je-jaka
Semprot Baru
- Daftar
- 30 Nov 2013
- Post
- 29
- Like diterima
- 8
Kenapa kamu mau pindah, bukannya enak di kantor akuntan? tanya seorang wanita setengah baya.
Saya ingin menangani 1 perusahaan saja Bu, kalau di K.A.P. harus menangani banyak perusahaan dalam satu waktu lagi juga, umumnya orang bekerja di Kantor Akuntan hanya sebagai awal karier bukan untuk penutup, seperti saya ini ingin meng-akhiri karier di sebuah perusahaan, jawab gadis berambut lurus sebahu.
Oh, jadi di K.A.P hanya batu loncatan belajar aja, udah pintar lalu keluar gitu? sindir si wanita peng-interview, gadis itu tersenyum manis.
Engga papa wajar, kita harus mencari yang terbaik dalam hidup iya kan? Oke, to the point aja, waktu saya ga banyak saya sudah baca job desc di CV kamu, semua itu yang saya cari saya perlu asistensi di pembukuan, staf disini kurang paham ekualisasi tax di financial report saya butuh itu, saya ingin merapikan perpajakan. Oya, di sini masih cash basis kamu bisa ya, merombak laporan menjadi accrual?
Tentu Bu, tidak masalah itu standar nasional, sudah menjadi makanan saya sehari-hari, hehe, gadis itu menjawab dengan mantap.
Hahaha, ya-ya bagus kalau begitu yah, sementara kamu rapikan aja tahun berjalan yang berhubungan dengan tahun sebelumnya lalu beresin ke depan, baru tracing ke belakang pelan-pelan, perubahannya kita ambil meeting tiap bulan. Kapan kamu siap kerja?
Satu bulan after konfirmasi diterima, dan tentunya hitam di atas putih Bu.
Oke, kalo gitu nanti sore atau paling lambat besok pagi, saya kasih khabar ke kamu ya Vita!
Baik Bu, terima kasih saya tunggu kabar baik dari Ibu secepatnya. Mereka berdua berjabat tangan, gadis bernama Vita itu keluar ruangan dengan wajah ceria, meluluhkan harapan calon pencari kerja lainnya.
Vita
*****
# 1 BULAN BERLALU
Tok! Tok! Tok!
Ya, masuk
Pagi Bu
Pagi, pagi duduk Vit, oya sebelumnya, selamat bergabung dan baik-baik selama masa percobaan kerja yah.
Terima kasih Bu, baik jadi dari mana saya harus start?
Santai ajaa Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.
Ya, masuk!
Morning Bu Brenda, ini ya yang namanya Mbak Vita? seorang gadis cantik datang menghampiri Vita.
Kristin gadis yang menjabat sebagai staf HRD itu memperkenalkan diri.
Vita mereka berjabat tangan.
Ayo Mbak, kita keliling caw dulu ya Bu Brenda, Finance & Accounting Manager yang merupakan atasan Vita mengangguk, senang bawahannya akan segera menjadi bahan perbincangan seluruh divisi.
Kristin mengajak Vita berputar-putar untuk tahu semua tempat, sekalian berkenalan dengan manusia di dalamnya. Terutama ke departemen-nya dahulu, finance & accounting. Vita diperkenalkan pada Flora, staf accounting, juga Daisy finance cashier perusahaan yang akan menjadi bawahannya.
Pagi Bu Vita, Ibu Bos saya yang baru nih, hihihi, canda gadis berambut pendek bernama Flora. Daisy, rekan kerjanya yang berpenampilan mirip penyanyi Rossa, menyenggol lengan Flora, mengingatkan agar jangan kelewat bercanda karena belum kenal.
Pagi juga, yaa biasa ajalah engga usah panggil Ibu, Mbak aja lah ya belum tuir-tuir amat, hihihi, ujar Vita santai agar hubungan mereka terasa lebih fleksibel, selain karena merasa masih seumuran.
Oke, oke sahut Flora tersenyum, sementara Daisy menghela nafas lega tahu atasan barunya tidak killer.
Kristin mengajaknya lagi berkeliling, menemui satu per satu dari Top Manager hingga staf pantry juga satpam. Banyak staf pria menatap Vita lapar, barang baru yang akan segera menjadi incaran. Hanya beberapa saja yang ia anggap sopan, terutama laki-laki berkacamata tebal yang terakhir diperkenalkan. Walaupun wajahnya unik, tetapi justru mengundang kesan mendalam bagi diri Vita. Vita dan Kristin berbicara sambil berjalan di akhir perkenalan.
Eh Kris boleh ya aku panggil kamu Kris? tanya Vita.
Iya Mbak engga papa kenapa? Kristin bertanya balik.
Itu tadi siapa namanya?
Oo, si kacamata?
Hihihi dipanggil gitu ya di sini?
Hihihi, iya abis kacamatanya tebel amat seh nyaingin orang IT, dibanding gaul sama anak-anak sini dia lebih suka nyendiri dan baca.
Oo, engga ada yang mau nemenin di sini?
Bukan-bukan dia-nya aja. Dia wakil manajer produksi di sini.
Oo, punya jabatan juga ya
Yaa, dia udah lumayan lama di sini udah 5 tahunan.
Ooo
Gitu Mbak, namanya Andy ciee ada apa nih? Baru-baru udah detail nanya-nya, hihihi ejek Kristin, pipi Vita merona.
Bukan gitu abis mukanya lucu sih hihihi unik!
Hihihi, iya juga yah, begitulah mereka terus berbincang dan mengakrabkan diri, hingga kembali ke meja kerja masing-masing.
*****
Agak siang, Kristin mampir ke meja Andy.
Ndy, sapa Kristin menepuk bahunya. Tuh, lu ditanyain sama anak baru tadi
Vita? Andy menyahut tapi tidak menoleh ke arah Kristin, tak ingin hilang konsentrasi karena sedang mengoreksi desain produk baru.
Ciee, dia inget namanya haha, goda Kristin iseng. Andy tersenyum tapi terus menghadap ke kerjaannya.
Nanyain apa dia?
Nanyain lu udah punya pacar apa belum gethu, Andy menolehkan wajah, melihat Kristin tersenyum meledek ke arahnya.
Becanda lu Kris, mana mau dia sama gua? Cantik gitu anaknya
Waah! Kristin tambah semangat. Rupanya Andy cuma kelihatan cuek padahal diam-diam memperhatikan.
Cie cieee Mas Andy, aku Vita, kenalan dooong, Kristin terus meledek.
Udah ah gua lagi dikejar deadline nih, Andy berusaha menghindar. Kristin akhirnya berhenti juga setelah puas, dia pergi siap menggosip. Sementara pikiran Andy melayang ke sosok karyawati baru itu sejenak Memang ada sesuatu yang berkesan pada diri Vita bagi Andy.
*****
Tak terasa, 5 dari 6 bulan masa percobaan Vita berlalu. Ia semakin akrab dengan kedua anak buahnya, yang dianggapnya seperti kedua adiknya sendiri. Mereka jadi sering jalan bersama, ke Mall, Salon, 21 Cinema juga shopping di Sophie Martin. Atasan Vita senang sekali melihat itu. Selain performa kerja Vita sendiri bagus, kerja sama dengan tim asuhannya pun sangat memuaskan, always on-time dan up to date. Bu Brenda selaku atasan bertindak cepat agar tidak kehilangan pekerja sebagus Vita, dia mengirimkan Memo Internal ke Manager HRD untuk pengangkatan status Vita menjadi tetap dan berhak atas fasilitas supervisor level pada bulan ke-enam. Namun sebuah tragedi melanda karyawati cantik tersebut.
*****
# 1st Week Vita yang tergoda #
Flora hei!
Ups, Mbak eh-oh, Flora kepergok sedang membuka web bergambar laki-laki telanjang dada oleh Vita, dia gelagapan hingga salah menutup browser.
Waah lagi seru nih, sindir Vita.
Anuu e-enggak Mbak ada apa? Flora berusaha menyembunyikan wajah malunya.
Udah ga papa Flo, aku engga masalah tapi jangan lagi jam kerja, meskipun udah siang gini!
Maaf ya Mbak tolong jangan bilang Bu Brenda!
Enggaklah buat apa juga, oh ya nih jurnal koreksi, salah jurnal kamu Nda!
