begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 591
- Like diterima
- 10.236
Between Sex & Love
HUJAN gerimis sore-sore. Tadi siang Mama bilang padaku nanti sore mau pergi ke super market berbelanja kebutuhan sehari-hari. Kulkas dan lemari kami sudah kosong. Adikku, Clara juga butuh pembalut karena sedang haid.
Nanti sore Mama pengen minta aku mengantarnya ke super market dengan mobil Papa karena mobil Papa sedang menganggur di rumah. Papa berada di luar kota untuk keperluan kantornya. Biasa, sebulan sekali Papa harus keluar kota selama beberapa hari.
Teringat dengan pesan Mama tadi siang, aku segera membereskan mainanku di komputer. Dan sewaktu aku keluar dari kamarku, aku melihat Mama sedang celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan berjalan perlahan-lahan ke keranjang pakaian, mungkin Mama takut kelihatan orang, karena saat itu Mama hanya memakai celana dalam, sedangkan dadanya yang telanjang ditutupi dengan kaos.
“Mah~~~," aku memanggil Mama yang sedang mencari sesuatu di keranjang pakaian.
“Duhhh~~~ Gusti, Mamah jadi kaget, untung Mamah nggak jantungan. Kamu ini ngagetin Mamah aja deh~~~” kata Mama memandang aku yang sedang berdiri di depan kamarku.
“Ahh Mamah~~~, gitu aja kaget! Mamah juga sih, biasanya sudah rapi kalau mau pergi, ini masih pake kayak gituan~~~” jawabku. "Mama jadi nggak ke super market?”
“Jadi~~~! Itu si Munah, habis cuci BH Mamah, entah tarohnya di mana~~~”
“Emangnya BH Mamah cuma satu?”
“Husss~~~ jangan berisik ahh~~~! Sudah, pergi sana~~~ jangan dekat-dekat Mamah dulu,” usir Mama. “Mamah hanya pakai beginian, nanti kelihatan Uki, nggak enak Mamah, Uki lagi main di luar. Sudah, sana~~~”
“Mamah yang masuk aja deh sana, biar aku yang cariin BH Mamah. Warna apa sih BH Mamah?”
“Yang biasa Mamah pake~~~” jawab Mama secepatnya pergi meninggalkan keranjang pakaian tanpa memberikan deskripsi padaku apa warna BH-nya.
Aku sempat memandang pantat Mama saat Mama berjalan kembali ke kamarnya. Hmmm~~~ pemandangan yang indah. Kalau saja aku bawa hape pengen aku videoin itu pantat yang bahenol buat bahan onaniku. Eh~~~ ceritanya kok jadi melenceng begini sih? Maklum, baru pertama kali melihat pemandangan indah dengan mata telanjang, bukan secara virtual. He~~ he~~
Aku segera mengobok-obok tumpukan pakaian di keranjang mencari BH Mama. Tidak lama aku mengobok-obok, langsung kutemukan BH Mama yang berwarna hitam. Wahh... cukup besar BH Mama, nomor 38B... ughhh... desahku keluar ludah ngiler membayangkan payudara Mama yang montok.
“Ini bukan, Mah?” tanyaku membawa BH Mama masuk ke dalam kamar Mama.
Mama yang sedang berdandan di depan cermin menengok ke belakang. “Iya, taruh di tempat tidur.” suruhnya. Mama sudah memakai celana panjang, sedangkan punggungnya ditutupi dengan handuk.
Aku menaruh BH-nya di tempat tidur, lalu mendekati Mama. “Kamu sudah mandi, belum?” tanya Mama.
“Sudah dari tadi,” jawabku.
“Sudah dari tadi pagi?” balas Mama mencandai aku karena Mama tahu aku malas mandi. He... hee...
“Neh... coba Mamah cium, sudah wangi sabun mandi atau masih bau keringat.” jawabku memeluk Mama dari belakang dan sekalian dengan nekat aku menarik handuk yang menutupi punggungnya.
“Gustiiiii~~~~!!” seru Mama mau merebut kembali handuknya, tetapi handuknya langsung kulemparkan ke tempat tidur, sehingga di depan cermin terpampang kedua payudara Mama yang telanjang.
Busyet deh ~~~ besar! Montok!
“Iseng ya, kamu!” omel Mama.
“Hii... hiikk...”
“Ketawa lagi. Lucu ya?” kata Mama membiarkan payudaranya telanjang di depan cermin, kemudian melanjutkan memoles pipinya dengan bedak.
Aku memeluk Mama dari belakang. “Besar banget, Mah. Aku pegang ya?” kataku semakin berani karena terangsang.
"Jangan!" kata Mama saat aku menaikkan tanganku.
"Ahh~~ Mamah~~~ pegang sebentar aja, boleh ya Mah~~~" rayuku tidak kuturunkan tanganku.
“Awas! Nanti Uki tiba-tiba masuk ke sini, bisa repot kita...”
Ternyata Mama takut dengan Uki, sebenarnya payudara Mama boleh dipegang. Hee,~~~ hee~~~
Tanganku langsung menjamah payudara Mama yang montok itu pelan-pelan. Aku usap, aku elus dan aku pegang putingnya yang menonjol tegang. “Adik”ku ikut meradang, sementara Mama memoles bibirnya dengan gincu berwarna merah segar, sehingga bibir Mama yang tipis itu terlihat bagaikan kelopak bunga mawar yang sedang mekar indah. Seandainya Mama mengizinkan aku lebih daripada memegang payudaranya, kataku dalam hati.
“Mmm... mm... boleh aku~~~ netekkah, Mah?” tanyaku nekat. Kalaupun Mama mau marah padaku aku berhak menerimanya.
“Netek?" tanya Mama. Nada suaranya tidak marah. "Mau berangkat ke super market jam berapa?”
“Belum juga jam 4. Boleh ya, Mah?” rayuku dan kucium pundaknya yang wangi sabun mandi.
“Mau ngapain sih netek segala? Kamu ini aja-aja deh. Ayo, di mana?!”
Haa~~ haa~~ rayuanku kena sasaran. Ternyata Mama tidak tahan rayuan!
“Terserah Mamah, kalau Mamah kasih. Kalau nggak ya nggak papa~~~ aku hanya iseng, pengen bernostalgia~~~” jawabku santai.
Mama sudah rapi merias wajahnya, sudah berbedak dan sudah bergincu merah di bibirnya. Aku duduk di tepi tempat tidur, sedangkan Mama berdiri di depanku menyodorkan puting susunya ke mulutku.
Dengan malu-malu canggung aku mulai menghisap puting susu Mama. Aku menikmatinya secara perlahan-lahan sementara payudara Mama yang satu lagi kupegang, kuusap dan kuelus. “Enak, ya?” tanya Mama sewaktu aku menatap wajahnya yang cantik. “Jangan hanya hisap yang sebelah situ, sebelah sini juga dihisap.” kata Mama mengajariku, mungkin Mama menikmatinya juga seperti aku.
Lalu aku pindah menghisap puting susunya yang satu lagi sembari aku menarik Mama mendekatiku dan kupegang bokongnya yang sintal. “Pintu kamar terbuka, sayang.” kata Mama menarik puting susunya lepas dari mulutku. Plop~~~
“Tutup dulu sana, sekalian keluar lihat Uki sudah selesai main belum, suruh mandi! Katanya tadi mau ikut ke super market. Mamah mau telepon Clara, kalau dia sudah selesai les, langsung saja ke sana.”
Aku menutup pintu kamar Mama dahulu, baru kemudian keluar menemui Uki. Aku menyuruh Uki mandi, tetapi Uki menjawab aku bahwa dia tidak mau ikut ke super market, tapi minta dibelikan hamburger dan kopi gula aren.
Tau makan enak juga tuh Uki, ujarku dalam hati dan segera aku kembali ke kamar Mama. Mama sedang menelepon Clara, tapi Mama sudah memakai BH. Aku menyesal. Namun kemudian harapanku kembali timbul sewaktu Mama selesai telepon Clara, Mama berkata padaku. “Clara nggak mau, katanya perutnya sakit. Kita bagaimana nih? Jadi berangkat nggak?” tanya Mama.
“Terserah Mamah,” jawabku.
“Besok saja, ya?”
“Mamah sudah berdandan cantik.” ujarku.
Mama tersenyum. “Ahh~~~ kok kamu baru tahu sekarang Mamah cantik? Dulu Mamah nggak cantik, ya?” goda Mama.
Aku menarik Mama mendekatiku. “Ayo~~~ mulai lagi~~~” kata Mama ketika aku mencium belahan payudaranya yang membuncah keluar dari BH-nya. “Oo~~~ mmmhh~~~ oohhh~~~” desahnya. “Bukain BH Mama dong, panas~~~” suruh Mama kemudian.
Aku membuka BH Mama. Setelah payudaranya telanjang, aku semakin berani. Aku tidak menghisap putingnya lagi, melainkan aku melumat bulatan payudaranya dengan mulut dan hidungku. “Ohh~~~ sayang, jangan napsu gitu ahh~~~ Mamah takut~~~” kata Mama.
Memang aku napsu. Rasanya tidak hanya payudaranya yang ingin kulumat, tetapi seluruh tubuhnya. “Aku pengen seperti orang dewasa, Mah.” jawabku. “Tapi sebelumnya aku minta maaf, karna aku tau pasti Mamah tidak mengizinkan~~~”
Mama menekan hidungku dengan ujung jari telunjuknya. “Apa Mamah bilang? Kamu pengen, apa kamu sudah bisa?”
“Yaa~~~ belum bisa sih! Tapi kalau Mamah mengizinkan aku mencoba~~~” jawabanku menggantung.
Hmmmmm.... Mama mengecup bibirku dengan gemas. “Mamah mengizinkan, tapi dengan satu syarat~~~ jangan sampai keluar dari kamar ini, ya? Ayo, lepaskan celana kamu.” suruh Mama.