Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta Pertama

BAB XLIII



Mother and Son



Beberapa kali missed call di ponselnya dari Iva dan Ibunya muncul di pop up layar tepi atas.

Dave tahu jika dari tadi inang dan adiknya meneleponnya, karena hari ini sebetulnya ada acara di rumah salah satu tetua adat Hutasoit di Bogor yang dia sudah janji ke inangnya dia akan hadir bersama adiknya dan inangnya. Namun hingga saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 malam, dia dengan BMW X1 nya masih terjebak di macetnya Tol Jagorawi arah pulang.

“ngga usah pulang sih….” rengek Tari tadi

“kita nginap aja…..” bisiknya lagi

Meski sudah bertempur dua putaran di sofa dan di ranjang, Tari masih belum bisa dan rela melepaskan Dave balik ke Bogor, dia masih rindu ingin bersama Dave sehingga meminta Dave tetap bersamanya malam ini.

Dan setelah diberi pengertian akhirnya Tari pun beringsut mandi dan bersamaan dengan Dave pulang ke Bogor, dia juga berlalu ke Bintaro.

Ada rasa bersalah Dave jadinya dengan batalnya dia ke pertemuan keluarga besar mereka. Karena memang acara-acara keluarga seperti ini seperti diwajibkan oleh inangnya untuk dihadiri.

“kita susah, mereka itu banyak kasih kita perhatian dan doa….” demikian alasan Inang

Namun hingga waktu menunjukkan pukul 22.00, jalan tol Jagorawi masih jadi momok bagi banyak pengendara termasuk Dave, sehingga jam seperti ini, Dave baru keluar dari tol, dan sekitar 30 menit lagi baru mau tiba di rumah.



*****************

“shallom…..”

“shallom Bang….”

Iva masih terjaga dan sedang mengutak atik ponselnya

“baru balik abang?” tanya gadis itu sambil memperhatikan wajah abangnya yang trelihat lelah

Dave hanya menganggukkan kepala

“inang?”

“di kamar…..”

Dave lalu meletakkan tasnya di meja makan, menggantungkan kunci mobilnya di tempat biasa gantungan mobil

“iva buatin minum yah….”

Dave tersenyum sambil duduk di meja makan

“rame tadi De?” tanya Dave kemudian

“rame Bang…. pada nanyain abang semua…..”

Dave hanya diam. Dia tahu akan seperti itu biasanya.

“iya, tadi ada meeting dadakan soalnya…..”

Iva tidak menjawab, hanya suara denting gelas beradu dengan sendok terdengar saat dia sedang membuat minuman untuk abangnya, lalu Iva meletakkannya ke atas meja.

“mau makan?”

“ngga De…..”

“ada ikan gurame cobek…..”

Dave menggelengkan kepalanya, sambil membalas whatsapp yang masuk ke ponselnya, termasuk pesan dari Keiko dan juga Tari.

Iva maklum dengan kesibukan abangnya memang rutinitasnya sangat padat, ditambah lagi dengan urusan personalnya, makin membuat mereka jadi jarang bertemu belakangan ini. Karena Dave banyak menghabiskan waktunya di apartemen, ketimbang pulang ke Bogor dengan inangnya dan adiknya.

Tiba-tiba…..

“baru datang kau mang?” tiba-tiba pintu kamar bawah tempat ibunya tidur terbuka, dan Berta keluar dari kamarnya

“iya Mak…”

Dave menghampiri memeluk ibunya dan mencium tangannya

“dari mana memangnya?”

Berta duduk di kursi kepala meja makan, sambil menatap ke arah Dave yang masih dengan pakaian kerjanya dan memegang ponselnya serta duduk di sebelah kirinya

“tadi ada pertemuan mendadak dengan klien….”

Berta seperti tahu kalau anaknya ini berbohong, dan seperti biasa juga dia mencoba memahami.

“minimal abang angkat dan whatsapp ke mamak dan ade…. “

“iya maaf Mak….”

Berta masih menyimpan rasa kesalnya

“ngga enak opung, uda-uda sampe namboru semua pada nanya…..”

Setalh sedikit berbasa basi mengenai cerita di pertemuan tadi, kembali Dave hanya bisa tertunduk membisu

Mereka bertiga kini bagai orang asing yang berkumpul di satu meja. Sama-sama terdiam sesaat dengan pikiran masing-masing.

“bulan depan kita di rumah Opungmu….”

“iya Mak….”

“pastikan hadir yah Bang….”

Dave menganggukkan kepalanya

Berta sebetulnya tidak ingin bahas banyak hal dengan anaknya, namun belakangan ini seperti ada kesibukan lain di belakang mereka yang dilakukan oleh anaknya yang dia tidak ingin ibu dan adiknya tahu, sehingga secara tidak langsung membuat semua waktu yang selama ini bisa terprediksi dengan mudah ada buat mereka, jadi banyak tersita untuk hal lain.

“tadi inang telepon Pak Sadiman, katanya dari sore abang sudah diantar ke apartemen…..” kejar Berta lagi

Dave agak kaget.

Dia kesal karena terkesan mamaknya seperti ingin tahu detail tentang urusan pribadinya dia

“iya Ma, trus ada meeting dadakan… makanya ngga bisa langsung balik Bogor……” nada suara Dave agak berbeda kali ini

Tatapan Berta agak lurus kearah wajah anaknya yang menunduk

“mamak bukannya ingin turut campur, urusan kerja abang mamak tahu dan maklum… tapi kan wajar kalo mamak juga ingin tahu abang kemana, apalagi kita ada janji……” tukas Berta lagi

“masak mamakmu tidak boleh tahu anak sendiri kemana?”

“iya wajar aja Ma…. makanya abang cerita….”

Berta seperti merasakan ada yang berbeda dengan nada anaknya ini

Dia hanya bisa menyandarkan badannya ke kursi makan, sedangkan Iva hanya bisa terdiam, karena dia tahu kedua orang di depannya ini punya apa yang di isi kepalanya yang akan mereka utarakan.

Lalu

“masalahnya abang belakangan ini sangat sibuk, waktu buat kita berdua sama adikmu pun abang seperti susah…..” keluhan Berta lagi

“bukan Mak… memang lagi sibuk aja abang…..”

Berta terdiam sesaat

“bukan karena Tari kan abang sibuk?”

Tuduhan dan tusukan dari kalimat ibunya bagaikan pisau tajam yang menggores kulit Dave

“apa hubungannya Tari dengan kesibukan abang, Mak? Kan Mamak sama ade tahu kesibukan abang……”

Suara Dave yang sedikit meninggi intonasinya, membuat Berta agak kaget dan terkejut karena seperti ada nada tidak menerima di salam situ

“mamak nanya makanya….”

“dan abang jawab Mak…..”

Berta kali ini menatap wajah Dave dengan sedikit tajam

“ abang ngga suka mamak tanya kesibukan abang?”

Kali ini Dave yang bagai tersentil

“bukan gitu maksud abang” Dave mencoba menentramkan suasana sediikit

“maksud abang kan mamak tahu abang dimana dan kemana….. ini murni kesibukan kerja…..” sambungnya lagi

Berta seperti merasa sedih mendengar bantahan Dave. Pertama kalinya dalam hidupnya dia seperti merasa agak jauh dengan anak kesayangannya ini. Ada suara tidak suka saat ibunya sendiri bertanya dia kemana dan sama siapa. Padahal dulu setiap kemana dia pergi rajin sekali dia lapor ke ibunya, sehingga ibunya tidak pernah kuatir anaknya jalan kemana dan sama siapa.

“wanita itu sudah merubah kamu anakku…..” lirih suara Berta, namun terdengar di telinga Dave.

“wanita siapa Mak?” tanya Dave seperti ingin memastikan

Berta terdiam, Iva pun hanya bisa tertunduk.

Berta mencoba menahan dirinya, dia mengangkat wajahnya dan menatap Dave dengan sedikit tajam

“sekarang mamak tanya ke abang…..” suaranya agak tegas kini

“ sejauh mana hubungan abang dengan Tari?”

Meski sudah bisa menebak arah pertanyaan ibunya, namun tak urung ini sedikit mengejutkannya juga mendengar pertanyaan sang ibunda

“yah…. ngga gimana-gimana, Mak……” jawab Dave sekenanya

Berta hanya bisa menggelengkan kepalanya

“ ngga gimana-gimana, bagaimana?”

Dave terdiam kali ini mendapat desakan dari ibunya.

“ dengan dia datang saja waktu itu, sudah terlihat kalian itu seperti apa……” tegas kembali suara Berta.

Sang ibunda sepertinya sudah memendam lama semua perasaannya dia selama ini, tanpa bisa dia keluarkan dan tanyakan ke anaknya. Namun semenjak rumor itu beredar, baik cerita dari Iva, cerita dari Sadiman, hingga kedatangan Tari ke acara ulang tahunnya yang bikin heboh di kalangan keluarganya, membuat Berta kali ini tidak mampu menahan diri untuk bertanya ke anaknya untuk memastikan

“ lalu suaminya kemana? Kenapa dia datang sendiri dan abang antar dia pulang?” cecar Berta kembali

Dave terdiam dan seperti tersudut

“apa pantas istri orang datang sendiri, lalu manja-manjaan dengan laki-laki lain…..”

“ngga gitu Mak…..” bantah Dave

Berta kaget mendengar bantahan anaknya

“kami ngga seperti yang mak sangka…..” bibir Dave keluh dna bingung harus menjawab apa

“lalu seperti apa, Bang?”

Dave menundukkan wajahnya, matanya menatap ke lantai di bawah meja makannya.

Lalu

“masalah ini biarlah abang yang akan selesaikan, Mak…..” Dave kembali mencoba bermain aman di area ini

Berta agak gusar mendengarnya

“masalah apa?”

Dave kembali terdiam

“ini bukan masalah seharusnya Bang…. urusan rumah tangga orang jangan abang yang urusin……” tukas Berta.

“abang ngga urusin, Mak….” bantahnya lagi

“ngga abang urusin bagaimana? Apa pentingnya dia juga untuk datang ke acara kita? Lalu abang bilang tidak mengurusinya?”

Suasana agak mulai memanas, dan Iva bingung harus bagaimana bersikap selain diam

“mereka akan bercerai Mak…..” ujar Dave pelan akhirnya

Berta kaget bukan kepalang emndnegarnya

Mulutnya sampai ternganga mendengar apa yang anaknya sampaikan. Tari akan bercerai?

“ dan abang ngga pernah punya perasaan ke Elizabeth…..” tukasnya lagi.

Entah lega atau apa yang dirasakan oleh Dave, namun ini bagaikan hantaman keras ke dada Berta sebagai ibu yang selama ini tidak menyangka anaknya akan melangkah ke wilayah yang dia sungguh jauhi dan tidak berpikir bahwa itu akan hadir lagi dalam hidupnya skenario yang sama.

Berta sungguh kaget dan sedikit syok.

Dia bagaikan sulit percaya dan tidak mampu berpikir jernih.

Dia tahu anaknya bagaimana mencintai dan menyayangi Tari. Namun mendengar apa yang anaknya ucapkan barusan, membuat hatinya seketika hancur berkeping keping. Dia tidak menyangka anaknya sanggup berbicara bahkan mengambil sikap seperti itu, bahkan dia seperti tidak mengenal lagi jika itu adalah Dave.

Tak pelak air mata mulai menggenangi kedua mata paruh bayanya itu

Dadanya sesak dan berbagai rasa perih didalamnya

Dia sungguh tidak menyangka akan seperti ini.

Anak kesayangannya, direktur perusahaan asing, bujangan berkelas, anak yang sudah membawa dirinya menjadi ibu yang paling berbahagia di dunia ini karena dengan keberhasilannya sudah memanjakan dirinya sebagai ibu, lalu mengeluarkan kata-kata seperti ini??

Matanya kini berlinangan airmata

“ apa kata abang?” tanya dia pelan, suaranya bergetar hebat

“ abang tetap mau dengan Tari?”

Dave terdiam, dia hanya tertunduk

Iva sendiri bingung. Dia tahu bagaimana cintanya sang abang ke Tari yang dari jaman kuliah hingga sekarang yang masih tetap membara. Dia hanya menyayangkan kenapa Keiko justru jauh di Jepang saat dia seperti ingin meminta agar Keiko bisa jadi aliran pemutus rasa cinta yang sudah tidak wajar antara abangnya dengan Tari yang kini kembali berkobar.

Berta kini bibirnya bergetar setelah tahu akan kenyataan yang ada

“abang tahu…. masalah abang mau atau tidak dengan Eliz…” getaran bibirnya menahan emosi

“bukan hal yang terpenting buat mamakmu…..”

Dave masih tertunduk

“tapi merestui sebuah perzinahan….. tidak akan pernah mamak setujui……” suara Berta yang pelan bagaikan sebuah menyetrum kencang di kuping Dave

Dave masih terdiam

“apa yang di hati kamu Nak?” cecar Berta sambil bercucuran airmata

“sudah buta hati dan mata kamu?”

“dia masih istri orang……”

Suara Berta yang agak melengking seperti menyiratkan sebuah luka dalam yang perih di hati seorang ibu

“apapun yang namanya perceraian hidup, itu tetap zinah…….’

Dave masih terdiam dan bagaikan disadarkan bahwa dia jangan membantah sang ibu, meski hati kecilnya juga tidak terima dengan tuduhan ibunya

“atau abang sudah lupa bagaimana sebuah perzinahan sudah menghancurkan keluarga kita?”

“lupa bagaimana susah kita akibat sebuah perzinahan??”

Berta tidak mampu menahan airmatanya lagi. Dia menangis sesunggukan mendengar pengakuan anaknya barusan.

Iva terdiam

Dave pun sama

Hanya suara Berta yang sesunggukan terdengar

Anaknya yang dia besarkan dengan airmata, perjuangan tidak kenal lelah, doa yang tidak pernah putus, kini dia harus dihadapkan dengan kenyataan kalau anaknya mencintai wanita lain, yang meski dia sebagai ibu mengenal baik wanita itu, namun dalam banyak hal akan menabraka semua tatanan moral yang ada.

Berta benar-benar kaget

“mak, biar abang selesaikan ini semua…..” suara Dave pelan mencoba menetralisir

“ngga bisa Bang……” potong Berta

“untuk hal ini mamak tidak ingin ada kompromi sama sekali…..” tegas suaranya

Dia menatap wajah anaknya yang kembali menunduk saat mendapat ketegasan di nadanya.

“apa kata opung, saudara-saudara semua, abang menikahi istri orang….. beda agama pula dengan kita?” suara Berta agak meninggi kembali

“apa yang harus Mamak bilang……”

Dave terdiam kembali. Dia tahu ibunya sedang emosi, dan dia masih sadar untuk tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh ibunya

Berta kini benar-benar membara

“tari anak baik…. orangtuanya juga terhormat…. tapi bukan artinya dia cocok untuk abang ambil jadi pasangan hidup abang…….”

“ agama kalian beda…..”

“lagipula dia meninggalkan abang untuk pria lain…. dan sekarang begitu gagal ingin kembali ke abang??”

“dimana harga diri abang?”

Dave tersudut dengan cecaran ibunya

“abang itu direktur, ngga kurang wanita-wanita cantik yang kejar abang….. apa kata orang-orang kalau kemudian memilih wanita yang masih istri orang…. meski cantiknya kayak bidadari…..”

“apa ngga ada wanita lain?”

Gelegar amarah sang ibu kini keluar semua

“ngga akan pernah mamak ijinkan…….”

Dave tertunduk

Berbagai macam rasa di dadanya kini. Ada rasa kesal, emosi, tidak terima, dan sedikit marah

Lalu

“makanya mak, biar abang selesaikan masalah abang sendiri…..”

“ngga bisa…..” potong ibunya

Diam sesaat

Lalu

“abang, kamu ingat baik-baik…….” keras suara Berta

“ waktu dulu kita susah….. mamak ngga pernah peduli hinaan orang…..”

“mamak ngga peduli cercaan orang….”

“mamak ngga peduli capek badan mamak…”

“ngga peduli mamak sakit…..”

“asal kalian makan… asla kalian sekolah….”

Diam semuanya mendegar lontaran kata dari hatinya Berta yang berbungkus suara tangis.

“ ngga pernah mamak lelah berdoa sama Tuhan……. supaya kalian jadi anak-anak hebat kelak nantinya…… bisa rubah nasib keluarga kita”

“bisa angkat derajat keluarga…..”

“biar kalian tidak dihina orang kayak mamakmu ini…..”

Matanya kini menatap tajam ke Dave

“ingat David, semua apa yang kamu dapat saat ini, karena kasih karunia Tuhan buat kita keluarga…….”

“bukan karena pintarnya kamu……”

Emosi Berta kini bagaikan tumpah ruah

“dan hanya Tuhan yang selama ini buat Mamak kuat hadapin in semua……”

“ditinggal bapakmu……”

“dihina orang…..”

“hilang capek mamak …. setia mamak berdoa….. setia lihat kalain dua orang….”

“meski kita susah, kalian berdua semua nurut dan saling sayang……”

Dave terdiam, sedangkan Iva kini berlinangan airmata mendengar curhatan mamanya yang membawa dia kembali mengingat masa suram mereka susah dulu.

“Tuhan yang buat mamak kuat selama ini…..”

“mamak pertahankan pernikahan ini meski orang bilang bodoh kau berta….. tolol kau Berta… karena mamak ingat Tuhan marah dengan perceraian…….”

Berta nafasnya agak memburu

“lalu anak mamak yang selalu mamak doakan dan bawa di setiap harapan mamak, malah mau mengingkari ini semua……”

Suaranya agak perlahan kini, airmatanya kembali bergulir di sela isak tangisnya.

“maaf amang……”

“maaf sekali amang……”

Dia menggelengkan kepalanya sambil mengusap airmatanya

“semua apa yang kita dapat ini….. mamak akui berkat kerja keras kamu amang……”

“mamak bangga…. sangat bangga sekali….”

“mamak bersyukur Nak……”

“selalu bersyukur….”

Deraian airmata kesedihan sang ibunda turun bagaikan sulit dihentikan

“tapi jika harus melawan apa yang Tuhan perintahkan……..”

Berta terdiam sesaat

“maka minta maaf, Nak……”

“mamak ngga mau, Nak…..”

Semua terdiam kembali.

Wanita paruh baya itu hanya bisa menangis menahan rasa kecewa di hatinya. Berkali kali dia mengusap airmatanya dengan telapak tangan dan lengan dasternya.

Berta lalu bangkit dari duduknya

“kalau abang memaksa…. ngga apa-apa…..” dia berhenti sesaat saat hendak kembali ke kamarnya.

“ lebih baik mamak balik ke kontrakan atau petakan lagi….. biar mamak jualan lagi di pasar kayak dulu…..”

Dave kaget mendengarnya

“ini lebih baik mamak lakukan, daripada Mamak harus merestui dan menyetujui hal yang Tuhan larang…….”

“maaf amang……”

Berta lalu bergerak masuk ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi. Meninggalkan Dave yang terdiam dan Iva yang menangis.

Ultimatum keras dari mamaknya membuat Dave terdampar dalam dilema besar kini.

Iva bagaikan dibuat galau dalam hatinya. Di satu sisi dia tahu bagaimana cintanya Dave ke Tari yang memang tidak pernah lekang oleh waktu, apalagi dengan kondisi seperti ini. Jika dulu hanya Dave yang cinta setengah mati, namun kini semua berbalik karena Tari juga sudah tidak mampu untuk melepas Dave.

Statusnya, bahkan secara terang-terangan dia memposting kedekatannya dengan Dave.

Sebaliknya Dave seperti dihantam godam isi kepalanya. Jauh dilubuk hatinya dia sadar dan tahu bagaimana cintanya sang ibunda kepada dirinya. Bagaimana bangga dan sayangnya ibunya ke dirinya. Dia pun tahu banyak rambu-rambu dan larangan yang dia sudah langgar selama ini.

Namun melupakan dan meninggalkan seseorang saat sedang cinta-cintanya juga bukan hal yang mudah. Tari bagaikan sudah merasuki semua isi hari dan hidupnya selama ini, dan wanita itupun pantang untuk mundur, terutama dirinya sendiri juga sulit untuk meninggalkan Tari yang memang tidak bisa dibohongi kalau cintanya tidak pernah padam kepada wanita ini.

Namun gelegar sumpah dan amarah sang ibu, seperti membuat Dave terhenti untuk bergerak. Ibunya adalah sosok yang jadi surganya. Sosok yang selama ini selalu tanpa pamrih mendoakan dan mencintainya semenjak dia ada kandungannya. Tidak pernah dalam hidupnya dia membantah ucapan dan larangan sang ibunda selama ini.

Ini membuat dia jadi dilema berat karena harus memilih antara cinta sejatinya yang tidak pernah padam, mengejar sesuatu yang selama ini tidak bisa dia sangkal sudah membuat dia bahagia dengan damainya sebuah samudera tenang bernama cinta yang bersemi kembali, atau kembali ke kehidupan awalnya dengan ibu dan adiknya sambil berharap akan hadirnya wanita lain untuk mendampinginya melewati waktu kesedihan yang kedua kalinya dengan wanita yang sama.

Dave benar-benar bingung, sedih dan juga tidak mampu berpikir jernih saat ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd