Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bumil Fucker Season 3

Alur ngentot bumil paling enak yang apa nih dari season 1-3?


  • Total voters
    175
Episode 28

Keesokan harinya, aku tetap menunggu di kamar hotel kabar dari Wida. Tersisa 2 hari lagi sebelum perkiraan hari lahir anak dalam kandungannya. Aku ingin sekali menghajar rahimnya sampai dia meminta belas kasihku untuk berhenti. Ingin kukatakan bahwa dia adalah salah satu tubuh yang sangat cocok untuk bisa melampiaskan nafsuku.

Ponselku berdering sebentar. Tanda bahwa ada pesan masuk ke ponselku. Aku kemudian meraih ponselku yang ada di atas meja kamar hotel. Kulihat dilayar ponselku, ada nama Wida sebagai pengirim pesan.

“hari ini ke rumah aja ya, aku tidak boleh keluar rumah. Suami dan anakku sedang ke rumah mertuaku. Aku seharusnya ikut, tapi aku bilang kalo ngga mau capek dan milih di rumah aja malam ini.”

Kabar baik tentunya. Aku kemudian bergegas untuk pergi pada malam itu.

Aku datang ke rumahnya malam itu. Lingkungan rumahnya masih seperti dulu. Sepi, dan seolah ketika malam menjelang setiap insan lebih senang berlindung dibalik selimut mereka. Aku datang dengan berkendara ojek online. Namun, aku lebih memilih untuk turun di jalan utama lingkungan rumahnya. Setidaknya, aku berjaga-jaga apabila ada yang melihatku.

Satpam di perumahan itu ternyata tidak seketat yang aku duga. Aku dengan santai berjalan masuk melewati gerbang. Tidak ada tindakan yang dilakukan oleh satpam itu. Dia hanya sibuk melihat ponsel miliknya sambil sesekali tertawa. Rupanya, dia sedang asyik menonton hiburan komedi dari layar ponselnya. Aku melanjutkan langkah kakiku menuju rumah Wida yang masih lumayan jauh di batas perumahan itu. Warna rumah dan pagarnya aku ingat betul. Rumah bercat hijau muda dan warna pagar hitam.

Makin jauh melangkah, makin sunyi suasana perumahan ini yang aku masuki ini. Setiap rumah lampunya menyala, namun aku lihat di sekelilingku sunyi senyap. Seolah setiap penghuni sudah terlelap dan terbuai oleh mimpi. Padahal waktu masih menunjukan pukul 8 malam.

Saat aku melangkah, aku terus memikirkan apa yang sedang terjadi dalam hidup Wida saat ini. Rujuk kembali dengan suaminya, mengasuh anak kembarnya, hamil lagi, namun seolah dia ditelantarkan. Bahkan, saat ini dia ditinggal sendirian walau 2 hari lagi akan melahirkan. Di keluarga manapun, ketika sang istri mendekati hari melahirkan, setidaknya ada anggota keluarga yang menemani. Maupun itu orang tua atau mertua. Kali ini dia ditinggal sendirian, sedangkan anggota keluarga yang lain berkumpul. Seacuh inikah suami dan keluarganya ke Wida ? Atau dia rela rujuk dan bertahan demi bisa menghidupi anak-anaknya ? Bagaimanapun ini keterlaluan.

Akhirnya aku sampai ke rumahnya. Aku langsung membuka pagar, lalu berjalan untuk mengetuk pintu. Tak lama kemudian Wida datang. Sosoknya yang tinggi jangkung 175 cm berada di daun pintu. Memakai gamis cokat dan cadar hitam. Perutnya yang sudah membesar itu terlihat menonjol sekali. Usia kandungan yang sudah 40 minggu itu bagaikan siap untuk keluar kapan saja. Dengan hanya mata saja yang terlihat, dia mencoba tersenyum saat melihatku.



"Udah lama ya ? Duduk dulu di ruang tamu. Aku siapin teh dulu ya." Ucapnya menyambutku.

"Makasih" Jawabku.

Aku lalu mengikutinya masuk. Aku lalu menutup pintu, sekalian melihat apakah ada yang melihatku masuk kesini. Kulihat tidak ada siapapun di jalan maupun di rumah-rumah sekitarnya. Aman. Aku lalu mengunci pintunya. Sepatuku aku masukan ke dalam tas untuk berjaga-jaga apabila ada tetangga yang melihat sepatu baru yang ada di rumah Wida.

Aku kemudian duduk di sofa ruang tamu. Menunggu Wida selesai membuat teh untukku. Aku kemudian melihat sekeliling ruang tamu di rumah ini. Tidak ada yang berubah secara signifikan, kecuali penambahan foto anak kembar Wida di dinding. Aku tadi teringat kembali saat pertama kali bercinta dengannya disini. Di sofa ini pula kami bercumbu kembali. Saat dia sedang hamil 7 bulan anak kembarnya. Saat dia sedang berpisah dengan suaminya. Aku merasakan kembali saat itu, ciuman bernafsu miliknya. Serta vagina hangat ibu hamil yang berisi janin kembar. Saat termenung, Wida datang dari arah dapur membawa nampan berisi dua gelas teh hangat.

"Minum dulu Bram" ucapnya padaku.

"Iya" jawabku.

Aku kemudian menyeruput segelas teh itu. Manis. Namun masih terasa rasa tehnya. Saat aku meneguk gelas itu, Wida kemudian duduk di sampingku. Posisinya saat duduk itu seketika membuatku berdesir. Dia hanya duduk biasa saja di sofa. Namun, lekukan tubuhnya terlihat jelas. Walau tertutup cadar dan jilbab, payudaranya yang berisi air susu itu menonjol dengan jelas. Aku taksir saat ini ukurannya sudah G cup. Lalu yang terpenting, perutnya yang sedang hamil itu sangat menonjol sehingga aku tak tahan untuk segera menghunus penisku ke vagina miliknya.

"Makasih ya udah mau nemenin aku lahiran" Ucapnya.

"Apa yang kurang buat kamu dan anak kita" Jawabku


Aku melihat, Wida tampak ingin menangis. Lalu kulihat dia menyeka wajahnya dengan cadar hitamnya. Saat dia melakukannya, baik payudara dan perutnya terlihat menonjol jelas. Aku yang sudah kebelet ingin menjamah tubuhnya tanpa sadar tangan kiriku masuk ke selangkangan Wida. Lalu dengan sekejap mata kuraba dan mainkan tanganku.

"Acchhh Brammmm"

"Langsung kamar aja ya, ga enak kedengeran dari ruang tamu" ucapku

"Gendong aku" Ucapnya sambil bersikap manja padaku.

"Okeh, tapi kamu tambah berat" jawabku sambil meraih pinggul dan punggungnya sebelum aku menggendongnya.

"Kan yang bikin gendut kamu" ucapnya sambil mencubit lengan kiriku.

Kami kemudian menuju ke kamar miliknya.

.......

Wida mengecup pipiku. Lalu menyingkapkan gamis coklat yang ada belahan di kanan kirinya, sehingga tampak jelas memeknya lagi. Aku pun langsung berdiri, lalu bersila di antara kedua kaki Wida yang direnggangkan. Namun aku tidak langsung menerjang memeknya. Kupegang betis kanannya. Lalu kuciumi betis itu sampai ke lipatan lututnya.

“Kulitmu Wid putih dan mulus begini, walaupun udah anak 2“ ucapku sambil beralih memegang betis kirinya. Lalu menciumi betis indah itu dengan nafsu yang mulai membara lagi. Tak cuma betis. Selanjutnya aku pun mulai menciumi paha Wida yang licin dan hangat. Bahkan sesekali aku pun mengulurkan lidah untuk menjilatinya.

Entah apa yang dipakai oleh Wida itu. Yang jelas, baik betis mau pun pahanya harum semua. Sehingga aku ingin tahu apakah memeknya juga ikutan harum.

Dengan sepenuh gairah kuciumi memek Wida. Memang harum juga. Lalu kubuka bibir luar memeknya, sehingga bagian dalamnya terbuka dan tampak berwarna pink. Ketika ujung lidahku mulai menyapu bagian yang berwarna pink itu pun, tersiar juga harum parfum ke penciumanku. Entah parfum apa yang dipakai oleh Wida kali ini. Sudah pasti parfum mahal yang harganya selangit. Tapi keharuman memek Wida ini membuatku semakin bergairah untuk menjilatinya.

Kelentit adalah bagian yang paling peka di kemaluan wanita, wanita hamil akan lebih cepat terangsang karena hormon mereka memuncak. Karena itu, untuk merangsangnya harus sering disentuh. Terutama pada waktu jilmek begini.

Itulah yang kulakukan selanjutnya. Menjilati kelentit Wida dengan gencarnya. Sementara jari tengahku mulai kuselinapkan ke dalam celah memeknya yang sudah mulai licin dan hangat. Lalu kugerak - gerakkan seperti gerakan kontol mengentot memek.

Wida mulai menggeliat - geliat sambil mengusap - usap rambutku. Desahan dan rintihannya pun mulai terdengar.

Tapi pada suatu saat Wida mendorong kepalaku agar menjauh dari memeknya. “Lanjutin di sana aja Bram, “ ucapnya sambil menunjuk ke arah ranjang dengan kain seprai mengkilap berwarna hijau itu.
Aku mengangguk. Lalu bangkit berdiri dan mengikuti langkah Wida.

“Kamu juga harus telanjang Bram, “ ucap Wida sambil menanggalkan gamisnya di dekat tempat tidurnya.
Lalu ia melepaskan behanya sebagai satu - satunya benda yang masih melekat di tubuh putih hamil tua mulusnya. Aku pun sudah melepaskan segala yang melekat di tubuhku, lalu merayap ke arah Wida yang sudah celentang telanjang di atas ranjangnya.

“Langsung masukin aja Bram. Udah basah nih, “ ucap Wida sambil mengusap - usap memeknya, dengan kedua mengangkang.

Aku mengangguk sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng ini. Dan meletakkan moncongnya di mulut memek Wida yang sudah menganga menggiurkan. Lalu kudorong kontol ngacengku sekuatnya. Blesssssss .... langsung terbenam seluruhnya, bahkan mentok di dasar liang memek Wida.

Pada saat itulah Wida menarik kedua lenganku, sehingga aku terhempas ke atas badan Wida. Sebelum aku mengayun kontolku, Wida melingkarkan kedua kakinya di pinggangku, sambil memagut bibirku ke dalam lumatannya. Wida tak sedikitpun khawatir tentang anak kami yang masih dalam kandungan.
Kontolku pun mulai maju mundur secara berirama. Dan setiap kali kudorong, moncong kontolku selalu saja mentok di dasar liang memek Wida. Mungkin hal inilah yang terjadi ketika aku sering mencumbunya.
Wida pun mulai berdesah - desah,



“Hhhh .... hhhhhhhhaahhhh .... hhhhhhhhhh .... hhhaaaaaahhhh .... hhhhhhaaaaaaaaahhhhh .... Brammmmm ... hhhhhhhaaaaaahhhhh ... ini luar biasa enaknya Brammm .... disetubuhi yang seenak ini ... karena kontolmu terus - terusan menyundul mulut rahimku ... hhhhhhhh .... Brammm .... hhhhaaaaaaahhhhh ... “

“Memek Wid luar biasa enaknya ... uuuughhhh ... seperti liang memek yang masih ingin dibuahi terus ... “ sahutku terengah.

“Aku mau melahirkan anakmu Bram ... mudah - mudahan aja kamu bisa menghamiliku lagi yaaa ... “

“Iya Wid ... “ sahutku nyeplos begitu saja. Padahal bingung juga kalau Wida hamil olehku. Karena aku dan Wida bukan suami istri, dan dia masih terikat tanggung jawab dengan suaminya.

Tapi aku tak mau memikirkan itu. Aku ingin menikmati lezatnya gesekan kontolku dengan liang memek hamil Wida yang licin tapi gurih ini.

Aku pun mulai memperhatikan wajah Wida. Wida dari dulu wajahnya manis, terutama kalau sedang tersenyum. Dan yang paling menonjol adalah kulitnya itu, sangat putih dan mulus. Dan saat memakai gamis akan tertutup sepenuhnya.

Aku sedang gencar - gencarnya mengentot memek Wida, tanganku mulai beraksi untuk meremas payudara yang bagus ini. Sementara mulutku sudah mulai nyungsep di leher wanita itu. Untuk menjilati leher jenjangnya, disertai dengan gigitan - gigitan kecil yang takkan menyakitkan.
Tampaknya Wida sangat menikmati aksiku ini. Ia merengkuh leherku ke dalam pelukannya. Lalu ketika mulutku sedang “bebas”, ia menciumku dengan lahapnya. Terkadang juga tangannya berada di punggungku. sambil memijat - mijat di sana - sini.

Terkadang mulutku nyasar ke ketiaknya yang harum juga. Lalu dengan lahap kujilati ketiaknya, terkadang menyedotnya sekuat mungkin. Sehingga Wida tergetar - getar seperti terkena arus listrik. Aku tak pernah melakukan ini dengan wanita hamil manapun, tapi karena sensani harum tadi membuatku ingin menjelajahi setiap inci tubuhnya.

Matanya pun kadang terpejam, kadang melotot, sambil berdesah dan merintih.
Tapi pada suatu saat ia berkelojotan ... lalu tubuhnya mengejang seperti ayam sekarat. Perutnya yang sedang membuncit itu pun terangkat, nafasnya tertahan. Dan aku mengerti bahwa itu tanda - tanda perempuan yang akan mencapai orgasme.

Karena itu sengaja kutancapkan kontolku sedalam mungkin, sampai terasa mendorong dasar liang memek Wida. Mulutku digunakan untuk menyedot pentil payudara kiri, sementara tangan kiriku meremas payudara kanannya.

Gila ... terasa sekali kedat - kedutnya liang memek Wida, disusul dengan hembusan nafasnya yang barusan tertahan selama 2-3 detik. “Hhhhhaaaaaahhhh ... ! “

Wida terpejam sesaat. Lalu kelopak matanya terbuka lagi. Menatapku dengan sorot sayu. Lalu mencium bibirku dengan hangatnya, disusul dengan ucapan lirihnya,

“Terimakasih Bram. Jujur ... aku belum pernah merasakan hubungan seks yang senikmat ini, walau aku sudah beberapa kali denganmu “ ucap Wida sambil mengusap - usap rambutku, “Tapi kamu belum ngecrot ya ?”

“Belum Wid. “

“Sekarang cabut dulu kontolmu Bram. “

Aku ngikut saja. Kutarik kontolku sampai terlepas dari liang memek Wida. Setelah kontolku tercabut, ia mendorong dadaku agar celentang. Aku tetap patuh untuk mengikuti segala keinginan wanita itu. Celentang pasrah dengan kontol masih sangat ngaceng. Lalu Wida menduduki selangkanganku, sehingga memeknya menghimpit kontolku. Ia mengusap - usap dada dan perutku sambil berkata,

“Kamu masih sering olahraga ya. Oh iya aku lupa kamu dulu atlit kampus“

“Iya Wid, “ sahutku.

“Pantesan badanmu masih bagus. Perutmu juga sampai sixpack begini, “ ucapnya sambil mengangkat bokongnya dan memegang kontol ngacengku. Lalu ia mencolek - colekkan moncong kontolku ke belahan memeknya yang masih basah, licin dan hangat. Caranya mencolek - colekkan memeknya ke puncak kontolku, enak sekali rasanya. Lebih enak lagi ketika ia menurunkan pantatnya, sehingga kontolku melesak masuk ke dalam liang memeknya.

“Ooooohhhhh .... “ rintihku ketika kontolku sudah terbenam seluruhnya.

“Kenapa ?” tanya Wida.

“Nggak kenapa - kenapa. Cuma terasa enak sekali Wid. “

Wida tersenyum. “Emangnya memekku masih enak ?”

“Sa ... sangat enak Wid ... “

Wida tampak senang mendengar jawabanku barusan. Ia tersenyum manis sambil berkata,

“Kontolmu juga enak sekali Bram. “

Lalu ia mulai menaik turunkan bokongnya, sehingga kontolku pun mulai dibesot - besot oleh liang memeknya. Awalnya ayunan bokong Wida perlahan - lahan. Makin lama ayunan pantatnya makin mantap. Ketika pantatnya terangkat, kontolku nyaris terlepas dari liang memeknya. Dan ketika pantatnya diturunkan, moncong kontolku benar - benar menabrak dasar liang memeknya. Namun itu yang dikehendakinya. Bahwa moncong kontolku harus selalu mentok di dasar liang memeknya. Belakangan aku pun tahu bahwa Gspot Wida berada di sekitar dasar liang memeknya. Sehingga kalau gspot itu tidak tersentuh, ia pun tidak merasakan nikmatnya.



Wida tampak bersemangat untuk mengayun bokongnya. Sehingga hentakan selangkangannya yang “menampar - nampar” selangkanganku, menimbulkan bunyi

Plaaaaakhhhh ... plaaaaaakkkkhhh ... plaaaaakhhhh ... plaaaaaakkkkhhhh ....

Sementara itu kulihat sepasang payudara Wida terombang ambing, seiring dengan gerakan tubuhnya. Perutnya yang sedang membuncit itu juga bergoyang naik turun, sehingga aku pun tak kuasa menahan diri. Maka kupegang sepasang payudara itu. Lalu kuremas - remas dengan lembut.
Wida menikmati remasanku. Ia lalu menghempaskan dadanya ke atas dadaku. Namun bokongnya tetap berayun - ayun. Tentu memeknya pun tetap aktif membesot - besot kontolku.

Aku tak mau berdiam diri seperti patung. Ketika Wida memagut bibirku ke dalam lumatannya, aku pun masih bisa menggeser - geserkan kontolku dengan arah berlawanan dengan gerakan memek Wida. Kalau memeknya ditarik mundur, aku pun menarik kontolku. Kalau memek Wida maju, aku pun mendorong penisku sampai menyentuh dasar liang memek wanita manis berkulit putih bersih itu. Walaupun kadang perutnya yang membuncit itu bertabrakan dengan perutku.

Namun beberapa menit kemudian, Wida terkapar di atas perutku. Dia sudah orgasme lagi. Namun hanya beberapa detik ia terkulai lemas dalam pelukanku. Kemudian ia menggulingkan badannya jadi celentang.

“Ayo lanjutin lagi sampai ngecrot ... “ ajak Wida yang sudah celentang dengan kedua paha direnggangkan.
Aku pun merayap ke atas perut Wida sambil meletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek wanita itu.

Wida pun memegangi kontolku, sambil mendesakkan moncongnya ke celah memeknya. Maka dengan sekali dorong kontolku langsung amblas ke dalam liang memek Wida.

“Duuuuh ... langsung menggesek g-spotku Bram ... kamu memang cowok yang luar biasa. Ayo entotin lagi sepuasmu, “ ucap Wida perlahan.

Mendengar instruksi itu aku pun mulai mengayun kontolku. Bermaju mundur di dalam liang memek Wida yang sudah becek ini.

“Memekku udah becek ya. Mau kucuci dan kukeringkan dulu ?” tanya Wida.

“Jangan Wid. Aku justru senang sekali memek yang sudah becek begini. Kan beceknya karena Wida sudah orgasme. Berarti Wida sudah puas. Hal itu malah membuat jiwaku nyaman Wid. “

“Ya udah lanjutin aja kalau gitu sih. Aku memang sudah dua kali orgasme, “ kata Wida sambil merengkuh leherku ke dalam pelukannya. Sementara aku melanjutkannya, mengentot liang memek Wida dengan tubuh mulai keringatan. Namun tubuh Wida pun sudah bersimbah keringat, membuat tubuhnya yang sedang hamil tua itu mengkilap. Dan itu sangat seksi di mataku.

Leher Wida pun sampai mengkilap oleh basahnya keringat. Namun aku justru semakin bernafsu menjilati leher jenjangnya yang harum mewangi itu. Bahkan ketiaknya yang lebih basah lagi oleh keringat, kujilati dengan lahapnya, disertai dengan sedotan kuat dan gigitan - gigitan kecil. Sedangkan entotan kontolku sengaja digencarkan. Cepat dan terus - terusan menyundul dasar liang memek Wida.

Entah berapa lama aku mengentot Wida dalam posisi biasa lagi ini. Yang jelas keringatku sudah bercucuran. Sebagian berjatuhan di kain seprai, sebagian lagi di tubuh Wida. Lalu bercampur aduk dengan keringat Wida sendiri.

Namun pada saat itu aku pun sudah mulai “gawat”. Lendir pejuhku rasanya sudah mendekati “pintu”. Sehingga aku bertanya terengah,

“Wid ... aku mau keluar. ”

“Di dalam aja. Kamu udah mau ngecrot ?”
“Iya Wid. “

“Tahan sebentar ... sebentar aja ... aku juga udah mau lepas lagi ... biar bisa bareng lepasinnya Bram ...”
Wida mulai melenggak - lenggok. Sementara entotanku sengaja kupelankan, agar jangan ngecrot dulu.
Beberapa detik kemudian Wida berseru tertahan,

“Ayo ... lepasin Bram ... !”



Spontan kupercepat entotanku, kontolku maju mundur maju mundur maju mundur dengan cepatnya. Sampai akhirnya kutancapkan sedalam mungkin, tanpa menggerakkannya lagi. Lalu kami sepasang manusia yang sedan kerasukan. Saling cengkram dengan kuatnya, saling remas dengan kuatnya.

Lalu ... mpot ... mpot ... mpot ... liang memek Wida berkedut - kedut. Pada saat yang sama kontolku pun mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku.

Creeet ... crrrraaaat ... creeeet ... croooottttt .... croooooooooottttttttt ... croootttt ... cretttt ... !

Lalu kami terkulai lemas, dalam keadaan berpelukan.

“Terima kasih Bram. Yang barusan luar biasa indahnya, “ ucap Wida disusul dengan ciumannya yang bertubi - tubi di pipi dan bibirku.

Waktu kucabut kontolku dari dalam memek Wida, tampak air maniku membludak ke luar.
Wida pun menyadarinya.

“Spermamu banyak bener Bram ... “

“Hehehee ... iya Wid ... “ sahutku sambil bergegas mengambil kertas tissue basah dari atas meja kecil.

Crettttttt

Ranjang itu seketika basah oleh cairan bening bercampur darah dari selangkangan Wida. Wida kemudian memegang perutnya dan merasakan sakit luar biasa. Aku tahu dia kontraksi. Aku tahu dia akan melahirkan.

“Wid, aku bantu pakai baju ya. Kita ke rumah sakit sekarang.”

“Iya Mas”.

“Eh ?”

Bersambung .....​
 
Penasaran dg kisah selanjutnya, apakah hanya bergamis tanpa dalaman saat diantarkan ke Rumah Bersalin?...😀✌️
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd