Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT BIANGLALA DI BANDUNG UTARA

Lanjutan 2​


Mereka berpisah di tempat parkir. Sebelumnya, dokter Priscilia meminta Rina untuk menghapus jadwal konsultasi atas nama Lamsijan dan menjelaskan bahwa Lamsijan boleh datang kapan saja ke tempat itu tanpa dipungut biaya sesenpun. Lamsijan dituliskan dengan tinta merah sebagai anggota khusus Super VIP dan boleh menempati kamar pribadi dokter Priscilia kapan saja dia mau. Selain itu, sebagai bentuk dukungan nyata terhadap Lamsijan, Priscilia juga membawakan 1 kodi (20 buah) Jas resmi partai berwarna merah dengan lambang silhuet burung Garuda yang sangat prestisius untuk siapa saja anggota Parkindo yang mengenakannya. Priscilia menyuruh Kepala Bidang Logistik untuk sesegera mungkin mengirimkannya ke Soreang. Sungguh kebetulan, tempat tinggal Kabid Logistik berada di sekitar Majalaya; jadi jas tersebut dijamin akan tiba sebelum acara Pembukaan Muskab digelar.​


Lamsijan menunggangi CBR 500cc cruiser dan melaju lebih dulu meninggalkan Priscilia yang duduk manis di jok belakang Mercedes Benz CLS-Class yang nyaman. Dia menelpon beberapa kader DPP lainnya dan Fungsionaris Partai untuk hadir di Muskab Parkindo Kabupaten Bandung dengan mengenakan jas resmi. Priscilia juga mengundang sejumlah wartawan.

Dari Resort Dago Pakar menuju Gedung Nonoman Sunda Kiwari, Soreang, perlu waktu satu jam dengan kecepatan sedang. Namun kalau macet, bisa sampai 3 jam. Tapi kali ini macetnya sangat parah. Priscilia tiba di lokasi 3 jam 15 menit lebih lambat dari Lamsijan. Dia menelpon brondong itu beberapa meter sebelum tiba. Lamsijan langsung ke luar dari gedung dengan langkah tergesa. Dia tampak tampil modis dengan hem ketat warna kuning pias dan pantalon gombor potongan lurus warna abu; serasi dengan jas resmi partai yang berwarna merah.
"Ibu jangan parkir di sini." Katanya sambil meminta masuk ke dalam mobil dan duduk di samping sopir, "Pak, tolong ke luar lagi dari sini dan masuk ke losmen di sebelah gedung... tuh yang itu." Kata Lamsijan.
"Kenapa di Losmen, Jan? Kenapa enggak nunggu di dalem gedung?"
"Fasilitasnya buruk, Bu. Sangat tidak layak bagi ibu. Lagi pula Ibu sudah kami skenariokan sebagai kejutan utama usai pembahasan LPJ dari Pak Didi."
"Baiklah, Jan, ibu nurut saja. Lagian sebetulnya memang sudah ada ketentuan protokoler untuk Ketua DPD jika mengikuti Muskab. Ikuti petunjuk Pak Ijan, Mang Asep." Kata Priscilia kepada sopir.

Mang Asep mengikuti petunjuk Lamsijan dan masuk ke halaman losmen. Priscilia disambut oleh sejumlah panitia berkaos merah partai bekas Pemilihan Legislatif yang lalu dengan sangat hormat. Lamsijan membawa Priscilia ke kamar yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
"Sebelumnya mohon maaf, Bu. Hanya ini yang bisa kami siapkan untuk ibu." Kata Lamsijan sambil menyalakan laptop yang sudah tersedia di situ. "Di laptop ini, ibu bisa mengikuti jalannya muskab. Kami sudah mamasang CCTV dan mikropon di ruang pertemuan utama, ibu tinggal menonton dan menilai aspirasi anak-anak muda kabupaten yang sebenarnya sangat inspiratif."
"Baiklah, Jan. Untuk level kabupaten, ini tidak buruk."
"Kami juga sudah mempersiapkan bahan sambutan untuk Ibu jika berkenan, terimakasih juga Bu atas jas partainya yang dengan bangga kami kenakan... sekarang permisi Bu saya harus kembali." Kata Brondong itu dengan wajah penuh semangat.
"Silakan, selamat berjuang ya."
"Siap, Bu. Merdeka!"
"Merdeka."

Priscilia tidak berani mengutuk fasilitas losmen yang memang seadanya. Dia duduk di ranjang yang tak berselera untuk ditiduri, namun dia menghibue diri membayangkan brondong itu dengan paksa menelanjanginya namun pemaksaannya dilakukan secara lemah lembut. Dia akan pura-pura melawan namun akan membiarkan brondong itu menciuminya dengan ganas... dan...akhh... Priscilia tak bisa membayangkan adegan berikutnya. Dia merasa takut nanti akan terbawa mimpi.

Dia segera mengalihkan fokusnya ke arah laptop dan memperhatikan perdebatan seru mengenai program-program partai yang terlalu utopis dan cuma jargon, tapi tidak menyentuh ke kesejahteraan masyarakat. Priscilia merasa bertambah kagum saja bagaimana brondong itu tampil menjadi singa podium yang memukau. Pilihan kata dan intonasinya sangat tepat, gagasannya cemerlang dan masuk akal... ekspresinya... charming.
"Dia mirip seperti John F. Kennedy." Pikir Priscilia sambil mengusap lembut kelentitnya dari balik celana dalam triumph yang lembut tipis.

Priscilia mengikik sendiri mengetahui dirinya sudah basah.

Dia bertanya-tanya, siapa sebenarnya brondong itu. Masih sangat belia, jenius dan memiliki perusahaan sendiri. Bahkan ketika dia memeriksa empat lembar teks sambutan yang dikonsep oleh brondong itu, Priscilia benar-benar ternganga. Pilihan katanya sangat tepat dan iramanya pun bagus. Isinya apalagi, jenial! Dia bahkan tidak terpikir untuk berpidato seperti itu.
"Dia akan menjadi assetku yang paling berharga!" Bisik Priscilia kepada dirinya sendiri.

Waktu berlalu dengan cepat dan jam menunjukkan pukul 22.30.

Dari layar laptop terlihat suasana muskab yang tiba-tiba menjadi ricuh. Brondong itu terpilih secara aklamasi menjadi Ketua DPC namun sejumlah oknum dari petahana melakukan protes dan keributan. Priscilia menganggap itu adalah sebuah dinamika yang biasa terjadi dalam Muskab. Namun ketika tiba-tiba muncul Ruhut Martobing, Sekertaris DPD, Priscilia menjadi agak heran.
"Saudara-saudara, tolong tertib." Priscilia mendengar suara Ruhut menggelegar. Suasana sidang muskab pun segera hening. Ruhut dengan cerdik langsung menguasai forum dan menyatakan bahwa pemilihan tersebut ilegal dan tidak sesuai dengan metode mekanisme --jangan disingkat-- yang sudah ditetapkan partai.
"Pemilihan ini tidak sah dan kami akan laporkan kepada Ketua DPD bahwa kalian telah melakukan pelanggaran kode etik dan AD/ART partai." Kata Ruhut dengan tegas.
"Pak Ruhut yang terhormat!" Priscilia tersenyum melihat brondong itu berdiri tegak dan menentang Ruhut yang sudah menguasai forum, "bagaimana mungkin ini dikatakan tidak sah? Kami melakukan pemilihan dengan sadar tanpa paksaan demi untuk mewujudkan cita-cita partai yang mulia. Kami juga telah membuat Berita Acara pemilihan yang telah ditandatangani oleh semua pengurus ranting kecamatan; pemilihan ini adalah aspirasi dari bawah yang menginginkan perubahan..."

Priscilia tertegun dengan perdebatan itu, "sangat menarik." Pikirnya. Dia hampir tak mendengar ada ketukan halus di pintu, ternyata mang Asep bersama sejumlah kader kecamatan yang mengenakan jas resmi partai.
"Ada apa? Mana Pak Lamsijan?"
"Kami memanggilnya Bung Ijan... bu, kami diperintah menjemput dan mengawal Ibu ke ruang sidang Muskab sekarang juga."
"Baik, tunggu sebentar di luar." Kata Priscilia sambil menutup pintu. Dia memperbaiki riasannya dengan cepat, mengenakan jas merah partai sambil mengantongi sambutan yang sudah setengah dihafalnya dan meyakinkan dirinya untuk tampil berwibawa di depan peserta muskab.

10 orang kader dari kecamatan itu rata-rata bertubuh sedang. Priscilia lebih tinggi sedikit dari mereka. Dia diapit di tengah-tengah para kader yang berbaris rapi. Lalu berjalan mengikuti irama langkah yang teratur.
"Ya ampun! Rasanya baru sekarang aku merasakan kebanggaan menjadi ketua DPD." Seru Priscilia dalam hati.

PERHATIAN SEMUANYA!!!​

KETUA DPD PARKINDO JAWA BARAT DOKTER PRISCILIA, ES PE BE PE., AKAN MEMASUKI RUANG SIDANG MUSKAB MOHON SELURUH HADIRIN BERDIRI!!!​


Kader yang berdiri paling depan berteriak dengan lantang ketika pintu ruang sidang utama Gedung Nonoman Sunda Kiwari terbuka. Seluruh hadirin peserta sidang pun berdiri dan merasa penasaran akan kehadiran Ketua DPD.

Namun cuma satu orang saja yang gemetar ketakutan bahkan sampai terkencing-kencing kencing di celana. Dia membungkuk ke arah ketua dengan wajah merah dan pelahan mengundurkan diri dari podium dan duduk dengan pura-pura tegar.

"Baru beberapa jam yang lalu saya mendapat salinan surat undangan menghadiri muskab..." Priscilia berkata sambil tersenyum, dia langsung didaulat ke podium karena suasana ruang sidang nyaris tidak kondusif, "dikirim oleh saudara Aceng Suganda, kader dari Kecamatan Gunung Batu melalui WhatsApp." Terdengar gemuruh suara yang riuh ketika orang yang bernama Aceng itu berdiri, mengepalkan tangan dan berteriak "merdeka!"

MERDEKA!!! Balas hadirin dengan gegap gempita.

"Jadi mohon maaf jika saya datang terlambat." Kata Priscilia ketika suara gemuruh itu reda. "Buat Bung Aceng, terimakasih juga kiriman videonya yang menggambarkan proses demokrasi yang sangat dinamis dalam muskab ini, selama di perjalanan saya mempelajarinya dengan baik. Saya sungguh terharu dan bangga! Kalian ini benar-benar amazing, dengan biaya yang sangat terbatas, bahkan saya dengar kalian bergotong royong urunan dana untuk menyelenggarakan muskab ini... sungguh saya tidak bisa banyak berkata-kata. Satu saja yang ingin saya ucapkan...KALIAN LAYAK DAPAT BINTANG!"

Gemuruh suara teriakan bahkan juga jeritan "merdeka" menggetarkan gedung yang sudah setengah tua itu.

Hidung Priscilia terasa mengembang jauh ke awang-awang. Selama berkecimpung dengan politik praktis, baru kali ini dia mendapat sambutan yang penuh semangat dan luar biasa.
"Selama di perjalanan juga saya telah mengkonsep sambutan untuk kalian... mohon tenang dan dengarkan baik-baik..." Katanya sambil mengeluarkan kertas teks sambutan.

Hadirin pun tenang.

Namun secara diam-diam, Didi Mukidi dan Ruhut Martobing ke luar dari ruang sidang Muskab. Sementara kader lain yang berasal dari DPD mulai berdatangan dan memenuhi ruangan. Muskab yang rencananya akan digelar selama satu malam dan satu hari itu, acaranya dipadatkan oleh panitia dan ditutup pada jam 1 dini hari. Lamsijan secara resmi menjadi Ketua DPC Parkindo Kabupaten Bandung. Dalam pidato sambutannya sebagai Ketua Baru, Lamsijan menolak dengan tegas LPJ yang disampaikan oleh ketua lama dan menuntut kejelasan penggunaan uang bantuan dari DPP, DPD dan dari d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) serta simpatisan yang berjumlah sekitar 500 juta.
"Jika terbukti terjadi penyalahgunaan dan korupsi, kami sebagai pengurus baru takkan membawa ranah persoalan internal partai ke kepolisian, tapi kami akan menyelesaikannya secara musyawarah dan kekeluargaan. Dengan dukungan dari DPD Provinsi kami yakin kami bisa mengklaim dana tersebut dan mempergunakannya demi kejayaan Partai. Sekian dan terimakasih. MERDEKA!!!"

Tepuk tangan hadirin yang riuh dan gegap gempita menandai berakhirnya Musyawarah Parkindo Cabang Kabupaten Bandung di penghujung tahun 2017 itu.

***​


Lamsijan tidak menunggu sampai semua kader menyalaminya sebagai ucapan selamat, dia pergi ke sudut dan memanggil Aceng.
"Ceng, kumpulkan semua teman, beresin semua ya. Ini 25 juta, bagi-bagi, jangan dimakan sendiri. Nanti suruh si Jajang bawa motor, jaket dan laptop di losmen, suruh bawa ke rumah. Nih kuncinya." Kata Lamsijan dengan suara berwibawa.
"Terus akang mau ke mana?"
"Aku mau nemenin ibu sebentar... dukungannya luar biasa kan? Sudah kubilang, kita pasti menang. Ingat, Ceng, kita masih punya agenda menuntut kejelasan dana bantuan sebesar 500 juta dari Didi Mukidi... paling lambat januari tahun depan kita pasti bisa ambil dana itu dari mereka; setelah itu seluruh pimpinan ranting kumpul di rumah dan akan aku bagikan buat kalian semua. Paham?"
"Paham pak Ketua."
"Ceng, kenapa aku nyuruh si Jajang untuk membawa motor, kamu tahu enggak alasannya?"
"Tidak, Pak Ketua. Jujur saja saya enggak ngerti mengapa Pak Ketua memilih dia, bukan si Usep dari dari Rancaekek, kan kita juga tahu si Jajang itu orang bermuka dua. Pak Ketua tidak layak mempercayai dia. Dan semua kader ranting juga membencinya karena dia orang yang tamak."
"Hm, itu betul, Ceng. Oleh sebab itulah aku memilih dia."
"Maksudnya apa Pak Ketua?"
"Ada beberapa teman dari ranting Kecamatan Bojong dan Banjaran yang merasa sakit hati sama si Jajang. Aku memberi kesempatan kepada mereka untuk memberi pelajaran... mereka sudah menunggu di rumah kontrakanku... begitu si Jajang datang, mereka akan menghajarnya sampai babak belur dan mengambil semua barang berharga di rumah.. setelah ini kamu pergi ke rumah Pak Otong, teman-teman akan berkumpul di sana. Nanti kamu akan lapor ke polisi telah terjadi perampokan di rumah aku... kamu paham strateginya, Ceng?"

Aceng terdiam sebentar.
"Itu... itu ide yang hebat Pak Ketua."
"Ssstt... ini antara aku dan kamu. Aku bilang kepada teman-teman dari Bojong dan Banjaran, ini adalah ide kamu. Kamu nanti yang akan muncul jadi pahlawan, setuju?"
"Sangat setuju Pak Ketua." Jawab Aceng dengan wajah gembira.
"Aku pergi dulu ya."
"Siap Pak Ketua, merdeka!"
"Merdeka."

***

(Bersambung)​

 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd