Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

BUDHE ANAH JANDA DESA BERTUBUH IBU KOTA. BUDI HARTAWAN (The Series 3)

LOGI 2 Bagian 2
BU SISKA POV

PEMBACA YANG BUDIMAN, KELANJUTAN CERITA INI ADALAH APA YANG LANGSUNG DITUTURKAN SAAT ITU OLEH BU SISKA, SAMPAI PADA ALENIA DIATAS, AKU MEMANG MENYERAHKAN PENUTURAN DAN PENULISAN CERITA INI PADANYA. SETELAH RONDE KEDUA TADI AKU MEMINTA IBU UNTUK MENUTURKANNYA SEHINGGA MALAM ITU KAMI MELAKUKAN-NYA SAMPAI PAGI, DISELINGI KISAH HIDUP YANG IA TUTURKAN PADAKU. JADI KATA-KATA SELANJUTNYA DALAM CERITA INI ADALAH PENUTURAN BELIAU LANGSUNG. SELAMAT MENIKMATI….



Brakk!!! Sebuah suitcase seberat kira-kira dua kilogram kubanting di meja ruangan kerja suamiku. Batinku sudah bertekat bulat saat itu, apapun yang terjadi, aku tidak terima atas peristiwa ini. Bayangkan sebagai istri yang begitu setia dan penurut, ternyata selama ini, Anjing bernama Jimmy…..itu telah mentah-mentah menipuku! Aku memberikan semua yang kumiliki, warisan keluarga berupa tanah, perusahaan yang berkembang pesat, dan semua kemewahan milik keluarga kami telah kuberikan tanpa reserve kepadanya. Dan keparat itu baru kini kutahu punya simpanan dengan status yang tak tanggung-tanggung; istri ke2 dan juga Ketiga!!! Anjing!!!

Hari itu aku benar-benar marah, menyala mataku memandangnya, kutatap ia setajam-tajam yang kubisa, aku ingin tahu apa yang akan ia katakan dengan tindakanku yang mendatangi kantor dan langsung mendobrak pintu ruang kerjanya. Ditengah riuh panik karyawannya kuusir ia dari tempat itu dan dengan entengnya kukatakan “Pergi kau dari kehidupanku, Anjing!!!”

Mataku merah-menahan tangis, perempuan mana sih yang tak murka jika mengetahui suaminya ternyata menyimpan dua istri gelap selama lebih dari lima tahun dan sudah memiliki anak pula dari mereka?

Ia hanya terbengong seperti patung, mulanya ketika tadi aku mendobrak pintunya, ia sempat mendampratku juga. Tapi begitu aku menunjukkan apa isi suitcase yang kudapatkan dari rumah simpanannya itu, ia tak lagi sanggup menjawab. Kubiarkan pintu itu terbuka agar semua yang ada di kantor itu betapa aku yang sebenarnya punya hak atas perusahaan ini.

Sampai di rumah, Austin, adikku yang menengahi kami. Ia memberi nasehat untuk kami agar berdamai saja. Mulanya aku menolak, tapi setelah menimbang apa yang dikatakan oleh Austin, akhirnya aku menerima juga. Anak-anak harus diselamatkan lebih dahulu, begitu Austin menasehatiku, sehingga kupikir logis juga kalau aku memberi tenggat lima tahun bagi Jimmy untuk tetap menyandang status sebagai suami sah ku. Tapi dengan catatan, sejak saat itu kukatakan padanya, dihadapan Austin, ia tak boleh lagi menyentuh tubuhku. Aku tak rela!!!

Sejak saat itu pula, aku aktif mengambil-alih tugas-tugas managerial di perusahaan. Dan yang jelas, perusahaan milik keluargaku berkembang pesat sejak aku menanganinya. Jimmy kularang masuk ke kantor, ia tak lagi punya hak untuk mendapatkan penghidupan dariku. Aku sudah tak mau tahu ia akan melakukan apa untuk menafkahi kedua simpanannya, dirumahku ia hanya harus bersandiwara di depan anak-anak (kecuali Rina yang sudah mengetahui hal ini) dengan berpura-pura mesra dan penuh perhatian kepada mereka. Dan sejak saat itu pula aku bertekat untuk tidak lagi mengenal lelaki dalam hidupku, cukup sekali ini aku dikhianati. Terbukti dengan cara itu, perusahaan berkembang sangat pesat karena konsentrasi pikiranku jadi terfokus pada upaya Research and Development bisnis yang sekarang sudah go-Int’l ini.

Namun menjelang tahun ketiga sejak kami pisah ranjang, aku mulai berfantasi seksual, beberapa bulan aku sempat mengatasi bayangan-bayangan vulgar birahiku dengan cara self service. Beberapa alat bantu seks aku beli untuk memenuhi hasratku. Tapi lama kelamaan aku jenuh juga. Kuakui, sebagai perempuan normal, aku memang butuh kehangatan laki-laki.

Tapi siapa? Ketika aku berpikir untuk mencarinya aku langsung dihantui trauma kehidupan rumah tanggaku yang hancur ini, bisa saja aku membayar gigolo yang banyak tersedia di tempat-tempat khusus di Jakarta ini, tapi apa iya bisa aman dan higienis? Aku ragu sampai kemudian berpikir gila ketika suatu malam saat Budi, anak angkatku itu tertidur di sofa sehabis menonton TV aku secara tak sengaja melihat celah resluiting celana pendek yang ia kenakan masih terbuka. Mungkin anak itu lupa menutupnya ketika keluar dari kamar mandi tadi. Naluri kewanitaanku bereaksi begitu cepat, entah tenaga apa yang menggerakkannya sehingga dengan berpura-pura mendekati, aku meraba selangkangannya. Wooow…my God! Tak kusangka, anak seumur Budi yang belum genap 15 tahun ini memiliki penis dengan ukuran yang melebihi ukuran penis suamiku!

Sesaat aku terkesima, dan ketika Budi terbangun oleh belaianku itu, aku langsung mengalihkan tangan ke kepalanya sambil menyuruhnya tidur di kamar saja. Untungnya pada waktu itu Budi tak menyadari apa yang telah aku lakukan. Aku juga berlalu masuk ke kamar dan langsung masturbasi, membayangkan si Budi bersetubuh denganku, gila!!! Lebih gila lagi, aku sampai tiga kali melakukannya malam itu!

Semenjak saat itu juga dengan segala kegilaanku, aku bermasturbasi secara teratur dengan menjadikan anak angkatku sebagai fantasi seksual, aku sangat menikmati kedekatanku dengannya, meski tak pernah aku berani mengatakannya secara jujur tapi setiap sentuhan fisik dengan anak angkatku itu aku selalu menikmatinya, berkhayal jika ia menindihku! Menyedot puting susuku, meremas buah dadaku dan juga menyetubuhiku! Bahkan memperkosaku!.

Dua tahun lebih hal itu berlangsung sampai kemudian, aku yang secara rutin mengamati perkembangannya dikejutkan oleh fakta bahwasanya Rani anak kandungku dan Budi anak angkatku itu menjalin hubungan sangat serius.

Waktu itu aku bingung, antara mendambakan Budi dalam fantasi seksualku dengan kasih sayangku pada Rani yang kutahu sangat mencintai Budi. Akupun percaya sepenuhnya, budi adalah type laki-laki yang setia. Mengamati kehidupan mereka seiring dengan fantasi seksualku terhadap Budi ternyata membuatku jadi terus berfikir antara meraih mimpiku dengan Budi atau memelihara hubungan anak kesayanganku dengannya. Dan, How lucky I am! Saat mereka sudah akan menamatkan SMAnya, Rani berkeinginan untuk kuliah di Luar Negeri mengikuti kakaknya. Kesempatan itulah yang kemudian aku pergunakan untuk menyusun strategi agar aku dapat lebih leluasa melampiaskan hasratku kepadanya.

Hari itu, seperti yang telah diceritakan oleh Budi sebelumnya, akhirnya aku mengambil inisiatif untuk melakukannya. Dan ternyata Budi dengan antusias mau berbagi rasa asmara dengan aku, ibu angkatnya ini. Bahkan (sesuatu yang lupa ia tuliskan dalam chapter-nya) ia pernah mengatakan jika aku lebih menggairahkan dalam bercinta, dibanding anakku. Tapi aku tak ingin melanjutkan wacana itu karena kurasa hal itu akan mengganggu psikoseksual kami.

Yang sudah diceritakan oleh Budi tentu tak lagi akan kutuliskan disini. Aku hanya akan melanjutkan apa yang terhenti oleh penuturanku tadi.

Malam itu, tiga hari sejak keberangkatan anakku, aku merasa istimewa sekali. Sejak hari pertama sebenarnya aku begitu ingin disentuh, sebab sejak seminggu sebelum berangkat ke London, Rani dan Budi “berbulan madu”. Aku sengaja meluangkan tempat dan waktu dengan cara bepergian mengurus beberapa action plan perusahaan yang telah kujadwalkan sebelumnya. Aku mengerti, disaat akan berpisah seperti itu mereka tentu perlu keadaan khusus untuk melakukan ritual-ritual perpisahan yang akan selalu menjadi kenangan mengikat. Namun tiga hari setelah keberangkatannya, aku tak tahan lagi. Bayangan vulgar tubuh dan penis anak angkatku itu terlalu menggelitik instink seksualku. Aku yang biasanya disentuh Budi tiga hari sekali itu merasa sangat haus saat sepuluh hari sudah ia tak menjamah kehormatanku ini. Oh ya, aku menyebut alat kelaminku adalah kehormatanku karena hanya Budi lah lelaki selain Jimmy yang pernah menyentuhku. Dan apa yang diberikan Budi jauh melebihi dari apa yang kudapat selama bertahun-tahun dengan mantan suamiku itu. Secara apapun kuanggap Budi jauh lebih sempurna, apalagi kalau dibandingkan dari besaran fisik alat vitalnya, jelas, suamiku tak ada apa-apanya dibanding Budi!
 
Jam 3.30 dini hari, penuturanku yang panjang lebar itu baru berakhir. Budi dengan antusias mendengarnya. Sesekali ia terheran-heran dengan pengakuan polosku tentang hasrat seksual ibu angkatnya ini kepadanya. Sambil terus berpelukan, aku bertutur. Sesekali budi mencium, mesra sekali. Tangannya yang sedikit usil itu tak pernah lepas dari buah dadaku. Berkali-kali ia mengatakan sangat suka dengan payudara berukuran diatas rata-rata perempuan indonesia ini. Aku memang merawat tubuh dengan baik, meski tubuhku sedikit gemuk namun itu lebih dikarenakan faktor genotip saja. Budi pun sangat menyukainya, ia pernah mengatakan kalau ia lebih suka wanita bertubuh bongsor dan bahenol seperti aku.

Beberapa saat setelah habis menuturkan kisahku, Budi tampaknya ingin lagi. Luar biasa anak ini, aku sudah enamkali orgasme dibuatnya sejak awal tadi. Ini sudah hampir jam empat pagi. Dan jari-jari tangan kirinya masih asik mengorek-orek celah vaginaku yang belum lagi kering dari cairan orgasme kami.

“Mau lagi sayang?” sebuah pertanyaan yang sangat sering aku ucapkan saat habis bersenggama dengannya.

“ibu masih kuat?”

“iya dooong….,” sahutku menunjukkan rasa senang atas perlakuannya di bibir kemaluanku. Tanganku meraih batang penisnya yang tampak sudah mengeras lagi. Itu yang kusuka dari penis lelaki muda ini, sudah tiga kali ia orgasme tapi masih saja keras dan tegak. Bahkan dengan gagahnya kini ia berjongok diatas wajahku dan menghadap kearah bawah tubuhku. Kelamin sakti itu disorongkan ke mulutku, aku mengerti keinginannya. The sixtynine! Sebuah gaya bercinta yang selama umur pernikahanku hanya khayalan saja, suamiku memang sering menonton film porno, tapi terus terang ia adalah lelaki yang tak punya fantasi seksual sehebat ini, dan sekarang, anak ingusan seumur Rani anak bungsuku ini memperlakukan aku yang 22 tahun lebih tua darinya bagai permaisuri dari kayangan, tak semilimeterpun sisi tubuhku yang tak pernah tersentuh lidah nakalnya. Bercinta dengannya bagaikan menemukan kembali kedahsyatan birahi pengantin baru, oase ditengah rasa haus yang menyengat bertahun-tahun impaslah sudah oleh tumpahan nafsu seksualnya dalam tubuhku, mungkin kalau tak terpikir perasaan anakku, sudah kubiarkan diriku mengandung anaknya dalam rahim ini.

Begitu kutangkap penisnya ia langsung menunduk dan membuka pahaku kearah berlawanan. Selanjutnya bisa ditebak, sperma bercampur cairan orgasme yang meluber dari rahimku itu habis disedot dan ia telan bak kucing kehausan. Sruuupp…..sruuuppp….srupp…

“aaauuuhhhh…sayaaaangggg…mmmmmmm,” aku menjerit merasakan sedotan mulutnya yang keras terhadap clitorisku. Sampai-sampai penisnya terlepas dari lumatan bibirku.

“ayooo…buuuuu…sama-sama sedooott…uuuuhhh..yaaaahhh… mmmmm,” sempat-sempatnya ia protes karena aku sejenak hanya mengocok dengan tanganku. Segera kumasukkan lagi, kulumat benda yang begitu kusenangi ini, aku seringkali gemas karena bentuknya yang panjang dan besar sekali. Kadang-kadang aku sengaja menggigit pelan dengan gigiku, akibatnya Budi berteriak-terik kegelian. Dan teriakannya itu selalu saja membuatku jadi semakin girang mendengarnya, sampai-sampai aku seringkali menimpali dengan teriakan histeria yang jorok dengan menyebut-nyebut alat kelamin kami, kontolmu enaakhh! Entot memekku! Kata-kata yang begitu memacu aura seksual kami, kata-kata itu dulu hanya kuucapkan dalam konteks ilmiah saja, itupun sambil berbisik. Tapi sekarang sejak memasuki kehidupan seksual dengan Budi aku tak lagi canggung berteriak-teriak “sedot susu ibu!”, “entot memek ibu yang keras!”, “aduh enaknya kontolmu sayang!”.

Kami sama-sama puas setelah beberapa saat saling sedot, lalu seperti yang diminta Budi, aku menungging, ia bersiap dibelakangku, menusuk….

“aaaahhhhhh….. enaaakkhhh…. sayaaaanggg…., kocok yang kerassshhh… yaaahhhh…,”

“ooouuhhh…yesss!!! Gimaaaanaaahhh buuuu….hhhhh…..apanyaaahh yang enaakh?”

“kontoooolmuuuuuhhhh sayaaaangg…ooohhh kontoolllmuuuhhh….kontolmuhh!!!”

“meeemeeekkkkhhhh…ibuuhhh…juuuugaaahhh…memekkk teeerrniiikkk maaatt ahh aahhh….aaahhh…..oooohhhhh,”

sebuah suasana yang riuh dengan teriakan jorok dan kata-kata seronok itu sudah jadi hal biasa bagi kami. Budi terus menggenjot, daya tahannya luar biasa, kalau saja ini suamiku, tentu sudah sedari kocokan kesepuluh saja pasti langsung muncrat. Dengan Budi? Aku tak sanggup menghitungnya, ratusan bahkan ribuan kocokan penisnya dalam liang vaginaku tak juga membuatnya keluar. Jeritan-jeritannya menikmati jepitan vaginaku yang biasanya mampu melumpuhkan keperkasaan lelaki, tak berlaku baginya. Ia terus saja menusuk-nusukkan penisnya sepenuh hati, tanpa jeda, nonstop!

Tangannya kini dengan cekatan menjulur kedepan meraih buah dada besarku yang bergoyang-goyang seirama genjotannya. Aku tahu, Budi paling suka meremas-remas susu itu sejak pertama kali menikmatinya. Dan mungkin karena rutin diremas Budi itulah, susuku jadi terasa semakin besar saja. Padahal waktu belum dijamah Budi, susuku cukup kencang dan proporsional dengan bentuk badanku yang bongsor ini.

“hhhh…hahhh….Buuuddd?” aku memanggilnya ditengah desahanku

“yyaaahhhh mmmmhhh ssshhhh enaakkkhhh…Buuuu, adaaa apaa?” sejenak ia berhenti

“Kamuuuhhh uuuhhhhh nggak takut kalo susu ibu kendor nantinya? Ooohhh,”

“semaakiiiinnnn seksiiiihhh aaahhh ayooohhh goyang lagi buuuuhhh, sampai kapanpun aaahhh sayaaahhh nggakk akan booosaaannn dengaaannn susuuuu daannn meeemeeekkk ibuuu,”

ia justru semakin keras meremas susuku. Aku yang gelagapan, rasa geli nikmat menjelang puncak lagi-lagi melandaku. Tak kuat lagi rasanya melawan keperkasaannya. Tapi tiba-tiba ia berhenti bergoyang dan langsung melepaskan penisnya dari vaginaku.

“kok dilepas sayang?” aku terkejut

“saya nggak mau ibu keluar secepat ini, saya mau kita keluar sama-sama,” jawabnya santai kemudian berbaring telentang disampingku yang masih tak mengerti apa yang diinginkannya.

“ibu sudah nggak kuat lagi say, ibu tanggung nih, maunya cepat aja, kontol kamu enak banget sih….,” gerutuku sambil juga berbaring. Ia memeluk dan memberiku ciuman hangat di bibir. Aku menyambut dengan antusias.

“Justru itu, saya tahu kalau ibu mau keluar karena memek ibu sudah mulai empot-empot punya saya,”

“trus gimana dong sayang? Masa kita harus stop lagi, tanggung ah!”

“nggak bu, sekarang ibu karaoke saya aja dulu,” pintanya sambil mengacung acungkan penis yang masih saja tegak itu.

“oooo….itu maunya, baiklah. Tapi janji keluar sama-sama ya?”

“baik bu,”

tanpa menunggu lagi aku menerkam penisnya yang masih basah oleh cairan kelaminku itu, kukocok dengan tangan dan mulutku. Lidahku bermain di leher penisnya. Ah…luar biasa barang ini, penis yang selama ini selalu membimbingku meraih kepuasan surga asmara. Kukulum, kukenyot, menyedot, mengocok, menjilat biji telor dibawahnya dengan lidahku sampai sang empunya menjerit-jerit menahan geli.

“Ouuuussshhhh…….aaaahhhh….aaahhh….ibuuuhhhh….enaaakkk….sedooot terusshh,”

Crooopp!!! Kulepaskan sejenak,

“gimana say…..enak mana sama sedotan Rani?” kembali aku melanjutkan

“iyaaa deeehhhh….ooooouuuhhhh ibuuuuhhhh geeeliiii aaahhhh,” jeritnya keras saat aku menggigit kecil. Rasakan! Emangnya kamu pikir cuma Rani yang bisa memuaskan kamu? Ah sekarang aku sangat egois, bahkan tak kupedulikan lagi anakku yang “pemilik sah” lelaki yang sedang bersetubuh denganku ini! Saat ini yang terpikir olehku adalah meraih kepuasan demi kepuasan seksual dari pemuda perkasa ini! Yang terpikir olehku hanyalah obsesi pemenuhan biologis di sisa umurku yang hampir setengah abad ini!

Aku terus mengocok dan mengulum sambil memejamkan mata, membayangkan keindahan dan kebahagiaan yang akan kami raih setidaknya untuk 4 tahun masa kuliah si Rani. Masalah bagaimana nantinya jika Rani kembali sebaiknya jangan kupikirkan dulu.

Oooohh…baru sepuluh menit mengulum penis besar ini, vaginaku sudah terasa gatal lagi! Gatal ingin digaruk-garuk oleh barang yang sekarang keluar masuk mulutku ini. Sementara pemiliknya terlihat merem melek sambil berteriak-teriak seperti orang gila!

“aaaahhhh….aaahhhh…oooooouuuhhhhh…..ibuuuu…ibuuuu…ayooohhh buuuu.. stooop duluuuhhh….masukinnnn keee memeekkknyaa ibuuu…. Sayaaa hampiiiirrr….,” tangannya mencengkeram rambutku, menahan gerakan kepalaku yang maju mundur itu.

“baiklah say….ibu juga nggak tahaaan, sudaah gatalll niiihhh… ama kontol kamuuu,”

“iyaa buuuhh…ayooohhh….,”

Aku segera mengambil posisi duduk berjongkok di pinggiran tempat tidur, berhadapan dengannya yang berdiri di lantai dengan posisi penis tepat di depan pangkal pahaku yang terbuka. Tak perlu lagi kusibak celah vaginaku, cairan yang meluber disana masih lebih dari cukup untuk memudahkan penis besarnya menerobos masuk. Dan sreeppp…blessss….kami langsung bergoyang maju mundur dengan cepat, mempertemukan dua alat kelamin di pangkal paha masing-masing, menghantarkan pemiliknya setahap-demi setahap meraih kenikmatan tiada tara itu.

“ooouuuuuhhh… yeeesshhh yeess… yesss... yeesshhh… memekku oohh tuhaan nikmaat nyaaaahhh… oooh my god oh my god oh my god kooontooolllmu enaaakkk saaayyy… oooh kontol kontol kontol kontol kontoooooolllll muuuuhhhhh enaaak kkkk hhhhhh yeeessshhhh!!!!!”

“memeeekk… ibuuuu… ibuuuu… memek ibuuu memekk… juga enaaakhhhh…,”

Tak ada lagi dialektika normal dari teriakan-teriakan histeria penuh nafsu itu, campur aduk dengan impuls-impuls kenikmatan surgawi maha dahsyat itu. Lucunya, meski menyadari sepenuhnya bahwa itu adalah perbuatan haram, aku seringkali menyebut-nyebut nama tuhan! Ah mulut hati tubuh dan mataku memang tak nyambung lagi disaat-saat seperti ini. Hanya ada satu kuasa diantara kami, kuasa nafsu birahi yang menjejal diantara pergesekan kelamin!

Saat itu kami baru pertama kali melakukan variasi seks dengan posisi ini, aku merasa, inilah posisi yang paling nikmat dari sekian banyak posisi bercinta yang pernah kulakukan seumur hidupku, aku bisa bebas mengatur gerak pinggulku yang secara otomatis pula mengatur pola sentuhan penisnya pada titik ternikmat dalam liang vaginaku. Budi Juga bisa dengan leluasa meremas-remas payudaraku sambil berdiri atau sedikit menunduk untuk menyedot puting nya. Selanjutnya setiap melakukan hubungan badan dengan Budi, aku selalu memintanya melakukan posisi ini, my fave sex position!

“ooouuhhhsssffff… buuuddd…. Saayyaaang... ouh”

“hhhh…hiiiyaaahhh…buuuuhhh..adaaahhh apaahhh?”

“kamuuhhh…. Luaarrr biaasaaahhh…. pooosiiisiii… iniiihhh enaaakkk… kontol kamu jaddiiihh lleeebiiihhh terasaaahhh….,”

“ooohhhh… iiiyaaahhhh… buuuhhh… memeekkh iibuu jugahh tambah niikkmaatt… ooohhhh… iiibuuu maasiiihhhh lamaahhh?”

“hhhh… ssss… sss seebeentarr lagiiih iibuu mauhh nyaaammmpeee..,”

“sssaaaaammaaa saaamaaa…hhhh..buuuuu…saaayaaa juuugaaaa maauuuhhh muuncrraa aaattttthhh….aaahhh memekkkkhhhhiiibuuuu taaammmbaahh enaaakkk aaazaaaa…..,”

Budi meraih pinggangku, hempasan pangkal pahanya semakin keras ke pangkal pahaku, penisnya terasa lebih masuk lagi dengan posisiku yang miring kebelakang dan kemaluan yang nyorong kedepan. Aku merasa sudah hampir, rupanya Budi juga sama, teriakannya semakin keras dan akhirnya…….

“aaaaaaauuuuoooohhhhh……..aduuuuhhhh iiibuuuu nggaaa tahaaaannnn ooohh keluarrr rrrrrrr…keluaarrrr…keeeeluaaarrr…keeeluaaarrr…..iiiibuuuuhhh keluaarrrr ooohhhh nikmatnya aaaaahhhhh….ssshhhhh….. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaa aaaahhhhhhhhhhhhhhh,” kurasakan vaginaku mengejang dan mengeras, mengemut penis besar yang mengganjal dan menghujam itu. Tak lama setelah itu Budi juga berteriak panjang.

“ooohh aaaahhh… ibuuuuuuhhhhh…. saaayaaa jugaaaaa…. keeluaaarrrr…. aaaaaaahhhh… memek… memekk… memekkk… ibuuuhh jepiit aaahhhhh nikmaaaat…. Ngggg… aaaahhhhh… aaaaahhhhh….,” jeritnya panjang

Terasa semburan panas menerpa dinding-dinding vagina dan rahimku, delapan, sembilan ooohh sepuluh sebelas aaahhh empat belas dan limabelas kali….., luarbiasa!!! Banjir sudah liang senggamaku oleh spermanya yang tumpah begitu deras.

Luarbiasa! Ini kali keempat Budi menumpahkannya di lubang kelaminku sejak awal malam tadi, penuh bahkan sampai meluber keluar tak tertampung.

Aku langsung ambruk lemas, disusul budi yang memelukku dari samping. Kami berciuman mesra, merasakan sisa-sisa kenikmatan lahir batin itu. Kami sama-sama lemas, ibu dan anak angkat! Berpacu dalam nafsu! Mulut kami tak mampu bicara, hanya desah lelah yang terdengar seperti berlomba meraih oksigen. Sama-sama lelah, letih, lesu, setelah berpacu meraih kenikmatan yang maha dahsyat dari jam 10 malam hingga jam 5 pagi itu! Tak bosan-bosannya aku bilang, Luarbiasa! Tak sanggup kuhitung berapa kali aku orgasme, yang jelas Budi sudah empat kali mengalaminya. Semuanya di dalam rahimku, padahal aku ingin sekali meminum spermanya. Kupikir pasti nikmat sekali, tapi aku khawatir Budi akan menolak jika aku minta, lain waktu aku harus mencobanya. Akan kuminum cairan dari kontol itu!!! Yaaahh!!! Kontol Budi! Kontol! Aku begitu senang mengucapkannya sekarang!

Kupeluk ia dalam dekapanku, kubelai rambutnya, lama-lama kami tertidur juga.
:tegang:
 
Enak dibaca nih hu, semangat terus sampe 3 some. Kalo perlu hamil sekalian. STW memang the best
 
Makasih Bang. Udah pernah baca ini tapi lupa, ingetnya cuma depannya doang.
 
Ruuuaaaarrrr biasa ....mantafffffff om.
Wajib di apdet....nuhun om?
 
Pasti ay lanjutin sampai tuntas tass tass gan! Ay kan penulis aslinya.... hehehe.... yang lain pasti cuma sampai RENCANA 3SOME dengan Bu Hesti itu......

Waaaah asik nih, suhu salam kenal, ini cerita favorit, lanjutin ya hu..... hehehehehe dtggu dan nyimek.... wkwkwwkwkw
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd