Suara dengkuran Molly, Kucing Ras berbulu putih, terdengar lembut. Liana meregangkan tubuhnya setelah ia bangun dari tidur nyenyak.
" Hmm... Molly... Tidurnya luarbiasa..." ucap Liana sambil tersenyum. Ia bangkit lalu melangkah menuju meja dan mengambil segelas air bening. Liana lahap meminumnya..
" Hmmh... Segerr..." ucapnya. Ia kembali melangkah ke kasurnya. Tubuh indah yang berbalut kaus tidur dan celana dalam ketat mencetak lekuk liku tubuhnya yang bagaikan ukiran sempurna mahakarya sang kuasa.
Tiba tiba Molly meregangkan tubuhnya lalu kembali terlelap.
" Uuuu.. Hahaha... Masih diterusin..." ucap Liana sambil mengganggu kucingnya lalu ia kembali menelentangkan tubuhnya. Memeknya tercetak jelas dibalik celana dalam ketat yang ia pakai. Buah dada yang sekal dan padat membusung indah. Senyuman terulas diwajahnya saat ia membayangkan sesuatu.
" Tok... Tok.. Tok.." terdengar suara ketukan dipintu.
" Iya... " jawab Liana sambil meraih celana piyama dan jaketnya. Lalu melangkah menuju pintu dan membukanya.
" Ohh.. Bibi.." ucapnya sambil memeluk bi Isah.
" Non Dokter.. Pagi ini sarapan roti dulu ya... Nanti kalau mau berangkat bibi siapkan bekal. " ucap bi Isah Pengasuhnya sejak SMP.
" Bi.. Aku mau nasi kebuli buat nanti malem.." pinta Liana manja sambil menyuapkan potongan roti.
" Boleh.. Berarti untuk bekal bawa sayuran rebus aja atau salad ya non.." ucap bi Isah. Liana menjawab dengan anggukan ditambah senyuman cantik. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan seporsi roti dan susu low fat rasa coklat. Liana bangkit menuju kamar mandi.
Dikamar mandi dibukanya kran air panas dan dingin. Ia ingin berendam sejenak. Melepaskan rasa penat agar saat kekantor nanti ia cukup segar.
Oh.. Iya... dr. Liana Eka Wijaya Sp. B. Ort. adalah seorang dokter spesialis Bedah orthopaedi di sebuah rumah sakit. tinggi badannya 166 cm dan berat proporsional membuat tubuh indahnya sedap dipandang mata. Kecantikan alami dengan pulasan make up tipis membuat wajahnya tampak makin ayu natural. Kala tersenyum kecantikannya makin membias indah dan beberapa kali membuat pengemudi ojol menabrak trotoar karena pesona yang memancar dari kecantikan dr. Liana. Saat ini fikirannya sedang terganggu oleh sesosok pria yang ia temui saat melakukan operasi beberapa bulan lalu. Ia pasien patah tukang bahu yang harus menjalani reposisi pemasangan pen akibat terkena benturan lagi. Sikap dan perilakunya begitu sempurna dimata Liana. Sehingga beberapa kali ia menyengaja mampir untuk makan siang ditempat milik Fairuz Indrawan. Nama pria itu sambil menatap wajahnya hingga puas.
" Ya Allah.... Fairuuzz... Kenapa kamu ngeganggu aku terus siih.. Hihihi.. Tapi sumpah aku kangen kamuuuu.." ucap Liana sambil berendam di bath tube.
" Hhhh.. Fairuz..." desahnya sambil menerawang. Tangannya sesekali membelai tubuhnya untuk membersihkan kulit mati yang melekat. Dan sesekali ia mempermainkan buah dada dan memeknya.
" Emmh..." desah Liana..
4 km dari rumah Liana...
" OK kak... Eomuk, tahu tuna, bakso tuna sama sosis ayam.. Kuahnya mau yang mana kak ?" tanya Fairuz kepada seorang gadis cantik mahasiswi kebidanan.
" Hmm.. Yang enak yang mana bang ?" tanya gadis itu
" Kalo mau pedas saya saranin Samyang atau rica rica, kalo pengen yang sedang saus padang atau tomyum enak banget, kalo ngga mau pedas make kuah bolognaise aja..." jawab Fairuz santai apa adanya.
" Pengen yang sedang..." jawab si gadis itu dengan mata berbinar kala menatap Fairuz.
" Siap..." jawab Fairuz sambil mengemas pesanan gadis itu. Tak lama pesanannya selesai.
" Kalo mau agak sedikit pedas tambahin bubuk cabai aja ya.. Udah dimasukkin..." ucap Fairuz
" Abang kapan masuk ke hati aku..?" tanya si gadis menggoda. Fairuz kaget dan mendadak tersenyum.
" Ehem...! Ehem... Hahaha..." suara Vicky terdengar menggoda Fairuz. Wajah Fairuz memerah malu bercampur campur. Ia tak menjawab hanya menyerahkan pesanan si gadis. Sementara jarinya memberi isyarat ' jangan gitu.. Saya malu.."
" Mbak.. Giliran aku ya..." ucap seorang siswi SMU.
" Oh iya silahkan.." ucap si gadis yang ternyata bernama Rahma. Mahasiswi kebidanan semester 3.
" Bang... Kata mama pesen tahu tuna 200, bakso ikan 200 sama odeng 100." ucap Tiwi.
" Buat kapan wi ?" tanya Fairuz
" Nanti pulang sekolah mau diambil sama mama.." ucap Tiwi.
" Okay... Bayarnya nanti aja pas ambil. Abang siapin dulu yang dari rumah. Biar fresh." jawab Fairuz.
" Okay.. Tiwi masuk dulu ya.." pamit Tiwi
" Iya... Hati hati dijalan..." ucap Fairuz tak selesai karena tiba tiba terdengar suara benturan tulang kepala dengan logam dan Tiwi terjungkal karena menabrak tiang rambu lalu lintas.
" D'ooh.. " ucap Fairuz khawatir lalu ia bergegas menghampiri Tiwi.
" Kamu tuh Wiii.. Wii..." ucap Fairuz.
" Aaa. Abang ngga boleh marah..." rengeknya manja. Sementara Erni temannya sibuk terbahak melihat kejadian itu.
" Iya ngga marah.. Kuat kan ?" tanya Fairuz
" Kuat.. !" jawab Tiwi pasti lalu ia melangkah kembali menuju sekolahnya. Fairuz menatap Tiwi yang sudah seperti adiknya sendiri sambil menggelengkan kepalanya. Lalu ia melangkah kembali melayani permintaan pelanggan yang masih antri. Ia melepas rubber glove nya karena khawatir kotor setelah menyentuh benda benda diluar tokonya lalu menggantinya dengan yang baru.
Kembali ia tenggelam dalam kesibukannya melayani pembeli. Hingga akhirnya semua terlayani. Dan ia bisa sedikit mengambil nafas. Ia mengambil hpnya dan mengirim sebaris pesan untuk dr. Liana.
Sementara itu Liana yang sudah selesai berdandan mendengar denting notif hp miliknya. Ia bergegas membuka WA dan memilah mana yang ia akan baca.
" Ih.. Manusia jijik... " omel Liana saat Ia membaca WA dari Priyo. Pria Fucekboi yang gencar mendekatinya.
Lalu direktur rumah sakit yang mengingatkan soal seminar. Lalu Fairuz. Buru buru ia membuka pesan dari Fairuz dan membacanya.
" Pagi bu dokter. Tatap.pagi ini dengan optimis karena perjalanan kita masih panjang.. Yo bisa yo..! Semangat ! Semangat...!" teks penyemangat dari Fairuz sederhana. Tapi berarti besar bagi Liana.
" Aaa.... Makasih Aa.." ucap Liana manja bercampur gembira. Tanpa sadar apa yang dilakukannya diperhatikan mamanya. Bu Nita dari luar kamarnya sambil tersenyum melihat polah anak gadis semata wayangnya. Lalu ia melangkah kebawah menemui suaminya.
Beberapa menit kemudian Liana menyusul turun dan menemui kedua orangtuanya.
" Papah... Mamah... " sapanya riang. Papah dan mamahnya tersenyum melihat anak satu satunya ceria seperti mendapatkan sesuatu yang sangat luarbiasa.
" Anak gadis mama sedang Falling in love sepertinya " ucap Pak Idham papa Liana.
" Aa nya kirim pesen sepertinya pa.." goda bu Intan.
" Aaaa.. Papah sama mamah jangan ngeledek.." rengek manja Liana kepada kedua orangtuanya.
" Pah mah.. Lian berangkat ya. Hari ini jadwal operasi sampe jam 4 sore. " ucap Liana.
" Iya.. Hati hati.. Salam dari papah dan mamah buat Aa mu.." ucap papa Liana sambil tersenyum penuh wibawa.
" Hmm.. Insya Allah pa.. " jawab Liana dengan pipi merona merah karena malu dan bahagia. Lalu ia mencium pipi papa dan mamanya sebelum melangkah ke mobilnya.
Di toko milik Fairuz..
" Ky.. Mang Iyus pulang dulu ngambil pesanan ya.." ucap Fairuz
" Eh mang. Kalo bisa jangan sesuai pesanan jumlahnya. Stock disini udah mau habis. " ucap Vicky. Lalu keduanya terlibat diskusi soal jumlah barang yang harus dibawa untuk mengisi stock toko mereka. Dan tak lama Fairuz berangkat menggunakan motor roda 3 merk Kaisar andalannya.
2 jam kemudian Fairuz sudah kembali ke toko membawa cool box berisi barang jualannya.
" Jajang.. Les gow..." ajak Fairuz kepada Jajang. Lalu mereka menurunkan barang bawaan. Selesai menurunkan bawaan Fairuz terlihat menyeringai menahan sakit menyengat di bahunya. Vicky memperhatikan dan menyemangati pamannya.
" Jang. Siapin buat bu Wenti mamahnya Tiwi. Nih ordernya..." ucap Fairuz.
Jajang segera menjalankan perintah Fairuz. Sambil sesekali terjadi kekeliruan dalam menghitung diiringi komenan kocak Vicky maupun Asep.
Jam 11:10....
Fairuz sedang menghitung stock barang. Ia mencocokkan dengan data penjualan dan pengeluaran yang ia miliki. Tiba tiba sepasang tangan menutup matanya...
" Hmm... Tebak..." ucap sebuah suara.
" Bentar... Bentar.. Hmm.. Pasti dokter spesialis bedah dari RSUD " ucap Fairuz sambil sedikit menggoda
" Aaa... Kok tau sih..." rengek Liana
" Yaa. Karena kamu udah membedah hatiku..." jawab Fairuz gombal dengan wajah lempeng.
" Iii... Ngegombal.. Hihihi... Bisaan juga si boss nih..." ucap Liana manja.
" Gimana hari ini ?" tanya Fairuz dengan tatapan yang teduh.
" Yaa.. Alhamdulillah lancar.." jawab Liana sambil matanya menatap dalam dalam kepada Fairuz.
" Semoga Allah memudahkan jalan dan memberi kelancaran di setiap langkahmu bu dokter." ucap Fairuz
" Aamiin..." jawab Jajang, Vicky dan Asep sambil menengadahkan tangannya.
" Hmm.. Waktunya makan siang... Kamu makan dulu ya..." ucap Fairuz.
" Bareng..." ucap Liana meminta kepada Fairuz.
" Hmm.. Boleh... " ucap Fairuz sambil melihat jam tangannya. Lalu ia berdiri dan memeriksa kesiapan menu jualannya agar saat jam istirahat nanti ngga keteter.
Lalu keduanya menikmati salad yang dibawa Liana sambil sesekali Vicky nimbrung mencicipi salad. Obrolan mengenai omzet juga sedikit mewarnai. Ucapan syukur meluncur tak henti dari bibir Liana
" Addeuuhh... Dua sejoli..." ledek kang Hendi kakak ipar Fairuz.
" Eh kang..." ucap Fairuz sambil mencium tangan kang Hendi dan teh Dewi kakak Fairuz.
" Lian.. Hari ini rame ngga ?" tanya teh Dewi.
" Alhamdulillah teh. Pesanan juga makin bagus..." jawab Liana yang memang selalu diberi info soal penjualan oleh Fairuz.
Tak lama kemudian para pelanggan mulai berdatangan. Termasuk si recet Tiwi dan Erni.
" A... Minum dulu nih..." ucap Liana saat Fairuz bangkit untuk memberi pelayanan. Fairuz meneguk minuman yang disodorkan Liana.
" Jualan sambil pacaran..." ucap Rahma ketus.
Fairuz tertegun, sementara Tiwi dan Erni menatap gadis calon bidan itu dengan tatapan aneh dan bingung.
" Abang... Aku dulu..." ucap Tiwi
" Aku dulu abang..." rengek Erni
" Hlooh.. Kok rebutan.." ucap Liana yang masuk kedalam toko
" Ini Tiwi teh nyerobot kaya bis Hiba Putra.." omel Erni.
" Alumni Terminal Sudirman..." komen Vicky kalem sambil menyiapkan sate tahu tuna pesanan pelanggan. Tawa mereka pecah mendengar komenan santai Vicky.
" Sini Tiwi sama teteh. Mau yang mana ?" tanya Liana. Sementara aku melayani Erni
" Mau yang samyang teh dokter..." ucap Tiwi memanggil Liana dengan panggilan sayangnya.
Giliran Rahma memesan. Ia memilih bakso seafood kuah rica rica. Wajahnya jutek dan ucapannya begitu ketus. Fairuz ngga ambil pusing, karena ia memposisikan dirinya sebagain pelayan yang sedang melayani pelanggan. Konsekuensinya adalah perlakuan pelanggan akan berbeda beda setiap orang. Sementara Jajang yang menggantikan Liana sibuk melayani kawannya Rahma. Dan Liana berada dimeja kasir. Pelanggan yang datang Alhamdulillah makin banyak hingga mereka sempat khawatir akan kehabisan stock sebelum pelanggan terfasilitasi. Fairuz dan Liana mulai menghitung omzet siang ini. Yang ternyata naik 16% dari hari sebelumnya. Belum termasuk pesanan layan antar yang operasionalnya ditangani Asep.
" Ky, mang Yus balik lagi ke rumah ya. Stock nihil eung.." ucapku.
" Ngga ah.. Jajang aja. Tadi juga kesakitan..." omel Vicky
" Kesakitan ??" tanya Liana kaget
" Iya pas abis ngegotong cool box " ucap Vicky.
Liana menatap wajah Fairuz tajam.
" Iya.. Itu tadi.. Kan.. Satu... Duh si Vicky make laporan.." ucap Fairuz
" Tangan kiri kamu ngga boleh ngangkat beban terlalu berat selama 2 tahun. Ini baru berapa bulan udah ngangkat ngangkat..." omel Liana
" Kenapa ?" tanya kang Hendi kalem
Liana menceritakan apa yang terjadi dengan nada kesal.
" Aikamu Iyus.. Nurut atuh.. Da kalo sakit mah kamu yang ngerasain.." ucap teh Dewi.
" Iya." jawab Fairuz lemah. Lalu Liana memberikan sebuah pelukan.
" Aku ngga mau kamu kesakitan..." ucapnya lirih.
" Dengerin Yus.." ucap kang Hendi
" Iya yang iya.." jawab Fairuz.
Lalu Jajang berangkat menuju rumah Fairuz untuk mengambil stock. Setengah jam kemudian Liana pamit kembali ke rumah sakit untuk melakukan operasi.
" A.. Aku kerumah sakit ya. Operasi 1 pasien lagi." ucap Liana.
" Iya... Kalo udah mau pulang WA aja. Aku jemput. " jawab Fairuz lembut.
" Iya a.." jawab Liana. Lalu ia mencium tangan Fairuz. Dan berlalu mengendarai BMW seri terbaru miliknya.
" Iya sih aku ngga sekaya dia. Tapi aku juga bisa ngasih perasaan dan perhatian kaya dia. Siapa sih dia ?" tanya Rahma ketus dengan wajah jutek.
" Dia dr. Liana Eka Wijaya Sp. B. Orth Spesialis bedah orthopaedi di RSUD kota ini. Dan dia bakal jadi istri Om Iyus paman saya mbak." jawab Vicky lempeng. Sementara Fairuz ngga ambil peduli dengan sikap Rahma. Dimatanya Rahma hanya anak kecil yang baper dan mencari atensinya secara khusus. Tapi Fairuz yang pernah dikecewakan oleh gadis seusia Rahma mengabaikan sikap Rahma itu dan memilih mencari calon istri, bukan pacar. Mendengar hal itu air mata Rahma menetes. Lalu ia pergi menuju angkot yang ngetem tak jauh dari toko milik Fairuz.
Sore harinya..
" Yaaang... Udah lama ?" tanya Liana.
" Baru aja.." jawab Fairuz sambil menyiapkan helm. Rahma menghampiri Fairuz dan mencium tangannya. Priyo melihat kejadian itu dan menatap panas kepada Fairuz.
" Liana !! Sama siapa kamu ?" tanya Priyo
" Oh.. Ini calon suamiku... Kenapa yo ?" tanya Liana
" Sama tukang seblak ?? Hah ! Dimana harga diri kamu ??" ucap Priyo menghina Fairuz.
Fairuz pun hampir terpancing untuk melabrak Priyo. Tapi genggaman jemari Liana menahannya.
" Yo... Kalo kamu menilai Calon suami saya dari usahanya dan menganggap hina. Kamu salah besar. Kamu dan aku sama... Calon suamiku seorang petarung yang memiliki prinsip dan kemampuan. Karya dia ngga dibatasi telunjuk orang. Maaf level kamu dibawah calon suami saya. Makanya aku ngga mau milih kamu..." ucap Liana.
Tiba tiba sebuah suara penuh wibawa terdengar...
" Putri saya benar. Setinggi apapun jabatan anda dikantor, anda tetaplah budak birokrat... Dan.. Sekecil apapun usaha yang dimiliki Fairuz. Dia adalah pimpinannya. Dan saya salut untuk itu." suara papa Liana berwibawa sekali. Ia berhenti karena saat kebetulan lewat ia melihat ada keriuhan yang melibatkan putrinya.
" Fairuz... Liana kalian mau diam disini sampai sore ?" canda papa Liana.
" Bentar pa.. A.. Helmnya..." ucap Liana merengek. Fairuz memakaikan helm untuk Liana. Sesaat ia merasa ada yang kurang.
" Pake ini ya.." ucap Fairuz sambil memakaikan jaket kepada Liana. Liana menurut diikuti tatapan mata Priyo yang diwarnai bara dendam.
Tak lama kemudian Honda CBR 250 RR bermotif Garuda x Samurai meluncur membawa sepasang insan yang sedang merajut asa dan cinta.
Sesampai di toko ternyata pak Idham dan bu Nita sudah menunggu disana setelah membuntuti keduanya.
" Ooo... Ini toko kamu ?" tanya bu Nita
" Oh.. eumh.. Iya bu..." jawab Fairuz gugup.
" Hebat... Hebat..." jawab pak Idham.
" Mang Iyus... punten mang... Stock barang hanya tinggal yang ada disini. Palingan cuma buat 1 minggu kalo yang pesen extra nya mamah Wenti doang." ucap Vicky
" Ini siapa ?" tanya bu Nita
" Ini keponakan saya bu.." jawab Fairuz tak tuntas
" Ibu ??" protes pak Idham
" Oh.. Eh.. Iya mah... Euh.." jawab Fairuz gagap.
" Ya sudah Ky. Mang Iyus belanja besok malam sabtu.." ucap Fairuz masih gugup.
" Assalaamu'alaikum..." suara kang Hendi terdengar. Serempak jawaban salam terdengar.
" Oooh.. Ada tamu..." sapa teh Dewi
" Iya teh.... Teh ini papah dan mamah Liana. Tadi siang sebelum operasi papah mama bilang pengen tau usaha aa. Liana setuju dan sengaja diam diam biar liat apa adanya aja." ucap Liana
" Pah.. Mah.. Ini kang Hendi dan teh Dewi kakak Fairuz no 2." ucap Fairuz menyambung. Lalu...
" Euh ai kamu.." protes Fairuz makin gugup
" Hahahaha... Iyus... Itu muka.." ucap kang Hendi. Pak dan bu Idham yang melihat ikut tertawa.
" Yaa. Melihat kenyataan ini kami bersyukur. Dan merasa bahagia. Selama ini Liana sulit menentukan pilihannya. Sekalinya milih ada kesalahannya. Sampe saya pernah kesel banget." ucap pak Idham
" Ya.. Kalo kami pada dasarnya ngga mau memaksakan. Tapi kalo dua duanya yakin ya.. Silahkan.. Selama bisa bertanggung jawab." ucap kang Hendi.
Lalu mereka terlibat obrolan akrab dan hangat. Sementara Fairuz dan Liana sesekali bolak balik melayani pembeli.
" Yus.. Kamu ke Palabuan kapan ?" tanya kang Hendi
" Besok kang. Biasa..." jawab Fairuz.
" Ikut..." ucap Liana
" Aku berangkat jam 3 malem... Ngejar lelang subuh... Make pick up lagi.." ucap Fairuz
" Ngga mau tau ikut pokonya..." ucap Liana
" Aku bawa Jajang sama Asep.." ucap Fairuz lagi
" Yaaaang...." rajuk Liana
" Ikut we ikut... Suka maen kalo sendirian mah..." kang Hendi memanas manasi
" Wiyyh..." protes Fairuz
" Udah Yus ajak..." kata teh Dewi
" Iya a.. Aa nginep dimamah aja. Eh... Papah sama mamah manggil aa ya.." ucap bu Nita
" Iya mah.. " jawab Fairuz menyerah.
" Makasih yang..." ucap Liana
" Tapi besok tetap fokus kerja terus sore istirahat.. Ngga nawar." ucap Fairuz tegas
Pak dan bu Idham tampak terkesan. Obrolan akrab masih berlangsumg Hingga akhirnya mereka pamit pulang. Sementara Liana pulang setelah toko tutup jam 8 malam diantar Fairuz.
Besoknya semua berjalan sesuai dengan kebiasaan. Pagi hari Fairuz menjemput Liana kerumahnya. Lalu ia ke toko untuk berjualan. Sedikit huru hara karena chaos antrian pelanggan terjadipagi ini. Godaan gadis gadis yang ditanggapi senyuman berwibawa dari Fairuz dan sikap baper beberapa wanita mewarnai suasana. Ditambah kekecewaan mereka saat mengetahui Fairuz sedang dekat dengan dr. Liana Eka Wijaya. Sp. B. Orth.
Siang harinya Fairuz mengantarkan Tuna ribs grill ke kantor Liana dan menyempatkan menemani makan sejenak sebelum ia kembali ke toko.
Sore hari ia menjemput Lianaa dan mengantarkan ke rumahnya.
" Yang... Mau ikut ke toko..." rengek Liana.
" Kemaren aa bilang apa ?" tanya Fairuz lembut
" Aa..." rengek Liana
" Kamu udah bilang Iya kan pas saat aku bilang kamu harus istirahat sore ini yang..." ucap Fairuz
Liana terdiam.
" Kalo aku ngijinin kamu ikut. Aku ngga konsisten. Dan itu sama aja aku ngajarin kamu melanggar komitmen." jawab Fairuz memberi pemahaman.
Liana makin terdiam. Dalam hatinya ia membenarkan ucapan Fairuz. Dan makin besar pula kekagumannya kepada Fairuz.
" Hanya sampe jam 8 yang... 3 jam.. Semalaman kamu sama aku sampe besok malah." ucap Fairuz.
" Iya yang... Aku istirahat. Tapi jam 8:30 tepat kamu udah disini..." ucap Liana merajuk.
" Iya.. " jawab Fairuz tegas. Lalu ia pamit kembali ke toko.
Sementara pak dan bu Idham yang mendengarkan ucapan Fairuz berkomentar
" Hmm.. Fairuz bisa tegas dan ngemong sama anak kita. Ngga salah kali ini dia memilih.." ucap pak Idham
" Iya.. Mamah lega melepaskan Liana sama Fairuz..." jawab bu Nita
" Yaaa.. Adik adik sepupu Liana akan mendapatkan panutan. Sepertinya akan gitu mah.." ucap pak Idham yang diamini bu Nita.
Tepat jam 8:30 malam Fairuz tiba di rumah pak Idham yang disambut Liana dengan pelukan kangen seolah habis berpisah jauh untuk waktu yang lama.
" Hmm.. Kangeen..." ucap Liana
" Kaya yang ditinggal ke Kongo aja bu Fairuz.." canda Fairuz
" Hehehe..." Liana tertawa riang
Fairuz menghampiri pak dan bu Idham.
Setelah mengucap salam Fairuz mencium tangan keduanya dengan takzim. Selayaknya anak kepada orangtua. Reflek pak Idham mengusap kepala Fairuz dan sebait do'a meluncur dari bibirnya. Begitu pula dengan bu Nita.
Mereka merasa perilaku Fairuz berbeda dengan beberapa pria yang pernah mencoba mendekati Liana. Terutama Priyo yang sombong.
Tak lama 2 sepupu Liana tiba. Hilda dan Merry yang berselisih hanya 1 tahun usianya dari Liana menginap dirumah pak Idham.
" Hilda, Merry... Kenalin ini calon suami teteh..." ucap Liana bangga
" Aa yang jualan di jl. Juanda ya ?" tanya Hilda penasaran
" Iya.." jawab Fairuz
" Aaaaa... Teteh maaah.... Tadinya Hilda pengen main kesana. Kata temen Hilda orangnya misterius." ucap Hilda
" Keduluaaan.... Aaa.." protes Merry kecewa.
Tawa menggema diruangan keluarga. Kedua gadis itu ikut larut dalam suasana. Sambil menghabiskan waktu mereka mengobrol santai diruang keluarga. Berbagai obrolan dari yang ringan hingga berat terlontar. Sampai suatu saat...
" Ya udah nikah juga teteh akan tetap nyari nafkah." ucap Liana menanggapi komentar Hilda.
" Ngga boleh.. " jawab Fairuz
" Kok ngga boleh yang ?" tanya Liana heran
" Iya a ?" tanya pak Idham ikut heran
" Kalo udah nikah sama saya nanti. Liana ngga boleh nyari nafkah. Karena nyari nafkah itu tugas dan tanggung jawab lelaki, juga pride nya para pria normal. Tapi kalo niatnya mengamalkan ilmu yang didapat di selama kuliah sampe jadi dokter spesialis. Aa akan dukung habis habisan..." jawab Fairuz
" Dan juga karena Allah menciptakan Liana dari tulang rusuk aa, bukan tulang punggung yang harus meanggung beban, bukan dari tulang kaki yang selalu diinjak, atau dari tulang kepala yang kadang pongah. Tapi dari tulang rusuk yang wajib dilindungi dan dijaga. Itu alasan aa mah..." sambung Fairuz
" Ya Allah... Sekali ngomong dalem banget. Kenapa atuh aa lebih banyak diam..." ucap pak Idham sambil mengusap kepala Fairuz.
Fairuz hanya tersenyum. Sementara..
" Aa... Aku jadi yang kedua ya..." ucap Hilda
" Aku ketiga juga ikhlas a..." canda Merry
Fairuz menanggapinya dengan tawa ringan. Karena ia paham kedua gadis itu hanya bercanda.
Sementara Liana memeluk lengan Fairuz seolah mengatakan kepada semua orang
" Ini suami aku, jangan pernah ada yang deketin..!!" .
Hari makin larut, dan semua sudah diserang rasa kantuk. Satu persatu akhirnya masuk kamar untuk terlelap begitu pula dengan Pak dan bu Idham.
Sementara Liana masuk kamarnya, Fairuz masih bertahan di ruang kerja Liana. Ia memeriksa hasil penjualan hari ini. Juga merencanakan belanja kebutuhan produksi.
" Yang.." panggil Liana
" Iya..." jawab Fairuz lalu bergegas menghampiri ke kamar Liana
" Temenin... Ngga bisa bobo..." ucap Liana manja.
" Hmm.. Sebentar ya. Nge print daftar belanjaan dulu..." bujuk Fairuz.
Liana mengangguk. Lalu Fairuz melanjutkan pekerjaannya sejenak sebelum pindah ke kamar Liana.
Tak lama kemudian Fairuz sudah duduk bersila dilantai sambil mengerjakan sisa pekerjaannya.
Tangan Liana mempermainkan rambut Fairuz. Dan Fairuz membiarkannya dengan harapan Liana tertidur.
30 menit kemudian ia menyelesaikan pekerjaannya dan meregangkan tubuhnya. Lalu ia melakukan brain setting agar tubuhnya bisa bangun jam 02:15. Saat ia hampir terlelap. Sebuah belaian di pipinya membuatnya terjaga.
" Haus..." ucap Liana.
Sigap Fairuz vangkit mengambil segelas air segar. Lalu meminumkannya kepada Liana. Liana yang duduk memakai piyama tanpa BH menatap Fairuz. Fairuz balas menatap Liana dengan penuh rasa sayang.
Lalu ia memeluk tubuh Liana agar Liana bisa merasakan perlindungan yang ia tawarkan. Liana membalasnya dan tak lama kemudian keduanya saling tatap. Banyak kata yang tak terucap tapi mereka saling pahami. Hati berbicara sampaikan rasa dan hasrat. Hingga akhirnya bibir keduanya saling bertaut dan lumayan mesra terjadi. Dengus nafas Liana terdengar oleh Fairuz. Makin lama ciuman mereka makin menggelora. Kancing piyama Liana sudah terbuka sebagian dan memperlihatkan kulit putih mulus milik Liana. Buah dada mulus indah sekal menyembul. Puting imut berwarna coklat muda mengintip nakal. Liana meraih tangan Fairuz dan membawanya menuju buah dadanya. Fairuz mengikuti nalurinya dan mulai meremas lembut buah dada Liana. Telapak tangannya merasakan betapa halus kulit buah dada Liana. Desah nafas Liana kian memburu. Ia merebahkan tubuhnya dan membiarkan Fairuz menatap tubuhnya. Celana dalamnya mencetak memeknya yang tembem. Garis basah tercetak disana. Liana memang sudah digulung oleh nafsu dan hasratnya. Piyamanya telah ia lepaskan semua kancingnya. Naluri Fairuz menuntunnya menuju buah dada sekal itu. Hingga akhirnya bibirnya mulai melumat puting mungil berwarna coklat muda.
" Ssshhmm... Yaaanghh.. " desah Liana sambil memeluk erat kepala Fairuz menikmati lumatan dan hisapan yang dilakukan Fairuz di puting buah dadanya. Tangan kanan Fairuz ikut melakukan serangan lembut yang menghanyutkan. Remasan dan puntiran lembut mendsrat dibuah dada sebelah kiri Liana.
Liana merasakan nafsunya makin meningkat. Pahanya terbuka dan memperlihatkan cetakan memek tembem dibalik celana dalam berbahan satin halus.
Makin lama jemari Fairuz merayap turun. Perut Liana tak lepas dari belaian lembut jemari Fairuz. Hingga akhirmya jari jari itu mulai membelai paha Liana. Dan sesekali membelai permukaan memek Liana.
" Hmmh.. Shyaanghh..." desahnya makin hebat. Fairuz melepas celana dalam Liana. Reflek Liana membantu dengan cara mengangkat pantatnya. Hingga Fairuz mudah melepaskan celana dalamnya.
Fairuz terpana saat melihat memek Liana yang dihiasi bulu halus agak kemerahan. Paha Liana kian merenggang dan memperlihatkan memek tembem berwarna pink. Perlahan Fairuz membelai memek itu dengan lembut
" Aa.. Aaah... Lagih aaa..." desah Liana
Fairuz meneruskan belaiannya di memek Liana. Hingga rasa penasarannya muncul. Lalu ia menempatkan kepalanya diantara kedua paha mulus Liana.
" Haaa... Aahmm... Aa.. Memek Liana diapain yanghh..." desah Liana saat merasakan jilatan lembut di bibir memeknya yang berwarna pink.
Fairuz tak menjawab. Ia terus melumat lembut bibir memek Liana. Lalu ia mencari daging mungil yang terselip diantara bibir memek Liana
Akhirnya ia menemukan sasaran yang ia cari. Itil mungil milik Liana ia lumat lembut..
" Aahhh... Aaa... Auhhhh...." desis Liana tertahan. Fairuz tak menjawab. Ia melanjutkan serangan lidahnya di itil Liana. Kenikmatan dahsyat dirasakan Liana. Pantatnya terangkat merespon gerakan lidah Fairuz. Makin lama.gerakan pantat Liana makin liar. Remasan jemari Fairuz di buah dadanya menambah nikmat dan membuatnya kian melayang. Tiba tiba tubuh Liana mengejang dan bergetar seperti diihantam sesuatu
" Aaaaa... Aaaah... Hkkkhhh.... Hhh... Hhhh... Hhhh.. Aaah..." desahnya lirih.
Nafasnya memburu seperti habis mengejar sesuatu yang dahsyat. Keringat di dahinya terihat samar. Matanya terpejam menikmati sensasi yang belum pernah ia rasakan.
" Yanggh... Hh..hh..hh..." bisiknya
Fairuz mengecup keningnya. Laku ia mengambil handuk kecil untuk melap keringat di dahi Liana. Selesai melap keringat didahi Liana ia melap memek Liana agar lendir yang ada bersih. Tak lupa ia memakaikan kembali.pakaian Liana.
" Yang.. Kamu ngga..." ucapan Liana terputus
" Aku hanya mau yang satu itu kalo kita udah ijab qobul. Aku mau kita pacaran sebenarnya saat sudah menikah." jawab Fairuz tegas.
Liana menatap wajah Fairuz lekat. Ia tak percaya. Pria dihadapannya ngga semesum yang ia bayangkan. Dari beberapa pria yang ia kenal, kebanyakan ingin melakukan hubungan sex dengannya padahal baru kenal beberapa minggu. Sementara lelaki ini malah memberikan kepuasan untuk dirinya tapi ia tidak melakukan penetrasi agar kesuciannya tetap terjaga.
" Sekarang kamu tidur yang. Nanti dijalan juga kamu tidur aja. Sampe sana aku bangunin." ucap Fairuz.
Liana mengangguk. Lalu ia memejamkan mata sementara Fairuz meneruskan pekerjaannya.
Jam 2:30 Fairuz bangkit lalu mandi dan mengganti pakaiannya. Lalu ia membangunkan calon istrimya.
" Sayang.. Bangun.. Siap siap yu..." ajak Fairuz sambil melumat bibir Liana.
Liana bangun sambil tersenyum. Ia meminta dibangunkan dan di gandeng ke kamar mandi. Setelah itu Fairuz mempersiapkan kebutuhan lainnya termasuk sarapan.
" A.. Udah siap ?" tanya papah
" Udah pah. Ini juga Aa sedang siapin sarapan buat mamah sama papah juga adik adik..." jawab Fairuz.
Papah mendekati kitchen dan mencicipi makanan buatan Fairuz.
" A.. Hilda ikut..." pinta Hilda
" Boleeh.. Tapi Aa make pick up de.." ucap Fairuz
" Make Innova aja yang... " ucap Liana
" Kan belanja Ikan.." ucap Fairuz
" Pick up tetap bawa. Innova juga jalan yang maksud aku..." jawab Liana
" Ya sudah ayo..." jawab Fairuz mengalah.
Hilda bersorak diikuti Merry.
" Pada siap siap terus sarapan. Bentar lagi Asep sama Jajang datang." ucap Fairuz.
Hilda dan Merry bersiap agar tidak ketinggalan. Selesai sarapan Jajang dan Asep datang. Dan akhirnya mereka berangkat diantarkan senyuman bahagia pak dan bu Idham.
Diperjalanan Liana tidak tidur walaupun Fairuz menyuruhnya. Ia asyik menatap wajah Fairuz. Sesekali ia tersenyum melihat ekspresi Fairuz. Atau membelai pipi Fairuz mesra.
" Kamu ngga tidur ya yang ?" tanya Liana
" Ngga yang..." jawab Fairuz
" Emang ngga ngantuk ??" tanya Liana
" Ngga..." jawab Fairuz singkat. Fokusnya tertuju pada jalanan didepannya.
" Ya Allah.... Yang... " ucap Liana
" Ih Aa.. Jangan maksain diri kaya gitu a.." protes Merry
" Yaaa... Beres kerjaan pasti istirahat kok.." janji Fairuz
Lalu ketiga gadis itu terdiam. 2 jam kemudian mereka sampai di Palabuan Ratu. Mereka menjalankan shalat subuh sebelum ke pelelangan. Setelah shalat segelas kopi masih bisa dinikmati dengan santai oleh Fairuz. Walaupun sesekali Liana menyeruput kopinya.
Akhirnya waktu pelelangan tiba. Mereka menuju ke lokasi pelelangan dan memilih ikan yang berkualitas. Setumpuk ikan Cakalang berhasil dibeli Fairuz. Dengan harga dibawah asumsi maksimal Fairuz. Lalu ia mengikuti lelang seekor yellow fin tuna dan memenangkan dengan harga yang menarik pula.
Selesai sudah acara lelang. Jajang dan Asep mengawasi pekerja yang membersihkan isi perut ikan tuna dan cakalang. Juga tenggiri. Jam 10 pagi semua selesai dan Fairuz mengajak mereka makan seafood di rumah makan langganannya.
" Harganya euh... Hebat..." ucap Jajang
" Maksudnya Jang ?" tanya Liana
" Murah... Masih adaan lah... Gede malah.." ucap Asep menjelaskan
" Ooh... Untungnya gede ya..." ucap Liana sambil menerima udang yang sudah dikupas oleh Fairuz diikuti tatapan iri dari Hilda dan Merry.
" Kalo Tuna nya mang ?" tanya Hilda
" Naaa... Apalagi itu. Kena banget.. Ngga salah ngajak bu dokter sama teteh teteh... Bawa hoki..." ucap Jajang gembira. Mereka tertawa memdengar ucapan Jajang.
Selesai makan mereka beranjak pulang. Hilda kembali ke rumahnya, begitu pula Merry. Sementara Liana tetap ikut bersama Fairuz ke rumah.
Sesampai dirumah Fairuz, Liana disuruh mandi dan ganti baju lalu istirahat. Tapi Liana menolak. Ia memilih menemani Fairuz mengerjakan filleting Cakalang juga cutting ikan tuna.
" Nah ini bagian Kama Toro. Atau lower belly. Bagian ini banyak lemaknya. Gurih untuk barbeque. Kalo ini O Toro, lemaknya ngga terlalu banyak. Tapi tetap enak buat barbeque. Juga buat Sushi sama Sashimi." papar Fairuz
" Kalo ini yang ?" tanya Liana
" Kalo itu Back Loin. Buat Sashimi, sushi sama buat campuran lainnya. Harganya ngga setinggi Kama Toro dan O Toro. Tapi tetap digemari." jawab Fairuz.
Lalu ia memotong motong dan menimbang daging ikan Tuna. Ia mencocokan dengan catatan pesanan yang ia terima dari Vicky, Asep maupun Jajang.
" Bi Ida... Itu daging cakalang biasa nya bi.. Dikerok.. Kulitmya jangan dibuang. Kita buat kulit ikan crispy. Taro aja di freezer. Mang usup. Siap ya mang.." ucap Fairuz memberi komando setelah ia selesai mempersiapkan bumbu rahasia isian tahu tuna, pangsit Tuna dan bakso ikan.
" Yang.. Tulang sama kepala ikannya gimana ?" tanya Liana
" Kepala dibuat kaldu. Tulang cakalang dibuat kaldu juga. Tulang ikan tuna mah dibuat Tuna Ribs , kecuali bagian tengahnya. Buat kaldu juga." jawab Fairuz. Liana mengangguk paham. Lalu ia mengikuti langkah Fairuz. Sesampai dirumah Fairuz menghadiahkan kecupan hangat di dahi Liana. Liana memejamkan mata menikmati perlakuan Fairuz.
" Sekarang kamu mandi dulu biar segar " ucap Fairuz.
" Mang Yus.. Tuna ribs 4 pack, back loin 2kg sama daging rahang 2. " ucap Lazuardi alias Ardi keponakan Fairuz dari kakak no 3.
" Okay. Ribs banyak. Back.Loin masih ada 2kg, rahang maaah... Habis..." jawab Fairuz
" Bentar.. " ucap Ardi sambil menelepon seseorang.
" Rahang kapan ada.lagi..?" tanya Ardi
" Besok.. Malam ini mau belanja lagi. Emang buat kapan ?" tanya Fairuz
" Buat selasa." jawab Ardi
" OK. Malam ini jalan lagi..." jawab Fairuz
" Kenapa yang ?" tanya Liana yang baru selesai mandi dan salin.
" Eeh... Tante dokter..." sapa Ardi sambil mencium tangan Liana
" Ardi..." sapa Liana
" Tuna habis bis.. Bis... Hehehe.." jawab Fairuz.
" Hmm.. Belanja lagi ?" tanya Liana
Fairuz mengangguk.
" Aseek... Ikuut..." ucap Liana dan Ardi bareng
" Iya.. Kamu tidur dulu sekarang. Aku masih mau ngurus uang ke teh Dewi." ucap Fairuz
" Kamu pinjem ke teh Dewi ? Kenapa ngga pake uang aku yang ? Kan ngga akan jadi masalah toh ?" cecar Liana
" Tante... Uang mang Yus dititip di wa Dew. Makanya mang Yus mah aman soal keuangan..." jawab Ardi
" Ooh.. Eh.. Tapi kali ini pake uang aku ya yang..." pinta Liana
" Jumlahnya bisa puluhan juta yang.." cegah Fairuz
" Biarin " jawab Liana
Fairuz menjelaskan berbagai alasan. Tapi tetap Liana menolak dan memaksa Fairuz memakai uangnya. Hingga akhirnya Fairuz mengalah.
Jam 4 sore Liana pulang dulu kerumah orangtuanya. Lalu menceritakan rencana malam ini.
" A.. Istirahat a.. Ih mamah mah takut kamu sakit..." ucap bu Nita
" Iya a. Kesehatan itu mahal. Jaga selagi ada. " sambung pak Idham
" Iya pah.. Mah..." jawab Fairuz sambil tersenyum.
Selesai mengambil keperluannya Liana pamit.
" Euhhmm.. Maaf tapi sebelumnya.. Untuk belanja sekarang Aa perlu berapa. Biar papah transfer." ucap pak Idham
" Pah. Ampun beribu ampun. Aa belum bisa nerima bantuan papah dan mamah karena Fairuz masih nyimpen untuk keperluan seperti ini. Kalopun Fairuz butuh akan Fairuz upayakan sampe mentok dulu pah.. Mah.." jawab Fairuz
" Aneh kamu mah.. Di tawarin bantuan malah nolak... Hahahaha.. Bagus.. Bagus.. Tapi kalo memang butuh papah orang pertama yang akan bantuin Aa.." ucap pak Idham.
" Insya Allah pah mah.. Sekarang Fairuz pamit dulu ke toko. Liana mau diajak nginep dirumah teh Dewi. Biar malem ni bisa berangkat tepat waktu. Assalamu'alaikum." ucap Fairuz
Jawaban salam terdengar mengiringi kepergian keduanya.
Sesampai di toko ternyata Fairuz menerima banyak pesanan daging tuna. Juga produk lainnya. Hingga ia memutuskan memproduksi 2 kali lipat jumlah rencana awal. Hal ini perlu karena buffer stock akan menipis dalam waktu 4 hari.
" Beneran... Bu dokter mah mawa hoki..." ucap Asep memuji
" Bisa aja mang Asep..." jawab Liana malu. Ia ikut melayani pembeli yang datang membeli bakso ikan maupun tahu tuna dan lainnya. Sementara untuk masakan bakso seafood, sate tuna maupun sup Wontoon dilayani oleh Vicky dan Jajang.
" Jang berangkat lagi siap ?" tanya Fairuz
" Ke laut a ? Siaap..." ucap Jajang
" Malem ini Vicky ikut atuh mang..." pinta Vicky
" Boleeh.." jawab Liana. Asep setuju ia besok jaga di toko. Apalagi keperluan masakan sudah disiapkan. Ia tinggal mencampur saja.
Waktu berjalan terasa cepat. Dagangan Fairuz habis sebelum waktunya. Dan mereka bisa pulang lebih cepat dan beristirahat.
Sesampai di rumah teh Dewi mereka menemukan ternyata teh Dewi dan Kang Hendi berangkat ke Majalengka. Mereka harus memanen mangga disana. Fairuz memutuskan Liana menginap dirumahnya. Ia cukup yakin karena Vicky dan Jajang juga Yusup ikut menginap disana.
Lalu aktivitas berlangsung wajar. Liana tertidur nyenyak dikamar Fairuz. Dan Fairuz tidur di bawah beralaskan bed cover.
Beberapa bulan kemudian...
Setelah melewati beberapa peristiwa. Termasuk hingga harus menghantam Priyo yang makin kurang ajar. Hingga berbuntut pemecatan Priyo. Juga kelakuan Rahma yang aneh hingga Fairuz memberikan teguran keras kepadanya. Hubungan kedua insan makin mesra dan hangat. Usaha Fairuz juga makin berkembang. Pesanan demi pesanan berdatangan. Tapi tidak mengurangi kehangatan hubungan mereka berdua. Dan kehangatan serta kemesraan itu berlanjut terus berlanjut.
Suasana malam minggu ini terasa ramai. Fairuz terlihat santai dan seperti biasa melayani pembeli dengan ramah dan gaya khasnya. Dan sesekali ada gadis yang baper lalu kecewa setelah mengetahui Fairuz sudah memiliki calon istri. Liana membantu Fairuz yang terlihat makin sibuk melayani pelanggan.
Hingga akhirmya semua pelanggan terlayani dan pelanggan baru yang datang ditangani oleh Jajang, Vicky atau Asep.
Saat duduk berdua di kursi depan toko. Tiba tiba Fairuz berlutut...
" dr. Liana Eka Wijaya. Malam ini aku Fairuz Indrawan meminangmu untuk menjadi istriku. Aku ingin membawamu bersama dalam susah dan senang, sedih dan bahagia, sehat dan sakit. Aku ingin membawamu memenuhi ⅓ ibadahku..." ucap Fairuz bergetar. Tangannya memegang sebuah cincin bermata berlian.
Liana tercekat dan menatap takjub kepada Fairuz. Bagaimana mungkin ia melamarku didepan orang banyak sepetti ini ?? Ucap Liana dengan perasan bercampur campur... Bahagia... Haru.. Kagum dan berjuta rasa lainnya berbaur menjadi satu.
" Yang... I.. Ini serius yang ??" tanya Liana ngga tau harus mengucapkan apa
" Aku serius karena aku dan kamu sudah sama sama dewasa. " jawab Fairuz
" Terima mbak... Terima... Terima.." suara pelanggan memberikan dukungan
" Aku mau yang... Aku terima ajakan kamu..." ucap Liana sambil menangis bahagia.
Lalu Vicky menyanyikan sebuah lagu romantis diiringi petikan gitar seorang pengamen. Suaranya membawa siapapun yamg mendengar terbuai ke alam romantisme dua insan yang mencinta.
Fairuz memeluk Liana dan memberikan kecupan hangat di keningnya.
" Om Yus.. Aku juga lamar dong..." goda Ucy gebetan Vicky. Fairuz hanya tertawa menanggapinya.
Suasana makin hangat saat seorang pengamen sahabat Jajang menyumbangkan suara merdunya menghibur semua yang hadir. Ia bernyanyi hingga toko tutup.
2 minggu kemudian...
Fairuz dan Liana duduk dihadapan kedua orangtua Liana. Suasana serius sangat terasa.
" Liana Eka Wijaya. Kini saatnya papah dan mamah menyampaikan apa yang selama ini kami simpan." ucap pak Idham dengan nada berat.
" Liana ketahuilah. Selama ini kami merawatmu hingga kamu menjadi seorang dokter dan menemukan calon imam yang kan membawamu. Dan selama ini papah mamah menyimpan rahasia besar dalam hidupmu. Liana.. Sebenarnya kamu.. Hhh.. Kamu bukan anak kandung kami..." ucap pak Idham
" Papah..!!!" suara Liana tercekat.
" Maafkan kami nak. Saat itu ada bencana alam di Gegerbitung. Entah kenapa kami begitu antusias pergi kesana mengunjungi korban dan memberikan bantuan. Hingga akhirnya seorang dokter Puskesmas memberitahu kami. Bahwa ada bayi yang ditemukan selamat. Sementara keluarganya tewas terkubur tanah longsor. Bahkan jasad ayah ibunya tak ditemukan hingga hari ini. Kami menjenguk bayi itu. Mamah kamu yang mengalami penyakit hingga akhirnya tak bisa memiliki keturunan ingin mengadopsi bayi itu. Dan papah pun merasa bahwa bayi ini adalah titipan Allah. Dan ternyata semua itu benar. Setelah papah bawa bayi itu dan kami beri nama Liana Eka Wijaya, Usaha papah, kehidupan rumah tangga dan yang terbesar adalah pola ibadah papah dan mamah kian sempurna. Semua kebahagiaan sudah kami raih, tinggal menanti waktunya kamu menikah dan memberikan cucu untuk kami Liana.. Fairuz...Tapi sayangnya berdasarkan hukum agama, papah dan mamah tidak bisa mewariskan apapun untuk kamu..." ucap pak Idham
" Pah... Mah... Apapun itu, Liana merasa papah dan mamah adalah orangtua Liana... Biarkan tetap seperti itu pah..." pinta Liana diantara tangisannya
" Papah ngga akan membuang kamu nak.. Kamu tetap anak papah dan mamah..." ucap pak Idham sambil menitikkan airmata.
" Pah.. Mah.. Aa minta izin bicara... Kasih sayang papah dan mamah kepada Liana adalah hal yang luarbiasa bagi kehidupan Liana. Bukti kuat... Liana bisa menjadi sesukses sekarang.. Dan Aa juga berharap kasih sayang yang papah mamah berikan tidak sirna karena kewajiban membuka rahasia ini. Masalah warisan. Aa menilai papah dan mamah sudah memberikannya dari awal. Warisan itu adalah ILMU.. Liana bisa memberikan dharma baktinya kepada orang banyak dengan ilmu yang ia dapatkan, dan Insya Allah ilmu itu yang akan mengantarkan papah dan mamah ke surganya Allah..." ucap Fairuz
" Ya Allah A.. Kenapa papah percaya sama Aa.. Ini buktinya... Aa bisa menjadi kepala keluarga disini. Papah sebagai anak tertua dikeluarga besar kita sudah pasti memiliki pengganti yang pas.." ucap pak Idham. Lalu ia memeluk Liana dan Fairuz. Begitu pula bu Nita.
Beberapa minggu kemudian. Liana yang baru pulang kerja menemui orangtuanya.
" Paah. .. Mah... " ucapnya sambil memeluk kedua orangtuanya. Liana tetaplah Liana. Tidak berubah. Dan ia bisa menerima kenyataan takdirnya. Lalu ia sibuk bercerita soal rencana cutinya. Juga persiapan pernikahannya. Saat sedang asyik bercerita Fairuz tiba di rumah pak Idham.
" Sayaang.. " sambut Liana riang
" Assalaamu'alaikum... Pah.. Mah..." ucap Fairus mencium tangan lalu memeluk pak dan bu Idham
Obrolan berlanjut soal persiapan pernikahan mereka.
" Oiya. A. Liana.. Beberapa hari yang lalu papah dan mamah berkonsultasi dengan ulama ulama kondang dikota ini. Soal harta ternyata papah bisa memberikan kepada Liana dalam bentuk hibah. Dan papah juga mamah langsung mengurus semuanya ke pengacara dan notaris papah. Usaha dan harta semua akan jadi atas nama Liana dan Aa." ucap pak Idham
" Eumh.. Pah... Kalo boleh Aa tanya. Berapa yang papah hibahkan ke kami ?" tanya Fairuz
" Semua.. " jawab pak Idham
" Hmm... Begini aja pah. Sesuai ketentuan harta itu ngga boleh dihibahkan semua. Maksimal ½ bagian. Nah kita cari sanak keluarga uang sedang kesulitan dan kita bantu. Gimana pah ? Ini hanya usulan aa aja pah." ucap Fairuz
" Boleh aja. Tapi itu dilaksanakan setelah papah dan mamah ngga ada. Biar jadi bekal papah dan mamah disana." ucap Papah sambil tersenyum.
" Ya kalo gitu keputusan papah. Aa akan memegang amanat papah. Dan harta yang papah amanatkan akan aa simpan dulu." jawab Fairuz diplomatis
" A.. Mamah mah tenang da Liana dapetin aa. Makin kesini makin kelihatan karakter asli aa. Kedewasaan aa juga bekal utama buat membimbing anak mamah.." ucap bu Nita
" Semua itu kehendak Allah mah.. Bukan dari aa.." jawab Fairuz malu.
" Iya mah. Jarang ngomong... Sekalinya keluar omongan dlalem banget.. Kalo sampe adik adik sepupunya ngga nurut kebangetan we." ucap pak Idham. Wajah Fairuz makin merona merah karena malu.
Dan obrolan mereka berlanjut ke persiapan pernikahan mereka.
Akhirnya saat yang ditunggupun tiba. Semua mempersiapkan pernikahan Fairuz dan Liana. Tak terkecuali sahabat sahabat keduanya.
Saat ijab qobul pun tiba. Fairuz awalnya terlihat gugup. Tapi kematangan emosional yang dimilikinya membuatnya mampu menguasai dirinya. Hingga ijab qobul berjalan lancar. Semua saksi menyatakan sah di ijab qobul pertama. Acara berlanjut dengan resepsi. Acara berlangsung meriah. Dengan rona kebahagiaan. Hingga semua urutan acara berakhir.
Malamnya...
" Alhamdulillah.. Kita syah juga jadi suami istri ya yang." ucap Liana sambil membersihkan wajahnya dari sisa bedak dan riasan lainnya.
" Iya. Alhamdulillah. Mulai sejak dinyatakan syah saat ijab qobul. Sampe akhir hayat kita ya bu..." ucap Fairuz dengan panghilan sayang yang baru IBU.,
" Mm... Ibu... Aku manggil abi ya..." ucap Liana.
" Jangan Abi... Ayah aja." ucap Fairuz.
" Iya atuh . ." ucap Liana.
" Lapar eh bu... Makan dulu yu..." ajak Fairuz kepada Liana.
" Hayu yah..." ucap Liana. Lalu keduanya keluar dari kamar dan menikmati makan malam.
canda tawa kedua keluarga terdengar ceria. Dan malam itu berakhir dengan kelelahan yang dirasakan oleh semua anggota keluarga. Mereka tidur dimana mereka mau. Bahkan kang Hendi dan teh Dewi pun menginap dirumah pak Idham.
Besoknya...
" Hmmh... Ayaah.. Mmmwah..." ucap Liana sambil mengecup pipi suaminya
Sebuah pelukan mesra diberikan Fairuz sebagai balasannya.
" Mandi yu yah.." ajak Liana. Fairuz mengangguk.
Sambil mandi mereka terlibat obrolan.
" Kenapa tadi malem ayah ngga minta ke ibu yah.. " tanya Liana sambil memeluk suaminya manja
" Kan kita masih capek. Acara seharian. Ngga adil kalo ayah masih minta juga. Lagian malah nantinya ibu atau ayah ngga bisa nikmatin." ucap Fairuz
Liana makin erat memeluk suaminya san melumat lembut bibirnya. Fairuz membalas dengan mesra. Tangannya ikut memainkan peranan. Membelai mesra tubuh Liana yang kini menjadi istrinya.
" Hmmh... Udah yu.. Kita subuh dulu..." ajak Fairuz. Liana mengangguk sambil tersenyum.
Tak lama keduanya berjamaah menjalankan ibadah shalat subuh. Subuh berjamaah perdana sebagai suami istri. Kegiatan hari ini mereka isi dengan membuka kado juga menikmati hari tanpa kegiatan formal apapun.
Hari beranjak siang dan menuju malam. Hingga akhirnya waktu istirahat tiba. Kedua insan kembali menikmati waktu berdua.
" Ayaah.. Hmmm...." ucap Liana menggoda suaminya. Ia memakai pakaian tidur lumayan minim. Hanya memakai tanktop dan celana dalam ketat yang menonjolkan keindahan tubuhnya.
Fairuz menghampiri istrinya dan memeluknya dengan mesra. Liana memeluk leher suaminya dengan mesra. Wajah mereka saling berpandangan dalam jarak yang sangat dekat. Sesekali bibir Fairuz mengecup bibir Liana. Makin lama ciuman mereka makin mesra. Dan ciuman mereka berubah jadi lumatan penuh gairah.
Fairuz membawa istrinya menuju ranjang pengantin. Perlahan direbahkan tubuh Liana sambil bibir mereka saling lumat.
Jemari Fairuz merayapi tubuh Liana. Dan singgah di buah dada sekal Liana. Sambil saling lumat, jemari Fairuz memilin lembut puting buah dada Liana.
" Hmmmh... Mmwh..." desah Liana. Fairuz membuka pakaian milik Liana. Ia memandang tubuh indah Liana. Kali ini ia ingin melaksanakan kewajibannya sebagai suami dan menikmatinya. Begitu pula Liana. Ia mengambil posisi duduk berhadapan dipangkuan suaminya
" Ayah..." desah Liana saat bibir Fairuz melumat puting buah dadanya yang menegang karena dipermainkan jemari Fairuz.
Lidah Fairuz menari diputing berwarna kecoklatan. Liana teringat saat pertama kali buah dadanya dilumat oleh Fairuz. Dan kenangan itu membuat nafsunya makin membara.
" Hmmh... Enak yah..." desahnya manja sambil membelai pipi suaminya. Matanya memejam menikmati belaian lidah Fairuz di puting buah dadanya. Tangan Fairuz merayap membelai paha Liana. Bulu bulu halus di tubuh Liana meremang. Merespons belaian lembut jemari Fairuz.
" Hmmmh... Ayaah.. Gelii..." rintih Liana.
Jari Fairuz terus merambah merayapi tubuh Liana. Ia menyasar permukaan celana dalam yang mencetak bibir kemaluan Liana. Gerakan lembut jemari Fairuz membuat pinggul Liana bergoyang perlahan mengikuti rangsangan yanh diberikan.
Perlahan dan.pasti bibir Fairuz menusuri prut hingga akhirnya tiba diprhentian utama. Belahan memek Liana yang tak lagi tertutup celana dalam menerima kecupan lembut dari Fairuz.
" Hmmmh... Yaaah...." desah kenikmatan terdengar dari bibir Liana. Kecupan Fairuz berubah menjadi lumatan mesra. Bibir memek Liana semakin berkilat basah oleh ludah Fairuz dan cairan cinta Liana. Lidah Fairuz mulai aktif. Sesekali di coleknya itil mungil yang menegang di sela bibir memek Liana.
" Houhhh... Ayaah... Mau sekarang..." rintih Liana manja menikmati rangsangan yang diberikan suaminya.
Fairuz melepaskan lumatannya. Ia melepaskan pakaiannya hingga bugil. Kontolnya yang tegang diraih oleh Liana. Dan remasan lembut membuat kontol itu semakin tegang.
" Ayah... Ini jadi milik ibu ya yah..." bisik Liana
" Iya bu... Ibu udah siap ?" tanya Faoruz sambil meremas buah dada Liana
Liana mengangguk lalu ia memposisikan tubuhnya senyaman mungkin.
Paha mulus nan bagus terbuka lebar. Memek perawan yang masih terjaga menanti kedatangan kontol perjaka nan gagah.
Fairuz mengarahkan kontolnya yang tegang maksimal ke arah memek Liana. Liana membantu mengarahkan kontol Fairuz agar pas dilubangnya.
" Tekan yah.." pinta Liana
Perlahan Fairuz menekan kontolnya. Beberapa kali meleset dan tautan kelamin mereka lepas. Liana berinisiatif mengambil posisi diatas Fairuz. Diremasnya kontol Fairuz hingga tegang. Lalu ia arahkan kontol yang makin tegang itu ke bibir memeknya. Liana menurunkan pantatnya perlahan. Fairuz merasakan ada sesuatu tang menghalangi masuknya kontol miliknya ke memek Liana. Hingga akhirnya....
" Brettt..."
" Aaahh... Ayaah... Perih yaah.." rintih Liana lirih. Wajahnya mengernyit menahan sakit di memeknya.
Fairuz mendiamkan kontolnya di memek Liana. Ia memeluk tubuh istrinya dan menciuminya.
" Hssh... Jangan tegang bu..." bisik Fairuz. Isak Liana masih terdengar beberapa saat. Hingga akhirmya ia mulai menggoyangkan pantatnya perlahan.
" Hhh... Yaah... Enak..." desahnya
" Masih sakit...?" tanya Fairuz diantara desahan kenikmatannya
" Dikitthh... Aaah. Ayah goyangin yah..." bisik Liana yang mulai merasakan kenikmatan bersetubuh. Fairuz mulai menggerakkan pantatnya dengan menusukkan kontolnya dengan irama sedang, sementara Liana menyambut gerakan Fairus dengan pasif. ia menikmati hunjaman demi hunjaman kontol Fairuz dengan mulut menganga.
Fairuz membalikkan posisi, kini ia berada diatas tubuh istrinya. Pantatnya memompa naik turun dengan tempo sedang. Hingga...
" Hoooh... Bhuuu... Hhhh.." desah Fairuz
" Hyaaah.. Terusin yaahhh... Aaaah..." sambut Liana
" Bhuu... Ayah shampeeee.... Hhhhh..." erang Fairuz tertahan saat kontolnya menyemburkan air mani kedalam memek Liana. Sementara Liana tak bisa menjawab karena ia sedang berada di alam antara saat orgasme menerpanya. Matanya mendelik menyisakan warna putihnya saja. Tubuh indah Liana memeluk erat tubuh suaminya seolah enggan ditinggalkan.
" Hhhh... Hhhh... Hhh... Yaah..." bisik Liana.
" Mmmwh... I Love You bu.. " bisik Fairuz sambil mengecup dahi Liana.
Keduanya tergeletak lemas setelah menikmati malam pertama persetubuhan mereka. Indah dan hangat mereka rasakan, dan momen ini engga mereka lepas begitu saja. Liana yang masih bugil memeluk erat tubuh suaminya. Nafas mereka mulai teratur hingga akhirmya mereka terlelap dalam buaian mimpi sambil berpelukan.
Esoknya kedua pasangan baru itu terbangun.
" Mandi dulu terus shalat subuh yu.." ajak Fairuz.
Liana mengangguk.. Ia melihat ada bercak darah di sprei dan pahanya...
" Ayaah.. Pedih..." rintih Liana..
" Kok darah ????" tanya Fairuz kaget
" Iya... Kan selaputnya sobek... Ini juga darahnya kecampur air mani ayah " ucap Liana.
Wajah Fairuz penuh kekhawatiran. Sambil mandi ia membersihkan sisa persetubuhannya tadi malam yang melekat di paha dan memek Liana.
" Hmmm.. Sayang... Jangan khawatir. Dari literatur yang ibu baca rasa akit ini akan terasa beberapa jam... Selanjutnya.... Hmmmm... Hihihi...." goda Liana
" Mmmwah.... Bu... Makasih udah menyerahkan segalanya untuk ayah... Dan ayah juga udah melepaskan keperjakaan ayah untuk ibu.." ucap Fairuz
" Ibu juga bahagia bisa memberikan yang paling berharga untuk lelaki yang ibu dambakan..." ucap Liana sambil memeluk Fairuz.
Tatapan keduanya makin lekat dan bibir mereka berpagut mesra. Hingga akhirmya mereka menuntaskan acara mandi dan melaksanakan shalat subuh berjamaah.
Selesai shalat subuh, keduanya keluar dari kamar dan memutuskan berjalan jalan. Mereka mengunggangi Garuda, motor sport milik Fairuz.
Kisah kasih mereka amatlah romantis dan hangat. Pacaran setelah menikah dan sikap kedewasaan masing masing menjadi faktor utama kebahagiaan yang mereka peroleh.
Demikianlah kisah kasih dokter Liana dan Fairuz. Semoga terhibur....