Mana oo, iya ya sorry Mbak, oke deh aku kerjain.
Makanya, kerja jangan sambil buka gituan, hihihi, ledek Vita.
Iya deh, berarti sore-an boleh dong ya, hihihi, ujar Flora meleletkan lidah.
Selagi Vita berjalan kembali ke meja kerjanya, bayang-bayang sosok lelaki negro kekar di komputer Flora merasuki pikirannya. Kehidupan Vita selama ini lurus, tetapi kehidupan tenang itu memendam gairah, libido, dan keinginan seks yang menggelora di tubuh indahnya. Vita hanya bisa menyalurkan fantasi lewat masturbasi, baik itu melalui objek gambar, cerita xxx, maupun chatting nakal dengan orang-orang tak dikenal. Dan anehnya, yang mengisi fantasi Vita tidak hanya pria tampan, pria berwajah kampung maupun berumur juga bisa membangkitkan gairah seksnya. Sejak menjadi wanita karier yang sukses, Vita selalu gagal dalam menjalin hubungan. Ia terlalu menginginkan sosok pria sempurna. Berwajah tampan, berkendaraan sedan, juga menjabat pimpinan perusahaan alias mapan sandang pangan papan. Ditambah kurangnya percaya diri bahwa ia tidak lagi seorang virgin yang selalu dicari-cari lelaki, membuat Vita lebih cenderung ingin mengarungi hidup sendiri. Kecantikannya seringkali membuat orang tak percaya bahwa dirinya still single. Diam-diam, setelah Bu Brenda pulang lebih dahulu dan ruangan kantor mulai sepi. Vita tergoda untuk membuka kembali web cerita seru yang sering dibukanya, http://kisahbb.************** . Ia tidak tahu, ada seseorang yang mengawasi gerak-gerik dan aktivitasnya.
# 2nd Week Vita yang terjaring Laba-laba #
Senin sore, menjelang jam pulang di gedung bertingkat yang menjadi kantor pusat perusahaan besar itu, tepatnya di lantai 3. Vita sedang beres-beres bersiap pulang, namun tiba-tiba telepon di mejanya berdering.
Halo Mbak Vita? Saya Soleh dari bagian IT. Bisa ke tempat saya sebentar? Ada sesuatu yang penting!
Oh ya? Sebentar saya ke sana. Mas siapa tadi, Soleh? Di ruangan mana ya? jawab Vita.
Di lantai 2, belok kiri keluar lift, ruangan paling ujung.
Oke deh saya ke sana dulu, tunggu yach, kata Vita tersenyum dan menutup telepon. Karyawati itu lalu meninggalkan mejanya di pojok ruangan utama lantai 3 dan menuju lift. Tak lama kemudian Vita sampai ke lantai 2, terus menuju ruangan yang dimaksud. Dalam hatinya bertanya-tanya, ada urusan apa orang IT memanggilnya?
Ruangan paling ujung itu ternyata bukan ruang IT, melainkan ruang monitor CCTV Vita sedikit merasa heran, apa Soleh salah memberitahu? Di kiri-kanan pintu logam yang berat itu tak ada jendela, jadi isi ruangan itu tak terlihat dari luar. Tapi dia tak curiga dan memasuki ruangan itu.
*****
Permisi Vita memasuki ruang itu.
Ruangan itu kecil, penuh dengan monitor-monitor CCTV yang menampilkan pemandangan yang diambil banyak kamera pengawas di seluruh bagian gedung. Di kantor perusahaan itu memang banyak dipasang kamera pengawas, karena alasan pengamanan gedung. Di dalam ruangan itu Vita melihat ada dua orang laki-laki. Satu orang berseragam satpam, bertubuh gempal dan berkulit hitam, dengan rambut cepak. Dia sedang berdiri sambil mengawasi satu monitor CCTV. Vita bisa melihat wajah si satpam yang bulat dan brewokan karena malas bercukur. Yang satu lagi duduk membelakangi Vita, menghadapi laptop di atas meja. Tubuhnya terlihat kurus, dalam kemeja dan celana panjang seperti biasanya karyawan.
Mas Soleh yang mana yah? Tadi saya ditelpon dia disuruh ke sini, kata Vita bernada ramah. Si satpam memandanginya dengan lapar.
Rambut Vita yang sebahu, digerai hingga menutupi kedua telinga. Wajah cantik alaminya dihias mata lebar dan pipi mulus, lengkap dengan bibir mungil menggemaskan meskipun polos. Di dalam ruangan dengan lampu kurang terang namun penuh pendar cahaya monitor, sesekali terlihat kilatan cahaya memantul dari liontin kalung perak yang dikenakan Vita. Laki-laki yang menghadap laptop memutar kursinya sehingga Vita bisa melihat wajahnya yang kampungan. Dia berkacamata tebal, berambut acak-acakan dan tak terurus, berhidung pesek, dan secara umum memang kelihatan culun seperti biasanya seorang computer geek, memang cocok kalau bekerja sebagai staf IT. Tapi senyumnya sinis dan ekspresi wajahnya licik, sehingga Vita mulai curiga.
Mbak Vita? kata si laki-laki berkacamata. Saya Soleh yang tadi nelpon. Ini teman saya, Junaedi. Dia penanggungjawab kamera CCTV di gedung ini. Kita emang kerja di satu gedung, tapi kami berdua kebagian ditempatkan di pojok gelap macam ini, makanya kami jarang kelihatan. Salam kenal, kata Soleh sambil menjulurkan tangan, mengajak Vita salaman.
Vita membalas uluran tangan Soleh. Junaedi si pengurus CCTV yang gempal juga mengajak salaman.
Junaedi, panggil aja Bang Jun, katanya sambil cengar-cengir. Vita melihat ekspresi Junaedi yang seolah menjurus mesum. Boleh panggil Vita aja nggak? tanya Junaedi.
Emm ya silahkan, Vita mulai merasa tak nyaman. Apa urusannya dua orang aneh ini dengan dirinya? Sekalian aja deh, tadi manggil ke sini katanya ada yang perlu aku lihat, itu apa ya?
Junaedi dengan sigap berjalan mendekat ke Vita, ke arah satu monitor di sebelah pintu. Si satpam itu meminta Vita bergeser sehingga Vita menjauh dari pintu. Junaedi kemudian memencet beberapa tombol di salah satu perangkat CCTV di bawah monitor itu. Vita menengok, melihat ke arah monitor itu. Yang terlihat pertama adalah lobby kantor, lalu ruang di depan lift, dan kemudian beberapa ruangan dalam gedung. Soleh berdiri dari kursinya lalu bergerak ke sebelah Vita sehingga kini Vita diapit Junaedi dan Soleh di kiri-kanan. Vita masih belum tahu apa yang akan ditunjukkan kepadanya, ketika tiba-tiba muncul tayangan ruangan tempat Vita biasa bekerja tepatnya di belakang posisi Vita. Di pojok kanan bawah monitor ada tulisan tanggal dan jam. Tiba-tiba Vita cemas.
Tanggalnya hari ini dan jam 11
Gambar CCTV tak begitu tajam, tapi cukup jelas menunjukkan Vita dari belakang, dengan baju persis sama seperti yang dia pakai sekarang, blazer hitam. Yang lebih membuat Vita cemas, layar monitornya juga kelihatan dan di sana terlihat bahwa Vita sedang mengakses situs yang sepertinya menampilkan gambar laki-laki telanjang melintang di bagian paling atas. Vita terpikir ingin segera keluar dari sana saja. Tapi rupanya tadi, Junaedi bukan sembarang minta bergeser; sekarang posisinya menghalangi pintu. Vita panik, dia tak tahu di belakangnya selama ini dipasang kamera.
Itu kamu, kan? komentar Junaedi sambil nyengir, sementara lengannya yang berbulu terjulur, tangannya menapak ke pintu seolah-olah menjaga supaya Vita tak bisa kabur.
Lagi ngebuka situs apa Non? Bokep ya? Cerita seru? ejek Soleh. Si satpam tertawa juga dengan wajah melecehkan.
Err Bukan itu komputerku kena virus, jadi tiap kali buka browser suka muncul begitu mestinya memang dibetulkan, tapi aku belum sempat ngontak IT, Vita berusaha mengelak.
Ah masa? Saya staf IT lho, ujar Soleh sambil mengambil laptopnya. Komputer Vita bersih kok. Kan saya yang tanggung jawab, jadi pasti tahu kalau ada yang kena virus. Semua aktivitas komputer karyawan kan saya tahu Misalnya komputer Vita di keuangan, jam 8 tadi ngetik laporan, jam 10 ngeprint, jam 11 buka situs cerita beast, jam 1 sampai jam 3 dipake chatting Tadi sih waktu ngelihat log chatnya kayaknya seru juga? Pake pura-pura dikemplangin sama lawan chat-nya? Soleh tiba-tiba mencerocos sambil membuka banyak file sekaligus di laptopnya, catatan akses internet yang dilakukan Vita sepanjang hari.
Eh, Mas Mas, stop! Udah mas, jangan Vita semakin pucat karena semua kenakalannya ditelanjangi oleh kedua orang itu. ia melihat dirinya sendiri sedang chattingtepatnya melakukan cyber sexdi tayangan CCTV. Isi chat-nya tidak terlihat di monitor CCTV, tapi bisa dilihat di file log yang disimpan Soleh. Soleh sengaja memperbesar tayangan monitor laptopnya sehingga kelihatanlah sebagian isi chat Vita:
Master99b: dasar slave nakal km mesti di HUKUM. ayo nungging!
vita_cute: ampun tuan xixixi saya memang nakal dan pantes dihukum
vita_cute: *nungging ngebelakangin Master99b
Master99b: *tampar pantat vita_cute
Master99b: makan nih! PLAKK!
vita_cute: auhhh!
Master99b: mau lagi? nih! GEPLAKK! gw bikin merah bokong lu!
vita_cute: auww enak tuannn!
Soleh dan Junaedi sama-sama menyeringai menang melihat wajah Vita. Kepala mereka sudah penuh dengan rencana busuk. Awalnya, Junaedi yang bertugas mengawasi rekaman CCTV suatu hari kebetulan memergoki Vita sedang mengakses situs seperti yang dikunjunginya tadi. Junaedi jadi penasaran dan memeriksa rekaman sebelumnya dari lokasi yang sama, dan dia jadi sadar bahwa si karyawati memang punya kebiasaan seperti itu. Tapi Junaedi tidak tahu apa sebenarnya yang dilihat Vita, jadi dia memberitahu temannya, Soleh yang staf IT, tentang temuannya. Soleh jadi ikut-ikut penasaran dan mereka berdua akhirnya jadi menyusun rencana untuk menjerat Vita. Mereka kumpulkan segala hasil pengawasan mereka tentang Vita, lewat CCTV maupun lewat software pelacak yang Soleh pasang di komputer Vita. Setelah punya cukup banyak bukti, barulah mereka memanggil Vita.
Jadi kayaknya kita udah tahu Mbak Vita ngapain aja di kantor yah Jun, kata Soleh sambil tersenyum sinis.
Yoi Sob, hehehe.
Tolong Mas Bang aku tahu itu salah Tapi aku mohon Tolong dihapus semua! Aku janji gak ngulangin lagi reaksi pertama Vita, meminta belas kasihan dari dua orang yang kerjanya ngintip lewat kamera dan komputer itu.
Vita bekerja dengan bagus dan tidak pernah bermasalah dengan atasannya, hanya saja tekanan pekerjaan yang berat membuat dia kadang-kadang suka keluyuran di situs-situs dewasa internet. Dari awalnya iseng membuka-buka cerita seru, sampai akhirnya melakukan cyber sex lewat chatting. Selama ini Vita merasa aman karena dia sendiri tahu sebagian kecil karyawantermasuk bawahannya sendiri, Florajuga suka membuka situs porno tapi tidak pernah dipermasalahkan. Jadi mana dia tahu kalau selama ini ada yang mengawasi tindakannya?
Penggunaan internet kantor untuk selain urusan kantor sih resminya melanggar peraturan, celetuk Soleh dengan gaya sok berwenang.
Kalau atasan kamu tahu, kira-kira gimana yaaa
JANGAN! mata Vita sampai terbelalak ketika berteriak seperti itu.
Please Mas Soleh, Bang Jun jangan dibeberin Selama ini hubungan Vita dan atasannya sangat baik dan cukup akrab. Jadi Vita tahu betul atasannya ituseorang perempuan yang masih melajang di umur 40bersifat keras dan tidak toleran dengan kesalahan-kesalahan yang terkait moralitas. Vita tak berani membayangkan seperti apa reaksi Bu Brenda kalau sampai tahu masalahnya.
Soleh dan Junaedi saling pandang lalu memasang tampang bodoh, seolah-olah tidak mengerti permintaan Vita.
Memangnya kenapa nggak boleh kita laporin? Kan ini pelanggaran peraturan. Kalau kita nutupin nanti kita kena juga dong. Ntar malah kita yang dipecat. ujar Soleh, membuka ancaman sekaligus menakut-nakuti Vita.
Mas Bang *hiks* saya mohon tolong jangan kasih tahu siapa-siapa Vita tak kuat dan mulai menangis karena takut dipecat. Junaedi segera bertindak sok pahlawan dengan merangkul Vita sambil menyodorkan sapu tangan.
Waduh jangan nangis dong?.
Gini deh Kami janji deh, semua yang sudah kami pegang, bakal kami simpan terus. Yang tahu cuma kita bertiga. Nggak ada orang lain. Gimana?
Vita menyeka pipinya, menoleh ke Soleh yang sedang cengengesan.
Bener mas? tanya Vita tak percaya dengan hati sedikit lega.
Hmm Soleh menggumam cukup lama. Tapi buat apa ya? Gak ada untungnya buat kita ya Sob?, katanya sambil membelakangi Vita, Junaedi meng-amini dengan anggukan.
Ah, Mas Soleeeh, jangan gitu dong rengek Vita. Tolong Mas saya janji gak ngulang lagi deh
Terus kita berdua dapat apa? Soleh membuka negosiasi. Vita tertegun, sadar dirinya jatuh ke dalam jebakan. Kamu pengen kami nutupin pelanggaran kamu terus kamu bisa kasih apa?
Ujung-ujungnya memang ke situ: Soleh dan Junaedi berencana menjebak Vita. Vita diam seribu bahasa.
Kok diam aja? tanya Junaedi. Kalau nggak mau, ya udah, besok atasan kamu dapet paket khusus dari kami he he he ancam Soleh to the point.
Kalian mau uang berapa? kata Vita.
Waduh, Jun kita disangka mao uang ha ha, ejek Soleh.
Engga salah juga sih sebenernya Cuma yang saat ini kita butuhin bukan uang ini nih Leh, huehehe jari tengah Junaedi menunjuk daerah terlarang Vita vagina.
Ja-jangan Bang Jun Mas Vita bergerak mundur perlahan, kepalanya berlenggak-lenggok seakan mengatakan tidak karena bibirnya seperti membeku. Junaedi dan Soleh mendekat dengan wajah mesum.
Betul itu uang sih biasa Non tapi memeek luar biasa, hahaha! ujar Soleh blak-blakan. Vita merasa punggungnya menghantam dinding, tanda ia telah tersudut.
Gimana Non pilih keluar ruangan tapi dipecat dan saya sebar rahasianya atau Soleh memegang dagu Vita, sementara Junaedi tersenyum menyebalkan.
Vita sadar di posisi lemah, berhadapan dengan dua orang pemegang bukti yang menentukan nasib kariernya. Ia tak punya pilihan selain mengikuti apapun kemauan mereka, atau kehilangan pekerjaan.
Oke, jadi mau kami begini, Soleh beranjak meninggalkan Vita dan kembali ke kursinya, tersenyum lebar seperti habis menang taruhan.
Anggap atasan kamu nambah dua orang lagi, saya dan Bang Jun. Mulai sekarang dan seterusnya ke depan kamu harus lakukan semua yang kami perintahkan! Semuaa, ngerti? Kalau nolak, Bu Brenda dan mungkin orang-orang yang posisinya lebih ke atas lagi bakal kami kirimi hasil penyelidikan kami. Gimana?
Vita mau protes karena tuntutan mereka terlalu banyak. Melakukan semua perintah mereka? Ia bergidik ngeri membayangkan apa saja yang akan dilakukan dua otak pria cabul itu, tentu bertujuan ke arah seks. Satu lagi jalan keluar yang terpikirkan juga segera ditutup oleh Junaedi. Gak usah lapor polisi juga lah. Percuma. Lagian kamu mau ngelapor apa sama mereka, kamu diperas karena ketangkep ngebokep di kantor? Paling-paling juga diketawain Vit, ujar Junaedi seolah membaca pikiran Vita. Tak ada pilihan lagi untuk si cantik itu, dengan wajah merunduk ia mengangguk lemah.
Cihuuy dapet memek satu lagi, ujar Junaedi girang gila. Soleh menyeringai lebar, sementara Vita bermimik tanda tanya.
(Berarti ada yang senasib denganku? Siapakah gerangan?), Vita membatin.
Sekarang, kesiniin nomor HP kamu, kata Soleh. Dengan terpaksa Vita melakukan perintah pertama itu secara patuh.
Jangan lupa, kami ngawasin kamu lewat macam-macam cara di kantor ini, jadi kami tahu kamu nurut atau nggak. Sekarang kamu boleh pulang, Vit. Makasih ya udah datang ke sini.
Weits ntar dulu dong Bozz masa cuma begini aja ini hari saya udah ngaceng dari kemaren bayangin kejadian ini! protes Junaedi.
Waduh, barang lu tuh emang gak ada remnya ya?
Hehe kalo yang di depan nenek-nenek sih, remnya pakem ini pan beda huehehe Slurph! pandangan mata Junaedi menyapu sosok Vita dari atas hingga bawah.
Oke deh, gini aja kalo gitu, Vita ini perintah pertama buat kamu ayo isep punya temen saya ini, terus telen kalo dia keluar! Vita langsung lemas mendengarnya, wajah cantiknya memelas.
Ayo Non! Denger gak apa yang disuruh si Boz?
Dengan gerakan perlahan Vita berlutut di depan Junaedi, tangannya bergerak ke arah selangkangan yang menonjol besar itu. Jemari Vita yang lentik meraih resleting, tapi tiba-tiba Junaedi malah bergerak mundur, membuat Vita heran apa maksudnya.
Non mau apa ? Vita terdiam tak mengerti, lalu bertanya. Bu-bukannya ?.
Iya tapi minta izin dulu dong! kata Junaedi dengan gaya arogan. Vita menitikkan air mata, dilecehkan satpam perusahaannya.
Bo-boleh boleh saya hisap pu..pu-punya, Bang Jun?
Pake Tuan! bentak Junaedi, Vita terbelalak kaget.
Bo-bolehkah saya hisap punya Tuan Junaedi?
Gitu doong, yah untuk wanita secantik Non Vita sih, boleh-boleh aja, heheheh.
Jari Vita meraih resleting celana, namun tiba-tiba telunjuk gempal Junaedi menekan mulutnya, membuat ia berhenti.
Pake ini Non nariknya! hina Junaedi, jarinya menggesek gigi Vita.
Dara jelita itu hanya bisa pasrah. Ia mendekatkan wajah ke selangkangan, lalu menggigit dan menarik turun resleting. Sreet !
Jduuk! Penis Junaedi yang big size menampar hidung Vita, rupa-rupanya Junaedi konak saat melihat wanita cantik yang selalu terlihat alim di depannya itu, kini terlihat Bitchy melakukan gerakan buka resleting dengan gigi. Vita terbelalak dengan ukuran penis persis di depan wajahnya, Junaedi dan Soleh tertawa melihat ekspresi Vita yang ketakutan menatap penis besar.
Lhoo, kok dianggurin ? Katanya mau nyepong, hah ?. Mata Vita yang tadi terbelalak, kini menatap melas ke pemiliknya.
Kontol lu sih gede banget, jadi ragu dia muat apa kagak. Mulut mungil gitu, Hahaha!
Ay-yoo is-sepp! Junaedi berang tidak sabar, menamparkan penisnya ke wajah Vita.
Tak tahu memulai dari mana, Vita memajukan wajah dan menempelkan bibirnya ke kepala penis. Ia ciumi, benda itu berkedut-kedut dan sang pemilik melenguh keenakan. Vita berlanjut julurkan lidah, menjilat dari batang hingga buah zakar. Proses terakhir membuat Vita dag dig dug. Ia buka mulut lebar-lebar, untuk memasukan seluruh batang ke dalam mulut. Dengan susah payah, bibir mungil itu berhasil melingkar di batang penis. Nafas Junaedi kontan berat, sedang Vita memejamkan mata. Jijik, mulut serasa robek, mual lantaran kepala penis serasa tersentuh kerongkongan, dan sebagainya. Dengan tangan kanannya, Vita menggenggam batang penis yang tersisa, sementara kepala bergerak berirama. Junaedi mengerang nikmat. Bibir Vita terus menggosok-gosok maju mundur pada kepala dan batang penis, lidahnya menjilat dan meliuri. Junaedi makin keras mengerang, Vita jijik mendengar erangan Junaedi, membayangkan penis yang dihisapnya akan menyemburkan mani. Terus, terus dan terus sampai akhirnya Junaedi tiba-tiba menjambak rambut Vita dan menekan kepalanya, hingga wajah terbenam di kerimbunan bulu kemaluan. CROOOOOTTT!!! Junaedi menyemprotkan sperma di dalam mulut. Vita baru pernah merasakan cairan sperma dalam mulut, ia tak berdaya menelan semua cairan kental asin yang dalam sekejap memenuhi mulutnya.
Haarggh! erang Junaedi. Vita menahan mati-matian rasa mual yang sudah memuncak.
Telen Non. Nggh telen semuah, Semuaakkh! dengan rasa tak berdaya, Vita berusaha menelan semua sperma yang terus keluar dari penis.
Jambakan Junaedi pada rambut perlahan mengendur, seiring aliran sperma yang melambat, hingga berhenti total. Akhirnya Junaedi menarik keluar penis dari mulut Vita. Vita langsung membungkuk terbatuk-batuk mencari udara, berusaha menelan sisa-sisa sperma yang masih melekat di lidah dan langit-langit mulut. Tubuhnya berkeringat meski ruangan ber-AC dingin.
Gilaa, ni cewe jago nyepong Leh , tampangnya aja yang alim, Haha! ejek Junaedi.
Non Vita ini pan orang keuangan nah, semua cewek yang kenal uang, doyan duit pasti udah kena kontol, Hahaha tambah Soleh menghina. Vita kembali menitikkan air mata.
Gua ga bisa bayangin, gimana enak mulut bawahnya Leh mulut atas aja enak be-eng, lanjut Junaedi, duduk di kursi mengistirahatkan diri.
Soleh memelorotkan celana berikut kolornya, Junaedi tertawa melihat Soleh yang pengen juga.
Bodo gua kalo ga ngerasain juga, rugi bandar. Ayo Non Vita, kemari puaskan tuan-mu ini, suruh Soleh berkacak pinggang, mengedut-kedutkan penis minta dimanjakan. Vita menggeleng kepalanya dengan wajah memelas.
Ayo cepeet ah, kesini ngerangkak! bentak staf IT itu.
Vita merangkak seperti binatang berkaki empat mendekati Soleh, lalu melakukan hal yang sama pada Soleh, hingga karyawan bejat itu melenguh. Euuuhh!.
CROOOTTT!!, Soleh mencabut penisnya dari kuluman, membuat sekujur wajah Vita ternoda sperma. Setelah tak ada lagi yang keluar, Soleh meratakan mani itu, membuat wajah cantik jelita Vita mengkilap sperma. Mereka berdua menertawakan hal tersebut, Soleh menjejalkan mani yang belepotan di jarinya untuk dijilat dan ditelan Vita.
Ocehan jorok keluar dari mulut kurang ajar mereka, Vita hanya mampu menyesali yang telah terjadi. Junaedi membukakan pintu. Vita bergegas keluar, merasa pusing dan mual membayangkan apa yang akan dialaminya besok. Pasti lebih parah dari hari ini. Sebelum ia keluar tadi, Soleh sempat memberinya instruksi.
Eh Vit, mesti diakuin, kamu tuh cantik, tapi kelewat polos penampilannya. Besok jangan pake blazer dan rok di bawah lutut kayak sekarang gini. Pake apa gitu yang seksi, dandan lebih cantik juga. Oke. Sana pergi !
*****
Saya ingin menangani 1 perusahaan saja Bu, kalau di K.A.P. harus menangani banyak perusahaan dalam satu waktu lagi juga, umumnya orang bekerja di Kantor Akuntan hanya sebagai awal karier bukan untuk penutup, seperti saya ini ingin meng-akhiri karier di sebuah perusahaan, jawab gadis berambut lurus sebahu.
Oh, jadi di K.A.P hanya batu loncatan belajar aja, udah pintar lalu keluar gitu? sindir si wanita peng-interview, gadis itu tersenyum manis.
Engga papa wajar, kita harus mencari yang terbaik dalam hidup iya kan? Oke, to the point aja, waktu saya ga banyak saya sudah baca job desc di CV kamu, semua itu yang saya cari saya perlu asistensi di pembukuan, staf disini kurang paham ekualisasi tax di financial report saya butuh itu, saya ingin merapikan perpajakan. Oya, di sini masih cash basis kamu bisa ya, merombak laporan menjadi accrual?
Tentu Bu, tidak masalah itu standar nasional, sudah menjadi makanan saya sehari-hari, hehe, gadis itu menjawab dengan mantap.
Hahaha, ya-ya bagus kalau begitu yah, sementara kamu rapikan aja tahun berjalan yang berhubungan dengan tahun sebelumnya lalu beresin ke depan, baru tracing ke belakang pelan-pelan, perubahannya kita ambil meeting tiap bulan. Kapan kamu siap kerja?
Satu bulan after konfirmasi diterima, dan tentunya hitam di atas putih Bu.
Oke, kalo gitu nanti sore atau paling lambat besok pagi, saya kasih khabar ke kamu ya Vita!
Baik Bu, terima kasih saya tunggu kabar baik dari Ibu secepatnya. Mereka berdua berjabat tangan, gadis bernama Vita itu keluar ruangan dengan wajah ceria, meluluhkan harapan calon pencari kerja lainnya.
Vita
*****
# 1 BULAN BERLALU
Tok! Tok! Tok!
Ya, masuk
Pagi Bu
Pagi, pagi duduk Vit, oya sebelumnya, selamat bergabung dan baik-baik selama masa percobaan kerja yah.
Terima kasih Bu, baik jadi dari mana saya harus start?
Santai ajaa Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.
Ya, masuk!
Morning Bu Brenda, ini ya yang namanya Mbak Vita? seorang gadis cantik datang menghampiri Vita.
Kristin gadis yang menjabat sebagai staf HRD itu memperkenalkan diri.
Vita mereka berjabat tangan.
Ayo Mbak, kita keliling caw dulu ya Bu Brenda, Finance & Accounting Manager yang merupakan atasan Vita mengangguk, senang bawahannya akan segera menjadi bahan perbincangan seluruh divisi.
Kristin mengajak Vita berputar-putar untuk tahu semua tempat, sekalian berkenalan dengan manusia di dalamnya. Terutama ke departemen-nya dahulu, finance & accounting. Vita diperkenalkan pada Flora, staf accounting, juga Daisy finance cashier perusahaan yang akan menjadi bawahannya.
Pagi Bu Vita, Ibu Bos saya yang baru nih, hihihi, canda gadis berambut pendek bernama Flora. Daisy, rekan kerjanya yang berpenampilan mirip penyanyi Rossa, menyenggol lengan Flora, mengingatkan agar jangan kelewat bercanda karena belum kenal.
Pagi juga, yaa biasa ajalah engga usah panggil Ibu, Mbak aja lah ya belum tuir-tuir amat, hihihi, ujar Vita santai agar hubungan mereka terasa lebih fleksibel, selain karena merasa masih seumuran.
Oke, oke sahut Flora tersenyum, sementara Daisy menghela nafas lega tahu atasan barunya tidak killer.
Kristin mengajaknya lagi berkeliling, menemui satu per satu dari Top Manager hingga staf pantry juga satpam. Banyak staf pria menatap Vita lapar, barang baru yang akan segera menjadi incaran. Hanya beberapa saja yang ia anggap sopan, terutama laki-laki berkacamata tebal yang terakhir diperkenalkan. Walaupun wajahnya unik, tetapi justru mengundang kesan mendalam bagi diri Vita. Vita dan Kristin berbicara sambil berjalan di akhir perkenalan.
Eh Kris boleh ya aku panggil kamu Kris? tanya Vita.
Iya Mbak engga papa kenapa? Kristin bertanya balik.
Itu tadi siapa namanya?
Oo, si kacamata?
Hihihi dipanggil gitu ya di sini?
Hihihi, iya abis kacamatanya tebel amat seh nyaingin orang IT, dibanding gaul sama anak-anak sini dia lebih suka nyendiri dan baca.
Oo, engga ada yang mau nemenin di sini?
Bukan-bukan dia-nya aja. Dia wakil manajer produksi di sini.
Oo, punya jabatan juga ya
Yaa, dia udah lumayan lama di sini udah 5 tahunan.
Ooo
Gitu Mbak, namanya Andy ciee ada apa nih? Baru-baru udah detail nanya-nya, hihihi ejek Kristin, pipi Vita merona.
Bukan gitu abis mukanya lucu sih hihihi unik!
Hihihi, iya juga yah, begitulah mereka terus berbincang dan mengakrabkan diri, hingga kembali ke meja kerja masing-masing.
*****
Agak siang, Kristin mampir ke meja Andy.
Ndy, sapa Kristin menepuk bahunya. Tuh, lu ditanyain sama anak baru tadi
Vita? Andy menyahut tapi tidak menoleh ke arah Kristin, tak ingin hilang konsentrasi karena sedang mengoreksi desain produk baru.
Ciee, dia inget namanya haha, goda Kristin iseng. Andy tersenyum tapi terus menghadap ke kerjaannya.
Nanyain apa dia?
Nanyain lu udah punya pacar apa belum gethu, Andy menolehkan wajah, melihat Kristin tersenyum meledek ke arahnya.
Becanda lu Kris, mana mau dia sama gua? Cantik gitu anaknya
Waah! Kristin tambah semangat. Rupanya Andy cuma kelihatan cuek padahal diam-diam memperhatikan.
Cie cieee Mas Andy, aku Vita, kenalan dooong, Kristin terus meledek.
Udah ah gua lagi dikejar deadline nih, Andy berusaha menghindar. Kristin akhirnya berhenti juga setelah puas, dia pergi siap menggosip. Sementara pikiran Andy melayang ke sosok karyawati baru itu sejenak Memang ada sesuatu yang berkesan pada diri Vita bagi Andy.
*****
Tak terasa, 5 dari 6 bulan masa percobaan Vita berlalu. Ia semakin akrab dengan kedua anak buahnya, yang dianggapnya seperti kedua adiknya sendiri. Mereka jadi sering jalan bersama, ke Mall, Salon, 21 Cinema juga shopping di Sophie Martin. Atasan Vita senang sekali melihat itu. Selain performa kerja Vita sendiri bagus, kerja sama dengan tim asuhannya pun sangat memuaskan, always on-time dan up to date. Bu Brenda selaku atasan bertindak cepat agar tidak kehilangan pekerja sebagus Vita, dia mengirimkan Memo Internal ke Manager HRD untuk pengangkatan status Vita menjadi tetap dan berhak atas fasilitas supervisor level pada bulan ke-enam. Namun sebuah tragedi melanda karyawati cantik tersebut.
*****
# 1st Week Vita yang tergoda #
Flora hei!
Ups, Mbak eh-oh, Flora kepergok sedang membuka web bergambar laki-laki telanjang dada oleh Vita, dia gelagapan hingga salah menutup browser.
Waah lagi seru nih, sindir Vita.
Anuu e-enggak Mbak ada apa? Flora berusaha menyembunyikan wajah malunya.
Udah ga papa Flo, aku engga masalah tapi jangan lagi jam kerja, meskipun udah siang gini!
Maaf ya Mbak tolong jangan bilang Bu Brenda!
Enggaklah buat apa juga, oh ya nih jurnal koreksi, salah jurnal kamu Nda!
Mana oo, iya ya sorry Mbak, oke deh aku kerjain.
Makanya, kerja jangan sambil buka gituan, hihihi, ledek Vita.
Iya deh, berarti sore-an boleh dong ya, hihihi, ujar Flora meleletkan lidah.
Selagi Vita berjalan kembali ke meja kerjanya, bayang-bayang sosok lelaki negro kekar di komputer Flora merasuki pikirannya. Kehidupan Vita selama ini lurus, tetapi kehidupan tenang itu memendam gairah, libido, dan keinginan seks yang menggelora di tubuh indahnya. Vita hanya bisa menyalurkan fantasi lewat masturbasi, baik itu melalui objek gambar, cerita xxx, maupun chatting nakal dengan orang-orang tak dikenal. Dan anehnya, yang mengisi fantasi Vita tidak hanya pria tampan, pria berwajah kampung maupun berumur juga bisa membangkitkan gairah seksnya. Sejak menjadi wanita karier yang sukses, Vita selalu gagal dalam menjalin hubungan. Ia terlalu menginginkan sosok pria sempurna. Berwajah tampan, berkendaraan sedan, juga menjabat pimpinan perusahaan alias mapan sandang pangan papan. Ditambah kurangnya percaya diri bahwa ia tidak lagi seorang virgin yang selalu dicari-cari lelaki, membuat Vita lebih cenderung ingin mengarungi hidup sendiri. Kecantikannya seringkali membuat orang tak percaya bahwa dirinya still single. Diam-diam, setelah Bu Brenda pulang lebih dahulu dan ruangan kantor mulai sepi. Vita tergoda untuk membuka kembali web cerita seru yang sering dibukanya, http://kisahbb.************** . Ia tidak tahu, ada seseorang yang mengawasi gerak-gerik dan aktivitasnya.
# 2nd Week Vita yang terjaring Laba-laba #
Senin sore, menjelang jam pulang di gedung bertingkat yang menjadi kantor pusat perusahaan besar itu, tepatnya di lantai 3. Vita sedang beres-beres bersiap pulang, namun tiba-tiba telepon di mejanya berdering.
Halo Mbak Vita? Saya Soleh dari bagian IT. Bisa ke tempat saya sebentar? Ada sesuatu yang penting!
Oh ya? Sebentar saya ke sana. Mas siapa tadi, Soleh? Di ruangan mana ya? jawab Vita.
Di lantai 2, belok kiri keluar lift, ruangan paling ujung.
Oke deh saya ke sana dulu, tunggu yach, kata Vita tersenyum dan menutup telepon. Karyawati itu lalu meninggalkan mejanya di pojok ruangan utama lantai 3 dan menuju lift. Tak lama kemudian Vita sampai ke lantai 2, terus menuju ruangan yang dimaksud. Dalam hatinya bertanya-tanya, ada urusan apa orang IT memanggilnya?
Ruangan paling ujung itu ternyata bukan ruang IT, melainkan ruang monitor CCTV Vita sedikit merasa heran, apa Soleh salah memberitahu? Di kiri-kanan pintu logam yang berat itu tak ada jendela, jadi isi ruangan itu tak terlihat dari luar. Tapi dia tak curiga dan memasuki ruangan itu.
*****
Permisi Vita memasuki ruang itu.
Ruangan itu kecil, penuh dengan monitor-monitor CCTV yang menampilkan pemandangan yang diambil banyak kamera pengawas di seluruh bagian gedung. Di kantor perusahaan itu memang banyak dipasang kamera pengawas, karena alasan pengamanan gedung. Di dalam ruangan itu Vita melihat ada dua orang laki-laki. Satu orang berseragam satpam, bertubuh gempal dan berkulit hitam, dengan rambut cepak. Dia sedang berdiri sambil mengawasi satu monitor CCTV. Vita bisa melihat wajah si satpam yang bulat dan brewokan karena malas bercukur. Yang satu lagi duduk membelakangi Vita, menghadapi laptop di atas meja. Tubuhnya terlihat kurus, dalam kemeja dan celana panjang seperti biasanya karyawan.
Mas Soleh yang mana yah? Tadi saya ditelpon dia disuruh ke sini, kata Vita bernada ramah. Si satpam memandanginya dengan lapar.
Rambut Vita yang sebahu, digerai hingga menutupi kedua telinga. Wajah cantik alaminya dihias mata lebar dan pipi mulus, lengkap dengan bibir mungil menggemaskan meskipun polos. Di dalam ruangan dengan lampu kurang terang namun penuh pendar cahaya monitor, sesekali terlihat kilatan cahaya memantul dari liontin kalung perak yang dikenakan Vita. Laki-laki yang menghadap laptop memutar kursinya sehingga Vita bisa melihat wajahnya yang kampungan. Dia berkacamata tebal, berambut acak-acakan dan tak terurus, berhidung pesek, dan secara umum memang kelihatan culun seperti biasanya seorang computer geek, memang cocok kalau bekerja sebagai staf IT. Tapi senyumnya sinis dan ekspresi wajahnya licik, sehingga Vita mulai curiga.
Mbak Vita? kata si laki-laki berkacamata. Saya Soleh yang tadi nelpon. Ini teman saya, Junaedi. Dia penanggungjawab kamera CCTV di gedung ini. Kita emang kerja di satu gedung, tapi kami berdua kebagian ditempatkan di pojok gelap macam ini, makanya kami jarang kelihatan. Salam kenal, kata Soleh sambil menjulurkan tangan, mengajak Vita salaman.
Vita membalas uluran tangan Soleh. Junaedi si pengurus CCTV yang gempal juga mengajak salaman.
Junaedi, panggil aja Bang Jun, katanya sambil cengar-cengir. Vita melihat ekspresi Junaedi yang seolah menjurus mesum. Boleh panggil Vita aja nggak? tanya Junaedi.
Emm ya silahkan, Vita mulai merasa tak nyaman. Apa urusannya dua orang aneh ini dengan dirinya? Sekalian aja deh, tadi manggil ke sini katanya ada yang perlu aku lihat, itu apa ya?
Junaedi dengan sigap berjalan mendekat ke Vita, ke arah satu monitor di sebelah pintu. Si satpam itu meminta Vita bergeser sehingga Vita menjauh dari pintu. Junaedi kemudian memencet beberapa tombol di salah satu perangkat CCTV di bawah monitor itu. Vita menengok, melihat ke arah monitor itu. Yang terlihat pertama adalah lobby kantor, lalu ruang di depan lift, dan kemudian beberapa ruangan dalam gedung. Soleh berdiri dari kursinya lalu bergerak ke sebelah Vita sehingga kini Vita diapit Junaedi dan Soleh di kiri-kanan. Vita masih belum tahu apa yang akan ditunjukkan kepadanya, ketika tiba-tiba muncul tayangan ruangan tempat Vita biasa bekerja tepatnya di belakang posisi Vita. Di pojok kanan bawah monitor ada tulisan tanggal dan jam. Tiba-tiba Vita cemas.
Tanggalnya hari ini dan jam 11
Gambar CCTV tak begitu tajam, tapi cukup jelas menunjukkan Vita dari belakang, dengan baju persis sama seperti yang dia pakai sekarang, blazer hitam. Yang lebih membuat Vita cemas, layar monitornya juga kelihatan dan di sana terlihat bahwa Vita sedang mengakses situs yang sepertinya menampilkan gambar laki-laki telanjang melintang di bagian paling atas. Vita terpikir ingin segera keluar dari sana saja. Tapi rupanya tadi, Junaedi bukan sembarang minta bergeser; sekarang posisinya menghalangi pintu. Vita panik, dia tak tahu di belakangnya selama ini dipasang kamera.
Itu kamu, kan? komentar Junaedi sambil nyengir, sementara lengannya yang berbulu terjulur, tangannya menapak ke pintu seolah-olah menjaga supaya Vita tak bisa kabur.
Lagi ngebuka situs apa Non? Bokep ya? Cerita seru? ejek Soleh. Si satpam tertawa juga dengan wajah melecehkan.
Err Bukan itu komputerku kena virus, jadi tiap kali buka browser suka muncul begitu mestinya memang dibetulkan, tapi aku belum sempat ngontak IT, Vita berusaha mengelak.
Ah masa? Saya staf IT lho, ujar Soleh sambil mengambil laptopnya. Komputer Vita bersih kok. Kan saya yang tanggung jawab, jadi pasti tahu kalau ada yang kena virus. Semua aktivitas komputer karyawan kan saya tahu Misalnya komputer Vita di keuangan, jam 8 tadi ngetik laporan, jam 10 ngeprint, jam 11 buka situs cerita beast, jam 1 sampai jam 3 dipake chatting Tadi sih waktu ngelihat log chatnya kayaknya seru juga? Pake pura-pura dikemplangin sama lawan chat-nya? Soleh tiba-tiba mencerocos sambil membuka banyak file sekaligus di laptopnya, catatan akses internet yang dilakukan Vita sepanjang hari.
Eh, Mas Mas, stop! Udah mas, jangan Vita semakin pucat karena semua kenakalannya ditelanjangi oleh kedua orang itu. ia melihat dirinya sendiri sedang chattingtepatnya melakukan cyber sexdi tayangan CCTV. Isi chat-nya tidak terlihat di monitor CCTV, tapi bisa dilihat di file log yang disimpan Soleh. Soleh sengaja memperbesar tayangan monitor laptopnya sehingga kelihatanlah sebagian isi chat Vita:
Master99b: dasar slave nakal km mesti di HUKUM. ayo nungging!
vita_cute: ampun tuan xixixi saya memang nakal dan pantes dihukum
vita_cute: *nungging ngebelakangin Master99b
Master99b: *tampar pantat vita_cute
Master99b: makan nih! PLAKK!
vita_cute: auhhh!
Master99b: mau lagi? nih! GEPLAKK! gw bikin merah bokong lu!
vita_cute: auww enak tuannn!
Soleh dan Junaedi sama-sama menyeringai menang melihat wajah Vita. Kepala mereka sudah penuh dengan rencana busuk. Awalnya, Junaedi yang bertugas mengawasi rekaman CCTV suatu hari kebetulan memergoki Vita sedang mengakses situs seperti yang dikunjunginya tadi. Junaedi jadi penasaran dan memeriksa rekaman sebelumnya dari lokasi yang sama, dan dia jadi sadar bahwa si karyawati memang punya kebiasaan seperti itu. Tapi Junaedi tidak tahu apa sebenarnya yang dilihat Vita, jadi dia memberitahu temannya, Soleh yang staf IT, tentang temuannya. Soleh jadi ikut-ikut penasaran dan mereka berdua akhirnya jadi menyusun rencana untuk menjerat Vita. Mereka kumpulkan segala hasil pengawasan mereka tentang Vita, lewat CCTV maupun lewat software pelacak yang Soleh pasang di komputer Vita. Setelah punya cukup banyak bukti, barulah mereka memanggil Vita.
Jadi kayaknya kita udah tahu Mbak Vita ngapain aja di kantor yah Jun, kata Soleh sambil tersenyum sinis.
Yoi Sob, hehehe.
Tolong Mas Bang aku tahu itu salah Tapi aku mohon Tolong dihapus semua! Aku janji gak ngulangin lagi reaksi pertama Vita, meminta belas kasihan dari dua orang yang kerjanya ngintip lewat kamera dan komputer itu.
Vita bekerja dengan bagus dan tidak pernah bermasalah dengan atasannya, hanya saja tekanan pekerjaan yang berat membuat dia kadang-kadang suka keluyuran di situs-situs dewasa internet. Dari awalnya iseng membuka-buka cerita seru, sampai akhirnya melakukan cyber sex lewat chatting. Selama ini Vita merasa aman karena dia sendiri tahu sebagian kecil karyawantermasuk bawahannya sendiri, Florajuga suka membuka situs porno tapi tidak pernah dipermasalahkan. Jadi mana dia tahu kalau selama ini ada yang mengawasi tindakannya?
Penggunaan internet kantor untuk selain urusan kantor sih resminya melanggar peraturan, celetuk Soleh dengan gaya sok berwenang.
Kalau atasan kamu tahu, kira-kira gimana yaaa
JANGAN! mata Vita sampai terbelalak ketika berteriak seperti itu.
Please Mas Soleh, Bang Jun jangan dibeberin Selama ini hubungan Vita dan atasannya sangat baik dan cukup akrab. Jadi Vita tahu betul atasannya ituseorang perempuan yang masih melajang di umur 40bersifat keras dan tidak toleran dengan kesalahan-kesalahan yang terkait moralitas. Vita tak berani membayangkan seperti apa reaksi Bu Brenda kalau sampai tahu masalahnya.
Soleh dan Junaedi saling pandang lalu memasang tampang bodoh, seolah-olah tidak mengerti permintaan Vita.
Memangnya kenapa nggak boleh kita laporin? Kan ini pelanggaran peraturan. Kalau kita nutupin nanti kita kena juga dong. Ntar malah kita yang dipecat. ujar Soleh, membuka ancaman sekaligus menakut-nakuti Vita.
Mas Bang *hiks* saya mohon tolong jangan kasih tahu siapa-siapa Vita tak kuat dan mulai menangis karena takut dipecat. Junaedi segera bertindak sok pahlawan dengan merangkul Vita sambil menyodorkan sapu tangan.
Waduh jangan nangis dong?.
Gini deh Kami janji deh, semua yang sudah kami pegang, bakal kami simpan terus. Yang tahu cuma kita bertiga. Nggak ada orang lain. Gimana?
Vita menyeka pipinya, menoleh ke Soleh yang sedang cengengesan.
Bener mas? tanya Vita tak percaya dengan hati sedikit lega.
Hmm Soleh menggumam cukup lama. Tapi buat apa ya? Gak ada untungnya buat kita ya Sob?, katanya sambil membelakangi Vita, Junaedi meng-amini dengan anggukan.
Ah, Mas Soleeeh, jangan gitu dong rengek Vita. Tolong Mas saya janji gak ngulang lagi deh
Terus kita berdua dapat apa? Soleh membuka negosiasi. Vita tertegun, sadar dirinya jatuh ke dalam jebakan. Kamu pengen kami nutupin pelanggaran kamu terus kamu bisa kasih apa?
Ujung-ujungnya memang ke situ: Soleh dan Junaedi berencana menjebak Vita. Vita diam seribu bahasa.
Kok diam aja? tanya Junaedi. Kalau nggak mau, ya udah, besok atasan kamu dapet paket khusus dari kami he he he ancam Soleh to the point.
Kalian mau uang berapa? kata Vita.
Waduh, Jun kita disangka mao uang ha ha, ejek Soleh.
Engga salah juga sih sebenernya Cuma yang saat ini kita butuhin bukan uang ini nih Leh, huehehe jari tengah Junaedi menunjuk daerah terlarang Vita vagina.
Ja-jangan Bang Jun Mas Vita bergerak mundur perlahan, kepalanya berlenggak-lenggok seakan mengatakan tidak karena bibirnya seperti membeku. Junaedi dan Soleh mendekat dengan wajah mesum.
Betul itu uang sih biasa Non tapi memeek luar biasa, hahaha! ujar Soleh blak-blakan. Vita merasa punggungnya menghantam dinding, tanda ia telah tersudut.
Gimana Non pilih keluar ruangan tapi dipecat dan saya sebar rahasianya atau Soleh memegang dagu Vita, sementara Junaedi tersenyum menyebalkan.
Vita sadar di posisi lemah, berhadapan dengan dua orang pemegang bukti yang menentukan nasib kariernya. Ia tak punya pilihan selain mengikuti apapun kemauan mereka, atau kehilangan pekerjaan.
Oke, jadi mau kami begini, Soleh beranjak meninggalkan Vita dan kembali ke kursinya, tersenyum lebar seperti habis menang taruhan.
Anggap atasan kamu nambah dua orang lagi, saya dan Bang Jun. Mulai sekarang dan seterusnya ke depan kamu harus lakukan semua yang kami perintahkan! Semuaa, ngerti? Kalau nolak, Bu Brenda dan mungkin orang-orang yang posisinya lebih ke atas lagi bakal kami kirimi hasil penyelidikan kami. Gimana?
Vita mau protes karena tuntutan mereka terlalu banyak. Melakukan semua perintah mereka? Ia bergidik ngeri membayangkan apa saja yang akan dilakukan dua otak pria cabul itu, tentu bertujuan ke arah seks. Satu lagi jalan keluar yang terpikirkan juga segera ditutup oleh Junaedi. Gak usah lapor polisi juga lah. Percuma. Lagian kamu mau ngelapor apa sama mereka, kamu diperas karena ketangkep ngebokep di kantor? Paling-paling juga diketawain Vit, ujar Junaedi seolah membaca pikiran Vita. Tak ada pilihan lagi untuk si cantik itu, dengan wajah merunduk ia mengangguk lemah.
Cihuuy dapet memek satu lagi, ujar Junaedi girang gila. Soleh menyeringai lebar, sementara Vita bermimik tanda tanya.
(Berarti ada yang senasib denganku? Siapakah gerangan?), Vita membatin.
Sekarang, kesiniin nomor HP kamu, kata Soleh. Dengan terpaksa Vita melakukan perintah pertama itu secara patuh.
Jangan lupa, kami ngawasin kamu lewat macam-macam cara di kantor ini, jadi kami tahu kamu nurut atau nggak. Sekarang kamu boleh pulang, Vit. Makasih ya udah datang ke sini.
Weits ntar dulu dong Bozz masa cuma begini aja ini hari saya udah ngaceng dari kemaren bayangin kejadian ini! protes Junaedi.
Waduh, barang lu tuh emang gak ada remnya ya?
Hehe kalo yang di depan nenek-nenek sih, remnya pakem ini pan beda huehehe Slurph! pandangan mata Junaedi menyapu sosok Vita dari atas hingga bawah.
Oke deh, gini aja kalo gitu, Vita ini perintah pertama buat kamu ayo isep punya temen saya ini, terus telen kalo dia keluar! Vita langsung lemas mendengarnya, wajah cantiknya memelas.
Ayo Non! Denger gak apa yang disuruh si Boz?
Dengan gerakan perlahan Vita berlutut di depan Junaedi, tangannya bergerak ke arah selangkangan yang menonjol besar itu. Jemari Vita yang lentik meraih resleting, tapi tiba-tiba Junaedi malah bergerak mundur, membuat Vita heran apa maksudnya.
Non mau apa ? Vita terdiam tak mengerti, lalu bertanya. Bu-bukannya ?.
Iya tapi minta izin dulu dong! kata Junaedi dengan gaya arogan. Vita menitikkan air mata, dilecehkan satpam perusahaannya.
Bo-boleh boleh saya hisap pu..pu-punya, Bang Jun?
Pake Tuan! bentak Junaedi, Vita terbelalak kaget.
Bo-bolehkah saya hisap punya Tuan Junaedi?
Gitu doong, yah untuk wanita secantik Non Vita sih, boleh-boleh aja, heheheh.
Jari Vita meraih resleting celana, namun tiba-tiba telunjuk gempal Junaedi menekan mulutnya, membuat ia berhenti.
Pake ini Non nariknya! hina Junaedi, jarinya menggesek gigi Vita.
Dara jelita itu hanya bisa pasrah. Ia mendekatkan wajah ke selangkangan, lalu menggigit dan menarik turun resleting. Sreet !
Jduuk! Penis Junaedi yang big size menampar hidung Vita, rupa-rupanya Junaedi konak saat melihat wanita cantik yang selalu terlihat alim di depannya itu, kini terlihat Bitchy melakukan gerakan buka resleting dengan gigi. Vita terbelalak dengan ukuran penis persis di depan wajahnya, Junaedi dan Soleh tertawa melihat ekspresi Vita yang ketakutan menatap penis besar.
Lhoo, kok dianggurin ? Katanya mau nyepong, hah ?. Mata Vita yang tadi terbelalak, kini menatap melas ke pemiliknya.
Kontol lu sih gede banget, jadi ragu dia muat apa kagak. Mulut mungil gitu, Hahaha!
Ay-yoo is-sepp! Junaedi berang tidak sabar, menamparkan penisnya ke wajah Vita.
Tak tahu memulai dari mana, Vita memajukan wajah dan menempelkan bibirnya ke kepala penis. Ia ciumi, benda itu berkedut-kedut dan sang pemilik melenguh keenakan. Vita berlanjut julurkan lidah, menjilat dari batang hingga buah zakar. Proses terakhir membuat Vita dag dig dug. Ia buka mulut lebar-lebar, untuk memasukan seluruh batang ke dalam mulut. Dengan susah payah, bibir mungil itu berhasil melingkar di batang penis. Nafas Junaedi kontan berat, sedang Vita memejamkan mata. Jijik, mulut serasa robek, mual lantaran kepala penis serasa tersentuh kerongkongan, dan sebagainya. Dengan tangan kanannya, Vita menggenggam batang penis yang tersisa, sementara kepala bergerak berirama. Junaedi mengerang nikmat. Bibir Vita terus menggosok-gosok maju mundur pada kepala dan batang penis, lidahnya menjilat dan meliuri. Junaedi makin keras mengerang, Vita jijik mendengar erangan Junaedi, membayangkan penis yang dihisapnya akan menyemburkan mani. Terus, terus dan terus sampai akhirnya Junaedi tiba-tiba menjambak rambut Vita dan menekan kepalanya, hingga wajah terbenam di kerimbunan bulu kemaluan. CROOOOOTTT!!! Junaedi menyemprotkan sperma di dalam mulut. Vita baru pernah merasakan cairan sperma dalam mulut, ia tak berdaya menelan semua cairan kental asin yang dalam sekejap memenuhi mulutnya.
Haarggh! erang Junaedi. Vita menahan mati-matian rasa mual yang sudah memuncak.
Telen Non. Nggh telen semuah, Semuaakkh! dengan rasa tak berdaya, Vita berusaha menelan semua sperma yang terus keluar dari penis.
Jambakan Junaedi pada rambut perlahan mengendur, seiring aliran sperma yang melambat, hingga berhenti total. Akhirnya Junaedi menarik keluar penis dari mulut Vita. Vita langsung membungkuk terbatuk-batuk mencari udara, berusaha menelan sisa-sisa sperma yang masih melekat di lidah dan langit-langit mulut. Tubuhnya berkeringat meski ruangan ber-AC dingin.
Gilaa, ni cewe jago nyepong Leh , tampangnya aja yang alim, Haha! ejek Junaedi.
Non Vita ini pan orang keuangan nah, semua cewek yang kenal uang, doyan duit pasti udah kena kontol, Hahaha tambah Soleh menghina. Vita kembali menitikkan air mata.
Gua ga bisa bayangin, gimana enak mulut bawahnya Leh mulut atas aja enak be-eng, lanjut Junaedi, duduk di kursi mengistirahatkan diri.
Soleh memelorotkan celana berikut kolornya, Junaedi tertawa melihat Soleh yang pengen juga.
Bodo gua kalo ga ngerasain juga, rugi bandar. Ayo Non Vita, kemari puaskan tuan-mu ini, suruh Soleh berkacak pinggang, mengedut-kedutkan penis minta dimanjakan. Vita menggeleng kepalanya dengan wajah memelas.
Ayo cepeet ah, kesini ngerangkak! bentak staf IT itu.
Vita merangkak seperti binatang berkaki empat mendekati Soleh, lalu melakukan hal yang sama pada Soleh, hingga karyawan bejat itu melenguh. Euuuhh!.
CROOOTTT!!, Soleh mencabut penisnya dari kuluman, membuat sekujur wajah Vita ternoda sperma. Setelah tak ada lagi yang keluar, Soleh meratakan mani itu, membuat wajah cantik jelita Vita mengkilap sperma. Mereka berdua menertawakan hal tersebut, Soleh menjejalkan mani yang belepotan di jarinya untuk dijilat dan ditelan Vita.
Ocehan jorok keluar dari mulut kurang ajar mereka, Vita hanya mampu menyesali yang telah terjadi. Junaedi membukakan pintu. Vita bergegas keluar, merasa pusing dan mual membayangkan apa yang akan dialaminya besok. Pasti lebih parah dari hari ini. Sebelum ia keluar tadi, Soleh sempat memberinya instruksi.
Eh Vit, mesti diakuin, kamu tuh cantik, tapi kelewat polos penampilannya. Besok jangan pake blazer dan rok di bawah lutut kayak sekarang gini. Pake apa gitu yang seksi, dandan lebih cantik juga. Oke. Sana pergi !
*****