Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Buku Harian Anita (story 1-original)

chocobo

Semprot Baru
Daftar
20 Nov 2014
Post
37
Like diterima
41
Bimabet
Story by: chocobo .... (AKA de_squall di tempat laen)
Semoga menikmati cerita yang 100% kenyataan berdasarkan cerita dua orang kenalan ane (cowok maupun ceweknya)
Maaf kalo ada persamaan nama or tempat....percayalah itu bukan kalian :D soalnya yang bersangkutan gak pernah buka internet selain buat buka email or fb :p
so enjoy.....

================================================================================================:kopi:


Cerita ini dimulai saat aku dan pacarku yang bernama Frans berpisah tempat selama 3 bulan. Karena kami terbiasa dengan kemesraan maka sering sekali tebersit rasa kerinduan yang mendalam diantara kami. Sehingga saat kami lagi butuh belaian satu sama lain akhirnya menjadi sebuah candu yang tak tersalurkan. Akhirnya kami sepakat mencari selingkuhan alias ttm (teman tapi mesra/mesum?). Hingga 2 bulan setelah kami mendapat ttm, akhirnya kami bisa bertemu juga karena Frans akhirnya pulang ke kotanya dan mampir ke kotaku yang agak dekat dari rumahnya yaitu di Semarang
Namaku Anita, sedangkan selingkuhan yang kuceritakan ini bernama Kurnia. Dia adalah seorang mantan sales yang pernah satu tim denganku saat bertugas keluar kota. Sebenarnya dia menaruh hati padaku tapi aku semula cuek saja, walau akhirnya aku juga merasa kesepian setelah Frans pergi jauh. Akhirnya dia kumanfaatkan untuk kujadikan pelampiasanku sekaligus bisa dimanfaatkan (bisa disuruh antar sana sini, hehehehe)
Aku bertemu juga akhirnya dengan pacarku, Frans. Setelah ngobrol sana sini, karena dia sewa kamar hotel makanya kami bisa berduaan saja dan tidak berada di rumahku. Mulai dari ngobrol akhirnya merembet ke acara ciuman dan berakhir dengan bercinta. Memang kami sering bercinta saat dia masih kost di tetanggaku. Bahkan dia juga yang merengut keperawananku, sudah begitu bukannya cukup eh masih punya angan-angan untuk ngentot dengan adikku yang memang lebih cantik dariku. Setelah puas menyalurkan nafsu yang sudah lama terpendam, akhirnya kami mulai bercerita tentang pengalaman kami bersama selingkuhan kami masing-masing.
Selingkuhan Frans bernama Arma. Cewek yang agak tinggi dan berbody proporsional. Wajahnya juga sangat manis dan menarik, jujur saja lebih menarik dibanding aku walaupun aku lebih putih. Dia menceritakan bahwa selama berselingkuh dengan Arma, dia pernah bercinta berulang kali dengannya. Juga bahwa dialah yang telah memerawani gadis itu sekaligus membuatnya sebagai gadis yang gila seks. Lebih parah dibanding dengan diriku. Aku sendiri mengaku bahwa aku sudah dua kali berhubungan intim dengan Kurnia. Pertama saat aku sedang ingin-inginnya dipeluk oleh Frans, namun dia jauh. Lalu pas waktu itu Kurnia sedang mengajakku jalan-jalan. Tak sengaja aku menganggap dia sebagai pacarku dan mendekapnya erat saat berboncengan sehingga payudarakupun menempel erat dipunggungnya. Nampaknya dia sudah tak tahan lagi. Setelah kami makan malam diluar lalu dia menawarkan untuk memperlihatkan kostnya yang baru. Aku setuju saja.
Baru saat kami masuk kamar kostnya yang baru, di menutup pintu dan menguncinya lalu mendekapku dari belakang sambil menciumi leherku. Kedua tangannyapun tak lupa meremas-remas payudaraku. Akhirnya aku tak kuat juga dan membalas ciumannya. Bibir kami berpagutan cukup lama sampai saat dia membuka kemeja lengan pendekku sampai seluruh kancingnya terlepas dan terpampanglah payudaraku yang mulus dibalut bra tipis warna pink. Dia lalu mencopoti kemeja dan bra ku. Akhirnya aku dalam kondisi topless saat kami masih berpagutan mulut. Tangannya kini leluasa meremas toketku dan memilin-milin puting susuku hingga mencuat dan mengeras. Desahan mulai keluar dari mulutku sembari aku membalas remasan tangannya dengan meremas batang kejantanannya yang masih dibalik celana jeans miliknya. Akhirnya basah juga memekku akibat rangsangan dari Kurnia. Nampaknya diapun juga terangsang berat saat kurasakan dari celana jeansnya tersembul benda keras yang pasti itu adalah senjata rudal miliknya. Kemudian sambil menciumi leherku, dia mendorongku perlahan kearah tempat tidur lalu memelorotkan celana jeansku sekaligus celana dalam (cd) ku hingga aku telanjang bulat. Melihat kondisiku yang sudah bugil total ini membuat Kurnia semakin beringas. Dia lalu menciumi toketku sambil menyedotnya sesekali dan meremas. Seluruh bagian tubuhku digerayangi kedua tangan nakalnya sampai sekitar 10 menitan. Lalu dicopotnya baju dan celana jeansnya. Terakhir cd nya pun dipelorotkan kebawah dan terlihat penis yang menyembul dari gundukan rambut kemaluannya yang lebat. “Nit, sekarang giliranmu pegangin kontolku dong.” Katanya padaku,
Kupegang sembari kocokkan perlahan kontol Kurnia yang hitam kecoklatan itu. Dia nampak kaget dan bertanya darimana aku dapat mengetahui cara memperlakukan penis dengan benar. Namun dengan jawaban senyuman dariku dia sudah dapat menyimpulkan sendiri. Akhirnya sambil kami berciuman, kedua tangan Kurnia meremas payudaraku sambil sesekali mempermainkan klitorisku yang membuat vaginaku semakin basah saja dan pahaku dibuat semakin mengangkang secara tak sadar. Sedang tanganku mempermainkan penis miliknya sehingga basah kuyup. Baru lima menitan, nampaknya dia sudah tak sabar ingin yang lebih. Akhirnya posisiku ditelentangkan dan kedua pahaku diangkat dan dilebarkan selebar mungkin hingga bibir vaginaku terlihat terbelah. Lalu mulailah dia menggesek-gesekkan penisnya kebibir memekku yang sudah basah kuyup itu. Cairan kewanitaanku bercampur dengan cairan kejantanan miliknya. Desahankupun bercampur dengan desahan terangsangnya pria selingkuhanku ini. Akhinya tanpa menunggu lagi dia mulai memasukkan penisnya kedalam liang senggamaku.
Hanya butuh beberapa detik hingga seluruh kontolnya masuk kedalam memekku. Lalu dia mulai melakukan pompaan naik turun sambil menindih tubuhku dan menciumi mulut dan leherku juga tangannya yang tak henti-hentinya meremas dan mempermainkan kedua toketku hingga memerah. Bunyi racauan dari mulut Kurnia dan desahanku berlomba dengan bunyi basah benturan dari kedua alat kelamin kami. Semakin lama semakin menggila saja sodokan-sodokan yang dia lakukan kepadaku. Akhirnya sampai juga dia di titik klimaks. “Nit, aku keluar.” Lalu tak selang beberapa lama kemudian dia berejakulasi didalam memekku sambil tubuhnya menegang dan menciumku dalam-dalam. Tusukan terakhirnya terasa begitu dalam dan bertenaga sambil kurasakan adanya sekitar 5 kali semprotan kuat cairan hangat dari penis yang berada dalam liang memekku ini. Kurnia ambruk tak bergerak selama satu menit kemudian dia bangkit dan menarik keluar kontolnya yang masih menancap di vaginaku. Saat itu pula cairan putih kental mengalir dari liang senggamaku dan jumlahnya sangat banyak.

Hari-hari setelah bertemu dengan Frans menjadi hari-hariku yang lebih liar lagi karena aku menjadi lebih dekat dengan Kurnia. Entah sudah berapa kali dia datang kerumahku dengan pura-pura menjemputku kerja sambilan tetapi malah mengajakku berkencan. Salah satu peristiwa yang menarik adalah saat kami berdua bersama dengan dua pasang teman lain yang juga satu tim dalam kerja sambilan ini memutuskan untuk berlibur di Surabaya karena kontrak kerja kami sudah selesai bersamaan dengan selesainya event promosi perusahaan tempat kami bekerja lepas ini. Karena kebetulan lokasi promosi terakhir berada di Surabaya maka kami memutuskan untuk bersama-sama menghabiskan malam kami di kota ini yang kebetulan waktu itu sedang ada pameran/ Expo besar-besaran di salah satu tempat di pusat kota.
Kami berenam memutuskan untuk menyewa rumah untuk semalam dan berhasil memperolehnya di sebuah guest house di Surabaya. Malamnya tentu saja tidak disia-siakan karena bisa menjadi ajang kumpul bareng. Acara malam itu sekitar jam 9 malam dan Fani, salah satu pria diantara kami mengeluarkan beberapa botol minuman keras (aku tak tahu apa namanya). Kami semua ditantang secara halus untuk meminumnya dan supaya lebih mudah bagi para perempuan maka minuman keras tersebut dioplos terlebih dahulu dengan Fanta.
“Baiklah. Permainan malam ini adalah kita bermain kartu. Siapa yang kalah dia harus minum satu gelas. Setuju?” seru Fani yang kemudian tanpa menunggu persetujuan kami langsung membagi kartu begitu saja. Dasar memang tidak jago, maka pihak perempuan paling sering kalah dan diantaranya adalah aku. Tak terasa 4 botol minuman sudah tertenggak habis dan keringat mulai membasahi tubuh kami yang mulai panas namun tetap sebagian dingin ini.
“Ugh. Sudah habis minumannya.” Kata Fani. “Tapi ini juga baru jam 10 lewat sedikit. Nanggung ah. Lagipula besok-besok kita belum tentu dapat bertemu lagi. Ayo lagi! Tapi taruhan kita ganti. Siapa yang kalah harus buka bajunya satu lembar.” Sreu Fani lagi.
“Hah! Gak mau ah. Malu lah masa tubuh kita dilihatin banyak orang.” Protes Retno salah satu dari kubu cewek. Tetapi dengan bantuan pacar Retno si Chandra akhirnya Fani berhasil mempengaruhi kami semua. Mungkin juga karena kami sudah setengah mabuk, apalagi yang perempuan sudah setengah teler semua.
Bisa ditebak akhir dari semua ini. Dari pihak pria hanya Kurnia dan Fani yang pernah kalah dan itupun hanya sampai membuka kaus mereka saja sementara celana panjang dan lainnya belum tersentuh sementara para perempuan, aku, Retno dan Ida kekasih Fani harus merelakan kaus kami dan celana panjang kami sehingga tinggal mengenakan pakaian dalam saja.
Dalam kondisi normal jelas kami sangat malu namun karena dalam kondisi mabuk seperti ini membuat rasa malu itu sedikit hilang dari diri kami. Ronde berikutnya Retno-pun harus menanggalkan bra miliknya sehingga payudaranya yang bewarna kuning langsat itupun harus terlihat oleh kami berlima dengan sangat jelas. Yang membuatku heran adalah reaksi Chandra yang seolah-olah tidak peduli atas kekasihnya. Entah karena hawa dingin atau karena sesuatu yang lain, puting susu Retno mengeras seperti bentuk puting milikku ketika terangsang.
Sekitar lima belas menit akhirnya kami benar-benar habis-habisan karena tak ada lagi benang yang melekat pada diri kami sekarang. Tubuhku sudah telanjang bulat didepan mereka semua begitu juga dengan Retno dan Ida. Sementara itu Fani dan Kurnia masih mengenakan celana dalam. Bahkan Chandra bajunya masih utuh semua.
Kebetulan di rumah sewaan itu terdapat televisi yang lumayan modern sehingga Chandra dapat memasangkan mini vcd player di tv itu yang kebetulan barusan dia beli waktu akan menyewa rumah ini. Lalu diputarkannya sebuah film yang mengejutkan yaitu film porno yang total tanpa sensor sedikitpun. Saat aku akan meraih pakaianku tiba-tiba Chandra merengut tumpukkan pakaian kami dan menguncinya didalam kamar. “Sesuai dengan hukuman, maka yang terhukum tak boleh mengenakan pakaiannya sampai film ini selesai. Hehehe….sekalian buat lihat sampai seperti apa ketahanan kalian.” Kata Chandra yang kemudian mendekap Retno yang sedang duduk di karpet dari belakang dan kemudian menciumi tubuh gadis manis ini. Walaupun Retno mencoba mengelak tetapi Chandra bukan tipe orang yang mudah menyerah begitu saja. Dalam sekejap mereka berdua sudah berciuman dahsyat dan Retno seolah tak peduli dirinya sedang bugil dan membiarkan payudaranya menjadi permainan tangan Chandra dan disaksikan oleh orang banyak.
Tak selang lama kemudian adegan porno di vcd itu berubah menjadi lebih liar. Disana digambarkan adegan empat orang gadis sedang digilir beramai-ramai oleh puluhan pria berbadan besar.
“Akhhh….” Desahku ketika aku merasakan buah dadaku mulai disentuh oleh Kurnia. Lelaki ini meremas-remas payudaraku dengan perlahan dan mulutnya menjulur kedadaku untuk menjilati dan menhisap puting susuku. “Kurnia…akhh..” aku kini hanya bisa mendesah-desah pasrah ketika pria ini mempermainkan seluruh tubuhku dengan remasan, pilinan, ciuman dan jilatannya yang membuatku seolah terbang kelangit ketujuh.
“Ohh…” sekali lagi desahan tetapi bukan dari bibirku melainkan dari mulut Ida yang saat ini sedang disetubuhi oleh Fani. Ida yang bertubuh sedikit tinggi dariku namun kulitnya putih ini sedang telentang dan ditindih tubuh Fani yang sudah telanjang. Penis Fani dengan liarnya menjajah seluruh relung vagina Ida.
“Kita join ya? Hehehe…” kata Kurnia sambil mengajakku mendekati kedua orang yang sedang bercinta itu. Lalu Kurnia merebahkanku disamping Ida yang tubuhnya terguncang-guncang akibat pompaan Fani yang sudah mulai cepat itu. “Anita. Sekarang kita entotan lagi deh…heheheh.” Seloroh Kurnia yang kemudian memasukkan kontolnya yang cukup besar itu kedalam memekku yang sudah mulai basah.
“Wah toketnya Nita (panggilanku) putih juga yah seperti orangnya.” Goda Fani yang kemudian merapatkan tubuhnya ketubuh terlentang Ida itu. Kurnia sendiri tak butuh waktu lama untuk memasukkan kontolnya kedalam memekku yang memang sudah tidak perawan lagi, bahkan semua gadis diruangan itu tak ada yang masih perawan.
“Crok…crok…crok…” suara memekku yang sedang digenjot Kurnia ini bercampur dengan suara dari pasangan lainnya. Fani yang sesekali seolah tak sengaja menyentuhkan siku tangannya ke payudaraku. Kurnia melihatnya dan terlihat tak peduli dan masih asyik memompakan kontolnya kedalam memekku yang sudah mulai basah kuyup ini.
Dua menit kemudian, kembali Fani menyentuhkan siku tangannya ke payudaraku tetapi kali ini didiamkan lama disana dan seperti disengaja menumpangkan sikunya di atas salah satu toketku itu, seperti mendapatkan lampu hijau, tepat ketika Kurnia maupun Fani mempercepat goyangannya kepada aku dan Ida, tangan Fani berani meremas toketku dan mempermainkan putingnya tanpa ragu lagi. Jujur saja hal ini membuatku menjadi sedikit risih tetapi sensasinya membuatku sangat terangsang dengan hebatnya.
Kurnia yang melihat Fani lancang menjarah toketku itu lalu membalas dengan mencium bibir Ida dan meremas payudaranya yang besar itu. Herannya, Ida spontan membalas ciuman Kurnia tanpa malu-malu lagi. Yang membuatku heran lagi entah kenapa aku dan Ida seolah menurut saja dan ikut menggoyangkan pinggul kami saat kontol-kontol para pria ini menjarahi vagina kami berdua tanpa malu-malu.
“Akhh…memeknya Nita sempit banget.” Seru Kurnia yang kemudian langsung ditimpali oleh Fani, “Memangnya sempitan mana dengan punya Ida? Aku cobain yah?” kata Fani yang kemudian mencabut kontolnya dari vagina Ida.
Aku terkejut karena kemudian Kurnia mencabut kontolnya dari memekku dan mengarahkan kontolnya itu kemulutku untuk aku oral. Sementara itu dia diam saja ketika Fani mengarahkan batang kontolnya kearah bibir kemaluanku dan memompanya dengan penuh nafsu. Ida sendiri entah sejak kapan, sekarang sudah dalam tindihan Chandra yang menggila dengan sodokan-sodokan kerasnya dan Fani juga tidak protes padahal dia dan Ida sudah pacaran 2 tahun lamanya.
“Wah benar-benar nikmat memeknya Nita. Sempitnya sama dengan punya Ida. Akhh…yess…..akhhh….Nita kamu cantik banget kalau pas dientotin gini. Akhh…Anita…” desah Fani sambil menikmati kontolnya yang memblender seluruh isi memekku yang kembali membuatku orgasme entah untuk yang keberapa kalinya malam itu.
Chandra-pun ikut-ikutan dengan meremas-remas toketku tanpa ampun. Tubuhku-pun dibuat dalam posisi merangkak kemudian lagi-lagi penis Fani menyodok vaginaku tanpa ampun. “Akhh..sakit….pelan…” entah kenapa yang dalam pikiranku hanyalah rasa sakit karena sodokan keras itu dan bukan rasa malu atau terhina. Bibirku-pun tak bisa banyak mendesah karena tersumpal penis Kurnia yang terus minta diservis tanpa henti. Tangan Chandra juga tak segan-segan lagi meremasi kedua bukit kembarku yang menggantung bebas saat dalam posisi doggy style ini padahal dia sedang ngentotin Ida waktu itu.
“Akhh…aku keluar….akhhh…Nitaaa…” pekik Fani yang kemudian melesakkan penisnya dalam-dalam dan berejakulasi didalam memekku. Sperma Fani kurasakan menyemprot dinding-dinding dalam vaginaku sehingga terasa hangat. Tak lama setelah Fani mencabut kontolnya, Chandra langsung ambil posisi dan mengentotku dari belakang dengan posisi doggy style yang sama.
“Wow! Sama sempitnya dengan punya pacarmu Fan. Seandainya toketmu sebesar punya Ida pasti aku bakalan tergila-gila sama kamu Nit.” Godanya kepadaku. Ingin aku protes dan berontak tapi nafsuku juga sudah tak terbendung dan kepalang basah. Kurnia-pun juga lebih suka memikirkan pemuasan nafsunya dengan mulutku dibandingkan dengan memikirkan martabatku.
“Akhh….akhhh…Chandra…akhh…pelan…” kataku tergagap setelah merasakan pompaan kontolnya semakin kencang dan brutal saja.
“Memekmu terlalu menggoda buat kontolku Nit. Sorry kalau terlalu cepat. Akh….nih….aku kasih….akhhh…!” seru Chandra yang lalu menyodokkan kontolnya sekencang-kencangnya ke memekku dengan brutal. Satu sodokan yang keras sampai membuat bibir luar vaginaku ikut melesak masuk terkena gesekan kontolnya. Sekali lagi aku orgasme.
“Nitaaa…..aku keluar….akhhhh….” seru Chandra yang kemudian mengejang. Sekali lagi aku merasakan penis seorang pria menyemprotkan spermanya didalam liang kemaluanku. Sekarang sudah sperma dari dua orang yang aku yakin kemudian bakalan menjadi tiga orang.
Yang kuyakini itu benar juga karena giliran berikutnya adalah Kurnia. Tak butuh waktu lama baginya untuk berejakulasi didalam kemaluanku. “Bagaimana Nit? Kontolnya siapa yang lebih enak buat ngentotin kamu?” goda Kurnia yang kemudian menyemprotkan spermanya berulang-ulang di dalam memekku.
Malam itu ketiga pria ini menggilir aku dan Ida karena ternyata Retno sedang keputihan sehingga bebas dari gangguan, itu juga penyebab Chandra beralih untuk menyetubuhi Ida dan aku.
Paginya aku melihat Ida masih tidur di kasur yang diletakkan diatas lantai berkarpet. Berselimutkan sprei yang acak-acakkan dan dari memeknya terlihat cairan sperma yang sudah mongering. Aku ingat bahwa Ida semalam dikerjai habis-habisan juga hingga nyaris pingsan. Mungkin 6 kali para pria itu berejakulasi didalam vaginanya.
Aku melihat tubuhku. Payudaraku yang putih mulus ini sekarang sudah tertutup cairan putih kental hasil oral seks-ku kepada Chandra. Sementara itu dari bibir vaginaku masih mengalir sedikit sperma yang sudah tidak lagi kental. Fani menyetubuhiku lagi pagi ini saat aku belum bangun. Hal itu juga yang membangunkanku setelah merasakan memekku seperti disodok oleh benda keras panjang yang ternyata adalah kontolnya Fani. Aku ingat kalau semalam aku digilir berulang-ulang sampai sekitar 7 kali. Bukan hanya pantat dan buah dadaku yang jadi sasaran tembakan sperma mereka tetapi juga punggung dan wajah. Masih kurasakan rasa asin sperma Fani yang nyaris tertelan olehku.
Setelah kejadian di guest house itu, anehnya Ida malah bertambah rekat dengan Fani sementara Chandra dan Retno malah putus. Aku?.....Kurnia tidak terdengar kabar beritanya selama 2 bulan penuh. Ternyata dia sudah menghindariku karena malu tubuhku sudah dicicipi oleh dua teman baiknya. Pria munafik, tetapi tak apalah karena Frans menerimaku dengan apa adanya. Lagipula pacarku itu juga sering tidur dengan wanita lain tetapi tetap saja dia tak mau menambatkan hatinya pada para perempuan itu dan tetap menjadikan aku kekasihnya….oww…how sweet he is?
 
...next chapter

Menjelang bulan November tahun 2006 aku telah mendapatkan pekerjaan baru di sebuah majalah yang mempunyai kantor cabang didekat rumahku. Aku bekerja dibagian sirkulasi dan berurusan dengan tumpukan majalh, buku dan catatan lainnya. Tapi ada hal yang membuatku betah bekerja disini, yaitu karena hampir semua karyawan ditempat ini menyenangkan dan mudah bergaul denganku. Memang sebagian besar pegawainya perempuan sementara para pria sebagai marketing atau tugas bagian luar kecuali bos tempatku bekerja yang selalu ada dikantor.
Hari itu aku tugas siang sehingga karena aku kerja dengan system sift maka aku terpaksa pulang malam sekitar jam 7 atau jam 8 malam. Langkah kakiku tak terasa mendekati area rumahku saat tiba-tiba terdengar suara memanggilku, "Hoi Anita. Tunggu!" seru suara itu dari belakangku. Aku menghentikan langkahku dan menengok kebelakang. Ternyata dia adalah mantan pacarku yang sudah lama tak aku lihat walaupun sebenarnya kami satu kampus tetapi setelah aku lulus tidak pernah melihatnya lagi berkeliaran didekat rumahku. Oh ya, bagi yang belum tahu kalau kampus tempatku kuliah itu sangat dekat dengan rumah tinggalku yang juga membuka tempat kost dibagian belakang rumah.
"Hai. Riko. Ada apa? Tumben ketemu disini. Bukannya kamu sudah lulus." Sapaku padanya dan dia dengan terengah-engah menggapai pundakku dan menjulurkan tangannya yang lain yang menggenggam sebuah dompet.
"Dompetmu jatuh Nit." Katanya sambil mengulurkannya kepadaku. "Sejak kamu berada disamping kampus kita itu. Untung aku temuin kalau nggak bisa gawat khan. Ada foto kamu disitu jadi aku tahu itu dompetmu." Kata Riko lagi yang kali ini sudah bisa mengatur nafasnya kembali.
"Hah? Astaga, terima kasih Rik. Untung aja kamu temukan dompetku. Didalamnya khan ada uang kantor yang aku bawa karena belum sempat disetorkan ke bank." Balasku sambil berbinar karena aku tidak jadi tertimpa sial hari ini.
Riko hanya tertawa ngakak, "Kamu nggak berubah dari dulu Nit. Masih ceroboh kalau bawa barang. Dasar...hahaha..." gelaknya lagi yang kemudian kami berdua ngobrol panjang lebar. Ternyata dia masih menggarap skripsinya yang terlambat diajukan karena pertimbangan biaya praktik yang cukup mahal. Dia mahasiswa yang setahun dibawahku karena saat lulus SMU dia bekerja dulu setahun dan saat kuliah berada di jurusan elektro yang terkenal sangat mahal dikampus kami.
Hari demi hari berlalu dan selama satu bulan itu aku semakin dekat dengan Riko. Pacarku tidak mengetahuinya karena dia pastinya akan cemburu jika aku berdekatan dengan Riko mengingat dulu kami pernah berpacaran agak lama. Riko sering menjemputku ditempat kerjaku dan teman-teman kantor salah mengiranya sebagai kekasihku. Riko ini orangnya cukup tinggi dengan tinggi sekitar 170-an cm dan berkulit putih karena memang dia keturunan chinesse sementara itu badannya lumayan berisi juga karena memang sejak di SMU saat masih jadi kekasihku dia sering bermain basket.
"Nit. Kamu cantik sekali malam ini." Puji Riko yang saat itu memboncengkanku dengan sepeda motornya. "Aku memang beruntung bisa bertemu dengan kamu lagi sampai sedekat ini....seandainya saja kita masih..." Riko tidak melanjutkan kata-katanya karena aku putus.
"Jangan ingat-ingat masa lalu! Yang lalu biarlah berlalu jangan diingat-ingat lagi yah. Lagipula sekarang aku sudah berpacaran dengan Frans sementara kamu sendiri kabarnya sudah akan bertunangan dengan Agnis teman kita waktu SMU itu. Dia naksir berat lho sama kamu waktu itu sampai memusuhiku segala...hahaha..." candaku kepada pria ini tetapi entah karena apa tiba-tiba aku ingin memeluk tubuhnya yang ada didepanku ini, mungkin karena angin dingin menerpa kami atau karena sesuatu yang lain.
"Rik, aku turun disini." Pintaku kepadanya. Memang selama aku diantar pulang olehnya aku selalu minta diturunkan diperempatan jalan dekat rumah agar orang-orang rumah tidak curiga kepadaku karena bagaimanapun mereka sudah menganggap Frans seperti bagian dari keluarga terutama orang tuaku yang kadang lebih membelanya dari padaku tiap kali kami ada masalah. Untungnya Riko mau mengerti akan situasiku dan tidak banyak menuntut.
"Sampai besok Nit." Ucapnya ketika aku sudah turun dari boncengannya dan kami berpisah malam itu.
Hari sabtu seminggu kemudian. Aku terpaksa lembur sendirian karena rekan kerjaku cuti seminggu karena menikah sementara yang satu lagi keluar dan karena bagian sirkulasi hanya 3 orang dalam satu shift maka sekarang tinggal aku sendirian di ruangan kerjaku. Saat aku keluar akan pulang sempat ada beberapa marketing yang menyapaku dipintu antar ruang. Mereka menawarkan untuk mengantarku tetapi aku tolak karena tidak ingin merepotkan siapapun. Saat aku keluar dari dalam kantor baru aku menyesali keputusanku itu karena ternyata hujan cukup deras.
"Aduh...kenapa aku sial begini. Mana para marketing itu sudah pergi pulang lagi. Tau gitu aku minta antar mereka saja." Gerutuku dalam hati. Sempat aku ingin minta tolong antar satpam yang jaga malam tetapi dia tidak mempunyai kendaraan bermotor jadi sama aja boong.
Saat aku masih dalam kesendirianku tiba-tiba sebuah sepeda motor masuk kedalam tempat parker di kantorku. Astaga, pekikku setelah melihat bahwa yang datang adalah Riko. Hujan-hujan dia nekat menjemputku dan bahkan membawakan kardus makanan untukku.
"Maaf yah kemarin tidak menjemputmu karena Agnis datang. Aku nggak enak sama dia kalau jemput kamu. Eh ini aku bawakan ayam goring kremes kesukaan kamu. Ingat khan waktu SMU dulu kamu suka banget sama makanan ini." Aku terkejut melihat Riko masih mengingat kegemaranku.
Singkatnya kami makan malam berdua di ruang santai karyawan. Sambil menanti hujan yang tak henti-henti itu kami saling menceritakan kembali masa lalu kami karen memang baik aku maupun dia sudah kehabisan bahan pembicaraan. Aku jadi teringat saat aku memutuskan hubungan cinta kami hanya karena isu tak sedap yang dihembuskan oleh teman-temanku yang tidak menyukai Riko yang sialnya aku termakan omongan mereka dibandingkan mempercayai Riko yang waktu itu masih kekasihku.
"Jaket kamu basah tuh. Dicopot supaya kering di taruh dekat kipas angin di ruangan sana. Bajumu juga tuh. Ayo copot daripada masuk angin!" kataku sambil berinisiatif menarik bajunya dan akhirnya diapun hanya mengenakan celana boxer yang cukup pendek saja karena pakaiannya yang lain aku jemur.
Tak lama kemudian aku melihat Riko kedinginan, dia menggigil karena udara diwaktu itu memang dingin. Lalu dia mendekatiku dan akupun diam saja karena kasihan kepadanya yang kedinginan sementara bajunya masih basah kuyup.
"Nih ada selimut. Pakai saja." Kataku sambil menyodorkan selimut yang biasa dipakai oleh para editor jika lembur sampai pagi saat mengejar dateline. Akhirnya karena permintaan Riko, kami berbagi selimut itu berdua.
Satu jam lamanya tapi hujan tak berhenti-berhenti dan akupun mulai mengantuk. Tak sadar aku merebahkan tubuhku dipundaknya dan lama-lama tak sengaja merosot turun keperutnya dan kepahanya pada akhirnya. Hanya sebentar saja karena kemudian aku terbangun dan sadar kalau aku masih dikantor. Aku terkejut saat ada tonjolan keras menempel di pipi kananku. Ternyata aku tidur beralaskan paha Riko dan pria ini juga tak bisa menahan gairahnya sebagai seorang pria ketika merasakan kepalaku bersandar di pahanya yang waktu itu tinggal mengenakan celana boxer saja.
"Sorry. Aku nggak maksud macam-macam kok. Itu terjadi sendiri suerr.." kata Riko membela diri. Jelas saja aku tahu kalau pria manapun juga bakalan ereksi kalau aku tidur di paha mereka.
"Nggak apa-apa kok." Kataku yang kemudian bangkit menutupi rasa maluku. Riko lalu kembali membuka majalah yang ada dimeja didepan kami dan menanyakan beberapa hal yang ada dimajalah itu kepadaku. Tanpa sengaja tanganku menyenggol penisnya lagi yang masih bersangkar di celana boxer biru itu.
Aku kaget dan buru-buru menarik tanganku yang nyaris mencengkeram penis Riko yang ereksi itu. "Akhh..sorry Rik. Kok masih berdiri sih?" tanyaku menggodanya.
Riko jadi salah tingkah dibuatnya. "Habis kamu menggoda sih. Gimana nggak berdiri. Susah tidurnya kalau udah malam apalagi ada cewek cantik didekatnya hehehe..." balasnya bercanda.
Timbul pikiran iseng dibenakku. "Punyamu itu besarnya seberapa sih Rik? Katanya temenku punya kamu kecil hehehe....itu kata Sammy lho." Godaku. Sammy adalah teman kami waktu SMU. Dia juga yang mengetahui kalau dulu Riko seorang playboy dan sering gonta-ganti pacar, setiap pacarnya pasti pernah ditiduri hanya aku yang belum. Dia beralasan kalau aku adalah cinta sejatinya dan dia sudah bertobat setelah bertemu denganku.
"Wah si Sammy jangan dipercaya. Kalau mau tahu ya liat sendiri lah. Paling juga nggak berani hehehe..." tantang Riko. Tapi dia langsung kaget ketika tanganku dengan perlahan menuju kearah batang kemaluannya yang berdiri itu.
Aku membuka celana boxernya perlahan hingga setengah tiang. Kemudian aku raih penisnya yang putih kemerahan itu keluar dari kungkungan celana birunya itu. "Punyamu lumayan juga yah. Putih lagi." Godaku kepada Riko yang masih tertegun melihat tingkahku itu.
"Punyaku yang mana? Itu punya nama, namanya kontol..." kata Riko yang kemudian menangkap kedua tanganku yang masih memegang batang kontolnya itu. "Nit, rasanya nikmat sekali waktu kamu pegang." Kata Riko sambil perlahan mencoba menggerak-gerakkan tanganku untuk mengurut penisnya dan mencopot seluruh boxernya.
"Enak yah? Begini?" kataku sambil mengurut kontolnya naik turun perlahan an dalam waktu singkat cairan pelumas langsung membanjiri ujung kontol Riko. "Ih, cairan dosa...hihihi..." candaku lagi sambil mengoleskan cairan yang menempel di tanganku itu ke dada Riko.
Entah karena tak kuasa menahan nafsunya lagi atau karena ingin menjawab tantanganku, Riko memberanikan diri mencium bibirku. Hasilnya kami berdua berciuman hebat diruangan itu beriramankan rintik hujan yang deras mengguyur kantorku.
"Anita. Aku benar-benar tak tahan lagi. Aku masih menyukaimu." Katanya sambil terus menciumiku di sofa tersebut. Sementara itu dibalik selimut tanganku terus mengurut batang kontolnya yang kemudian kupercepat. "Akhh...Nit..." desah Riko yang membalasnya dengan menyusupkan tangannya kebaju yang ku pakai kerja ini. Akhirnya dia menemukan kedua buah dadaku dan dengan liarnya di remas kedua toketku itu tanpa ampun.
Entah bagaimana awalnya, tahu-tahu aku sudah bugil didepannya. Mulut Riko menjelajahi bibirku, pipiku, leherku, perutku, tanganku dan juga buah dadaku. Lidahnya menyapu puting susuku yang sudah mengeras itu. Sesaat aku seolah dibawa terbang olehnya dengan kemampuannya berforeplay ria.
"Riko...akhh..jangan disitu...akhh..." desahku ketika jemari Riko menyusup melewati bibir vaginaku dan seketika itu juga memekku menjadi bulan-bulanan kenakalan jemari Riko. Memang aku sudah berjanji kepada Frans kekasihku bahwa mulai saat ini aku tidak akan bercinta dengan pria lain begitu juga dengan Frans, itu disebabkan traumaku karena pernah digilir 3 orang pria termasuk diantaranya adalah Kurnia tempo hari.
"Nit. Memekmu benar-benar enak. Kelentitmu sudah mengacung tuh pengin lebih. Memekmu putih bersih....luar biasa." Puji Riko yang kemudian kembali menciumi bibirku dengan penuh nafsu sementara satu tangannya meremas dan memilin-milin buah dadaku yang ranum itu. Aku tak melihat tangannya yang satu lagi yang tertutup selimut tebal itu. Ternyata tangan kanannya sedang mengarahkan kontolnya sendiri kearah lubang memekku.
"Memekmu buat aku nggak tahan Nit. Toketmu juga selama ini hanya berada diangan-anganku saja untuk kusentuh. I love you Anita." Rajuk pria ini yang kemudian menempelkan kemaluannya ke bibir vaginaku.
"Stop! Jangan! Aku sudah berjanji untuk nggak ngasih memekku ma cowok lain lagi selain pacarku. Riko....akhhh....Rik...akhhh...ja...ngannn...akhhh..." ucapanku lama-lama jadi desahan nikmat juga ketika dengan paksa kontol Riko menerobos memekku dan memompanya dengan penuh nafsu.
Sekarang tubuhku sudah ditindih oleh pemuda ini dan kedua pahakupun sudah menempel di bahunya sementara itu aku dapat melihat bagaimana liang kemaluanku terus-terusan dipompa dan digenjot habis-habisan oleh kontol Riko yang berukuran lumayan itu. Aku dapat melihat dengan jelas bibir memekku yang seolah menjepit batang kemaluan Riko tiap kali disodokkan dan dikeluarkan dari vaginaku. Rasa nikmat sekaligus bersalah karena membiarkan hal ini terjadi bercampur menjadi satu.
"Akhh...akhhh...Riko..." racauku sambil terus menggelinjang tak karuan karena tak kuasa menahan birahiku sendiri. Aku tak pernah menyangka bakalan ditindih dan disetubuhi oleh pria mantan pacarku ini. Itu semua membuatku semakin bernafsu saja karena sensasi yang ditimbulkannya.
"Bagaimana Nit? Enak? Aku percepat yah?" pinta pria ini sambil mempercepat goyangannya tanpa menunggu persetujuanku. Sekarang kontolnya yang keras dan panjang itu sudah menjarah kemaluanku dengan lebih liar lagi.
"Enak Rik...terus....akhhh..." desahku lagi dan kali ini aku benar-benar sudah hilang kontrol kana rasioku lagi. Kepalaku melengok kekiri dan kekanan tak kuasa menahan sensasi sodokan penis Riko di kemaluanku. Bunyi suara kecipak cairan kemaluan kami berdua-pun juga mengiringi rintihan dan desahanku.
"Enak apanya sayang? Enak dientotin atau enak apanya?" goda Riko lagi tanpa mengurangi intensitas genjotannya di memekku.
Aku kembali menggelinjang sambil kedua tanganku mendekap tubuh Riko yang tengah menindihku itu hingga dada bidangnya menempel di payudaraku. Puting susuku-pun beradu dengan miliknya dan sepertinya itu membuat nafsu Riko semakin tinggi saja. "Enak dientotin kamu...akhh...entotin terus...sayang....akh....akhhh..." aku semakin meracau tak karuan tak peduli dengan resiko satpam dapat mendengar jeritanku lagi.
Riko lalu mencium dalam-dalam bibirku dan kami beradu lidah. "Memekmu nikmat sekali Nit. Sempit abis....nikmat....akhhh..." kembali Riko mencabut kontolnya dan dipermainkan dibibir vaginaku dengan sesekali menggesekkan di klitorisku. Dia sengaja menggodaku.
Aku yang sudah tak sabar lagi kemudian memegang batang penisnya dengan tanganku dan mengarahkan sendiri kearah vaginaku yang sudah menganga bibirnya. "Jangan berhenti ngentotin aku sayang....akhhh..." jeritku kecil ketika merasakan kembali Riko mendorong kemaluannya yang sudah menancap di vaginaku.
"Kontolmu juga nikmat sayang...akhhh...Riko....akhh...entotin aku sampai pagi sayang....akh...akhhh..." desahku terus-terusan ketika Riko berganti-ganti gaya di atas sofa dan kemudian dia membangunkanku hingga terpangku di pahanya sementara itu batang penisnya masih menancap di vaginaku lalu dia berdiri dengan tetap membopong tubuhku ini lalu mengangkat tubuhku sedikit dan menghunjamkannya kebawah hingga vaginaku terasa menelan penisnya sangat dalam. "Akhhh...Riko..." jeritku sambil diikuti dengan erangan Riko yang telah mencapai orgasmenya. Penisnya berdenyut keras dan kemudian berejakulasi di dalam vaginaku. Aku bisa merasakan batang kemaluannya itu menyemprotkan cairan sperma kentalnya bertubi-tubi ke dinding dalam liang kewanitaanku.
"Akhh...Anita sayangku. Ngentotin kamu benar-benar impianku selama ini. Nggak nyangka kamu bisa sehebat ini. Kalau tahu begini aku bakalan merawanin kamu duluan dari pada direbut pria lainnya." Kata Riko sambil memeluk dan menciumku. Aku hanya tersenyum dan merasakan penis mantan pacarku itu mengecil perlahan di liang vaginaku.
Aku menyesali semua ini tetapi faktanya malam itu aku malah mengulangi persetubuhanku denan Riko hingga berulang-ulang sampai hari nyaris pagi. Setidaknya sudah puluhan gaya yang kami lakukan dan Riko sendiri sudah menyemprotkan air mani-nya 6 kali di vagina dan bagian tubuhku lainnya. Bahkan meja direksi yang tidak pernah dimasuki orang luarpun juga menjadi tempat kami bercinta. Hasilnya tubuhku paginya belepotan sperma Riko.
"Rik. Maaf yah tapi aku nggak mau kita terlalu dekat lagi. Bagaimanapun aku sangat mencintai kekasihku sekarang. Dia sudah banyak berjasa bagiku dan juga sudah menyayangiku selama ini. Sebaiknya kita nggak usah bertemu dulu sampai bisa saling jaga diri masing-masing." Pintaku pada Riko sekitar 1 minggu kemudian.
"Aku mengerti perasaanmu. Aku juga akan segera bertunangan. Sepertinya Agnis sudah mencium hubungan kita dan sering uring-uringan. Aku akan menjauh, tetapi sebelumnya di sini aku minta tanda perpisahan darimu. Boleh ya." Katanya sambil mengatakan apa maunya.
Hari itu kami bercinta di tengah hutan karet yang berada dekat dengan rumahku. Aku masih mengingat peristiwa saat itu ketika dengan bersandar di batang pohon karet, aku menahan gejolak di bibir kemaluanku yang sedang dipompa habis-habisan oleh batang penis Riko secara berulang-ulang. Belum lagi ketika aku melakukan doggy style di hutan itu dengan merangkul batang pohon kecil untuk menyangga tubuhku. Aku masih ingat juga ketika saat itu sperma Riko membasahi kembali dinding vaginaku untuk yang kesekian kalinya. Tiga kali mantan pacarku itu berejakulasi di vaginaku. "Untuk kenang-kenangan." Katanya padaku.

Tamat
 
sekian dan terima kasih....kalo ada yang mau beri saran dan komentar silakan :D
 
Thanks buat koment dan "thank" nya... bisa bikin tambah semangat buat nulis :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd