Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[CHALLENGE 2] The ABC's of Valentine

bondz

Senpai Semprot
UG-FR
Daftar
13 Oct 2010
Post
933
Like diterima
20
Bimabet
Kenalkan namaku Lupita Luarjo, temen-temenku biasa memangilku Lulu, kisah ini adalah kisah yang ku alami setelah aku menyerahkan keperawananku kepada Eric, pacarku.

Apa ini yang namanya KARMA?. Apa benar KARMA itu ada?. Entalah …

V for Voodoo Shop​


“Uhgn……” aku merentangkan tangan dan sedikit menarik tubuhku, Kulihat Eric sudah tidak ada diatas tempat tidur. Rasanya kemarin adalah malam yang paling melelahkan yang pernah ku alami., samar-samar aku masih merasakan rasa nyeri dibawah perutku, entah berapa kali Eric menghujamkan penisnya kedalam vagina ku. Aku memejamkan mata, mencoba menarik kembali ingatanku, bagaimana bisa aku terbangun di sebuah ruangan yang seperti kamar hotel ini.

Benar saja, setelah pulang dari pesta Valentine yang diadakan teman-teman Eric, dalam keadaan sedikit mabuk aku sadar apa yang aku lakukan bersama Eric, ah biarlah, kami berdua saling mencintai ini. Pikirku.

Ku kibaskan selimut hotel yang menutupi tubuh polosku. Rasa ingin pipis ini sudah tidak bisa aku tahan lagi.

“hemng….” Sakit.

sialan sakit sekali, dengan cara berjalan yang aneh ku langkahkan kaki ini kedalam kamar mandi.

Rasa nyeri yang tadi hampir tak kurasakan kini benar-benar membunuhku, sedikit demi sedikit air kencing yang keluar dari dalam vaginaku bercampur dengan darah. Mungkin ini yang disebut darah perawan. Kubasuh vaginaku yang mungkin sudah tak sama lagi bentuknya, rasanya menyakitkan saat ku coba untuk merapatkan kakiku.

Kucoba menghilakan rasa sakit itu dengan berendam, tak lama setelah aku merebahkan tubuhku kedalam bathtub, kudengar suara Eric datang.

“Yank..?” teriak Eric dari balik pintu kaca kamar mandi.

“Iya… kenapa?.”

“Kamu gak papa kan?.”

“He em, cuman sedikit perih memekku.”

“Tapi gak papa kan?.”

“iyaaa aku gak papa kok, cuman pengen berendem aja.”

“Ya uda kalo gitu, nih aku bawain ibuprofen sama sarapan.”

“iyaa, makasih yank.”

Setelah mandi kutelan 4 butir ibuprofen yang dibawakan Eric, cukup manjur rupanya, aku sudah tidak merasakan perih lagi, bahkan aku sudah bisa berjalan normal lagi.

“Kita harus checkout jam 12 ni yank, masih ada kira-kira 45 menitan.” Kata Eric yang tiba-tiba menggengam tanganku.

“Terus?.” Jawabku singkat.

“Ehmmm… mau nggak gituan lagi?.”

“Heh? Enggak! Ga tau memek ku masih sakit apa?.”

“Hehehehehe, kali aja mau. Kan namanya juga usaha hahahaha.”
Akupun ikut tertawa melihat wajah kecewa Eric sekaligus malu.
Kamipun memutuskan untuk segera checkout dari hotel dan mencari makan siang.

Beberapa lama kami mengarungi aspal ibu kota, tiba tiba Eric menghentikan mobilnya. Aku menoleh kekiri dan kebelakang, melihat tempat makan apa yang dituju Eric. Tapi, tidak ada satu tempat makan pun disini. Aku menoleh ke Eric dengan dahi mengerenyit dan pandangan penuh tanya.

“Mampir situ dulu yuk, aku mau beliin titipan Ergy.” Eric menunjuk sebuah toko dengan benda-benda aneh menghiasi kaca etalase depannya.

“Toko apa itu?.”

“Voodoo Shop yank.” Jawab Eric enteng.

“Apa? Voodoo? Jangan macem-macem lo yank!.”

“Enggak-enggak, cuman namanya aja gitu Vodoo Shop, isinya hampir sama kayak distro-distro biasanya kok.”

“Ya udah, awas kalo isinya aneh-aneh, aku ga mau masuk.”

“Iya iyaa.”

Kami pun masuk kedalam toko itu, benar sih barang-barang yang dijual biasa-biasa aja, aku mulai menyusuri centi demi centi toko ini, melihat baju, sesekali berhenti sebentar melihat-lihat aksesoris khas anak metal. Kulihat Eric sibuk berbicara dengan seorang lelaki dengan jenggot dikelabang, sesekali lelaki itu berjongkok dan mengambil sebuah cincin dari dalam etalase.

Langkah kaki ku semakin tak bisa kukontrol, saat aku sadar aku sudah berada didepan sebuah kamar pas, letaknya diujung toko ini, ada kelambu merah tebal menutupi pintunya. Saat ku pegang kelambunya, tiba-tiba ada tangan yang menariku kedalam, tangan itu dengan cepat membekap mulutku.

Jantungku berdegub kencang, aku hanya bisa melihat sosok dibelakangku melalui cermin yang mengantung dibilik kamar pas ini. Kaki dan tanganku menjadi lemas saat aku melihat sosok dibelakangku berkepalakan babi. Benar, babi!.
Aku bisa merasakan bulu bulu halus diwajah babi itu menempel dipipiku.

Ingin rasanya aku berteriak, tapi bekapan tangan babi ini terlalu erat, membekap mulutku, tunggu, ini tangan manusia. Berarti dia hanya memakai topeng. Kesadaran ku mulai kembali, tapi sepertinya sia-sia, tangan kanan babi ini sudah mengerayangi tubuhku, dia meremas-remas payudaraku dengan sangat kasar. Menarik-narik kaosku sehingga memamerkan perut rataku, puas setelah mengoyak-koyak payudaraku dari balik kaos, tangan kanannya mulai menjamah pantatku, aku hanya bisa membuka mata lebar-lebar dengan harapan dia mengerti maksudku, berharap dia tidak melakukan apa yang aku takutkan. Ternyata sia-sia, meskipun airmataku sudah mulai meleleh dia tetap dengan kasar menyibak rok mini ku dan dengan kasar meremas pantatku,

Tidak! Aku merasakan jari jari tangan kanannya menarik celana dalamku. Jari-jari kasarnya menyeruak masuk kedalam vaginaku.
Perih! Sakit dan yang membuat semua itu lengkap, aku merasakan salah satu jari babi sialan ini memaksa masuk lubang pantatku. Rasanya seperti lubang pantatku sobek, semakin dalam dia menyusupkan jarinya semakin terasa pula lubang pantatku terkoyak.
Tangisku serasa pecah, aku berteriak sekuat tenaga dalam bekapan babi ini, berharap Eric dan orang yang didepan mendengar, entah apa yang mereka lakukan, seharusnya mereka mendengar teriakanku, walau lebih terdengar seperti gumaman.

Setelah menahan sakit yang luar biasa karena jari babi itu mengoyak lubang pantatku, aku kembali dibuat terbelalak oleh kelakuan babi ini, dia menarik jarinya keluar dari lubang pantatku dengan cepat, membuat pantatku terasa lebih panas dan perih lalu dia kembali memasukan jarinya, mungkin jari lain, karena aku merasakan sesuatu yang lebih besar kembali menyeruak masuk kedalam lubang pantatku. Berkali-kali dia melakukan itu, hingga aku hampir pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit.

Aku sudah tidak bisa membedaka n lagi, saat jari babi ini terbenam dalam lubang pantatku atau saat dia membiarkan lubang pantatku menganga, seperti membiarkan lubang pantatku bernapas. Lalu aku mendengar sebuah suara, sebuah suara yang cukup mengembalikan kesadaranku yang hampir habis.

Suara resleting, dalam hati aku berpikir, Tuhan jika ini memang hukuman dari-Mu karena aku telah menyerahkan kesucianku tidak pada waktunya, aku mohon maafkan aku, bebaskanlah aku dari hukaman ini Tuhan.

Aku bisa melihat gerakan tangan kanan babi ini dari cermin, dia mengocok-kocok penisnya agar tegang sempurna, agar bisa seutuhnya memperkosa ku. Aku berontak, aku menendang-nendang dinding bilik kamar pas ini. Entah siapa yang membisikiku, aku seperti tahu apa yang harus ku lakukan, atau harusnya kulakukan dari tadi.

Aku berontak, menggoyang-goyangkan tubuhku sehingga membuat babi yang sepertinya sudah mengendurkan bekapannya karena sibuk mengocok penisnya, kaget. Dan sebelum dia kembali membekap ku, dengan kuat aku menginjak kakinya dan menaikan tumitku hingga menghantam kemaluannya. Aku segera melepaskan diri dari babi itu dan keluar dari bilik kamar pas, dengan air mata berlinang aku berteriak memangil Eric. Saat Eric datang menghampiriku aku hanya bisa menunjuk kearah bilik neraka, dia dan lelaki berjenggot itu masuk kedalam bilik dan keluar lagi,

“Tidak ada apa-apa disana.” Kata Eric.

A for As fast As They Can.​

Hari sudah sedikit larut, temaram lampu jalanan ibu kota mulai menunjukan binar-binarnya, ini adalah pertama kali aku keluar rumah dan berjalan sendirian tanpa ditemani Eric, setelah kejadian di toko sialan itu, Eric berjanji dia tidak akan meninggalkanku sendirian, tapi apa boleh buat, hari ini dia harus menjaga mamanya yang harus masuk IGD karena mengalami kecelakaan, Dia hanya sempat mengantarkan aku tadi sore ke tempat khursus ku.

Jalanan yang dipenuhi pertokoan ku sisiri satu persatu, harusnya aku langsung pulang malam ini, setelah keluar dari kelas bahasa inggris, seharusnya kupanggil taxi dan langsung kerumah, tapi.. ah entahlah aku hanya ingin menyusuri pertokoan ini, melihat-lihat keramaian ibu kota.
Sedikit rasa takut akan kejadian yang ku alami beberapa minggu kemarin, aku menghentikan langkahku lalu aku meraba paha atas ku, ah.. aku pakai celana jeans ini, dan aku sudah bersumpah tidak akan lagi memakai rok mini setelah kejadian itu.

Beberapa block telah terlewati dari tempat kursus ku. Beberapa toko mulai menurunkan rolling door, kulihat jam tanganku, hem… udah jam segini, aku memutuskan menghentikan langkah di depan sebuah kios koran yang sudah tutup. Aku ambil handphoneku dan memesan sebuah taxi, dan kugunakan kios ini sebagai patokan, agar supir taxi tidak bingung mencari posisiku.

Sudah hampir 10 menit aku menunggu, jalanan sudah lebih sepi dari sebelumnya, hanya beberapa motor yang melintas didepanku, lalu samar-samar aku mendengar suara yang aneh. Kutengok kekanan dan kekiri mencoba mencari asal suara itu.

Aku memutuskan untuk berjalan menghampiri asal suara itu, dan sampailah aku disebuah lorong gelap, suara itu makin terdengar jelas, dengan sedikit keberanian, aku mencoba mengintip, apa yang sebenarnya terjadi.

“Degh…” Jantungku seperti berhenti.

Aku melihat beberapa bayangan lelaki yang sedang berdiri dan tertawa melihat lelaki lainya yang sedang menggenjot seorang perempuan di atas bak sampah.

Aku kembali menarik kepalaku dan berdiri mematung dipelataran sebuah toko yang sudah tutup. Aku menggenggam handphoneku dengan tangan gemetar.

Teriakan minta tolong perempuan di lorong itu bergantian dengan suara pukulan, setiap kali terdengar suara pukulan jantungku serasa diremas, aku takut, aku melihat sudah tidak ada orang disekitar pertokoan ini, ku kumpulkan lagi keberanianku dan kembali mencoba mengintip kedalam lorong.

Aku melihat seorang laki laki yang tadi sedang menggenjot perempuan itu sudah duduk di atas tumpukan kardus, dan lelaki lainnya sudah menggantikan posisinya. Perempuan itu? Perempuan itu tidak berontak lagi. Apa mungkin dia pingsan?.

“Hey siapa itu!.” Teriak salah seorang lelaki dari dalam lorong.

Dengan spontan aku menarik kepalaku dan menghempaskan tubuhku ke rolling door toko dimana aku berdiri, sialnya hal itu malah menimbulkan bunyi yang lebih nyaring.

Terdengar suara langkah kaki seseorang dari lorong itu yang semakin lama semakin dekat. Aku yang ketakutan mengambil handphone dan menelpon polisi. Saat langkah kaki itu semakin dekat, aku berlari menjauh dari lorong itu dan saat bersamaan aku mengatakan posisi kejadian kepada seorang polisi di telpon, aku menabrak sesuatu, sehingga membuat handphoneku terjatuh.

Saat aku menolehkan wajah hendak melihat apa yang kutabrak, sebuah tamparan mendarat telak di wajahku. Dengan pandangan sedikit kabur aku bisa melihat orang yang menamparku menginjak-injak handphoneku hingga hancur.

Sedetik kemudian yang aku lihat adalah perempuan yang diperkosa tadi dengan wajah lebam dan darah yang hampir kering meghiasi bibirnya.
Aku yang masih belum sadar penuh merasakan tubuhku ditarik dan dihempaskan lagi ke atas bak sampah, kini aku yang terlentang diatas bak sampah hingga bisa melihat 7 orang yang lelaki bejad yang ada dilorong itu.

“Waahh kinyis-kinyis bray.”

“Pesta panlok kita hari ini.”

“Hahahahahaha.” Tawa girang mereka bagaikan tamparan telak diwajahku, sehingga aku langsung sadar akan bahaya yang akan kuhadapi.

“Aku, aku sudah lapor polisi, mereka akan segera datang!.” Teriakku dan mencoba bangkit.

Sia-sia, seorang dari 7 lelaki itu kembali menampar pipi kananku.

“Bener bro?.”

“Ga tau bro, gw tadi sih emang liat doi lagi nelpon.” Samar-samar aku mendengar mereka sedang berbicara, aku tidak bisa mendengar jelas saat ini, kupingku berdengung keras sekali akibat tamparan tadi.

“Udah ga usah ribet, cemen lu pada, sekarang kita garap aja ni panlok bedua. Polisi dateng sirene nya kan bunyi, kita cabut deh.”

“Hahahahahha, bener juga lu cenk.” Kata lelaki lainnya.

Dalam hati aku hanya bisa berkata. “Matilah aku.”

Tanpa ba-bi-bu lagi salah seorang dari mereka meremas payudaraku, mengeluarkan payudaraku dari bra yang kukenakan setelah sebelumnya merobek bagian atas kaos yang kupakai. Remasan mereka benar-benar tidak manusiawi, saat payudaraku diremas, seorang lainnya menarik putingku. Tidak ada yang kurasakan selain sakit saat ini.

Saat seorang dari mereka mencoba membuka celana jeans ku, sirene mobil polisi mulai terdengar.

“Sialan pecun ini beneran telpon polisi.”

“Bangsat!.” Orang yang dari tadi menarik-narik putingku terlihat melayangkan tangannya.

“Heits, woles bro.” seorang lainnya menahan tangan lelaki beringas itu.

“Dari pada lu tabok terus dia pingsan, mending kita grepe-grepe aja ni pecun sadar-sadar gini, kapan lagi bisa maen apa pecun bening gini. Hahahahahaha.”

“Iya juga yak, ya udah kita puas-puasin grepe-grepe ni pecun, polisi palingan masih di ujung jalan sono.” Balas lelaki paling biadab yang ada diantara mereka.

Beberapa orang tetap menggagahi perempuan yang sudah sadarkan diri disampingku, lainnya memegangi kedua tanganku dan bergantian menempel-nempelkan penis bau nya kewajahku.

Sirine mobil polisi semakin terdengar jelas, aku pun mulai berteriak minta tolong, namun teragis, saat aku berteriak salah seorang dari mereka duduk diatas dadaku dan menyemprotkan spermanya kewajahku, beberapa sukses masuk kedalam mulutku.

“Hahahhaha makan tu peju!” teriak orang yang baru saja menyemprotkan sperma diwajahku.

“Ayo cabut, udah deket ni plokis.”

“Yoi.”

“PLAAKKK!” sebuah tamparan mendarat lagi dipipi kananku.

L for Lulu House.​


Sudah dua minggu aku tidak keluar rumah, aku hanya menghabiskan hari-hariku duduk merenenungkan kesialan yang terjadi kepadaku. Sesekali teman-teman baiku, Shela, Rianti, Angel bergantian menemaniku dirumah, hanya mereka yang tahu tentang kejadian yang aku alami. Orang tuaku ? mereka lebih baik tidak tahu apa yang sudah putri mereka alami.

Siang ini sangat panas, AC berkapasitas 1 PK di dalam kamarku seperti bukan tandingan udara panas ini, aku melihat layar handphone baruku berkedip. Ternyata ada whatsapp dari Angel, dia bilang mungkin mampir jam 3 nanti, karena tiba-tiba Tommy pacarnya mengendarakan mobil menuju puncak. Sebagai teman yang baik aku juga tidak mau urusan percintaan mereka jadi renggang gara-gara Angel harus terus menemaniku.

“gpp njel, aku udah baikan kok hv fun ya di puncaaaak XD” kukirimkan sebuah pesan balasan untuk enjel.

Beberapa menit setelah enjel mengirimkan emoticon :* :* :* :* padaku. Aku mendengar suara pintu pagar terbuka, kulihat dari jendela kamarku yang ada dilantai dua, ternyata adiku dan seorang teman sekolahnya. Besar banget temennya? Gumamku. Aku pun turun untuk membukakan pintu adikku.

Setelah aku membukakan pintu, baru aku tahu ternyata yang datang bersama adiku adalah kakak kelasnya, Thomas.
Setelah Thomas kupersilahkan duduk, adiku menarik tanganku kearah dapur.

“Kak, Kak, tau gak kak sapa dia?.”

“Mana kakak tau.”

“Dia itu kapten tim basket sekolah dedek.”

“Ooo, pantes gede ya.”

“Iya kak, katanya dedek bakalan dibantu buat test seleksi tim basket kak.”

“Hemmm, baik bener, terus kamu gak suruh ngapa-ngapain kan?.”

“Ehmm… ngga si kak, cuman…”

“Cuman apa?.”

“Ada temen dedek dari smp, si Ayu kak..”

“Terus?.”

“Kak thomas cuman pengen dedek ngenalin dia ke Ayu, udah gitu ajah.”

“Hemmmm bener? Gak macem-macem kan?.”

“Iyaa kak, suweerrrr. Kakak tau kan gimana pengennya dedek masuk tim basket.”

“Iya… tauuu, terus ngapain kesini ama dia?.”

“Nah, itu dia kak, kan buku tahunan Ayu pas smp ada di dedek, nah nanti dedek balikin ke Ayu bareng sama kak thomas, terus dedek kenalin deh. Hehehhehehe.”

“Heeemmm.. pinter bener kalo cari kesempatan.”

“Heheheehehe. Ya udah dedek titip kak Thomas bentar ya dedek mau cari bukunya Ayu terus mandi bentar.”

“Iyyaaaa, nih minumnya kasiin dulu.”

“Ocee boss…”

Adiku pun kembali keruang tamu dengan segelas es lemon tea ditanggannya, tak lama setelah itu kudengar lari adikku menaiki anak tangga.

Setelah membersihkan dapur akupun keluar untuk menemani Thomas.

“Wihh.. udah abis, haus ya?.”

“Eh.. iya kak, panasnya sesuatu. Hehehehe.”

“Iya, panasnya gilak, mau diambilin lagi?.”

“Ehm.. kalo ga ngerepotin sih, mau kak. Hehehehe.”

Ku ambil gelas kosong diatas meja dan kembali kedapur, saat aku sibuk membuatkan Thomas es lemon tea lagi, tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang dan mendorongku kedepan, memaksa tubuh bagian bawahku terhimpit meja dan pinggulnya.

“Janggan teriak, ato gw kasarin lu.” Bisik seorang laki-laki dibelakangku.

“Mm-mau apa kamu?.”

“Gw konak liat body lu.”

“Degh….” , ”Terjadi lagi ???.” Batinku, Dan tanpa sadar airmata ku mulai menetes.

“TOL...” Saat aku akan berteriak , sebuah tangan besar langsung mencekikku hingga aku tidak bisa bernapas.

“Gw bilang jangan teriak, gw cuman mau ngentotin pantat bohay lu doang.”

“J-jjj-jaangan….” Jawabku lirih.

“Ga bisa, gw terlanjur konak liat lu.”

Dengan cekatan tangan kirinya yang bebas meloloskan celana pendek yang sehari-hari kupakai dirumah. Menyisahkan celanda dalam berendaku.

“Cplaassss…..” hanya sepersekian detik tangan kanan yang tadi mencekik dileherku sudah digantikan dengan tangan kirinya dan tanggan kanannya menampar bongkahan pantatku.

“Bokong lu montok banget.” Bisiknya sambil meremas kasar pantatku.

Aku hanya bisa menangis, meratapi nasibku, berapa banyak lagi pria yang akan memperkosaku?.

E for English Class(1)​


Dua bulan berlalu sejak Thomas memperkosaku di dapur rumahku sendiri, dia menjamin adikku akan mendapatkan posisi di tim inti dan adikku akan aman berada dalam perlindungannya dari bullyers di sekolah, jika aku tidak melaporkan perbuatannya. Demi adikku aku rela disetubuhi pria besar dengan penis kecil seperti Thomas. Menjijikan.

“Cklak.”
Aku tersadar dari bayangan buruk yang sering terlintas dipikiranku, tanpa sadar aku menggenggam sebuah pensil hingga patah. Dan suasana sunyi kelas kursus bahasa inggris baruku yang sedang ujian ini sukses membuat semua murid kursus menoleh padaku.

Dengan wajah memera malu aku hanya bisa tersenyum dan sedikit menganggukan kepala tanda meminta maaf.

“Ok class, its about fifteen minutes remaining, do it well, and for those who have finished can wait on library.” Sayup-sayup aku mendengar celoteh Mr. Chad yang berjalan mengitari seluruh kelas.

Soal-soal mudah ini terasa sulit sekarang, mungkin karena aku tidak bisa fokus mengerjakan ujian ini, bayangan-bayang tragis yang akhir-akhir ini menimpaku selalu muncul dibenakku.

Percuma juga aku lama-lama disini, “Excuse me sir, I had done. Can I go to library now?.”

“Sure miss Lulu, you can put your paper on my table.”

“Thanks Mr. Chad.”

Sesampainya di perpustakaan aku mengambil beberapa buku yang ada di rak, entah buku apa saja yang ku ambil, menumpuk tiga atau empat buah buku dan membuka salah satu buku lainnya tanpa melihat judulnya, aku hanya membolak balikan buku itu. Suasana perpustakaan yang hening membuatku lelah. Kuletakan kepalaku di atas hamparan kata-kata asing yang menghiasi lembar-lembar buku itu. Pikiranku melayang-layang hingga akhirnya aku terlelap.

Gelap.

Aku yakin aku sudah bangun dari tidurku, tapi kenapa gelap sekali?. Batinku

Tanganku. Tanganku terikat!

“Tollmmmnngggg….” Sebuah benda tumpul menghujam telak tenggorokanku. Bau ini, aroma ini. Aku tau apa ini.

“Bangsaaaaaaaatt lepasin gw!.” Teriaku sekilas ketika benda tumpul yang aku yakin sebuah penis keluar dari mulutku.

“Bang dia udah sadar bang.” Kata seseorang yang sepertintya ada dibelakangku.

“Anjrit ni perek, gw belom ngecrot udah bangun aja.”

“Bang ayo bang, keburu ada yang dateng.”

Aku mencoba melepaskan tanganku, sepertinya tanganku diikat menggunakan lakban, aku bisa merasakan sesuatu melekat pada kulit pergelangan tanganku. Bersamaan dengan itu aku mendengar suara pintu terbuka dan mendengar suara lari, sepertinya orang yang dibelakangku sudah melarikan diri.

“Woi bangsaaatt jangan lari !.” teriak orang lainnya, mungkin orang ini adalah orang yang menusuk tenggorokanku dengan pennisnya.
Aku mulai menggerak-gerakan pergelangan tanganku, mencoba melepaskan kedua tanganku dari bekapan lakban. Sedangkan bajingan didepanku sibuk memukul-mukulkan penisnya ke wajahku sambil memaki-maki ku.

“Krekkk kreekkk.” Lakban di pergelangan tanganku perlahan mulai longgar. Teragisnya, suara lakban itu seakan sebagai alarm tanda bahaya bagi bajingan didepanku.

Dia menarik sesuatu dari puting kananku. Sakit ! sakit sekali rasanya. Setelah itu dia menamparku dan berlari meninggalkan aku sendiri.
Ditemani lelehan air mata aku mencoba melepaskan tangganku. Butuh beberapa menit sebelum tangan kananku terbebas dari lakban, ku buka penutup mataku dan melihat keadaan sekitar. Aku berada disebuah ruangan, sepertinya basement.

Pandanganku turun ke arah payudaraku. Aku terkejut. Kedua payudaraku sudah keluar dari peraduannya dihiasi lendir-lendir putih hampir disetiap centi payudaraku. Dan yang membuat aku memejamkan mata sesaat adalah sebuah japit besi bergerigi seperti yang pernah dipakai oleh Eric saat ujian kelas elektronya, menggigit puting kiriku. Kulihat puting kananku, ada bercak darah akibat japit bergerigi yang ditarik oleh bajingan tadi.

Night Club(1)​


Hentakan music yang dimainkan seorang DJ menggema diseluruh ruangan, para penggiat dunia malam semakin asyikmenikmati racikan nada DJ Borneo yang sekarang sedang bekerja di balik meja DJ.

Ya, disinilah aku ditemani sahabat-sahabatku, mencoba melupakan karma yang kudapat. Entah minuman berlabel apa yang ku tenggak dari tadi, Shela memastikan aku hanya perlu membawa badan. Semua yang akan kami lakukan malam ini sudah diatur oleh Shela.

Gelas kecil di depanku terasa tak pernah kosong. Rianti dan angel seperttinya sudah mulai bosan hanya duduk-duduk saya. Mereka berdua berdiri meninggalkan aku dan Shela menuju ke lantai dansa, aku hanya memperhatikan mereka berdua menggoyangkan tubuh mereka, sesekali aku melihta Angel mengajak ku bergabung dengan mereka.

Hentakan music ditambah dengan cairan jahat yang sudah banyak meyusup didalam tubuhku membuatku diambang kesadaran, antara sadar dan tidak. Aku mengiukuti Shela yang menariku dari sofa club ini dan ikut bergabung bersama Angel dan Rianti.

Kami seperti malaikat penguasa club ini. Goyangan tubuh kami yang sensual mulai mengundang beberapa pria mendekat dan bergoyang didekat kami. Sesekali aku dengan sengaja menggesekan pinggulku kebadan salah seorang dari mereka, entahlah, aku sudah terlalu banyak minum dan aku benar-benar lupa dengan kejadian-kejaidan yang sering ku alami akhir-akhir ini.

Ketika keadaan menjadi sedikit liar, kami ber-empat berkumpul lagi dan meninggalkan kerumunan, kembali bergoyang dan membuat kerumunan baru.

Beberapa kali melakukan hal serupa, hingga saat aku sadar, kami berempat terpisah. Aku sudah berada di sudut ruangan, aku tau itu karena dari tempatku berdiri aku dekat dengan toilet. Aku mencoba keluar dari kerumunan yang aku buat, tapi langkahku terhenti, dan saat itu aku baru sadar aku sudah berada di tengah-tengah kerumunan pria-pria besar.

“Misi…” aku mencoba bersikap baik dan mencoba keluar dari kerumunan.

Aku hanya bisa membaca gerakan bibir pria didepanku yang menghalangi jalanku, dia seperti berkata ‘ga denger’ dengan diikuti gerakan jari memutar di samping telinganya. Aku pun mencoba melangkahkan kakiku melewatinya. Dia yang masih berjoget mengikuti alunan nada menabrak tubuhku hingga jatuh.

Seorang pria lainnya mencoba menolongku.

Aneh…

Saat aku sudah berhasil berdiri, diat tetap memegang tubuhku dari belakang, kedua tanggannya membekap tubuhku dari belakang, menyisahkan kedua tangganku menggantung diantara kedua lengan kekarnya. Aku merasakan pinggulnya mendorong-dorong pantatku.

“Lepas!.” Teriaku yang nampaknya sia-sia. Suaraku termakan oleh ganasnya nada racikan DJ Borneo.

Entah apa semua ini sudah merak rencakanan atau tidak, pria dibelakangaku mulai menggerayangi tubuhku, sedangkan beberapa pria lainnya mendekat, hingga membuat aku sukses berada di tengah-tengah mereka, membuat aku tenggelam diantara kerumunan clubbers.

Tangan pria dibelakangku mulai meremas payudaraku. Sesekali lidah pria itu masuk menjilati lubang telingaku. Mini dress yang kupakai seakan menjadi magnet bagi pria mesum lainnya untuk ikut 'berpesta’ dengan tubuhku. Seorang pria berkepala plontos mengahmapiriku dan menyingkap mini dress yang kupakai, dia memasukan kedua jarinya kedalam muludnya lalu tersenyum kepadaku.

“Arrgghhhhhh……”

Dengan kasar dia memasukan dua jari kedalam vaginaku dengan paksa setelah berhasil menyisikan g-string yang kupakai. Mereka tidak memperdulikan rasa sakit dan permohonanku agara melepaskan aku.

Pria dibelakangku mulai beringas, dia menarik-narik putingku bergantian. Siksaan ini belum akan berakhir secepat yang ku inginkan, datang lagi seorang pria dengan rambut ikal, ia mendekatiku dan berbisik, “ kalo lu macem-macem gw bunuh.”

Aku hanya bisa pasrah, dia melumat bibirku, lidahnya menyeruak masuk kedalam mulutku, ditambah bau rokok yang membuatku ingin muntah. Aku mecoba melirik, mencoba melihat keadaan sekitar.

Degh…. Jantungku seperti berdegub melambat, nada ganas ramuan Dj Borneo serasa menghilang. Aku berhasil menghitung ada delapan orang lainnya yang mengitari aku, ditambah tiga orang berengsek ini, berarti akan ada sebelas manusia bejad yang akan memperkosaku.

Aku hanya bisa pasrah dan menangis saat satu persatu dari mereka, berganti posisi, menyemprotkan spermanya kewajahku, membenamkan pennis kotornya kedalam vaginaku, bakan ada seorang bajingan lainnya yang sengaja menyemburkan spermamanya kedalam lubang hidungku.

T for Terminal​


Hari ini Eric pulang ke Indonesia, setelah hampir delapan bulan dia menjaga mamanya yang harus dirawat di rumahsakit di Singapura karena kondisinya pasca kecelakaan lalu. Sebagai pacar yang baik aku menyempatkan diri untuk menjemput mereka berdua, tapi entah apa aku masih pantas disebut sebagai pacar yang baik buat Eric atau tidak.

Sepeninggalnya ke Singapura perkosaan demi perkosaan menimpaku. Dalam hatiku aku bertanya-tanya. Apa perlu aku beritahukan ini ke Eric ?. Apa yang akan dia lakukan kalo tau aku sudah sangat kotor ?. Entalah, dalam bimbang aku melangkahkan kaki menuju sebuah coffe shop yang ada di terminal 2E bandara International Indonesia.

Dari sini aku bisa melihat papan penerbangan, beberpa anggka dan huruf seperti teroganisir silih berganti.

“Hufttttt……” Aku menghela nafas panjang saat aku melihat penerbangan dari Singapuira menuju Indonesia berubah status dari fligth menjadi delayed.

Dalam bosan aku memainkan busa diatas cappucino pesananku, melihat keadaan sekitar bandara yang rasanya penuh sesak, mungkin disini tempat paling aman, banyak orang, CCTV dimana-mana. Gumamku.

“Begh..” aku sedikit terkejut. Ada yang menepuk bahuku.

Aku menoleh ke kiri dan melihat seorang lelaki berpenampilan seperti seorang penguasaha sedang berdiri disampingku.

“Sendirian mbak?."

“Hem? Oh iya, kenapa ya?.” Tanyaku.

“Ehm.. boleh gabung sini? Saya gak kebagian meja soalnya.”

Mendengar itu aku spontan melihat kesekitar coffe shop, memang sih, tidak aja meja, bahkan tidak ada tempat duduk kosong selain di depanku.

“Oh, boleh silahkan. Kosong kok.” Kataku mempersilahkan pria itu duduk.

Kamipun mengobrol dan aku mengetahui dia bernama Rico seorang pengusaha muda dibidang energy alternatif dan akan pergi ke Amsterdam untuk keperluan bisnis.

Sekitar 10 menit kami mengobrol, tiba-tibadia mengajakku pergi.
“Ikut aku yuk.”

“Kemana?.”

“Udah ikut aja, nanti kamu bakal tau.”

Aku sadar saat di mengajaku untuk ikut dengannya, pikiranku jelas-jelas menolaknya, tapi entah mengapa tubuhku seperti terhipnotis dan mengikuti kemana dia pergi.

“Silahkan masuk cantik.”

Sesampainya di sebuah ruangan yang jauh dari keramaian dia mempersilahkan ku masuk. Pikaranku jelas-jelas menolak. Dalam hati dan otakku, aku sudah memerintahkan tubuhku untuk lari menjauh dari pria itu. Tapi seperti tadi, semua sia-sia. Tubuhku dengan langkah tegas melangkahkan kaki masuk keruangan itu.

Didalam ruangan itu aku melihat sebuah meja ditengah-tengah ruangan dengan sebuah kursi besi bersandar pada salah satu sisinya. Dan ada beberapa rak yang menempel pada dinding ruangan berhiaskan kardus-kardus. Entah ruangan apa ini.

Saat jiwa ku sibuk menelusuri tiap jengkal ruangan itu, raga ku sudah menjadi boneka Rico. Dia membalikan badanku, dan perlahan menuntun tanganku kearah penisnya. Dia memainkan tanganku di area kemaluannya. Menaik-turunkan tanganku seolahh-olah aku membelai lembut kemaluannya.

Tak lama setelah itu, dia membuka resleting celananya dan mengeluarkan penis besarnya. Dan sekali lagi jiwa ku benar-benar menolak tapi tubuhku seakan bukan tubuhku lagi. Tubuhku tidak mengikuti perintahku, tubuhku seakan hanya mengikuti kemauan Rico.
Sedetik kemudian yang kutahu, aku sudah menggerakan kepalaku maju-mundur mengulum penis Rico dengan posisi berlutut dihadapannya. Penis Rico perlahan mulai mengeras dan membesar. Disini letak keanehannya. Aku tidak bisa mengontrol tubuhku, tapi aku bisa merasakan apa yang tubuhku rasakan.

Aku bisa merasakan penis Rico yang semakin keras dan membersar keluar masuk didalam mulutku. Setelah Rico merasa puas dengan servis mulutku, dia membangkitakan tubuhku dan mendorong tubuhku hingga terlentang diatas meja meninggalkan pinggul dan kakiku menjuntai diatas lantai.

Rico mulai mencumbu bibirku, bermain-main sebentar dengan lidahku. Aku merasakan sensasi nikmatnya, tapi jiwaku tetap menolak perlakuan ini. Yang kutahu, tubuhku sudah berbalik, dadaku menempel diatas meja dan celana jeans panjang ditemani sebuah pantie merah muda yang ku kenakan sudah lolos hingga lututku.

Aku bisa merasakan penis besar Rico menggesek-gesek vaginaku dari belakang. Dan aku pun orgasme! Bahkan sebelum Rico memasukan penisnya aku sudah orgasme?? Pikirku.

Aku mencoba menyadarkan pikiranku, aku mencoba meyakinkan diriku aku ini sedang diperkosa oleh orang yang baru aku kenal, dan aku orgasme !??? apa yang terjadi disni! Dalam hati aku berteriak-teriak. Tapi respon tubuhku berbading 180 derajat, lenguhan mulai keluar dari mulud ragaku. Seakan ragaku benar-benar menikmati perlakuan Rico.
Akibat cairan orgasmeku, penis Rico dengan mudah menembus vaginaku, Rico mulai menggoyang pantatnya dengan lembut, bahkan tak lama setelah itu aku kembali orgasme. Rico mulai memainkan tempo goyangan pinggulnya. Entah sudah berapa kali aku orgasme, yang kurasakan vaginaku sangat gatal, vaginaku seakan ingin terus di hujami penis Rico.

“Ohh..ohs…Ohssss” suara racuan mulai terdengar dari mulut Rico.

Sepertinya dia akan orgasme.

“Bloops..” suara yang ditimbulkan saat penis Rico keluar dari vaginaku yang basah.

Rico kembali membalikan tubuhku dan mengocok penisnya tepat didepan mataku.

“AAAss…Ahhhhsss…Ahhh.” Rico sedikit menggelinjang saat menumpahkan seluru muatannya kedalam mulutku.

Tanpa ada perasaan jijik, tubuhku menelannya.

Rico kemblai merapikan pakaiannku dan memberi sebuah kecupan di leherku yang sedikit menyakitkan.

Aku terbangun kaget. Aku melihat sekeliling, aku sedang atau lebih tepatnya aku baru saja tertidur di ruang tunggu terminal 2E.

“Jadi itu tadi hanya mimpi.” Gumamku lalu aku menghela nafas panjang.

Tapi badanku terasa lemas sekali, dan perasaan ini, ini seperti perasaan aku telah orgasme puluhan kali. Benar-benar nyaman, terkahir kali aku merasakan perasaan ini sebelum aku menyerahkan keperawananku ke Eric, saat aku masih memainkan bibir vaginaku sendiri.

Aku terperanjat, aku berlari ke toilet. Tubuhku serasa tak bertulang. Aku benar-benar melihat tanda merah di leher ku. Tepat dimana Rico mencumbuhku setelah dia memperkosaku.


I for I Hate Monday​


“Mentari pagi beri salam lagi,
Suara burung, kusambut hari berganti…
Bob Marley, masih bernyanyi….
Don’t Worry.. Uuuuyeeeeaaaahhh”


Alunan lagu dangdut terngiang-ngiang di pagi yang menyebalkan ini, hari senin mana yang enak? Buktinya hari ini, hari senin, aku sudah harus berdiri diantara orang-orang yang senasib denganku, mereka naik bus ini karena jalanan tergenang air sehingga tidak bisa di lewati mobil biasa.
Disini aku, terhimpit dan berdesak-desakan dengan warga ibukota. Tadinya sih sudah lumayan lah, meskipun panas aku masih bisa duduk. Tapi siapa yang tega melihat seorang ibu hamil yang berdiri didalam bus?

Ah mungkin hanya aku saja yang tak tega, buktinya dari sekian banyak penumpang yang duduk hanya aku yang memberikan tempat dudukku pada ibu itu. Dasar mahluk tidak punya hati pikirku. Bus ini makin sesak, aku yang tadi masih bisa berdiri disamping bekas tempat duduku, kini sudah berpindah semakin ketengah. Semakin tenggelam dalam kerumunan warga ibukota.

Dengan keadaan seperti ini sepertinya sudah menjadi peraturan tak tertulis agar menyimpang barang berharga dengan benar, agar tidak da tangan-tangan jahil yang berkreasi di balik sesaknya bus ini.

Benar saja, aku melihat bagaimana cerdiknya ponsel milik orang lain berpindah tangan dari orang-orang yang ada didekat korban hingga berakhir pada seorang ibu yang sedang duduk membawa banyak barang. Celakanya salah seorang dari komplotan mereka melihatku menyaksikan perbuatan mereka, lalu orang itu menghampiriku. Aku yang takut mencoba menjauh dengan sedikit menerobos himpitan orang-orang yang sedang bergantung didalam bus kota.

Sepertinya aku semakin masuk kedalam kandang singa, langkahku terhenti saat orang didepanku menghalangki langkahku dan menempelkan sebuah pisau di depan perutku.

“Lu diem ato gw sudet perut lu.” Aku hanya bisa diam terlebih saat aku melihat orang-orang diseklingku memakai jaket kulit lusuh yang tampak sama.

Benar saja, saat orang yang tadi menghampiriku datang dia berbisik kepada orang-orang disekitarnya, orang-orang yang memakai jaket kulit serupa itu.

“Kalo lu ga teriak lu bisa turun selamet dari sini. Ngerti lu!.” Ancam orang itu.

Bus kota pun dengan gagah melaju menyusuri jalanan ibu kota, seakan tidak ada kejadian apapun di dalamnya. Beberapa kali bus berhenti dihalte dan beberapa penumpang mulai turun.

Aku terkejut saat seorang dari mereka meraba pinggangku setelah memasukan tangannya kedalam kaos ku. Jari-jari kasarnya dengan bebas menyusuri kulit pinggangku.

“Mulus coy…” bisik orang yang merabaku.

Mendengar itu beberapa orang lainnya mulai merapatkan barisan. Aku hanya bisa diam berdiri mematung memeluk tasku didepan dadaku. Beberapa tangan mulai berani menyenggol buah dadaku dari luar kaos, aku berusaha menepis dengan menggerakan tubuhku menjauh dari tangan-tangan itu.

“Diem aja, dari pada kita perkosa giliran lu. Lu pilih kita grepe-grepe apa klita gilir lu?.”

Mendengar tu aku hanya bisa menangis.

“Leh malah mewek, lu pilih mana neng, kita gilir apa kita grepe-grepe lu dimari ha?.” Bisik orang itu.

“Kalo lu diem aja brarti lu kita gilir, bntar lagi kita turun, kita gilir lu.”

“J-jangan bang…” jawabku lirih.

“Nah gitu dong… ditanya itu jawab, ga diajarin lu sama nyokap lu?.”

“II—yaaa bang.”

“Iya apa ni.?”

“Iya bang, abang boleh grepe-grepe saya, asal saya nggak di apa-apain bang.”

“ Nahhh gitu donk, awas aja kalo lu triak.”

“Sikat boy..” perintah orang itu kepada teman-temanya yang berdiri menutupiku sehingga penumpang lainnya tidak curiga.

Satu persatu dari mereka mulai meremas payudaraku, ada yang menggosok-gosokan tangan mereka dibalik celana jeans yang kupakai, bahkan ada yang menempelkan penisnya ke pinggulku, dan jalanan ibu kota yang sedikit bergeronjal membuat gesekan penis dan pinggulku menjadi sensasi sendiri buat orang itu, hingga dia meneteskan dan mengusap-usapkan spermanya di bajuku.

Satu persatu dari mereka mulai memuncratkan spermanya ke baju dan celanaku. Dan ada seorang dari mereka memaksa aku menggenggam spermanya.

N for Night Club(2)​


Satu persatu dari mereka sukses menembakan spermanya ketubuhku, wajahku hampir tertutup cairan kental berbau tak sedap, aku sudah tidak bisa membuka mata kananku, sepertinya dimata kananku banyak lelehan sperma.

Salah seorang dari meraka membantuku bangkit berdiri, bukan tanpa imbalan, karena mini dress yang kupakai masih terangkat hingga perutku dia memasukan salah satu jarinya kedalam lubang pantatku setelah sebelumnya mengambil sedikit lelehan sperma yang ada di wajahku.

Aku sudah tidak bisa membedakan yang mana yang sakit sekarang, karena selain kepalaku pusing akibat terlalu banyak minum tadi, seluruh badanku terasa memar akibat perbuatan lusinan lelaki ini. Dan tindakan memasukan jari kedalam pantatku barusan sukses membuat aku membelalakan kedua mataku. Kontan saja sperma yang menghiasi mata kananku turun dan meleleh masuk kedalam kelopak mataku.

Aku sudah tidak memiliki cukup tenaga untuk menghindar dari perbuatan lelaki busuk ini. Aku hanya berjalan gontai dan sedikit menahan lengan tangannya agar jarinya lepas dari lubang pantatku. Pandanganku yang terhalang lelehan sperma ditambah keadaan club yang remang membuatku hanya bisa memfokuskan pandangan ke tulisan toilet yang menyala.

Setelah masuk kedalam toilet tujuan utamaku adalah mencuci wajahku, aku tak peduli dengan keadaan pakianku yang memperlihatkan semua organ vitalku.

Aku membungkuk disebuah washtable, membsauh dan wajahku.

“Sial.” Kataku lirih.

Sepertinya aku salah masuk kedalam toilet. Aku masuk kedalam toilet pria. Karena saat aku selesai membersihkan wajahku dan mendongak melihat kearah cermin, aku melihat empat orang pria yang sedang memandangiku dari belakang.

Saat aku akan berdiri dan memutar badan, aku melihat salah seorang dari pria itu mengunci pintu kamar mandi.

“Tuhan, kuatkanlah aku.”

E for English Class(2)​


Setelah aku berhasil melepaskan tanganku, aku segera merapikan pakaianku, tapi sia-sia kancing-kancing baju ku sudah terburai entah kemana.

Aku mengambil sebuah kain lusuh yang tergeletak disudut ruangan, kain kumal dan sedikit bau ini menjadi pelindung buah dadaku sekarang.

Setelah menoleh kanan dan kiri, aku berlari menyusuri lorong gelap hingga aku menemukan sebuah tangga dengan pintu terbuka diatasnya. Ku titi tangga itu perlahan-lahan, sesampaianya diujung tangga aku kembali menoleh kekanan dan kekiri untuk melihat situasi.

"Sialan." Gumamku.

Aku dilecehkan di basement tempat kursusku sendiri.

Aku melangkahkan kaki menyusuri lorong tempat kursusku. Dengan bekas air mata yang hampir kering dipipiku, pelan-pelan aku berjalan menuju pintu keluar. Dan langkahku terhenti saat aku melihat Mr. Chad keluar dari kantornya.dengan membawa beberapa koper.

Dalam diam aku berpikit, apakah Mr. Chad juga ikut melecehkan ku tadi? Tapi Mr. Chad tidak fasih berbahasa indonesia. Sedangkan dua orang tadi seperti orang indonesia.

"Oh? Lulu? What are you doing in here? I thought you has left cause... "

Omongan Mr. Chad terhenti saat dia melihat air mataku kembali meleleh membasahi pipiku.

" Hey... What's wrong Lulu.? What happen with your clothes?."

"I just been raped sir... " jawabku lirih.

" What??? Jesus Christ, how can.? "

Aku tak bisa menjawab, aku hanya bisa menangis dalam pelukan Mr. Chad, lalu Mr. Chad membuka kembali kantornya dan mencoba menenangkan aku.

"Can you tell me what happen or do you know who have done this to you?."

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Should we call the police?. " Tanya Mr. Chad.

Aku kembali menggelengkan kepala.

"Alright then, you should clean your self. Go to that bathroom and use this."

Mr. Chad menuntunku kedalam kamar mandi dan memberiku perlengkapan mandi serta kaos yang diambilnya dari dalam koper.

"This is mine, about two hour later i have to go to airport, my son will born tomorrow. " kata Mr. Chad saat aku tampak kebingungan melihatnya membawa koper.

" Thank you. " kataku lirih.

Akupun masuk kedalam kamar mandi yang ada didalam kantor Mr. Chad dan mandi, membersihkan sperma-sperma yang menghiasi wajah dan payudaraku.

Setelah selesai mandi aku berniat pulang dan meratapi nasib didalam kamar.

" Mr. Chad??. " aku mencoba memangil Mr. Chad karena didalam kantor tidak ada orang, aku sesekali mengeringkan rambut sambil menunggu Mr. Chad datang. Tak lama kemudian diapun datang dengan membawakanku segelas lemon tea hangat.

"Drink this, to make your body recover. "

"Thanks Mr. Chad. "

Aku pun menerima gelas yang diberikan Mr. Chad dan langsung meminumnya.

"Now, apa kamu mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi?. " kata Mr. Chad dengan logat yang aneh.

"Ehm... " aku tiba-tiba mengerang lembut, tubuhku terasa panas bahkan aku bjsa merasakan aliran darah dalam tubuhku. Apa ini?.

Sesekali aku melihat Mr. Chad, dia tampak kebingungan melihat tingkah ku. Keringatku mulai bercucuran menempel di kulitku. Kulihat Mr. Chad bangkit dari tempat duduknya dan menghampiriku.

"Are you alright? " tanyanya.

Aku hanya menggeleng dan bangkit berdiri ingin kekamar mandi. Lalu Mr. Chad yang melihatku berdiri dia memeganh kedua bahuku dan menuntunku. Tapi, bukan kekamar mandi dia menuntunku untuk menghempaskan tubuhku keatas sofa di sudut lain kantornya.

"Don't resist, just enjoy it sluts!. " mendengar kata-kata sluts keluar dari mulutnya aku sungguh terkejut. Aku seakan tau kemana ini akan berakhir.

"No one here, and no one will help you, so just scream if you want. "

Oh tidak, aku baru saja terbebas dari pelecehan dan akan diperkosa.

Lalu Mr. Chad membuka resleting celananya. Dan mengeluarkan sebuah roket dari balik celananya. Itu benar-benar bukan penis manusia. Itu roket! Ukurannya tidak masuk akal. Sangat besar dan panjang, bahkan itu belum ereksi.

"Watch this bitch, this things will crush your ass! " kata Mr. Chad di ikuti tawa iblisnya.

Sebentar! Dia... Dia akan memasukan roket itu kedalam lubang pantatku??.

Mr. Chad berjalan menghampiriku yang sudah lemas diatas sofa, entah apa yang dicampurkan kedalam minumanku. Aku tidak memiliki tenaga untuk berdiri., aku hanya bisa melihat dia semakin dekat dengan roket menggantung diantara kakinya.


Aku membuka mata, dan yang kulihat adalah sebuah lampu meja yang berdiri diatas sebuah laci. Aku menggerakan kepala memutar, menyelidiki dimana aku berada sekarang. Di kamar hotel? Aku terperanjat. Bagaimana bisa aku di kamar hotel?. Lalu aku mendengar pintu terbuka.

"Eric?. "

"Hai yank. Ga jadi mandi?" Tanya Eric.

" Ha? Mandi? Ric, ngapain kita di hotel?. "

" Lho bukannya tadi kamu yang minta malam ini kita ke hotel?. "

" Apa? Aku? "

" I-iya, kita baru oulang dari pestanya Sisca, inget kan?. "

" Pp-pestanya Sisca? "

" I-iya.. Kamu kebanyakan minum kali jadi lupa. "

" Bentar, kalo gitu sekarang tanggal 14 february 2014 dong?. "

" Eng... Engga juga sih, sekarang udah tangal 15 hehehehe. Kenapa si yank?. "

Aku merenung.

Berarti aku belum kehilangan kegadisanku. Aku masih perawan! Yes! Tuhan terimakasih, aku berjanji tidak akan melakukan hubungan badan sebelum aku menikah Tuhan, aku berjanji. Terimakasih atas mimpi-mimpi yang kau berikan Tuhan.

"Ric, anter aku pulang sekarang. "

"Ha? Pulang? terus kita engga jadi....?"

"Enggaaaa! "

"Terus ini buat apa dong, sia-sia aku beli ini di minimarket. "

Eric mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam sakunya. Kondom.

"Buang aja, ayo anter aku pulang sekarang. "

"Yaaaaahh"
Dengan wajah lesu Eric membuang kondom yang baru saja ia beli dan mengantarku pulang.


Aku, Lupita Luardjo 22 tahun, dan aku masih perawan.



-TAMAT-​
 
Terakhir diubah:
Ga jadi markir, udah lewat dedlen :sendirian:

http://i1357.photo*bucket.com/albums/q743/vondz89/Mobile%20Uploads/tumblr_ltzp9m9Z8E1qdvdb5o1_500_zpsq69komvp.jpg
 
Terakhir diubah:
sadis jg story nya suhu...

kasian lulu :suhu:
 
Cerita nya muter2 penuh perkosaan
Ujung"nya masih perawan :kk:

:ampun:
 
Super sekali ceritanya om suhu :hua: tega banget kalo ada yg perkosa sampe berkali2 gitu
 
sadis jg story nya suhu...

kasian lulu :suhu:

Hehehehe beneran suhu, saya bikinnya skip terus, mules ngebayangin adegannya :ugh:

Badluck Lulu :sendirian:

fffuuuuuu, cuma mimpi rupanya! :galak:

mending sama abang aja neng, abang ngga kasar kok :pandajahat:

Thanks om Abon .. goodluck,
:ampun:

Uadduuh kalo lulu ama abang elmo semriwinggggggg malahan :haha: tenkiu mo, goodluck juga, goodluck buat spartaaaaaaannnnn :)

Cerita nya muter2 penuh perkosaan
Ujung"nya masih perawan :kk:

:ampun:

Hehehehehe biar ada nilai jual nya om :p

Super sekali ceritanya om suhu :hua: tega banget kalo ada yg perkosa sampe berkali2 gitu

Hehehe stress berat kali ya jadi target pemerkosaan :haha:


Buat yang sudah mampir dan sudah baca cerita absurd tp junior bikin dengan sepenuh hati, junior ucapkan tarankeyuuuu :ampun:
 
maaf kadang di skip bacanya bang bondz..
ga tega liat penderitaan Lulu.. :hua:

tapi akhirnya itu cm mimpi..
ada makna terbesit.. :kk:
 
endingnya ga kebaca om abon ..
keren dehh :hore:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Syukurlah klo cuma mimpi ^^

ho oh, syukuuuurrr, sista ikutan celeng jg kan kayaknya?? good luck yaaaa :banzai:


maaf kadang di skip bacanya bang bondz..
ga tega liat penderitaan Lulu.. :hua:

tapi akhirnya itu cm mimpi..
ada makna terbesit.. :kk:

cendol buat suhu yg udah bilang "makna terbesit" :ampun:


endingnya ga kebaca om abon ..
keren dehh :hore:

haeeeeeemmm ma acih enjel.... sinkronisiti tiap Aq bikin cerita pasti ada enjel nya :haha:
 
Ceritany ngeri2 sedap:D
Semoga berujung manis brada:beer:
 
hahahaha...
om abon.. mantab bener cerita na.. :panlok2:
 
njier


bang abon ganas cyin maen di ssnya

begitu sampe ending blarrr

kebiasaan nih bang abon buat php in pembaca

oh ya satu clue lagi coba dibaca huruf pertama masing2 bagian

jadi VALENTINE
 
Bimabet
Ceritany ngeri2 sedap:D
Semoga berujung manis brada:beer:

huuh, udah di ujung kok itu dan manis, semanis sayaaa :haha:



hahahaha...
om abon.. mantab bener cerita na.. :panlok2:


caaaaath micu micu :banzai: makasiiih lho uda baca :suhu:

njier


bang abon ganas cyin maen di ssnya

begitu sampe ending blarrr

kebiasaan nih bang abon buat php in pembaca

oh ya satu clue lagi coba dibaca huruf pertama masing2 bagian

jadi VALENTINE

hahaha makasiiiih looo yosh uda mampir, gw blm baca2 crita yg lain :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd