Part 12
Hari ini, hari libur setelah UAS (Ujian akhir semester). Dan ray akan memasuki semester 3. Sedikit kebanggaan buat ray karena uang hasil manggung di café, akhirnya di gunakan buat bayar semester depan.
Tak banyak memang hanya bisa untuk satu semester saja, tapi cukup puas untuk itu. Di tambah 2 semester lagi kak rani akan lulus. Sedikit beban ekonominya akan lebih ringan, itu pun kalau kak rani tidak menambah semester.
Kembali terdengar notif di ponsel ray, ia mengintip sedikit karena tak mau melihat chat dari edo atau shanty, karena memamerkan nilai semesternya. Dan ray sendiri belum melihat hasilnya.
"cia?" dengan sigap ray langsung membuka chatnya. Ternyata tak jauh dengan edo dan ray, cia mengirim hasil nilai semester yang serentak keluar hari ini.
"silaauuuuu" terkirim dan terbaca. Melihat hasil semester cia kebanyakan nilai A.
"hahahahaha ketauan!!!, giliran gue yang chat gak di bales, giliran cia yang chat di bales, keatauann!!" terbaca, ray terdiam sejenak membaca chat dari cia.
"sory ray, tadi shanty yang balas bukan aku hehe" terbaca.
"oh ia, gimana hasilnya?" terbaca, chat yang berderet membuat ray memilih membahas nilai semester ini walau tak berniat membahasnya. Dan ragu membalasnya
Dengan terpaksa ray pun membuka dan mengirim hasil semesternya. Tak terlalu buruk walau hanya 2 huruf A di nilainya. Dan untungnya cia tak mengomentari hasil semesternya.
"brrrr,, brrrr" bunyi ponsel panggilan masuk dari edo,
"eh ray nanti malam lo ada acara gak?"
"gak ada, paling ke warung, ada apaan?"
"gue, shanty, mau ajak makan malam gimana?"
"traktiran jadian lo berdua?" ledek ray,
"bukan pea, seriusan gue. Mau gak?" ray hanya terdiam sejenak, karena merasa curiga edo dan shanty jadian.
"cia ikut loh, gue jamin gue bilang kayak gini lo gak bakal nolak" lanjut edo sambil tertawa.
"dimana?"
"nah kan, udah gue dugaaaa!"
"lo tunggu di warung aja, nanti kita jemput."
"jam?"
"malem, jam 7an teng" edo langsung menutup teleponnya tanpa basa basi lagi. Ray hanya tertawa melihat kelakuan edo.
***
Jam belum menunjukan 7 malam, ia duduk sambil mengeringkan piring-piring yang baru saja di cuci, di tambah belum ada pelanggan malam ini.
Suara mobil terdengar terparkir di sampingnya. edo, shanty masuk, dan di susul cia. Lambaian tangan ray menyapa mereka bertiga.
"mau kemana emang?" ray melirik kearah edo, shanty, cia. Yang hanya memakai celana pendek, sandal jepit. Dan kaos seperti tak terlihat ingin pergi ke suatu tempat. Matanya kembali melirik cia yang menguncir rambutnya seperti saat membeli pohon jambu.
"kesini, kata cia disini makanan enak??" jawab edo datar sambil menoleh karah shanty dan cia.
"tenang ray, shanty yang traktir!" lanjut sambil cengengesan tak lama edo langsung terdiam saat shanty menatapnya tajam.
"makin parah lo berdua, kenapa gak jadian aja sih?' celetuk ray tertawa sambil memberikan nota kosong.
"ray!" ucap mereka berdua besamaan.
"betul tuh, jadian ajaa" sambung cia sambil tertawa kecil..
"ciaaaaa, kita disini mau makan, jangan ledekin oke!," ray hanya bisa tersenyum melihat mereka berdebat seperti itu, rasanya sangat menyenangkan melihat edo dan shanty saling berdebat.
Ray pun menyarankan makanan
Chinese food, karena menurutnya makanan itu yang paling enak daripada menu lainnya. mereka pun menyetujui saran dari ray.
Hidangan pertama pun muncul, cah kangung yang masih di sajikan dengan wajan yang mendidih. Bau harumnya membuat siapa pun yang lapar ingin langsung makan.
Di lanjut ikan gurame asam manis, dengan potongan nanas di sausnya, dan di lanjut lagi
fu yung hai, dan sapi lada hitam".
"silahkan makan" senyum mama selesai mengantar dan sesekali mengelus kepala ray yang sedang melahap kangung. Cia terlihat tertawa kecil melihat perlakuan mama nya terhadap ray.
Shanty tak bersuara saat makan, karena setiap mulutnya kosong langsung di isi lagi, edo sedikit melirik kearah shanty sambil tersenyum, seolah terpukau melihat shanty saat makan
Walau shanty berkali-kali menunjuk sifat yang tak suka dengan edo, tetapi edo tak menyerah untuk lebih dekat dengan shanty.sedikit rasa iri terhadap edo karena ia tak bisa se
gentle edo terang-terangan ia menyukai shanty
"uahhhh, enakkkkkk" gumam shanty selesai makan.
"gak nyangka, makanan mama papa lo enak banget ray, kalah ini masakan restoran!"
"gue kasih empat jempol dah!" lanjutnya menunjukan dua jempolnya ke depan ray.
"tapi kok sepi yah, seharusnya udah banyak tau makanan enak disini??" shanty menoleh kearah ray yang terdiam,
"bentar gue minjem edo" ray menarik tangan edo keluar dari warung menuju tempat agak sepi. Bukan untuk mojok tetapi membicarakan hal penting.
"lo gak bilang ke shanty atau cia kan, masalah ekonomi keluarga gue?" tanya ray dengan tatapan serius.
"gue gak bilang kok ray, sumpah"
"kita kesini ide cia, semua dari cia, ray. bukan dari gue lohh" Ray langsung terdiam mendengar acara makan semua dari cia.
"jadi soal rahasia lo aman kok," edo menepuk bahu ray yang masih terdiam, langsung pergi kembali masing ke dalam warung.
Terlihat shanty dan cia berbicara dengan mama dan papa saat mememasak, entah ia berbincang apa. Yang jelas sangat seru sampai tertawa. Dan sampai mereka pun pamit, tetapi tak dengan cia.
"kenapa gak ikut?" tanya ray sedikit penasaran.
"edo sama shanty mau pergi lagi, mau ngedate kali, hahaha" jawabnya
"mungkin mereka mulai deket, tapi belum mau kasih tau" cia hanya mengangkat bahunya.
"ini, ray ada pesanan" mama memberikan satu bungkus makanan.
"kemana ma?"
"baca aja" ucap mama melirik cia yang di sampingnya dan langsung melangkah pergi. ray langsung menoleh ke arah cia karena pesanan itu ke rumahnya.
"antar sana, sekalian antar aku juga ya. hahaa" tawanya menutup mulutnya.
"ayo dah"
Ray langsung mengayun sepedanya pelan membelah jalanan perumahan, " makanan buat siapa?" tanya ray membuka pembicaraan.
"buat bibi, soalnya kalau buat papa sama mama, keburu dingin" jawabnya memegang erat pundak ray.
"ouh" ray tau bibi yang di maksud cia adalah asisten rumah tangga di keluarganya. Dan juga beberapa kali mengambil makanan saat ray mengirim ke rumahnya.
"ray kata mama kamu sering ke pasar ya ?" tanyanya sambil menolehkan kepala di samping ray.
"eh?, itu kadang-kadang paling beli bumbu aja" ray sedikit gugup saat kepala mereka berdua hampir berhadapan saat menoleh ke samping.
"Ouhh, kapan-kapan ajak aku dong, boleh.??,
"emang kamu mau? Disana kan bau, becek "dada ray sedikit berdebar mendengar ucapan cia.
"terus kenapa? Gak boleh aku kesana gitu kalau bau, becek?" tanya dengan anda protes ucapan ray.
"bu bukan gitu, takutnya kamu gak suka tempat kayak gitu"
"terus mau gak ajak aku kapan-kapan?"
"boleh kok, nanti aku kabarin kalau ke pasar"
"okeee, sippppp.. " di tepuknya pundak ray keras saat sepeda tepat berhenti di depan rumahnya.
"thanks yaa, byee" cia langsung berlari kecil setelah memberi lambaiannya.
Tapi apa mungkin walau ia sudah berusaha keras terhadap cia. Ray akan mendapatkan cia?, Sepertinya tak mungkin, orang buta juga mungkin tau yang cia pilih yang mana.
Dan mungkin hal yang bisa di lakukan kali ini hanya menjadi bayangan saja. Dengan begitu cukup rasanya berada di dekatnya..
***
Saat yang di tunggu pun tiba, ray menempati janjinya untuk mengajak cia ke pasar pagi, setelah mencari alasan ke papa untuk ray berbelanja bumbu.
Ray dengan sepedanya dan juga jaket tebal sudah menunggu di depan rumah cia karena masih jam 5.30 pagi, tak lama cia pun keluar bersama bibi nya yang membawakannya jaket.
"bi, aku pergi dulu, bilangin papa mama ya" lambaian tangannya.
"yuk, ray berangkat" cia langsung naik dan berpegangan erat.
Udara pagi masih sangat terasa dingin, membuat ray tak banyak bicara karena bibirnya bergetar kedinginan.
"masih jauh ray?" tanya cia dengan sedikit mengigil.
"bentar lagi, tuh di depan" tunjuk ray saat beberapa mobil keluar masuk dari pasar.
"yuk turun" ray pakir sepedanya bersandar dekat tembok, karena bakal repot ia parker berjejer dengan mobil dan motor.
Cia terdiam sambil melirik sekitar pasar, mulai dari bongkar buat bermacam jenis sayuran dan buahan yang baru saja datang,
"uhhh apaan tuh" tunjuk cia saat beberapa orang memanggul daging
"ohh daging sapi, itu pahanya" tunjuk ray.
"ouhh, aku kira daging sapinya udah di potong gitu"
"baru pertama kali ke pasar?"
"iah, hehe, aku gak pernah ke pasar, paling bibi yang pergi hehe" tawanya sambil mengusap-usap lengannya.
"ya udah masuk yuk, awas kaki kamu basah." Anggukan cia mengikuti ray masuk ke pasar, dan tangannya memegang jaket ray seolah takut ketinggalan jejak.
"nanasnya banyak banget" gumam cia sambil menunjuk pedangang buah yang baru saja bongkar nanas. Tak hanya nanas, papaya, semangka dan buah-buahan umum lainnya.
"tante, biasa bahan bumbu buat mama" ucap ray ke langganan mama dan papanya saat berbelanja disini,
"porsi besar apa kecil ray?" tanyanya ramah, karena sudah mengenali dirinya setelah beberapa kali bersama kak rani.
"kecil aja, tante, belum rame hehe" senyumnya sesekali melihat cia yang melihat orang lalu lalang membawa kantong plastic kecil sampai bawa karung penuh sayuran di pundaknya.
"makasih tante,"
"yuk, udah selesai" ajak ray.
"ha udah? Kok cepet?"
"belanja bumbu aja, bahan makanan lainnya masih ada kok"
"ouhh," anggukannya mengikuti ray dan memegang jaketnya lagi.
"kamu mau lihat macem-macem ikan gak ?" tanya ray menghentikan langkahnya.
"boleh" anggukan pelannya,
"tuh di depan, kamu liat aja" tunjuk ray ke kios yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Cia tanpa ragu melihat ikan yang terbaring di atas es batu.
"kata kak rani, ikan yang masih seger itu matanya masih merah, kayak gitu, terus insang nya masih kemerahan" jelasnya sambil menunjukan ikan bandeng yang cukup besar.
"ray itu kepiting kan?" tanyanya memelan suaranya menunjuk ke arah kepiting yang berjejer sambil terikat.
"ini?" ray langsung menunjukan kepiting cukup besar ke wajahnya.
"AHH RAYYY!" jeritnya cia keras sambil melangkah mundur, membuat beberapa pasang mata langsung menuju ke arah cia dan dirinya.
"kamu gpp?" tanya ray melihat mata cia kemerahan seolah ketakutan,
"takuttt " jawabnya sambil terisak, ray tak tahu cia takut dengan kepiting dan kedua tangannya langsung bergetar hebat.
"ya udah yuk, istirahat dulu" ajak ray menuju keluar pasar sambil menuntun cia perlahan, dan memilih tempat makan bubur kacang ijo yang berada di depan pasar.
"sorry cia, aku gak tau kamu takut kepiting" ucap ray langsung menyeka air mata cia yang keluar, karena tangannya masih bergetar. cia masih terdiam berusaha menenangkan dirinya.
"bu, bubur kacang ijo nya dua" pesan ray, saat tangan cia sudah mulai tak bergetar seperti tadi, dan ia bisa menyeka matanya dengan
tissue.
"nih makan dulu, biar lebih tenangan" anggukannya kecil langsung menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya.
"aku phobia sama kepiting, jadinya aku ketakutan kayak gitu" ucap cia saat ray terdiam, dan merasa sangat bersalah sampai membuat dirinya seperti itu.
"maaf, aku gak tau" helaan nafas panjang ray,
"iah gpp kok, dulu hidung aku di capit sama kepiting di kolam rumah sakit, dan aku lihat mata tuh kepiting serem banget.!! " lanjutnya sambil mengelus pundaknya seolah tak mau membayangkan kembali.
"setelah itu, aku malah jadi phobia sama kepiting. Payah banget ya" tawanya kembali memasukan bubur ke mulutnya.
"awas kamu tunjukin kepiting di wajah aku lagi, aku tinju kamu" gerutunya sambil mengacungkan sendok ke wajah ray.
"iah, gak akan lagi, nanti aku suruh kepitingnya minta maaf ke kamu langsung aja"
"gak mau!!!, kamu rebus aja!" tawanya mengerutkan dahinya.
Ray sedikit lega, kondisi cia sudah seperti biasa. karena Ia sangat panic melihat cia ketakutan seperti itu, dan baru pertama kali melihat cia dari sisi yang berbeda.
Dari kelebihan cia, ternyata ada kekurangan yang banyak orang tak perlu tahu. Karena orang hanya bisa menilai kita dari luar, dan masing-masing individu mempunya rahasianya masing-masing.
Bersambung...