Hingga beberapa Minggu berlalu, bulan terlewatkan akhirnya ibuku positif hamil dan sudah menginjak tiga bulan usia kandungannya. Ayah sangat senang sekali akhirnya ibuku mengandung lagi, tapi ibu pernah berkata kalau anak yang dikandungnya adalah anakku. Sebab seminggu sebelum dan sesudahnya ibuku selalu menolak berhubungan intim dengan ayah, bahkan selalu di KB-nya. Barulah sejak ibu dinyatakan positif hamil setelah dicek menggunakan testpack, ibu mengajak ayah berhubungan badan untuk menutupi proyek besar yang sedang tumbuh didalam rahimnya.
Sebenarnya aku sangat cemburu tatkala ayah sedang menyetubuhi ibu, meskipun yang disetubuhinya adalah istrinya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi memang sudah seharusnya suami istri melakukan hal yang seperti itu. Sekitar jam 12 malam aku tahu mereka berdua sedang beradu kelamin, karena sebelum aku pergi ke dapur, kudengar ayah sedang mengerang entah mungkin sedang keenakan menyetubuhi ibu. Akh! Aku kesal sekali.! Seharusnya ayah pergi saja tinggalkan aku dan ibu berdua saja dirumah ini. Berani sekali dia menyetubuhi ibu disaat aku sedang suasana pengantin baru. Ku intip mereka dilobang kunci pintu yang ditutup rapat ibuku sedang ditindih ayah dan ibu malah merenggangkan pahanya membiarkan ayah leluasa menyerang kelamin ibu. Tiba-tiba rasa benciku terasa menyelimuti hatiku melihat mereka bermesraan dikamar berdua, sedangkan aku hanya mematung melihat manusia sialan itu mengeluarkan spermanya didalam vagina ibuku.
Aku sudah tak tahan lagi lalu pergi ke dapur merenungi kehidupanku, pikiranku, hatiku sudah tak bisa berpikir jernih lagi karena jujur saja kontolku mengeras hebat berkedut-kedut ingin bermandikan lendir memek ibuku.
Disaat sedang duduk dikursi dapur yang didepanku ada meja bundar, lalu diatasnya ada secangkir kopi bekas tadi sore, ku minum habis mendinginkan otakku juga kontolku yang malah semakin mengamuk didalam celana kolorku. Akh! Daripada pusing mikirin mereka bersetubuh, lebih baik aku pergi saja ke rumah nenek. Meskipun jauh dari rumah akan ku tempuh daripada harus coli bikin tanganku pegal saja.
Melalui pintu belakang aku keluar dari rumah, lalu pergi menuju rumah nenek yang sebenarnya lumayan jauh. Diperjalanan aku hanya melihat beberapa anak-anak yang masih bermain kejar-kejaran, ada juga orang tua yang mengawasi anak-anaknya. Satu diantara orangtua yang berkumpul menanya kepadaku mau kemana? Aku menjawab singkat berusaha menjaga ekspresi wajah ramah agar mereka tak mengira aku sedang menahan perasaan sange yang luar biasa!.
Setelah mengobrol beberapa menit, aku ijin pamit pada mereka karena akan ke rumah nenek. Langkahku sedikit lebih ku percepat agar cepat sampai ke rumah nenekku. Semoga saja nenek belum tidur karena aku harus sesegera mungkin menyatukan kelamin dengan nenek.
Akhirnya, sampailah saya didepan pintu rumah nenekku lalu ku ketuk pintunya yang terbuat dari papan kayu. Tok tok tok!
"Assalamualaikum nek? Ini Udin nek..?!" Setelah dua kali mengatakan salam, barulah ada jawaban dari dalam yang tidak lain adalah suara nenekku.
"Waalaikumsalam. Udin, kamukah itu nak?" Sahut nenek dari dalam, terdengar dari balik pintu nenek membuka kunci dan terbukalah pintunya.
"Nek..?" Aku tersenyum kepada nenek lalu dipersilahkan aku masuk oleh nenek.
"Dinn? Masuk sayang... Nenek lagi kesepian dikamar sendirian..." Ucap nenek setelah menutup pintu lalu memelukku. Dalam keadaan saling berpelukan didekat pintu itulah aku meremas pantat nenekku yang bahenol.
"Nek, Udin pengen ngentot nih... Dirumah ayah sama ibu lagi ngentot nek, Udin kesel ibu mau aja dientot ayah nek..?" Kataku melampiaskan kekesalan yang sudah mendongkol dihatiku.
"Terus ibu kamu diam aja Din? Dientot bapak kamu?" Ucap nenek sambil mengelus kepalaku cucu kesayangannya sekaligus suami mudanya.
"Iya nek... Soalnya ibu lagi hamil nek... Anak Udin... Ibu memang sengaja dientot ayah supaya janin dalam kandungannya disangka anak ayah nek... Tapi tetap aja Udin gak rela ibu dientot ayah..." Kataku kesal.
"Ibumu sudah hamil anak kamu Din?"
"Iyaa nek... Nenek akan punya cucu lagi nek dari Udin.."
"Alhamdulillah, akhirnya kamu berhasil ngentot ibumu Din... Nenek ikut senang mendengarnya... Ya udah, biarin saja ayah kamu ngentot ibumu, yang penting tetangga jangan sampai tahu rahasia ini Din..?"
"Iya sihh nek... Nek?"
"Apa Din?"
"Ngentot yuk nek? Udin udah gak tahan pengen ngentot nenek..." Kataku sambil meraba memek nenekku.
"Ke kamar nenek yuk? Memek nenek juga perasaan dari sore berdenyut-denyut merindukan kontol kamu sayang..."
"Sama dong nek? Sini Udin pangku nenek.. kita ke kamar.." ku pangku nenekku yang hanya memakai kain sarung dan kutang yang melekat ditubuhnya. Sambil memangku nenek menuju kamarnya, kontolku rasanya sangat bahagia sekali karena malam ini akan bermandikan lendir nenek, aku pun tentunya ikut bahagia karena memek nenek menjadi wadah pembuangan spermaku yang selalu saja terasa penuh.
Setelah kami berdua berada didalam kamar, ku rebahkan nenek lalu ku buka semua yang melekat di tubuhku, sehingga aku didepan nenek telanjang bulat dengan kontol mengeras menunjuk sombong nenek yang terlentang.
Aku naik keatas ranjangnya lalu melepaskan kain sarungnya, kutangnya. Juga tak lupa ku plorotin kancutnya dan terlihatlah didepan mataku nenek sudah bugil, dengan tanpa rasa malu atau canggung lagi nenek memperlihatkan tubuh keriputnya yang mulus agar segera dinikmati olehku.
"Ayo Din entot nenek... Jangan malu-malu sama nenek, semua yang nenek miliki buat kamu Din..."
"Iya nek, makasih ya nek? Tuh lihat kontol Udin udah ngacung begini pengen segera beradu kelamin dengan memek nenek."
"Duhh! Kasian cucu nenek..."
"Iya nek, kasian cucu nenek pengen ngentot malah ngeliatin yang lagi ngentot nek... Nek, jilatin dulu kontol Udin, dikulum dulu ya nek?" Bujukku pada nenek yang terlentang.
"Sini serahkan semuanya sama nenek, biar kontol kamu nenek hangatkan dulu..." Lalu aku dudukkan nenekku terus sambil berdiri dengan sedikit kuda-kuda ku arahkan kontolku ke mulut nenek. Aahhh! Nenek pun mulai menjilatinya sampai batangnya berlumuran ludahnya. Setelah basah semua batang kontolku, dengan perlahan kepalanya oleh nenek dimasukan ke mulutnya lalu lidah nenek memutar-mutar mengelus ujung kontolku sampai aku terasa ngilu. Ku biarkan nenek berkuasa menikmati kontolku dengan caranya sendiri, meskipun begitu rupanya nenek memang pandai memanjakan kontolku yang semakin mengeras tatkala nenek menghisap ujung kontolku. "Ugh! Nenek hebat! Enak banget tadi pas dihisap nek..." Kataku sambil merasakan kontolku berkedut-kedut. Semakin lama nenek mulai menenggelamkan kontolku kedalam mulutnya, sampai nenek terus memaksa memajukan hingga bibir nenek mengenai pangkal kontolku lalu ditariknya lagi. Setelah itu nenek terus mengulangi seperti yang tadi memajukan sampai mentok, hingga ujung torpedoku mengenai tenggorokannya dan menghisapnya kuat-kuat. Saking nikmat bercampur ngilunya aku pegang kepala nenekku, aku tarik kontolku lalu nenek menghisapnya lagi. Terus seperti itu sampai aku merasa puas sekali nenekku ini memang ternyata wanita jalang yang pandai memuaskan lelaki.
Jika kelamaan bisa-bisa aku jebol didalam mulut nenek, aku tidak mau keluar sekarang karena incaranku adalah hisapan memeknya yang legit menjepit, disitulah aku akan memuntahkannya.
"Udah nek... Nanti keluar... Spermanya buat memek nenek dulu ya sayang...?" Kataku kepada nenek sambil mengelus kepalanya. Lalu nenek pun melepaskannya dan wow! Sampai basah semua kontolku ini oleh ludah nenek, urat-uratnya sampai keluar melingkar gara-gara servisan mulut nenek.
Sambil berbenah diri untuk tiduran menyambutku, nenek mengangkang kan kedua pahanya. Melihat nenek yang begitu perhatiannya padaku membuatku merasa terharu.
"Nek.. nenek pengertian banget sama Udin, tak disuruh pun nenek menyambutku dengan hangatnya. Semoga nenek panjang umur nek.." Aku rayu nenekku agar semakin mencintaiku. Sebenarnya aku pun bingung yang ku rasakan ini cinta atau nafsuku saja? Soalnya nenek tak cantik-cantik amat. Juga bagiku nenek biasa saja tak ada yang spesial. Hanya saja aku sangat menghargai nenek atas usahanya mau menolongku menjadi tempat pembuangan sperma cucu kesayangannya, yaitu aku sendiri.
"Makasih sayang doanya, nenek kan melakukan ini demi menolongmu dari onani.. ditambah hati nenek sangat mencintaimu. Semoga kebaikan nenek dibalas Tuhan, karena nenek niatkan ini untuk menolong sesama sayang.." ucap nenek yang sekarang sudah siap-siap menyatukan kelamin denganku.
"Amin nek... Udin masukin ya kontolnya..?" Kataku yang sudah mempertemukan dan menempelkan kedua kelamin.
"Iyaa masukin sayang... Setubuhi nenekmu ini... Aahhh..." Kontolku yang berurat menembus mulut memek nenek dan terus menyeruak lipatan-lipatan daging lembutnya Bleeeessskkk! Ugh! Akhirnya damailah perasaanku setelah menyatukan kelamin dengan nenek. Lalu ku tindih nenek dan mulai menggenjotnya dengan ritme yang sangat pelan, aku ingin menikmati setiap centi lobang kehangatan dari memeknya yang seperti menghisap dengan kuat.
"Aahhh... Aaaahhh... Ooohh nekk... Memekmu legit banget nek...uuuhhhggghhh...!" Kontolku tenggelam sempurna ke dasar memeknya, mengembang mengisi setiap sudut rongganya. Ku tarik sampai tersisa kepalanya lalu ku hantam lagi sampai amblas semuanya ditelan memek nenekku.
Plok..plok..plok..!!! Suara selangkangan yang saling beradu mengisi ruangan kamar nenek, deratan ranjang besi pun terdengar jelas karena bergesekan dengan lantai. Juga kedua kelamin yang saling bertemu rindu terdengar becek mengiringi persetubuhanku dengan nenek.
Rasa kesal yang kubawa dari rumah akhirnya bisa terobati oleh memek nenekku, memek yang menolongku disaat dulu awal pertama menjadi tempat pelepasan hasrat seksualku. Sekarang masih konsisten menolongku dengan kerelaan hati mau menampung sperma yang dimuntahkan kontolku.
Ku peluk erat nenekku karena rasa haru dan senang, dialah pahlawan veteranku yang masih berguna untuk menenangkan nafsuku yang bergejolak.
Tubuh kami berdua sudah terasa hangat dan mengeluarkan keringat, kontolku beberapa saat lagi akan mengalami detik-detik memuntahkan cairan sperma yang terasa menggumpal dan mulai siap menerjang pertahananku.
Seperti biasa aku menunggu nenek mengeluarkan orgasmenya, karena sepertinya tidak adil kalau persetubuhan ini hanya aku saja yang menikmatinya. Agar lebih cepat nenek mendapatkan kenikmatan itu, aku rangsang lehernya dengan gigitanku, jilatan juga hisapan yang membuat kulit lehernya memerah. Tak luput juga payudaranya yang sudah tak kencang lagi tapi masih indah dipandang mata, terasa empuk seperti balon yang diisi air. Ohh nenek...
Akhirnya yang ditunggu pun datang... Nenek mengunci pinggangku agar jangan dilepas dan memelukku agar aku jangan jauh dari tubuhnya.
"Diiinnn... Nenekk mau ... Sampaii sayang... Aahhhh... Terusss sayang keluarin... Didalam lagi...." Pinta nenek kepadaku yang sepertinya akan mendapatkan orgasmenya.
"Iya nekkk... Udin juga mmaauu keluar nihh... Aaah.. ahhh..." Kontolku menghujam berkali-kali seperti mengoyak bagian dalam memek nenekku, nenek sempat mencakar punggungku ketika aku semakin mempercepat tusukanku, sedangkan aku menggigit leher nenekku sambil kuhisap kulitnya. "Aaahhh... Aahhhh...!" Suara desahan nenek terdengar ditelingaku. Persetubuhan ini benar-benar amat luar biasa efeknya, seakan kami melupakan siapa kami dan tak takut suara desahan nenek terdengar keluar. Padahal biasanya dimalam hari suasana kampung pasti sunyi senyap yang ada hanya suara jangkrik atau katak sawah yang sedang kawin.
Aku dan nenek mulai gelisah, karena dari sikap kami berdua sudah terlihat tanda-tanda akan menyambut detik-detik kenikmatan yang ditunggu-tunggu setiap akhir persetubuhan.
Perasaan itu semakin mendekat menghampiri kami, kenikmatan yang sangat luar biasa yang terus menjalar dari kontolku menyebar kesemua syaraf-syarafku. Nenek sudah tidak terlihat seperti nenekku yang kulihat alim dan sangat menjauhi maksiat, tapi dilihat-lihat sudah seperti wanita lacur yang mangkal dijalanan dikampung tetanggaku.
"Aahhhh... Dinnn nenek sampai sayangg... Aahhhhhhh...!!" Ucap nenek yang kurasakan kontolku terasa dijepitnya, lalu ada seperti air bah yang jebol dari memeknya Nyut! Nyut! Nyut! Memek nenek berdenyut kuat sampai kontolku ikut jebol gara-gara dihisap memeknya. CRROOOOOOOTTTT.... CCCRRRRROOOTTTTTTTT.... CCCCRRRROOOOTTTTTT.....! "Aaahhhhhhhh... Neeeekkkkk....!!!" Kami sama-sama melepaskan orgasme secara bersamaan. Lendir nenek juga cairan spermaku beradu didalam memeknya. Semburan demi semburan sperma kental terus keluar seperti lumpur Lapindo yang muncrat keatas bermeter-meter, karena saking kerasnya semburan itu membuat nenekku tak bisa menenangkan diri seperti kesurupan. Aku dekap nenekku agar tenang, karena aku juga sedang melepaskan spermaku didalam rahimnya, aku tak mau spermaku terbuang sia-sia. Harapanku ingin spermaku tetap berada didalam rahim nenek, meskipun aku tahu, setiap ku cabut pasti keluar banyak lelehan dari mulut memeknya.
Perasaanku, pikiranku seakan berada diatas gunung yang tinggi dikelilingi awan putih, melayang seperti burung terbang bebas menikmati indahnya alam. Benar-benar sungguh dahsyat ngentot dengan nenek, meskipun sudah tidak muda lagi tapi jepitan memeknya membuat kontolku muntah-muntah dibuatnya.
Akhirnya aku ambruk diatas tubuh nenek sambil sama-sama ngos-ngosan, lalu dengan sendirinya kontolku terlepas dari memek nenek. Aku tak sempat melihat bagaimana keluarnya lendir yang sudah bercampur itu meleleh, tubuhku terasa lemas karena sepertinya banyak sekali sperma yang keluar dari tubuhku berpindah ke dalam tubuh nenekku.
Setelah mengatur nafas dan memulihkan tenaga yang terkuras, aku turun dari atas tubuh nenek dan memeluknya.
"Makasih nek atas memeknya..."
"Sama-sama sayang... Kamu nginep disini kan?" Ucap nenek.
"Iya nek.. pulang pun percuma kalau mereka lagi ngentot... Udin sama nenek aja dulu, nanti subuh kalau pengen lagi tinggal naik nek..." Jawabku tanpa rasa malu.
"Kalau kamu pengen ngentot nenek jangan sungkan untuk nemui nenek ya...?"
"Siap sayang..."
"Tapi nenek sedih Din, nenek sudah tidak bisa memberikan keturunan. Soalnya nenek sudah menopause tak mungkin hamil, padahal nenek ingin sekali punya keturunan dari hubungan kita ini...."
"Gak apa-apa nek, jangan sedih. Kan ibu sekarang sedang hamil anak Udin, jadi nenek akan punya cucu dari anak Udin nek..."
"Iya ya, hamili terus ibumu Din, buat anak yang banyak kasih nenek cucu yang banyak..."
"Tentu pasti akan ku hamili ibu berkali-kali nek..." Setelah ngobrol lama akhirnya kami pun tertidur saling berpelukan.
*
*
*
*
*
Paginya aku dan nenek sudah bangun, mandi dan sarapan. Kami makan seadanya hanya ada nasi, ikan asin, sambel terasi juga lalap. Tapi kehidupan ini aku syukuri karena diluar sana belum tentu bisa makan seperti yang kami makan.
Setelah kami makan, kira-kira pukul 7 pagi aku dikejutkan oleh kedatangan ibu yang datang ke rumah nenek dengan menangis memelukku.
"Ibu kenapa menangis bu?" Kataku bingung.
"Maafin ibu sayang..." Ucap ibu terbata-bata. Disitu ada nenek yang melihat kami berpelukan. Lalu ibu menatapku dengan berurai air mata dan berkata, "ibu tahu kamu ngintip ibu sama ayah sedang ngentot kan?"
"Ibu tahu dari mana kalau Udin ngintip bu?" Aku tak memanggil ibuku mamah sebab bukan sedang bersetubuh atau dirumah berdua bersamanya.
"Ketika ibu sedang disetubuhi ayahmu, ibu merasa ada kamu dibalik pintu nak, lalu ibu menoleh kearah lobang kunci.. ibu lihat sepasang mata sedang melihat ibu.. ibu sedih kamu pasti sendirian dikamar... Tatkala ayahmu udah ejakulasi ibu cepat ke kamar mandi membersihkan memek ibu, ketika ibu ke kamarmu kamu sudah tidak ada.. maafin ibu ya sayang...??!" Ucap ibu berurai air mata dilahunanku. Melihat ibuku menangis, aku jadi serba salah. Kenapa aku harus cemburu melihat ibu berhubungan badan dengan ayah? Tiba-tiba hatiku lembut kembali lalu berusaha menghilangkan perasaan itu meskipun aku tak bisa.
"Sudah bu, memang Udin cemburu melihat ibu mengangkangkan paha ibu untuk ayah, tapi Udin sadar kalau ibu dan ayah kan suami istri. Sedangkan Udin... Siapa? Hanya anak ibu..." Ketika kalimat itu terucap ibuku menamparku PLAK! Lalu ditambah memukul mukul dadaku berkali-kali.
"Jadi kamu anggap ibu apa din?!!! Ibu juga terpaksa melayani ayah kamu... kalau bukan demi menutupi aib ini, ibu gak mau lagi disetubuhi ayahmu! Kamu gak ngerti perasaan ibu! " Melihat ibu marah, langsung ku peluk ibuku sebisa mungkin berusaha menenangkannya. Aku membungkuk memeluknya karena ibu berada dibawah. Sedangkan nenek juga berusaha menghampiri kami lalu mengusap punggungnya ibu.
"Wati, maksud putramu bukan seperti itu.. Udin sangat mencintaimu semalam Udin cerita ke ibu kalau kamu ngangkang begitu lebar seakan masih menerima suamimu, katanya gak cinta.." ucap nenek kepada ibu yang menangis memeluk kakiku, sedangkan aku duduk dikursi kayu.
"Maafin Udin bu, Udin sayang ibu... Memang salah Udin kenapa harus mengintip ibu disaat ibu disetubuhi ayah... Udin akan selalu bersama ibu, maafin ya sayang...?" Kataku sambil mengusap air matanya yang membasahi pipi ibuku. Akhirnya ibu kembali tenang setelah beberapa kali aku bujuk dan memuji ibuku. Ibu masih memeluk kakiku dengan menyenderkan pipinya dipahaku sambil sesenggukan sisa dari tangisan tadi. Aku menyadari betapa ibuku sangat mencintaiku. Apa yang sudah ku perbuat sehingga ibuku begitu amat sangat khawatir denganku? Takut menyakitiku. Padahal ibu seharusnya takut dengan ayah, karena memang ibu dan ayah adalah suami istri yang sah. Sedangkan aku dan ibu hanya dinikahkan oleh nenek, jika dilihat lewat kacamata adat istiadat perbuatan kami sudah sangatlah tabu, apalagi dilihat dari segi agamanya. Tapi yang namanya cinta memang buta, meski cinta kami tabu, tetap saja aku dan ibu termasuk juga nenek sudah tak memandang larangan itu.
"Sayang...? Ibu harus bagaimana? Bercerai dengan ayahmu agar kamu gak cemburu lagi?" Ucap ibu memandangku.
"Astaghfirullah bu, jangan! Jangan bercerai ya? Kasihan ayah, Udin rela kok memek ibu milik aku dan ayah..."
"Tapi sayang.. kamu tau gak? Memek ibu lebih senang kalau kamu yang selalu mengunjunginya, ibu pun lebih suka kamu yang ngentotin ibu nak..." Ucap ibu yang memasang wajah sedihnya. Melihat ibu yang wajahnya berada diantara pahaku, pikiran mesum menghampiriku disertai kontolku yang mengeras. Rupanya ibu dan nenek menyadari itu lalu mereka tersenyum.
"Bu? Nenek? Kalian sayang Udin kan?" Ibu dan nenek saling berpandangan lalu kompak menatapku.
"Kami sayang kamu Din.." ibu dan nenek berkata berbarengan.
"Udin ingin membuktikan perkataan nenek dan ibu, boleh?" Tegasku pada mereka.
"Boleh..." Ucap mereka berdua.
Lalu aku melorotkan celanaku dan terlihatlah kontolku yang mengeras berdenyut-denyut bahkan lebih tegang dari biasanya.
"Udin ingin berbagi kesenangan ibu juga nenek mengocok kontol Udin pake mulut gimana? Kalau gak mau Udin masukan lagi gak maksa.." ucapku menggertak mereka, padahal aku sebenarnya ingin mereka mau melakukannya. Resiko ucapanku ini mungkin akan membuat diantara ibu dan nenek merasa malu atau memarahiku. Tapi apa yang terjadi? Mereka kompak memegang batang kontolku dengan perasaan bahagia, bagaikan seorang pemain sepak bola yang begitu bangganya memegang piala kemenangan.
"Nenek tutup dulu pintunya ya? Takut ada yang masuk.." ucap nenek sambil beranjak menuju pintu depan lalu menguncinya. Nenek pun balik lagi memegang megang kontolku.
"Mak, emak duluan yang kontol Udin ya?" Kata ibu yang mempersilahkan ibunya alias nenekku mengulum penisku. Lalu ibu membuka kebayanya melepas BHnya dan menyodorkan dua buah payudaranya kepadaku.
"Nyusu dulu sayang yaa...?" Ucap ibu dengan rasa keibuannya memberikan dua buah payudaranya kepadaku. Aku pun langsung netek di payudara ibu sambil menggenggamnya, lalu ibu memegang kepalaku sambil mengusap-usap dengan rasa sayangnya. Sedangkan nenek begitu lahapnya menghisap, menjilati kontolku dengan penuh nafsu. Padahal semalam aku dan nenek sampai terkulai lemas bermain dua pertandingan malam dan subuhnya. Tapi entah ada kekuatan dari mana kami seperti diselimuti kekuatan gaib yang seakan mengelilingi kami bertiga.
Birahi yang ada pada kami pun terlihat berbeda dari biasanya, semakin lama semakin terasa panas menjalar ke setiap tubuh kami. Aku merasakan itu semua seakan ada sinyal yang merasuk kedalam diriku kalau ibu dan nenekku sedang dikuasai nafsu birahinya. Aku tak menyangka nenekku juga ibuku begitu kompak menjadi pemuasku, aku dan mereka tak memperdulikan rasa malu lagi atau status sebagai anak, ibu dan nenek. Kami benar-benar sangat senang hati melakukan perzinahan yang benar-benar sangat berat resikonya dalam agama kami, berzina dengan dengan yang bukan keluarga memang berat, tapi dengan ibu dan nenek sudah melampaui batas kewajaran. Resiko yang berat memang sebanding dengan kenikmatan yang didapatkan, kami sudah seperti satu tubuh yang saling merasakan akan kehausan birahi yang mengikat jiwa kami. Rasanya memang luar biasa, kami begitu liar dan tak terkendali. Ibuku juga nenekku masing-masing membuka baju dan celananya, mereka kini sudah sama-sama bugil tak berbusana. Ibu pun menarik kaosku sedangkan nenek melepaskan celanaku.
Saat aku berciuman dengan ibuku, tanganku meraba memeknya dari depan lalu meremas-remasnya sampai jari tengahku masuk mengorek lobang memek ibuku.
"Aahhh... Aahhh... Eemmmhhh... Sayang mah nakal ihh sama mamah.... Aahhh..." Ucap ibu yang dengan manjanya mengatakan itu sambil menggeliat.
"Tapi suka kan mah..?" Kataku sambil menekuk jari tengahku didalam memeknya.
"Heheemmhhh suka ayahhh... Uugh!" Ibuku semakin bergairah dan semakin merapatkan tubuhnya denganku, lalu ibu berganti posisi dari samping langsung berdiri mengangkangkan kakinya dan mendekatkan memeknya ke wajahku. Aku yang mendapat kehormatan itu langsung mencium dan menjilati memeknya, disaat yang sama kontolku dihisap kuat oleh nenek, saat itu juga aku kebawa menghisap memek ibuku kuat-kuat mengorek isinya dengan lidah dan merasakan cairan nikmat dari mulut memeknya.
Setelah puas memanaskan birahi ibuku, kini giliran nenekku menjilati memeknya sedangkan ibu langsung saja memasukkan kontolku kedalam mulutnya melanjutkan nenek yang barusan mengoralku.
Dari memek yang kencang dan tembem beralih ke memek yang agak keriput tapi terasa sama-sama nikmat, meskipun jujur aku lebih suka memeknya ibu daripada nenekku.
Beberapa menit berlalu kami saling rangsang dan melakukan pemanasan, kini aku menyuruh nenek untuk rebahan dilantai ruang tengah yang beralaskan tikar. Lalu aku melebarkan kedua kakinya dan langsung memasukkan kontolku kedalam memek nenekku. Tatkala batang kontolku dengan perlahan menyeruak bibir memek nenek saat itu pula aku dan nenek melengung merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa nikmatnya. Sedangkan ibu mengusap-usap kepalaku seperti menyemangatiku ketika aku sedang menyetubuhi nenekku.
Lalu setelah itu giliran ibu ku suruh rebahan di atas tikar dan aku pun menyetubuhinya dengan lebih liar sebagai balas dendam karena sudah berani-beraninya mengangkangkan kakinya kepada ayah. Crok! Crok! Crok! Suara memek masah berlendir mengeluarkan suara becek seperti cucian yang di obok-obok didalam ember yang berair.
Aku masih bisa menindih ibuku, tapi tetap hati-hati karena takut janin didalam perutnya ketindih. Plok! Plok! Plok! Suara-suara itu benar-benar merdu sekali menghiasi ruangan tengah rumah nenek. Kami tidak memikirkan apapun yang akan terjadi jika ada orang yang datang atau ada yang mendengar kegaduhan dari dalam keluar. Beruntungnya aku punya dua memek yang menjadi tempat menabur benihku, meskipun ladang milik ibu subur sudah bertunas dan yang punya nenek sudah tak bisa ditanami rahimnya. Keduanya sangat aku cintai karena bagaimanapun juga mereka sudah berjuang menyelamatkanku dari onani menjadi berhubungan badan mereka.
Tibalah saatnya aku melepaskan cairan cintaku, aku cabut kontolku dari memek ibu lalu aku berdiri dan ku suruh mereka berdua jongkok didepan batang kontolku yang aku kocok. Ibu dan nenek memengang kakiku dan menganga sembari menjulurkan lidah seperti anjing minta ngentot. Kedua pipi ibu dan nenek saling berdekatan menunggu cairan surgawi memberkati mereka. Aku dengan senang hati menanti detik-detik yang sangat kami tunggu-tunggu. Perasaan ngilu dan nikmat mulai menyelimuti seluruh batang kontolku. Aku kasih aba-aba kepada mereka bahwa aku akan memberkatinya.
"Aahhh.. istri-istriku terimalah kasih sayangku ini..." Crrooottttttt! Cccrroootttt...! Ccccrrrroooootttt!!! Kontolku menyembur dengan derasnya menyemprot wajah-wajah ibu dan nenekku secara bergantian, ku lihat mereka tertawa bahagia sambil memejamkan mata menerima muntahan kasih sayangku. Setelah itu spermaku dijadikan cuci muka wajah mereka seperti sedang memakai luluran wajah. Ugh! Sungguh bahagianya hatiku menyatukan dua kelamin yang berbeda, yaitu nenek dan ibu bersatu meraih kenikmatan bersamaku.
Lalu masing-masing dengan kerelaan hati bergiliran menjilati kontolku, kadang ibu menjilati batangnya sedangkan nenek mengemut kantung menyanku. Aku usap-usap kedua kepala mereka sambil memujinya.
"Kalian berdua yang akur ya... Nenek, ibu, makasih kalian mau kan menjadi istriku...?" Kataku pada mereka berdua.
Lalu ibu dan nenek melepaskan kontolku dan serempak menjawab, "kami mau sayang...!" Terus mereka mengemut kontolku lagi dengan suka citanya.
Kebiasaan onaniku sudah tak akan aku lakukan lagi, kini aku punya nenek dan ibuku yang menjadi penampung spermaku.
Hingga ibu melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik, betapa bahagianya kami. Entah bayi itu berstatus sebagai anakku atau adikku, yang jelas aku sudah membuat mereka bahagia. Ketika ku pangku anakku tiba-tiba setan mengilhamkan kepadaku,
"Tunggu sampai saatnya tiba buatlah keturunan dari anakmu..!" Bisikan itu mengatakan itu.
Aku pun tersenyum menyeringai melihat masa depan anakku akan menjadi istriku.
***[Tamat]***