Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bondage game bersama Lia

nero angelo

Guru Semprot
Daftar
8 Apr 2012
Post
626
Like diterima
4.375
Lokasi
Dimensi keterasingan
Bimabet
Aku mempunyai teman seorang wanita yang mempunyai
masalah keluarga. Lia namanya. Dia baru saja bercerai dengan
suaminya. Dia cantik, tinggi semampai, langsing dan berumur
sekitar 35 tahun. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya.
Mungkin karena kesibukan kita masing-masing. Lia bekerja
sebagai sekretaris pada sebuah perusahaan swasta di Jakarta.

Suatu hari aku sedang berjalan-jalan di sebuah mall di wilayah
Jakarta Selatan dan kulihat seorang wanita yang mukanya
sangat familiar, sedang window shopping di sebuah
departeman store. Setelah kuingat-ingat, kusadari bahwa
wanita tersebut tak lain adalah Lia. Tanpa menunggu lama,
kuhampiri wanita itu dan kusapa.

"Halo, apa kabar Lia?"
"Hei, kamu. Apa kabarnya juga? Sama siapa kamu disini?"
jawabnya.
"Sendiri, lagi lihat-lihat apa? Sudah lama sekali ya nggak
ketemu. Makin cantik aja sih kamu. Kudengar tentang
perceraian mu, maaf ya" lanjutku menyapanya.
Lia lalu berkata, "Terima kasih. Kamu mau kemana? Kalau
nggak ada acara dan nggak sibuk, mau temani aku nggak
makan siang sambil ngobrol-ngobrol".

Kebetulan aku sedang lapar dan ingin juga ngomong-ngomong
dengannya.

"Mau, aku nggak ada kegiatan kok. Pengin makan apa dan
dimana?" tanyaku.
"Apa kamu ada ide?" ia balik bertanya.
"Terserah kamu aja deh" kataku.

Kemudian kami berdua mencari sebuah cafe yang tidak terlalu
ramai.

"Sudah lama banget ya nggak kongko-kongko, kemana saja sih
kamu? Sombong ya" katanya setelah kami berdua duduk di
restauran itu.

Kami lalu berbincang-bincang tentang masa lalu dan juga
berbagi pengalaman tentang pekerjaan diselingi gosip-gosip
masa kini. Kamipun lalu memesan makanan. Pembicaraan
diteruskan sambil kami menyatap makan siang. Setelah
menghabiskan makanan utama, lalu aku memesan kopi dan
Lia minta ice cream. Dia lalu berkata padaku ingin curhat
tentang masalahnya. Aku sampaikan silahkan saja dan akan
kucoba menjadi pendengar yang baik. Dia mengatakan betapa
kesalnya dia terhadap lelaki terutama terhadap bekas
suaminya pada saat ini. Laki-laki di matanya semuanya
brengsek dan dia ingin dapat melampiaskan kekesalannya itu,
namun tidak tahu bagaimana. Aku berusaha menghibur dan
mengatakan tidak semua lelaki brengsek dan masalah yang
dia hadapi adalah cobaan. Aku minta dia untuk bersabar dan
tabah dalam menghadapi cobaan ini.

Mendengar dia mengatakan tentang ingin melakukan sesuatu
untuk dapat melampiaskan kekesalannya terhadap lelaki, aku
tanyakan apa kiranya yang ada di pikirannya. Dia tidak bisa
menjawab pertanyaan aku tersebut. Mungkin dia memang
tidak tahu atau tidak ingin memberitahukan. Kemudian aku
menanyakan padanya tentang suatu fantasi yang dikenal
dengan "bondage". Dia lalu bertanya.
"Apa sih itu?"
Lalu kujelaskan, "Bondage adalah suatu permainan dimana
satu pihak menjadi Submissive dan pihak lainnya menjadi
dominan. Si submissive akan di ikat oleh dominan dan setelah
terikat di dominan bisa mempermainkan dan/atau mengolok-
olok si submissive yang sudah terikat. Si dominan bisa
melakukan berbagi macam bentuk ikatan dari posisi hogtie,
frogtie, di ikat di kursi, di meja atau di kasur dan sebagainya"
"Auh aneh sekali ya, tapi kok menarik" sapa Lia.
Dia lalu bertanya, "Siapa yang akan menjadi submissive dan
siapa yang menjadi dominan?".
Kujawab, "Karena kamu yang lagi punya masalah dan sedang
kesal terhadap lelaki, bagaimana kalau aku menawarkan diri
untuk menjadi submissive dan kamu yang menjadi dominan?".

Aku memang selalu senang dan bergairah jika diikat oleh
wanita.

Tanpa pikir panjang Lia langsung menjawab, "Aku setuju. Akan
kuikat kamu sekuat-kuatnya".
Selanjutnya dia bertanya, "Bagaimana kalau kita sekarang
pulang ke rumahku dan melakukannya?".
Kujawab, "Sabar dulu dong, kan kamu perlu persiapan. Apa
kamu sudah punya tali dan peralatan-peralatan lainnya?".
Lia pun lalu menjawab, "Aku punya banyak selendang yang bisa
kupakai untuk mengikat kamu"
Aku jawab, "Bisa saja kamu pakai selendang-seledang itu tapi
kan kamu mungkin mau juga mengikatku dengan tali. Aku
senang lho diikat dengan tali-tali yang panjang dan banyak"
sapaku menjawabnya.

Kulihat kekecewaan di paras mukanya mendengar jawabanku.

"Siapkan dulu alat-alatnya dan setelah itu hubungi aku, ok!"
pintaku.
Di jawabnya, "Ok deh kalau begitu maumu. Besok aku akan
beli tali yang banyak dan akan kuminta yang panjang-panjang.
Selain tali apa lagi yang aku harus beli?"
Kujawab, "Pikirin sendiri dong kan kamu yang mau
mengikatku. Coba browsing di internet di situs-situs bondage
dan disitu nanti kamu akan dapat inspirasi, cara dan teknik
mengikat serta alat-alat apa saja yang bisa kamu pakai dalam
permainan ini."

Kuberikan nomor HPku dan begitu juga Lia memberikanku
nomornya.

Lia lalu berkata, "Akan kuikat kamu sekuat-kuatnya sehingga
tidak bisa lepas dan kamu aku ikat tidak sebentar, nggak
cuma 1 atau 2 jam lho."
Kujawab, "Ok, aku tunggu ya." Aku pun memberikannya
beberapa situs di internet tentang bondage. Kami pun lalu
berpisah.

Keesokkan harinya HP ku berdering dan tertera di layar telpon
nama Lia.

"Halo, apa kabar" sapuku membuka pembicaraan.
"Aku lagi bergairah nih sekarang mau melakukan sesuatu
untuk permainan yang kita bicarakan kemarin." jawabnya.
Lalu Lia pun bertanya, "Apakah kamu ada waktu menemaniku
pergi belanja ke suatu tempat?".
Aku katakan, "Ada, bagaimana kalau kamu jemput aku di
kantor jam 3 sore?".
Lia pun lalu menjawab, "Ok, kalau begitu aku akan ke kantor
kamu."
Waktu saat itu jam 1.30 siang.
"Kalau begitu aku sekarang kesana ya?" katanya.
"Ok, aku tunggu."

Setelah telpon kututup aku berpikir mau beli apa sih Lia
sampai minta aku menemainya. Sebelum jam 3 Lia sudah
datang menjemputku di kantor.

Kutanya, "Mau belanja apa sih kamu dan kenapa kok pakai
minta ditemani kau segala?"
Dijawabnya, "Ada deh, nanti kamu juga akan tahu"

Baru aku sadari bahwa yang di maksud dengan belanja
olehnya bukanlah belanja bahan-bahan makanan tapi dia mau
beli alat-alat yang di perlukan untuk permainan itu. Aku pun
kemudian menunjukkan suatu tempat ke Lia di mana kita
dapat membeli tali temali. Kami pun kemudian berhenti di ACE
HARDWARE dan kemudian kami masuk ke dalam toko dan
langsung menuju ke tempat di mana tali-tali yang di jual. Aku
tunjukkan pada Lia tentang tali-tali yang lembut namun kuat
yang biasa dipakai dalam permainan ini. Setelah kami setuju
dengan tipe tali yang akan digunakan, kami pun meminta
kepada petugas di sana untuk memotong tali-tali itu menjadi
beberapa utas dengan panjang yang berbeda-beda, dari mulai
4 meter sampai 15 meter. Tak ku sangka Lia membeli cukup
banyak tali-tali tersebut. Aku tanyakan padanya.

"Buat apa tali sebanyak itu?"
Di jawabnya, "Kan kemarin kamu bilang mau diikat dengan
banyak tali. Mungkin banyaknya versi kamu beda dengan yang
saya punya."

Setelah selesai membayar, Lia kemudian mengantarkan aku
kembali kekantor. Dalam perjalanan pulang Lia mengusulkan
bagaimana kalau permainan bondage ini dilakukan sehabis aku
pulang kantor. Karena kesibukanku dengan pekerjaan
kuusulkan besok saja. Kebetulan besok hari Sabtu dan aku
tidak bekerja. Lia pun setuju dan mengatakan.

"Aku sudah nggak sabar lho nunggu besok."

Aku hanya tersenyum. Kamipun sampai kembali dikantorku dan
kemudian kita berpisah. Sebelum berpisah Lia berkata.

"Aku masih perlu beli tambahan peralatan lainnya dan akan
kupersiapkan semuanya hari ini supaya besok pagi sudah siap."
Aku bertanya, "Besok pagi, jam berapa? Jangan pagi-pagi ya
kan aku mau bangun agak siangan."
Tanpa perduli dengan apa yang baru kukatakan, Lia pun lalu
berkata, "Sampai besok pagi"

Hari Sabtu jam 7 pagi aku terbangun oleh suara dering telpon
HP. Terlihat di layar "Lia". Aku lalu berpikir mungkin Lia mau
mengganti hari dan jam yang telah dia katakan kepada aku
kemarin.

"Halo" sapaku.
"Halo, baru bangun ya" sapanya.
Aku jawab, "Ya, ada apa? nggak jadi ya hari ini jam 9?"
Dia pun lalu berkata, "Iya, nggak jadi jam 9, tapi jam 8 pagi.
Aku sudah nggak sabar nunggu dan semalaman aku nggak
bisa tidur mikirin kamu. Aku juga sudah browsing internet ke
situs-situs bondage dan aku rasa aku sudah mampu dan yakin
bisa melakukan permainan ini."
Lia pun melanjutkan, "Sekarang aku berangkat jemput kamu ke
rumah ya. Cepat mandi karena aku tidak mau menunggu lama-
lama. Jangan lupa makan pagi supaya kamu tidak kelaparan."

Tanpa sempat aku mengatakan sesuatu, Lia pun lalu menutup
telponnya. Kubutuhkan waktu 15 menit seteleh telpon ditutup
untuk mandi, berganti pakaian dan sarapan pagi. Jam 7.30 HP
ku kembali berdering dan terdengar.

"Aku sudah di depan rumahmu, ayo cepat keluar."

Aku pun kemudian bergegas keluar rumah dan masuk ke
mobilnya. Di ciumnya kedua pipiku olehnya dan mengatakan.

"Selamat pagi. Sudah siap mental untuk aku jadikan lampiasan
kekesalan ku terhadap lelaki?".
Kujawab "Siapa takut!"

Dibutuhkan waktu yang tidak terlalu lama untuk sampai ke
suatu tempat dimana permainan ini akan di lakukan. Sebelum
kami sampai di tempat tersebut, Lia mengatakan sesuatu.

"Untuk menjaga kerahasian tempat ini, dengan terpaksa aku
harus menutup matamu."

Mobil pun lalu di hentikan di pinggir jalan dan Lia lalu
mengambil bandana yang ia tempatkan di laci mobil dan lalu
memakaikannya di mata aku. Di lilitkanya bandana tersebut
sekuat-kuatnya dan diputar-putar beberapa kali di kepalaku.
Kurasakan lilitan yang sangat kuatnya dan sekarang aku tidak
bisa melihat apa-apa kecuali kegelapan di pagi hari. Pada akhir
lilitan bandan tersebut, ditaruhnya pin agar ujung bandana
tidak terlepas. Tidak puas dengan itu, diambilnya lakban dan di
putar-putarkan di atas bandana beberapa kali untuk
menyakinkan agar tidak terlepas.

Setelah selesai dengan bandana, Lia lalu memakaikan
kacamata hitam agar tidak menimbulkan ke curigaan dari luar.
Untungnya mobilnya memakai kaca film yang sangat gelap.
Sebelum mobil di jalankan kembali, Lia memakaikan borgol di
kedua tanganku yang di letakkan ke belakang badan. Dia lalu
berkata.

"Permainan belum di mulai ya, ini hanya tindakan preventif aja
agar kerahasian tempat permainan tetap terjaga."
Aku katakan, "Ok, aku ngerti. Bandananya kuat sih, longgarin
sedikit dong!"
Dia menjawab, "Ah kamu sexi sekali sih terlihat begitu. Kalau
begini saja sudah membuatku bergairah, apalagi nanti kalau
kamu sudah terikat?" Kudengar suaranya yang mengejekku
ketika dia menjawab.

Jam 7.45 kami sampai di tempat yang dituju. Pintu pagar lalu
dibuka pembantunya dan mobil langsung menuju ke garasi. Lia
keluar mobil dan lalu berkata ke pembantunya untuk
membelikan beberapa makanan di pasar.

Tidak lama kemudian, pembantunya pun pergi dan dia kembali
ke garasi lalu membukakan pintu mobil dan berkata.

"Aku suruh pembantuku pergi agar dia tidak melihat kami
dalam keadaan seperti ini. Aku nggak mau orang lain tahu
tentang ini."

Lia pun lalu menuntun aku masuk ke rumahnya tanpa
melepaskan penutup mata dan belenggu di tanganku. Setelah
dia menempatkan aku pada sebuah kamar ruangan dan
memintakan untuk duduk beristirahat sejenak.

"Aku mau ambil tas dulu dimobil ya. Kamu tunggu aja dulu
disini."

Dia pun lalu berjalan pergi. Sekembalinya, Lia lalu melepaskan
bandana yang penutup mataku, begitu pula dengan borgolnya.
Aku mengucek-ngucek kedua bola mataku karena penglihatan
yang buram selah tertutup beberapa saat. Lia lalu berkata.

"Permainan baru akan dimulai dan sekarang aku akan
mengikatmu. Jangan coba-coba kabur ya karena kalau iya,
kamu akan merasakan hukumannya. Ayo sekarang lepas baju
dan celanamu".

Aku menurut saja sambil menunggu dengan berdebar-debar.
Tidak semua kutanggalkan, hanya celana dalam yang masih
menempel di badanku. Kumemohon padanya untuk tidak
memintaku melepaskan CD ini. Dia pun setuju namun
kemudian dia berkata.

"Sekarang CD boleh tetap di tubuhmu tapi aku tidak janji
apakah akan tetap terpakai sampai permainan ini selesai
nantinya."

Kegairahan yang sangat kurasakan sehingga penisku berdiri
tegak dan keras. Aku sudah tak sabar menunggu untuk diikat
olehnya. Lia lalu membuka lemari pakaian yang ada di ruangan
tersebut dan kulihat dia mengambil sesuatu. Tak bisa terlihat
dengan jelas apa yang diambilnya karena terhalang oleh
tubuhnya. Dia lalu menuju kamar mandi dan beberapa saat
kemudian keluar dan kulihat dia sudah berganti pakaian. Dia
sekarang menggunakan gaun malam kimono, berwarna hitam
dan tipis terbuat dari sutera dan tembus pandang. Terlihat
jelas dari balik gaun malam yang anggun celana dalam yang
menempel ditubuhnya. Kedua payudaranya sudah tidak lagi
tertutup oleh BH.

"Wau, cantik, anggun dan manis sekali kamu pakai itu. Maaf
ya, kenapa nggak sekalian aja celana dalamnya dilepas?"
gurauku.
"Dasar lelaki, brengsek dan kurang ajar banget sih loe. Tunggu
aja nanti." Lia terlihat sebal dan emosi mendengar gurauanku.

Sambil menahan emosi, dia lalu kembali ke lemari dan
mengambil sesuatu. Terlihat beberapa selendang berwarna
hitam, putih, biru dan merah tergenggam di tangannya.
Selendang-selendang yang panjang-panjang dan terbuat dari
kain sutera yang halus dan tipis.

"Ayo, permainan sudah di mulai. Letakkan kedua tanganmu di
belakang!" terdengar emosinya.

Akupun menurut dan meletakkan kedua tanganku dibelakang
badan. Terasa kulit jari-jarinya yang halus memegang ke dua
tangan di belakang. Dirapatkannya kedua tanganku lalu
selendang berwarna putih di lilitkan dengan kuat berputar
berkali-kali mengelilingi pergelangan tanganku. Sekali-kali
ditariknya kedua ujung selendang berlawan arah menguatkan
ikatan itu. Setengah selendang sudah dililitkannya
dipergelangan tanganku dan kemudian ia pindahkan lilitan
selendang itu diantara rongga pergelanganku. Lilitan ini untuk
mengunci ikatan agar tidak mudah dilepaskan. Setelah
beberapa lilitan, ujung simpul kedua selendang itu ditarik
berlawan arah memperkeras lilitan yang sudah terasa kuat dan
lalu ia ikatankan sekencang-kencang.

"Aduh, kuat sekali. Jangan terlalu keras dong nanti peredaran
darahku bisa terganggu." tuturku pada Lia.

Dia tidak memperdulikan perkataanku tadi. Untuk tidak
memungkinkan ke dua ujung simpul di buka olehku, dia lalu
menyatukan ke dua ujung simpul selendang itu dengan lakban.

"Bagaimana rasanya terikat, ini baru permulaan. Aku masih
mempunyai beberapa selendang dan tali-tali yang belum
kupakaikan padamu" katanya.

Kurasakan emosinya yang belum mereda. Kemudian
diambilnya selendang kedua berwarna merah dan
mengikatkannya di dua siku lenganku. Hal yang sama di
lakukannya ketika Lia mengikat kedua pergelangan tangaku.

"Aduh, sakit sekali. Tolong jangan terlalu keras" sapa aku ke
Lia.

Seperti sebelumnya, Lia tidak menghiraukan perkataanku dan
terus menyelesaikan ikatannya. Keadaan terikat ini membuatku
semakin bergairah dan terangsang. Penisku terasa sangat
keras bagikan tembok menara.

"Eeh kamu kelihatannya enjoy sekali ya diikat. Awas ya kalau
spermamu sampai keluar sebelum aku mau. Kamu harus tahan
itu, kalau tidak aku bisa sangat marah dan resikonya bisa
bahaya.." katanya sambil mengejekku.

Dia lalu kembali lagi ke lemari dan sekarang mengambil celana
dalamnya serta di masukkannya ke mulutku. Di tekannya CD itu
dalam-dalam ke rongga hingga menyentuh mulutku sehingga
terasa sesak dan penuh sekali. Setelah itu, di ambilnya
bandana yang tadi digunakan untuk menutup mataku dan
dililitkan beberapa kali menutupi mulutku yang tersumbat
celana dalamnya. Di ujung bandana itu dililitkan lakban
memutar beberapa kali untuk memastikan bandana itu tidak
terlepas. Ugh, ugh, ugh.. suara mulutku yang tersumbat
terdengar mengatakan sesuatu padanya.

"Kamu ngomong apa sih? Kalau mau ngomong yang jelas
dong.." sapanya mengejekku.
"Aku belum selesai dengan kamu. Kakimu masih bebas dan
tak mungkin kubiarkan."

Diambilnya selendang hitam dan di lilitkanya ke kaki ku seperti
yang di lakukan pada pergelangan tanganku. Setelah selesai
dengan kaki, dia lalu melanjutkan mengikat ke dua lututku
dengan selendang lainnya. Ikatan-ikatannya terasa sangat kuat.
Tidak puas, dia kemudian mengambil tali dari dalam tas dan di
ikatkannya di antara ke dua rongga kakiku dan lalu menariknya
ke atas hingga menyentuh tanganku. Sakit sekali rasanya
ketika kaki dan tanganku disatukan. Ia lalu lilitkannya tali itu
beberapa kali dan sebelum mengikat ujung tali, ia tarik tali itu
berlawanan arah sehingga ikatan terasa semakin kuat. Ugh,
ugh, ugh.. teriakku menahan rasa sakit. Namun tidak tahu
mengapa diriku begitu menyukai keadaan ini. Aku semakin
bergairah dan terangsang.

"Itu kan yang kamu katakan posisi hogtie" katanya sambil
tersenyum mengejek kepadaku.

Aku hanya dapat menggangguk menjawab sapaan Lia.

"Apa yang harus kulakukan ke kamu sekarang yah, biar
kupikirkan dulu deh sambil istirahat" sapanya.
"Kamu pernah bilang kalau kamu biasanya berusaha
melepaskan ikatan yang membelenggumu, sekarang coba
buktikan. Aku mau lihat. Aku beri waktu 30 menit."

Lia pun lalu keluar kamar dan membiarkan diriku dalam
keadaan terikat. Aku berusaha keras untuk melepaskan ikatan-
ikatan yang membelenggu tangan dan kakiku. Beberapa kali
kucoba namun sia-sia. Ikatannya sangat sulit kujangkau
dengan jari-jari tanganku. Lia mengintip dan mengawasi dari
sela-sela pintu kamar yang sengaja tidak di tutupnya. Lia
kembali masuk ke dalam kamar pada saat aku sedang
berusaha melepaskan ikatan untuk yang kesekian kalinya.

"Silahkan saja kalau bisa. Ayo buktikan kalau memang kamu
bisa. Ayo coba.." sapanya.

Ia mengambil gunting dan kemudian berjalan menghampiri
diriku lalu menggunting celana dalamku dan melepaskannya.
Sekarang aku telanjang bulat tanpa ada satu helai bahanpun
yang menempel.

"Tadi aku minta kamu menahan ereksimu dan aku senang
kamu bisa melakukannya. Sekarang aku mau kamu
mengeluarkannya. Ayo, ayo keluarkan spermamu.." pintanya
dengan suaranya yang mengejek.

Aku tidak bisa berereksi walaupun aku sangat bergairah dan
terangsang. Setelah beberapa saat tidak keluar, ia lalu
menempelkan tangan halusnya di penisku dan kemudian
mengocok-ngocok beberapa kali. Tak lama kemudian
spermaku pun berhamburan di sekitar tempatku terbaring.
Semprotan sperma yang sangat kencang kurasakan. Sebagian
dari hemburan itu mengenai muka Lia.

"Ha ha ha ha.." terdengarnya tertawa puas.

Setelah itu kulihat paras mukanya berubah menjadi benci dan
marah. Aku tak tahu apa sebabnya.

"Kamu laki-laki memang sialan. Aku benci sama kaum semua."

Plak, plak, plak.. terdengar suara tamparan Lia ke arah
bokongku. Di ulanginya lagi tamparan tersebut berkali-kali. Aku
tidak dapat berkata apa-apa dan membiarkan saja kejadian itu.
Aku berteriak menahan sakit namun sia-sia belaka karena
mulutku masih tersumpal.

"Mau coba minta tolong? Ayo silahkan kalau kamu mampu
dan bisa. Silahkan, ayo teriak sekencang-kencangnya.."
bentaknya.

Setelah itu Lia pun berhenti dan kulihat parasnya berubah
menjadi sedih seperti sedang memikirkan nasib sial yang baru
menimpanya. Tak kudari air mataku menetes merasa kasihan
dan iba terhadapnya. Tak lama kemudian ia meninggalkanku
sendiri di dalam ruangan.

Seperti sebelumnya, akupun berusaha melepaskan ikatan-
ikatan yang membelenggu diriku. Untuk kesekian kalinya aku
gagal. Lama rasanya aku menunggunya. 30 menit sudah
berlalu namun rasanya seperti beberapa jam. Lia pun kembali
masuk ke ruangan namun sekarang raut mukanya sudah
berubah cerah.

"Apakah tangan dan kaki kamu terasa sakit?" tanyanya
kepadaku.

Aku mengangguk.

Lanjutnya dia berkata, "Baik, kalau begitu akan aku buka
semua ikatan itu."

Dibukanya ikatan yang membelenggu kakiku dan kemudian
lututku dan terakhir di siku lenganku. Dia tidak melepaskan
ikatan di pergelangan tanganku dan sumpal yang
membelenggu mulutku. Lia memintaku untuk duduk
beristirahat. Lia lalu berjalan ke arah tas dan mengeluarkan
isinya.

"Aku hanya memberikan waktu sebentar untukmu beristirahat
dan sekarang akan aku pasangkan tali-tali ini di tubuhmu
sebanyak mungkin. Sengaja tak kulepaskan selendang pengikat
tanganmu karena aku tidak mau terjadi hal-hal yang tidak
kuharapkan."

Dia pun kemudian berjalan mendekatiku. Dengan tangan masih
terikat, Lia memintaku untuk berdiri dan berjalan ke ruangan
lainnya. Dengan tuntunannya, akhirnya aku sampai di ruangan
yang letaknya bersebelahan dengan ruang sebelumnya. Aku
heran ketika melihat ada besi seperti huruf U terpasang di
langit-langit kamar itu disertai tali panjang menggelantung di
besi itu. Aku pun bertanya-tanya pada diriku untuk apa besi
yang tergantung di langit-langit ruangan.

Tanpa kusadari, Lia mendorong dan menjatuhkan tubuhku ke
lantai dan mulai mengikat kaki, lutut paha dan siku tanganku
dengan tali-tali tersebut. Di ikatkannya tali-tali tersebut sekuat-
kuatnya dan pada ujung simpul tali di satukan serta di lakban
agar tidak mudah di lepaskan olehku. Selendang pengikat
tanganku tak dilepaskannya malah Lia mengikatkan seutas tali
lagi dengan kuat pada tanganku yang sudah terikat.
Selanjutnya, diambilnya tali yang sangat panjang kemudian
mengikatkan tali tersebut ke seluruh tubuhku mulai dari
pundak hingga ke ujung kaki. Tanganku sekarang sudah
menyatu dengan badanku. Tidak ada ruang gerak dan terasa
amat sesak. Dia lalu membisikkanku.

"Apa yang kamu dapat lakukan sekarang? Kamu sudah
menjadi milikku dan aku bebas melakukan apa saja yang aku
mau. Kamu tidak bisa menolak. Yang hanya kamu bisa lakukan
adalah pasrah dan menerima. Aku senang dengan keadaan
ini."

Aku meronta-ronta mencoba melepaskan atau paling tidak
bisa mengendurkan tali-tali yang mengikat tubuhku. Tanpa
kuduga beberapa tali mengendur tapi kejadian ini terlihat
olehnya. Di buka kembali simpul tali itu kemudian ia tarik
kedua simbul berlawanan arah lebih keras lagi sehingga
membuat ikatan semakin kuat.

"Coba-coba membebaskan diri ya? boleh saja kalau bisa.
Semakin kamu coba untuk melepaskan tali-tali tersebut,
semakin kuat ikatan akan kubuat." tuturnya.

Lia kemudian keluar ruangan dan beberapa saat kembali lagi
membawa gulungan plastik (wrap plastik).

"Aku ada hadiah untukmu" sapa Lia. Ia lalu melanjutkan,
"Kamu sekarang akan kuanggap sebagai makanan dan agar
tetap segar, akan kamu akan kubungkus serta kusimpannya
dengan baik".

Disuruhnya aku untuk berdiri dan dia mengancam akan
menghukumku lebih keras lagi jika aku terjatuh. Lia mulai
membungkus diriku dengan wap plastik tersebut mulai dari
leher hingga jari-jari kakiku. Beberapa kali aku hampir terjatuh
namun aku berhasil mengatasinya. Aku tidak ingin hukuman
yang lebih keras menimpaku jika aku terjatuh. Pengab dan
sesak serta sempit rasanya seluruh tubuhku karena
terbungkusnya plastik itu. Aku tidak berdaya dan berpikir apa
lagi yang akan Lia perbuat terhadapku mengingat sudah tidak
ada tempat lagi di badanku untuk diikat.

Hampir setengah dari wrap plastik itu membungkus diriku.
Kulihat di paras mukanya belum puas dengan apa yang sudah
dilakukan terhadapku. Diambilnya sesuatu dari tas sebuah
sabuk pendek dan lebar yang terbuat dari kulit serta di tengah-
tengahnya terdapat suatu cincin besi. Di pasangkan sabuk kulit
tersebut di kakiku kemudian ia gapai tali yang tergantung di
langit-langit ruangan serta ia ikatkan pada cincin besi yang
terdapat pada sabuk kulit tersebut.

"Kamu akan merasakan sesuatu yang lain dari biasanya dan
akan kubuat kamu melayang-layang di udara."

Kakiku perlahan-lahan terangkat ke atas dan sebelum
sepenuhnya kusadari perkataan Lia tadi, seluruh tubuhku
tergantung dengan kaki di atas dan kepala dibawah.

"Aduh lucunya deh kamu dengan posisi seperti itu. Apa yah
yang kira-kira bisa kulakukan?" katanya sambil berpikir.

Lalu diambilnya 2 buah handuk kecil dan di lilitkan di
tangannya. Kemudian dipakainya kaos kaki di kedua
tangannya.

"Nah sekarang aku mau latihan tinju. Kamu akan kujadikan
sasaran pukulan-pukulanku. Silahkan kalau mau berteriak
sekuat-kuatnya untuk meminta tolong. Tidak akan ada orang
yang akan mendengar" katanya.

Lalu ia hempaskan beberapa pukulan ke perut dan belakang
badanku. Augh, augh, augh.." aku mengeluh menahan sakit.
Pukulan-pukulan tersebut tidak di hentikkannya malah semakin
keras.

"Kurang ajar, sialan, anjing kamu" teriaknya dengan paras
muka yang penuh rasa kebencian.

Selang beberapa lama, Lia menghentikan pukulannya dan
terdengar isak tangisnya. Ia menutup matanya dengan kedua
tangannya. Setelah itu iapun menyampiri diriku yang masih
tergantung dan berkata.

"Maafkan aku ya karena kamu telah menjadi sasaran
emosionalku. Maaf ya.."

Setelah itu Lia meninggalkan ruangan. Sudah cukup lama aku
tergantung dengan posisi kepala di bawah dan aku mulai
merasa pusing. Aku mencari-cari jam di ruangan itu dengan
berusaha memputar-putarkan badanku. Kutemui sebuah jam
kecil tergeletak di meja rias kamar tersebut. Waktu saat itu
menunjukkan jam 2 siang. Sudah lebih dari 4 jam aku terikat.
Tangan, siku, kaki dan lututku terasa sakit karena ikatan yang
kuat. Kulihat Lia membuka pintu dan lalu menurunkanku dari
gantungan itu. Setelah terbaring di lantai lalu dibukakannya
plastik-platik pembungkus diriku dengan mengguntingnya.
Setelah itu ia buka bandana dan mengeluarkan celana dalam
yang sudah hampir 4 jam menyumbat mulutku.

"Sakit sekali rasanya. Tolong bebaskan aku dari belenggu ini
dong, tolong Lia. Aku lapar dan haus sekali" itulah kata-kata
yang pertama kuucapkan ketika mulutku sudah bebas.
"Baik, tunggu dulu ya"

Lia lalu keluar ruangan dan kemudian kembali lagi dengan
makanan dan minuman. Di suapkan makanan ke mulutku dan
di berikannya aku minuman.

"Apakah tidak lebih baik kalau aku makan sendiri?" tanyaku
kepadanya.

Dia menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju sambil
berkata.

"Aku ingin melakukan sesuatu yang baik untukmu setelah
kulakukan hal-hal yang menyakitimu. Aku sekarang ingin
memanjakanmu. Ayo buka lagi mulutnya."

Makananpun kukunyah dan rasa lapar serta haus sirna.

"Lia, tolong dong bukakan tali-tali itu, sakit rasanya" pintaku.
Dijawabnya, "Nggak sekarang ya. Kan sudah aku bilang kamu
akan kuikat nggak sebentar. Aku masih senang dengan
permainan ini."

Terasa penisku mulai mengencang kembali setelah beberapa
saat lemas karena ereksi pertama. Seteleah selesai makan, dia
lalu mengambil sepatu kets nya serta melepaskan talinya. Lalu
ia menghampiriku dan mengikat kuat-kuat penisku yang
sedang keras dari ujung kepalanya hingga biji kemaluanku.

"Aduh sakit sekali, jangan kencang-kencang dong," pintaku
padanya, "Bagaimana nanti kalau aku mau kencing, kan nggak
bisa kalau begini. Ayo dong jangan diikat" pintaku.

Tidak kurasakan Lia melonggarkan ikatan tali sepatu itu malah
ia teruskan sampai selesai. Setelah itu ia mainkan penisku
dengan mengusapnya, menciumnya, mencetilnya dan lain-
lainnya. Kurasakan kegairahan yang memuncak karena
tindakan-tindakan Lia dan rasanya ereksiku sudah di ujung dan
mau keluar tapi tidak bisa karena ikatan kuat di penisku.
Setelah puas bermain-main, Lia memintaku untuk berdiri dan
berjalan sambil berloncat-loncat mengarah ke tempat tidur.
Aku tidak bisa berjalan karena kaki yang terikat. Sampai di
tempat tidur Lia memintaku untuk berbaring dan beristirahat.
Lia lalu kembali menyumpal mulutku dengan celana dalam dan
bandana. Kemudian ia juga menutup mataku. Aku benar-benar
dibuatnya tidak berdaya, tidak bisa melihat, tidak bisa
berbicara, tidak bisa bebas menggerakkan tangan dan kakiku.

"Selamat beristirahat. Tidurlah dan pulihkan tenagamu. Nanti
sore akan kubangunkan."

Karena lelah dan lemas, tak lama kemudian akupun tertidur
pulas.

"Bangun, bangun sudah sore" terdengar suara merdu di
kupingku.

Akupun menggerak-gerakkan badanku memberi tanda
kepadanya aku sudah terjaga. Tak lama kemudian penutup
mataku dilepaskan.

"Selamat sore, mudah-mudahan kamu tidur nyenyak."

Kulihat jam di meja menunjukkan pukul 5.30. Tanpa kusadari
tali sepatu pengikat penisku telah dilepaskan olehnya, namun
penisku masih tegang dan keras.

"Ayo, sekarang kamu mandi" sambil menarik badanku berdiri
dan ia lalu kemudian menuntunku ke kamar mandi.

Seperti sebelumnya, aku harus berjalan dengan berloncat-
loncat. Ditaruhnya cairan sabun mandi di tangannya dan
kemudian ia mainkan penisku dengan mengocok-ngocok
beberapa kali. Tak lama kemudian aku merasakan ereksi dan
spermaku keluar dengan kerasnya ke lantai kamar mandi.
Setelah itu Lia membukakan tali-tali pengikat tubuhku namun
tidak tanganku. Ia lalu memandikanku. Setelah selesai ia
mengeringkan badanku dengan handuk dan kemudian
menuntunkun kembali keruangan semula. Lia lalu keluar
ruangan dan berkata.

"Aku mau menyiapkan makan malam dulu ya. Bersenang-
senang saja kamu disitu sambil menonton TV."

Dinyalakan TV yang ada di kamarnya dan di pilihnya channel
HBO. Setengah jam berlalu Lia pun kembali keruangan dan
memintaku untuk berjalan pergi ke ruang makan. Pintu-pintu
rumah yang membatasi ruangan dalam dan kamar pembantu di
kuncinya agar kejadian ini tidak diketahui oleh pembantunya. Di
mintanya aku duduk di kursi makan dan ia lalu berkata.

"Aku suapin kamu seperti tadi siang ya."

Setelah selesai makan, Lia kembali menuntunku keruangan
pertama aku terikat. Lalu ia bukakan ikatan tangan dibelakang
badanku. Ia lalu memintaku untuk meletakkan kedua tangan di
depan badanku dan mengikatnya kembali. Setelah itu ia
memintaku untuk berbaring di tempat tidur kemudian menarik
tanganku yang terikat ke atas kepala dan mengikatkanya pada
lubang kayu di ujung tempat tidur.

Mulutku lalu disumpalnya kembali tanpa menghiraukan
permintaanku untuk tidak melakukannya. Setelah itu, ia lalu
mengikat lutut dan kemudian kakiku. Diambilnya lagi seutas
tali lalu ia ikatkan diantara kedua rongga kakiku dan
menarikknya keujung bawah tempat tidur. Di ikatkannya tali itu
pada sebuah lobang dan kemudian di tariknya sekencang-
kencangnya sehingga seluruh badanku terasa tegang dari ujung
tangan hingga kaki. Setelah itu diikatnya baik-baik tali itu. Dia
lalu bermain-main dengan tubuhku sambil mengelitikkan
badanku yang membuat aku tertawa terbahak-bahak. Lalu ia
gelitikkan kakiku. Ia juga mainkan penisku sehingga menjadi
tegang dan keras. Di raihnya tali sepatu dan diikatkan tali itu di
penisku dengan kuat.

Waktu sekarang menunjukkan jam 10.30 malam dan kulihat
paras muka Lia yang kecapaian.

"Aku capai dan lelah. Sekarang aku mau tidur tapi aku ingin
ditemani, tidak mau sendiri malam ini."

Aku meronta-ronta dan berteriak menandakan
ketidaksetujuanku atas kejadian ini. Aku mau pulang dan tidak
mau menginap disini. Aku melototkan mataku padanya
memberi isyarat kalau aku sekarang marah padanya. Lia tidak
perduli dan kemudian ia lalu matikan lampu kamar dan
berkata.

"Selamat malam. Tidur yang nyenyak ya. Maaf kalau kamu
harus tidur dengan posisi terikat."

Ia lalu mengecup dahi dan pipiku serta tidur disebelahku. Tak
lama kemudian kudengar suaranya yang mendesus
menandakan ia sudah tertidur dengan lelap. Aku kesal
dengannya tapi tak berdaya untuk dapat melepaskan ikatan
tali-tali ini. Akhirnya aku pasrah dan tak beberapa lama
kemudian akupun tertidur. Aku tidak tahu jam berapa pada
saat itu.

Aku dibangunkan Lia keesokkan paginya dan kulihat jam
menunjukkan pukul 7.30. Lia lalu melepaskan seluruh tali-tali
dari tubuhku dan mencium kedua pipiku sambil mengatakan.

"Terima kasih ya atas pengorbanan yang kamu berikan
untukku. Perasaanku sekarang jauh lebih enak. Aku mau kita
melakukannya lagi lain waktu dan seluruh peralatan-peralatan
ini akan kusimpan baik-baik. Akan kutelpon kamu nanti ya!"
Kujawab, "Tidak perlu sampai satu hari satu malam aku diikat
dong, cukup untuk beberapa jam saja ok. Lain kali jangan gini
ya. Aku sih senang banget dan sangat bergairah serta
terangsang diikat cewek secantik kamu. Lain kali pastikan
ikatan-ikatanmu lebih keras lagi karena pasti bisa akan aku
buka" gurauku ke Lia.

Lalu aku mandi pagi dan setelah itu Lia mengantarkanku
kembali kerumah.


E N D
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd