jauh dari kakek tua itu. Begitu cepatnya kepingan batu-batu itu melayang deras, hingga kini pandangan Rangga terhadap lawan di hadapannya pun menjadi terhalang oleh kepingan batu-batu yang sedang melayang deras itu. Melihat hal demikian, pemuda tampan itu pun segera merilis jurus ‘Cakar Rajawali’ yang di padukan dengan jurus ‘Seribu Rajawali’. Ke dua tangannya yang saat itu menjadi kaku dank eras bagaikan besi itu pun, langsung terlihat berkelebatan bagaikan kilat. Menangkap kepingan batu-batu yang berukuran sebesar kepalan tangan manusia itu, sambil langsung meremasnya hingga lumer menjadi abu. Satu persatu kepingan batu-batu itu pun hancur di tangkap oleh ke dua telapak tangan Rangga, yang terlihat berjumlah ribuan dan berkelebatan ke sana dan ke mari dengan kecepatan bagaikan kilat itu. Namun sayang Pemuda tampan itu tidak sempat menyadari, jika ketika dirinya sibuk menangkap kepingan-kepingan batu yang melayang deras ke arah dirinya itu. Nambi juga diam-diam mengangkat sebuah batang pohon yang tumbang di dekat dirinya, yang seketika langsung dia lemparkan dengan sekuat tenaga ke arah Rangga yang terlihat masih sibuk menghancurkan kepingan-kepingan batu yang melayang deras mengancam dirinya itu. Begitu luar biasa hebatnya tenaga kakek tua itu, hingga batang pohon besar yang dia angkat itu pun langsung melesat. Melayang deras dengan cepatnya hingga langsung menghantam tubuh Rangga yang saat itu masih terlihat sibuk menangkap kepingan-kepingan batu yang melayang menuju tubuhnya.
“Heeaaatttt…,”
Wuussshhhh…,
Bughk…,
“Ughk…,” pemuda tampan itu pun melenguh keras kesakitan.
Tubuhnya yang terhantam batang pohon besar itu juga langsung terpelanting keras, dan meluncur deras ke belakang. Darah segar pun terlihat mengalir di sela-sela bibirnya seketika. Dan belum juga dia mampu menguasai dirinya, kakek tua itu kembali langsung melesat mengejarnya sambil melayangkan tendangan menggeledek kea rah dada Rangga. Posisinya yang memang tidak menguntungkan, di tambah lagi dirinya juga sedang dalam keadaan melayang deras ke belakang. Membuat Rangga tak mampu lagi untuk menghindar, tendangan keras yang di lancarkan lawannya itu dengan telak langsung menghantam perutnya seketika.
Bughk…,
Deessshhhh…,
Dan di iringi sebuah lenguhan kesakitan, serta muntahnya segumpal darah dari mulutnya. Tubuh Rangga pun semakin terlontar keras ke belakang hingga meluruk jatuh masuk ke dalam jurang yang menganga lebar yang berada tepat di belakang tubuhnya. Dan tepat setelah tubuh Rangga meluncur deras ke bawah, Nambi pun langsung ikut terjun menjatuhkan dirinya ke dalam jurang tersebut. Bersamaan dengan meluncurnya tubuh Rangga yang jatuh ke dalam jurang yang dalam dan besar itu.
***