Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cerita Hasrat Seorang Istri

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Ini lagi digarap gan, ane lagi usahain ga ninggalinkentang lagi gan. Kasian kebanyak kentang goreng takut kolesterol. Hehe hari minggu gan kalo kekejar udah ane update.
Ini post terakhir suhu whiteknife...25 maret 016..maaf suhu gimana kabarnya nihh..??kita semua disini masih menunggu suhu..syang klo putus cerita suhu baguss soalnya..
 
bny cerita bagus yg stuck....ya nasib sebagai penikmat cerita hny bs menunggu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Suhuu...whiteknife masih ada gak si?...ko coment2 kita gk ada tanggapan..suhu..
 
disebelah juga macet segitu doank...mungkin ts nunggu sebelah update baru bsa update disini
 
Utk ceritanya udah bagus gan:beer:

Sdkit saran utk update mgkn bisa agak dpanjangin biar gak berasa sepotong2 n kentang

:ampun:Maap Hanya sekedar saran aj bkn utk sok tau atau offense :Peace:
 
Alur cerita di potong sih bagus2 saja asalkan di barengi update yang cepat. Kalau si penulis sengaja membuat para pembaca membuat komentar panjang untuk menunggu update, saya rasa itu kurang bagus.

Mungkin setelah membaca semua cerita ini, saya bisa pastikan untuk tidak membaca cerita ini lagi. Karena bukan saja pembaca harus menghargai karya si penulis, tapi si penulis juga harus bisa menghargai para pembaca karya anda. Karya tulisan bagus tapi gak ada pembaca ya percuma.. :)

Mohon maaf saya sampaiken.
 
Bimabet

Hana sasmita


Anissa


Mang Ujang


POV Hana

Aku melihat annisa sedang mengangkang di atas tempat tidurku tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh polosnya.

“astagfirullah nisa, apa yang kamu lakukan?”pertanyaan yang tersu menggema dalam benakku.

Dalam posisinya tersebut nisa terus mendesah karna mang ujang masih terus saja memainkan jarinya di selangkangan annisa.
Annisa terlentang juga mengangkang ditempat tidurku dengan mang ujang berada di tepian tempat tidurku. Tangan kananya terus saja bergrilya di daerah kewanitaan nisa yang tampak begitu mengkilap dan basah. Tangan kiri mang ujang juga tak kalah aktif terus memainkan payudara kiri annisa.

Aku bisa melihat dengan jelas walau dari sudut jendela kamarku ini. Walau dengan diam-diam dan hanya ujung mataku saja yang melihat dengan jelas. Aku tetap bertahan dan terus menikmati peertunjukan ini.

Dengan posisiku yang setengah berjongkok ini aku harus terus mencoba bertahan dan tidak mengeluarkan suara yang bisa membuat annisa dan mang ujang menyadari keberdaanku.


“maaaang,, udah dongg.. udah basah ini mangg.. cepat puaskan nissa mang..” suara anissa terdengar parau dibawah kendali nafsu.

“hahaha, ai si neng pengen buru-buru wae ning. Sabar atuh neng nissa, tadi aja nolak-nolak. Sekarang jiga lauk kahausan neng. Hehe” jawab mang ujang dengan logat khasnya.

“maangg,, aahhh... sekarang aja mang,, gateell maangg..” jawab nisa terdengar manja.

“emang mau diappain neng sama mamang teh? Hehe” kata mang ujang.

“entotin nissa mang, kawinin nissa sekarang mang,, shhh...” jawab nissa sambil mendesah, karena jari-jari mang ujang mengocok kewanitaanya dengan lebih kencang.

“tapi neng kudu janji mau nurutin semua maunya mamang?!” titah mang ujang.

“iya mang,, auuhh,, ssshhh” erang nissa,

“iya apa neng, sing jelas atuh.hehe” kata mang ujang lagi sambil terus menggerakkan tangannya dengan intens.

“iyaa nissa mau nurutin semua maunya mamang,, apaa..apaapunn oohh... mangss..” jawab nissa sedikit berteriak keenakan.

Aku masih tidak bisa percaya melihat sahabatku sedang bermain cinta dengan seseroang yang bukan suaminya, dirumahku, diranjang pernikahanku dengan suamiku, dan memohon untuk dipuaskan.

“apa yang sebenarnya terjadi pada nissa, mengapa dia jadi sebegitu rendah, astagfirullah.” Kata-kata ku dalam hati.

“bener ya neng, mau nurutin semua maunya mamang? Jadi budak seksnya mamang, kaya ibu-ibu komplek yang lain?” jawab mang ujang sambil menghentikan gerakan tangannya.

“iyaa maangg,, nissa mau mangg,, nissa mohon mang, jadiin nissa budaknya mamang..” jawab nisa sedikit memelas.

Aku terkejut mendengar percakapan mereka berdua, apa lagi kalimat terakhir yang diucapkan oleh mang ujang.

“memangnya sudah berapa korbannya mang ujang di komplek ini? Dan kenapa semua ibu-ibu itu bisa sampai terjerumus dalam tipudaya mang ujang.” Tanyaku dalam hati.

“dan lagi, mengapa annisa sebegitu rela untuk dijadikan alat pemuas oleh mang ujang? Apakah yang annisa rasakan begitu luar biasa sehingga dia rela untuk dijadikan budak.” Pertanyaan demi pertanyaan tak pernah usai dalam benakkku.

“siap kalo begitu mah neng, bakal mamang puasin neng nissa sekarang, besok, dan besoknya lagi, dan seterusnya.. hehe” kata mang ujang sambil langsung melumat bibir annisa.

Pergumulan mereka terlihat begitu seru diatas ranjangku. Mang ujang melumat bibir annisa dengan sanga buas. Dipeluknya annisa lalu dihisapnya bibir itu kuat-kuat. Dari sini aku hanya bisa mendengarkan suara-suara cumbuan mereka yang begitu dahsyat.

“cuppp,,, shhhh..,,, aiihhh...sslurrpss”

“sllrppsss...mmfhhhhh,, mmffhhfhhhhh...””

Aku tak mampu lagi melihatnya. Aku terduduk tepat dibawah jendela, bersandar pada dinding kamarku. Masih tak habis pikir dengan apa yang terjadi saat ini. Tubuhku lemas, keringatku mengucur deras. Birahiku kembali meninggi seiringan dengan suara-suara yang aku dengar dari belakang. Juga bayangan tentang pergumulan mereka.

Aku ingin sekali menyaksikan mereka bergumul, tapi entah kenapa aku tidak sampai hati melihatnya. Tapi suara-suara itu sungguh menggoda, bahkan hanya dengan mendengarkan suara yang diitimbulkan dari pergumulan mereka aku sudah tidak bisa mengontrol birahiku lagi. Aku ingin sekali menyentuh tubuhku, tanganku sudah tak dapat ku kontrol lagi.

Aku merabai tubuhku sendiri seraya mendengarkan desahan kenikmatan yang dikeluarkan oleh anissa. Aku masih tak berani melihatnya, padahal mereka melakukan dosa besar dihadapanku. Bahkan diatas ranjang pernikahanku dengan mas bram. Tapi aku tak mampu menghentikan mereka. Entah karena aku takut atau malu. Atau mungkin aku yang memang tak ingin ini berhenti sekarang.

“ouhh mang masuk mangg.... hmmmmffhh,..” tedengar suara anissa sedikit berteriak.

“naon neng, naon anu masuk teh?hehe.” jawab mang ujang sambil cengengesan.

“kontolnya maang,, auuhss,.. kontolnya mang ujangg masukkk padett,, hhmmppf” anisa meracau lagi.

“hahaha, iya atuh kontol mamang tea, ga ada bandingnya neng. Bu RT, bu Rw, bu Hajjah juga udah ngerasain kepuasan yang mamang kasih, dan bahkan ketagihan sekarang. Hahaha” jawab mang ujang dengan bangga.

“sekarang giliran neng nisa yang mamang puasin, neng nisa beruntung banget mamang udah lama ga main sama ibu-ibu komplek lantaran pulang kampung kemarin.” Kata mang ujang lagi.

“iya maang,, nisaa beruntungg bisa dipuasin sama mamang..hmppff” jawab annisa sambil terus mendesah.

Aku sungguh tak mampu mendengar semuanya itu, semua terasa begitu menyakitkan. Sahabat dekatku sedang melakukan dosa, dosa yang sangat terlarang. Tapi aku juga tak mau menutup telingaku, tanganku juga terus-terusan sibuk memainkan payudaraku bahkan vaginaku udah terasa basah dibalik pakaian dalamku.

Aku ingin sekali melihatnya tapi aku masih belum berani membuka mataku dan masih bersandar didinding dibawah jendelaku.

“aahhhhh maangg,, itu tehh apaaa..hmmppff..” teriak nisa.

“berurat maang,, berottoot,, geeliii maangg,, aaisshhh ennaakkk!” lenguh nisa.

“nah ini neng yang bikin ibu-ibu ga bisa lupa sama kontolnya mamang. Hahaha” jawab mang ujang.

“Cuma mang ujang yang punya beginian. Haha” kata mang ujang lagi.

Aku tercengang mendengar kata-kata nisa.

“Apa benar yang dikatakan nisa tadi, apa sebegitu menakjubkannya barang milik mang ujang itu?” gumamku dalam hati.

“berurat? Bahkan berotot? Apa ada yang seperti itu?” tanyaku lagi penasaran.

Karena rasa penasranku yang semakin tinggi, lalu aku beranikan diri untuk kembali mengintip kejendela kamarku.

“astagfirullah.......nisaa kamuu...!” ucapku tertahan saat melihat posisi anisa yang sedang telungkup menghadap cermin meja rias ku. Sambil terus ditusuk oleh benda besar kepunyaan mang ujang.

“be..,,beruraattt,, bero,, berotott.” Aku terbata saat melihat benda yang tersu saja keluar masuk vagina nisa.

“hmmmppfff,, maanggg nisssaa mau keluarr maangg!” erang nisa saat hendak mencapai orgasmenya.

“iya neng keluarin aja!” jawab mang ujang.

“nneng keluar maangg......aaahhhhhh!” teriak nisaa begitu lega.

Terlihat cairan cinta anisa muncrat keluar seperti pancuran, bercucuran kemana-mana saat mang ujang mencabut kejantanannya untuk membiarkan anisa menikmati orgasmenya.

“astag...... batangnya tegap mengacung keatas mencapai pusar mang ujang.” Aku terkagum melihat kejantanan milik mang ujang. Sementara itu orgasme anisa belum juga surut.

“aauuhh,, mang ga berenti keluarnyaa, uuuhhhh..” anisa merasakan cairannya tak juga surut.

“mang lanjut ya neng, mang belu beres!” jawab mang ujang.

Tanpa menunggu aba-aba dari anisa mang ujang langsung menusukan kejantanannya ke vagina nisaa.

“aahh maangg, terus mangg... makin enaakk,, neng sukaaa..” teriak nisa.

Aku masih terus menikmati pemandangan erotis ini dari sudut jendela kamar. Aku pun tak hentihentinya merangsang tubuhku sendiri dengan intens. Aku sungguh tak mampu menahan birahiku. Sepertinya aku juga akan orgasme karna terus melihat pemandangan ini.

“hhmmmfff,, seandainya aku yang ada diposisi anisa saat ini. Pasti sangat memuaskan rasanyaa.” Aku malah mengkhayalkan aku dalam posisi anisa saat ini.
Seraya terus mengocokan jariku kedalam lobang vaginaku. Aku tak pernah melakukan hal ini sebelumnya, tapi saat ini jariku seakan sudah terlatih untuk memuaskan vaginaku.

“aahhhhm,,, hmmppfff...mamaang....” suara anisa terdengar begitu merdu ditelingaku.

“hmmppfff,, baangg rudolff..” aku mendesah kecil, dan anehnya malah nama bang rudolflah yang aku sebutkan dalam desahanku.

“aiiissshh,, mang nisaa sampaaii lagii... maanggg.. ennnaakkk aahhhh!” anisa lagi-lagi mencapai orgasmenya dalam waktu yang sangat singkat.

Mendengar hal itu aku semakin bersemangat memburu orgasmeku dengan terus memainkan jariku.

“baang rudolff,, terus bangg,, teruss” desah ku perlahan.

“baangg dikit lagi hana sampai bangg..” lagi-lagi aku menyebutkan nama bang rudolf.

Saat hendak mencapai orgasme tiba-tiba.

KRINGGGGG.....

Handphoneku berdering, mengejutkanku. Aku yang panik dan gagal mencapai orgasmeku langsung menunduk dan tanpa sengaja membentur jendela yang sedang terbuka. Entah semua itu terdengar oleh mereka atau tidak, aku tek perduli aku harus segera menghentikan dering handphoneku ini.
Tanpa melihat siapa yang menelponku saat ini aku langsung mengangkat panggilannya.

“ass,,asssalamualaikum..ah..hmmm” salamku terbata karna aku masih terengah-engah saat pendakian menuju orgasme tadi.

“walaikumsalam...” jawabnya

“ah ini suara bang rudolf, kenapa dia menelponku sekarang” gumamku dalam hati.

“han, kamu gpp kan? Ko terengah-engah gitu? Tanya bang rudolf.

Aku masih coba untuk mangatur nafasku untuk mulai bicara dengan tenang.

“saya gpp bang, hhmm ada apa abang telpon saya?” jawabku lagi

“ouh gpp han, saya Cuma mau mengingatkan kalo saya masih nunggu kamu untuk dipuaskan. Hahaha” jawabnya sambil tertawa.

“dipuaskan, memang itu yang aku butuhkan saat ini. Tapi kata-katanya itu melecehkan harga diriku. Aku tidak serendah itu.” Emosiku dalam hati.

“abang tolong jangan kurang ajar yaa! Saya ga suka abang perlakukan seperti ini! Saya bukan wanita murahan.” Jawabku tegas.

“hahaha hana-hana, tolong jangan bohongi diri kamu sendiri. Saya memang tidak tahu kamu dimana atau sedang apa. Tapi dari sini saya bisa dengar suara desahan seorang wanita yang sedang merasa kenikmatan. Juga mendegar suara kamu yang tadi terengah, saya yakin kamu pasti sedang menonton film porna dan sedang mencari kepuasan dari masturbasi. Haha” jawaban bang rudolf yang mengagetkanku dengan analisanya.

Aku tak mampu berkata-kata mendengar ucapan bang rudolf. Salahku juga mashi tidak beranjak dari tempat ini. Tapi memang aku tak mampu bangkit kakiku masih terasa lemas.

“hana, benarkan apa kata saya han. Sudahlah jangan bohongi dirimu lagi kemarilah. Bram sedang dikantorkan. Saya jamin kamu ga akan menyesal.” Kata bang rudolf lagi.

“tapi baang...” belum selesai menjawab aku menghentikan kalimatku.

“apakah aku harus memeberitahu bang rudolf apa yang sebenarnya terjadi atau biarkan saja dia dengan analisanya.” Aku berfikir.

“tapi apa han, sudahlah. Skg malah kamu kencangkan suara film prononya. Apa kamu senafsu itu. Hahaha. Segeralah kemari hanaku, lonte muslimahku. Jangan siksa dirimu.” Jawab bang rudolf.

Aku kaget sekali sata melihat satu tanagn anisa keluar melali teralis jendelaku. Apa yang dilakukan mang ujang membawa anisa sampai kesini. Pantas saja suaranya semakin kencang. Bahakan bang rudolf menyadari ini.

“hhmmppff, maanggg nanti keliatan oraang....aaihhsss” suara anisa tak dapat kuhentikan, tapi aku juga tak mampu menutup telponku. Yang aku lakukan sekarang hanya menutup mulutku, duduk lebih rendah dan memelankan suara bicaraku ditelpon.

“iya bang, sebentar saya kesana..” jawabku tanpa aku sadari.

“hmmppff maangg enaakk, terussss....”anisa terus meracau

“haha, iya hana. Janganlah bohongi dirimu lagi. Hehe. Saya akan puaskan kamu han lebih dari yang bram lakukan kekamu.” Jawab bang rudolf.

“tapi hana, film yang kamu tonton itu bagus banget pasti ya. Suaranya begitu jelas, dan berbahasa indonesia. Merdu pulasa suara desahan wanitanya. Hahaha saya ga nyangka kamu suka nonton film porno negri kamu sendiri. Dasar lonte munafik. Akui saja han” kata bang rudolf lagi.

Bang rudolf lagi-lagi melecehkanku dengan kata-katanya, tapi anehnya kali ini kata-katanya tidak lagi membuatku emosi. Aku malah semakin birahi mendengarnya.

Dihadapanku aku melihat temanku sendiri sedang meregup kenikmatan dengan luar biasanya didalam kamarku. Aku sungguh iri melihatnya anisa bisa merasakan kenikmatan itu. Disisi lain ditelingaku aku terus mendengar kata-kata yang terus merendahkanku. Dua hal aneh yang justru malah merangsang birahiku semakin tinggi.

“maaanggg,, nengg,, aisshh keluarr lagii....aaahhhh” teriak anisaa.

“astagfir,, annisa lagi-lagi orgasme. Alangkah beruntungnya dia disana, sedangkan aku disini terus tersiksa dibawah birahi yang tak tersalurkan.” Gumamku dalam hati.
Aku sudah tek perduli lagi, aku harus merasakan yang nisa juga rasakan. Aku tak peduli dengan siapa aku meraihnya, bang rudolfkah, mang ujangkah atau siapapun lelaki yang bisa memuaskanku sekarang termasuk mas bram. aku tak mau lagi membohongi diriku, aku tak ingin lagi jadi munafik. Biarlah aku menjadi lonte muslimah untuk lelaki yang bisa memberikan apa yang aku butuhkan.

“iya bang saya lontenya abang, sebentar saya kesana, saya siap-siap dulu.” Kalimat itu begitu mudah mengalir dari multuku. Rasanya begitu lega saat bisa mengakui sisi lain dari dirimu.

“haha, kepuutusan yang cerdas han. apa kamu ga iri sama dia han. Dia sampai teriak keenakan seperti itu. Aku akan buat kamu merasakannya juga han.” Jawab bang rudolf.

“aku tunggu dirumah sayang, assalamualaikum.” Tutup bang rudolf.

“waa,, waalaikumsalam bang.” Jawabku.

Desahan-desahan nisa masih terus terdengar. Tapi suaranya sudah menjauh, mungkin mereka sudah kembali keranjang. Ini saatnya aku harus pergi kerumah bang rudolf. Dengan sedikit merangkak aku coba untuk menjauhi jendela kamarku. Lalu setelah melewatinya aku sedikit berlari menuju mobil.

“aku harus menuntaskannya sekarang, hmmm aku sudah tak bisa menahanya lagi, terlepas ini salah atau tidak. Maafkan aku Tuhan.” ucapku dalam hati.

Dengan segera aku menghidupkan mobilku dan meluncur menuju tujuanku.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd