Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Birahi Sinta

Status
Please reply by conversation.

Gosh31

Semprot Baru
Daftar
29 Sep 2020
Post
39
Like diterima
608
Bimabet

Rumah Kos, tempat tinggal Sinta di Jakarta​

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3

Para Tokoh


Sinta


Pak Hasto​

"Kalau dari alamatnya sih, udah bener di sekitar sini"

"Tapi jalan yang ini, apa satunya lagi tadi yang di sana?", timpal seorang perempuan berkerudung biru dengan tinggi 166 cm kepada suaminya. Mereka berboncengan menggunakan sepeda motor, baru saja berpayah-payahan mengelilingi daerah Salemba hingga Senen.

"Sepertinya sudah benar, dideretan sebelah sini"

"Ini nomor 3, deretan ganjil di sini kayaknya", sosok perempuan berkerudung itu bernama Sinta (31 tahun). Ia turun dari sepeda motor bebek yang dikendarainya bersama suami dari Bandung ke Jakarta.

"Di tengah-tengah, aku coba ke situ", sepeda motor digegas oleh Hardi (35 tahun), itu bergerak ke depan sebuah rumah kosong. Sinta menyusul kemudian.

"Nah ini!"

"Alhamdulillah..."

"Kalau dari alamat yang dibilang, sudah betul, coba kita cek, semoga yang punya ada di rumah"

"Iya Mas"

Hardi memarkirkan motornya di depan rumah kosong yang nyaris porak poranda dengan atap terkoyak. Dibilang rumah berhantu, tidak begitu seram juga, sebab rumah itu tampak mau rubuh fondasinya dan genteng langitnya terjurai ke bawah. Belum lagi gerobak-gerobak yang ditinggalkan oleh pemulung dipinggirkan di sana.

Menaiki undakan tangga yang sepertinya sengaja dibuat oleh pemilik rumah, Hardi dan Sinta mencoba memanggil penghuni di dalam walaupun pagar besi membatasi mereka untuk masuk.

"Permisi! Assalamualaikum!"

"Assalamualaikum!",

"Assalamualaikum Pak! Ibu!"

"Selamat Siang!"

"Coba di cek ada belnya gak, Mas?", tanya Sinta yang malas berteriak. Hardi mencoba memeriksa area sekitar pagar, nyatanya memang tidak ada bel.

"Rumah segede ini kok bisa gak ada belnya", gerutu Hardi.

Beberapa menit setelah itu terdengar suara dari dalam rumah,

"sebentar, maaf, membuat lama menunggu!".

"Iya tidak apa-apa Pak..."

Lelaki itu agak kerepotan membuka pintu rumahnya sendiri, sampai-sampai sebuah batu besar dijadikan penahan pintu agar tidak lantas tertutup apabila dibiarkan terbuka.

"Maaf, ada keperluan apa bapak dan ibu kemari?"

"Iya Pak, kebetulan kami lagi cari rumah kos di sekitar sini, sebelumnya kami cari di Sentiong, tapi rata-rata sudah penuh, lalu kami disarankan oleh pemilik kos di sana ke alamat rumah ini"

"Oh mau ngekos, ayo-ayo mari masuk dulu"

"Terima kasih Pak...", jawab Sinta begitu lega, akhirnya ia menemukan rumah kos di Jakarta.

Bapak yang sepertinya pemilik kos ini mempersilakan Hardi dan Sinta duduk di bangku kayu yang tampak berdebu dan kotor lantainya. Mereka duduk bersebelahan tak memikirkan itu, hanya berharap ada kamar kosong di tempat ini.

"Jadi Mas dan Mba ini mau ngekos di sini?"

"Bukan saya sih, Pak. Tapi istri saya ini, namanya Sinta, dan saya suaminya Hardi. Kebetulan istri saya ini dipindahkan tugas ke Jakarta oleh kantornya"
"Kami sebenarnya tinggal di Jogja, istri saya baru baru ini dapat kerjaan di Bandung, eh ternyata langsung dipindahkan lagi ke Jakarta"
"Hehe..."

"Wah bisa begitu ya..."

"Saya juga bingung awalnya sama suami, tapi ya mau bagaimana lagi, cari kerjaan susah sekarang, hitung-hitung nambah-nambah untuk keperluan keluarga", jawab Sinta.

"Yaa, yaaa... ada benernya juga"
"Oh ya, saya Hasto, pemilik rumah kos ini"
"Kebetulan di sini memang masih banyak kamar yang kosong, sayangnya kamarnya pakai AC semua dan harganya tentu agak mahal"

"Oh gak apa apa Pak Hasto..."
"Justru kami udah seneng banget dapat kamar di sini", terang Hardi yang datang ke Jakarta mengantarkan istrinya mencari tempat tinggal sementara, sedangkan ia dalam kondisi menganggur dan lebih betah tinggal di kampung.

"Mau langsung lihat kamarnya?"

"Maaf Pak sebelumnya, kalau untuk harga kos per bulannya berapa ya?"

"Untuk per bulannya Rp1.200.000, sudah termasuk WIFI dan AC di sini"
"Ada dapur juga yang bisa digunakan secara bergantian"

"Huh...Akhirnya....", Hardi dan Sinta saling menatap lega.

"Bagaimana? Kemahalan ya?"

"Enggak, kok Pak..."
"Kalau begitu, apa kami boleh langsung lihat kamarnya?"

"Oh tentu, silakan-silakan...."

Hasto, lelaki berusia 53 tahun itu, menggiring Hardi dan Sinta memasuki rumahnya yang mempunyai sejumlah kamar yang banyak disertai nomor-nomor yang tertempel di depan pintu. Hardi mengira Sinta akan menempati salah satu dari kamar itu. Malahan, mereka berdua menaikki tangga di dekat dapur. Pak Hasto membawa Hardi dan Sinta ke area kamar kos lantai 2 yang tak kalah banyak kamarnya sehingga membikin pasangan suami istri itu terheran-heran ada berapa jumlah penghuni kos di sini.

"Nah ini kamarnya..."

"Wah bagus juga yaaa...."

"Kalau boleh tahu penghuni kosnya di sini ada berapa orang Pak?"

"Dari 15 kamar, 6 terisi"
"Sebelumnya saya beritahukan dulu kalau rumah kos ini campur antara pria dan wanita"

"Tidak apa-apa Pak"
"Kami tidak mempermasalahkan soal itu"

"Jadi mulai kapan mau menginap?"

"Besok Pak"
"Saya mau ambilkan barang-barang lebih dulu dari rumah kerabat yang ada di Jakarta"

"Oh begitu...", Pak Hasto memandang ke arah istri Hardi. Namun, Hardi tak mengetahuinya karena menganggap tak ada yang mencolok dari Sinta.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd