Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta Pertama

BAB XXXV



KEBAIKAN HATI YANG DISALAHARTIKAN



“Cium……” rengek Tari agak manja ke Dave

Dave lalu mendaratkan ciuman-nya ke pipi kiri dan kanan, lalu ke bibirnya dengan lembut

“ semangat yah di kantornya….”

“iya….”

“kabarin aku kalo udah mo balik….”

“oke….”

Lalu dia mengambil tas nya

“bye…”

“bye sayang….”

Dave lalu keluar dari mobil Tari, dan kemudian segera masuk ke halaman gedung Hikaru. Semalam Tari dan Dave menghabiskan waktu bersama di apartemen Dave, sehingga pagi ini mereka berangkat bersama menggunakan mobil Tari, yang mengantar Dave terlebih dahulu, sebelum dia ke kantornya.

Semenjak dari Bali, hubungan dia dengan Tari memang semakin lengket dan dekat. Meski tidak rutin setiap hari bertemu, namun intesitas komunikasi mereka semakin intens, bahkan Tari pun sudah beberapa kali menginap di apartemen Dave, atau sekedar datang bertemu dan bercinta, lalu pulang lagi ke Bintaro.

Ada rasa yang berlawanan di hati Dave sebetulnya. Dia benar-benar dilema dengan situasi yang dia hadapi saat ini.

Urusan kantor kini sedikit lapang, karena berkat prestasi kerjanya, kini dia semakin kuat posisinya sebagai Direktur Bisnis dan Korporasi di Hikaru.

Dan pagi ini, seperti biasa dia kembali menelepon Keiko, untuk melakukan rutinitas vidio call di pagi hari sebelum dia memulai harinya.

Dave merasa sangat berdosa saat sapaan Keiko yang selalu sama dan tidak berubah sama sekali. Dia selalu hangat dan seperti selalu mengerti akan kondisi Dave, bahkan meski malam tadi dia tidak menelepon dengan alasan pulang sudah jam 10 malam, atau tengah malam waktu Tokyo, Keiko pun memakluminya.

“i am happy for you, Dave….”

Keiko sangat senang mendengar Dave sudah menemui adik tirinya

“kamu sudah menunjukkan jiwa yang sangat besar…..”

Dave tersenyum

“ dia mirip Iva…..”

“sure…..”

Dave memang mengirim foto dia dengan Ica ke Keiko

“ Mama dan Iva tahu?”

Dave menggelengkan kepalanya

“belum saatnya…..”

Keiko memaklumkannya

“ nanti aku akan kasih tahu jika sudah saatnya….”

“oke sayang….”

Keiko lalu bertanya ke Dave terkait rencananya ke Jepang.

“ Bulan depan saya ke Indonesia….”

Dave agak kaget

“ biar saya yang ke Jepang saja….”

“hmmmmm, aku juga mau kenal sama Mama kamu dan Iva secara langsung…”

Dave terdiam sesaat

“tidak boleh?” desak Keiko

“oh boleh dong”

Keiko tersenyum

“aku merindukanmu, Dave-san…..”

Senyuman Dave pun muncul

“sama sayang…..”

Rasa berdosa Dave semakin menggelayuti pikirannya, karena di lain sisi dia pun merasa kasihan dengan Keiko, karena dia sadar bahwa wanita ini terlalu baik untuk dibohongi. Tidak pernah sedikit-pun dia melenceng dari garis yang sebetulnya dia bisa melompati garis itu dengan kesempatan yang ada, pergaulan dia yang sangat luas, serta jarak yang jauh antara dia dengan Dave.

Namun Keiko selalu memilih untuk setia dan selalu berharap bahwa semau yang dia sudah bangun bersama impiannya dengan pria yang dia cintai, akan berbuah manis ke-depannya kelak, meski kadang dia juga sadar bahwa jarak yang jauh itulah yang sering membuat rasa memiliki itu pudar

“makanya aku ingin ke Indonesia…..”

“aku ingin bertemu dirimu, Dave”

“aku ingin kenal keluargamu….”

Kata-kata yang sering Dave dengar dari ucapan Keiko. Ada harapan, ada rasa antusiasme dibalik cita-cita wanita itu untuk hidup bersama dengannya di setiap petikan kata-kata rindu yang terucap

“ aku tahu kamu pria yang baik…..”

“aku tahu kamu pria yang bertanggungjawab…”

“dan aku sulit untuk hidup, tanpa dirimu…..”

Naif mungkin, tapi cinta di hati Keiko memang sulit dibohongi semakin mekar dan bertumbuh, meski jauh dari Dave, terpisah ribuan mil jauhnya, namun semakin mereka dijauhkan oleh jarak, cinta Keiko makin sulit untuk dibendung terhadap Dave. Dia semakin sering merindukan sosok Dave, sosok yang tadinya tidak akan disangka akan mampu memenuhi semua sisi di ruang hatinya.



*********************

Dave tersenyum melihat foto ibunya dan Iva yang sedang tersenyum lebar dengan latar belakang Danau Galilea.

Bang, Mamak sennag sekali akhirnya bisa menginjak Tanah Perjanjian ini

Puji Tuhan, De

Makasih yah Bang….. Ngga nyangka, ternyata bisa tiba disini

Amin De

Whatsapp dia dengan Iva pagi ini.

Dave memang sudah berjanji, jika kerjaan dia di Bali ini sukses, maka dia ingin mengirim ibunya ke Israel bersama adiknya. Dan begitu semua kerjasama dan perjanjian B to B ditanda tangani, Dave langsung mengurus keberangkatan adiknya dan ibunya.

Dan pagi ini dia melihat begitu banyak foto yang diupload Iva di instagram dan whatsapp statusnya. Ini sebuah kebanggaan bagi Dave, bisa menyenangkan hati ibunya. Bagi dia, Berta adalah ibu yang luar biasa hebat dan kuat. Menghadapi badai hidup yang sangat berat dan penuh penderitaan, namun dia mampu bertahan bahkan membawa kedua anaknya menjadi seperti apa yang mereka ada saat ini.

Bahkan nanti setelah kembali dari Israel, Dave ingin merayakan ulang tahun Ibunya dengan keluarga besar mereka. Ibunya agak keberatan tadinya, namun Dave bersikeras tetap ingin merayakan ulang tahun Berta, karena ini pertama kalinya Berta ulang tahun lengkap dengan kedua anaknya, dan dalam kondisi Dave yang kini sudah mampu melakukan itu.

The best mother

Ibu tangguh

Wanita terbaikku…..

Begitu banyak julukan Dave untuk ibunya, sebagai tanda bagaimana dia sangat memuliakan hati wanita yang sudah melahirkannya dan memberinya kasih sayang dan limpahan doa yang tidak pernah berkesudahan dalam dirinya.

Meski demikian ada hal lain yang dia simpan di dalam hatinya yang juga dia rahasiakan dengan Ibu dan adiknya, yaitu perjumpaannya dengan Ica, adik tirinya. Dia tahu bahwa mamaknya Berta belum tentu akan menerima saat dia bilang bahwa dia sudah menemui adiknya itu. Karena bagi Berta, Ellen yang kini hidup bersama Mangara, tetaplah sebuah ikatan perzinahan, karena dia dan Mangara tidak pernah bercerai. Pasti akan marah besar Berta jika tahu anak kandungnya berbagi perhatian dengan anak orang lain, meski itu adik tirinya dia.



***********************

Hati Ica berbunga bunga hari ini.

Dia pulang sekolah pukul 13.00, dan dia sudah menunggu dekat gerbang sekolah, karena siang ini abangnya Dave akan menjemputnya, dan jalan pertama kalinya dengan Ica. Ini yang membuat dia sangat bahagia sekali.

Kemarin dia dipanggil oleh pihak tata usaha sekolah untuk menerima resi pembayaran semua tunggakannya. Abangnya menepati semua janjinya, karena seluruh tunggakan bahkan SPP hingga selesai kelas XI nanti, sudah dilunasi oleh Dave. Perjalanan tour sekolah ke Jogja juga sudah di selesaikan oleh abangnya.

Berita ini disambut senang dan bahagia oleh beberapa teman baiknya. Mereka ikut gembira karena Ica bisa ikut dan pertama kalinya gadis ini bisa menikmati tour bersama teman-temannya.

Satu set seragam baru juga tadi sudah dibayar, sehingga minggu depan dia bisa pakai seragam barunya. Karena seragam yang dia pakai sekarang ialah seragam dari dia masih kelas X, dan sudah terlihat kusam.

Hari ini, dia akan dijemput oleh abangnya. Sebuah hari yang sangat membahagiakan baginya, karena untuk pertama kalinya dia jalan berdua dengan abangnya. Orang yang selama ini hanya dia impikan, dia harapkan datang menemui tanpa berani berpikir jika hal tersebut akan nyata terjadi.

Senyuman malu penuh bahagia pun tersungging di bibirnya, saat melihat mobil dinas baru milik abangnya, sebuah Toyota Alphard muncul dan berhenti di depan pintu sekolah. Begitu kacanya turun, senyuman Abangnya Dave terlhat dan melambaikan ke arahnya, dan segera Ica berlari kecil, naik ke mobil mewah itu, dan mencium tangan abangnya dan memeluk abangnya yang duduk di bangku sebelah

“ dari tadi?”

“ngga Bang, sekitar 10 menitan lah….”

Dave tersenyum melihat adiknya itu

“udah makan?”

Ica menggeleng malu

“ayo…..”

Mobil kemudian bertolak menuju Green Sedayu Mall.

Sepanjang jalan, Ica banyak bercerita tentang dirinya, sekolahnya, dan juga teman-temannya, dan sesekali cerita tentang adiknya. Dave sendiri memilih untuk tidak membahas tentang kedua orangtuanya, dia lebih menjaga agar pembicaraan itu tidak mengarah kesana, mereka lebih banyak cerita tentang sekolah dan teman-temannya dia.

Melihat kondisi Ica secara langsung kali ini memang Dave merasa miris melihat keadaan adiknya. Makanya itu, hari ini dia memutuskan untuk membeli sebagian besar perlengkapan untuk kedua adiknya itu.

Gaji, tunjangan serta bonus Dave jelas bukanlah uang kecil. Sebagai direksi yang gajinya dibayar dengan mata uang asing, penghasilannya bulannya ditambah tunjangan dan bonus, bisa membeli sebuah mobil tipe MVP setiap bulannya, sehingga bukan hal yang sulit baginya untuk membantu adiknya.

Dia sempat tertegun saat Ica menunjukkan foto Marlon dan dirinya lewat foto-foto fi handphonenya yang sudah retak layarnya. Jelas jauh bedanya dengan handphone Inangnya yang baru saja dibelikan Samsung Fold agar dia dengan mudah membaca kitab suci di ponselnya, atau apalagi dengan handphone Iva yang menenteng Iphone 14 pro+, yang semuanya merupakan pemberian Dave untuk orang yang dia cintai.

Rumah yang jauh dari kata sederhana, kontrakan pula, dengan perabotan yang kurang memadai, harus dihadapi oleh keluarga tirinya ini. Ini membuat hati Dave sangat miris. Bagaimana pun ini adalah adiknya dia juga. Membandingkan kondisinya sekarang, rasanya tidak tega hatinya melihat kondisi itu.

“ada berapa kamar?”

“2 bang….”

Dia ingat kondisi dia dulu, untungnya Iva tidur dengan ibunya, sehingga dia bisa punya kamar sendiri.

Wajah manis itu tersenyum ceria. Dia sangat menikmati makan siang bersama abangnya.

“nanti sebelum pulang kita mampir disini, beliin buat dirumah yah….”

“iya Bang…..”

Ica tersenyum

“pasti ade senang makan pizza…..”

Dave ingat dulu jika dia ditraktir makan lalu ada makanan yang dibungkus pulang, Iva paling senang menikmati makanan resto ketika itu, karena itu jadi menu mewah untuk dirinya dan adiknya saat itu.



*******************

Mata berbinar itu tiba-tiba jadi berlinang air mata haru.

Sebuah Galaxy A34 Lime kini ada di genggamannya. Dia tidak menyangka jika dia akan dibelikan handphone semahal ini oleh abangnya.

“makasih yah Bang…..” dia sambil menyeka airmata di sudut matanya. Rasa harunya keluar saat tangannya agak gemetar memegang handphone semahal itu. Meski dia pernah melihat handphone Olivia yang menggunakan iphone, namun handphone jenis ini untuk anak-anak di kelasnya sudah termasuk kategori mewah.

Hari ini Ica bagaikan jadi princess sehari.

3 pasang sepatu sekaligus dibelikan abangnya untuk dirinya. Belum lagi pakaian, perlengkapan gadis seperti parfum, jam tangan, hingga pakaian dalamnya, semua diborong oleh Dave untuk adiknya ini. Bahkan Marlon adiknya pun ikut dibelikan oleh Dave. Dia seperti ingin menebus kesalahannya terhadap adiknya itu.

Saat mereka makan banyak bercerita tentang hal-hal yang selama ini luput dari perhatian Dave terhadap keluarga ayahnya ini. Bahkan menurut Ica, Mangara sering menyebut nama Dave dan Iva, termasuk memuji pintarnya Dave di sekolah.

Bagi Dave, meski ini hanya sekedar pemanis kupingnya, dia memilih tersenyum dan tetap merasa bahwa ayahnya tidak lebih dari seorang pria pengecut, yang meninggalkan ibunya Berta, dan kedua anaknya, lalu hidup dengan wanita lain, tinggal bersama entah dengan ikatan suami istri resmi atau tidak, namun tetap saja tidak mampu untuk memberi kehidupan yang lebih layak untuk anak-anaknya.

Bagasi mobil belakang pun penuh dengan belanjaan Ica.

“ini buat Ica…..” Dave menyodorkan sebuah atm dengan logo bank yang paling ramai dan banyak atmnya di-mana mana

“pin nya abang sudah wa in ke Ica….”

Gadis kecil itu ternganga. Dia kaget dan bingung bahkan tangannya gemetaran saat memegang kartu tipis berwarna kemasan itu. Karena dalam hidupnya baru kali ini dia memegang kartu yang suka disebut kartu debit itu.

“nanti tiap bulan abang kirim buat jajannya Ica dan Marlon…..”

Genangan airmata haru masih menempel di mata gadis itu

“ica pakai dengan bijak yah…..”

Hanya anggukan perlahan yang terlihat

Tangan Dave lalu membelai rambut adiknya

“sekolah yang baik dan pintar…. Hanya ilmu yang ngga bisa dirampas orang…..” nasehat pendek Dave

“iya Bang…..” getaran bibirnya masih terdengar

“ada apa-apa, wa abang……”

“iya Bang….”

Ica bagaikan sulit melepas abangnya. Dia memeluk Dave dengan erat saat mobilnya Dave tiba di jalan dekat gang masuk ke rumahnya.

“makasih banyak Bang…..”

“iya…. Sana pulang yah….”

Anggukan lembut dari kepala Ica

Supirnya Dave lalu membantu Ica untuk membawa tentengannya yang banyak sekali itu. Ada tetangga yang terkesima melihat Ica turun dari mobil mewah yang jarang-jarang masuk di daerah mereka disitu.



*******************

Marlon yang sedang duduk di sofa lusuh dan sambil menonton tv, dikagetkan dengan kedatangan kakaknya, yang diantar oleh supirnya Dave. Dia ternganga melihat tentengan Ica yang sangat banyak, termasuk dua kotak pizza.

“dari mana Ka?”

Ica hanya diam

“makasih yah Pak….”

“iya Non….”

Supir Dave pun segera berlalu

“makan De….” Perintahnya ke Marlon

“wuih…. Pizza nih Ka?”

“iya…”

“dari mana?”

“udah makan aja……”

Marlon pun segera membuka kotak pizza dengan memotong tali menggunakan pisau

“dari mana nih Ka?”

Ica tersenyum

“nih buat kamu…..”

Handphone yang masih dalam kotak, meski kotaknya segelnya sudah terbuka

“buat ade?” dia suka menyebut dirinya ade

“Iya…..”

Binar bahagia seketika muncul dari wajah Marlon, yang masih duduk di bangku SD itu menerima hadiah yang menurutnya sangat mewah

“siapa yang beli Ka…?”

Ica diam sesaat

“Bang Dave…..”

Marlon kaget.

Dia diam sesaat dan termenung

“mamak marah ngga nanti?”

Ica tersenyum

“ngga lah……”

Masih bingung Marlon

“mau ngga kamu?”

Seketika senyuman muncul di wajahnya

“mau Ka……”

Dengan cepat dia mencomot pizzanya, lalu kembali duduk di sofa sambal tangan kirinya menenteng handphone barunya itu.

Ica tersenyum melihat rona bahagia diwajah adiknya. Dia lalu membereskan barang-barangnya, memasukkan ke kamarnya. Lemarinya yang sudah reot dan lusuh, membuatnya dengan hati-hati membuka pintunya, memasukkan semua pakaian yang baru dibeli Dave. Sepatunya juga diletakan diatas tempat tidurnya di ujung ranjang lusuhnya itu.

“ini kaos sama sepatu kamu De…..”

“makasih yah Ka…..”

Binar bahagia di mata Ica dan Marlon kali ini rasanya pertama kali mereka rasakan punya barang baru dan sebagus ini. Sepatu bermerek, dan bukan belinya di pasar senggol, namun keluaran sebuah toko sepatu ternama.

“mamak kemana?” Tanya Ica

“tadi ke rumah Tante Indri…..”

Marlon masih sibuk memperhatikan hapenya

“nanyain Kaka juga, kenapa belum pulang…..”

Ica terdiam. Dia bingung memang, mau memberitahukan ke ibunya, wa mamaknya tidak aktif. Lagipula dia bingung harus bilang apa saat diajak oleh Dave abangnya untuk jalan. Dia ingin cerita nanti setelah ibunya dan bapaknya Kembali ke rumah saja nanti sore.

Rumah sederhana itu bagaikan disuguhi pemandangan kontras kali ini. Ada kotak pizza, dus-dus sepatu untuk Marlon, setumpuk pakaian Ica dan Marlon yang belum sempat dibawa masuk, serta dua kantong belanjaan yang berisi makanan, roti, dan perlengkapan rumah yang sengaja Dave belikan untuk adiknya, yang bisa digunakan untuk keperluan rumah mereka.

Dan tidak lama kemudian ibunya Ica pun kembali. Wanita itu kaget melihat kondisi rumahnya dan ada beberapa hal yang baru kali ini dia lihat, tergeletak diatas meja.

“Melissa…..” suara khas teriakannya terdengar

“ya Mak….” Sahut Ica dari dalam kamar

“darimana saja kau…..” suara garangnya terdengar saat Ica muncul dari balik gorden kamar

“biasa kau jam 1 sudah di-rumah, ini sudah lewat jam 5 baru kau balik……” tatapan mata mamaknya bagaikan menusuk sembilu hati sang anak

“eh…. Tadi……”

“apa itu??” Ellen kaget melihat banyaknya barang-barang di atas meja.

Ica yang masih menggunakan rok sekolah dan baru mengganti kaos atasannya pun terdiam. Dia bingung bagaimana menjelaskannya

“dari siapa ini?” matanya kini menatap ke arah Ica yang sedang memegang ponsel yang baru, bukan ponsel tuanya yang selama ini dia pakai.

Masih diam

Marlon yang tahu sangarnya mamaknya pun hanya terdiam. Dia meletakkan hapenya diatas sofa, pizza yang tadi sudah masuk dua potong, potongan yang ketiga belum sempat dihabiskannya, masih ditangannya, dia pun terdiam melihat gelagat ibunya.

“mamak tanya dari siapa ini……??” agak membentak suara Ellen

Dia lalu memeriksa semua barang-barang yang ada diatas meja makannya yang sudah mau rubuh. Barang-barang yang dia bahkan impikan pun tidak mampu, apalagi belikan untuk anaknya, kini semua tersedia di atas meja mereka.

“siapa yang kasih?” selidiknya ke wajah anaknya yang masih terdiam di depan pintu kamarnya

“mamak nanya kamu……”

Masih diam dan menunduk

Lalu…..

“dari abang……” suaranya pelan akhirnya keluar

“abang siapa?”

Diam kembali

“siapa?” bentak Ellen kini

“Bang David……” suara Ica jadi gugup dan tegang

Betapa kaget wajah Ellen mendengarnya.

Ternyata anaknya menghilang sepulang sekolah kini dia tahu alasannya apa. Pergi dengan kakaknya yang merupakan anak dari suaminya dengan istri terdahulunya

“ kok bisa kamu pergi sama dia…..” mendelik mata Ellen mendengar itu

Ica terdiam dan hanya menundukkan wajahnya

“siapa yang suruh…..”

Ica makin tersudut dan hanya mengerutkan badannya ketakutan

“abang jemput tadi di sekolah……” jawab Ica

Amarah Ellen seketika menggelegar. Emosinya karena anaknya pergi diam-diam tanpa memberitahunya, ditambah dengan hubungan yang memang tidak baik dengan anak tirinya dan mantan istri suaminya, lalu harga dirinya sebagai ibu bagaikan diinjak injak dengan diajaknya anaknya jalan, dibelikan banyak barang dibelakangnya itu.

“kamu memang ngga tahu diri……” bentak Ellen seketika

“ampun Ma……”

Ica tahu dari dulu, ibunya ini galak dan memang temperamen. Tekanan hidup dan juga pertengkarannya dengan suami, sering anaknya jadi sasaran kemarahannya.

“bikin malu mamakmu saja kamu…..”

Cubitannya kini mulai mendera tubuh Iva

“sakit Mak…..” rintih Ica

“sakit kamu bilang…. Tadi enak-enakan kamu pergi belanja apa kamu ingat rumah???”

Ica mulai meringis kesakitan

“ingat kamu untuk lapor ke mamak kamu???”

Kini kemoceng yang sering dia gunakan membersihkan kaca kontrakannya sudah digenggaman tangannya, membuat Ica semakin bergidik.

“kamu bikin malu yah……”

Ica semakin ketakutan melihat wajah mamaknya yang berubah menjadi ganas

“ anak ngga tahu diri….”

Sabetan kemoceng pun terdengar mendera tubuh anak gadis itu

“ampun Mak…. Ica minta maaf….”

“kamu bikin malu mamakmu yah….”

“ampun Ma… abang yang ngajak….”

“mentang-mentang mamakmu orang susah… kamu pergi mau aja diajak ama orang kaya….”

Suara tangisan semakin kencang diringi oleh suara kemoceng yang mendarat ke tubuh Ica. Anak itu menundukkan badannya agar terlindung dari sabetan batang kemoceng dari mamaknya yang seperti orang kesetanan.

Marlon hanya bisa menangis melihat kakaknya dipukulin mamaknya tanpa dia bisa berbuat apa-apa.

“ampun mak……”

Ica dengan mengumpulkan kekuatannya berdiri dan berlari ke pojok kamar mamaknya

“sini kamu…..” wajah Ellen bagaikan sudah bukan wajah manusia lagi

“sini…..!!!” dia bergerak mengejar anaknya

“ampun Ma… sakit Ica Mak….” Rintih anaknya yang terpojok

Ellen tidak perduli, dia kembali menghujani anaknya dengan sabetannya. Setan dan emosi sudah menguasai otak dan badan Ellen, dia lupa akan anaknya.

Ica dengan sisa kekuatannya pun berontak, dia lalu sambil berteriak menangis, berlari ke arah pintu keluar.

“sini kamu…… anak bikin malu….”

Ellen kembali menyabetkan kemoceng ke punggung anaknya, yang segera keluar berlari dari arah pintu ke luar rumah

“Melissa……” bentak Ibunya kencang

“Kembali ngga kamu??????’

“melissa…..”

Tetangga-tetangga yang sudah tahu tabiat Ellen, hanya terdiam dan enggan mencampuri urusan keluarga Tante Batak, demikian sebutan mereka terhadap Ellen. Mereka tahu kelakuan dan kerasnya Ellen ke anaknya. Jadi mereka enggan mencampuri, karena Ellen tipikal ibu yang panasan dan suka ribut dengan tetangga.

Ica sendiri pun segera menghilang dari pandangan, dia berlari sambil menangis kesakitan. Tidak diperdulikannya semua tatapan para tetangga di kawasan sempit dan kumuh tempat mereka tinggal itu, dia hanya berlari keluar rumahnya menghindari amukan ibunya yang bagai orang kesetanan.

Sedangkan Ellen yang mulai sadar dan turun emosinya, hanya bisa terduduk lemas di sofa rumahnya. Kemoceng yang dia pegang masih ditangannya. Anaknya Marlon duduk ketakutan sambil menangis, karena baru saja dia melihat ibunya menghajar kakaknya bagaikan sedang menghajar maling.

Ellen terdiam kini.

Pikirannya campur aduk…….

Anaknya Ica kini kabur dari rumah……

Marlon ketakuan sambal menangis

Kotak pizza sempat dibuang ke lantai oleh Ellen tadi, saat dia emosi dan menghajar anaknya.

Kini dia bagai orang linglung…..

Emosinya tadi bangkit karena dia dikagetkan dengan tindakan anaknya yang menenemui abang tirinya tanpa memberitahu dia sebagai ibunya. Harga dirinya sebagai mamak, rasa malunya sebagai ibu terusik saat anaknya itu diberikan barang-barang yang dia tidak bisa belikan. Dia malu dan merasa gagal jadi ibu, namun sayangnya, emosinya yang sulit dia kontrol membuat dia jadi kesetanan dan kemudian menghajar anaknya sendiri.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd