Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta dan Pengabdian 2 Bidadari (+ Pic)

Miriplah story nya ma ane.. sama² jendes dan yahuud maennya, mungkin krna dah punya anak jadi ya duit mulu dan slalu naagih minta cepet2 di seriusin... pusiink
 
Mohon maaf sebesar - besarnya untuk suhu - suhu sempoter sekalian
Dikarena kesibukan pekerjaan di tengah pandemi Coropet ini,
Updatenya tertunda dari yang sudah ane Janjikan

Kita lanjutkan cerita Doni dan Dini di chapter selanjutnya

Part 5 – Serasa sebuah jebakan

Setelah penolakan itu, aku belum berani ngapelin dan mengujungi Dini, lebih dari 2 mingguan aku hanya telpon/chat saja, sebatas mengingatkan makan, istirahat atau hal – hal ringan lainnya. Sampai suatu hari Dini chat aku duluan

Dini : “Mas ga kangen apa sama pacarnya?”

Doni : “Ya kangen dong, boleh ga mas kesana?”

Dini : “Emang selama ini mas pernah aku tolak?Mas, aku minggu lalu dapet mas, banyak banget keluarnya”

Doni : “Yaaah, gagal dong mas?”

Dini : “Iya mas kayaknya keluar semua deh kemarin itu soalnya ampe dua box pembalut”

“Mas ga gagal kok, mas masih yang mebuat aku Bahagia”

Doni : “Malam ini mas kesana ya”

Dini : “Silahkan sayang, mau dimasakin apa mas?”

Doni : “Ayam goyeng dooongg”

Dini : “Siap tuan, booosskuu”

Jam 5 teng, aku segera membereskan meja kerja ku, mengambil kunci mobil imutku, yang dibayangkan oleh aku adalah melepas rindu dan sayang dengan Dini. Sepanjang perjalan ku putar lagu – lagu slow romatis (kalo anak sekarang bilangnya lagu senja). Menjelang keluar toll dalam kota, aku kirim WA Chat ke Dini untuk memberi tahu posisiku, tapi hingga aku parkirkan mobilku di Betamidi belum juga ada balasan. Ku coba untuk menelpon tidak diangkat, pikiranku sudah kacau saja.

Dini : “Mas aku masuk pagi sore nih.”, Chat dari dini baru masuk,

note : Pagi – Sore adalah jadwal masuk shift dimana shift pagi dilanjutkan langsung ke shift sore.

Doni : “Ya, udah dek mas ngegame diwarung kopi (nama wakrop langganan) disono ya”

Dini : “Mas, aku udah siapin makanan sih, kunci aku taruh dibawah keset, Terserah mah sih?”

Doni : “Ok dek, mas tunggu dikontrakanmu aja ya”

Dini : “Ok, Masku”

Akupun bergegas bergerak menuju kontrakan Dini, mengambil kunci dibawah kesetnya, masuk kekontrakan kemudian menyalahakan TV untuk meramaikan suasana. Sambil bermain game (saat itu COC). Sedang asik-asiknya bermain game masuk chat dari nomer yang tak ku kenal

Si X : “Mas, ada ayam goreng dari Mbak Dini ini, tapi aku ganti KFC aja ya, aku ga bisa goreng ayam :confused:?"

Doni : “Maaf ini siapa?”

Si X : “Sorry mas, ini Devita sebelah “

Segeraku chat Dini disaat bersamaan

Doni : “Dek, Devita siapa?”

Dini : “Oh ya maas maaf, devita itu adek sebelah kontrakan waktu itu”

Doni : “Kamu titip, makanan ke dia?Jangan ngerepotin lah dek”

Dini : “Iya mas, maaf. Tapi aku udah nanya ke dia ga papa kok”

Doni : “Dia beliin KFC soalnya dek!”

Dini : “Oh ya, maaf mas kalo gitu”

Ketika sedang Asik berdiskusi dengan Dini, chat Devita masuk

Devita : “Mas mau aku antar makannya atau makan disini aja?”

Doni : “Bentar dek, mas kesana aja”

Aku pun mengitip keluar dengan menyikap horden sedikit, diluar tetangga lainya tak terlihat, akupun mengendap – ngendap melangkahi pembatasan tembok pembatas pemisah 50 cm antar kamar Kontrakan Vita dan Dini.

“Masuk mas, sorry nih ayam gorengnya yang goreng kakek Sanders”Meyodorkan paket ayam goreng didalam box diatas piring untuk makan kepada ku

“Tadinya Mbak Dini nitip ayam ungkepan, tapi akunya males masaknya” imbuh Devita

“Makasih ya dek, kok jadi merepotkan nih, kamu ga makan?”

“Makan mas, aku makan frech Fries aja nih, lagi dieeet”

Sambil makan kami pun saling tanya dan “mengintrogasi”.

“Panggil aja Vita, Mas” umurnya baru 22 tahun selisih 3 tahun dariku dan Dini,

c2b41c1348136215.jpg


asli Jawa tengah, baru bekerja dengan pekerjaan pertamanya sebagai sebagai Customer Service di salah satu bank swasta di Jakarta dan sebelumnya berkuliah di Semarang, di Kampus Seorang Pangerang jurusan Ekonomi. Sebagai gambaran Vita rambutnya lurus medium short hair sebatas leher, dengan ujung ia pirangkan diujungnya, sebenarnya kesehariaan Vita memakai jilbab, baik bekerja atau hanya ingin keluar Kontrakan, tapi menurutku jilbabnya sebatas formalitas saja, buktinya saat bertemu aku untuk pertama kalinya dia tidak berusaha menutupi rambutnya. Karakternya layaknya wanita modern dengan statu Pendidikan sarjana, senang beropini, berbeda pendapat, ekspresif atau gampangnya lebih bawel dari pada Dini.

“Mas udah lama ya pacaran ma Mbak Dini?”

“Lumayan udah 1,5 tahunan kalo dinget dek, napa nih nanya gitu?”

“Enak banget ya mbak Dini punya pacar Mas Doni, udah mapan, dewasa, ganteng sih ga!!! biasa aja, ha…ha…haa” Vita mulai pembicaraan lebih dalam

“Lah kamu sendiri ga cari pacar di Jakarta?”

“Loh kok bahas aku? Aku kan introgasi mas duluan!” muka ngambek “Mbak Dini hampir tiap hari dijemput kerja, di “apelin” mulu, dibawain oleh – oleh lagi”

“Loh kok kamu tahu? Banyak nguping tetangga nih”

“Ga lah…1. Mbak sering bagiin makan yang mas bawa, terus 2. Mbak Dini itu sering cerita kalian sering jalan kemana gitu”

“Ooo kirain kamu nguping/ngintipin kami”

“ga juga kadang – kadang, hi..hii.hiii” tertawa kecil sambil menutup mulut, “Ga punya kembaran atau sodara yang sama kayak mas gitu”

Sesaat sedang bercanda dengan Devita, Dini mengirim Chat

Dini : “Mas udah makannya? Pacarnya mau juga dong di godain”

Langsung ku lihatin screen HP ku untuk memperlihatkan isi Chat dari Dini ke Devita, sigap Devita teriak

“Udah mbak, ini mas Doni lagi disini”

“Iya dek, kedengaran dari luar” Dini membuka pintu kontrakan Devita, tersenyum dan menyapa kami

“Ayo sini makan bareng dek” ajak ku, Dini pun memasang posis duduk, tetapi tidak disebelah ku, kali ini dia duduk disebelah Devita.

“Gimana dek, ganteng ga Mas Doni?”Tanya Dini ke Vita

“8 dari skala 10 mbak” sambil ngacungin jembol “tapi kalo perhatian 10 deh”

“Idih ngapain nih kalian?”Tanya ku “Ini mas udah selesai, ayok dek geser kesebelah”

“Udah dulu ya Dek Vita, Mbak sama Mas mau yang - yangan dulu” Dini tersenyum sumringah

“uuuhhhh…aku ditinggal nih” menopangkan kedua tangannya didagu “sudah sono – sono, buat dedek lagi!”

“Bye – bye dek, besok mbak bantu nyuci piringnya, ya” canda Dini ke Vita

“Sono – son” mendorong kami keluar dan menutup pintu, kami pun bergeser ke kontrakan Dini. Malam itu kami laksanakan tugas di bumi dua pasang insan manusia untuk meneruskan keturunan Mahluk yang katanya paling sempurna di bumi.

“Yaang, udah lama nih” Dini memulai pembicaraan , “Mandi dulu ya”

“Ga usah sih yang” langsung ku dorong Dini rebah di Kasur, ku lucuti baju pabriknya setelah itu aku plorotkan celana Jeansnya sampai lepas, ku hirup wangi keringat wanitaku ini, aromanya memacu hormone fenomon ku untuk mengenali pasangaku.

Ku jilati perut Dini layaknya kucing menjilati ikan sebelum memangsa ikan yang tersaji diatas meja. Tapi ikan itu sudah mati, begitu yang kurasakan , Dini terasa hampa, responnya tak seaktif saat sebelum penolakan itu. Tapi apalahlah itu Nafsuku udah diubun – ubun, saripatiku sudah memenuhi kantung sperma ku.

Lidakku menjalar ke rambut kemaluan Dini, sampai dibagian atas bibir vaginanya. Ku cari klitorisnya, kujilati berulang kali tapi respon Dini hanya “Ehhmmm…eehmmm….emmm”, terus aku percepat jilatanku ke Dini, tapi desahaannya tak selepas waktu itu.

“Dek gentian ya”

“Iya mas” Dini pun mendorongku kebelakang aku terlentang, dia pegang penisku, dijilatnya batang kemaluanku, beberapa kali, kemudian Dini memasukan penisku ke dalam rongga mulutnya, mulai ia kocok Penisku dengan Mulutnya, sesekali Dini meliriku untuk melihat respon dan reaksiku ketika ia kulum penisku.

“Mas, masukin ya?” tanya Dini, ia segera memposisikan diri untuk di Doggy, bukan Women on the top seperti yang aku kira, karena aku tahu posisi ini yang paling dia nikmati adalah ketika dia diatas. Aku segera membahasi kepala Kemaluanku dengan air liurku agar lebih mudah penetrasi ke lubang segama Dini.

“Dek, Mas masukin ya” izinku

“Iya mas, aku padamu” Dini membenamkan kepala dibantal

“Aaahh….” Batang kemaluanku masuk ke rongga kenimatan Dini, aku hentikan sejenak, menikmati momen kangen ini

“Mas genjot dooongg” rengek Dini, ku sodok – sodok pantatnya dengan irama cepat, entah apa yang aku pikirkan malam itu rasanya hanya ingin puas sendiri, hanya ingin menikmati sendiri.

“Ahhhh…mas,pelan – pelan mas.” Semakin Dini merengek aku semakin emosi

“Pelan …pelan yang!” makin ku sodok pantatnya dengan lebih cepat

“Deeekk, maas keluar dekkk”

“Keluarin mas, keluarin, adek kangen maaaasss” minta Dini sedikit mengeden dan berusaha menyempitkan lubang seggamanya.

“AAAAHHH….eeehhh…..”sperma itu keluar juga kepangkuan Rahim dini

“Makasih ya mas” Jawabn itu masih saja terucap dari mulut mungil Dini

Aku terhempas roboh tertidur disebelah Dini yang tertidur terlungkup. Dini membalik tubuhnya sama – sama terlentang dan kami pun sejenak terdiam memandangi langit – langit kamar.

“Mas, apa aku masih mungkin punya anak?”

“Kamu kok bilang gitu?” memandang wajahnya

“kita kemaren lebih 10 kali berhubungan dalam sehari dan itu saat aku subur – suburnya, masak ga ada yang jadi”

“Belum rezekinya paling dek”memutar pikiran untuk menyusun kata “atau bisa jadi mas yang gagal dek?”

“Mana mungkin mas, kalo adek udah ada buktinya adek dicerai karena..”

Langsung ku serang bibirnya dengan bibirku, ku lumat sejenak

“adek mau hamil? Jangan mas aja yang keluar dong, kamu juga keluarkan, agar cairan kita menyatu di rahimu, tugas kita itu mencoba dek, hasilnya kita serahkan ke Tuhan”

Matanya mulai berkaca-kaca, ku rangsang dia kembali untuk memulai ronde ke-2, di ronde kedua Dini kembali mengimbangi ritme permainan ku, bisa ku dengar kembali teriakan pelampiasan emosinya. Dan ronde kedua ini dimenangi oleh Dini 2 :1.

Selang 2 hari setelah malam itu, kembali aku “ngapelin” dini, dan lagi – lagi dia ada alasan untuk tidak dikontrakan.

“Mas aku lagi nemenin temen di tanah merah, cari pakaian untuk nikahannya bulan depan”

“Ya udah mas balik ya”

“iihh kok gitu mas, tungguin sih, aku udah selesai tinggal jalan pulang ke stasiun”

“Ok, mas tunggu ya”

“Iya mas, tunggu di tempat vita aja”

“Ok dek”

Akupun beranjak menuju ke kontrakan Vita, ku ketuk pintu kontrakannya

“Took…took…took”

“Masuk aja sih mas, kayak orang lain aja”

Aku membuka pintu sambil berujar “Ya sapa tahu yang didalem lagi bugil kan gat ahu”. Kulihat Vita hari ini bergitu segar dengan celana boxer sepak bola arsenal, dan T-shirt putih begambarkan unicorn pink. Tinggi Vita sekitar 163 cm dengan berat sekitar 55 Kg, ukuran payu dara 34B, kulitnya lebih putih dan bersih disbanding Dini, dengan kaki yang jenjang dan lengkuk pinggul yang lebih cocok untuk mejadi pasangan jalan.

“Iiih ngarep banget” Menjulurkan lidahnya “iya tadi pagi mbak Dini udah titip pesan dan titip masnya”

“bisa gitu ya, gw dititip – titipin, Dini ga takut apa aku jatuh hati ma kamu?”

“ooohhh, tidak bisa mas ga menghargai mbak Dini kalo gitu”

“Ya udah nih aku bawain kopi ma sandwich, makan bareng aja kita”

“Asiik makasih ya mas” langsung menyambar kopi dan sandwich yang ku bawa “Tapi…ini kan buat mbak Dini kok jadi aku yang makan?”

“Iya nanti dibilangin” Kami pun menyantap cemilan itu, dan melanjutkan pembicaraan kami

“Mas, kalian lagi ada masalah kah?”

“Napa nanya gitu?”

“Ga sih, habis akhir – akhir ini mbak Dini pulang telat mulu, terus dia ga pernah cerita lagi”

“Biasalah lah dek masalah rumah tangga, hahahaha” aku tertawa

“iihh ditanya serius jawabnya bercanda mulu, mas juga udah jarang banget ngapelin mbak Dini sekarang”

“Wahhh, bener nih bocah. Sering nguping ya” otakku mulai liar “kamu ngupingin apa aja dek?”

“Nguping sih ga pernah, tapi kalo kalian lagi yang – yangan ampe berisik gitu”

“Waduh kamu sampe ke gangu ya? Maaf ya kalo gangu, jomblo sih!”

“Ga gangu sih biasa aja namanya juga pacaran mas, ada caranya masing untuk melepas kangen” menaik – naikan alisnya “mana sodaranya?”

“Udah sama mas aja”

“Ga ah mas bercanda”

“Mas serius mas, suka kamu dek, kamu cantik dan modern”

“Parah nih mas doni, jadi Mbak Dini jelek dan jadul dong” jawab Dini (gambaran wanita smart yang tak gampang di SSI)

“Serius nih dek.” sambil ku pegang tangan kanannya dengan kedua tanganku

“Mas sebenarnya aku ga tahu tetang perasaan yang aku rasakan, tapi aku kagum sama kamu dan ingin memiliki laki – laki pengertian dan tanggung jawab sepertimu”

“Dek, cukup kita yang tahu perasaan ini” ku dekatkan tubuhku agar wajahku sejarum dengan wajah Vita

“Mas, jangan sakiti mbak Dini” Vita memberi respon dengan menyentukan bibirnya ke bibirku, kami bergumul dan beradu cinta dengan kecupan bibir, aku buka rongga mulutku Vita pun begitu, lidah kami bersentuhan untuk pertama kali. Nafasku memburu saling bekejar – kejaran dengan nafas Vita. Tangan Vita dirangkulkan dibadanku, aku memajukan tubuhku agar dia bisa memelukku sempurna dan akupun memeluknya. Kami terdiam sejenak. Bibir kami senjenak terhenti dimomen itu chat dari Dini masuk. Kami saling menjauh dan memeriksa WA masing – masing dan aku dapati

“Mas, aku ihklas kamu sama Vita, sayangi dia layaknya mas menyayangiku” tak ku gubis chat itu, tanpa ku duga Vita juga mendapat chat yang sama dengan yang ku terima dari Dini

“Dek Vita, aku ikhlas kalo mas Doni harus mencintai kamu, sayangi dia seperti Mbak sayang sama kamu ya cinta”

“Aku sayang kalian” tutup chat dari Dini

Tapi ada chat tambahan untuku

“AKU IKHLAS SAMA DEVITA BUKAN YANG LAIN.”

Aku lihatkan isi chatku ke Vita, dan vita pun memperlihatkan isi chatnya sampai momen ini aku merasa dejavu dengan kejadian 2 hari yang lalu.

“Mas, maafkan aku ya” Vita memulai menjawab dengan gemetar

“Kamu ga salah dek, tapi cinta yang membuat kita begini.” Kupeluk dia untuk menenagkannya

“Mas aku sayang kamu, aku juga sayang mbak Dini” dalam pelukan Vita menjawab

“Mas sayang kalian berdua”Jawabku menenangkan perasaannya, kemudian ku lumat kembali bibirnya. Kupacu Nafsu Vita, kujilati bagian leher dibawah telinganya, tangan kananku mulai merapa ke payudaranya.

“Mas cukup kita yang tahu hal ini”, Vita membuka T-shirtnya, ku cupang leher dan bagian dada atasnya

“Ehhhmmm…., mas aku sayang kamu” Vita terpacu dan lepas kendali, dilumatnya bibirku, lidahnya mulai liar menjilati leherku, dibukanya kemeja dengan kasar

“Mas buka juga!” rengek-nya, aku pun berdiri membuka Kemeja dan pakaian dalam, serta celana kerja bahanku.

“Disini dek?”

“Angkat dong”, langsung ku angkat Vita menuju kamarnya, kamarnya penuh dengan pernak Pernik, banyak tempelan – tempelan kartun kecil di dindingnya, Garfield dan Smuft. ada beberapa buku bacaan dan meja kerja kecil disudut kamarnya, ada meja rias (barang ini taka da di kamarnya Dini) dan lemari kayu 3 pintu, ukuran kasunya hanya single bad, lampu kamarnya bersiluet bintang – bintang dan berwarnakan biru. Kamarnya lebih wangi dari kamar Dini itu kesan pertama memasuki kamar Vita.

“Berat juga kamu cinta”

“Masak, ga seberat sayangku mas sama sampean” Langsung ku kecup lagi Vita, tanganku menjalar ke Payudaranya ku buka BH putih itu, putingnya lebih merah muda dibanding Dini, ku kecup dan ku kenyot payudara Vita.

“Mas….geli banget maaasss, Aaahhh….aaahhh”ku siapakan diriku, sambil melumat payudara Vita, tanganku melepas celana dan CDku, sehingga penisku sudah siap menjelajah. Setelah celanaku terlepas, tanganku kembali melajutkan tugasnya. Kutarus telapak tanganku divaginannya, Vita langsung menolaknya

“Mas aku belum siap!” mendorongku “Ini pertama untukku”

Aku tenangkan dirinya, Tarik nafas Panjang “Huuu….uffft”

“Adek belum siap sekarang ga papa dek”

“Kalo Mas sama Mbak Dini nanti aku ditinggali, aku ga mau jadi yang kedua”

Dengan sedikit meninggi “KAMU YANG PERTAMA DAN DINI KEDUA”

“Mas aku sayang kamu”, aku jawab “Aku juga sayang kamu dek, biarlah hubungan ini hanya kita yang tahu, kita atur nanti dan jangan mengecewakan Dini”

Kami saling berpangutan kembali, tanganku kuberanikan menjamah vagina Vita dari celana boxnya, ku elus elus

“Mas….masss” tangan memegang tangan kananku yang sedang mengelus vaginannya, aku masukan tanganku ke celana dalamnya, sudah sangat banjir

“Buka ya yang” aku ingin Vita yang membuka Celana dan CDnya berbarengan, wangi vaginanya beda sekali sama wangi Vagina Dini, wangi daun sirih tanda dia sangat merawat bagian intimnya, rambut kemaluannya ia cukur rapi satu ukuran dan bentuk khas vagina perawan belum bergelambir dan berwarna merah jambu. Sekarang Vita sudah bertelanjang bulat dan terletang didepanku,

“Mas kamu yang pertama untukku, jangan jadikan aku yang kedua.” Hanya itu pesan Vita sebelum ku eksekusi,

Batang kemaluanku ku pegang, kuarahkan batang Penisku ke bibir Vagina Vita, ku gesek – geseka pelahan, sengaja tak kujilati vagina itu atau aku colok dengan jariku sebagai pemanasan, karena yang ku ingin Peniskulah yang memperawani Vagina itu. Ku gesek – gesek terus, sampai cairan pelumas Vita keluar membasahi bibir Vaginanya.

“Dek, izinkan mas menyatu dalam dirimu”

“eheemmm mas”, ku masukan kepala penisku sebagaian, ku keluarkan kembali, kuulangi 3 kali kegiatan ini, dan

“Dek, MAS SAYANG KAMU, Ahhh” ku hentakan penisku dan “creet” selabut itu kurobek,darah perawan itu keluar tak banyak tapi warnanya tak segelap luka ditangan. Vita hanya mengigit bibir menahan sakit, tangannya kebelakang mencengram bantal.

“Maaafin mas dek, Sakit ya?” tanyaku kembali, dimomen ini aku berhenti sejenak

“Mas adek sayang mas” jawab Vita singkat sambil memeluk ku urat

Akupun melakukan tugasku sebagai seorang laki – laki kegenjot pantatku, ku hentak – hentakan pinggulku

“Aaaahh….Ahhh….masss, enaaakk” Vita memang lebih ekspresif dari pada Dini, desahannya lebih natural

“Eeehhmmm….iiiihhh sakit mas”

“Sakit dek?” ku angkat badanku sehingga aku bertumpu dengan kedua tanganku

“He.ee” jawab Vita dengan muka manja dan Mesum sekali

Ku angkat kedua pahanya ku letakankan diPundaku, sehingga sekarang bongkahan Vaginannya lebih menojol dan menjepit batang penisku, ku kenjot dengan tempo sangat lambat sekali.

“iiiihh masss….aku ga kuaat, aku mau keluar” didorongnya pahanya, sehingga jatuh dikasur , kemudian ia peluk pungguku dengan erat sekali, dihentak – hentakan pantatnya agar batang penisku bisa menyentuh bagian mulut rahimnya, dan

“MAAASSS,AAAAKUU…KELUAAAR” Vita Mengejang “Ahhhhh”

Aku berdiam diri sejenak, kemudia menikmati remasan, remasan rongga vagina Vita, kudiamkan sepesekian detik, kemudian ku kejot lagi

“Ahhhh, enak banget kamu genjot gini mas”

“Dek ganti gaya ya, muter dong”perintahku

Vita paham yang aku maksud adalah doggy, aku yakin pengalamn bercintanya baru denganku tapi refrensi ilmu seksologinya sudah banyak. Sekarang didepanku terpampang pantan bulat, putih besih dan indah milih Vita, ku pandangi sejenak.
a3b9521348136217.jpg

“Ayo dong mas, lagi”

Aku coba arahkan batang Penisku kembali ke Vagina Vita, selalu meleset, dan susah dimasukan karena baru ku perawani. Dengan memiringkan kepala melihat kebelakang kearahku, Vita memegang batang penisku, diarahkannya masuk ke lubang seggamannya

“Ahhh…masuk” ucap Vita lega

“Aaaahh…aaahhh….sempit benget cinta” diposisi ini vagina vita lebih terasa sempit dan mentok dikepala penisku. Ku pegang pinggulnya, ku dorong bokongku

“Plok…plok….plok” bunyi vaginanya beradu dengan penisku, dia becek sekali saat ini. Sekitar 3 menitan mengecotnya dari belakang ku rasa anak – anakku akan bermain keluar. Ku percepat genjotanku

“Mas, cepetin mas….Ahhh, Ahhhh” pekik lirih Vita “Cepeeetiinn lagiiii”

Aku semakin bersemangat mendorong penisku

“Crruuut…..cruuutt….curuttt” Pantat vita mengejang, vaginanya meremas batang penisku dengan kedutan lebih keras dari sbelumnya

“Akuuu keluuuarr duluan mas”

“Mas juga dek” sebenarnya belum maksimalku nikmati klimak ini mungkin baru 70% tapi aku masih waras dan sadar untuk tidak menumpahkan anak – anakku dirahim Vita.

Kucabut batang penisku, ku kocok kencang dan “Ahhhh….ahhh….keluar dek” lutut yang kugunakan untuk bertumpu bergetar cairan itu ku tembakan dibelahan pantat Vita diantara anus dan vaginannya “Crooot…..crooott…crooooott” 5 kali ku rasakan cairan itu ku tembakan.
04fe1c1348136218.jpg

“Iiiihhh, mas keluar ga bilang – Bilang, dibersihin mas”

Kuraih handuk kecil dikursi kerja vita, kulap bokong indahnya dari spermaku, kemudian ku pukul pantannya “Ploook”

“ihhh, ntar aku minta lagi looh”

“Ih jangan dong, nanti ada yang marah cinta”

Kami pun tiduran sambil berpelukan diantara pelukan itu Vita mengajakku ngobrol

“Mas, hubungan ini hanya kita yang tahu kan”

“Iya mas janji, kamu juga jangan cerita – cerita ma Dini ya”

“Ga lah, mas juga jangan cerita – cerita ma Mbak dini dan janji jangan mutusin dia ya”

“Iya cintaku” aku kecup keningnya

“Tapi kamu harus jadiin aku yang pertama”

“Nah itu yang pusing” Jawabku

“Ya tugas kepala rumah tangga itu yang memikirkan” tambah Vita

Sedang asik – asiknya istirahat dan berpelukan HPku bergetar tanda ada chat masuk, ku lihat Dini

Dini : “Mas masih mau disebelah atau pindah ke sini”

Doni : “ok dek mas , OTW ke kontrakanmu ya, nih mau jalan dari Kepala Taring Gajah”

Aku berusaha berbohong dan menutupi kesalahanku

Dini : “Ok aku tunggu ya”

Vita mengintip chat ku dengan Dini

“TUh udah ditungguin istri tuanya, pih” vita mencubit perutku “cepetan mas berberes”

“Ciee cemburu niieeehh” balasku

“Ga lah kalo sama mbak Dini, akukan sayang dia juga”

“Masaaak”

“Boooooddoohhh, sama mbak Dini doang ya! Kalo sama yang lain inimu tak potong mas” sambil meremas buah zakarku

“Sono bersih – bersih dulu” tambah Vita

Setelah bersih, merapikan diri dan menarik nafas Panjang aku siapkan semua keberanianku untuk menemui Dini,

“Dek mas kesebelah dulu ya”

“Iya mas” Aku kecup pipi kiri Vita, dan vita membalas dengan menciup tanganku

“Ploook” balik vita memukul bokongku

“Awas ya kamu” tantangku

Penasaran kan setelah ada Vita, gimana hubungan Dini dan Doni?
Ditunggu lanjutannya suhu -suhu semproter sekalian
Jangan lupa masukannya/like/komen biar ane tambah semangat bercerita pengalaman ane ini
Gambar hanya mulustrasi semata jika ada kemiripan mohon maaf dan bisa PM ane
 
Dini sering pulang telat apa karena ingin Doni juga mencintai Vita? Atau dini ada gebetan lain? Mbuh lah mumet. Apa yg buat cerita aja
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd