Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cerita Kita

"sayanggg iniii" ucap Idan sambil membuka pintu kamarnya.


Ia memberikan 1 bungkus plastik pada istrinya sedangkan ia membawa 2 piring kosong dan 1 piring berisi nasi. Mereka baru saja sampai dikediaman orang tua Idan, sebelum masuk kerumah Asya meminta suaminya untuk membeli rujak dan lotek diujung gang.


Idan pun menuruti keinginan istrinya itu dengan syarat Asya langsung masuk kekamarnya saja, karna cuaca cukup terik hari ini.


Asya langsung membuk 2 bungkusan yang suaminya berikan sedangkan Idan masuk ke kamar mandi, Asya mencoba rujak pesananya terlebih dahulu dan rasanya tetap sama! tetap enak seperti biasanya.


Idan yang baru selesai dari kamar mandi melihat Asya menikmati rujaknya.


"makan nasi dulu baru makan rujaknya sya" ucap Idan seraya berjalan menghampiri istrinya.


Idan duduk di sebelah istrinya yang kini malah terdiam, Idan mengerutkan keningnya.


"sini makan sayang" ucap Idan sambil menarik tangan Asya, Asya menepisnya dan membuang tatapannya kearah lain.


"ai kamu kenapa ?" tanya Idan, ia bingung kenapa istrinya seperti ini.


"gpp" singkat padat dan sangat jelas jawaban yang Asya berikan.


"Idan bikin salah sayang? kok marah sih?" tanya Idan mencoba bersabar dengan mood istrinya ini.


"kamu gasadar? kamu marahin aku? kamu bentak aku tadi" cicitnya pelan, Idan semakin bingung dibuatnya. Idan mengingat lagi ucapannya hari ini, Idan melipat bibirnya karna tak tau ucapannya yg mana yg membuat Asya merasa dimarahi, hingga akhirnya ia menebak nebak mungkin ucapan barusan yang menyuruh istrinya makan dulu.


"kamu gamau makan sayang? hmm?" dengan nada lembutnya Idan berbicara, Asya diam tak menjawab lagi. Idan menarik nafasnya dalam, lalu menarik istrinya ke pangkuannya.



Idan melihat jam yang berada ditanganya, ia baru sadar jika tanggal halangan istrinya sudah dekat. Pantas saja moodnya gampang sekali berubah ubah, tangan Idan terulur mengusap pinggang istrinya dengan lembut.


"Idan minta maaf ya sayang, Idan gabermasud marah sama Asya. Asya boleh makan rujaknya, tapi makan dulu ya cantik? daripagi belum makan nasi lho kamu. nanti perutnya sakit. Idankan udah nurutin permintaan Asya buat bikin rujaknya pedes kaya biasakan? sekarang masa Asya gamau nurut sama Idan?"


Asya menatap suaminya dengan mencebikan bibirnya, Idan tersenyum dan memainkan pipi istrinya.


"suapin" ucap Asya dengan nada yg dibuat seperti anak kecil, Idan pun mengangguk.


Asya bangkit dari pangkuan suaminya dan duduk berhadapan, dengan senang hati Idan menyuapi istrinya yang sedang dalam mode manjanya itu, sesekali ia juga menyuap untuk dirinya sendiri.


Setelah selesai Idan bangun dari duduknya berniat untuk turun kebawah untuk menaruh piring kotornya, baru sampai pintu kamar Asya menginterupsi.


"byby, boleh minta tolong buatin es teh manis?" tanyanya


"oke sayang sip"



Idanpun melanjutkan langkahnya, ia turun menuju dapur yg berada dilantai bawah rumah orangtuanya itu.


Saat Idan sedang menuangkan air panas kedalam gelas ibunya menghampirinya dengan membawa 1 bungkus plastik.


"buat apa nak?" tanya Ibunya


"esteh manis buat Asya, ibu baru pulang?"


"mampir bentar a, nanti juga balik lagi ke toko" ucapnya



Idanpun hanya mengangguk mengerti, kedua orang tuanya memang memiliki toko elektronik yang cukup ramai pembeli di setiap harinya. Jadi mereka jarang berada dirumah seharian, mungkin jika toko tutup karna hari besar atau tanggal merah saja baru mereka ada dirumah atau berlibur semaunya mereka.


"nih mangga buat Asya" ucap Ibunya sambil memberikan satu wadah berisi mangga yang sudah dikupas.


"buat menantunya doang? anaknya ga dikasih nih bu?" goda Idan


"yak!! emang menantu ibu rakus apa? mangga sebanyak itu diabisinnya sendiri? ya sama kamu juga lah" Idan tertawa mendengar jawaban Ibunya.



Ibunya memang sangat menyayangi Asya, Idan tak heran jika ibunya mengingat semua buah kesukaan istrinya itu. Bahkan jika tak musim sekalipun, kalo Asya datang kerumahnya pasti selalu diusahakan ada.


Idan sudah selesai dengan kegiatannya, iapun pamit untuk kembali keatas. Tapi sebelum ia kembali ke atas ibunya menahanya, Idan mengerutkan keningnya seolah bertanya.


"ibu mau tanya dulu sebentar, Asya masih suka overthinking masalah keturunan engga?"


"masih bu tapi kadang kadang sih engga sesering dulu pas awal nikah, kenapa emang?"


"aishhh anak itu, jangan dipikirin gitu ya bilangin aja sedikasih nya" Idanpun mengangguk, memang selalu itu yg ia katakan pada istrinya.


"tadi ibu denger kamu teriak diatas, kamu marah? gaboleh marah marah sama istri kamu Idan" peringat ibunya.


"hehe gasengaja ibu ih, Idan cuman larang Asya makan rujaknya sebelum makan soalnya daripagi perutnya belum keisi nasi" jelas Idan, ibunya pun mengangguk mengerti.


"iyaiya ibu ngerti, tapi jangan dikasih nada tinggi Asyanya. Perempuan tuh perasa Idan, intonasi naik dikit aja baper. Gaboleh gitu lagi ya nak? kasih taunya pelan pelan aja. Kamu taukan Asya anak semata wayang kaya kamu? pasti orangtuanya sayang dan cinta banget sama Asya, gakan mungkin marahin anaknya dengan nada tinggi. Kamu sebagai suaminya juga harus begitu, Ayah sama Ibu gapernah ngajarin kamu yg gabaik kan? kalo ayah kamu tau menantunya dimarahin anaknya kaya tadi yg dimarahin pasti kamu, kamu ngertikan maksud ibu?"


"iya ibu Idan ngerti maksud Ibu, maaf ya udah marahin menantunya. Kalo gitu Idan naik lagi keatas ya? menantu ibu pasti nungguin nih esteh manisnya" Ibunya pun mengangguk mengiyakan.



Idan masuk kembali kedalam kamarnya dengan esteh manis dan wadah berisi mangga dari ibunya.


"lama banget by ih" kesal Asya


Idan tak menghiraukannya, ia duduk disamping istrinya yang kini menikmati rujaknya dengan menonton film.


"maaf sayang, tadi ada ibu. Idan ngobrol bentar hehe, nih dibawain mangga katanya buat menantu kesayangan" ucap Idan sambil membuka tutup wadah mangganya.


"yeayyyyyy mangga! ibu masih dibawah? aku mau ketemu ibu dulu ahhh" ucap Asya sambil beranjak dari duduknya namun Idan menahanya.


"ibu dah balik lagi ke toko sayang, nanti aja kalo udah pada pulang kamu ketemunya"



Asyapun kembali duduk dan menikmati mangga yg diberikan mertuanya, ia tersenyum senang kala merasakan buah kesukaannya itu berasa sangat manis.


"sayang sayang?" panggil Idan, Asyapun hanya menoleh mentap wajah suaminya.


"besok ada reuni akbar di sma Idan, kamu mau ikut gak?" tanyanya, Asya mengerutkan keningnya tak mengerti.


"kenapa aku harus ikut? tanyanya


"ya kalo kamu gamau ikut, Idan gaakan dateng"


"lah? kan acara reuni sekolah kamu by, kalo mau dateng ya dateng aja gapapa" Idan menggeleng tak setuju.


"kamu mau aku ikut? tapikan aku bukan alumni sekolah kamu baby"


"ya gapapa kan kamu istri aku, jadi mau gak?" tanya Idan, Asya berfikir sejenak.


"guest starnya rizky febian lho" goda Idan


"serius?! ah bohong kamu mah, paling akal akalan doang biar aku ikut yakan?"



Idanpun memberikan ponselnya, ia memperlihatkan sebuah poster yg dikirim di grup satu angkatannya. Mata Asya berbinar kala melihat poster tersebut, Asya memang menyukai penyanyi solo asal bandung tersebut.


"mau mau! aku mau nonton iky!" ucapnya dengan senang


"beneran mau? dresscodenya baju sma tapi sayang" Asya diam, ia mengingat dimana menaruh baju smanya.


"ahh aku masih ada by nanti aku minta tolong mamah buat kirim kesini pake gojek, baju kamu masih ada?" tanya Asya


"ada kayaknya dilemari, tapi gatau muat apa engganya mah hehe" Asya mwmutar bola matanya malas.


"ambil sana, cobain dulu kalo gamuat gausah dipake beli aja lagi"



Idanpun berdiri, membuka satu persatu lemarinya. Setelah mendapat yg ia cari, Idanpun mencobanya dihadapan istrinya, Asya melihatnya dari atas sampai bawah.


"ketat banget idaaaaan!" protesnya


Idan berkaca, memutar badanya untuk melihat dari berbagai sudut. Memang terlihat ketat tapi masih bisa dikancing, mungkin karna badannya yang berubah lebih berisi dan berotot.


"muatlah yangg, ini masih bisa dikancing kok"


"iya bisa tapi ngepresss body banget ih, gada baju yang lain?" tanya Asya



Idan mengingat masih ada baju batiknya yg ukurannya lebih besar, Idanpun mengeluarkanya dan mencobanya.


"nahh itu aja ga terlalu ngepress badan kamu" ucap Asya, Idanpun menurut dan memisahkan pakaianya.


"nanti aku cuci dulu biar bersih sekalian sama yang aku kalo udah dateng" ucap Asya.



Merekapun sibuk dengan ponselnya masing masing, Idan memesan tiket untuk 2 orang kepada teman seangkatanya sedangkan Asya menghubungi mamanya untuk mengirimkan baju seragamnya.


"sayanggg, ngantuk" ucap Idan sambil mengucek matanya, Asya menatapnya sekilas dan beranjak menuju ranjangnya.


Idan yang melihat istrinya sudah berbaring pun mengikutinya, Idan menelungkupkan badanya sambil memeluk Asya. Kepalanya berada di dada istrinya, sambil mendengar detak jantung Asya mata Idanpun terpejam.


"sore potong rambut ya by" pinta Asya, Idan hanya berdehem dan menganggukan kepalanya.


Asya mengelus kepala suaminya, sesekali menyurai rambutnya membuat Idan semakin mengantuk dan akhirnya tertidur.


Setelah memastikan suaminya tertidur pulas, Asya mengambil ponsel suaminya, ia membuka satu persatu sosial medianya bahkan mengecek satu persatu chat yang masuk. Idan tak pernah keberatan dengan tindakannya ini, menurut suaminya itu hal yang wajar.


Bosan dengan ponsel suaminya, Asyapun menaruhnya kembali dan mengambil ponselnya. Ia kembali berselancar di sosial medianya, berbeda dengan Idan yang pasif dengan sosial medianya, Asya adalah type orang yang sangat aktif.


Asya mengerutkan keningnya kala melihat status sekertaris suaminya, di postingannya Nayra mengupload foto mesra dengan seorang laki laki dan memberi caption My sexy Boss✨.


"boss? Idan maksudnya?" gumam Asya.


Belum sempat Asya mengirim pesan untuk Nayra, tiba tiba saja Nayra menghubunginya.


"hallo mba Asya yang cantikkkkk, udah liat status terbaru aku belum?" ucapnya di seberang sana, jujur saja Asya malas mendengar suaranya itu terdengat seperti mengejek kalian tau?!


"udah, kenapa?" balas Asya dengan datar, tanganya kembali mengusap kepala Idan.


"yahhhh maap ya mbaaa, Pak Arsyadnya gapulang pulang hihi. ah tapi kayaknya gaakan pernah pulang lagi sih mba, soalnya udah betah sama saya disini. Mba tunggu aja surat cerainya dari pengadilan nanti" ucapnya dengan percaya diri, emang boleh sepercaya diri itu Nay? batin Asya.


"memangnya yg kamu update itu suami saya Nay? kok beda ya?"


"boss saya cuman Pak Arsyad mba, jadi ya siapa lagi kalo bukan beliau"


"tapi saya istrinya Nay, saya tau gimana perawakan suami saya. Kamu kalo berharap jangan tinggi tinggi deh, nanti jatohnya sakit" peringat Asya


"Asya Asya... aku tau kamu masih gaterima sama apa yang terjadi, tapi kenyataanya suamimu emang udah ninggalin kamu kan? aku tau kok kalo kemarin malem kalian berantem hebat sampe akhirnya Arsyad pergi ninggalin kamu dan nemuin aku haha"


"kenapa kamu tau?" selidik Asya


"karna semua yang terjadi kemarin adalah ulahku, aku membuatnya tak mencintaimu lagi makanya sekarang kamu ditinggalin mba! dan sekarang akulah pemenanganya, see? aku bisa dapat apa yg aku mau Asya"



Idan terusik karna suara istrinya, ia terbangun dan menatap Asya.


"siapa?" tanya Idan tanpa suara, Asya menjawab "Nayra" dengan tanpa suara juga. Idanpun mengangguk dan kembali menyandarkan kepalanya di dada istrinya.


Tangan Idan membuka 3 kancing bagian atas kemeja yang digunakan istrinya saat ini dan kembali menatap Asya.


"boleh?" tanya Idan kembali tanpa suara, Asyapun mengangguk mengiyakan.


Mendapat lampu hijau dari istrinya, Idanpun dengan santai menyesap susu istrinya seperti bayi dan kembali memejamkan matanya. Tentu saja ia masih merasa ngantuk tapi karna suara Asya berisik jd ia sedikit terganggu, Asya kembali menepuk punggung suaminya agar merasa nyaman.


"ohhhh jadi karna suamiku tak tergoda oleh tubuhmu jadi kamu melakukan black magic Nayra?! haha sungguh licik rupanya" ucap Asya menyindir, terdengar tawa diseberang sana yang pasti itu suara Nayra.


"licik? persetan dengan ucapanmu itu mba, yang penting sekarang Arsyad menjadi milikku!


"ahhh yayaya terserahmu saja Nay, ambil saja tidak apa apa toh saya masih bisa dapetin yang lainnya. Nikmatin aja Nay, tapi ingat karma itu nyata adanya"


"ah tapi Nay saya gapercaya kalo suami saya ada disana, mungkin saja Idan bersama wanita lain yang lebih menggoda daripada kamu hehe. Kamu tau? selera suami saya sangat tinggi" ucap Asya sambil terkekeh mengejek


"mau saya vc mba biar mba percaya kalo suami mba ada disini? bahkan kita abis main lho mba, ini aja lagi nyusu sama saya" ucap Nayra dengan nada mengejek juga.


"berani? ah saya pikir kamu cuma omong kosong saja" tantang Asya. Nayra pun mengubah panggilannya menjadi video call, dan memperlihatkan seseorang yang memang menyusu padanya.


"ohhh jadi benar suami saya ada disana?" tanya Asya


"haha mba bisa liat sendirikan, suamimu itu udah gaakan balik mba jadi ikhlasin aja buat saya" ucap Nayra


"mmm ambilah gapapa" ucap Asya dengan tersenyum.



Ini diluar perkiraan Nayra sebenarnya, ia kira Asya akan mengamuk dan meminta suaminya kembali tapi malah di serahkan begitu saja, tidak seru! batinnya.


"udah siap jadi janda mba?!" ejeknya


"ya mau gimana? bukanya peletmu bekerja dengan baik?" cibir Asya, Nayra mengangguk dengan senyumnya yang mengejek.


"tapi Nay saya mau tanya boleh?"


"tanya aja mba"


"kalo suami saya menyusu padamu, lalu siapa yg menyusu pada saya ya?"



Layar ponsel yang tadinya memperlihatkan wajah Asya, kini memperlihatkan Idan yang sedang menyusu padanya. Nayra mengerutkan keningnya, memerhatikan siapa pria yang ia lihat.


"byby wakeup, boleh liat sini sebentar?" ucap Asya lembut, Idanpun menoleh sebentar sambil menutup payudara istrinya dengan tanganya.


"apa?" tanya Idan dengan wajah yang masih mengantuk.


"sebutin nama kamu coba" ucap Asya, Idan mengerutkan keningnya lalu menjawabnya


"Arsyad zaidan Nataprawira, kenapa?" Asya menggeleng dan menyuruhnya untuk kembali pada kegiatannya.



Nayra tertegun, apa peletnya tak bekerja dengan baik ya? padahal ia sudah memastikan bahwa Idan pergi meninggalkan istrinya kemarin. Sialan! Ia harus kembali menemui dukunnya lagi nanti, Nayra merasa dipermalukan sekarang!


"kok diem Nay? kaget ya? pasti kagetlah hahaha" Asya tertawa puas saat melihat wajah Nayra yg merah padam dan langsung mematikan panggilan videonya.


Asya menarug kembali ponselnya, ia masih tak berhenti tertawa membuat suaminya kembali menatapnya.


"jadi Nayra yang bikin aku mau ninggalin kamu kemarin sya?" tanya Idan, ia mendengar seluruh obrolan istrinya dengan sekertarisnya itu.


"kamu denger? bukanya kamu tidur?" tanya Asya memastikan


"heem sekilas, kamu berisik sih jd aku kebangun" protesnya


"ututuuuu maap ganteng, sini bobo lagi" ajak Asya sambil merentangkan tanganya, Idanpun menurut dan masuk kedalam pelukan istrinya.


"kamu gamau bahas yg tadi?" Tanya Idan diceruk leher istrinya, Asya menggeleng dan mengeratkan pelukannya.


"engga penting, gausah dibahas. kita tidur aja" ucapnya dengan tegas.



Idanpun menuruti perintah istrinya itu, ia mencium leher Asya beberapa kali dan kembali tertidur.



*************
- Penginapan Nayra -


"Rudiiii bangunnnnnn" teriak Nayra pada laki laki yang kini menyusu padanya.


Ya! laki laki yang berada dikamarnya adalah Rudi, rekan kerjanya itu membantunya untuk menemui dukun yang bertugas untuk memelet atasannya. Dukun itu juga yg dipakai Rudi untuk mengguna guna Asya, tapi ternyata Asya sulit ditembus karna ia memiliki penjaga yang sangat kuat dari kakek buyutnya.


"apasih Nay berisik!" jawab Rudi.


"anter aku ketemu dukun itu lagi" ucap Nayra yang kini bangkit dari tidurnya dan memakai pakaiannya.


"mau apa lagi sih Nay? kamukan udah berhasil buat atasan mu itu tergila gila sama kamu, tinggal nunggu dia dateng aja kesini kan" ucap Rudi sambil mengucek matanya.


"dia gaakan pernah kesini! Arsyad masih sama Asya sekarang!!!"


"maksudmu?" tanya Rudi tak mengerti.



Rudi masih mengingat ucapan dukunnya kemarin, ia bilang bahwa peletnya berhasil dan Idan akan datang lagi kesini.


"tadi aku ngehubungin Asya niatnya mau pamer kalo Arsyad udah sama aku sekarang, tapi malah aku yang dipermalukan sama dia!! kamu tau? Mereka bahkan masih bermesraan dikamarnya! Dukunmu itu palsu apa gimana hah? niat nipu aku dengan bilang peletnya berhasil hah?!"


Mendengar ucapan Nayra yang sangat amat marah itu, Rudipun bergegas memakai pakaiannya. Yap! mereka baru selesai melakukan hubungan badan, Rudi meminta bayarannya itu setelah dukunnya memberitahu jika peletnya berhasil dan Nayra menyetujuinya.


Merekapun keluar dari kamar, dan bergegas kembali ketempat dukun itu berada. Cukup jauh dari tempat proyek mereka, setelah 1 jam perjalanan merekapun akhirnya sampai.


"mbah mbahhh" panggil Rudi sambil mengetuk pintu, tak lama pintupun terbuka.


"mau apalagi kalian kesini?!" tanya seseorang dengan marah


" sa saya mau ketemu mbah jiwo bu" ucap Rudi


"suami saya sudah pergi, dan itu gara gara kalian berdua!!!"


"maksud ibu?" tanya Nayra tak mengerti.



Istri dari mbah jiwo itupun hanya menatap Nayra dan Rudi dengan tatapan yang tak bisa diartikan oleh keduanya.


"lebih baik kalian pergi dari sini sekarang! cari saja dukun yang lain, yang bisa memenuhi keinginan kalian itu! Suami saya sudah pergi dari sini karna gangguan dari orang yang kalian pelet!"


Tanpa menunggu jawaban dari keduanya, istri mbah jiwopun menutup pintu dengan kerasnya. Rudi dan Nayra saling menatap satu sama lain, hingga akhirnya mereka meninggalkan tempat itu.


Disepanjang perjalanan Rudi berkomat kamit, membaca segala doa yg ia tau karna keadaan jalan sangat sepi dan cuaca sedikit mendung, ia takut terjadi apa apa dengan dirinya sendiri, sedangkan Nayra terus saja menyalahkan dirinya.


"aku gamau tau ya Rud kamu harus cari dukun yang paling bagus! aku udah bayar kamu ya! Dan aku gamau rugi!!!" kesal Nayra


"iyaiyaaa! nanti aku cari lagi! sekarang diem dehhh, ini ganyampe nyampe rasanya!" ujar Rudi ketakutan



Karna disepanjang ia tak melihat kendaraan warga yang biasanya lalu lalang melewatinya, Rudi hanya bisa melihat pohon pohon bambu dan pinus yang tinggi menjulang, auranya sangat berbeda dibanding pertama kali ia datang kesini sendirian.


Setelah 2 jam perjalanan mereka berduapun akhirnya sampai kembali dengan selamat di penginapan, Nayra langsung meninggalkan Rudi yang masih duduk di motornya, ia merasa kesal karna merasa dibohongi oleh rekan kerjannya itu.


"darimana aja Rud?" tanya Romi yang baru melihatnya.


"abis pergi sama Nayra" jawab Rudi yang masih menetralkan detak jantungnya.


"widihhhhh mantep, enak enak gangajakin lu" ucap Romi


"halahh, lu mau sama dia?" tanya Rudi


"boleh lah, lumayan"


"ada syaratnya tapi" bisik Rudi


"apaan?" tanya romi penasaran


"cariin dukun yang mantep buat melet atasanya" ucap Rudi kembali


"Pak Arsayad?" tanya Romi memastikan, Rudipun mengangguk mengiyakan.


"ogah ah! mending booking michat dah gue, daripada dapet gratis harus nyariin dukun. Lagian Pak Arsyad dah punya istri, dia gila apa mau sama laki orang?"


"gue juga gatau kenapa dia kesemsem banget sama pak Arsyad rom, dahlah cape gue mau istirahat"



Rudi dan Romipun berjalan beriringan menuju kamar mereka masing masing.
 
Idan baru saja selesai memanaskan mobilnya, ia juga sudah siap dengan seragam masa sekolahnya dulu. Kini ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.


"sayang udah siap?" tanya sambil membuka pintu. Terlihat Asya duduk di kasurnya sambil bercermin, ia masih memakai skincare diwajahnya.


Idanpun masuk dan memerhatikan penampilan istrinya dari atas sampai bawah, ia baru melihat seragam yg akan digunakan istrinya untuk acara hari ini.


"roknya emang sependek itu ya Sya?" tanya Idan dengan alis yang ia naikkan sebelah.


Asya menggunakan seragam putih abu jaman sekolahnya dulu, entah memang ukuranya seperti itu atau memang menyusut karna dimata suaminya kini baju itu membentuk lekuk tubuh istrinya apalagi rok yang Asya pakai itu terlalu pendek untuk ukuran anak SMA pada umumnya.


"emang segini Idan, emang keliatannya pendek kalo duduk by" jawab Asya tanpa melihat wajah suaminya yang kini terluhat masam.


"gada rok yang lain? atau pake celana aja sih sayang" bujuk Idan, ia benar benar tak rela istrinya menggunakan rok sejengkal diatas lutut itu. Asyapun menatapnya dengan tak suka.


"kenapa sih by? ini masih sopan kok" belanya


"iya sopan tau, tapi pahamu itu lho sayang ih masa dipamerin"



Asyapun berdiri dan memperlihatkan penampilannya sekarang, menurutnya ini biasa. Memang baju yang ia gunakan waktu ia sekolah seperti ini dan itu tak pernah menjadi masalah.


"engga dipamerin Idaaaaan, tuh liat emang segini gaberubah dari jaman aku sekolah"


Asya tetap pada pendiriannya jika baju yang ia kenakan biasa saja, Idanpun tak membalas ucapan istrinya karna percuma saja pada akhirnya ia takkan bisa melawan bukan? jika ia memarahi istrinya otomatis orangtuanya akan memarahinya juga.


"nanti aku tutupin pake cardigan kalo duduk by" bujuk Asya agar ia diijinkan memakai roknya itu.


"iya iya, asal kamu nyaman aja gapapa. yaudah yuk berangkat"



Akhirnya Idanpun mengalah dan membiarkan Asya tetap memakai seragamnya itu, baru selangkah Idan berjalan Asya menariknya untuk berhadapan.


"mau foto" ucap Asya, Idanpun mengangguk menuruti keinginannya.


Mereka pun berfoto dengan berbagai gaya, Asya memotretnya berkalikali dari pantulan cermin agar tubuh keduanya terlihat seluruhnya, dipose terakhirnya Idan menarik pinggang istrinya dan mendarat bibirnya di bibir istrinya. Asya memotretnya dengan menutup bagian bibir keduanya yg menyatu dengan ponselnya.


"idaaaaan ini lucu, boleh diupdate engga?" tanya Asya setelah ciuman dengan suaminya terlepas, Idan melihatnya dan memang benar itu terlihat bagus.


"boleh sayang, yaudah yuk. Disana juga ada photoboth kalo kamu mau foto lagi" ucap Idan, mata Asya berbinar kala mendengar penuturan suaminya itu.



Keduanya pun turun dari kamarnya, Asya memakai backpack dan sepatu convers untuk menunjang penampilannya sedangkan Idan hanya memakai sepatu yang sama dengan istrinya tanpa membawa tas sama sekali. Tak lupa Idan memakai jaket dan Asya memakai cardigan berwarna hitam. Asya benar benar terlihat seperti gadis SMA sekarang, begitupun suaminya.


Merekapun pergi menggunakan mobilnya, cuaca cukup cerah hari ini dan tidak terlalu panas. Disepanjang jalan mereka berbincang santai seperti biasanya, tangan kiri Idan sesekali meremas paha istrinya yang menggemaskan, Asya tak terganggu dengan itu karna sudah menjadi kebiasaan Idan semenjak menikah dengannya, malah Asya selalu mengabadikannya. Entah sudah berapa banyak foto yang ia ambil ketika tangan Idan berada di pahanya, menurutnya itu menggemaskan dan lucu. Tak jarang ia juga menguploadnya ke sosmed seperti sekarang tapi itu juga dengan persetujuan suaminya.


Idan melajukan mobilnya ke arah Jl.Belitung, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit akhirnya mereka pun sampai di SMAN 3 Bandung tempat acara reuni itu berlangsung.


"rame banget by, ini angkatan kamu semua?" tanya Asya saat Idan membukakan pintu untuknya.


"enggalah, tuh liat di bannernya 5 angkatan sayang. 1 angkatan sebelum angkatan aku 3 angkatan seudah angkatan aku" ucap Idan sambil menunjuk banner besar yang terpampang dibagian depan pintu masuk, Asyapun mengangguk mengerti.



Merekapun berjalan menuju pintu masuk acara, baru saja mereka melewati pintu utama Idan sudah disapa beberapa kelompok orang, kemungkinan itu adik kelas suaminya semasa SMA dulu karna Asya mendengar mereka memanggil dengan sebutan A Idan, Idan hanya tersenyum untuk membalas sapaan itu.


Idan mengajak Asya ke salah satu booth poto karna ia yakin istrinya ingin mengabadikan moment mereka seperti ini, mereka terlihat seperti pasangan remaja yang jatuh cinta wkwk. Terlihat lucu mengingat umur mereka yang sudah memasuki seperempat abad itu.


Setelah selesai berfoto ria merekapun keluar, Asya mengantri ditempat duduk yang disediakan sedangkan Idan pergi mencari minuman untuk keduanya.


"udah selesai sayang?" Tanya Idan


Asya mengangguk sambil memperlihatkan 2 lembar foto yang sudah dicetak dan softfile yg ada di ponselnya, terlihat Asya terus tersenyum melihat potret keduanya itu.


"tolong masukin ke tas by" ucap Asya sambil membalikkan badanya, Idanpun menaruhnya dengan aman dibagian dalam backpack istrinya tak lupa ia juga menaruh 1 botol mineral untuk Asya dibagian samping backpacknya.


Mereka berduapun kembali berjalan bergandengan, Asya melihat lihat booth" cemilan yang berada disana sedangkan Idan hanya mengikuti langkah istrinya.


"mau itu by" ucap Asya, ia menunjuk salah satu booth yang menjual sosis bakar. Idanpun mengiyakan, mereka berduapun memesan 2 potong sosis tersebut.


Idan menengok sekelilingnya, ini lebih ke acara festival makanan dibanding reuni akbar pikirnya. Tapi ia tak begitu memperdulikannya, ya setidaknya ia bisa membuat istrinya merasa senang.


Saat keduanya sedang menikmati sosis bakarnya, bahu Idan ditepuk seorang lakilaki.


"Zaidan kan?" tanyanya sambil menunjuk Idan


"Irul? tebak Idan karna memang tak asing dengan laki laki yang kini berdiri disampingnya itu.


"ahhh bener ternyata kirain salah orang haha, apakabar? sekarang tinggal dimana?" tanyanya


"baik Rul, dijakarta sekarang mah cuman kebetulan balik bandung jadi bisa dateng kesini. Lu masih di bogor? apa dah pindah?"


"udah dibandung sekarang, pindah kerjaan gue. itu siapa Dan?" tanyanya sambil menunjuk dengan dagunya


"istri gue" jawab Idan, Irul mengerutkan keningnya kala melihat Asya.


"istri muda lu?" bisik Irul


"hah? maksudnya? istri gue cuman satu kampret" jawab Idan


"lah kata si Daniel lu nikah sama yg lebih tua Dan" ucap Irul


"dih dikira nikah sama yang lebih tua tuh ibu ibu apa? atau nenek nenek yang udah mau gada biar gue dapet warisan?" Irul terkekeh mendengar pertanyaan Idan .


"ya mana tau gitukan haha, emang beda berapa taun?"


"3 tahun bambang, eh yang lain dimana deh? daritadi gue nyari nyari yg seangkatan kaga nemu"


"pada diatas dikelas kita yg lama, ayodeh kesana. Mereka pasti kaget tau ketua osis dateng" Ajak Irul pada Idan.



Mereka bertiga pun berjalan beriringan, Asya memegang erat tangan suaminya. Sejak tadi ia tak berhenti mendengar sapaan orang orang pada suaminya itu.


Tepat di depan ruangan kelas Irul membuka pintu yang setengah tertutup.


"guyssss liat siapa yang gue bawa" teriaknya


Idanpun masuk bersama Asya.


"widihhhhh ketos kita bawa gandengannya nih" ucap seorang laki laki


"siapa tuccccc" ucap seorang perempuan



Asyapun tertunduk malu kala berhadapan dengan teman teman suaminya itu, Idan terus menariknya sampai ia berkumpul dengan teman laki lakinya.


"siapa Dan? istri muda lu yaaa?" ledek temanya


"hussss bacotnya dijaga ye, istri muda istri muda. Istri gue cuman satu niel" ucap Idan sambil mendudukan dirinya di meja kelas.


"lahh bukanya lu bilang istri lebih tua ya pas ketemu gue waktu itu?" Idan kembali mengerutkan keningnya, ada ada saja pikirnya.


"ahh bener bener ya lu, makanya nanya beda umurnya berapa taun cok! cuman beda 3 tahun doang dih, jadi anak anak mikirnya gue nikah sama ibu ibu anjir" protes Idan


"hehe maap atuh" ucap Daniel sambil menggaruk kepalanya yg tak gatal, ia jadi merasa bersalah pada Idan.


"iye gapapa, ohiya kenalin namanya Asya"



Teman seangkatan Idanpun mengangguk bersamaan kala mengetahui nama istrinya, Asya hanya tersenyum saat suaminya memperkenalkan dirinya.


"Dandan yakin tuh bini lu lebih tua dari lu? kok keliatanya malah lebih muda ya" celetuk teman Idan


"mau liat ktpnya biar yakin ?" tanya Idan bercanda



Merekapun hanya tertawa menanggapinya, Idan kembali berbincang dengan teman seperkumpulannya sedangkan Asya hanya memerhatikannya.


"idan idan, istrinya boleh gue ajak jalan jalan ga?" tanya Dara teman perempuan Idan, Idan melihat istrinya yg kini hanya menatapnya.


"kamu mau ikut mereka sayang?" tanya Idan



Asya bingung mau menjawab apa, masalahnya ia juga tak kenal dengan perempuan itu meskipun ia teman dari suaminya. Melihat Asya yang terlihat bingung, Darapun berinisiatif mengajaknya berkenalan.


"ahh teh kenalin aku Dara" ucapnya sambil mengulurkan tanganya, Asyapun menyambutnya dengan menjabat tangan Dara.


"Asya" ucap Asya sambil tersenyum


"jadi mau ikut gak teh? daripada disini dicuekin sama Idannya juga hehe" Idan mendelik tak terima, Asya kembali melihat wajah suaminya.


"boleh by?" tanya Asya memastikan


"kamu mau sama mereka?" Asya mengangguk mengiyankan.


"yaudah gih" ucap Idan sambil tersenyum


"istrinya diculik dulu ya paketu" ucap Dara sambil menggandeng tangan Asya keluar ruangan kelas.


"jagain Dar! jangan sampe lecet!" teriak Idan, Dara mengangkat jempolnya keudara sebelum benar benar tak terlihat oleh Idan.



Sama seperti teman temanya yg lain Idanpun menyalakan rokoknya, mereka kembali terlibat dalam perbincangan yang tak tentu arah.


"Dandan, kasih tips dong biar istri selalu cantik begitu gimana? istri gue dirumah gakaya gitu soalnya, kan kalo istri gue kaya istri lu pasti gue betah dirumah gakaya sekaarang males banget gue ketemunya juga" keluh Wira


"mm sbelum gue jawab pertanyaan lu, jawab dulu pertanyaan gue oke. istri lu sebelum nikah cantik gak menurut lu?"


"ya cantik lah, kalo gacantik mana mungkin gue nikahin dia" Idan menganggukan kepalanya pertanda mengerti.


"nah sebelum nikah dia kerja ga?" Wirapun menganggukan kepalanya


"hmmm berarti sebelum nikah sama lu dia punya penghasilan sendiri yakan? kenapa dia terlihat cantik sebelum nikah? ya karna dia bisa ngerawat dirinya sendiri dengan hasil jerih payahnya. Terus lu ngeluh karna istri lu ga secantik pas sebelum nikah? sekarang gue tanya sama lu Wir, istri lu setelah nikah kerja ga?" Wira menggelengkan kepalanya.


"nah itu masalahnya" cetus Idan


"maksudnya gimana deh gue gangerti sama sekali Dan"


"denger baik baik ya Wir, semua perempuan itu cantik karna emang kodratnya begitu. Kalo lu liat ada yg lebih cantik dari istri lu itu karna mereka didanain perawatan sama pasangannya, kaya lu tadi nanya kenapa istri gue lebih keliatan cantik dibanding istri lu? istri gue perawatan Wir tiap bulan gapernah kelewat, sekarang gue tanya apa istri lu perawatan?"


"sebelum nikah sama gue sih perawatan tapi pas udah nikah engga pernah apalagi pas udah punya anak, mandi aja nunggu gue pulang katanya sih gasempetlah, sibuklah, padahal cuman dirumah doang" Idan kembali menganggukan kepalanya


"lu pernah tanya sama istri lu kenapa gapernah perawatan?" tanya Idan


"ngapain gue nanya soal begituan? kan itu urusannya bukan urusan gue" jawab Wira dengan mengangkat bahunya.


"ya urusan lu lah, lu kan suaminya lu yang bertanggung jawab atas kehidupannya. Sekarang gue tanya, nafkah yg lu kasih ke istri lu sama kebutuhan rumah tangga lu sama engga?"


"ya sama lah kan all in one" Idan menggeleng tak percaya dengan jawaban teman seangkatannya itu.


"Wir gimana caranya istri lu mau perawatan kalo kebutuhan rumah aja lu masukin kedalam nafkahnya? gue yakin istri lu gabisa perawatan bukan karna dia gamau, tapi karna gamampu. Coba deh lu atur uang yang biasa lu kasih ke istri lu itu sendiri, cukup ga buat menuhin kebutuhan kalian. Kalo duitnya pas berarti istri lu lebih mentingin kebutuhan hidup kalian, tapi kalo duitnya lebih emang istri lu yang gamau perawatan"


"ohiya tadi lu bilang istri lu cuman dirumah doang? tapi sampe gasempet mandi? terus lu protes karna dia kaya begitu?" tanya Idan lagi.


"ya gimana gue ga protes Dan? sebagai kepala rumah tangga guekan udah cape kerja ya, ya masa pas pulang gue masih liat rumah berantakan, dia gakeurus sama sekali, kan bisalah mandi gitu sambut suaminya biar seneng atau gimana"


"hmm gue punya solusi kalo begitu" Wira menunggu kelanjutan ucapan Idan, bukan cuma Wira tapi semua teman laki laki Idan yg ada didalam kelas itu.


"gini gini, lu harus punya ART buat beresin rumah lu dan lu harus punya Baby sitter buat jagain anak lu, nah kasih deh duit yang banyak ke istri lu biar bisa perawatan, jadi apa yang lu mau terpenuhikan? jadi lu gaakan bandingin pasangan lu sama orang lain lagi" Jelas Idan pada temannya itu.



Wira menelan ludahnya kasar sementara teman temanya yg lain tertawa mendengar ucapan Idan. Idanpun hanya menyengir pada Wira, suruh siapa malah membandingkan pasanganya bukan?!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd