Shibuya
Guru Semprot
HIMAWARI
Author : Nona Violet
Rate : M (Lemon Inside)
Genre : Rape, Hurt, Angst.
Cast : Bening ,Bumi, Galan, Bintang.
Author : Nona Violet
Rate : M (Lemon Inside)
Genre : Rape, Hurt, Angst.
Cast : Bening ,Bumi, Galan, Bintang.
"Bunda?"
Dengan takut-takut bocah itu mencoba berbicara pada sesosok wanita yang sedang melepas sepatu kerjanya. Ditangannya membawa piring berisi telur dadar setengah matang.
Wanita itu menghentikan kegiatannya dan menatap benci sesosok kecil itu didepan pintu kamarnya,"Jangan panggil aku bunda! Berapa kali harus kukatakan jangan panggil aku bunda!" Hardiknya.
"Tap-tapi bunda..."
"KAU TULI?!" Bentaknya membuat tubuh kecil disana bergetar.
Pria kecil itu menundukan kepalanya, menahan sesak didada kecilnya. Apa salah jika dirinya hanya ingin memberikan telur dadar kesukaan bundanya? Apa salah jika ia ingin berbakti dan ingin disayangi orang tuanya?.
"Bunda... aku hanya mengantarkan telur ini untuk bunda." Jawabnya tidak menyerah.
Wanita cantik itu berdiri dan menghampiri bocah itu dengan sorot mata penuh kemarahan, tapi bocah itu tersenyum senang meski sorot mata itu mengecilkan nyalinya, Tetapi dugaannya salah wanita itu mengambil piring berisi dua potong telur dadar itu dan membuangnya dengan kasar.
'PRAAANGG!'
Lalu wanita itu dengan kasar memegang kedua bahu kecil anaknya dan menggoncangnya dengan kasar pula.
"DENGAR YA BINTANG! JANGAN PANGGIL AKU BUNDA! DAN JANGAN PERNAH MENGGANGGUKU, AKU MEMBENCIMU DAN SANGAT MUAK DENGAN SEMUA INI! KAU INI ANAK SIALAN!"
"Bundaaaaaa...bundaaaa...Bintang minta maaf bundaaa..." Bocah kecil itu berlutut dikaki bundanya, tangisnya pecah saat dada kecilnya tak mampu lagi menahan tekanan yang begitu berat, dia mendengar sendiri ibu kandung yang sangat ia cintainya itu membencinya.
"MENJAUH DARIKU! AKU TIDAK SUDI MENJADI BUNDAMU!" Wanita itu membentak matanya mulai berkaca-kaca menatap bocah itu memeluk kakinya memohon ampun.
"Berhenti membentaknya Bening!"
Wanita bernama Bening itu menoleh kesumber suara yang menghentikannya. Dia tak perlu heran kenapa pria itu bisa masuk kedalam rumahnya, karena dia sendiri yang memang punya duplikatnya. Yang membuatnya heran sejak kapan pria itu kembali ke Jakarta tanpa memberitahunya.
"Bumi?"
Lalu pria bernama Bumi itu mendekati Bintang yang menangis sesenggukkan dan membantunya berdiri dan menenangkannya. "Om bumi..." Bintang memeluk Bumi dengan lega, sejak dahulu sahabat bundanya itu selalu menjadi sosok penolong untuknya.
"Bumi harus kubilang berapa kali jangan manjakan anak itu!" Bening berusaha memisahkan pelukan Bintang pada Bumi.
Pria itu menepis tangan Bening, "Kau keterlaluan Bening! Kau kasar! Aku fikir kau sudah berubah!"
"Dan bukannya kau tau dari dulu aku tidak pernah menginginkannya!" Jawab Bening membuat sepasang mata kecil yang bersembunyi dipelukan Bumi itu semakin basah.
"Kau tau setiap aku memandang matanya aku merasa muak?!" Lanjut Bening dan sukses membuat bocah itu seperti mau pingsan karena hatinya begitu sakit.
"Kau tau tau betapa tersiksanya aku selama ini tinggal bersamanya?! Aku benci mata itu aku benci Bumi aku tidak pernah menginginkannya!"
"BENING!" Bumi meninggikan tangannya bersiap memukul Bening, tapi ia urungkan.
'Cukup!' Kata itu yang seharusnya ia loloskan dari mulut kecilnya, tapi Bintang tak sanggup dia hanya mampu menangis dan menutup telinganya, menggeleng frustasi berharap tak mendengar kata-kata menyakitkan itu keluar dari mulut bundanya. Lalu dirinya melepaskan pelukannya pada Bumi dan berlari keluar rumah meninggalkan kedua orang dewasa yang sibuk bertengkar karenanya.
"......!"
"Bintang?! Bintang Tunggu!" Bumi berusaha menghentikan Bintang, tapi bocah berusia 6 tahun itu berlari dengan gesitnya. "Ini gara-gara kamu Bening!" Bentak Bumi, lalu meninggalkannya begitu saja dan mengejar bocah kelas 1 SD itu.
Sedangkan Bening hanya mematung dengan raut wajah menyesal, mungkinkah dia benar-benar keterlaluan kali ini.
Terakhir diubah: