Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT BIANGLALA DI BANDUNG UTARA

BAGIAN PERTAMA

PARKINDO : PARTAI KEBANGKITAN INDONESIA



Dokter Priscilia Natali Ang sekejap memperhatikan pemuda asing itu ketika masuk ke dalam bistro dan berdiri menghadap petugas lobby yang menanyakan pesanan. Selama hampir 2 menit pemuda itu menjelaskan keinginannya. Petugas lobby kemudian menjentikan jari memanggil pelayan agar mendekat dan menuntun pemuda itu ke meja yang telah ditentutan.​


Dokter itu menarik nafas untuk melonggarkan dadanya yang sesak akibat agitasi kharisma kelelakian yang ditebarkan pemuda itu. Bagaimana pun dokter Lia, demikian panggilannya, tahu persis bahwa dia sudah 50 tahun. Dia tidak dapat berharap pemuda itu menoleh kepadanya. Apalagi mengharapkan senyumnya. Tidak. Walau pun begitu, namun dalam hatinya secara diam-diam Lia merasa yakin dirinya cukup cantik untuk dikagumi oleh seorang brondong --seperti pemuda itu.

Duduk di meja dengan dua kursi, brondong itu persis berada 2 meter di hadapan STW yang sedang merasa kesal. Suaminya, Fredi Ananta, untuk yang kesekian puluh kalinya membatalkan janji makan siang bersama. Fredi harus terbang ke Medan siang itu juga untuk mewakili Ketua Umum yang berhalangan hadir. Sebagai Sekjen, tugas mewakili Ketum adalah sebuah kewajiban sekaligus kebanggaan. Lia tidak bisa menyalahkan Fredi. Itu adalah salah satu pekerjaannya sebagai politisi. Lia sangat menghargainya.

Mereka telah menempuh waktu 25 tahun bersama, menyisir hari-hari yang panjang dan melelahkan dalam kronik kehidupan yang penuh suka dan duka.

Fredi bukan suami yang sempurna dan juga tidak suci dari kesalahan. Sebagaimana dia merasakan hal yang sama pada dirinya. Mereka pernah melakukan selingkuh beberapa kali dan saling memaafkan. Mereka tahu kadang mereka dilanda kebosanan dan rasa jenuh yang luar biasa, bahkan ketika sex tak bisa lagi mereka nikmati; wajarlah jika sesekali mereka melanggar kebiasaan. Sedikit bersenang-senang, asal aman dari mata publik dan berada dalam koridor kesehatan; mengapa tidak?

Tapi kali ini Fredi membatalkannya 5 menit setelah Lia memesan makanan. Terlalu. Siang itu dia berharap menemukan sang suami duduk semeja dan mendengarkan lelucon-lelucon konyolnya mengenai beberapa teman seperjuangannya yang kini sudah menjadi mentri di kabinet. Perasaannya jadi gamang ketika harus makan sendiri. Membatalkan pesanan dan menggantinya dengan menu yang lain yang lebih sedikit dan lebih sehat. Dia terkena charge 40 persen dari harga makanan yang dipesan, tapi itu tidak masalah; karena yang menjadi masalah adalah waktu menunggunya menjadi lebih lama. Tapi itupun kini tidak masalah, karena dia bisa menikmati seorang brondong yang makan sendirian dengan lahap.

Brondong itu makan dengan tenang --tapi cepat. Rasanya dia tidak mengunyahnya dengan baik. "Ah, itu kurang sehat. Makan terburu-buru tidak baik untuk kesehatan." Pikirnya. Dari bawah daun meja, Lia bisa melihat brondong itu duduk dengan agak mengangkang sehingga celana pantalon brondong itu mengetat. Itulah sebabnya Lia bisa melihat sebuah tonjolan mirip tabung paralon mencetak pada kain di pinggir ristluitingnya.

Sekejap Lia menelan ludah.

Dulu dia pernah berselingkuh dengan beberapa dokter muda yang berada di bawah bimbingannya. Cukup menyenangkan. Tapi selingkuh dengan teman sekantor, memiliki banyak resiko. Salah satu yang terburuk adalah hilangnya respek terhadap senoritas dan jam terbangnya sebagai dokter. Itu berakibat pada kesalahan skill profesi yang mengarah pada kelalaian dan mal praktek karena sulitnya dibimbing. Mereka merasa dekat dan telinganya tak bisa mendengar selain rasa bangga berhubungan sex dengan pimpinannya.

Sex-nya menyenangkan. Tapi dampaknya menyebalkan.

Itu adalah kesalahan dan Lia tak pernah melakukan kesalahan untuk yang kedua kali. Karena itu dia sangat berhati-hati. Namun meski sudah hati-hati, toh dia kejeblos juga ketika berselingkuh dengan seorang pengusaha muda yang merupakan salah satu kolega suaminya. Pengusaha muda itu terlalu besar mulut dan memiliki kebodohan dalam menyimpan rahasia. Akhirnya Fredi tahu dan dia sangat marah. Mereka bertengkar, tapi tidak lama. Toh Fredi juga berselingkuh dengan kadernya yang cantik dari Menado.

Kini 5 tahun sudah berlalu sejak terakhir si pengusaha muda itu menidurinya di hotel. Lia merindukan seseorang yang bukan suaminya tapi bukan gigolo. Lia tidak begitu suka dengan gigolo yang bekerja secara profesional secara sexual tapi kepalanya kosong jika diajak bicara. Mereka hanya merasa jago di atas ranjang tapi mereka tidak pernah benar-benar bisa memuaskannya.

Lia tidak bisa menebak brondong itu seperti apa. Apakah dia memiliki isi di dalam kepalanya, apakah dia seorang yang sok ganteng dan bangga dengan penampilan fisiknya? Apakah dia tinggi hati? Entahlah. Kalau dilihat dari outfitnya, kemeja legging lengan pendek yang membungkus tubuhnya dengan ketat, celana pantalon katun yang halus, sepatu pantofel dengan hak rendah... kelihatannya dia seorang pebisnis. Usianya mungkin sekitar 23 atau 24. Namanya, mmm... kemungkinan dia memiliki nama modern seperti Rangga, Aditya, Ardi... atau nama yang berciri khas timur tengah seperti Fadel, Rizal, Yaser, Farouk ... mungkin juga nama berbau barat seperti Steven, Robby, atau Sebastian.

Sementara Lia bermain-main dengan pikirannya, brondong itu sudah selesai dengan makan siangnya. Dia bangkit, membayar di kasir dan membiarkan sepasang buah pantatnya yang ketat menyelam di dalam pikiran Lia yang tumbuh menjadi sangat liar.

"Hadeuh!" Keluh Lia. Dia menyentuh makan siangnya yang baru tiba tanpa selera. Masih ada waktu 30 menit lagi sebelum dia kembali ke rumah sakit untuk melakukan bedah plastik 2 pasiennya yang sudah dijadwalkan.

***​


Rumah Sakit Metamorf Plastic Surgery, terletak di Resort Dago Pakar. Sebuah kawasan yang dingin dan sejuk di bilangan Bandung Utara. Sepintas orang yang melihat dari luar, bangunan itu sama sekali tidak mirip dengan rumah sakit apa pun. Bahkan plang papan namanya pun tidak kelihatan --tidak ada. Bangunan itu malah mirip dengan sebuah hotel kelas melati yang sangat mewah dan eksklusif. Melulu dari pintu gerbangnya yang didisain sedemikian rupa, yang dilengkapi dengan kunci digital dan kamera CCTV pada pintunya, bisa membikin orang berpikir seribu kali mau apa mendekati pintu itu jika tidak memiliki kepentingan.

Rumah sakit itu mempekerjakan 8 orang tenaga medis keperawatan, 1 orang ahli gizi, 1 orang Chief dan 2 orang juru masak, 3 orang tenaga administrasi, 4 orang cleaning service, 4 orang Satpam dan 2 orang dokter spesialis kejiwaan dan spesialis penyakit kulit yang merupakan asistensi pembantuan untuk dokter bedah terbaik se-Asia Tenggara, yakni dr. Priscilia Natali Ang, Sp.BP. Penanggungjawab sekaligus pendiri rumah sakit tersebut.

Setiap hari, tempat parkir RS tersebut selalu dipenuhi dengan mobil-mobil mewah yang tak pernah bisa diduga berapa harganya. Mobil-mobil itu merepresentasikan pemiliknya yang datang ke situ untuk pelayanan terbaik. Melulu untuk konsultasi dengan durasi 30 menit, orang harus merogoh kocek Rp. 500 ribu. Apabila ditambah biaya pemeriksaan dan obat-obatan, biaya yang dikeluarkan tidak akan kurang dari Rp. 5 juta. Kalau ternyata harus operasi, atau memang sengaja menginginkan operasi bedah plastik pada salah satu bagian tubuh agar lebih baik; biaya minimal yang harus dikeluarkan adalah Rp. 50 juta. Tapi itu semua sepadan dengan hasilnya. Rumah Sakit Metamorf Plastic Surgery yang didirikan sejak 10 tahun lalu, merupakan tempat idaman bagi artis, selebritis, pengusaha kaya raya, untuk mengubah penampilan namun tetap sehat dan nyaman. Selain tempatnya yang privat juga peralatan yang dimiliki Rumah Sakit sangat lengkap dan yang terbaik. Bukan saja di Indonesia, tapi juga bahkan di Asia. Rumah sakit itu hanya kalah oleh segelintir rumah sakit di Korea, Jepang dan Singapura.

Setiap hari dokter Lia sedikitnya memiliki 2 pasien. Tapi hari ini dia mendapatkan 4 orang pasien. Dia bekerja dari pagi hingga sore dengan waktu istirahat 1 jam untuk makan siang. Usai melakukan bedah hidung seorang artis ibukota, Lia merasa sangat letih. Dia melempar masker dan sarung tangan karet ke dalam tong sampah lalu ke luar dari ruang operasi dan menaiki tangga menuju lantai tiga di mana ruang pribadinya berada. Duduk di sofa teras yang nyaman, dia langsung didekati Mang Maman, yang membawakannya segelas air putih hangat dan setengah cangkir kopi hitam.

Lia menelonjorkan kakinya yang putih mulus tanpa cacat dengan paha agak membuka. Punggungnya menyandar pada sofa dan sepasang matanya terlempar jauh pada langit senja yang dihiasi bianglala penuh warna yang melengkung di atas gunung Tangkuban Parahu.
"Sore yang cerah untuk hati yang hampa." Bisiknya.

Mang Maman, cleaning service yang sudah bekerja selama rumah sakit ini berdiri, mengundurkan diri diri dengan agak membungkuk. Sudut matanya menjengkit pada rok span ketat yang menganga, mengintip paha putih mulus memantulkan cahaya matahari senja yang jingga.

Dokter Lia menyesap kopinya dan menemukan sebuah motor gede meluncur dari pintu gerbang menuju tempat parkir yang dipenuhi volvo, mercedes dan Lambhorgini. Pengendaranya turun dan melepaskan helm.

Deg!

"Hey, bukankah dia si brondong itu?" Pikirnya. Antara terkejut dan gembira, Lia segera memungut smarphonenya dan menelpon Rina, petugas administrasi di Lobby.
"Rin, hari ini ada berapa orang yang datang untuk konsultasi?" Tanyanya dengan suara ditekan agar tidak kentara gemetar.
"Ada 3, Bu. Tapi dokter Seno belum juga datang, mungkin sebentar lagi."
"Siapa aja mereka?"
"Yang pertama Tobias Marvel Setiawan, Tyler Hendri Susilo dan Lamsijan. Semuanya berasal dari kalangan pengusaha."
"Oh. Baiklah. Mungkin pasien yang paling muda bisa saya tangani di sini sambil beristirahat dan minum kopi. Ini cuma konsultasi Kan?" Kata Priscilia dengan keyakinan 100 persen bahwa brondong itu adalah yang usianya paling muda. Dokter itu menduga nama Brondong itu kalau bukan Tobias tentulah Tyler.
"Baik, Bu. Namanya Lamsijan, usia 22 tahun, dia ingin konsultasi untuk membuang tahi lalat di wajahnya." Kata Rina dengan suara datar.

Apa? Lamsijan? Nama apaan itu?​


"Ya sudah, suruh mang Maman antar ke sini dan tawari dia pengen minum apa. Jangan lupa sekalian bawa juga berkasnya."
"Baik, Bu."

Selama menunggu beberapa menit, Priscilia benar-benar penasaran dengan brondong itu. Dia bahkan merasa aneh. Lamsijan? Sebuah nama yang sangat tidak diduga bisa menempel pada seorang lelaki yang memiliki daya tarik seksual yang sangat kuat.

Priscilia benar-benar penasaran dan ingin tahu lebih jauh.

***​

(Bersambung)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd