Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Blackmailed

chapter 2
Maya langsung tidur begitu dia menyentuh Kasur di rumahnya. Baru sebentar dia terlelap, pagi telah tiba. Cepat-cepat dia mandi dan sarapan, dia kembali ke kantor.

Sekitar pukul sepuluh teleponnya berdering. Maya merasa lega ketika mengetahui itu adalah Bayu. "Bisa kita bicara?”

"Datanglah. Aku sedang luang.”

Beberapa menit kemudian terdengar ketukan di pintu dan Bayu masuk. Dia membawa sebuah amplop coklat besar di tangannya.

"Kurasa dia menelepon tadi malam?" kata Bayu.

Maya mengangguk.

"Dia tidak mengincar uang, kan?"

Dia menggelengkan kepalanya. "Untuk saat ini."

Dia meletakkan amplop itu di depannya. Maya membukanya dan mengeluarkan serangkaian cetakan 10 x 8.

Maya tersentak melihat gambarnya yang tengah mastrubasi semalam.”Bagaimana bisa?

Bayu menggelengkan kepalanya. "Entahlah. Tapi setidaknya dia tidak menyebarkannya di internet.”

Maya memandangnya. "Apa lagi yang bisa kulakukan?"

"Aku tidak tahu," kata Bayu sambil menggeleng. "Apakah dia menelepon lagi?"

Maya mengangguk. "Dia bilang dia akan menelepon nanti hari ini."

"Aku tahu ini sulit. Tapi sepertinya kita tidak punya ilihan selain mengikuti semua kemauannya.”

“Kau sih enak. Bukan kau yang disuruh.”

Bayu tersenyum."Jika ada yang bisa aku lakukan untuk membantu, segera telepon aku.”

Maya mengangguk.

Saat itu tengah hari sebelum dia menerima telepon yang dia takuti. "Kamu sudah beli ponselnya?" kata suara itu.

“Ya”jawab Maya singkat.

"Tadi malam menyenangkan, bukan?"

Maya tidak menjawab.

"Apakah Bayu menyukai gambar-gambar itu? Detailnya sangat bagus."

"Gak usah basa-basi," kata Maya pada akhirnya, "ayo kita selesaikan saja. Apa yang kamu inginkan sekarang?"

"Tidak ada perintah untuk saat ini. Tapi datanglah ke taman kota dekat tugu. Aku akan menelpon di sana. Sampai jumpa, Maya."




Sisa hari itu berlalu dengan lambat bagi Maya. Dia merasa sulit berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dia terus melihat ke jendela tempat si penelpon memaksanya untuk bermastrubasi di sana.

Melihat ke seberang halaman ke blok kantor lain yang menghadap ke rumahnya, dia bertanya-tanya apakah pria itu masih ada di sana mengawasinya. Dia telah mengetahui dari arah pengambilan foto bahwa dia pasti berada di suatu tempat di seberangnya.

Saat itu jam 5 sore terakhir dan waktunya untuk pergi ke taman kota sesuai perintah dari si penelpon. Segera Maya pergi ke parkiran kantor dan melajukan mobilnya ke arah taman kota.

Matahari baru saja terbenam dan langit mulai gelap saat dia memasuki tempat parkir mobil di Taman kota. Beberapa mobil masih terparkir di sana. Dia mengunci mobilnya dan berjalan menuju Taman.

Saat dia berjalan menuju taman mawar tempat tugu berada, dia melewati seorang lelaki tua sedang berjalan dengan seekor Labrador Emas besar dengan santai.

Taman mawar itu sepi dan di malam yang hangat aroma manis mawar memenuhi udara menggelitik hidung. Mayaa berjalan menuju tugu perunggu sembari memasang earphone bluetooth. Dia terlonjak ketika lubang suara mulai terdengar di telinganya. Dia menekan ponselnya

“Senang melihatkamu tepat waktu.”

Maya tidak menjawab, tapi melihat sekelilingnya. Ada banyak tempat di mana seseorang bisa menyembunyikan diri; dia bisa berada di mana saja.

“Aku menikmati permainan kecil kita tadi malam.Aku harap kau juga senang.”

Maya masih tak menjawab.

"Malam ini sepertinya kita akan melangkah lebih jauh—tenang saja. Bukan sesuatu yang serios kok--jadi aku ingin kamu melepaskan pakaianmu."

Maya melihat sekeliling, kaget. “Jangan ngawur! Kalau ada yang ngeliat gimana.”

“Itu yang membuatnya seru. Sekarang lakukan saja apa yang kuperintahkan.”

Melepaskan pakaian dalam ruang kantornya sendiri sudah merupakan hal yang buruk bagi Maya, tapi ini berbeda; ini berada di tempat umum terbuka di mana siapa pun bisa lewat.

"Aku gak mau.” Dia berbicara pelan ke bagian telinga.

“Jangan membantah. kamu tahu apa yang aku lakukan pada foto-foto itu?.Dan jangan lupa aku punya yang lain sekarang. Aku penasaran apa kata orang-orang jika melihatmu sedang bermastrubasi di kantor sambil menghadap jendela.”

Maya tahu tidak ada gunanya berdebat. Dia terikat dan semakin terlibat setiap hari. Dengan pasrah dia melihat sekeliling, dan dengan jari gemetar, mulai membuka kancing jasnya. Ketika dia telah melepaskannya, dia memegangnya di tangannya sambil bertanya-tanya kemana harus meletakan bajunya

"Gantungkan saja pada tugu" kata suara di telinganya.

Dia mengaitkan jaket itu ke landasan tugu. Kemudian dia mulai membuka kancing blusnya, masih melihat sekelilingnya berharap tak ada yang melihat. Setelah melepas blusnya, dia membuka kancing roknya dan menurunkannya hingga menutupi mata kakinya. Dia mengambilnya dari tanah dan meletakkannya bersama bajunya yang lain.

Sekarang dia merasa sangat rentan berdiri di sana hanya dengan pakaian dalam. Dia melihat sekeliling. "Tolong. Aku gak bisa bugil di sini.”

“Kamu benar-benar tidak punya pilihan, Maya.”

"Bagaimana jika ada yang datang?"

"Yah, itu sih bukan urusanku. Sekarang buka seluruh pakaianmu. Semakin lama kamu menunda, semakin besar kemungkinan kamu ketahuan."

Dia menyadari bahwa dia benar. Dia harus menyelesaikannya pada akhirnya jadi apa gunanya menunda-nunda. Dengan pandangan sekilas ke sekeliling, dia membuka kaitan bra-nya dan melepaskannya. Celana dalamnya menyusul dan sekarang dia telanjang dan ketakutan di taman umum.

"Nah, sudah kubilang itu tidak sulit. Dan ngomong-ngomong, kamu terlihat cantik berdiri telanjang di antara semua bunga mawar itu."

Sekarang dia telanjang, Maya merasa sedikit aneh. Ya, dia takut seseorang akan masuk ke taman mawar dan menemukannya. Secara naluriah dia menggerakkan tangannya ke bawah ke bibir vaginan yang mulai lembap.

"Sudah sedikit basah?"

Suara di telinganya membuatnya terlonjak. Dengan rasa bersalah dia melepaskan tangannya.

Benar.Bagaimana kalau berjalan-jalan sebentar? Berjalan saja menuju gerbang.

Dia melihat ke arah gerbang. Jaraknya hanya sekitar lima puluh meter. Mungkin tidak apa-apa. Dia belum melihat siapa pun sejak melihat orang tua dengan anjingnya.

Dia mulai berjalan menuju gerbang. Semakin jauh dia menjauh dari pakaiannya, dia merasa semakin rentan. Dia bergerak cepat pada awalnya, tapi langkahnya mulai memelan seiring waktu. Saat dia berjalan, dia merasakan tokednya yang besar bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya. Akhirnya dia sampai di gerbang. Sekarang dia gemetar, dan dia tahu dia semakin basah. Mengapa tubuhnya merespons seperti ini? Dia membiarkannya menunggu di dekat gerbang sampai si penelpon memberikan perintah berikutnya.

"Kita hampir selesai malam ini, Maya. Kamu telah melakukannya dengan sangat baik sejauh ini. Yang aku ingin kamu lakukan sekarang adalah berjalan melewati gerbang dan mengitari bagian luar tembok sampai kamu mencapai gerbang lainnya. Lalu kamu dapat mengambil pakaianmu ."

Maya melirik ke luar gerbang. Tetap saja tidak ada seorang pun yang terlihat, tapi di luar sana cukup terbuka dan dia bisa mendengar suara-suara di kejauhan. Dengan ragu-ragu dia membuka gerbang dan melangkah keluar. Sambil tetap dekat dengan dinding, dia mulai berjalan berkeliling. Tiba-tiba, Labrador Emas yang dia lihat sebelumnya muncul sambil mengibaskan ekornya dan bergerak ke arahnya. Maya mulai panik. Pemiliknya pasti ada di dekatnya. Maya segera berlindung di semak-semak: anjing itu mengikuti. Di semak-semak dia setidaknya terlindung dari pandangan. Anjing itu mengendusnya, hidungnya yang basah bergesekan dengan kaki telanjangnya; dia menepuk kepalanya.

“Bruno, kamu di mana? sini,” sebuah suara memanggil.

Anjing itu berbalik dan melihat ke arah suara itu. Melalui dedaunan, dia melihat sesosok tubuh mendekat. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Bagaimana jika dia datang mencari anjing itu dan menemukannya? Bagaimana dia akan menjelaskan semuanya?

"Bruno….," perintah suara itu lagi.

Kali ini anjing itu membalasnya dengan jilatan terakhir pada kakinya. Yang membuat Maya lega, ia berbalik dan melompat keluar dari semak-semak. Dia melihat pemiliknya menyambutnya, menepuk-nepuk kepalanya saat dia mengikatkan ujungnya ke kerahnya. "Ayo pulang."

Maya menghela nafas lega.

"Hampir saja," kata suara lembut di telinganya.

Dia telah menunggu. Anjing dan pemiliknya telah menghilang, lalu dia melanjutkan berjalan menuju gerbang lainnya. Dia berhasil kembali ke pakaiannya tanpa kejadian lebih lanjut.

"Kau boleh berpakaian lagi sekarang, Maya, tapi jangan pakai dalamanmu. Tinggalkan saja itu sebagai hadiah untuk pengunjung taman besok."

Syukurlah, dia segera mengenakan kembali pakaiannya, tetapi membiarkan bra dan celana dalamnya di dasar tugu. Kemudian, sambil melihat sekilas ke arah benda-benda tipis yang berkibar, dia berjalan kembali ke tempat parkir. Rasanya agak aneh tidak mengenakan pakaian dalam apa pun. Tak lama kemudian dia kembali ke mobil. Dia menutup pintu dan duduk kembali di kursi dengan lega.

Di sekelilingnya sekarang sudah sepenuhnya gelap. Dia merasa aman kembali. Dia merasakan lagi memeknya basah. Dia mengambil tisu dan menyeka sela-sela kakinya. Dia merasakan kenikmatan dari perasaan jari-jarinya di vaginanya dan tidak bisa menahan diri untuk memasukkan dua jari ke dalam lubang basahnya yang hangat.

Dia seharusnya tidak menikmati cobaan ini, tapi dia tahu jauh di lubuk hatinya dia menikmatinya. Dia berbaring di kursi dan menikmati kenikmatan jari-jarinya yang dengan cepat membawanya ke orgasme. Dia berbaring, roknya masih melingkari pinggulnya, jari-jarinya masih di dalam, merasakan cairan memeknya perlahan merembes keluar. Tiba-tiba dia melompat ketika cahaya terang menyinari mobil dalam sekejap. Dia meraba-raba roknya, mendorongnya ke bawah dan mencoba membuka pintu mobil pada saat yang bersamaan. Saat dia keluar, tempat parkir mobil sudah kosong. Tiba-tiba dia sadar--itu adalah kilatan kamera. Dia pasti berada di dekatnya sepanjang waktu. Maya kembali ke mobil dan perlahan keluar dari tempat parkir.

"Senang melihatmu juga menikmati permainan kecil kita. Aku akan mengirimkan salinan fotonya besok."

"Dasar bajingan," seru Maya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd