Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

BU KADESKU, BONEKA SEXKU

GAIRAH YANG MEMBARA
PART 1

( Dilarang mengcopy dan share semua isi cerita dan ilustrasi foto ke sosmed lain )

Awan mendung mulai menebal di atas Desa Suka Maju. Angin berhembus kencang menggoyang-goyangkan ranting dan dedaunan. Hawa panas yg khas saat hujan segera tiba menyeruak di penjuru desa, tak terkecuali di kediaman Bu Yulia. Siang itu sang Kades Cantik tengah gundah lantaran bunyi pesan WhatsApp dari Pak Hendro tak kunjung berhenti. Sudah belasan kali lelaki itu mengirim pesan kepada Bu Yulia, namun wanita itu tak punya keberanian untuk membacanya. Tak kunjung mendapatkan balasan, lelaki yang sangat tidak suka menunggu itu kini nampak melakukan panggilan telepon. Suara nada dering dari panggilan Pak Hendro amat meresahkan hari Bu Yulia. Sekali lagi, wanita itu tak berani untuk mengangkatnya. Bu Yulia hanya nampak melihat secara sekilas barisan pesan dari Pak Hendro yg susah menghiasi daftar notifikasinya. Bu Yulia nampak melamun, pasrah dan tak tahu apa yang harus dikatakan ya kepada Pak Hendro.

"Kriing...kring...kring," Bu Yulia terperanjat dari lamunannya. Dengan hati berdegup ia berdiri lantaran ada seseorang yg memencet bel rumahnya.

"Pak Hendro kesini?" Bu Yulia takut lelaki itu senekat itu. Bu Yulia khawatir lelaki biadab itu akan berkunjung ke rumahnya. Lebih lebih, saat itu rumahnya dalam keadaan sepi. Asisten rumah tangganya,Bi' Darmi saat itu tengah ia tugaskan untuk pergi berbelanja kebutuhan karena hari ini Ibunya akan datang, sementara Cantika masih belum pulang sekolah karena hari ini ia pamit pulang sore karena harus mengikuti les Bahasa Inggris.Sementara itu, Pak Iwan yg hari ini ia minta datang juga nampak belum memunculkan batang hidungnya.

Dengan dada berdesir Bu Yulia akhirnya memberanikan diri untuk membuka dan melihat sosok yg menyambangi rumahnya siang itu.

"Krek..."
"Mas Iwan...." Bu Yulia seketika lega. Sosok yg menyambangi rumahnya ternyata adalah mantan suaminya sendiri.

"Kenapa Yul, kamu nampak cemas dan kaget gitu?" Apa kedatanganku menganggu?"
Pak Iwan penasaran.

"Tidak mas. Justru aku senang kamu akhirnya datang. Mari masuk..." tawar Bu Yulia.

Bu Yulia dan Pak Iwan kemudian melenggang langsung menuju ruang favorit mereka yakni ruang keluarga. Selain luas sejuk dan nyaman, diruang itu juga terdapat beberapa sofa super empuk yg dulu saat mereka masih menikah, sering dimanfaatkan untuk beradu asmara saat rumah dalam keadaan kosong.

"Banyak kenangan ya di ruang ini," pancing Pak Iwan setelah dipersilahkan duduk. "Dulu, di sofa ini kita sering banget...."

"Apaan sih mas...siang siang gini, baru datang kamu udah mancing-mancing. Aku tahu arah pembicaraanmu!" sanggah Bu Yulia.

"Hehehe... kamu memang paling bisa membaca pikiranku sayang," Pak Iwan langsung merajuk.

"Rumah kosong?" tanyanya.

"Ia mas, Bi Darmi pergi belanja, Cantika pulang sore. Mamah juga belum ngabari kapan datang dan sampai dimana," keluh Bu Yulia sembari mengipas kipasi tubuhnya yg gerah.

Pak Iwan yang sebenarnya tengah horny berat siang itu langsung terpancing. Sejak peristiwa percintaan mereka tempo hari yg sangat memuaskan itu, Pak Iwan dan Bu Yulia memang belum bercinta lagi karena situasi dan kesibukan. Dan saat ini pikirnya adalah saat yang tepat untuk melakukanya lagi. Bagi Pak Iwan, kemenangan Bu Yulia sebagai kades ini perlu dirayakan dengan beradu asmara sepuasnya dengan mantan istrinya itu. Bu Yulia pasti tak akan keberatan.

"Kenapa kamu menatapku kaya gitu mas?" Bu Yulia tahu Pak Iwan tengah menginginkannya.

"Ah egak sayang. Cuma salfok saja sama pakaianmu. Pakaianmu seksi n ketat banget siang ini.

"Apaan sih mas!" seketika Bu Yulia memperhatikan kembali jenis pakaian yg dikenakanya siang itu dimana saat itu ia hanya mengenakan celana legging, kaos ketat dan sebuah jilbab instan. Tentu saja jenis pakaian yg hanya berani ia pakai saat dirumah. Jenis pakaian yg sering disebut Jilboobs itu memang terlihat sangat menonjolkan payudara dan pantat Bu Yulia yang besar. Selain itu, jenis kaos yg dikenakanya juga nampak menonjolkan lipatan perut dan punggung yg justru membuat Pak Iwan kembali tergila gila.

"Sebentar, aku buatkan minum dulu ya mas," Bu Yulia kemudian melenggang ke arah pantry untuk membuatkan segelas es teh untuk Pak Iwan. Pak Iwan memperhatikan dengan seksama bagaimana pantat Bu Yulia yg megah itu bergoyang goyang dibalik leging ketatnya.

"Ia Yul, aku harus banget. Seger kalau siang kaya gini minum es susu!" pancingya lagi.

"Susunya habis mas!" canda Bu Yulia.

"Kamu kan punya stok melimpah sayang! " kata Pak Iwan kembali memancing.

"Kamu ih ... jangan mulai deh" jawab Bu Yulia yg tak lama kembali dengan segelas es teh untuk Pak Iwan.

Saat Bu Yulia selesai menaruh gelas di depan Pak Iwan, lelaki yang tengah birahi itu tak menunggu waktu lama. Disahutnya tangan Bu Yulia dan dengan sedikit tarikan, wanita itu terhuyung huyung jatuh di atas pangkuannya.

"Aaaah mas... Ih kamu nakal banget." keluh manja Bu Yulia.

"Aku ingin kamu siang ini sayang. Kita ngentot disini yuk! "Pak Iwan kembali menggoda. "Aku kangen tempik n pantatmu sayang,"

"Ahhh, udah tua tetep genit aja kamu mas," ketus Bu Yulia sembari menepuk kontol Pak Iwan yg rupanya tengah menegang lantaran merasakan gesekan pantat besar mantan istrinya itu.

"Come on sayang. Mumpung sepi dan panas gini. Kita keluarkan semua keringat kita. Aku bener bener ingin tubuhmu," bisik Pak Iwan di telinga Bu Yulia sembari tanganya mengelus lubang pantat Bu Yulia dari atas permukaan legingya.

"Sebentar aja tapi ya mas! Quick sex aja," Bu Yulia menyetujui.

"Yes sayang, favorit kita dulu sepulang kerja," balasnya.

Tanpa berkata kata, Pak Iwan lantas dengan cekatan menggerayangi seluruh tubuh Bu Yulia. Diremasnya payudara besar wanita itu dengan gemas. Dengan cekatan Bu Yulia menyingkap kaos ketatnya hingga dua buah payudara yg begitu menggoda itu seketika menyembul di depan wajah Pak Iwan. Pak Iwan yg sangat bernafsu langsung menerkam bra yg dikenakanya agar puting susu Bu Yulia terlihat. Dan dengan tatapan seliar serigala, Pak Iwan langsung menyantap puting itu dengan mulut nakalnya.

"Ah gila sayang, toketmu keringetan gini. Jadi bikin aku tambah nafsu. Aku empeng sepuasnya ya, tolong kamu kocokin kontolku! " pinta Pak Iwan langsung dituruti Bu Yulia.

Selama beberapa menit, kedua pasangan mantan suami istri itu nampak asyik memadu nafsu. Pak Iwan begitu liarnya menggerayangi tubuh Bu Yulia yg kini setengah telanjang itu. Sementara itu, Bu Yulia yang sebenarnya juga tengah bernafsu juga tak kalah nakal. Dengan liarnya dia melakukan blowjob ke kontol Pak Iwan yg sudah sangat menegang. Tanpa canggung Bu Yulia menenggelamkan seluruh kontol besar Pak Iwan ke dalam mulutnya yg basah dan licin. Tak lupa Bu Yulia menggelitik dua bola kecil yg ada di pangkal kontol Pak Iwan.

"Kring...kring...kring....!"
Namun sayang, saat kedua insan itu tengah memuncak, gangguan kembali datang. Bel rumah Bu Yulia kembali berdering beberapa kali sambil diiringi oleh suara yang amat dikenali Bu Yulia.

"Mamah! Astaga, itu mamah mas! " Bu Yulia lantas melepas genggaman tanganya dari kontol Pak Iwan yang saat itu berlumuran air liurnya. Ia kemudian berdiri dan merapihkan penampilannya. Setelah cukup rapi dan tak mencurigakan, Bu Yulia buru buru membukakan pintu untuk mamahya dan mencampakkan kontol Pak Iwan begitu saja. Lelaki itupun lantas beranjak untuk memasukkan kembali kontol basahnya ke dalam celana jeans-nya.

"Ah....sial! " keluh Pak Iwan dalam hati.

Tak berselang lama, Bu Yulia yang membukakan pintu ke depan kini kembali ke ruang keluarga itu bersama mamahnya. Bu Yulia dengan membawa dua buah tas kresek berisi oleh oleh sementara ibunya melenggang santai sambil mengipas kipasi lehernya.

"Mah, ada mas Iwan juga nih," kata Bu Yulia yang langsung diikuti rasa terkejut oleh ibunya.

"Wah...Iwan, ada disini!" Bu Ambar sangat terkaget dan tak percaya mantan menantunya itu rupanya ada dirumah itu. Ia tak percaya lelaki yg dulu bersama putrinya itu kini kembali menampakkan batang hidungnya.

"Siang mah, apa kabar? Cukup lama tidak bertemu!" sapa Pak Iwan yang langsung berdiri dan mencium tangan wanita yg masih dihomatinya itu.

"Baik, ibu baik sekali kabarnya! " senyum Bu Ambar sumringah melihat Pak Iwan berada dirumah Bu Yulia saat ini. Tentu aja Bu Ambar berharap keberadaanya siang itu memiliki maksud lain. Sebagai orang tua tentu Bu Ambar berharap kedua pasangan itu bisa rujuk kembali demi masa depan Cantika.

"Kabarmu gimana mas?" tanya Bu Ambar tersenyum bijaksana.

"Baik mah, sehat! Saya sudah beberapa hari di sini," Aku Pak Iwan.

"Bagus...bagus. Mamah senang kalian kembali bertemu."

"Mamah duduk dulu ya, Aku tak kebelakang buatin minum. Mas, temenin ibu ngobrol dulu ya, " Bu Yulia riang.

Wanita yang baru saja terpilih sebagai kades itu kemudian buru buru menuju kamar mandi untuk membersihkan tanganya yg tadi digunakan untuk memuaskan Pak Iwan lalu kemudian menuju dapur untuk meletakkan oleh oleh dan menyiapkan minum untuk sang ibunda. Sementara itu, Pak Iwan dan Bu Ambar nampak berbasa basi mengingat mereka cukup lama tidak bertemu. Meski begitu silaturahmi diantara keduanya berjalan baik, mengingat Bu Ambar selalu berharap Pak Iwan bisa segera rujuk dengan Bu Yulia. Selain itu, selama ini Pak Iwan juga masih sangat menghormati mantan mertuanya itu. Bahkan untuk banyak keperluan, Pak Iwan masih beberapa kali mengunjungi kediaman Bu Ambar yg tinggal di luar kota baik sendiri maupun bersama Cantika.

Di dapur, Bu Yulia yg tengah mengaduk secangkir teh hangat kembali mendapatkan pesan dari Pak Hendro. Kali ini pesan lelaki itu sangat serius.

SIANG INI
SAYA TUNGGU IBU UNTUK MULAI MELUNASI HUTANG DAN JANJINYA.

PERMATA HOTEL, KMR. NO 24
PUKUL 14.00

JIKA IBU TIDAK DATANG, FOTO INI AKAN TERSEBAR!

- H-

Bu Yulia tercengang tak percaya. Pertahanan dirinya runtuh seketika saat melihat sebuah foto telanjangnya disisipkan dalam pesan ancaman yg dikirim Pak Hendro.

Saat melihat foto dengan pose yg amat memalukan itu, bulu kudu Bu Yulia merinding.
Bu Yulia ingat betul foto telanjang itu adalah sebagian
dari puluhan foto bugil yg selama ini hampir setiap hari dikirimkannya kepada Pak Hendro. Sejak pertemuan ya malam itu hinga kini setelah kemenanganya, lelaki biadab itu sering kali memaksanya untuk melakukan sesi foto telanjang dengan berbagai macam pakaian, aksesoris dan gaya yang sangat memalukan. Tak hanya foto saja, rupanya selama ini Bu Yulia juga sering diminta mengirimkan video telanjang dan bahkan sering menemani Pak Hendro dalam sebuah Video Call Sex. Tentu saja Bu Yulia selama ini hanya pasrah tak berdaya dan mau tidak mau harus memenuhi permintaan pak Hendro karena lelaki bengis itu sudah memegang banyak kartu AS nya. Bu Yulia tentu saja tak mau foto foto dan video telanjang itu tersebar dan menggagalkan cita citanya menjadi kades. Pikiran Bu Yulia saat itu adalah, Ia tak apa apa memenuhi seluruh permintaan Pak Hendro yang penting lelaki itu bisa menutup apat rapat skandalnya.

Kini, hanya berselang sehari sejak keterpilihannya, lelaki itu menagih janji kepada Bu Yulia. Ia tahu, Pak Hendro menginginkanya datang ke sebuah hotel untuk bisa menidurinya.

Dengan hati remuk redam, Bu Yulia terpaksa harus menentukan sebuah keputusan yang keduanya sama sama sangat merugikanya.

Pilihan pertama yakni dia diam saja dan tak perlu mengbubris ancaman Pak Hendro dengan konsekuensi foto video skandalnya bisa mengancam kemenanganya sebagai Kades.

Atau kedua, ia terpaksa harus berkali kali menggadaikan tubuh dan kehormatannya kepada lelaki buas bernama Pak Hendro agar kedudukannya nanti tak akan terancam.

Bu Yulia yg sangat syok terduduk di depan meja dapur dan sempat menitikkan air mata.
"Apakah harus seperti ini?"
"Apakah tubuh ini harus kuserahkan kepada Pak Hendro?"
"Bodoh sekali kamu Yulia...Bodoh sekali," kutuknya sekali lagi.

"Apa yang harus kuperbuat?? Tinggal dua jam lagi!" bisiknya sembari menengok arloji di tangan kirinya.

"Jangan datang Yulia, lelaki itu tak akan pernah puas! Semakin aku turuti, semakin dalam kamu terperosok dalam lubang jeratanya" sebuah suara dari sisi dirinya seakan memberikan bisikan.

"Sudah terlanjur, Yulia. Kalau kamu sudah memberikan foto dan video bugilmu, lantas ada dimana kehormatanmu?Ingat, kamu bukan wanita suci lagi! Sudah ada beberapa lelaki selain Iwan yg pernah menikmati tubuhmu!" satu sisi dirinya juga ikut membisikkan sesuatu ke dalam hati Bu Yulia.

"Sudah sejauh ini! Bukankah kamu sudah dari dulu menginginkan jabatan itu? Sudah terlanjur! Ada harga yg harus kamu bayar mahal demi cita citamu!" bisiknya dalam hati.

Setelah merenung beberapa lama, Bu Yulia akhirnya sampai pada sebuah keputusan pahit. Demi rahasia skandalnya, ia harus menuruti kemauan Pak Hendro.
Setelah menyeka air mata di pipinya, Bu Yulia kemudian kembali ke ruang tamu untuk mengatarkan minum bagi ibunya dan menemaninya ngobrol sebentar sampai ia menemukan alasan untuk pergi keluar.

"Aduuuh mah, mas...Yulia minta maaf kayaknya siang ini harus pamit keluar dulu. Sudah da janji fitting baju seragam buat pelantikan sama Taylor. Besok besok orangya yg gak bisa, jadi harus sekarang" Kilah Bu Yulia.

"Gak apa apa, kan Ibu agak lama disini. Santai saja. Nanti ada Iwan, Bi Darmi n Cantika yg menemani ibu".

"Iya gak papa, Yul. Ada aku disini yg menemani mamah."

"Sekali lagi maaf ya mah.Mamah ngobrol dulu sama mas Iwan. Makan berdua dulu, sebentar lagi bi Darmi pulang." Kata Bu Yulia yang kemudian melenggang pamit untuk ganti pakaian.

Setelah beberapa lama berdandan dan menyiapkan segala sesuatu, tak lupa Bu Yulia membawa sejumlah uang yg akan dia setorkan kepada Pak Hendro sebagai cicilan awal untuk hutangya. Uang sejumlah 20 juta disiapkan di dalam tasnya. "Segini dulu... kebutuhanku masih banyak," keluhnya dalam hati.

Setelah siap, Bu Yulia melenggang keluar kamar dan berpamitan kepada ibu dan mantan suaminya yg terlihat akrab mengobrol meski sebenarnya Pak Iwan sudah tidak ada ikatan perkawinan dengan Bu Yulia.

"Aku pergi keluar dulu ya mah, mas... sampai nanti. " Salamnya dengan hati yg masih was was.

Dengan memakai setelan sederhana perpaduan kaos lengan panjang berwarna hijau army dan sebuah jeans biru, Bu Yulia yg menenteng tas berisi uang kemudian mengendarai mobilnya menuju lokasi hotel yg ditentukan pak Hendro. Sebuah jilbab kuning mustard berpadu sempurna dengan baju yg dikenakannya. Polesan make up sederhana namun casual menghiasi wajahnya yg sebenarnya sedang dilanda kesedihan.

Permata Hotel sendiri adalah salah satu hotel bintang 3 yang berada tak terlalu jauh dari Desa Suka Bangun. Jaraknya kurang lebih 35 menit perjalanan. Meskipun hotel itu hanya berbintang 3 namun Permata Hotel adalah hotel terbaik di kota itu. Tak hanya fasilitasnya yg cukup baik namun juga pemandangannya yg indah karena terletak di dekat lereng pegunungan. Pak Hendro sudah tak terhitung lagi menjadikan hotel itu sebagai tempat andalannya untuk mengajak wanita wanita bayarannya memadu birahi. Sementara Bu Yulia sendiri pernah sekali mengunjunginya namun untuk keperluan meeting bersama rekan kerjanya.

Setiap menit yg dilalui Bu Yulia, saat itu bagaikan ujian berat untuknya. Dengan hati terpukul dan mata sedikit sembab karena menangis ia membelok belokkan setir mobilnya dengan lesu. Hati dan pendiriannya pun sebenarnya sama berbelak-belok ya dengan kemudi yang dipegangnya. Sementara itu hujan mulai turun seakan ikut menangisi nasib memilukan yg akan dialami Bu Yulia. Seorang kades yg sebentar lagi akan menjadi budak nafsu seorang lelaki penggila wanita.

Sesampai di depan gerbang hotel,mobil Bu Yulia sempat berhenti. Hatinya kembali meronta. Haruskah ia masuk dan menjajakan semua tubuhnya untuk memuaskan nafsu Pak Hendro.

"Sudah sejauh ini! Aku gak bisa kembali lagi. Semua tidak akan pernah sama lagi sekarang. " cetusnya dalam hati sambil menekan kembali pedal gasnya. Mobil itu meluncur masuk ke dalam basemen hotel. Dirinya meluncur masuk ke dalam terkaman ular yang siap menelannya bulat bulat.

Dengan sedikit tergesa gesa Bu Yulia menuju lobby hotel dan naik ke lantai 3. Waktu yg sudah lewat 10 menit dari yg dijanjikan ya membuatnya khawatir bahwa lelaki itu akan marah dan langsung menyebarkan semua foto tidak senonohnya.


PERTAMA HOTEL
PUKUL 14. 10

Dua orang lelaki di bagian receptionist yang sedang mengobrol kala hujan melanda tiba tiba mendapatkan sebuah kunjungan dari seorang wanita yang cantik dan bertubuh menawan.

"Siang Mas... Kamar nomor 24 lantai berapa?"

"Lantai 3 ibu, sudah ada janji ya?" tanya seorang receptionist lelaki yg cukup paham.

"Iya, ada janji jam 14.00 ini," balas Bu Yulia.

"Mohon ijin kami konfirmasi dulu ya ke Pak Hendro," lanjut petugas itu untuk memastikan. Meskipun ia sudah kenal dan hafal dengan Pak Hendro yg menjadi pelanggan tetap hotel itu, ia mencoba mengikuti prosedur yg berlaku di sana. Ia pun menelepon penghuni kamar nomor 24. Dan tak lama kemudian mendapatkan konfirmasi.

"Silahkan ikuti saya Bu, kami antarkan bila ibu berkenan" tawar petugas itu namun ditolak Bu Yulia.

"Tidak usah mas... Sendiri saja. Terima Kasih Ya " ucap Bu Yulia kemudian melenggang meninggalkan petugas FO hotel itu.

Saat Bu Yulia berjalan, Seorang lelaki bagian FO itu tampak dibuat menelan ludah saat menatap bagian pantat Bu Yulia yang bergoyang goyang. Lelaki itu kemudian menyenggol temanya untuk ikut memperhatikan.

"Wah...Gilaaaa, Lonte ya Pak Hendro Spec Macan! ( Mamah Cantik ), " bisik salah seorang yang langsung tegang.

"Iya... Aduh, Gila!!! Gila!! Gila!! Dapat darimana pak Tua itu. Udah STW tapi cakeeep banget," balasnya ikut menyaksikan pemandangan indah itu lewat.

"Kaya gimana itu rasanya," bisiknya lagi yg seketika membayangkan Pak Hendro sedang mengentot Bu Yulia.

"Wah... kalau gue 15 menit udh croot kalau specnya tebal begitu. "

"Dibandingkan yang dulu dulu, yang ini yang paling cakep," tambahnya. Petugas itu membandingkan Bu Yulia dengan wanita wanita lain yg pernah diajak pak Hendro tidur di sana. Saking seringnya, ia sampai hafal kebiasaan Pak Hendro yg memang gemar menyewa hotel itu untuk membawa teman wanitanya.

Kemudian, di lorong lantai 3 yang sedang dilaluinya, mata Bu Yulia tak nampak mencermati satu persatu nomor kamar yg dilaluinya karena sedikit terburu buru. Sementara itu di dalam kamar, Pak Hendro dengan senyum puas tak terkira merebah menunggu mangsa besar dan lezat yg selama ini diincarnya datang sendiri kepadanya.
Tak sabar, Pak Hendro bergumam lirih. "Datanglah Yulia... Lonteku sayang!"

Tak berselang lama, apa yang menjadi bayangan Pak Hendro nampaknya segera menjadi kenyataan. Dengan ragu Bu Yulia mematung di depan kamar 24. Ia berdiri dengan gusar sambil mengamati jam tanganya yg sekarang sudah menunjukkan pukul 14. 20. Ia sudah terlambat dari waktu yg ditentukan. Bu Yulia sempat menitikkan sedikit air mata sebelum akhirnya mengusapnya. Dengan menarik nafas panjang dirinya berkata pada diri sendiri.
"Sudah sejauh ini."

Bunyi bel kamar itu akhirnya berbunyi... Bu Yulia menanti Pak Hendro membukakan pintu untuknya. Dan tak berselang lama, lelaki biadab itu sudah menyambutnya dengan senyuman penuh maksud. Bu Yulia hanya tertunduk malu, tak sanggup memandang wajah pak Hendro.
"Selamat datang, Bu Yulia sayang..." sambut Pak Hendro girang.

Pak Hendro lantas memegang pundak wanita itu sedangkan jaritanganya dengan lembut mencoba menegakkan dagu wanita idamannya yg kini sudah terlihat pasrah.
"Mari masuk..." Pak Hendro menggiring Bu Yulia masuk dan mengunci pintu.

Dengan ramah lelaki itu mempersilahkan duduk Bu Yulia di sebuah pojok kamar yang terdapat sofa dan meja. Dari tempat itu Bu Yulia bisa memandang keluar jendela. Hujan sedang lebat lebatnya melanda siang itu.
"Minum dulu Bu, santai saja ya" kata Pak Hendro menawarkan sebuah juz yang tadi sudah dipesan ya.

"Sekali lagi selamat untuk kemenangan ibu," kata Pak Hendro mencoba mengingatkan bahwa hari ini seharusnya Bu Yulia bisa berbahagia.

"Terima kasih,Pak " jawabnya setengah hati.

"Jadi langsung saja pak, Hari ini saya datang untuk memenuhi janji saya. Saya bawakan sejumlah uang untuk mulai mencicil hutang hutang saja kemarin. Ini saya serahkan 20 juta dulu," Bu Yulia menyodorkan sebuah amplop kepada Pak Hendro di atas meja.

Lelaki itu tersenyum kecil namun tak tertarik sedikitpun untuk mengecek isi amplop itu.
"Soal uang, ibu tak perlu terlalu memikirkannya. Saya ini pebisnis, uang sangat penting buat saya. Namun dengan ibu, selalu ada pengecualian." jawab Pak Hendro.

"Saya hanya tertarik dengan ..." sebelum lelaki itu meneruskan Bu Yulia segera mendahuluinya.

"Saya paham maksud bapak, tapi saya punya penawaran lain," Bu Yulia mencoba usaha terakhir.

"Apa itu?" Pak Hendro penasaran.

"Saya siap memberikan kontrak kontrak tender pembangunan desa kepada bapak, atau sesuatu kebijakan yg menguntungkan bisnis bapak. Namun saya mohon... saya tidak perlu harus menemani bapak tidur. " tawarnya terus terang.

"Hahahaha... Bu Yulia, Bu Yulia. Terima kasih untuk tawaran ibu. Namun sekali lagi saya tidak terlalu tertarik. Saat ini saya hanya membutuhkan ibu," lelaki itu tersenyum sambil mencoba memegang tangan Bu Yulia.

"Saya mohon pak, jangan. Saya sudah memiliki anak, saya kepala desa, apakah ini pantas?" Bu Yulia memohon.

"Untuk menjadikanya pantas... Apa ibu tidak tertarik untuk memikirkan tawaran saya." Pak Hendro mencoba membalikkan keadaan.
"Kalau ibu berkenan, menikahlah dengan saya,jadilah pendamping saya... sehingga apapun yg kita lakukan akan sah. Tidak akan resiko apapun yg membahayakan nama baik ibu," Bu Yulia menarik nafas panjang mendengar lelaki biadab itu hendak menikahinya.

"Bahkan... kalau ibu mau, saya akan dorong karir ibu jauh melebihi kedudukan kepala desa. Menjadi caleg misalnya!" Pak Hendro mencoba memberikan pandangan lain.

"Akan saya jamin ibu akan jadi kalau mau!" bujuk Pak Hendro.

Seketika Bu Yulia teringat sosok pak Iwan, lelaki yg sebenarnya masih dicintainya. Dengan berat hati Bu Yulia menggeleng. Jelas ia tidak akan pernah mau menikah dengan lelaki macam Pak Hendro.

"Saya mohon pak... " Bu Yulia memohon untuk yang terakhir kali. Namun Pak Hendro hanya menggeleng.

Lelaki itu justru merangsek semakin mendekati Bu Yulia. Lalu tanganya mencoba mengelus paha Bu Yulia perlahan lahan. Bu Yulia yang paham bahasa tubuh itu kemudian merasa ia tak akan bisa menghindar lagi. Mau tidak mau...siang itu ia harus melayani Pak Hendro.

"Untuk yang pertama dan yang terakhir. Buat ini cepat pak..." Bu Yulia menyerah. Ia membiarkan Pak Hendro menjamah tubuhnya.

Dengan senyum puas, lelaki itu kemudian meraih tangan Bu Yulia, lalu dengan lembut mencium bibir merah Bu Yulia dengan mesra. Dengan perasaan jijik, Bu Yulia hanya bisa diam saat bibir nakal dan lidah lelaki itu menjamah bibirnya. Tak segan lagi... ciuman lembut itu berubah menjadi ciuman penuh nafsu. Pak Hendro mulai meraba dan meremas payudara besar Bu Yulia yang masih terlindung kaus. Sambil meremas lembut bagian paling mempesona Bu Yulia itu, Pak Hendro mengulum lidah Bu Yulia dan menyedotnya dengan penuh nafsu.

"Aaaaahhhhhhh" peluh Bu Yulia pasrah.

Setelah kurang lebih 10 menit Pak Hendro mencoba merangsang Bu Yulia dengan remasan dan ciuman. Lelaki itu akhirnya memulai aksi liarnya. Ia lantas menarik Bu Yulia untuk bangun dari tempat duduknya dan sekonyong konyong lelaki itu membopong tubuh Bu Yulia menuju ke arah ranjang. Ia juga tak lupa meraih amplop uang yang dibawa wanita itu dari atas meja.
Dengan tatapan liar, lelaki itu tersenyum puas sekali lagi.
"Ayo kita bercinta sayang. Aku akan memanjakan mu," bisik nakal Pak Hendro sebelum akhirnya ia membanting tubuh Bu Yulia ke atas kasur yang super empuk. Lalu Pak Hendro juga membanting segepok uang yang diraihnya tepat disamping Bu Yulia.

Saat Bu Yulia sudah terbanting pasrah, lelaki itu lantas dengan penuh nafsu merampas satu persatu pakaian Bu Yulia mulai dari kaus yang dikenakannya. Bu Yulia berusaha sedikit melawan gerakan Pak Hendro yang seolah ingin memperkosanya namun ia tak punya daya. Lelaki itu kemudian membuka kancing celana jeans Bu Yulia dan menariknya sampai terlepas. Kontol Pak Hendro seketika menegang saat melihat kini Bu Yulia hanya mengenakan BH dan Celana dalam sembari masih mengenakan jilbab kuningya.




"Kamu milikku sayang...." ucap Pak Hendro sambil melepas kurang dan celana dalam yang menjadi penutup terakhir kehormatannya. "Aku entot kamu ya Bu Kades! "

Saat menyaksikan Bu Yulia kini sudah telanjang bulat dan hanya menyisakan jilbabnya saja, Pak Hendro dibuat terkagum kagum akan keindahan tubuh wanita itu. Di depannya kini sudah terbaring pasrah sesosok wanita dengan wajah cantik, berpayudara besar, berpaha lebar dan berkulit mulus tanpa cela dalam keadaan telanjang siap untuk memuaskan nafsu liarnya.

"Gila sayang, tubuhmu indah sekali. Susu dan pahamu besar banget. Aaah Mantab... " Pak Hendro menelan ludah tak percaya.

Tak sabar dan tanpa malu, Pak Hendro juga ikut melepaskan semua pakaiannya dan melemparkannya ke lantai. Lelaki itu kini sudah telanjang bulat dan berdiri di atas tubuh Bu Yulia dengan kontol super tegangya yang berwarna hitam.

"Puasin kontolku sepuasnya ya Bu Yulia," tak bosan bosannya Pak Hendro menghujani Bu Yulia dengan kata kata nakal. Baginya, dirty talk semacam itu adalah salah satu candu yang bisa semakin merangsang dirinya.

Di atas kasur putih, Bu Yulia yang masih malu mencoba menutupi kemaluan dan payudaranya dengan tanganya. Ia tak sanggup berlama lama memandang lelaki bejat itu.

Melihat Bu Yulia masih merasa tegang dan takut, Pak Hendro punya jurus untuk melumpuhkannya. Lelaki yang sangat paham titik titik kelemahan wanita itu kemudian memeluk tubuh Bu Yulia dari atas. Dari posisi tersebut Pak Hendro kini mulai mencium dan menjilati titik titik kenikmatan yang akan merangsang Bu Yulia.

Dengan liar dan disertai kata kata nakal lelaki itu mencium dan menjilati bibir, wajah, mata, kening, hingga leher Bu Yulia sembari salah satu tanganya meremas payudara wanita itu dengan seenaknya. Tak puas sampai disitu... lidah liarnya merambah kebawah dan mulai menjilati dan mengemut payudara Bu Yulia yang mulai mengeras.
"Puting susumu besar banget Bu... Tapi sayang, Pak Iwan gak pernah menikmatinya lagi," godanya.

Dengan lahap seolah ia baru pertama kali mencicipi payudara seorang perempuan, Pak Hendro sangat menikmati bagaimana ia mengemut susu jumbo Bu Yulia yang kini mulai melenguh lengguh.
"Aaahhh Pak, jangan keras keras gigitnya. " keluhnya.

"Nikmati saja Bu... " bisiknya.

Pak Hendro lalu kembali mengempeng Bu Yulia dan kali ini tangan nakalnya juga mencoba mengelus elus bagian tempik Bu Yulia untuk membuat dirinya semakin terangsang. "Aaahhhhh...." erang Bu Yulia.

Lelaki itu kemudian meminta Bu Yulia untuk bangun dan bersandar padanya. Dengan posisi agak membungkuk, lelaki itu melanjutkan aksinya. Tiada henti mulut dan lidah lelaki itu menikmati payudara sebelah kanan Bu Yulia. Sementara tangan kirinya digunakan untuk meremas remas payudara sebelah kiri Bu Yulia. Dan yang paling membuat pertahanan diri Bu Yulia semakin goyah adalah saat bersamaan tangan kanan lelaki itu mengocok tempik Bu Yulia dengan jari jarinya. Saat itu, Pak Hendro memberikan Bu Yulia 3 kenikmatan sekaligus.



"Aaaaaahhhhh.... Aaahhhhhh....Ahhhhhhh "
"Aaaaahhhhh....Uuuuuhhhh....Uuuhhhh" desahnya pasrah.

Semakin keras Bu Yulia melenguh, Pak Hendro semakin liar melancarkan aksinya. Ditariknya puting Bu Yulia dengan mulutnya lalu mengulumnya dalam, diremasnya payudara wanita itu dengan lebih nakal. Dan kini satu jari yang tadi mengocok tempik Bu Yulia kini berubah menjadi 2 jari, perlahan lahan bertambah jadi 3 jari, terus menerus sampai 4 jari. Sampai pada akhirnya kelima jari Pak Hendro dimasukkan dengan paksa ke dalam tempik Bu Yulia. Dari situ Pak Hendro tahu bahwa ternyata tempik Bu Yulia sudah sangat lower.

"Tempikmu lower banget sayang... lihat ini lima jariku lagi kocokin tempikmu," bisik pak Hendro disusul lenguhan manja Bu Yulia. "Jangan lama lama pak, cepat selesaikan semua ini"

"Hehehehe" ini baru sedikit pemanasan sayang.

Belum puas merangsang wanita itu, Pak Hendro lantas melakukan satu kebiasaan wajibnya saat menjamah setiap wanita yang menjadi korbannya. Pak Hendro kemudian nampak menjilati seluruh tubuh Bu Yulia dan membasahinya dengan air liurnya. Dengan jijik, Bu Yulia hanya bisa pasrah saat lidahnakal pak Hendro menjamah setiap jengkal kulit nya tanpa kecuali. Lidah itu berjalan liar mulai dari wajah, leher, dada, payudara, perut, paha, lutut dan bahkan sampai satu persatu jari kaki Bu Yulia dijilatinya. Tak hanya itu, punggung dan pantat wanita itu juga dilahapnya dengan penuh nafsu.

Bu Yulia semakin merasa jijik saat merasakan seluruh tubuhnya lengket karena air liur Pak Hendro sudah melapisi seluruh bagian tubuhnya. Yang membuat ia semakin jijik adalah lelaki itu tak segan menjilati lubang anusnya dengan penuh nafsu.



"Aku jilati sunhole kamu sayang, Aaahhhh... Gila nikmatnya!" kata Pak Hendro yg kesetanan menikmati bagian kotor itu.

"Aaah....sudah Pak, jangan disitu pak," keluhnya justru semakin membuat Pak Hendro bernafsu. "Justru lubang ini yang nanti mau aku perkosa sepuasnya,"

"Jangan Pak...sakit Pak," kilah Bu Yulia yang aslinya sudah sering sekali melakukan anak sex dengan Pak Iwan.

"Ibu gak usah bohong, dari bentuknya saya tahu kalau ibu sering dientot lubang anusnya," Pak Hendro tak bisa dibohongi.

Pak Hendro yang belum puas melecehkan Bu Yulia kemudian membelah kedua pantat besar nya sampai lubang anus itu menganga. Dengan bernafsu ia lantas meludahi lubang itu dan memasukkan jarinya ke dalam.
"Aaaahhhhh....." teriak Bu Yulia.

Dengan asyik Pak Hendro memainkan jarinya mengocok anus Bu Yulia sambil menampar nampar pantat besarnya.

"Dasar lonte kamu Bu... Jariku gampang banget masuk. Lubang ini udah sering banget dientot! "

Bu Yulia yang malu rahasianya diketahui hanya bisa terdiam pasrah
saat lelaki itu tiada henti menghajar anusnya dengan jari nakalnya.

"Sudah pak.... lepaskan. Itu jorok pak" ucap Bu Yulia berkali lagi meminta Pak Hendro menyelesaikan perbuatanya.

"Ya sudah, nanti saya lanjutkan lagi dengan kontol saya. Sekarang gantian tempik ibu yang menjadi menu penutup pemanasan ini." Ucap Pak Hendro menarik jarinya.

Lelaki itu lantas meminta Bu Yulia terlentang di depan wajahnya, dengan tatapan liar Pak Hendro lantas kembali berkata kasar. "Tempikmu aku jilati semuanya ya sayang!"

Dengan kedua tangan memegang paha Bu Yulia, Pak Hendro lantas menjilati setiap jengkal tempik Bu Yulia mulai dari rambut lebat, kulit dindingnya yang sudah sedikit keriput hingga bagian dalam tempik itu. Seperti orang yang kelaparan lelaki itu menjilat, menyedot, mengulum, bahkan menggigit gigiti tempik Bu Yulia tiada henti.

"Aaaah.... Aaahhhh....uuuhhh....Ahhhh" Bu Yulia mulai merasa pertahanan dirinya sudah hancur. Meski awalnya sangat jijik, kini Bahkan ia harus mengakui bahwa ia mulai terangsang dengan semua usaha Pak Hendro yang menjajah titik titik terlemahnya. Yang paling membuat Bu Yulia tak tahan adalah saat lidah lelaki itu memanjakan klitorisnya yang semakin membesar dan menebal. Otot otot nya berdenyut denyut membuat tempik itu seolah oleh tengah bernafas. Pak Hendro yang tahu Bu Yulia sudah menyerah semakin menjilatinya dengan gemasnya.
"Tempikmu jadi miliku kini Bu Kades! "

Setelah kurang lebih 30 menit memanjakan Bu Yulia dan membuatnya terangsang, kini giliran Pak Hendro yang meminta Bu Yulia untuk memanjakan kontolnya.

"Emutin kontolku Bu Yulia," perintah Pak Hendro. "Emut n sedot yang enak. Aku ingin rasakan keahlianmu!"

"Baik Pak, tapi jangan lama lama ya..." tawarnya.

Bu Yulia menatap kontol Pak Hendro dengan wajah tegang. Daging berurat berwarna hitam legam itu berdiri dengan kokoh dan terasa amat kencang. Dari ukuranya, jelas kontol Pak Hendro lebih besar daripada kontol Pak Iwan. Bu Yulia menelan ludah tak percaya sebantar lagi tempiknga akan dihajar dengan kontol sebesar itu. Bu Yulia tak percaya lelaki itu sanggup memiliki kontol sebesar itu.
Dengan perasaan takut, jijik namun juga takjub Bu Yulia akhirnya membuka mulut dan mulai memasukkan kontol itu ke dalam mulutnya.



"Aaaahhhhh nikmat sekali Bu...." lenguh Pak Hendro tak bisa percaya. "Ayo lonteku sayang, semangat. Emutin n kocokin sayang!"

"Plaaaakkkk," Pak Hendro mengambil segepok uang yang dibawa Bu Yulia tadi dan menamparkanya ke pipi wanita itu.
"Plaaaakkkk!" Ayo Lonteku! "Plaaaakkk, dasar lonte" "Emut yang dalam, Bu Yulia"

Bu Yulia lantas mengulum kontol besar itu namun tak terlalu dalam sambil mengocoknya pelan. Namun kemudian paksaan dari Pak Hendro yang menekan kepalanya membuatnya terpaksa menelan kontol besar itu sampai ke ujung tenggorokannya. Bu Yulia seakan mau muntah saat ujung kontol itu menyentuh dinding lehernya. Namun dengan bernafsu Pak Hendro memaksanya menelan sedalam yang ia bisa.

"Hueeeeekkkkk....." Bu Yulia melepas kulumanya karena sudah tak tahan. Air liurnya menetas netes membasahi kontol Pak Hendro.

"Lagi sayang....Kulum yang dalam" Paksanya.

Dengan senyum puas Pak Hendro menyaksikan pemandangan yang begitu indah. Di depannya kini sesosok wanita cantik sedang bertelanjang bulat dan hanya mengenakan jilbab sedang memanjakan kontolnya bagai seorang pelacur. Tak hanya cantik, wanita yang kini mengemut kontolnya memiliki bentuk tubuh yang sintal, pantat yang amat besar, dan payudara yang brutal bergelantungan.

Tak ingin melewatkan momen indah itu, Pak Hendro meraih HP nya dan mulai merekam setiap aksi Bu Yulia. Bu Yulia berusaha beberapa kali menolak, namun Pak Hendro terus memaksa untuk merekam. "Gak apa apa sayang... Buat kenangan.Bukankah sudah banyak video nakalmu!"

Wajah manis namun nakal wanita itu terlihat jelas di layar kamera saat berusaha memuaskan kontol Pak Hendro dengan mulutnya. Bahkan di tengah usaha Bu Yulia itu, Pak Hendro menambahkan sedikit narasi. "Hujan- Hujan gini, asik banget disepong sama Bu Kades lonte!" rekamnya sambil memperlihatkan wajah Bu Yulia yang kemudian ditutupi dengan jilbabnya.

"Tolong jangan sebarkan semua ini pak," pintanya.

"Tentu Bu, selama ibu menuruti semua perintah saya, sampai hutang ibu lunas semua video dan foto ibu akan aman" Janjinya.

Pak Hendro terengah engah merasakan kenikmatan yg tiada tandinganya. Kontol hitamnya kini sedang dimanjakan oleh seseorang yang sejak lama diidam idamkanya. Melihat Pak Hendro merasakan kenikmatan yg luar biasa, terbesit ide oleh Bu Yulia untuk membuat ini cepat berakhir. Bu Yulia ingin mencoba membuat Pak Hendro segera croot dan lemas hanya cukup dengan mulut n kocokanya saja.

Bu Yulia yang aslinya masih separuh jijik, terpaksa berakting untuk segera memuaskan Pak Hendro. Saat lelaki itu lemas mungkin ia akan tertidur pulas dan tak akan sampai mengentot tempiknya.

"Aahhhhh....Uuhhhh....Aaahhh....Uuhhhh... Kontolmu besar banget pak, aku Kulum sampai kamu puas pak!" ucap Bu Yulia membuat Pak Hendro kaget.

"Kamu udah mulai enjoy ya sayang?" Pak Hendro tertawa.

"He eh...Pak!!! Pakai mulutku sepuasmu pak! Keluarkan semua di dalam sini pak!!! Ahhhh Ahhhh aaahhhh Aaahhhh !!!" Bu Yulia terlihat semakin binal mengemut kontol Pak Hendro. Tak hanya batang kontolnya saja, namun kedua telur lelaki itu dihajarnya juga dengan mulutnya agar lelaki itu cepat ejakulasi. Bu Yulia yakin, lelaki seusia Pak Hendro paling hanya tahan satu kali ejakulasi saja.

"Plaaak....Plaaakkkk!!! Ahhh dasar lonte kamu sayang. Pengen di croot dalam mulut ya?" tampar Pak Hendro ke pipi Bu Yulia. Lelaki itu bahkan menekan pipi Bu Yulia dengan tanganya sembari terus memasukkan kontolnya sedalam mungkin.

"Emut yang dalam lonteku sayang... Plaaak....Plaaak...Plakkk!" Ucap Pak Hendro separuh memaksa yg kini asyik menepuk pantat Bu Yulia. Setiap kali pantat besar itu ditepuk, gumpalan daging kenyal itu berguncang hebat. Bekas pukulan di pantatnya lama lama terlihat berwarna merah, kontras dengan warna pantat Bu Yulia yang sangat putih.

"Keluarin yang banyak pak... Semuanya pak, Ayo Pak.... " Bu Yulia melanjutkan aktingnya sambil bersiap siap menunggu lelaki itu menyemburkan sperma di dalam mulutnya. Saat semburan pertama itu keluar, Bu Yulia akan langsung memuntahkan n melepasnya.

Namun ternyata Bu Yulia sudah melakukan kesalahan besar, Pak Hendro tak selemah yang dibayangkannya. Kini gantian Pak Hendro yang terlihat semakin bernafsu. Lelaki itu justru meminta Bu Yulia berbaring. Pak Hendro mengarahkan posisi tubuh telanjang itu sesuai permintaanya. Setelah Bu Yulia terbaring, Lelaki itu justru meraih tangan Bu Yulia dan memegangnya dengan erat. Saat tangan wanita itu tercengkeram tak berdaya, Pak Hendro memasukkan kembali kontol besarnya ke dalam mulut Bu Yulia dan menggenjotnya dengan kencang dan dalam. Pak Hendro bisa merasakan gigi gigi Bu Yulia menyenggol permukaan kontolnya saat lelaki itu semakin dalam memasukkan kontolnya.

Bu Yulia tak bisa bergerak dan bahkan susah bernafas. Ia ingin berteriak minta ampun namun sumpalan kontol besar itu menghalangi suaranya.
"Kamu mau pejuh kan sayang? Ini aku berikan!" Ucap pak Hendro dengan kejam menghajar mulut Bu Yulia.

Dengan genjotan kencang, Pak Hendro mengentot mulut wanita itu seakan akan sedang mengentot tempiknya. Wajahnya girang melihat Bu Yulia berada dalam keadaan sedikit tersiksa. Lalu dengan gerakan dan sodokan yg semakin kencang dan dalam, lelaki itu akhirnya menyemburkan penuhnya ke dalam mulut Bu Yulia.

"Aaahhhhh.....Aaahhhhh....Ahhhh..... Keluar sayang. Aahhhhh.....aaahhhhh......Ahhhh !!" teriak Pak Hendro.

Bu Yulia tak berdaya saat cairan kental itu membanjiri mulut dan tenggorokan ya. Karena posisi kontol yg dalam saat cairan itu tertumpah, Bu Yulia bahkan sampai mau muntah dibuatnya. Ia belum pernah merasakan mulutnya dibanjiri sperma sebanyak dan sekental itu sebelumnya. Bu Yulia yang tak tahan berusaha memberontak , namun sayang Pak Hendro terus menekankan kontolnya dan bahkan meminta Bu Yulia menelannya.

"Telan pejuhku sayang! Telan sayang!! Kamu udah jadi lonteku! Telan sekarang !!! " Paksanya.

Glleeeekkk...Glleeekkk ....Gleeeekkk!
Bu Yulia yang tak tahan dan kesulitan bernafas akhirnya terpaksa menelan sperma Pak Hendro yang sangat menjijikkan itu.

"Aahhhhh .... Gila kamu Bu! Bakat banget jadi lonte!!" Puji Pak Hendro puas melihat Bu Yulia menelan habis pejuhnya.

Bu Yulia terkapar lemas lantaran kesulitan bergerak dan bernafas saat mulutnya diperkosa Pak Hendro selama beberapa menit. Sementara itu Pak Hendro justru masih terlihat bugar dan semangat. Meski kontolnya sedikit mengendur dan melemas, lelaki itu rupanya masih terlihat amat kuat. Dilapnya kontol yang basah oleh air liur dan sperma yang berada di dalam mulut Bu Yulia tadi.

"Ahhh....mantab banget sayang servismu" senyumnya puas. "Kamu istirahat sebentar, Aku mau merokok dulu! Habis ini kita lanjut ke menu utama. hahahaha !" Pak Hendro bangkit dan berjalan ke meja untuk mencari rokoknya.
Dengan masih bertelanjang bulat lelaki itu menyalakan rokok dan berdiri disamping jendela sambil memandang hujan yang turun semakin lebat. Ia juga nampak menuangkan wine ke dalam gelas dan menenggaknya untuk menambah kenikmatan merokoknya. Sungguh suasana yang amat menggairahkan bagi Pak Hendro, ditengah hujan lebat seperti ini dia ditemani oleh wanita yang amat digilainya. Dengan nikmat Pak Hendro menikmati setiap hisapan rokoknya sembari menanti sebuah kenikmatan yang akan ia dapatkan dari Bu Yulia setelah ini.

"Kapanpun kamu siap, aku siap memanjakan tubuhmu lagi" ucapnya sambil melihat ke arah Bu Yulia yg kini nampak membersihkan sisa sisa sperma yg membanjiri mulutnya.

Dengan masih merasa jijik, Bu Yulia menyesal taktiknya justru seakan membangkitkan seekor singa tua. Bu Yulia ternyata sudah salah besar menilai stamina pak Hendro. Lelaki itu bahkan tak merasa letih sedikitpun. Singa tetaplah singa, meski ia sudah tua.

Saat hisapan rokoknya habis, Pak Hendro kemudian
berjalan santai menghampiri Bu Yulia yang terbaring telanjang di atas ranjang.

"Ayo lonteku sayang... Puasin aku lagi!" Ucapnya sambil meraih tangan Bu Yulia dan memintanya untuk kembali mengocok kontol ya.

Dengan pandangan penuh nafsu Pak Hendro memandang ke sekujur tubuh telanjang Bu Yulia yang terlentang pasrah sembari mengocoknya. Pak Hendro kembali menelan ludah menyaksikan keindahan tubuh wanita itu. Dua payudara super besarnya terlihat semakin lebar dan besar saat wanita itu terlentang. Putingnya yang kini semakin besar membuat Pak Hendro semakin bernafsu. Keindahan tubuh Bu Yulia tak hanya disitu saja. Bagian perut buncit dan paha lebarnya ternyata menyuguhkan keindahan tersendiri. Dan tentu saja, puncak dari keindahan itu adalah bentuk tempik Bu Yulia yang sangat tebal dan chubby dengan rambut lebat yang mengelilinginya. Pak Hendro tak sabar mencicipi semua keindahan itu. Dengan tatapan penuh nafsu lelaki itu memandang Bu Yulia seperti seekor singa yang sangat lapar. Tak tubuh waktu lama, kontol Pak Hendro kembali menegang dan membesar. Daging hitam berurat itu siap untuk menjajah kehangatan tempik Bu Yulia.




Melihat kontol Pak Hendro dengan mudahnya kembali menegang. Bu Yulia kini hanya bisa pasrah. Siang itu mau tidak mau ia harus merelakan bagian dirinya yang paling berharga dinikmati oleh Pak Hendro.

"Terlentang Bu Kadesku sayang! " perintahnya penuh nafsu. "Aku pengen entot tempikmu sampai lower sayang! "

Dengan kedua tanganya, lalaki itu lantas menarik paha Bu Yulia dan membukanya tanpa ada perlawanan dari Bu Yulia. Tempik wanita itu tersingkap dan langsung terlihat dengan jelas bentuk aslinya. Meskipun bentuk tempik berjembut tebal itu sudah cukup rusak mengingat usia Bu Yulia yang sudah berkepala empat, namun Pak Hendro sama sekali tak merasa kecewa. Baginya bentuk tempik khas STW seperti itu memiliki rasa dan kenikmatan sendiri. Saking seringnya Pak Hendro menikmati jenis tempik seperti itu, Pak Hendro hafal betul bagaimana bunyi yg keluar saat tempik itu digenjot kencang dengan kontolnya.

"Aku entot ya sayang..." Ucapnya sekali lagi kepada Bu Yulia yang hanya bisa terlentang pasrah sembari menahan air matanya agar tidak keluar. Bu Yulia lantas mengangguk pelan. Berharap lelaki itu segera menuntaskan semua pengalaman mengerikan ini.

Dengan girang, lelaki biadab itu menggesek gesekan ujung kontolnya ke seluruh permukaan tempik Bu Yulia yang sangat tebal untuk membuatnya terangsang kembali. Gesekan itu semakin lama semakin terasa menekan ke segala arah, terutama pada bagian dinding tempiknya yang sudah mulai basah. Dengan gemas lelaki itu menggunakan kontol tegangya untuk memainkan tempik Bu Yulia.



"Pak tolong pakai ini, " kata Bu Yulia yang baru saja merogoh tasnya untuk mengambil sekotak kondom dan mengulurkannya kepada Pak Hendro . Ia memang sengaja menyiapkan kondom itu untuk berjaga jaga.
"Saya mohon lakukan ini dengan aman pak!" mohonya.

Pek Hendro hanya tertawa mendengar permintaan Bu Yulia. Iapun meraih kondom itu lalu sekonyong konyong mengkirkanya.

"Cuiiiiihhhhh...." Pak Hendro tiba tiba meludahi lubang tempik Bu Yulia. "Tempik lonte kaya kamu paling enak dinikmati langsung sayang!"

Seketika Pak Hendro memasukkan kontol tegangya dengan sedikit kasar dan perlahan lahan membenamkanya ke dalam tempik Bu Yulia yang basah. Pak Hendro tak berkedip menyaksikan setiap inci kontolnya perlahan lahan masuk ke dalam tempik Bu Yulia. Bagi Pak Hendro, pemandangan semacam itu adalah pemandangan yang amat special. Bagaimana siang itu, akhirnya ia bisa membenamkan kontolnya ke dalam tempik wanita yang amat digilainya.

"Ahhhh......Paaakkkk....." teriak Bu Yulia dengan tubuh menegang kaku. Dengan pandangan ngeri ia menyaksikan kontol besar itu menghujam perlahan demi perlahan ke dalam tempiknya. Bu Yulia semakin merasa ngeri saat melihat wajah kesetanan Pak Hendro yang amat bernafsu. "Pak tolong pakai kondomnya pak!

Pak Hendro tak bergeming dan justru semakin dalam membenamkan kontolnya ke dalam tempik Bu Yulia.

Bleeeeeeessshhhhhhh....!!!

Saat kontolnya sudah terbenam seluruhnya ke dalam tempik Bu Yulia yang berdenyut denyut, Pak Hendro terdiam sejenak dan amat menikmati momen dan kehangatan itu. Dengan kontol yang masih tertanam dalam, lelaki itu memeluk dan mencium bibir Bu Yulia lalu mengatakan sesuatu.

"Aaaahhhhhh Bu Yulia sayang. Akhirnya, terwujud juga hasratku. Lihat sayang... Kontolku lagi ada dalam tempikmu! Akan aku entot sepuasnya sayang!" Pak Hendro melenguh tak karuan diiringi Bu Yulia yang ikut melenguh.

Maka yang selanjutnya terjadi adalah, di dalam ruangan hotel itu Pak Hendro mengejot tempik Bu Yulia sesuka hatinya. Mulai dari gerakan perlahan lahan, sampai genjotan kasar dan sangat menyiksa. Sembari mencium dan menjilati tubuh Bu Yulia, Pak Hendro melampiaskan hasratnya saat itu. Dan tentu saja, bagian favoritnya adalah sepasang payudara besar yang nampak berguncang hebat. Sesekali payudara itu diemutnya dan bahkan ditarik serta digigitnya. Pak Hendro sungguh kesetanan menikmati setiap gesekan hangat dan basah yang disajikan tempik Bu Yulia.

Ploooooccckkkk.... Plooocccccckkk...
Ploooccccckkk....Plooocckkkkk!!!
Bunyi khas itu tiada henti sepanjang genjotan Pak Hendro. Suara becek dari tempik lower Bu Yulia semakin membuat suasana siang itu teramat menggairahkan. Tempik tebal dan lower itu nampak berdenyut tak karuan lantaran kontol Pak Hendro menggesek gesek klitorisnya dengan kasar.

Ploooockkkk.....Ploccckkkk...Plooocccckk...
Ploccccckkk!!!! suara itu tiada henti terdengar.

"Ahhh.... Gila sayang, tempikmu luar biasa!
Ahhh...Nikmat sayang.... Enak banget gila!!" ucap Pak Hendro berkali kali. Sementara Bu Yulia hanya melenguh pasrah antara terpaksa namun juga merasa keenakan.

"Ahhh....Ahhhh....Ahhh.... ampun Pak! Jangan keras keras Pak!" rengeknya.

"Ahhh....Ahhh...ougghhh!!! Ampun Pak Hendro, tolong jangan sampai keluar dalem!"

Namun semakin Bu Yulia merengek, Pak Hendro justru semakin kesetanan. Genjotanya justru semakin dikencangkan dan lagi lagi... Bunyi khas itu semakin keras terdengar.

"Teriak minta tolong sekerasmu Bu!" tantang Pak Hendro.
"Tak ada yang bisa menghentikan ku! "

Ploooockkkk.... Ploooockkkk
Ploooocccckkkk.... Ploccccckkk!!

Tak ingin melewatkan momen indah itu, Pak Hendro kembali meraih HP nya untuk merekam adegan penuh nafsu itu.

Sambil terus mengentot tubuh Bu Yulia, Pak Hendro kembali bernarasi dalam videonya.

"Ah...siang ini lagi ngentot Bu Kades yang sedang bayar hutang pakai tempiknya!" ucap Pak Hendro membuat Bu Yulia menutup wajahnya sebelum akhirnya upayanya itu sia sia karena Pak Hendro memegangi kedua tanganya dengan kencang.

"Uuuhhh.... Nikmat banget Bu Kades! Ayo lonteku sayang!!! tunjukin wajah binalmu! " kamera HP Pak Hendro merekam setiap jengkal tubuh Bu Yulia. Dalam video itu tempik lowernya sedang di entot kencang, sementara payudara besarnya berguncang liar. Video itu juga memperlihatkan wajah Bu Yulia yang memejam tak berdaya sambil terus melenguh.

"Aahhhh....Ahhh....Ahhhh....!" Sekuat apapun Bu Yulia bertahan namun genjotan kontol Pak Hendro yg menyerang titik titik sensitifnya mau tidak mau membuat pertahanan wanita itu runtuh. Bu Yulia akhirnya harus menyerah pada kenyataan bahwa genjotan Pak Hendro membuatnya merasa nikmat.
"Aaahhhh.... Ahhhh.... Ahhh....." Bu Yulia mulai menunjukkan lenguhan lenguhan kenikmatannya.

Melihat wanita di hadapannya mulai merasa keenakan, Pak Hendro semakin kesetanan. Lelaki itu semakin mengencangkan genjotan kontol ya sedalam dan sekeras yang ia bisa sambil terus mengucapkan kata kata kotornya di telinga Bu Yulia.

"Uuuhhhh .... Bu Yulia sayang. Lonteku yang binal. Tempikmu nikmat banget Bu!!!"

"Aku entot sampai lower sayang tempikmu!!!"

"Uuuhhh bakat banget kamu jadi lonte Bu Kades!"

"Pak Iwan gak tau kalau mantan istrinya lagi aku entotin n jadiin lonte siang ini!!!"

Tiada henti Pak Hendro mencaci maki Bu Yulia sambil sesekali menampar nampar payudaranya yang besar.

"Uuugh Gila ! susumu brutal banget Bu Yulia! Plaaak....Plaaakkkk...." tamparnya.

"Besar mana Bu kontolku sama Pak Iwan?" ucap Pak Hendro sedikit mencekik leher Bu Yulia sembari menampar pipinya.

"Aahhhh....Ahhh...." Bu Yulia hanya melenguh tanpa menjawab.

"Ayo lonteku!!! Katakan! Enak mana kontolku sama Pak Iwan! Plaaakkk!" tamparnya sekali lagi diikuti dengan hentakan kencang kontolnya yang sampai membuat Bu Yulia berteriak.

"Aaaaaaaarrrrgh!!! Ampun Pak!"

"Ayo katakan!! Plaaakkk...." perintahnya sambil menekan pipi Bu Yulia.

"Aaahhhh besar punyamu pak!!!! Ampun Pak...!!! Jangan keras keras pak!!! " Bu Yulia kewalahan menghadapi genjotan super brutal Pak Hendro. Dirinya merasakan tempiknya nyeri dan sekujur tubuhnya serasa kaku semua.

"Katakan lagi sayang! Plaaakkk!!!" Paksa Pak Hendro.

"Aaahhh....Ahhhhh....Ahhh.....Ahh....Punyamu pak!! Kontolmu enak Pak!!" Bu Yulia terpaksa menuruti Pak Hendro.

"Bagus sayang!! Kamu aku jadikan lonteku ya Bu!!! Kamu Boneka sexku sayang!!! " Ucap Pak Hendro sembari mengulum leher Bu Yulia.

"Ehehhh...." lenguh Bu Yulia.

Pak Hendro yang merasakan kenikmatan yang tiada tara merasa kontolnya mulai bergejolak dahsyat. Sebuah luapan di pangkal kontolnya seakan siap mengalir dan meledak. Ia mulai merasakan momen dimana ia akan segera menyemburkan pejuhnya. Untuk momen puncak itu, Pak Hendro lalu mencengkeram kerat tangan Bu Yulia agar wanita itu tak bisa bergerak. Lalu dengan sekuat tenaga Pak Hendro mempercepat genjotanya. Hentakan demi hentakan kontolnya menghujam dalam ke dasar tempik Bu Yulia yang sudah sangat becek.

Plooooccckkkk.....Plooocckkkk!
Ploooockkkk.... Plooocckkkkk!!!!

"Aku crootin tempikmu ya lonteku sayang!!! Aku kasih pejuh yang banyak sayang tempikmu!!! Aku keluarin dalam Bu Yulia. Ahhh.... Lonte!!! Dasar lonte!!!" Ucap Pak Hendro ditelingan Bu Yulia.

"Jangan pak, ampun pak!!! Jangan di dalam pak!!! "gelengya tak mau lelaki itu menyemburkan spermanya di dalam tempiknya.

"Nikmatin aja sayang!!! "

"Pengen aku banjiri tempikmu sayang!!!"

"Aaahhhh....dasar lonte!!! Bu Kades lonte!! Tempik murahan!!! Aku crootin dalam ya lonte!!" Pak Hendro tiada henti mencaci Bu Yulia yang tak berdaya mendapati lelaki itu menggenjotnya tanpa ampun.

"Aaaahhhhhhhhhhhhh.....Aahhhhh......
Aaaarrhhhhhh!!!!! Keluar lonteku sayang!!! Aku keluar Bu!!!!! Aaaahhhhh!!!! Aaaahhhh!!!

"Crrrooooottttt!!!!Crooorrrttttt!!!! Croooottt!!!
Croootttttt!!!! Croootttttt!!!!! Crooootttttt" tubuh Pak Hendro menegang saat cairan itu seketika menyembur desar dari lubang kontolnya dan meledak dahsyat di dasar tempik Bu Yulia.

"Aaaaaaahhhhhhhhhhh"
"Aaahhhhhhhhhhhh......" Ampun Pak!!!" Bu Yulia mengerang sekeras mungkin. Ia bisa merasakan adanya cairan hangat yang menyembur klitorisnya dan membanjiri seluruh dasar tempiknya. Ia pun mengerang tak karuan dan merasakan matanya seakan ingin menangis. Saat itu tempiknya sudah benar-benar ternoda bukan hanya oleh kontol Pak Hendro tapi juga oleh cairan sperma lelaki itu yang kini mulai merembes masuk ke dalam rahimnya.

"Aahhhhhh.....Gila Bu!!! Pejuhku bisa banjiri tempikmu Bu!!! Aaahhh.... Nikmat sayang!" lenguh Pak Hendro masih terus mengejot tempik Bu Yulia meskipun spermanya sudah dikeluarkan semua.

Setelah merasa puas, Pak Hendro kemudian mengambil kamera dan merekam momen indah itu. Ia merekam saat ia mencabut kontol besarnya dari dalam tempik Bu Yulia yang terlihat sedikit berbusa.



"Aaahhhh....puas banget bisa crooot dalem tempik Bu Kades" Ucap Pak Hendro yang sangat puas melihat cairan putih kental mulai keluar dari lubang tempik Bu Yulia dan mengalir ke sela sela pahanya. Tak hanya merekam video, Pak Hendro juga menyempatkan memfoto momen indah itu.

Cekrek!! Cekrek!!! Cekrekk!!!

Setelah mencabut kontolnya, Pak Hendro berdiri dengan posisi memperlihatkan kontolnya yang besar di depan kamera sementara itu Bu Yulia yang telanjang bulat terlentang lemas di samping segepok uang dengan sperma yang mengalir deras dari dalam tempiknya. Sungguh pemandangan yang amat indah bagi Pak Hendro dan pemandangan yang amat memalukan bagi Bu Yulia.




Pak Hendro merasakan sebuah kepuasan yang teramat luar biasa. Siang itu, hasrat liar, imajinasi, obsesi, dan orientasi seksualnya yang ingin menjadikan Bu Yulia sebagai boneka sexnya benar benar terwujud. Ia teramat puas bisa menjamah setiap jengkal tubuh sintal Bu Yulia. Tak hanya bisa mengentot ya namun ia bisa menyalurkan cairan kenikmatannya ke dalam tubuh wanita itu. Lelaki itu kini sudah memberikan dan meninggalkan noda yang akan melekat selamanya di tubuh Bu Yulia.

Namun ternyata, Meski Pak Hendro sudah mewujudkan hasrat terpendamnya yang tertunda selama bertahun tahun, Lelaki itu nyatanya masih belum puas dengan hanya menodai mulut dan tempik Bu Yulia saja. Ada satu lubang kenikmatan lagi yang ingin dinikmatinya siang itu. Lelaki itu tersenyum... tak sabar menunggu waktu kontolnya untuk bangkit kembali.

Setelah 15 menit beristirahat sambil merokok dan menenggak winenya, Pak Hendro kembali menuju ke atas ranjang untuk membangunkan Bu Yulia yang terlihat tidur dengan memiringkan tubuhnya. Pak Hendro tak tahu kalau Bu Yulia saat itu habis berlinang air mata mendapati dirinya kini sudah benar benar ternoda oleh Pak Hendro. Tak hanya tubuhnya saja yang sudah dijamah habis oleh lidah dan liur Pak Hendro, namun mulut dan tempiknya kini sudah ternoda oleh cairan kenikmatan lelaki biadab itu. Bu Yulia kini tahu betapa lelaki itu benar benar gila sex dan kepuasan. Ia merasa dirinya kini hanya boneka sex pemuas nafsu bejat Pak Hendro. Lebih tepatnya kali, ia kini sudah menjadi lonte lelaki itu.

Bu Yulia yang bersedih mau tidak mau memikirkan orang orang yang disayanginya mulai dari ibu, Pak Iwan dan tentu saja Cantika. Ia merasa berdosa, karena saat itu tanpa diketahui siapapun ia tengah melakukan perbuatan yang amat tercela dengan Pak Hendro. Bu Yulia yang merasa dirinya kini bisa disamakan dengan pelacur merasa menyesal mengapa ia harus melakukan ini semua hanya demi menjadi kepala desa.

Bu Yulia yang mendengar Pak Hendro datang ke arahnya lantas segera mengusap air matanya. Bu Yulia tahu, lelaki itu masih belum puas dengan dirinya dan ia harus siap melayani apapun jenis nafsu biadab lelaki itu. Pekerjaannya melayani Pak Hendro belum berakhir.

"Oh Yulia sayang... capek ya kamu??" Peluk Pak Hendro sambil menggerayangi tubuh wanita itu.

"Hmmmuuuuaahhhhhh" Pak Hendro mengecup pipi dan bibir Bu Yulia. Bu Yulia sempat berusaha menghindar lantaran bau alkohol dari mulut lelaki itu amat menyengat namun Pak Hendro terus saja memburunya.

"Ayo sayang... kita ngentot lagi sepuasnya," pinta Pak Hendro sambil menusuk tempik Bu Yulia dengan jarinya. "Kasian tempikmu Bu... Aku perkosa sampai lower gini. Sakit sayang??" Pak Hendro mulai melakukan dirty talknya.

"Aaahhhh....aahhhhh.....ahhhhh...." Bu Yulia mendesah saat lelaki itu mengorek ngorek tempiknya dengan kencang.

"Ayo ngentot lagi sayang," Pak Hendro kemudian menarik tubuh Bu Yulia dan memintanya kembali mengulum kontolnya. "Emutin lagi kontolku sayang...! " perintahnya


Meski lemas, Bu Yulia hanya bisa menurut. Ia pun bangkit dan menungging di atas tubuh Pak Hendro untuk membangunkan kontol lelaki itu dengan mulutnya. Sambil merasakan nikmatnya kuluman Bu Yulia, Pak Hendro tak lupa melecehkan bagian tubuh lain wanita itu.

"Uuuhhh... toketmu brutal banget sayang. Gila...Gila...Gila... Kalau di doggy pasti goyang semua ini." pikirnya.

Plaaakkk....Plaaakkkk... ! Pak Hendro kemudian menampar pantat besar Bu Yulia. "Pantatmu besar banget Bu Kades! Pengen aku entot kaya anjing kamu habis ini!"

"Aaahhhhhhh!!!!! Sakit Pak!" lenguh Bu Yulia keberatan pantatnya menjadi bulan bulanan tamparan Pak Hendro.

Setelah menampar nampar pantat besar Bu Yulia, ia nampak meludai jari tengahnya dan menusukkanya ke dalam anus Bu Yulia. Lagi lagi lelaki itu seenaknya melecehkan Bu Yulia.

"Sunhole kamu masih sempit sayang!" senyum Pak Hendro. "Habis ini aku perkosa pakai kontolku ya!!!" Pak Hendro mengocok anus Bu Yulia dengan kencang dengan jari tengahnya.

"Uuuhhhh.....Kulum terus kontolku sayang!" Yang semangat lonteku!!! Habis ini kontolku mau manjain pantatmu!!! " kata Pak Hendro terus mengocok gemas anus Bu Yulia.

"Jangan Pak, sakit Pak!!" Bu Yulia menggeleng.

Plaaakkkkk..... ! Pak Hendro gemas dengan Bu Yulia yang masih suka melawan.

"Sini naik ke kontolku Bu Yulia" Pak Hendro memerintahkan Bu Yulia untuk naik ke posisi WOT. "Masukin tempikmu kesini... lalu puasin kontolku sayang!" kata lelaki itu memegang kontol hitamnya yang kini sudah basah dan menegang.

Bu Yulia lantas bangkit lalu memposisikan dirinya untuk jongkok di atas kontol Pak Hendro. Lalu dengan tuntunan dari Pak Hendro, Bu Yulia dengan sedikit enggan mulai memasukkan tempiknya ke atas kontol besar itu.

Bleeeeeessshhhhhhh.....

Dengan mudah, tempik lower Bu Yulia membenamkan kontol Pak Hendro.

"Aaaaarrrrghghhhhh !!! Gila!!! Enak banget tempikmu sayang" puji pak Hendro. "Kamu cantik banget Bu kalau pakai jilbab!"

" Ayo goyang n genjot Bu! Tunjukkan bakat lontemu Bu Kades!" perintah Pak Hendro kemudian dirututi oleh Bu Yulia.

Dengan wajah sangat puas Pak Hendro begitu menikmati saat dimana Bu Yulia mulai menggenjot kontolnya dengan tempiknya. Dengan terus tersenyum nakal dan penuh caci maki, lelaki itu begitu bahagianya mendapati seorang wanita yang teramat cantik dan dengan tubuh menggiurkan tengah berada di atas kontolnya seperti seorang pelacur.

"Ayo lonteku sayang!!! Gila genjotanmu keras banget sayang!" merek melek Pak Hendro merasakan kontolnya dihajar oleh hentakan Bu Yulia. Wanita berbadan sintal dengan payudara menggelantung bebas itu rupanya memiliki damage yang besar saat bercinta dalam posisi WOT. Tentu saja hal itu dikarenakan berat tubuh dan ukuran pantat wanita itu yang amat berat.

"Ahhh... Gila genjotanmu sayang. Tubuhmu berat banget Bu!!" Pak Hendro kelojotan saat tubuh sintal Bu Yulia menaikinya. Pak Hendro yang merasa kewalahan dan tak tahan lalu mencoba memeluk Bu Yulia dan ikut mengimbangi genjotan Bu Yulia dari bawah. Dengan sekuat tenaga lelaki itu menusuk nusuk tempik basah dan becek Bu Yulia. Saking beceknya, kontol Pak Hendro sampai terlihat berbuih putih.

Plooookkkk.... Plookkk!!!
Ploookkkkkk!!! Ploookkkkk!!!

Bunyi khas itu kembali terdengar keras at keduanya beradu kelamin dengan liarnya.
Pak Hendro yg merasa tak tahan jika terlalu lama dalam posisi seperti itu lalu meminta Bu Yulia untuk berganti posisi.

"Sekarang nungging ya sayang. Aku pengen doggy pantat besarmu!" perintah lelaki itu.

Saat Bu Yulia merangsek ke posisi Unggung, Pak Hendro mengarahkan tubuh wanita itu sedemikian rupa hingga sekarang Bu Yulia menungging dengan posisi pantat dinaikkan ke atas dan paha merapat. Dengan posisi seperti itu, Pak Hendro bisa menyaksikan bentuk n ukuran pantat Bu Yulia yang sebenarnya.

"Plaaaaakkkkk!!! " Pak hendro menampar keras pantat besar Bu Yulia. "Pantatmu besar sekali sayang! Bodoh banget Pak Iwan sampai meninggalkan istri semontok kamu!" sindir pak Hendro.

Kini dengan kontol yg sudah kembali menegang maksimal, lelaki itu lantas mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempik Bu Yulia.

Bleeeeeshhhhhhhh......
Plooookkkk......Plooookkk....
Plooookkkk..... Plooooookkkkk....

Pak Hendro langsung menggenjot tempik Bu Yulia dalam kecepatan tinggi. Sambil meraba raba dan meremas payudara Bu Yulia, Pak Hendro mencoba mengendarai pantat Bu Yulia dengan gaya seperti anjing yang sedang kawin.

Plooooookkkkk.... Ploookkkk....

Suara itu tak henti hentinya menggema di dalam ruangan hotel yg sepi dan romantis. Pak Hendro sungguh beruntung, ia akhirnya bisa satu persatu mewujudkan imajinasinya.

"Ahhhhh.... sakit Pak!" lenguh Bu Yulia kala lelaki itu mencoba memasukkan jempolnya ke dalam anus Bu Yulia untuk memberikan kepuasan ganda kepadanya.

"Ini namanya double pleasure sayang!
Cuiiiihhhhh!!!" Pak Hendro meludahi lubang anus Bu Yulia dan semakin keras mengocokkan jarinya.

Ahhhh.....Ahhhh....Ahhhh....Ahhhh....
Bu Yulia mengerang tak karuan saat pantatnya dihajar kontol Pak Hendro.

"Aahhhhhh....Bu Yulia sayang.... enak banget tempikmu Bu!!! Enak lonteku sayang" Pak Hendro kembali memuji wanita yang sedang dientotnya.

Selama 10 menit Pak Hendro mendoggy Bu Yulia, ia terus menerus mengeluarkan kata kata kasar untuk memuaskan hasratnya. Namun semakin ia berkata kata kasar, Bu Yulia justru semakin mendesah desah dengan kerasnya.

"Sekarang, gantian lubang anusmu ya sayang yang aku entot!" Pak Hendro tanpa jijik menjilati anus Bu Yulia dan kemudian meludahinya.

"Ahhhh.... Pak, jangan Pak. Sakit Pak!" Bu Yulia mencoba mencegahnya. Ia tahu jika lubang pantatnya dipaksa melayani kontol besar pak Hendro pasti ia akan merasa kewalahan dan kesakitan.

"Gak papa sayang... Tahan ya!!" Perintah Pak Hendro yg kemudian mengambil sebuah cream pelumas merk Durex Lubricant untuk melicinkan anus Bu Yulia.

"Hmmmm....Masa ibu belum pernah di entot anusnya? Bohong ah! Ini lubangya udah agak longgar gini!" Bujuk Pak Hendro. " Tahan n nikmatin ya sayang! Aku mau kasih pejuh lagi"

Dengan semangat membara Pak Hendro mengabaikan permintaan Bu Yulia. Iapun mulai memasukkan kontol besarnya pelan pelan ke dalam lubang anus Bu Yulia yang kini sudah licin.



Bleeeeeeeshhhhhh.....
Meski sakit, Bu Yulia tak bisa mengelak saat lubang pantatnya dimasuki kontol besar Pak Hendro.

"Ahhhh.....Aaahhh.....Sakit Pak!" Bu Yulia menghentakkan kedua kakinya karena merasa Pak Hendro terlalu memaksa. "Ahhhh.....perih pak!!! Stop Pak!!! Jangan Pak"

Pak Hendro kembali mengacuhkan semua teriakan Bu Yulia. "Teriak sekencangmu sayang! Gak ada yang bisa nolong kamu! Aku entot anusmu Bu!!! Ahhhhhh!!!!!

Dengan menahan diri agar tak langsung ejakulasi Pak Hendro pelan pelan menikmati sensasi lubang anus Bu Yulia yang saat dimasuki kontolnya terasa sangat sempit.
"Eeennnnaaaakkk sayang!!! Tahan ya sayang!!! Ini enak banget Bu!!! Ahhhhh.... Gila!!!! "

Ranjang kamar hotel bergoyang hebat saat Pak Hendro menaiki tubuh Bu Yulia seperti anjing. Pak Hendro begitu bernafsu karena mungkin ini adalah entotan terakhir sebelum tenaganya habis terkuras. Siang itu, Pak Hendro ingin mewujudkan obsesi terpendamnya yakni ingin menodai mulut, tempik dan anus Bu Yulia dengan penuh kentalnya. Dua lubang sudah berhasil ia nodai dan kini lubang terakhir hanya menunggu waktu saja untuk menyalurkan semprotan terakhirnya.

Ahhhhhh.....Ahhhh.....Aahhhhh....Ahhhh....Uuuhhhh....uhhhhhh....Uuuhhhh....uuuuhhh!!!
Bu Yulia sampai mau pingsan karena lemas mendapat perlakuan kasar dari Pak Hendro. Lelaki itu sungguh seperti binatang saat menikmati tubuh seorang wanita. Tanpa ampun Pak Hendro mengentot dirinya seperti seorang lonte. Bu Yulia hanya bisa pasrah melayani nafsu Pak Hendro yang sepertinya hendak menyelesaikan semprotan terakhirnya.

"Cepat keluarkan Pak!!! Puaskan sepuas puasanya Pak!!! Tapi saya mohon ini yang terakhir!!" rengek Bu Yulia. "Saya capek sekali Pak!!!"

"Hehehehee....Maaf ya sayang! Kalau aku terlalu bernafsu. Baik Bu!!! Ini semprotan terakhir!!! " Pak Hendro mulai tak tahan.

Dalam 3 menit terakhir, Pak Hendro mengerahkan semua tenaga yang masih tersisa untuk menggenjot pantat Bu Yulia sekeras, sedalam dan sekasar yang ia bisa.



Ploookkkkkk.....plooookkkkk.....plooookkkkk....
Dengan kejam Pak Hendro memaksakan kontolnya sedalam mungkin.

"Anjiiiinngggg!!!! Lonte kamu sayang!!!! Ahhhhh.....Ahhhh.....Ahhhh....Aku kasih pejuh anusmu sayang!!! Ahhhh.....Ahhhhh.....

Crooooooottttttrssss.....Crooootttssss.....
Croooootttssss..... Croooooooootssss....Crooooooottttttrssss ....

Kontol Pak Hendro meledak 5 kali dalam lubang anus Bu Yulia. Seketika lubang anus itu menjadi tempat penampungan pejuh Pak Hendro yang meskipun tak sebanyak yang tadi namun cairan itu tetap terasa begitu kental.

"Ahhhhhhh......Gila sayang!!! Hari ini puas banget aku Bu!!! " Seulas senyum Pak Hendro mengembang saat lelaki itu jatuh terkulai di samping Bu Yulia yang masih menungging. Nafasnya tersengal sengal, dadanya berdebar debat tak karuan. Sungguh Pak Hendro merasakan jenis kepuasan yang sempurna siang itu. Bu Yulia telah melayani semua nafsu liarnya dengan sangat memuaskan.

"Makasih Bu Kades sayang!" Peluk Pak Hendro merebahkan Bu Yulia dalam pelukannya. Bu Yulia yang sangat lemas hanya bisa diam dan ikut terkulai lemas dalam pelukan Pak Hendro.

"Kamu memang luar biasa sayang!!! Gilllaa....tubuh, tempik, payudara, mulut dan pantatmu enak banget aku entotin siang ini!!! " Puji Pak Hendro memeluk Bu Yulia dari belakang. "Makasih sayang!!!!"

"Bapak puas sekarang!!!?" tanya Bu Yulia ingin lelaki itu segera melepas pelukannya.

"Ia Bu Kades!!! Puas untuk hari ini!" Kecup lelaki itu ke leher Bu Yulia.

Setelah sama sama terkulai lemas selama 30 menit di atas ranjang sambil berpelukan. Pak Hendro kemudian menggiring Bu Yulia ke kamar mandi.

"Ayo kita mandi bareng Bu Kades! Bersihkan tubuhmu lalu ibu boleh pamit"! Perintahnya kemudian dituruti oleh Bu Yulia.

Lelaki itu kemudian menggiring Bu Yulia yang masih bertelanjang Bulat dan hanya mengenakan jilbab ya ke arah kamar mandi. Saat mereka berjalan Pak Hendro yang menggiring di belakang Bu Yulia sangat gemas dengan pantat wanita itu yang bergeyol hebat saat berjalan.

"Pllaaakkkk.....Gemas aku Bu sama pantatmu." Tepuk Pak Hendro gemas.

Sesampai di kamar mandi, Pak Hendro lantas melakukan ritual terakhir dengan Bu Yulia. Ia meminta wanita itu untuk membersihkan kontolnya dengan mulutnya. Dalam guyuran shower, Pak Hendro berdiri telanjang dan menyaksikan Bu Yulia jongkok dan mengulum kontolnya. Seperti seorang budak, Pak Hendro lantas meminta Bu Yulia untuk membuka mulut. Bu Yulia sempat berfikir lelaki itu akan memuntahkan lagi sperma ke dalam mulutnya namun Bu Yulia salah...lelaki itu justru mengencingi mulutnya dan meminta Bu Yulia untuk diam tak bergerak.

"Aahhhhhhh.......Bapak!!!! " Bu Yulia merasa sangat jijik namun dirinya tak berkutik karena lelaki itu memegangi kepalanya.

"Aku kencingi kamu sayang!!! Kamu milikku sekarang!!! Tak ada yang boleh memiliki selain aku!!!! " Pak Hendro mengguyurkan air seninya ke mulut, wajah, payudara dan tubuh Bu Yulia. Cairan berwarna kuning itu mengalir deras menelusuri tubuh sintal Bu Yulia. Seperti seekor singa yang menandai daerah kekuasaannya,Pak Hendro menyempurnakan penodaanya terhadap Bu Yulia.

Setelah itu merekapun mandi bersama sembari masih tetap berpelukan dan berciuman dengan mesra. Pak Hendro menikmati tubuh hangat wanita itu yang terlihat semakin menggoda terkena guyuran air.

"Makasih Bu Yulia sayang!!! Kamu milikku Bu " Peluk Pak Hendro sambil meremas payudara Bu Yulia yg berbusa oleh sabun.

"Tolong tinggalkan saya kalau bapak sudah membersihkan diri!" Bu Yulia meminta waktu untuk membersihkan dirinya seorang diri. Pak Hendro menuruti keinginan Bu Yulia dan melenggang terlebih dahulu untuk berganti pakaian. Sementara itu, Bu Yulia nampak sibuk membersihkan semua pejuh yang tadi masuk dalam tempik dan anusnya. Bu Yulia nampak mengorek gorek kedua lubang itu untuk mengeluarkan sisa sisa pejuh yang masih ada.

"Bagaimana kalau aku hamil!" sebuah pikiran liar menganggu benaknya. Bu Yulia khawatir kalau- kalau sebuah kemungkinan buruk terjadi.

Bu Yulia kembali meneteskan air mata mendapati dirinya sudah begitu ternodanya siang itu. Ia kembali teringat bagaimana Pak Hendro memperlakukannya seperti pelacur yang harus menuruti semua nafsu liarnya. Air matanya mengalir bebas bersama guyuran air yang membasahi seluruh tubuhnya. Ia kemudian merenung sejenak dan mencoba menguatkan diri untuk bisa kembali pulang. Dengan sekuat tenaga ia menata hati agar ia bisa menjalani kehidupan berat yang akan menantinya ke depan. Bu Yulia tahu, hari ini hanyalah permulaan dari petualangan sexnya dengan Pak Hendro. Lelaki itu tak akan merasa puas sampai semua imajinasi liarnya tersalurkan.

Setelah 15 menit menyendiri di kamar mandi, Bu Yulia akhirnya keluar dengan sebuah handuk yang melekat menutupi tubuh sintalnya. Wanita itu lantas menggenakan kembali pakaiannya dan bersiap siap untuk kembali pulang.

"Apa saya boleh pulang Pak?" Pinta Bu Yulia.

Pak Hendro mengangguk pelan sambil tersenyum. "Ijinkan saya antar ibu ke lobby"

Bu Yulia menggeleng enggan. " Tak perlu pak." Ia pun meraih tas dan melenggang ke arah pintu. Pak Hendro mencoba menyusulnya untuk berpamitan. Di depan pintu, lelaki itu mengucapkan sesuatu pada Bu Yulia.

"Terima kasih semua yang Bu Kades berikan untuk saya hari ini. " Pak Hendro memeluk dan mencium bibir Bu Yulia sambil meremas pantatnya. "Selamat bertugas menjadi Kades Bu! Semoga ibu Sukses!"

"Saya pergi dulu Pak" Bu Yulia tak tertarik. Ia mencoba melepaskan pelukan pak Hendro. Wanita itu membuka pintu dan secepatnya berjalan pergi.

Sesampai di lobby Bu Yulia melonggok ke arah jam yang ada di atas meja receptionis. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.37. Dua orang lelaki petugas receptionis nampak tersenyum kepada Bu Yulia yang berjalan melewati depan keduanya. Bu Yulia merasa risih karena kedua lelaki itu seakan tersenyum penuh maksud padanya.

"Terima kasih atas kunjungannya ibu" sapa keduanya ramah. Bu Yulia hanya tercengir malu kepada keduanya tanpa membalas sapaan mereka. Namun saat Bu Yulia sudah berjalan beberapa langkah mendekati ambang pintu, Ia justru nampak berjalan kembali dan menghampiri kedua receptionis yang terlihat heran karena Bu Yulia tiba tiba menghampiri keduanya sambil membuka dompet yang ia bawa.

"Ini ada tips buat mas berdua" Bu Yulia menyodorkan 6 lembar pecahan 100 ribu kepada keduanya. "Tapi tolong, anggap saja mas berdua tidak pernah melihat saya disini siang ini"

Kedua lelaki itu saling bertatapan lantaran terkejut dengan permintaan Bu Yulia. Namun akhirnya mereka paham bahwa Bu Yulia meminta mereka untuk menjaga rahasianya siang itu. "Terima kasih sekali Ibu. Sampai bertemu lagi!"

Bu Yulia akhirnya melenggang pergi meninggalkan hotel tempat ia melayani Pak Hendro siang itu.
Dengan satu tarikan nafas panjang, Bu Yulia menguatkan hatinya untuk kembali pulang menemui orang orang yang disayanginya.


Bersambung.....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd