Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT CGU - Firing Aquaman (updated 28/10/23)

Dari tokoh wanita baru di sini, siapa yang anda inginkan ceritanya sendiri/ pendalaman karakter?


  • Total voters
    22
Maaf semua, karena revisi & kesibukan real life, kisah yang tadinya dua episode ini jadi bertambah satu episode lagi dan baru bisa rilis sekarang. Tanpa buang waktu lagi, mari kita simak bagaimana nasib jagoan kita, Aquaman Afif. Selamat menikmati!



Pukul 12. 12
Toko Peralatan Bayi Lisa

“Eh.... yang ini udah habis lagi yah Sah?” tanya Lisa pada pegawainya
“Iya bu, yang itu orang suka, mending pesan lebih banyak!” kata Aisah, pegawainya.
“Ya udah tulis aja, terus dot yang merek ####, terus merek ####, sekarang coba kita cek mainan!”
Mereka pun beralih ke lorong mainan bayi dekat situ untuk mengecek stok barang, rutinitas sehari-hari.
“Eh....” Aisah mau menyapa Niko yang muncul dari samping namun pria itu menempelkan telunjuk di bibir menyuruhnya diam.
Niko mendekat perlahan tanpa suara ke arah istrinya.
“Sah... kalau mainan... aahh!” Lisa setengah kaget ketika ada lengan mendekap pinggang rampingnya, “hhhh... dasar... “ ia menyikut pelan sang suami, “kok bisa ke sini?”
“Baru meeting sama perusahaan mitra, kebetulan lewat jadi mampir dulu” jawab Niko sambil mencium rambut istrinya, “mau liat Davin juga, gimana dia?”
“Ada di atas, ga tau dah bangun belum... Sah tolong catet-catet aja yang perlu ditambah yah!” kata Lisa pada pegawainya
Pasutri muda itu pun meninggalkan Aisah ke atas. Lisa memang kadang membawa bayinya ke toko. Musik pengantar tidur terdengar begitu mereka mendekati kamar di lantai dua.
“Udah lama tidur sus?” tanya Lisa pada baby sitter yang berjaga
“Dua puluh menitan lah bu, terakhir saya ganti popoknya!” jawab si baby sitter.
“Sus makan aja dulu, belum makan kan?” suruh Lisa
Wanita setengah baya itu pun pamit turun untuk makan siang meninggalkan mereka bersama sang bayi. Keduanya tersenyum memandang wajah bayi yang tengah tertidur itu, Niko mencium lembut dahi bayi yang bukan anak biologisnya itu. Tiba-tiba ia merasakan selangkangannya diremas lembut, ia menoleh melihat Lisa tersenyum nakal lalu mendekatkan wajahnya. Pasangan itu berciuman di samping bayi mereka yang terlelap. Lisa nampak begitu bergairah, ia menggesekkan paha mulusnya yang tersingkap ke paha sang suami untuk memancingnya, jemarinya menurunkan resleting celananya.

“Say... udah say!” Niko melepaskan pagutan bibir dan pelukan sang istri yang semakin ganas, juga tangannya yang hendak mengeluarkan penisnya, “ini bukan waktunya!”
“Kok kamu gitu sih?” protes Lisa yang merasa diinterupsi dan ditolak saat sedang high-highnya.
“Say... ini lagi di toko, banyak orang di bawah, si sus juga bisa masuk kapan aja!” Niko mencoba memberi pengertian, “gua ke sini mau nengok anak kita, ngajak lu makan sekalian sebelum ngantor lagi!”
“Gak usah! Di sini juga ada makan!” Lisa menepis tangan Niko yang hendak mendekapnya, “udah kerja lagi aja sana!”
“Say... say... sori, ini...!” Niko buru-buru merapikan kemeja dan resleting celananya untuk menyusul sang istri yang sewot dan keluar dari kamar itu.
Dengan wajah cemberut, wanita itu kembali ke toko dan menghampiri Aisah yang sedang mengecek barang melanjutkan kegiatan mereka tadi sambil berusaha menghindari suaminya yang baru saja membuatnya down. Niko hanya bisa geleng-geleng kepala dan menghela nafas melihat sikap istrinya. Tidak ingin keributan dengan istrinya terlihat orang, ia pun meninggalkan toko tanpa pamit pada istrinya. Sambil terus bekerja, Lisa memendam perasaan dongkol, ingin berusaha lebih intim dengan suami tapi malah ditolak begitu saja, meninggalkan sesuatu yang belum tuntas dalam dirinya. Kejadian seperti ini beberapa kali terjadi, kadang Niko kurang peka akan kebutuhan biologis istrinya yang tinggi, bisa karena lelah atau tidak fokus seperti tadi. Masalah inilah yang membuatnya terjerumus perselingkuhan dengan Afif yang tanpa sadar lebih dinikmatinya daripada hubungan dengan suaminya sendiri. Ketika makan siang, ia berpikir ulang apakah siap untuk berpisah dengan pegawai depot airnya itu hingga akhirnya ia meraih smartphone dan mengirim pesan WA pada temannya mengenai pegawai baru.



Pukul 13. 35


“Wah Bella hari ini mainnya bagus yah!” puji Leni (26 tahun) pada muridnya yang baru memainkan piano dengan baik.
“Waa... hebat ya Bella!” ibu Bella yang duduk di sofa melihat performa putrinya yang masih tk besar itu bertepuk tangan, “udah selesai yah?”
Leni mengangguk pada wanita itu.
“Bella hebat hari ini!” kata Leni mengajak gadis kecil itu berhigh five
Setelah saling menepuk telapak tangan, bocah itu menghambur ke ibunya. Keduanya lalu pulang setelah pamitan sehingga tinggallah Leni sendirian... tidak... tidak sendiri...
“Mbak... “ sapa Afif muncul dari dapur belakang, “udah saya pasang galon barunya”
“Eh... sampe lupa... maaf yah pak tadi anak lagi tes!” kata Leni berjalan ke arah buffet mengambil dompet.
“Hari ini bapak mau pamit mbak, mau pulang kampung” pamit Afif seraya menerima uang dari wanita itu
“Kenapa pak? Kok berhenti kerja?” tanya Leni
“Mau pulang kampung usaha di sana nikmati hari tua mbak”
“Aah... gitu, jadi hari ini terakhir?”
“Iyah mbak... bapak minta maaf kalau ada kesalahan selama ini yah! kalau boleh, bisa gak bapak minta untuk terakhir kali?” Afif maju mendekat dan meraih payudara kanan Leni disertai remasan halus yang membuai.
Leni melotot, tapi anehnya ia sama sekali tidak melawan, remasan itu seperti aliran listrik yang menjalar menelusuri urat darah dan saraf-saraf peka dalam tubuhnya sehingga membuatnya menerima begitu saja apa yang terjadi.
“Boleh mbak? Atau abis ini masih ada yang les lagi? Bapak gak mau maksa mbak kalau gak ridho” si tukang air galon meminta ijin sambil meremas lembut payudara wanita itu
“Aaa... ada pak, empat puluh menit lagi” jawab Leni bergetar setelah melihat jam dinding.
“Jadi masih ada waktu mbak?” tanya Afif mendekatkan wajahnya hingga hembusan nafasnya menerpa wajah cantik wanita berdarah Makasar itu.

Sesaat mereka berpandangan dan saat itu Afif semakin memanipulasi alam sadar Leni sebelum akhirnya saling berpagut. Dengan cepat Leni terhanyut dalam permainan pria itu. Keduanya lama berpagut saling menukar lidah dan ludah. Tangan kasar Afif meremasi pantat wanita itu mengantarkannya mendaki bukit kenikmatan dan terhanyut dalam derasnya arus birahi. Lumatan lidah Afif sungguh memabukkan. Pipi dan dagunya yang baru bercukur terasa kasar merangsang saraf-saraf birahi Leni yang tidak peduli lagi norma-norma kesusilaan, kini yang dilakukannya adalah mengikuti naluri seksualnya. Si tukang air galon makin berani, sementara tangan kirinya mengelusi paha dan pantat wanita itu, tangannya yang satunya menyingkap kaos berkerahnya. Tangannya mulai merogoh ke balik bra merah Leni dan saat jari-jarinya menyentuh merabai puting dan meremas payudaranya.
"Mm....ooohh pak..." desah Leni ketika ciumannya turun ke leher dan pundaknya, lidahnya menyapu-nyapu di sana menyebabkan nafsu wanita itu menggelegak tak terbendung.
Aaakkhh...betapa nikmat sensasinya saat lidah pria itu menjilat kemudian bibirnya melumat leher jenjangnya. Cairan vagina Leni sudah mulai terdesak membanjir keluar sehingga timbul bercak basah di tengah celana dalamnya. Afif lalu melucuti kaos beserta bra Leni sehingga kini ia telanjang dada. Didorongnya lembut tubuh Leni sehingga terbaring di sofa kemudian ia membenamkan wajahnya pada payudara Leni yang bulat montok itu. Dikukumnya puting coklat wanita itu seperti bayi manja yang menyusu.
“Uuuhh... jadi lebih montok toketnya mbak!” kata Afif
Sementara tangannya satu lagi menyusup masuk ke dalam celana dan celana dalam Leni mengelus-elus selangkangannya.
“Baru dicukur yah mbak?” tanya Afif merasakan permukaan vagina wanita itu yang ditumbuhi rambut-rambut kasar yang mulai tumbuh.
“Sssshh... iya pak, suami yang gundulin!” jawab Leni lirih
Jari tengah Afif mulai mengais-ngais liang kewanitaaan Leni sambil mulutnya tetap asyik menyelomoti puting payudara kirinya. Leni pasrah membiarkan tangan pria itu menarik lepas celana pendek dan dalamnya hingga kini ia terbaring telanjang di sofa. Tangan kasar pria itu mengelus betis, paha, perut, payudara, lalu menurun lagi ke perut dan bermuara di selangkangan memancing birahi wanita itu.

Leni dan suaminya, Arief, adalah pengantin baru yang baru dua tahun lebih menikah dan menempati rumah mereka di kompleks ini. Pasutri muda ini masih menunda memiliki anak karena karir Arief di sebuah instansi pemerintahan sedang menanjak. Sering ditinggal suami dinas ke luar kota bahkan luar negeri membuat Leni mengisi waktu dengan membuka les privat piano dan biola yang adalah hobi dan bakatnya juga bisnis online. Kesepian yang dirasakan Leni disadari oleh Afif, pendekatan dari ngobrol biasa hingga lebih dalam pun dilakukannya seperti biasa ia lakukan terhadap wanita lain hingga akhirnya Leni berhasil ia taklukkan. Bagi Leni sendiri, Afif hanyalah pemuas hasrat karena sering absennya sang suami, rasa bersalah di awal-awal perselingkuhan mereka mulai memudar. Keperkasaan Afif yang mampu membuatnya menggelepar-gelepar nikmat membuat wanita itu selalu menginginkan lagi dan lagi. Hingga kini affair mereka sudah berlangsung selama lima bulan.
“Bapak bakal kangen sama mbak yang cantik nanti!” kata pria itu
Sanjungan Afif sungguh membuatnya terangkat, terlebih ketika pria itu mulai menciumi betisnya, yang membuatnya semakin merinding dalam nafsu, lalu naik ke lutut, paha, selangkangan hingga mulai menciumi dan menjilati vaginanya. Ooohh...sungguh luar biasa, guru musik itu merasakan tubuhnya melayang-layang dalam arus nikmat yang luar biasa yang tak dapat ditolaknya. Secara refleks ia menyambutnya dengan merenggangkan kedua belah pahanya, sambil membelai rambut Afif. Pria itu menjilati klitorisnya dengan intensif sehingga Leni dibuatnya menggeliat dan mengejang. Kedua tangan kasarnya merayap ke atas meraih kedua payudara wanita itu lalu ia mainkan putingnya dengan jari-jarinya, terkadang meremasnya.
“Sekarang pak... waktunya gak banyak!!” desah Leni melihat jam
Afif yang sangat berpengalaman memuaskan wanita itu menyeringai dan menghentikan jilatannya, kemudian membuka pakaiannya. Leni menelan ludah melihat penis pria itu yang ereksi dengan urat-urat di sekitar batangnya dan kepalanya yang bersunat.

Keduanya kini telah telanjang bulat, Afif menindih tubuh wanita itu. Sambil terus berpagut saling lumat dan jilat mereka beradu keringat dan aroma tubuh dalam ruang tengah rumah itu. Wanita itu tergetar ketika menggenggam daging liat yang hangat dan berdenyut-denyut, begitu panjang dan bulu-bulunya yang terasa kasar. Nafsu syahwatnya menggelegak membayangkan nikmat yang bakal melandanya saat batang ini nanti mengaduk-aduk vaginanya. Tangan Leni mengelus dan mengurutinya dengan gemas. Ia arahkan benda itu ke vaginanya dan ia sentuhkan pada bibirnya. Afif langsung bergerak maju mundur menggesek-gesekkan penisnya pada bibir vagina Leni yang sudah basah.
“Aaahh!” desah Leni ketika merasakan benda itu mendesak masuk
Dengan beberapa kali mendesak dan menghentak, menggerakan maju mundur pantatnya untuk mempenetrasi vagina Leni akhirnya bibir vagina wanita itu merekah menerima penis si tukang air galon. Yang kemudian terjadi adalah pompaan yang mendera liang senggama Leni. Penis Afif merambah semua sudut-sudut vagina Leni dan merangsang saraf-saraf pekanya. Wanita cantik berpostur sedang itu pun menceracau tak tertahankan. Rasanya seluruh lubang vaginanya telah mencengkeram ketat dan legit penis perkasa si tukang air galon.
"Amppunn...saya gak sanguupp ppaakkk.." desah Leni sambil memeluk punggungnya yang berotot.
Afif malah memberikan serangan nikmat susulan. Bibirnya memagut leher Leni dan melumatinya sehingga guru musik itu menggeliat nikmat. Tangan Leni memeluk erat tubuhnya, demikian pula kedua pahanya yang melingkari pinggang si tukang air galon. Afif menggenjotinya dengan cepat hingga sepuluh menit, Leni merasakan tubuhnya mengejang dan berkelejotan, ia mencakar punggung si tukang air galon sambil merasakan bagaimana tegang dan peka urat-urat saraf vaginanya dirambati datangnya orgasme yang dahsyat. Tubuh Leni melemas setelah orgasme dahsyat barusan, namun ternyata Afif masih terus menggenjot bahkan semakin ganas. Dengan cekatan dirubahnya posisi tubuh wanita itu jadi menyamping. Ia merintih pelan saat merasakan kembali penis Afif memasuki vaginanya yang kini telah banjir, cairan orgasmenya bahkan membasahi kulit sofa. Afif menaikkan tempo memompakan penisnya merojok-rojok vagina Leni karena dikejar waktu, tentu ia tidak ingin di saat-saat seperti ini terganggu oleh murid les yang akan datang.
“Uugghh... dikit lagi mbakkk!” erang Afif
Leni merasakan kedutan besar mengisi rongga vaginanya disusul dengan siraman hangat mengisi vagina wanita itu. Afif terus memacunya hingga keringatnya luluh membasahi tubuh-tubuh mereka. Sunyi selama beberapa saat, yang terdengar adalah nafas keduanya yang naik turun. Setelah memulihkan tenaga dan berbenah diri, Afif pun meninggalkan rumah itu. Waktunya sangat tepat karena lima menitan setelah si tukang air galon pergi, murid les berikutnya datang.



Pukul 09. 40

Arlene dan Christine sedang ngobrol-ngobrol sambil menikmati snack di ruang tengah rumah Arlene ketika Afif datang mengantar air.
“Cik! Tiga galon ya?” sapa pria itu menurunkan galon dari gerobak motor, “eh, cik Christine, di sini juga!” sapanya pada Christine yang ikut keluar lalu dibalas senyuman.
“Iya, ke dalemin aja!” jawab Arlene
“Siap cik!” kata pria itu
“Wuih... panas banget hawanya di luar!” kata Afif menyeka keringat di dahinya
Pria itu masuk ke dalam untuk mengganti galon. Christine melirik pada Arlene setelah pria itu ke belakang.
“Gua balik dulu yah Len!” kata Christine
“Loh kok cepet-cepet amat?”
“Emang lu lagi gak kepengen? Lakilu udah tiga hari di Bali kan?”
“Iihh... apaan sih Tin.... tapi yah iya juga sih” Arlene mengakui hasrat terpendamnya itu dan keduanya tertawa.
“Udah pak?” tanya Arlene melihat si tukang air galon muncul dari belakang.
“Iyah udah cik... baru pada anter anak sekolah yah?” tanya Afif memandangi kedua ibu muda cantik itu.
“Iya... sama ada yang udah tiga hari ditinggal suami tuh, pasti lagi butuh” kata Christine tersenyum nakal.
Arlene melotot ke arah temannya itu tapi juga wajahnya tersipu.
“Hehehe... bener cik? Si engkoh lagi sibuk di luar yah?” tanya Afif semakin bernafsu melihat wajah Arlene “cik kelihatan cantik sekali hari ini, bapak juga jadi pengen.” kata pria itu lirih sambil mendekatkan wajahnya pada Arlene
Tukang air galon itu memagut bibir Arlene yang ranum dengan bibirnya yang tebal. Arlene secara refleks membalas ciuman Afif. Christine menyaksikan keduanya dan menelan ludah, ia lalu ke depan untuk menutup dan mengunci pintu. Ketika ia kembali, Afif sudah melucuti kaos Arlene dan menyingkap bra-nya hingga kedua payudaranya terbuka. Pria itu tengah menciumi telinga Arlene lalu turun ke lehernya sambil tangannya menggerayangi payudara wanita itu.


Christine yang juga sudah terangsang berat segera menghampiri mereka dan berlutut di depan Afif. Tangannya membuka resleting celana pria itu dan memeloroti beserta celana dalamnya. Penis bersunat yang sudah ereksi itu langsung mengacung di depan wajah Christine yang langsung menggenggam dan merasakan denyutan di batangnya. Tanpa menunggu lebih lama Christine langsung menjilati penis itu hingga kepalanya yang mirip jamur membuat Afif mendesah di tengah kenyotannya terhadap payudara Arlene. Si tukang air galon menikmati hangatnya mulut Christine yang sedang mengulum penisnya sambil melumat kedua payudara Arlene bergantian. Christine semakin intens mengoral penis Afif, terkadang ia menjilati penis itu hingga ke lubang kencingnya.
“Uuugghhh... udah dulu cik, nanti keluar kecepetan!” kata Afif bergetar.
“Kita pindah ke kamar tamu aja yuk!” kata Arlene melepas pelukan Afif.
Sebentar kemudian, mereka sudah pindah ke kamar tamu dan pakaian ketiganya telah terlepas semuanya. Christine berbaring di ranjang dan si tukang air galon memposisikan diri berlutut di antara kedua pahanya. Ia arahkan penisnya ke vagina ibu beranak dua itu dan menekannya masuk, tubuh mulus Christine pun menggeliat-geliat akibat sodokan penis pria itu. Sambil menyetubuhi Christine, Afif menarik lengan Arlene dan membawanya ke dekapannya. Ia langsung memagut bibir Arlene yang menyambut dengan tak kalah panas. Tak lama kemudian, mulutnya mulai merambat turun dan mencaplok payudara yang sebelah kanan.
“Eeemmhh!” desah Arlene sambil memegang kepala pria itu.
Sambil terus menggenjot vagina Christine, Afif memainkan lidahnya menggelitik puting Arlene hingga benda bulat kecil itu semakin mengeras. Arlene lalu menindih tubuh temannya yang sedang digenjot.
“Oooohh…!” desah Arlene karena saat itu Afif mencucukkan jarinya ke vagina wanita itu.
Lenguhan mereka terdengar bersahut-sahutan. Mulut Christine mengap-mengap mengeluarkan desahan saat genjotan si tukang air galon semakin cepat, sementara Arlene menggigit bibir bawah menahan nikmat merasakan jari pria itu terus mengaduk-aduk vaginanya. Arlene yang semakin dikuasai nafsu mendekap tubuh tetangganya itu dan memagut bibirnya. Gelombang kenikmatan menerpa mereka bertubi tubi, Setelah sepuluh menitan dalam posisi demikian, Arlene mengajak ganti gaya, diauruhnya Afif tiduran telentang yang langsung diturutinya.
“Ok pak jilatin yah!” kata Arlene sambil naik ke wajah pria itu dengan posisi berhadapan dengan Christine.
Tidak perlu menunggu lama, Afif sudah meraih pinggul wanita itu dan membenamkan wajahnya pada selangkangannya. Lidahnya segera bergerak liar menyedot-nyedot vagina Arlene dan menari-nari di dalamnya.

Christine yang tengah dilanda birahi juga mulai menaik-turunkan pinggulnya di atas penis Afif. Kejantanan pria itu kini tertanam dalam-dalam, menyentuh dinding paling belakang dari kewanitaan Christine. Wanita itu sudah di ambang orgasme, ia semakin cepat menggoyangkan pinggulnya. Kedua tangannya saling berpegangan dengan telapak tangan Arlene. Di atas ranjang, mereka, tiga insan berbeda ras dan status sedang berpacu dengan nafsu, mereka seolah berlomba-lomba untuk mencapai puncak kenikmatan. Tubuh Christine bergetar merasakan sensasi kenikmatan yang menjalari seluruh tubuhnya, terlebih lagi kini lidah Arlene sedang bermain-main di puting kirinya.
“Len… ooohh ciii… gua dapeet…aaahh…!! Ahh…. ahh!” erangnya dengan nafas semakin menderu-deru.
Kemudian Christine mengerang keras tanpa dapat ditahannya. Di tengah-tengah terpaan gelombang orgasme, Arlene menyedot putingnya kuat-kuat sambil satu tangannya meremas payudaranya yang sebelah. Bergulung-gulung kenikmatan tiada tara menyerbu seluruh tubuh Christine, membuat wanita itu berguncang-menggeliat-gelisah. Sebuah teriakan, bagai orang yang sedang melepaskan seluruh perasaannya, keluar dari mulutnya. Orgasme ini membuatnya kehilangan kesadaran selama sekitar 10 detik, tubuhnya ambruk ke depan ke sebelah Afif. Keringatnya membanjir, berleleran di mana-mana, mengalir seperti sungai kecil di antara bukit-bukit dadanya yang turun-naik dengan cepat. Afif lalu membaringkan Arlene menyamping, satu kakinya ia angkat dan dinaikkan ke bahunya. Libido Arlene sudah tinggi dan ingin segera melanjutkan pergumulan meraih penis pria itu sehingga dituntunnya batang itu ke vaginanya. Desahan Arlene segera memenuhi kamar karena merasakan penis si tukang air galon mengaduk-aduk vaginanya.
“Uuhh…yeah…aaahh…yes…enak pak!!” erang Arlene setiap kali tubuhnya tersentak-sentak.

Saat itu Christine meninggalkan mereka sejenak, ingin minum katanya. Sebentar kemudian ia kembali lagi.
“Ayo lagi!” katanya
Ia lalu memposisikan dirinya di ranjang dengan posisi doggie dengan pantat menunggunging ke arah Afif. Si tukang air galon tersenyum, ia terus menggenjot vagina Arlene dan memainkan jarinya di vagina Christine. Mendapat kocokan jari pria itu, Christine pun ikut mendesah mengiringi desahan Arlene. Selang beberapa menit kemudian, Afif mengubah posisi Arlene menjadi doggie. Sementara Arlene menyuruh Christine membuka lebar pahanya sambil bersandar pada kepala ranjang, lalu ia menempatkan kepala di antara pangkal paha tetangganya.
“Aaahh...!!” desah Christine dengan kepala menengadah sambil meremas rambut Arlene yang menjilati vaginanya.
Dengan dua jarinya, Arlene membuka bibir vagina tetangganya hingga memperlihatkan warna merah merekah di antara bulu-bulu hitamnya. Christine menggigit bibir bawahnya ketika klitorisnya dihisap-hisap,
“Uuuh… Len… yeah!” Christine mendesis menahan nikmat yang sedang mendera vaginanya.
Afif menggenjot makin ganas hingga akhirnya tak lama kemudian, tubuh Arlene mengejang dahsyat
“Ooohh….aaaww…oh ppaakk... terus!!” erangan wanita itu makin keras, ia tinggalkan Christine sejenak agar lebih leluasa menggoyangkan pinggul menggapai orgasme yang kian mendekat.
Afif semakin bersemangat mendengar rintihan wanita itu, vagina Arlene berdenyut makin keras meremasi penisnya lalu menyemburkan cairannya. Ia akhirnya mencapai orgasme diiringi erangan panjang.
“Cik Christine... masih keras nih... boleh ga?” pintanya setelah mencabut penisnya yang masih ereksi dari vagina Arlene lalu berdiri di ranjang
Christine menjawab dengan maju berlutut di hadapan si tukang air galon lalu mulai mencium serta menjilati penisku. Lidahnya yang basah dengan lihai menggelitik batang penis Afif yang semakin berdenyut di dalam mulutnya. Arlene yang mulai bertenaga lagi bangkit dan ikut berlutut di sebelah tetangganya. Maka secara berbarengan kedua ibu rumah tangga cantik yang bersahabat itu mencium dan mengulum penis Afif.
“Ahh…” Afif melenguh keenakan diperlakukan seperti itu di hari terakhirnya bekerja.
Pria itu seakan terangkat ke surga oleh oral seks dia wanita itu. Cara Christine mengoral lebih halus, tidak seperti Arlene yang agak binal. Christine menggerakkan bibirnya dengan sangat lembut, kadang penis itu disedotnya pelan, diselingi jilatan lidah di sekitar leher penis. Melihat tubuh Afif bergetar, Arlene mengulum penis itu lebih liar hingga akhirnya pria itu pun tak bisa bertahan lagi.
“Uuuhhh... mantap cciikk!” lenguh Afif menyemburkan spermanya di wajah dua wanita cantik itu
Keduanya berebutan melahap cairan kental itu, mereka menghisap dan menjilat hingga penis si tukang air galon menyusut. Adegan tersebut mengakhiri threesome pagi itu. Sambil istirahat, Afif berpamitan pada dia wanita itu bahwa ini hai terakhirnya belerja. Baik Arlene maupun Christine merasakan ada yang akan hilang bila pria ini pergi, namun masing-masing hanya memendam perasaan itu karena gengsi.



Pukul 15. 26

Barang milik Afif tidak banyak, hanya pakaian, beberapa barang pribadi, dan lain-lain. Setelah semua dikemas semua cukup dalam satu koper besar (bekas pemberian Lisa), satu travel bag, dan satu tas selempang berisi barang kecil dan berharga. Afif memandangi tempat kerjanya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan sambil menghela nafas. Selama tiga tahun lebih menjadi tukang air galon sudah banyak kenangan di tempat ini dan kompleks ini, ia mengenal banyak orang dengan berbagai karakternya masing-masing dan tentunya kenangan erotis dengan para wanita kompleks yang membuat hidupnya makin bergairah di usianya yang setengah baya. Suara mobil yang tidak asing terdengar memasuki halaman depot air, ia melihat lewat jendela nyonya majikannya itu turun dari mobil. Saat itu ia memakai gaun terusan coklat sedikit di atas lutut dan atasnya berpotongan dada V. Turun dari mobil, wanita itu langsung masuk ke depot yang pintunya setengah terbuka.
“Semua udah saya beresin cik” kata Afif, “ini kunci depot!” ia letakkan benda itu di meja.
“Aahh... errr... gimana yah omongnya...” kata Lisa memandang sekeliling lalu menutup pintu, “saya... masih butuh jasa bapak... pegawai baru itu berubah pikiran, gak mau kerja gini. Jadi... kalau bapak masih berkenan lanjut di sini, saya terima dengan tangan terbuka. Tapi kalau bapak udah nemu kerjaan lebih baik, saya juga gak akan nahan bapak”
“Jadi... saya masih boleh kerja di sini?” Afif antara senang dan tidak percaya
Lisa mengangguk, “untuk sementara sampai saya dapat pengganti bapak, maaf jadi ngerepotin bapak udah berkemas... jadi... mana uang pesangon kemarin? Kan bapak gak jadi keluar”
“Oohh... itu, ini dia cik!” Afif merogoh tas selempangnya dan mengeluarkan amplop tersebut, “belum saya pakai cik, rencananya mau beli tiket habis ini”
Lisa menerima amplop itu dan memasukkan ke tasnya.
“Ayo, saya bantu balikin barangnya ke kamar!” kata Lisa mengangkat travel bag yang diletakkan di kursi.
“Oh, iya, iya... makasih cik!” Afif meraih kopernya dan mendorong benda itu mengikuti majikannya.
Setelah berada di dalam kamar dan meletakkan bawaan, Lisa menatap pegawainya sekilas, lalu tersipu.
“Makasih cik, saya masih diberi kepercayaan!” kata Afif
“Ini cuma masalah belum ada pengganti bapak aja kok”
“Apa itu artinya kita masih bisa...” Afif memegang kedua bahu nyonya majikannya
Tentu saja pertanyaannya itu membuat wanita itu malu dan hanya bisa menunduk dengan wajah memerah. Aliran nafsu mulai melilit sendi-sendi nadi dalam tubuhnya, ibarat candu mengaliri area kenikmatannya. Namun ia masih canggung dan merasa harga dirinya terlalu mahal untuk meminta hal tabu antara majikan dengan pegawainya.


Di tengah termangu tiba-tiba Afif sudah memeluk Lisa erat-erat, tangannya dengan liar dan ganas meremas-remas buah dada wanita itu. Lisa hanya meronta setengah hati sehingga pria itu begitu leluasa menguasai tubuhnya. Afif membuka resleting punggung Lisa kemudian menggeser kedua tali bahunya sehingga gaun berbahan licin dan halus itu meluncur jatuh dari tubuh Lisa yang tinggal memakai bra dan celana dalam putih. Lalu dengan cekatan tangannya bergerak ke belakang, ke kait bra majikannya. Lisa diam saja saat penutup dadanya dilucuti, ia bahkan menggerakkan kakinya ketika pria itu menanggalkan celana dalamnya. Dalam ketelanjangannya, Lisa merasakan suatu sensasi aneh yang memompa hasratnya, ia merasa seksi sekali dalam keadaan seperti ini dimana tubuh polosnya dipelototi oleh pegawainya, dan diraba-raba, digerayangi sesukanya. Betapa hatinya bergumul hebat, dalam satu hari saja ia tidak sanggup menjaga komitmennya untuk mengakhiri hubungan gelapnya dengan pria ini. Dengan lembut Afif membaringkan majikannya di ranjang. Sebelum ikut naik ranjang ia membuka dulu seluruh pakaiannya hingga sama-sama bugil. Diraihnya payudara kiri Lisa dan dihisapnya dengan kuat dalam mulutnya hingga ASI nya keluar. Ibu muda itu hanya bisa memejamkan mata, merintih, dan menceracau. Seperti seorang bayi yang kehausan Afif menyusu pada puting payudara Lisa berganti-ganti kiri-kanan. Lisa benar-benar tak bisa menahan kenikmatan ini karena area payudaranya adalah salah satu wilayah sensitif yang bila disentuh secara kontinyu akan menimbulkan gairah yang teramat nikmat. Dan agaknya Afif tak pernah puas-puasnya mengenyoti payudaranya yang mengandung ASI itu silih-berganti membuat wanita itu serasa melayang-layang. Sepuluh menitan kemudian, mulut Afif turun menyusuri dada ke perut, lalu menyusur turun lagi melewati bagian bawah perut nyonyanya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat dan terus saja sambil mencucup-cucup wilayah sensitif itu. Sesaat ada perasaan bersalah menyeruak di benak Lisa, tetapi hanya sesaat karena jilatan pria itu itu dengan cepat menggantikannya dengan rasa nikmat. Lidahnya yang panas secara perlahan menyentuh bibir vagina sang majikan, membelahnya, dan menggeseknya tepat di atas bijinya yang paling peka. Lisa serasa tersengat listrik sehingga merintih, meronta, dan mengerang tanpa rasa malu lagi ketika merasakan lidah pria itu beberapa kali menyapu telak klitorisnya
“Eeemmhh...aaahhh...” desah Lisa dalam buaian kenikmatan terlarang itu.
Wajah Afif makin terbenam di selangkangan Lisa. Wanita itu remas rambutnya sambil menggeliat menahan nikmat yang membuncah di dalam tubuhnya, menekan kepalanya ke selangkangannya, menambah kuatnya sensasi nikmat yang melanda dirinya. Lisa menceracau merasakan betapa bibir pegawainya mencucup klitorisnya, menyedotnya, mengunci kelenjarnya di antara bibirnya, dan menggeseknya dengan ganas dengan lidah kasapnya. Seiring dengan itu, vaginanya pun berdenyut semakin kuat sampai akhirnya desiran halus menyeruak dari kewanitaannya. Lisa menggeliatkan badan, tangannya meremas sprei di bawahnya, denyutan-denyutan dalam vaginanya makin kuat dan mendesak-desak. Sungguh sulit melukiskan kenikmatan ini hingga kedua kaki wanita itu tanpa disadari telah melingkar di atas pundak Afif, menekannya kuat-kuat, sehingga semakin bertambah-tambah kenikmatan yang menyengati tubuhnya.

Lisa merasa saat itu dirinya telah berubah menjadi wanita jalang, seorang istri gatal yang sedang diamuk birahi yang sedang haus akan kenikmatan sensual. Ia tak kuasa lagi menahan erangannya, ia bahkan menjerit lepas tanpa terkendali ketika tiba-tiba merasakan letupan dari dalam rahimku, menjalar-jalari syaraf-syaraf di tubuhnya.
“Aaahhh....keluar Pak!!!” Lisa mengerang panjang
Seketika itu Lisa merasakan seluruh tubuhnya menggeletar, pandangannya kabur, serasa jiwanya melayang tinggi. Perasaan luar biasa itu berlangsung entah berapa lama... kesadarannya seperti hilang, yang dilihatnya hanya warna-warni yang berpendar di matanya lalu menjadi kabur sampai akhirnya perlahan-lahan warna-warni itu meredup sehingga kesadaranku mulai pulih. Sensasi ini tidak pernah ia rasakan bersama suaminya, entah mengapa, Afif terlalu perkasa sehingga membuatnya demikian takluk. Ketika itu seperti terlambat ia sadari bahwa Afif telah menindihnya, tubuhnya di antara kedua kaki majikannya yang terkuak lebar. Lisa merasakan penisnya telah menempel pada selangkangannya. Wanita itu hanya pasrah dengan perasaan berdosa yang perlahan menyeruak lagi di antara kesadarannya. Kembali Lisa menghadapi peperangan batinnya. Bagaimana mungkin ia yang bertekad mengakhiri hubungan ini demikian mudah runtuh oleh nikmatnya perselingkuhan, ia merasa sudah lebih binal dari dirinya yang dulu. Namun bayangan dan segala macam rasa bersalah itu hanyalah menjadi awal dari elusan dan rabaan batin yang langsung membangkitkan naluriah nafsu birahinya. Ia telah benar-benar runtuh, telah menjadi seorang istri binal dan menjadi budak seks pegawainya sendiri, tapi anehnya ia menikmati perannya. Ia ingin berkata “Tidak!" atas semua ini, namun kekuatan itu luruh saat kombinasi lumatan di bibir, serta rabaan pada paha dan pantatnya merangsek dengan sertaan nafasnya yang memburu. Kedua kakinya begitu lemas ketika Afif membukanya lebar-lebar dan menekuk lututnya. Lisa merasakan kepala penis pria itu mulai menempel tepat pada bibir vaginanya yang sudah basah. Lalu Afif pun mendorong pinggulnya sehingga vagina majikannya tertekan ke dalam
“Sssshhh...aaahhh!” desah Lisa sambil mencengkram erat lengan Afif merasakan batangnya bergesekan dengan dinding vaginanya.
Afif membentangkan kedua kaki Lisa lebih lebar, bahkan kali ini ditumpangkannya pada bahunya. Setelah memantapkan posisinya, Afif mendorong pinggulnya lagi sambil tangannya membantu mengarahkan penisnya tepat pada liang senggama Lisa sehingga penisnya terus masuk semakin dalam. Sambil bibir keduanya saling melumat pria itu mendorongkan penisnya dan sang nyonya memajukan selangkangan menjemputnya. Saat akhirnya kelamin mereka bersatu, keduanya saling merintih dan berdesahan. Afif mendiamkan batang penisnya, meresapi kenikmatan pijatan dinding vagina majikannya. Lisa pun merasa liang vaginanya terasa penuh dan mendesah penuh nikmat, menikmati setiap kedutan urat penis pegawainya di dalam vaginanya. Afif mulai menggenjot batang penisnya yang hitam dan besar ke vagina majikannya. Keluar masuk, secara perlahan dan penuh perasaaan.

Tubuh Lisa dan Afif sudah basah oleh keringat. Tubuh hitam berisi Afif tampak mengkilat, pantatnya mulai bergerak maju mundur seiring upayanya menggenjot penisnyake vagina Lisa. Nampak begitu kontras dan seksi. Wajah cantik Lisa terlihat menikmati setiap genjotan penis pegawainya. Matanya terpejam dan mulutnya mengeluarkan desahan. Afif semakin bergairah menyaksikan ekspresi nyonya majikannya itu. Si tukang air galon mendengus setiap kali penis besar hitamnya menembus vagina Lisa, otot-otot tubuhnya menegang dan terlihat seksi. Sekitar seperempat jam adegan ini berlangsung dan Lisa merasa dinding vaginanya semakin berdenyut. Ia merasa lubangnya terasa penuh dan rasa gatal menghampiri dirinya. Rasa gatal di vagina Lisa semakin terasa, ia merasa tubuh dan wajahnya panas. Keringat makin membasahi tubuhnya dan payudaranya menjadi kencang karena terangsang. Desahan Lisa semakin nyaring saat orgasmenya datang, vaginanya berkedut semakin kencang dan akhirnya ia pun berteriak.
“Aaaaaaaaaaaahhh... Paaaakkk... saya sampeeee!!” ibu muda itu melengkungkan tubuhnya ke atas, matanya tinggal tampak putihnya saja dan mulutnya terbuka.
Wajah cantiknya memerah. Orgasme kali ini begitu dahsyat sampai membuat tubuhnya lemas, jiwanya serasa terbang, tubuhnya menggeliat dan berkelojotan, cairan dari dalam vaginanya mengucur seperti air bah menerjang bendungan rapuh bersamaan dengan dinding rahimnya yang terus berkedutan. Si tukang air galon menyeringai lebar melihat reaksi nyonya majikannya yang telah takluk. Pria itu merasa penisnya dipijat semakin kuat oleh kontraksi dinding vagina Lisa saat wanita cantik itu orgasme. Ia merasa orgasmenya akan segera datang sehingga mempercepat genjotannya, urat-urat penisnya kian berkedut-kedut dan akhirnya menggeram bak kesurupan. Buru-buru ia mengangkat tubuhnya dan mencabut penisnya
“Crot.. crot… crott.. croot.. Argggh.. arghhhh..” beberapa kali air sperma Afif muncrat membasahi perut dan permukaan vagina Lisa.
Tubuh Afif terkulai lemas di sebelah Lisa. Keduanya masih meresapi kenikmatan orgasme yang baru saja mereka dapatkan, nafas mereka tersengal-sengal. Lisa merasa pahanya pegal karena terus dikangkangkan oleh Afif. Dengan sisa tenaganya ia menyeka cairan kental putih yang berceceran di perut dan vaginanya.
“Bagaimanapun pak... kita harus kurangi hubungan seperti ini, saya gak mau merusak rumah tangga saya” kata Lisa lemas
“Bapak ngerti cik, bapak tahu harus jaga sikap, pokoknya asal cik nyaman aja!” Afif mendekap tubuh majikannya itu.

Kembali rasa sesal dan bersalah itu datang menghampiri Lisa dalam perjalanan pulangnya, kenapa ia harus menodai kesetiaan terhadap pernikahannya, kenapa ini terjadi dan ia menikmatinya, bahkan sampai membuahkan seorang anak. Pertanyaan-pertanyaan itu terus bertalu-talu mengetuk perasaan wanita itu. Ia termenung dalam pergumulan internalnya hingga ddiiinn.... diiinn.... klakson dari mobil di belakangnya menyadarkannya dan ia kembali menggas mobilnya.



Pukul 19. 30

Lisa terbangun di kamarnya, ia menemukan dirinya sudah diselimuti. Terakhir ia ingat sedang menyusui Davin, pasti ia tertidur kelelahan. Davin sudah tidak di sisinya, bayi itu sudah di boksnya terlelap. Wanita itu meraih smartphonenya melihat waktu dan beberapa pesan yang masuk. Kemudian ia turun dari ranjang dan mengancingkan piyamanya. Di lantai bawah ia tidak melihat suaminya, di kamar mandi juga tidak, lalu dilihatnya ruang kerja masih menyala. Lisa berjalan ke sana dan membuka pintunya pelan-pelan tanpa suara. Setelah melihat ke dalam ia keluar lagi lalu membuat lemon tea hangat di mini bar. Wanita itu kembali lagi ke ruang kerja dan meletakkan gelas berisi teh hangat itu di meja kerja. Ditepuknya pelan punggung sang suami yang terlelap di depan komputer. Niko terbangun membuka matanya dan agak kaget melihat istrinya.
“Tadi siang itu... sori!” katanya menggenggam tangan istrinya.
Lisa terdiam dan keduanya saling menatap sejenak.
“Gua yang sori... sori banget!” Lisa memeluk suaminya yang balas memeluknya.
“You are the only owner of my heart” kata wanita itu dalam hati, “but.... sorry to share my body with the other”
“Kamu kecapean, ini minum dulu!” kata Lisa melepas pelukan.
“Thanks yah... tadi nunggu download malah ketiduran” kata Niko, “kamu dah makan?”
Lisa menggeleng, “kamu?”
“Tadi makan dikit, ayo kita makan dekat sini aja yuk, mumpung Davin udah tidur!” ajak pria itu bangkit lalu menyeruput tehnya, “ke tempat si ci Selvi aja gimana?”
Wanita itu mengangguk dan tersenyum, keduanya pun pergi makan malam di rumah makan tidak jauh dari rumah mereka, menghabiskan sisa hari itu ngobrol berduaan.




EPILOGUE

“Loh... katanya pulang kampung kok masih ada?” tanya Imelda dalam hati mendengar suara si tukang air galon dan suaminya di lantai bawah.
Istri pendeta itu saat itu baru saja mau mandi, ia mengintip ke bawah dan memang benar Afif sedang membawa galon ke dalam. Dengan perasaan heran ia lalu masuk ke kamar dan membuka pakaiannya sebelum masuk ke kamar mandi di dalam kamarnya. Air hangat mengucur dari shower membasahi tubuh indah Imelda yang berusaha menepis pikiran tentang si tukang air galon.
“Oh Tuhan... kenapa?” gumulnya dalam hati karena seringkali birahinya terusik tiap kali mengingat Afif dan affair yang pernah ia saksikan sendiri secara tidak sengaja.
Saat menyabuni badan tiba-tiba pintu terbuka...
“Kyaaaa…” jerit Imelda spontan karena kaget sambil menyilangkan tangan menutupi tubuhnya yang bersabun.
“Ssshhh… ini saya bu, gak jadi pulang” kata Afif yang sudah telanjang mendekati wanita itu.
“Keluar pak! Suami sama anak saya disini, berani-beraninya bapak ke sini!” hardik Imelda
“Tenang bu, mereka tadi keluar, bapak cuma pengen mandi bareng ibu, mau ya?” pria itu semakin dekat dengannya
“Jangan! Pergi! Saya akan teriak... aaahhh” dengan santai Afif mendekap tubuh wanita itu dan memagut bibirnya
Imelda meronta dan berusaha lepas dari dekapan si tukang air galon namun tenaganya kalah. Di lain sisi, ia merasakan darahnya berdesir ketika tangan pria itu meremas pantatnya lalu beralih ke depan menggerayangi selangkangannya. Bergumul dalam nafsu dan penolakan, akhirnya mulut Imelda membuka membiarkan lidah Afif menyapu-nyapu rongga mulutnya. Sejurus kemudian mulut Afif turun menciumi leher, pundak hingga melumat payudara si istri pendeta secara bergantian.
“Ooouh… jangan pak” lenguh Imelda saat tangan kasar Afif merambat turun menggerayangi vaginanya, matanya merem melek keenakan, rontaannya semakin lemah.
Mulut Afif terus merambat ke bawah sambil menyapu tubuh basah Imelda dengan jilatan sampai akhirnya berjongkok dan berhadapan dengan vaginanya.
“Aahhh!” desah Imelda saat lidah pria itu menyapu bibir vaginanya.. pantatnya terangkat sedikit.
Afif menyapu sekali lagi belahan vaginanya, melahap klitorisnya, menyedot dan memilin dengan lidahnya. Imelda langsung menceracau dan menjambak rambut pria itu.


“mmmhh…. enak ya bu? mmmh….”ujar Afif di tengah lumatannya
“Uugghhh... aaahhh!” Imelda tidak tahu harus menjawab apa selain terus mendesah
Terlintas rasa malunya di antara rasa malu dan menikmati. Ia seorang wanita religius, istri pendeta, bagaimana mungkin menikmati seks dengan pria lain seperti ini, tapi kenikmatan tabu ini rasanya sulit ditepis, apalagi Afif semakin bersemangat, jilatan di klitorisnya semakin intens, jarinya sesekali berputar mengorek bagian luar liang vaginanya. Imelda makin belingsatan, pinggulnya bergoyang dan nafasnya memburu. Ketika Afif berhenti, ia merasa kehilangan, namun ia menelan ludah ketika pria itu menempelkan kepala penisnya ke vaginanya
"Bu, coba ibu yang maju-mundur mompa, bapak jamin pasti ibu nggak mau berhenti nantinya", Afif antara menghimbau dan memerintah yang membuat wajah Imelda makin memerah.
Imelda yang memang sangat kegatalan kini berusaha menghilangkan rasa malunya dan mencoba memompa. Uh.., sungguh tak terduga nikmatnya, wanita itu mengerang setiap kali menggerakkan pantatnya dan merasakan betapa penis si tukang galon menyeruak ke dalam rongga kewanitaannya, menggeseki saraf-saraf sensitif di dalamnya. Memang sepintas ada rasa bersalah, namun yang terjadi kemudian adalah gerakan Imelda semakin cepat, libidonya langsung melonjak dan mendorongnya mendekati puncak kenikmatan. Dan saat orgasme itu akhirnya tiba, wanita itu berteriak histeris mengiringi maju mundurnya pinggulnya, tubuhnya menggelinjang di bawah shower, vaginanya mengucurkan cairan yang menghangatkan penis Afif yang masih terus merojok-rojok hingga lima menit setelahnya saat tusukkannya makin cepat menggebu,
“Ooohhh... buu... terima nih pejuh saya!!! Ooohhh!” lenguh Afif sambil meremasi payudara wanita itu.
Akhirnya tumpahlah sperma pria di vagina Imelda, cairan itu terasa hangat mengisi vagina si istri pendeta. Limpahan cairan yang membecek pada vaginanya menimbulkan bunyi decakan dan menambah gairah bercinta. Gelombang orgasme itu sungguh luar biasa, Imelda tak dapat menyangkal dirinya sangat menikmatinya, lebih dari ketika bercinta dengan suaminya sendiri.
“Tuhan, ampuni saya!” kata wanita itu dalam hati menyingkirkan tangannya yang membelai kewanitaannya sambil menyabuni.
Fantasi erotis tentang si tukang air galon itu datang tanpa bisa dihalanginya, naluri seksnya menginginkan, namun norma-norma konservatif dan religius yang dianutnya sejak kecil masih menahannya. Masalahnya adalah ia tidak tahu dapat bertahan sampai kapan.




“Ya sayang... jadi sekarang mau langsung ke hotel?” Lisa berbicara dengan suaminya di smartphone sambil mengelus lembut kepala Davin yang telah tertidur di kursi bayi yang diikatkan di sebelah jok kemudi.
Wanita itu baru saja hendak menstarter mobil ketika Niko yang sedang perjalaman dinas ke Amerika meneleponnya. Hujan sudah turun rintik-rintik saat itu.
“Kita mau makan dulu di bandara... udah pada lapar nih. Si Davin gimana?”
“Ada nih di sebelah gua, lagi bobo” jawab Lisa, “si sus udah pulang duluan tadi, gak enak badan, jadi gua suruh istirahat aja biar tar malam semoga baikan”
“Ya udah, baik-baik yah di sana, itu teman gua udah selesai di imigrasi”
“Okay.... you too, luv you”
“Luv you too baby... bye!”
Lisa pun menjalankan mobilnya meninggalkan tokonya yang baru saja tutup. Hujan mulai deras ketika mengemudi 200 meteran dari tokonya. Petir dan guntur mulai saling menyusul.
“Shittt! Apaan nih?” umpatnya dalam hati menemukan dirinya terjebak kemacetan.
Sambil menunggu Lisa meluhat google map yang menunjukkan jalan di depan sana ternyata area merah yang berarti macet akibat banjir. Mau tidak mau ia harus memutar balik agar tidak masuk wilayah banjir dan mengambil rute lain untuk pulang.
“Duh Davin kenapa sayang? Jangan di waktu ginian dong!” Lisa mencoba menenangkan bayinya yang terbangun dan menangis ”kok udah pupu lagi sih?”
Hidungnya mencium aroma tak sedap, ternyata bayinya pup sehingga membuatnya tidak nyaman. Satu-satunya tempat yang terdekat yang pas untuk mengganti popok adalah.... depot air, hanya perlu belok kanan di depan, tibalah ke kompleks tempat depot air yang dijaga Afif. Lisa seenarnya ingin menghindari pegawainya itu sebisa mungkin, namun tak ada pilihan lain, apalagi hujan makin deras, ia pun mengarahkan mobilnya ke sana.
“Cik... ayo masuk, duh hujannya gede banget!” Afif segera keluar dan memayungi sang nyonya majikan begitu melihat mobilnya memasuki halaman depot.
“Jalan sana banjir pak, Davin berak lagi!” kata Lisa begitu keluar mobil sambil menggendong bayinya yang terus menangis.
“Ya ayo bu, cepat masuk!” sahut Afif memayungi keduanya tanpa peduli dirinya terkena hujan.
Di dalam Lisa baru ingat lupa membawa tas peralatan bayinya. Afif dengan sigap segera keluar lagi setelah meminta kunci mobil dan kembali tak lama kemudian dengan tas tersebut dan stroller.
“Makasih yah pak!” kata Lisa sambil membersihkan pantat bayinya yang belepotan kotoran.
Afif turut membantu sehingga sebentar saja Davin sudah bersih dan memakai popok baru.
“Davin mau susu yah!” Lisa segera duduk di kursi mengambil posisi nyaman, membuka kemeja dan menaikkan branya.
Bayi itu segera memagut payudara ibunya begitu didekatkan ke mulutnya. Ia baru sadar telah memamerkan payudaranya di depan pegawainya itu. Karena sudah sering bercinta dengan pria itu, ia tidak terlalu risih lagi.

Afif mengajak ngobrol nyonya majikannya yang sedang menyusui itu, obrolan biasa sehari-hari saja sehingga membuat wanita itu tidak canggung.
“Hujannya masih gede cik!” kata Afif setelah wanita itu melepaskan payudaranya dari mulut bayinyq yang sudah terlelap lalu meletakkannya di stroller, “gak mau tunggu dulu sampai kecil?”
Lisa terdiam sambil membenahi pakaiannya yang terbuka, “... sepertinya harus nunggu dulu kalau gede gini pak!”
Sebentar kemudian, keduanya sudah di kamar Afif, duduk di pinggir ranjang dan berpagutan dengan panasnya. Tangan Afif mempreteli kancing kemeja nyonya majikannya dan menyingkap branya hingga terpampang jelas dua buah dada wanita itu putih sekal dengan putingnya mengacung keras. Segera saja bibir tebal Afif mengulum buah dada bagian kanan Lisa. Payudara itu habis masuk ke mulut Afif. Sembari mengemut, Afif memainkan lidahnya di putingnya
“Oooouuugggghh... Paaak.....” desah Lisa menggelinjang.
Bergantian Afif mengemut dan menjilati dua buah dada Lisa, ia juga merasakan ASI yang gurih keluar dari putingnya, kini gilirannya menyusu setelah si bayi. Desahan ibu muda itu semakin terdengar. Tangannya menekan kepala pegawainya agar terus menghisapi buah dadanya. Sementara kakinya mengangkang lebar, membiarkan tangan kasar pria itu memasuki roknya dan menggerayangi selangkangannya dari luar celana dalam.
“Ooohhh..., Paaak… aaahhh!!” desah Lisa semakin liar.
Sebentar saja bagian tengah celana dalam Lisa sudah basah digosok-gosok jari si tukang air galon. Jari-jari tangan Afif sudah basah oleh cairan vagina Lisa yang mulai mengalir akibat rangsangan di payudara dan lubang kemaluannya. Lisa menarik kepala Afif dan menciumi mulutnya. Keduanya berpagutan dengan amat bergairah. Desisan dan desahan Lisa tertutup oleh ciuman nakal Afif. Lisa yang semakin bergairah berinisiatif membuka kaos pegawainya itu. Seringnya berhubungan dengan pria itu membuat Lisa semakin agresif. Kini wanita itu membuka celana cingkrang beserta celana dalam Afif sehingga penisnya yang sudah ereksi langsung mengacung tegak.
“Aaaaahhh… enak, ciik... oooh!!” Afif mendesah memejamkan mata, kepalanya menengadah merasakan jilatan nyonya majikannya pada penisnya.
Afif terhenyak dengan sikap Lisa yang semakin liar. Wanita itu memang mengurangi frekuensi hubungan gelapnya dengan Afif, namun begitu bercinta, ia tidak sungkan mencurahkan hasrat terpendamnya di balik imej istri dan ibu yang baik. Ia merasakan gairahnya begitu menggebu-gebu, saat mulai mengulum penis pegawainya itu. Afif semakin belingsatan sambil meremasi payudara Lisa.

Lisa semakin semangat menjilati batang penis Afif yang berurat itu hingga terlihat mengkilat. Aroma khas kejantanan pria itu membuat Lisa semakin birahi, tangannya meremas buah zakar Afif dengan lembut. Perlakuan tersebut semakin membuat si tukang air galon mendesah penuh nikmat. Matanya terpejam, mulutnya menganga dan menengadahkan kepala.
“Aaaaaahhh... mantapphhh cik!“ desah Afif meremas payudara wanita itu
Penis perkasa Afif kini menegang dengan maksimal. Tak ingin buru-buru memuntahkan isinya ke mulut Lisa, Afif segera menarik kepala nyonya majikannya dan mencium mulutnya dengan ganas dan liar. Lisa membalasnya dengan tak kalah bergairah. Sambil berciuman, tangan kiri Lisa masih mengocok batang penis pegawainya itu. Afif yang sudah terangsang berat, lalu menindih tubuh Lisa. Sungguh pemandangan yang erotis, seorang lelaki setengah baya berkulit gelap tengah menindih wanita cantik bertubuh sintal yang putih mulus, sambil terus bercumbu. Warna kulit keduanya terlihat kontras. Afif melepas celana dalam Lisa yang membantu dengan mengangkat pantatnya. Wanita itu siap untuk menerima sodokan penis pegawainya itu. Afif segera merentangkan kedua kaki Lisa dan meletakkan ke bahunya. Tangan kanan pria itu membimbing penisnya memasuki lubang vagina Lisa.
“Oooohhhh...” baik Afif maupun Lisa sama-sama mengeluh merasakan nikmat ketika kelamin mereka bersatu.
Afif merasa penisnya dijepit dengan sempurna dan diremas-remas oleh dinding vagina Lisa yang masih seret walau pernah melahirkan. Batang Afif yang menggesek klitoris Lisa, membuat ibu muda ini amat terangsang, cairan vaginanya semakin banyak tertumpah. Hujan di luar semakin deras, bayi Davin terlelap di keretanya di sudut kamar sementara mamanya bercinta dengan liar dengan pegawainya yang sesungguhnya adalah ayah biologis sang bayi. Hujan mulai reda saat Afif mencapai orgasme dan mencabut penisnya sesuai permintaan Lisa agar tidak buang di dalam. Crot.. croot... sperma pria itu sudah lebih dulu muncrat di wajah cantik Lisa sebelum ia sempat memasukkannya ke mulut. Lisa segera meraih penis Afif dan memasukkannya ke mulut, menghisap dan melakukan cleaning service hingga penis itu menyusut di mulutnya.
“Hati-hati di jalan cik!” kata Afif setelah mereka memulihkan tenaga dan berbenah, “ga tunggu bentar lagi, takutnya masih banjir”
“Gak lah pak, udah malam, cukup buat hari ini” jawab Lisa memantau bayinya yang masih terlelap.
Setelah mobil yang dikemudikan nyonya majikannya keluar dari pekarangan depot air, Afif kembali menutup pagar dan masuk ke dalam. Senyum lebar menghiasi wajah pria itu, ia berhasil menaklukkan majikannya sedemikian rupa sampai tidak sanggup melepasnya, yang juga artinya ia masih bisa menikmati para wanita di kompleks ini dan kesempatan menikmati yang lain terbuka lebar di depan.



SEPULUH BULAN KEMUDIAN

“Tau gak Fif, kita lagi senang banget” kata Pak Nugroho setelah Afif mengambil galon-galon kosong dan menggantinya dengan yang baru.
“Kenapa nih pak?” tanya Afif.
“Hehehe... saya baru dapat cucu lagi Fif” jawab rektor itu sambil membuka smartphonenya, “cucu ke enam, dari anak saya yang istrinya bule itu loh!”
“Oohhh... mantu bule yang itu, wah rajin bikin anak yah mereka. selamat.... selamat... !”
“Nih Fif... belum sampai sebulan!” Pak Nugroho menunjukkan foto di smartponenya, “namanya Ethan”
Si tukang air galon tertegun melihat foto bayi laki-laki itu, rambutnya yang masih tipis pirang seperti ibunya, namun mirip dengan beberapa keponakan dan kerabatnya di kampung, yang tentunya masih sedarah dengan dirinya. Pria itu merasakan sesuatu ikatan aneh hanya dengan melihat foto bayi itu, apalagi dihitung dari waktu sejak berhubungan singkat dengan ibunya, kemungkinan besar anak itu adalah.... hanya ibunya yang tahu dengan jelas.
“Kenapa Fif?” tanya Pak Nugroho melihat Afif terhenyak melihat foto cucunya.
“Ini... mirip sih sama... sama keponakan saya di kampung, agak...”
“Kan ada darah Indonesianya, wajarlah hehehe.... sebenarnya dulu saya khawatir loh anak bapak yang kecil itu jangan-jangan suka sesama jenis, dia pacaran aja gak pernah, temannya dikit, cowok semua lagi”
“Terus gimana kok bisa dapet cewek bule?”
“Ya itulah, mereka dekat di sana. Begitu saya sama istri pertama lihat si Crystal dan cocok, istri saya ngedorong Crystal lebih inisiatif, lebih agresif, soalnya si bungsu ini orangnya malu-malu... ya singkat cerita mereka nikahlah, anaknya paling banyak lagi. Yang paling gede baru ada dua, yang kedua satu, yang ketiga malah belum punya anak” tutur Pak Nugroho memandang foto keluarga di ruang tengah.
Setelah pamitan, Afif meninggalkan rumah si rektor dengan perasaan sulit dilukiskan, sama ketika melihat putra Lisa, walaupun majikannya itu tidak pernah sedikitpun berterus-terang tenang yang satu itu. Satu lagi wanita yang pernah bercinta dengannya berhasil ia buahi, kali ini bahkan orang negara lain.

THE END
 
Terakhir diubah:
charater wanita2 lain yg di takluk sama afif kok enggak di ceritain hu,kyak ank SMA ank penghuni komplek trus anak kuliah yg tinggal di komplek tempat afif antar galon kok enggak di ceritain hu
 
makasih updatenya suhu :ampun: :ampun:
ditunggu petualangan Afif dan karakter caligul universe lainnya :ampun::semangat:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Emang cerita suhu nih nantap euy.. ditunggu next journey Afif nya hu hee
 
charater wanita2 lain yg di takluk sama afif kok enggak di ceritain hu,kyak ank SMA ank penghuni komplek trus anak kuliah yg tinggal di komplek tempat afif antar galon kok enggak di ceritain hu
Tiap tokoh ada bagiannya sendiri, kan di cerita lain udah tokoh lain, nanti cerita berikutnya tokoh lain lg, tunggu aja
makasih updatenya suhu :ampun: :ampun:
ditunggu petualangan Afif dan karakter caligul universe lainnya :ampun::semangat:
Termasuk cameo si ter...la...lu....
mantap suhu buat ts baru lagi lah
Sedang proses
Emang cerita suhu nih nantap euy.. ditunggu next journey Afif nya hu hee
Afif siap menggoyang kompleks
ada pak zul pas scene arlene dan christine :D
Sudah dikoreksi, thx
What an ending....
Thank you so much!
makes me wonder.... how many aquababy did our aquaman produces, hehehe
Aquakids everywhere
Hak....hak...hak...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd