Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Birahi Tukang Bangunan

panjialumunium

Kakak Semprot
Daftar
29 Apr 2015
Post
196
Like diterima
346
Bimabet
Keterangan:
Cerita ini punya 3 point of view. akan ditandai dengan warna sebagai berikut:
HITAM pov orang ketiga
MERAH pov pelaku
BIRU pov korban

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Tok! Tok! Tok!" duh sialan! Suara palu di siang bolong itu benar-benar mengganggu. Aku keluar dari kamar, tidur siangku yang rasanya baru sekejap susah untuk dilanjutkan lagi. Suara keras dari aktifitas tukang di rumah belakang benar-benar mengganggu. Dari kamar aku menuju ke halaman belakang, seorang tukang nampak sedang asyik duduk berjongkok di lantai dua rumah belakang yang memang sedang dikerjakan.

"Hei! Tahu diri sedikit dong! Ini jam istirahat, kalian ini ribut banget sih!" dengan sedikit kesal aku berteriak. Si tukang menghentikan kerjanya, menengok sejenak ke arahku. Wajahnya tertutup topi lebar, mungkin buat menghindarkan wajahnya dari panas matahari.
"Maaf bu.." Cuma itu kata yang keluar dari mulutnya.

Aku tidak peduli apa kata tukang-tukang itu, pintu kubanting dengan keras dan aku kembali ke dalam rumah dengan bersungut-sungut. Pelan-pelan suara palu dari pekerjaan di rumah belakang itu memang tidak seramai tadi lagi tapi aku sudah terlanjur kesal. Dengan keras kuhempaskan pantat di atas kursi, mencoba menghilangkan rasa kesal dengan menonton televisi.

Seperti biasa aku memang sendirian di rumah ini, mas Adi suamiku sudah 3 bulan ini tugas di luar kota. Kami belum dikarunia anak meski sudah hampir 10 tahun menikah, berbagai cara sudah kami lakukan tapi sepertinya kami memang belum diberi amanah untuk mempunyai buah hati. Belakangan kami sudah pasrah, menikmati hidup tanpa berharap lagi punya buah hati.

Kami tinggal di kompleks perumahan di tepi kota. Kompleks perumahan ini termasuk nyaman, deretan rumah kecil dalam lingkungan yang asri. Seperti umumnya kompleks perumahan di kota kami juga tidak terlalu akrab dengan tetangga, rata-rata punya kesibukan sendiri dan baru pulang ke rumah setelah malam tiba. Tak ada waktu untuk berlama-lama berkunjung atau dikunjungi tetangga. Basa-basi seperlunya cukuplah meski aslinya aku juga malas berbasa-basi.

Entahlah, mereka mungkin mengira aku orang yang sombong tapi tak aku tak ambil pusing. Dari dulu aku memang bukan tipe orang yang suka berbasa-basi, lebih senang tampil apa adanya tanpa terlalu peduli dengan pendapat orang apalagi yang memang menurutku tidak selevel cara pandang dan cara pikirnya.

***​

"No, kerjanya yang pelan aja. Gua gak mau ibu itu marah-marah lagi. Gak enak gua" kataku ke Tono yang sedari tadi sibuk memasang cetakan buat cor lantai. Ibu rumah sebelah baru saja datang dan dengan suara kerasnya membentak kami yang sedang bekerja.

Tono mengangguk, tersenyum sinis dan berkata, "Sayang si ibu itu galaknya minta ampun, padahal mulus dan cantik." Aku ikut tersenyum.
Harus aku akui, ibu rumah sebelah itu memang cantik dan mulus. Kutaksir usianya sekitar pertengahan 30, badannya tidak terlalu tinggi tapi terlihat padat dan yang jelas kulitnya putih mulus meski aku baru melihatnya dari jauh. Dari sejak pertama mengerjakan rumah ini aku sebenarnya sudah penasaran sama ibu itu. Berkali-kali kudapati dia keluar halaman belakang dengan pakaian yang mengundang birahi. Kaos tanpa lengan dan celana super pendek. Sering kudapati putingnya tercetak dari kaosnya, jelas dia tidak pakai BH.

Aku tahu anak-anak juga sering menggosipkan si ibu itu. Maklumlah, lelaki mana yang tahan tiap hari melihat wanita molek nan mulus lalu-lalang di depan matanya. Dulu bahkan ada satu tukangku yang aku pergoki mencuri celana dalam si ibu yang lagi dijemur, buru-buru kuminta dia mengembalikannya. Bisa berabe kalau dia tahu ada pakaian dalamnya yang hilang dan tahu kami yang mengambilnya.

Ibu itu memang galak, kelihatan dari raut wajahnya yang angkuh. Sudah beberapa kali kami ditegurnya, dulu karena dia merasa sampah kerjaan kami masuk ke halaman belakangnya dan kali ini karena suara kerjaan kami yang mengganggunya. Tapi, meski galak dan angkuh aku tetap tidak bisa menolak pesonanya yang besar dan rasanya makin membuat penasaran.

***​

Pekerjaan rumah yang digarap Anto dan kawan-kawannya sudah hampir selesai, sisa pekerjaan penghalusan saja. Sayangnya dana dari pemilik rumah sepertinya sedang seret, jadinya proyek renovasi itu terhenti. Anto yang kerjaannya makin berkurang terpaksa menarik anak buahnya dari proyek itu. Mending mereka didrop ke proyek lain saja, pikirnya. Hanya ada 2 tukang yang tiap hari datang ke sana, itupun pekerjaan mereka tak seberapa banyak. Antopun hanya datang sesekali, memberi instruksi seadanya dan seperlunya.

Pagi itu Anto sedang sendiri di lantai 2 rumah yang sedang dikerjakannya, dua anak buahnya sedang di lantai bawah membereskan pemasangan lantai. Secara tidak sengaja pandangannya tertumbuk ke rumah belakang lewat jendela kamar. Dewi, ibu di belakang rumah itu sedang menjemur pakaian hanya dengan berbalut handuk saja. Mungkin dia tidak menyangka kalau rumah di belakangnya masih ada orang, maklum sejak beberapa hari ini rumah yang sedang dalam proses pengerjaan itu memang sedang sepi karena pekerjaan sedang terhenti.

Jantung Anto berdegup dengan kencang melihat pemandangan itu. Matanya memicing mencoba melihat lebih detail lekuk tubuh Dewi yang hanya berbalut handuk itu. Nafasnya perlahan makin memburu dan birahinya bergolak. Sementara itu Dewi masih belum sadar kalau sedari tadi sepasang mata yang terus memandanginya seperti hendak menelanjanginya. Dengan cueknya Dewi terus menjemur pakaian, tubuhnya atasnya terekspos dengan jelas dari bahu hingga pangkal payudaranya sementara sebagian paha hingga ke bawah juga terekspos, terpapar dan menjadi santapan mata Anto di seberang sana.

Adegan itu berlangsung kira-kira 5 menit, tidak cukup lama tapi sudah cukup membuat otak Anto dipenuhi pikiran kotor pada tetangga belakang rumah yang sedang digarapnya itu. Tiba-tiba melintas dalam kepalanya bagaimana nikmatnya mencicipi tubuh ibu itu, kulit mulus dan tubuh yang padat sepertinya sangat menggoda untuk dinikmati.

Sepeninggal Dewi ke dalam rumahnya Anto menarik nafas panjang, mencoba menenangkan degup jantungnya yang tadi tidak karuan. Entah dari mana otaknya tiba-tiba dikuasai beragam ide jahat untuk bisa menikmati tubuh indah di rumah seberang itu. Dia mengingat-ingat kembali, sepertinya Dewi selama ini memang tinggal sendirian, Anto tidak pernah melihat ada orang lain di rumah itu selain Dewi.

Dan Anto benar-benar gelap mata. Dengan cermat dia mulai memperhitungkan waktu yang tepat untuk menyeberang ke rumah Dewi dan mencicipi tubuh yang tadi sudah membuat jantungnya berdegup kencang. Pagi hari sepertinya waktu yang tepat, antara jam 9 sampai jam 3 sore kompleks perumahan itu memang sepi. Rata-rata penghuninya sedang berada di kantor atau sekolah, para pembantupun biasanya sibuk di dapur. Otak Antopun terus berputar mencari waktu dan cara terbaik untuk mewujudkan niatnya.

***​

Dan waktu yang dirasa tepat itu akhirnya tiba! Anto sudah memperhitungkan semua dengan seksama, hari itu dia memerintahkan semua tukangnya untuk konsentrasi di proyek yang satu lagi dan membiarkan proyek rumah itu kosong. Anto juga sudah mempersiapkan tambang yang sudah disimpul per 50cm untuk dijadikan pijakan. Tambang itu diikatkan di sebuah besi, ujung satunya akan dilemparkan ke halaman belakang menyeberang ke rumah Dewi.

Sejak pagi Anto sudah siap di belakang rumah Dewi, ketika yakin kalau Dewi sedang tidak ada di bagian belakang rumah dengan cepat Anto meniti tambang yang sudah dipersiapkannya dan mendarat di halaman belakang Dewi. Dengan cepat dia mengendap ke pintu belakang rumah Dewi, ketika memutar kenop ternyata pintu itu tidak terkunci. Anto mendorong pintu perlahan-lahan dan mengintip ke dalam rumah. Tidak ada suara sama sekali hingga kemudian terdengar suara air dari dalam kamar mandi.

Anto berteriak kegirangan dalam hati, ini waktu yang tepat! Tanpa bersuara dia beranjak ke kamar tidur, membuka pintunya yang tidak terkunci dan bersembunyi di belakang pintu. Di tangannya tergenggam tambang kecil yang rencananya akan dipakai untuk mengikat Dewi nanti. Satu menit, dua menit hingga terdengar suara pintu kamar mandi dibuka. Anto menahan nafas, inilah waktunya! Tak ada waktu buat mundur lagi, sekarang atau dia hanya akan berakhir sebagai pencuri yang dipukuli massa!

Dewi keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk, rambutnya basah sehabis keramas. Dia masuk ke kamar tanpa sadar kalau ada bahaya yang sedang mengintainya. Dewi masih bersenandung tidak jelas ketika tiba-tiba Anto keluar dari persembunyiannya dan menyergap tubuh Dewi, mendorongnya hingga tubuh itu terlempar ke atas kasur. Dewi kaget setengah mati, jantungnya serasa mau copot dan beberapa detik dia seperti tidak sadar apa yang sedang terjadi. Dewi hanya refleks meronta ketika tubuh besar Anto menyergapnya, mulutnyapun hanya sempat berteriak tertahan sebelum tangan Anto menutup mulutnya dan bahkan membuatnya sedikit sulit bernafas.

Anto sangat cekatan, sekuat tenaga dia mendekap tubuh Dewi yang masih terus meronta. Tenaga Anto terlalu besar, meski Dewi terus meronta tapi akhirnya dia lemas juga kehabisan tenaga. Kesempatan ini tidak disia-siakan Anto, dengan cepat dia menindih tubuh Dewi dengan posisi tengkurap. Lututnya dipakai menekan kepala Dewi hingga wajah cantiknya terbenam ke kasur, Dewi gelagapan mencoba mencari udara. Sementara itu Anto dengan sangat cepat menarik kedua tangan Dewi ke belakang dan mengikatnya dengan tambang yang sudah dia persiapkan. Handuk Dewi sudah terlepas meski sebagian masih melekat di badannya.

Kejadian itu sangat cepat, tak sampai semenit kemudian Dewi sudah terkulai lemas dengan tangan yang terikat di belakang, mulutnyapun sudah disumpal kain yang entah diambil Anto dari mana. Matanya menyiratkan ketakutan yang sangat melihat seorang lelaki asing berkulit coklat gelap di dalam kamarnya. Dewi sudah tahu apa yang akan dialaminya dan bayangan itu membuatnya makin lemas tidak berdaya. Anto memandangi korbannya dengan pandangan yang penuh gairah, dadanya berdegup kencang, keringat mengalir dari kening dan lehernya membasahi kaos oblong yang dia kenakan.

***​

Dewi masih meringkuk lemas dengan pandangan mata minta dikasihani, matanya mulai basah dan tangisnya terdengar tertahan dari balik kain yang menyumpal mulutnya. Pemandangan itu malah membuat Anto makin bergairah, nafsu kelaki-lakiannya yang ingin menguasai membuatnya makin bergairah apalagi karena sebagian besar tubuh Dewi yang putih mulus itu sudah tersingkap, handuk yang tadi dikenakannya hanya mampu menutup sedikit bagian tubuhnya.

Anto tidak berlama-lama, dengan cepat dia membuka kaos oblongnya, melemparnya ke lantai dan memelorotkan celana pendek yang sudah tidak dilapisi celana dalam lagi. Penisnya tegak berwarna kecoklatan dengan kepala yang berwarna coklat muda dan mengkilap. Dewi terbelalak melihatnya, dia semakin ketakutan dan air matanya semakin deras tumpah membasahi pipinya.

Dewi masih mencoba meronta ketika Anto mendekatinya, tapi sia-sia saja. Tubuhnya sudah terlalu lemah untuk melawan, apalagi Anto memang berbadan kekar dengan tenaga yang besar. Dewi akhirnya pasrah saja ketika lelaki berkulit gelap itu menarik kakinya turun ke lantai hingga setengah badan Dewi terjuntai dan setengahnya tertelungkup di atas kasur. Posisinya seperti menungging dengan bokong yang terpampang jelas, tidak ada lagi handuk yang tadi masih menutupi sedikit tubuhnya. Isaknya masih terdengar dari sumpalan kain yang menutup mulutnya.

Anto berhenti sejenak, menatap pemandangan indah di depannya. Bokong Dewi memang indah, padat, putih dan mulus. Diremasnya bokong indah itu sambil menjatuhkan diri ke atas tubuh Dewi yang tertelungkup. Dengan kasar Anto menjatuhkan bibirnya ke pundak dan leher Dewi yang masih berontak dengan lemah, jari kanannya membelai bokong Dewi hingga ke arah dalam ke bagian vaginanya. Dewi terus berusaha berontak, tapi sisa tenaganya tidak berarti, hanya membuat Anto makin bersemangat menjelajahi punggung Dewi yang putih mulus dan menjelajahi bokong dan vaginanya.

***​

Entah mimpi apa aku semalam, sama sekali tidak ada firasat buruk tragedi ini akan menimpaku. Seperti biasa aku mandi pagi sekitar jam 9, sialnya aku lupa mengunci pintu belakang karena yakin tidak ada siapa-siapa yang berani masuk. Hanya pintu depan yang aku kunci sebelum aku masuk kamar mandi tadi. Selepas mandi aku masuk ke kamar tanpa sadar kalau ternyata sudah ada lelaki lain di sana yang memang menungguku.
Aku kaget luar biasa ketika tubuh besar itu dengan cepat menyergapku, mendorongku ke ranjang dan menutup mulutku dengan tangannya yang besar. Aku mencoba berontak, tapi kejadian yang begitu cepat itu membuatku kehilangan kesadaran dan bingung harus berbuat apa, belum lagi tenaga lelaki itu yang jelas lebih besar dari tenagaku. Diapun sepertinya sudah merencanakan semuanya dengan baik, di tangannya sudah ada tambang yang dia pakai mengikat tanganku ke belakang. Dia memang menyergapku, tapi tak sampai mengasariku. Hanya sekali dia menekan kepalaku dengan lututnya tapi selepas itu dia sama sekali kasar apalagi sampai mendaratkan pukulan ke wajah atau tubuhku.

Aku akhirnya pasrah saja ketika dia membuatku seperti tertelungkup dengan sebagian tubuh menjuntai ke lantai, tenagaku sudah habis. Hanya menangis yang bisa aku lakukan sekarang, berharap dia mengasihaniku dan melepaskanku. Tapi tentu saja itu tidak mungkin. Aku yakin posisiku yang seperti ini malah membuatnya makin bergairah, apalagi tadi sempat kulihat penisnya sudah tegang yang menandakan nafsunya yang sudah sangat tinggi.

"Hmpfhhh...hmpfhhh..." hanya suara itu yang keluar dari mulutku yang tersumpal kain ketika kurasakan bibirnya menyentuh pundakku. Jujur ada rasa geli ketika kumis tipisnya yang kasar itu bertemu kulitku yang halus, belum lagi ketika kurasa jarinya yang kasar dan gemuk itu menyentuh bokongku hingga masuk ke bagian vagina. Aku berusaha berontak tapi sebagian karena geli, bukan lagi sepenuhnya karena rasa takut seperti tadi. Tapi sekali lagi, semuanya sia-sia. Semakin aku berontak semakin dia terasa bersemangat menjelajahi punggung, leher hingga pinggangku dengan bibirnya. Jari-jarinyapun makin dalam ke bagian vaginaku, bahkan mulai menyodok masuk ke dalam lubang vaginaku.

Sial! Rasa takut dan jengah yang tadi ada pelan-pelan berganti dengan rasa geli dan nikmat! Kenapa aku bisa begini? Bukankah aku sedang diperkosa? Harusnya aku melawan, berteriak, memberontak, bukannya mulai menikmati sensasi kumis tipis yang menjelajahi hampir seluruh bagian tubuh belakangku. Aku makin kebingungan ketika jarinya perlahan menyodok masuk ke vaginaku, arghhhh! Aku tiba-tiba merasakan sensasi yang luar biasa dari permainan jarinya di vaginaku!

Aku makin bingung ketika jari-jarinya bergerak lincah keluar masuk vaginaku, apalagi ketika entah jari yang mananya mulai mengelus-elus clitorisku. Sekarang aku tidak berontak lagi, tapi menggelinjang karena mulai merasakan nikmat. Sialan! Aku tidak mau, tapi aku tidak bisa melawan tubuhku sendiri. Gabungan antara ciuman penuh nafsu yang terasa kasar di punggungku dengan permainan jarinya di lubang vaginaku membuat aku merasakan sensasi yang makin menguasai tubuh. Perlahan-lahan kurasakan vaginaku mulai basah dan aku yakin dia tahu itu.


***​

Wanita di depanku ini memang molek dan menggoda, tubuhnya yang sudah tertelungkup setengah menungging ini terlihat sempurna. Kulitnya mulus, padat dengan bokong yang sangat menggoda. Nafsuku memuncak, penisku makin tegang dan rasanya tidak sabar lagi untuk menikmati tubuh indah ini. Tapi aku masih berusaha sabar, aku tahu dia memang sudah menyerah dan tidak bisa lepas lagi. Entah kenapa, meski awalnya berniat memperkosa wanita ini tapi tetap saja aku rasanya tidak tega mengasarinya. Mungkin aku benar-benar suka sama dia, tapi persetan! Aku cuma ingin menikmati tubuhnya meski aku juga tak hendak menyakitinya.

Ketika punggung, leher dan pinggangnya aku jelajahi dengan bibir, jariku tak kubiarkan diam. Kutelusuri bokongnya hingga ke bagian vaginanya. Ketika perlahan jariku kupaksakan masuk ke vaginanya dia melawan, tapi tenaganya sudah habis dan perlawanannya sama sekali tidak berarti. Kuteruskan ciuman-ciumanku di bagian punggungnya, sesekali kujilati punggung, leher dan pinggangnya. Smentara itu jariku makin lincah mengubek-ubek vaginanya. Sambil jari telunjukku keluar-masuk di vaginanya, clitorisnya kupermainkan dengan jari tengah. Dia terus bergerak seperti melawan, tapi sudah tidak seperti tadi lagi, bahkan kutebak dia mulai meraskan sensasi yang lain. Sampai akhirnya aku tahu vaginanya mulai basah! Jariku yang bermain di dalam vaginanya mulai basah dan lembab. Rupanya dia mulai terangsang! Aku senang luar biasa, dan sepertinya tanpa sadar aku tersenyum simpul.

Akhirnya aku tidak tahan juga, entah berapa menit sudah aku bermain di punggung dan vaginanya. Hasilnya mulai terlihat, vaginanya basah dan sepertinya siap untuk menerima penisku. Aku menghentikan kegiatanku, mencabut jariku dari vaginanya. Leleran cairan vagina membasahi jariku, kudekatkan ke hidung dan dengan cepat semerbak bau wangi menyeruak. Mungkin dia baru saja membersihkan vaginanya saat mandi tadi. Aku makin bergairah, nafsuku bergelegak dan siap untuk dimuntahkan.

"Hmpffh....hmpfhhh.." Dia tahu kalau aku sudah siap menyodok vaginanya dengan penisku yang sudah tegak, kembali dia mencoba melawan tapi rasanya sia-sia saja. Aku mengatur posisi bokongnya, melebarkan kakinya hingga vaginanya terpampang jelas. Vaginanya indah dengan rambut yang tercukur rapi, benar-benar membuat aku makin bergairah. Perlahan kuarahkan penisku ke depan vaginanya dan dengan satu sentakan penisku berhasil masuk. Rasa lembab dan hangat dengan cepat menjalari penisku, rasanya luar biasa! Dia sempat tersentak ketika penisku baru masuk, mulutnya mengeluarkan suara yang entah apa maknanya. Aku memejam sejenak sebelum perlahan-lahan menggerakkan penisku keluar-masuk, ah..rasanya memang luar biasa! Tercapai sudah mimpiku menikmati tubuh wanita molek ini.

***​

Arghhh! Dia akhirnya memasukkan penisnya! Sedari tadi aku sudah kebingungan harus bersikap bagaimana, aku ini korban pemerkosaan tapi entah kenapa aku malah menikmatinya. Vaginaku tidak bisa bohong, dia mengeluarkan cairannya dan menjalarkan rasa nyaman ke seluruh tubuhku. Sekarang lelaki itu menghentikan aksinya dan aku tahu dia bersiap memasukkan penisnya. Duh! Kenapa harus begini? Kenapa aku harus berada di persimpangan seperti ini? Aku benci mengakui kalau nafsuku juga sudah mulai merambat naik ke puncak, mengharapkan yang lebih lagi. Aku malu! Aku harusnya berontak karena aku ini diperkosa! Tapi kenapa aku justru menikmatinya?

"Hmpfffhhh!" Aku tersentak, penisnya benar-benar sudah masuk ke dalam vaginaku! Penis itu terasa memenuhi seluruh dinding vaginaku, membawa sensasi lain yang jauh lebih menyenangkan dari sensasi sentuhan jarinya tadi. Aku masih terus berusaha melawan nafsuku sendiri, berusaha menunjukkan kalau aku tidak menyukainya, aku masih seorang korban perkosaan yang tersakiti. Tapi aku tidak bisa! Aku justru menikmati ketika dia mulai menggerakkan pantatnya, membuat penisnya bergerak keluar masuk vaginaku. Tolong! Kenapa aku justru menyukainya? Arghh!

Entahlah, sensasi didominasi rasanya benar-benar membuat aku tidak berdaya. Aku merasakan kelaki-lakiannya yang begitu memancar dan mendominasi. Aku hanya wanita yang tidak berdaya yang tangannya terikat di belakang dan tenaganya mulai habis. Perlahan aku luruh sepenuhnya pada lelaki perkasa di belakangku itu, aku luruh di bawah kelaki-lakiannya yang begitu besar, dan aku juga luruh pada sikapnya yang meski mendominasi tapi tak sampai berbuat kasar. Aku sudah tahu aku harus berbuat apa, aku harus menikmati saja apa yang dia perbuat. Perlahan-lahan akupun menggerakkan bokongku menyambut goyangannya yang semakin bersemangat.

Lelaki yang sampai sekarang tidak kutahu namanya itu menarik rambutku, tidak terlalu keras tapi cukup membuatku menengadah, bibirnya turun ke leherku, menjelajahi daguku terus ke bagian pipi. Sementara itu tangannya mulai menjelajahi bagian dadaku yang sekarang mulai terangkat sedikit. Dia meremas dengan sedikit kasar payudara kananku, sementara tangan kirinya masih menarik rambutku ke belakang. Sensasinya luar biasa, aku makin tenggelam dalam sensasi kenikmatan yang aku sendiri bingung bagaimana menggambarkannya. Hingga akhirnya dia melepas kain yang menyumpal mulutku.

" Ackhh...achh.." Suara itu memang sedari tadi keluar dari bibirku tapi tak mampu terdengar karena tersumpal kain. Sekarang erangan halus itu tiba-tiba memenuhi ruangan, memberi tanda kalau aku benar-benar sudah takluk pada lelaki itu. Dia mengerti, bibirnya dengan cepat mencari-cari bibirku dan gilanya aku malah mendekatkan bibirku ke bibirnya. Kami berpagutan, bibir bertemu bibir dan lidah bertemu lidah. Hilang sudah semua perlawananku, berganti dengan kepasrahan yang menyambut semua serangannya. Tidak tepat kalau dibilang pasrah karena toh aku lantas membalas serangan bibir dan lidahnya. Kami terus berpagutan sementara tangannya liar mempermainkan payudaraku, meremasnya dengan kasar dan mempermainkan putingnya. Di bawah sana penisnya masih terus bergerak lincah keluar masuk ke dalam vaginaku, menyisakan suara gesekan yang makin membangkitkan gairah.

***​

Anto nyaris berteriak kegirangan ketika tahu Dewi ternyata sudah takluk. Sebagai lelaki berpengalaman dia tahu kalau vagina Dewi yang basah itu adalah tanda kalau dia sebenarnya juga ikut terangsang dan menikmati sensasi yang timbul. Anto makin berani, dia melepas sumpalan kain di mulut Dewi dan segera menyergap bibirnya. Anto tidak salah, Dewi ternyata membalas ciumannya, mereka bahkan berpagutan dengan panas dan penuh nafsu.

Hingga akhirnya tubuh Dewi seperti tersentak, erangan keluar dari mulutnya dan matanya terpejam.

"Aarrghh...Arghhh..." Anto tahu wanita itu mencapai klimaksnya, tubuhnya mengejang dan seperti menghentak sebelum jatuh terkulai lemas. Anto berhenti sejenak, menikmati pemandangan yang sangat menggairahkan itu. Hanya sejenak karena Antopun sudah nyaris tidak sanggup membendung hasratnya yang makin memuncak. Diawali dengan gerakan lembut Anto kembali menggoyangkan pinggulnya, Dewi yang tangannya masih terikat ke belakang hanya bisa pasrah menerima sodokan Anto yang perlahan tapi pasti makin bersemangat.

Tapi rupanya Dewi kembali mencapai puncak klimaksnya, tubuhnya kembali bergetar dan tersentak sebelum kembali lunglai, kali ini lebih lunglai dari sebelumnya. Anto tidak sempat berhenti sejenak seperti sebelumnya, nafsunya juga semakin tinggi dan mendekati puncak. Goyangan pinggulnya semakin cepat, penisnyapun semakin lancar keluar masuk vagina Dewi. Hingga akhirnya Anto dengan kasar menarik penisnya, menarik tubuh Dewi hingga jatuh terduduk di lantai. Anto menarik kepala Dewi hingga wajahnya tepat berada di depan penisnya. Dewi seperti tahu apa yang diinginkan Anto, matanya terpejam tapi mulutnya terbuka lebar seperti siap menerima tumpahan sperma dari penis Anto.

"Arrghhhhh!" Anto menggumam keras sambil mengocok penisnya. Tak berapa lama penis yang berwarna coklat kehitaman itu menumpahkan sperma yang begitu banyak dan jatuh tepat di wajah Dewi. Sebagian masuk ke mulut Dewi yang sudah terbuka lebar, sebagian lagi jatuh di sekitar wajahnya. Anto tersentak beberapa kali, tergulung-gulung dalam gelombang kenikmatan yang membuatnya seperti melayang. Ketika penisnya sudah berhenti menyemburkan sperma dengan cepat ditekankannya ke mulut Dewi, wanita itu pasrah saja menerima penis Anto dan mengulumnya, membersihkan sisa sperma yang masih ada hingga benar-benar bersih. Anto menarik nafas panjang, bergidik sejenak dan membiarkan Dewi membersihkan penisnya.

***​

Gila! Gila! Gila! Lelaki ini membuatku mencapai klimaks dua kali hanya dalam satu posisi! Gila! Aku tak pernah merasakan sensasi seperti ini sebelumnya! Gilanya lagi karena aku masih dalam posisi diperkosa! Harusnya aku tidak menikmatinya, harusnya aku tidak mencapai orgasme! Tapi aku tidak bisa menolaknya, sensasi didominasi seperti ini benar-benar membuat aku tidak berdaya, bahkan nikmatnya jauh melebihi ratusan persetubuhan yang sudah aku lewati bersama suamiku.

Lebih gila lagi karena aku menerima saja ketika dia menumpahkan spermanya di wajahku dan bahkan di mulutku. Akupun tak menolak ketika dia menyodorkan penisnya untuk aku isap, aku jilat dan aku bersihkan dari sisa sperma. Gila! Aku melakukannya dengan sukarela, pada pria yang tidak aku kenal dan bahkan memperkosaku! Aku sama sekali tidak jijik ketika cairan gurih dan kental itu masuk ke tenggorokanku, memenuhi rongga mulutku. Sampai akhirnya aku jatuh tertidur lemas di lantai dengan tangan yang masih terikat.

Tapi lelaki ini memang aneh! Meski dia barusan memperkosaku tapi dia tak juga menunjukkan kekasarannya. Dia malah membersihkan mulut dan wajahku dari sisa spema yang tercecer, mengangkat tubuhku ke atas ranjang meski tidak melepas ikatannya pada tanganku. Dia bahkan keluar sebentar dan kembali dengan segelas air putih. Dia membantuku meneguk air putih dari gelas itu, tapi aku tak berani menatap wajahnya. Aku masih malu sekaligus benci pada diriku sendiri. Malu karena seharusnya aku berontak karena diperkosa dan bukannya malah menikmati hingga orgasme, aku benci pada diriku sendiri yang bisa begitu mudah takluk pada sensasi didominasi. Aku memalingkan muka, tak mau menatap wajahnya. Mungkin pipiku bersemu merah, aku bisa merasakan hangatnya.

Tapi rasa malu dan benciku kemudian hilang ketika dia mulai lagi menggerayangi tubuhku, kali ini dia tak perlu susah payah memaksa karena aku sudah benar-benar takluk. Tenagaku sudah habis dan akupun sudah benar-benar menikmatinya. Dengan kekasaran yang sulit aku terjemahkan dia menggerayangi seluruh tubuhku, membangkitkan gairahku yang perlahan-lahan mulai menguasai kembali. Hingga akhirnya kami kembali bersetubuh, masih dengan posisi tanganku yang diikat ke belakang. Dia membuatku menikmati persetubuhan dengan beragam gaya yang sebagiannya belum pernah aku lakukan. Hingga akhirnya aku lupa berapa kali aku sampai di puncak, aku hanya tahu tubuhku yang lemas selemas-lemasnya.

Mungkin aku malah pingsan, sama sekali tidak sadar. Entah berapa kali aku mencapai orgasme, hingga rasanya habis semua tenagaku. Tulang-tulangku serasa dilolosi satu persatu, nafasku tersengal-sengal seperti habis berlari puluhan kilometer. Tapi di balik semua itu ada rasa nikmat yang sangat sulit aku gambarkan. Aku diperkosa, aku diikat, aku dipaksa tapi itu hanya awalnya karena akhirnya aku menikmati semua itu. Aku takluk dalam dominasi yang sungguh luar biasa dari lelaki yang sampai sekarang aku tidak tahu siapa.

Aku sudah antara sadar dan tidak sadar ketika aku merasa dia melepas ikatanku. Akupun rasanya antara sadar dan tidak sadar ketika dia keluar dari kamar dan meninggalkanku sendirian di atas ranjang. Aku lemas dan aku masih terbuai kenikmatan selama berjam-jam hingga akhirnya aku bingung: benarkah tadi aku diperkosa?
 
Terakhir diubah:
Maaf gan klo bsa 1 pov klo mw bda pov nya harus dikasih tw biar enak bacanya gan...klo 1 cerita rbah2 povnya jadi g bsa menghayati cerita...
 
Maaf gan klo bsa 1 pov klo mw bda pov nya harus dikasih tw biar enak bacanya gan...klo 1 cerita rbah2 povnya jadi g bsa menghayati cerita...

terima kasih gan untuk koreksinya. sudah newbie perbaiki
semoga lebih enak dibaca

:)
 
dilanjut suhu.......
 
Makasih udah mampir semuanya..
belum kepikiran sih buat ngelanjutin hehehe
 
semoga ada lanjutannya gan, misal abis diperkosa jadi ketagihan atau yg lainnya.....
 
mantab ceritanya suhu...mari sama2 kita bilang lanjutkan
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
bagus sekali awal cerita ini...
 
Lagi..... Lagi.... Lagi.... 1000 X
 
mantap ceritanya. POVnya jg bagus. Maaf cma saran, POV dewi sepertinya msh terlalu cow, coba ajak Female member br lebih terasa cewnya.

Yang lainya...wow....lanjutkan suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd