Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Carpe Diem : The Next

masih digodog suhu.... :ampun:
monggo pinarak.... :beer: :beer: :beer: dibagi atu atu..
 
plz updates suhu...
salah satu crita terbaik yg pernah nubi baca...:D
trz berkarya suhu...
 
EPISODE TUJUH​

Akhir minggu itu kuajak Lisa keliling kota dan ke tempat saudara maupun sahabat sahabat lamaku. Kali ini dengan tujuan untuk persiapan pernikahan kami. Bimbang, aku memutuskan untuk tidak mampir ke rumah Debby. Hingga akhirnya kita berdua kembali lagi pulang ke kota pantai, beberapa tas berisi souvenir dan makanan khas kotaku tergeletak di kursi tengah freed-ku.

A few days later.

“mas....mas Andiii....”
Satu tangan dengan jemari lentik menggoyang goyangkan badanku yang tertidur di sofa ruang tengah, atau lebih tepatnya Paradise Lounge.
Kukerjapkan mataku, kulihat seorang wanita arab berparas cantik, dengan perut buncit tampak tersenyum manis. Kuperbaiki posisi dudukku.
“sudah jam empat mass....capek banget ya...”kata Nina.
“he eh...” jawabku dengan pandangan menerawang ke luar.

“mas....mas Andi kenapa sih?”tanya Nina menyelidik.
“hmm?”
“itu melamun mulu....”
“gak papa nin...capek kali ya....”jawabku sekedarnya.

Nina memegang tengkukku dan mulai memijit pelan.
“iya mas...ini kenceng banget lehernya....”
“hmmm.....”
“tapi Nina yakin....mas baru mikir sesuatu ya...”kata wanita itu pelan.

“hhhh....***k tau Nin....”kilahku.
“kenapa maass...cerita aja sama Nina...pasti didengerin kok....soal wedding yaa...”kata Nina.

“hngg....yaa...satu itu....tapi....”jawabku menggantung
“hihi...udah dapet cewek banyak...tetep saja yang namanya mau nikah bikin bingung kan mas....”
Nina menambahkan lagi pelan,” apa soal Debby mas ?”

Mendengar itu, aku berusaha menengok melihat ke wajah Nina. Rambut Nina yang sudah dipotong pendek beberapa waktu lalu, agak tertutup scarf putih. Wajahnya memang sudah berubah dari pertama ketemu dahulu, kehamilan membuat pipinya sedikit lebih berisi.
“Ninn....aku gak tau kenapa....semakin ke sini, kenapa Debby selalu keinget terus ya...hhhh.....aku....aku gak tau Ninn...”
“Mas...mas Andi ngomong aja ke Lisa...”
“itulah Ninn...aku...aku tahu konsekuensinya...kalau Lisa marah gimana....aku juga gak tahu...”

“mas...jawab jujur ya ...mas Andi masih cinta sama Debby?” Nina memandangku erat.
“hhhh....***k tau Nin...Debby sudah jadi bagian dari hidupku selama hampir 12 tahun....”
“hmmm...ya udah...pelan pelan saja mass.....”jawab Nina sambil mencium keningku.

“ah...sudahlah...aku malam ini ada miting di restoran pantai....ada klien datang, pengen revisi kerjaan lagi..”kataku sambil bangkit.
“mas Andi mau pulang dulu? Gak istirahat di sini saja? “
“gak ah Nin....tar malah gak bisa istirahat lihat Nina terus terusan...”kataku sambil tersenyum nakal.
“aaahh...mas andi aahhh...” memerahlah wajah wanita itu.

“maass....sudah? Cuman gitu aja ? gak dicium ?”kata Nina protes melihatku mengepak tas kerja.
“eeehhh......”kataku lalu dengan segera melumat bibir indahnya.

“uuuhhhhfff...... maass........si kecil protes nih...nendang mulu kalo deket papinya....”kata Nina
Kuelus perut bundar itu, memang terasa ada gerakan dari bawah kulit wanita cantik itu. Aku tersenyum lebar.
“iyaa Nin...gerak....”semakin kuelus semakin terasa gerakan bayi di dalam perut itu.
Nina mengelus rambutku.

“Nin...im gonna be a father....”
Nina mengangguk dan memandangku dengan senyuman yang paling cantik pernah kulihat....senyuman seorang ibu.

Aku segera beranjak. Sebelum kutinggalkan paradise, sekali lagi kucium bibir Nina. Kulambaikan tanganku pada mas Rafi yang kebetulan baru saja masuk dari pagar.

This is too much...tekanan dari pernikahan, yang sebelumnya selalu kuanggap omong kosong orang yang terjebak pada kewajiban untuk menikahi pasangannya, belum soal Debby, antara kangen dan entahlah apa lagi, dan yang baru saja kusadari, paling tidak 2 bulan lagi, aku sudah jadi seorang ayah dari rahim Nina.

Lisa beberapa hari ini sangat sibuk. Berbagai urusan dokter-pasien, dan tesis lanjutan dari perjalanannya ke London beberapa waktu lalu, membuat bule itu hampir tak pernah ketemu denganku. Meski begitu, hubungan kami baik baik saja, telepon, messages semua lancar.

Hingga,

Suatu pagi yang malas, hari minggu, sebuah dering telepon dari paradise membuatku kaku.
Nina mengabarkan....Debby datang dan menginap di sana....degg....!!!

10.00 am
Aku masih termenung, tak tau harus bagaimana. Lisa, hari Sabtu-Minggu ini ada acara konggres asosiasi dokter. Jelas tak bisa diganggu. Padahal, dengan adanya Lisa aku merasa tak perlu menutupi apapun. Aku juga ingin segera keluar dari rasa ini. Bom waktu. Ya !
Rasa ini bagai bom waktu, jika tak dijinakkan, akan meledak dengan menimbulkan kekacauan. Lisa adalah salah satu yang bisa menjinakkan.
Deggg.....!! Ingin rasanya aku mengajak pulang Lisa dan mengajaknya menemui Debby, aku kawatir, kalau aku sendiri yang bertemu dengannya, akan terjadi hal hal yang bisa mengganggu hubunganku dengan Lisa.
Tapi, acara konggres ini betul betul penting bagi calon istriku. Ini adalah saat yang ditunggu tunggu, dimana salah satu acaranya adalah kuliah pagi tentang materi tesis yang sudah berbulan bulan disiapkannya.

Yah, paling tidak masih ada Nina.
Kuambil keputusan, aku harus segera ke paradise. Tentu saja sebelumnya aku mengirim sms ke Nina supaya menemaniku bertemu Debby.

11.40 am
Aku kembali memasuki lounge paradise, kudapati dua orang wanita berbeda ras sedang ngobrol dengan seru. Tawa mereka berdua bagai dua sahabat yang lama tak jumpa. Keluwesan Nina ditambah dengan keterbukaan Debby membuat mereka sangat akrab meski mereka berkenalan baru semalam saja.

“haloooo...”sapaku
Serentak kedua wanita itu memandangku, sedikit kupalingkan muka dari Debby. Sengaja aku tak ingin berlama menyapa mata indah itu. Aku takut.
Nina yang tampak menyadari, langsung sedikit beringsut, memberikan tempat duduk di sebelahnya.
“sini mas...duduk...”kata Nina

"Debb...kapan dateng? Sama siapa?"tanyaku sedikt basa basi.
"tadi pagi Ann...sendirian...bawa mobil tuh....Cecile kuajak gak mau..."

Aku diam saja, bigung musti ngomong apa. Lidahku kelu, namun aku yakin, mataku memandang bibir kecil itu dengan rindu yang teramat.
"eeeeeehhh.....mau minum apa mas?" sahut Nina berusaha memecah kebekuan.
"hmm? gak ah...aku ambil sendiri saja..."jawabku sambil beringsut, berdiri menuju ke pantry di depan pintu teras.

"cewek cewek mau minum apa...."kataku dari balik meja bar.
"oren juss...."Nina segera menyahut. "cik debby apa nih...."
"terserah Ann...apa sajalah..."

Kuambil nampan, dan kuletakkan 3 gelas berisi orange juice.
"dalam rangka apa nih Debb...."kataku.
"hehe...kerjaan lah Annn....ada training di cabang sini"jawab cewek tionghoa itu.
"maass....Debby kayaknya pengen pindah tugas ke sini...tadi nanya nanya soal kontrakan sekitar sini..."Nina menambah.

Deggg....!!

“ohya ?” sahutku mengurangi kekagetanku.
“belum Ann...cuma tanya tanya aja....lagian ini training di sini juga cuma 4 hari kok....kayaknya kawatir banget aku pindah ya?”katanya sedikit mengerling, disambut dengan tawa Nina.
‘...eeeh...aa....nggg...” aku salah tingkah.

"tuuuhh..wuahahahahahaha....."Nina tertawa keras. Wajahku terasa hangat, nampaknya mukaku memerah, Debby cuma tersenyum melihatku. Senyuman yang kurindukan, senyuman yang aku yakin tak akan bisa menghapusnya dari ingatanku.

"ahhh..pulang duluuuu.....dikerjain muluu...."kataku pura pura beranjak.
"hyahahahaha...maaaass annndiiiihhh...huahahahahaha....."tangan Nina mencekalku, menahan supaya aku tak kemana mana.
Tapi tiba tiba, "aduh....aduh..,,"
Nina tiba tiba berdiri dengan cepat dan berjalan agak berlari ke kamar mandi.
Debby yang menyadari kalau Nina tertawa sampai hampir terkencing mulai ikut terbahak dengan keras.

"Annn.....hnggg...ada waku nggak?"tanya Debby dengan mimik agak serius, setelah tawanya menghilang.
"hmm...kenapa Debb...kerjaan banyak sihh...."jawabku menggantung, tapi ketika kulihat wajahnya, aku tahu, aku tak akan bisa menghindar.
"aku bebas sampai besok pagi, hngg...aku pengen ketemu Lisa......"katanya sambil sedikit menunduk, menghindari tatapan mataku.
"eehh...Lisa ada acara seminar atau apa gitu....paling jam 5 udah kelar sih katanya."jawabku. Damn it....i knew it...i cant say no!!

Kulirik jam tanganku, lalu kuputuskan untuk telpon Lisa, aku yakin ini memasuki sesi istirahat.
"ok, babe. But my session start again at 7pm." jawab Lisa ketika kuceritakan soal Debby. Yah, dua jam cukuplah.

"Makan yuk mas...."Nina keluar dari kamar sudah rapi berpakaian panjang.
Aku mengangguk, dan memandang Debby. "Sebentar...aku ganti dulu ya Nin..."jawabnya sambil keluar, ke belakang menuju kamarnya.

Tiba tiba, dari depan Mas Rafi memasuki lounge dengan agak terburu buru.
"Ya ampun Niiin....aku lupa....eh ada mas Andi"kata mas Rafi.
"siang mas, dari mana kok buru buru..."kataku
"dari belanja mas...ini...bener bener kelupaan, mas Andi mau ngajak Nina kemana? Ini aku lupa, Nin...."kata mas Rafi agak bingung.

"he...kenapa pah..?" Nina mendekati suaminya.
Kulihat mas Rafi ngomong sesuatu lalu segera masuk ke kamar.
"yaelah mass....Mas Rafi lupa kalo hari ini ada acara keluarga dia...mas Andi makan sama Debby aja ya...aku temenin mas Rafi..***k enak sama tantenya kalo aku gak ikut..."kata Nina

"ooo...iyaa..***kpapa..."jawabku.

Sepuluh menit kemudian, mas Rafi sudah duduk di teras depan ngobrol denganku. Ternyata, adik dari ibunya bulan ini akan menikah, meski sederhana, tapi keluarga besar tentu tetap membutuhkan persiapan dan kumpul kumpul dahulu. Pria itu bercerita juga mengenai kesehatannya yang akhir akhir ini agak bermasalah. Staminanya menurun. Aku menganjurkan untuk check up dan konsultasi dengan Lisa. Keletihan pun terlihat dari muka pria yang kira kira 10 tahun lebih tua dariku itu.

“istirahat saja mas...jaga kondisi, dua bulan lagi Nina udah hpl lo...mesti jaga kondisi betul..”saranku.
Dia cuma mengangguk, belum sempat menjawab, karena di pintu sudah berdiri Nina dan Debby.
Nina seperti biasa, memakai baju kerudung, cantik. Namun kali ini Debby membuatku terpana.

Shit..!! Youre too beautiful....damn it....
Rambutnya yang sudah sebahu dibiarkan lepas ke bawah. Gaun terusan, kurang lebih 5 cm dari lutut, berwarna biru tua, sangat kontras dengan kulitnya yang terang. Gaun itu longgar, dengan ikat pinggang besar berwarna senada yang membentuk pinggulnya.
Wajahnya bersih, dan cerah. You havent changed a bit, dear. And i havent changed the way i look at you...
Damn it....

Mereka berdua pamitan, kali ini paradise sudah mempunyai mobil dinas. Luxio warna biru muda.
Aku masih di teras, ketika Debby mendekatiku.
“Ann...kita jadi makan?...kalo gak jadi gak papa loh...”kata wanita tionghoa itu melihatku merasa rikuh.
Bukan, bukan rikuh...salah tingkah lebih tepat.
“eh...ngg..***k lah Debb...ayo ah...”kataku sedikit memaksakan diri.
 


Sepanjang jalan, aku banyak diam. Pun sama dengan Debby. Kupilih sebuah restoran yang terbuka, kupikir berdua dengan Debby di ruangan tertutup cukup berbahaya.

Kulirik jam tanganku, waktu masih sekitar pukul satu siang. Hmm...jam lima masih lama...
“Ann...Andi kemaren kok gak mampir ke rumah sih....mama nanyain terus..”Debby bertanya di saat makanan sudah tersaji di depan kita berdua.
“iya Debb, kemaren muter muter terus capek...pulang lagi ke sini...”aku mencari jawaban aman.

“hmmm....Andi ngindarin Debby ya...jujur saja ann....aku tahu kok...i know you too well.....nanti setelah ketemu Lisa, aku bisa kok pergi dari kehidupan Andi. Aku cuma pengen ketemu Lisa, pengen lihat cewek itu patut buat Andi gak.”

“Debb.....” jemari lentik Debby kugenggam, erat.
“please....dont do that....”kataku lirih.

“ann..pulang ke paradise aja yuk...rame disini...”

Aku tak mampu menolak, kuikuti tubuh mungil cewek tionghoa itu dari belakang. Mobil merahku segera meluncur.

02.15pm
Paradise Lounge.

Nina sudah menemukan pegawai untuk membantunya di Paradise, cewek berumur 20an tahun. Cewek itu tinggal di sebuah kampung kira kira lima ratusan meter dari rumahku. Kurus, tinggi. Wajah cukup simpatik, tapi sayangnya dia tak cukup beruntung, keluarganya yang seba pas pasan, membuatnya tampak kurang bersinar. Nina pernah mengatakan padaku, kalo Fina, admin itu, mampu berdandan dan merawat tubuhnya, akan terlihat seksi.

“silakan Pak Andi, mau minum apa...?”kata Fina .
“gak Fin, aku tar aja...bikin sendiri juga bisa....Nina belum pulang Fin ?”kataku sambil berjalan masuk ke lounge.
“Belum Pak, bu Debby minum apa?”tanya Fina ke wanita di depanku.

“eh..mbak...minta jus jeruk saja ya...diantar ke kamar bisa?” kata Debby
“bisa bu...nanti saya antar...”kata Fina sembari menulis di sebuah kertas.

Aku segera mengambil posisi duduk di sofa lounge.
“Naik saja yuk ann...”ajak Debby.
“he?...”tanyaku
“iya...naik ke kamar yuk..***k enak kalo Fina denger...”kata Debby.
Aku ragu...
Akhirnya, lagi lagi....aku tak mampu menolak wanita itu. Kuikuti langkahnya ke arah deretan kamar kamar di belakang bangunan utama Paradise.

....to be continued....
 
SS :haha:

berhubung ane lg korslet, cm pengen nanya...
kawatir ato khawatir? konggres ato kongres?
:pusing:
 
yang bener kongres ... ane salah.... :(

kawatir - kuatir kayaknya masih dimaklumi sama kamus besar bahasa indonesia...benernya khawatir sih...

ente bener bener haibat !!!

:jempol:
 
sori semua...sexscene nya ditahan dulu...
:kentang: dibagi bagi yaa....
 
setuju gan, gak semua musti kudu ada ss, jalinan crita yang apik yang kita tunggu
 
Yahuuud dah ne update nya.. Bikin penasaraaan banget.. Pinter maenin perasaan bener..
Bakar menyan ben piskun semangat terus :D
 
sori semua...sexscene nya ditahan dulu...
:kentang: dibagi bagi yaa....

Kalau menurut pandangan hamba, dalam sebuah cerita gak harus ada Sex Scan, yg terpenting adalah alur cerita itu sendiri :Peace:
itulah pandangan hamba :ampun: kalau salah :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd