Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Beauty And Her Beast Lover

wah mantap nih genre fav gw nih selain ugly bastard .. lanjutkan bray aku dukung 100000%
 
BEAUTY AND HER BEAST LOVER
CHAPTER 4, BETINA BARU UNTUK OBBI


Aku kemudian mencoba berdiri, terasa sakit selangkanganku akibat perbuatan Obbi, aku menatapnya, dan Obbipun menatapku, dia mendekatiku dan tiba-tiba berdiri, Obbi mengeram, suara napasnya bagai kereta uap, lidahnya yang panjang menjulur kebawah.

“Kenapa Obbi, kamu pingin nyetubuhin aku lagi ya..aku harus pulang Obbi,” ucapku memegang kaki depannya yang seolah memelukku. Aku terjatuh ke kursi, Obbi mendorongku, dia mendekati selangakanganku, dan mengendusinya, dan terasa lidahnya mulai menjilat pahaku, dan terus menyusuri selangkanganku.

“Gak Obbi, Gak bisa! Cukup sudah yang tadi, aku gak mau lagi melakukan perbuatan yang memalukan seperti tadi, lepaskan Obbi” teriakku, sambil mendorong kepalanya menjauhi selangkanganku, Obbi seolah mengerti dan terdiam menatapku, matanya seolah bicara. “kamu yakin gak mau lagi?” Obbi mengonggong pelan padaku.

Obbi kemudian berbalik berjalan membelakangiku, tapi sesaat kemudian dia kembali padaku, namun kini dia duduk dihadapanku, aku melihat anak-anak anjing Obbi sedang tertidur lelap, betapa menggemaskannya mereka.

Aku kemudian mengambil dasterku yang berserakan, dan mengenakan kembali, Obbi bangkit dan menjilati kakiku, dia terdengar melengking pelan, seolah mencoba menahanku agar tetap disini. Aku jongkok dan memegang kepalanya, “aku harus pulang Obbi.” Obbi mendengking pelan, dan menjauhiku seolah marah padaku.

Aku kemudian berjalan melewatinya menuju pintu keluar, dia hanya memandangiku, lalu kembali menggelosorkan wajahnya ke lantai, saat aku sudah diluar dan menutup pagar, terdengar gongongan Obbi, entah kenapa aku berat meninggalkan Obbi dan anak-anaknya, aku memandangi rumah pasangan Robin sesaat sebelum masuk ke rumah.

***

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku kemudian mengambil hpku, ada 5 panggilan tak terjawab dari mas Hermawan, baru saja aku hendak menelpon suamiku, teponku berdering, kulihat nama bu Robin yang melakukan panggilan.

“Halo bu.”

“Halo Susan, Puji Tuhan Kami sudah di Jakarta, baru saja mendarat, apa kamu di rumah?”

“Ya bu, barusan saya melihat ke rumah ibu, anak-anak obby sudah saya berikan susu.”

“Ohh gitu ya, mereka tidak berlarian mengacaukan rumah kan? Hahaha mereka sangat lucu-lucu.”

“Ya bu, mereka sangat menggemaskan.”

“Oh ya Susan, kalau persediaan susu mereka habis, tolong kamu belikan dulu ya, nanti saya ganti uangnya, saya lupa membeli persediaan susu dan makanan untuk mereka, kamu lihat kan tadi susu di kulkas tinggal sedikit.”

“Hmm ya.. ya bu...ya bu, nanti akan saya belikan.” Andai saja bu Robin tahu, kalau aku yang meneteki mereka hihihi.

“Ya udah ya Susan, terima kasih sudah bantu menjaga anak-anak anjing kami, good bless you Susan.”

Percakapanku dengan Bu Robin berakhir, aku lalu menelpon suamiku, mas Hermawan bertanya kenapa aku tak menjawab panggilannya, pada mas Hermawan aku menceritakan yang terjadi dengan keluarga Bu Robin sekaligus juga cerita mengenai permintaan keluarga pak Robin untuk menjaga anak-anak anjing Obbi, dan aku juga mengatakan pada mas Hermawan kalau aku tadi memberikan susu buat anak-anak anjing Obbi.

“Bukan susu kamu kan Yank yang dikasih.” Tanya Mas Hermawan

Aku terkesiap mendengar ucapan mas Hermawan, aku tiba-tiba gugup, “kok suamiku tahu.” Batinku

“Yank..kok diem, hahaha, aku becanda kok, ya udah, aku mungkin besok sore baru pulang ke rumah, dari semarang aku mau langsung ke kantor yank.” Ucap suamiku lagi.

“Ohh gitu, ya udah, kamu hati-hati ya.” Ujarku

Percakapan kami selesai, aku melemparkan hpku ke kasur, aku menatap cermin, memandang tubuhku yang masih terbalut handuk, aku teringat peristiwa tadi, aku mengelus payudaraku, dan memilin putingku, aku tersenyum-senyum sendiri teringat saat anak-anak anjing yang menggemaskan itu menetek seolah aku ibunya, ada sensasi sendiri saat menyusui mereka, aku merasa menjadi seorang ibu saat itu.

Tanganku turun memegang vaginaku, tiba-tiba hatiku berdesir, teringat saat Obbi menggenjotku, entahlah, rasanya sulit kuungkapkan, saat bersenggama dengan suamiku, aku tak pernah merasakan apa yang kurasakan saat itu.

Ketika suamiku sudah ejakulasi menyemprotkan sperma, penisnya langsung loyo, Namun berbeda dengan Saat Obbi menyemburkan sperma, bonggolnya ikut masuk kememekku, membesar dan menimbulkan sensasi sendiri, penis Obbi tak mengendur, malah kurasakan semakin membesar saat spermanya menyembur, sensasi itu yang benar-benar tak bisa kulupa, denyutan hangat kontol obi saat detik-detik bonggolnya membesar, dan juga semburan spermanya terasa begitu kencang menyemprot dinding gspotku, Ohhh...

Aku benar-benar tak bisa lupa, bahkan ahhh, aku ingin mengulanginya lagi, entahlah mungkin aku sudah gila, kenapa aku menjadi binal dan haus ingin disetubuhi, bahkan seekor anjing membuatku ketagihan ingin mengulangnya kembali.

Kuelus belahan vaginaku, Obbi adalah yang pertama menjilati vaginaku ini, mas Hermawan tak pernah sekalipun melakukan itu padaku, jujur aja hubungan seks dengan suamiku memang biasa aja, kadang aku mendapat orgasme, kadang belum sempat orgasme, mas Hermawan udah ejakulasi, malahan sebulan belakangan ini mas Hermawan disibukkan dengan berbagai tugasnya. Pulang kerja dia masih sibuk dengan laptopnya, sekitar jam 11 malam baru dia masuk kamar, terkadang saat aku horni dan mencoba mengajaknya, dia sudah mendengkur, dan akhirnya si Jimmi yang menjadi pelampiasanku.

Kembali ingatanku melayang saat lidah Obbi yang panjang menjilati memekku, tekstur lidah Obbi yang kasar dan panas membuat rasa yang unik saat vaginaku dijilat olehnya, geli dan merinding menjadi satu, menimbulkan rasa gatal yang sangat didalam rongga vaginaku, andai saja bisa terulang lagi..ahhhhhh.

“Aduhh Susan!! apa aku sudah gila memikirkan ini, Obbi itu bukan manusia, dia hewan, apa yang aku lakukan tadi siang, adalah hal yang tak pantas..ya aku gak boleh memikirkan itu, aku gak boleh!” aku duduk terpekur di ranjang, handukku sudah melorot lepas dari tubuhku dan terserak di lantai, aku merebahkan tubuhku, kulihat jam dinding kamar menunjukkan pukul 3 sore, lambat laun akupun tertidur dalam keadaan telanjang.

***

Aku membuka mataku dengan malas, suara hpku membangunkanku, kulihat jam dinding ternayata sudah setengah enam sore, aku menjangkau hpku yang tergeletak tak jauh dariku, kulihat nama suamiku memanggil.

“Halo yank, kamu lagi apa.” Tanya suamiku.

“Aku ketiduran yank, abis mandi rebahan ,eh malah ketiduran, kamu lagi apa yank.” Aku balas bertanya.

“Aku sudah dipenginapan yank, kayaknya aku pulangnya jadi lusa yank, soalnya ada kerjaan yang masih belum beres.” Ucap suamiku.

“Kok ditunda lagi sih yank, aku takut sendirian, apalagi rumah Bu Robin kosong.” Ucapku

Tiba-tiba aku teringat dengan Obbi dan anak-anaknya, “ya ampun, pasti anak-anak anjing itu lapar.” Batinku.

“Yank aku lupa kasih makan anak-anak anjing Obbi, aku kerumah bu Robin dulu ya.” Ucapku sambil bangun menuju lemari.

“Hmmm, yank, mendingan kamu ajak ajak Obbi dan anak-anaknya sementara dirumah, daripada kamu repot bolak balik ke sebelah.” Usul suamiku.

“Bener juga ya, kalau ada Obbi disini paling gak dia bisa jagain aku juga ya, ya udah nanti aku bawa mereka ke rumah aja, pasti bu Robin juga tak keberatan..” Jawabku sambil mengambil sebuah rok dengan atasan kaos dari dalam lemari.

“Ya sayank, ya udah kamu bawa aja Obbi dan anak-anaknya kerumah, aku tau Obbi anjing yang baik, dan kebetulan juga kan Obbi bisa jagain kamu, Yank udah dulu ya, hati-hati di rumah ya.” Suamiku menutup pembicaraan.

Setelah mengenakan pakaian, aku mencari kunci rumah Bu Robin, beberapa saat aku mencari, akhirnya aku menemukan kunci itu di meja makan didepan kamarku. Aku langsung bergegas keluar rumah menuju rumah Bu Robin.

***

Aku membuka pintu pagar rumah keluarga Robin, dari dalam, Obbi langsung berlari menubrukku, hingga aku terjatuh. Obbi naik keatas tubuhku, aku berusaha melepaskan diri darinya, tenaganya sungguh kuat, aku berteriak setengah menghardik padanya.

“Obbi hentikan..tolong hentikan, lepaskan aku.” Aku melotot padanya, seolah merasa bersalah, Obbi mengaing pelan, dia kemudian berjalan berputar-putar mengelilingiku, aku bangun dan mengibaskan bajuku yang sedikit kotor, kutepuk rokku yang terkena debu.

Obbi kemudian berjalan menuju ke dalam, didepan pintu, dia berbalik menungguku, “ya aku akan masuk.” Ucapku berjalan menuju ke dlam rumah.

Anak-anak anjing yang sedang bercanda satu sama lain, mengonggong gembira saat melihatku, seolah mereka melihat ibu mereka datang, ketiganya menghampiriku, berloncatan meminta aku gendong, aku berjongkok menyambut mereka, “aduh kalian sudah lapar ya, maafkan aku ya.” Aku megelus dan memeluk mereka satu persatu.

Aku menoleh ke arah Obbi, dia sedang duduk mengawasiku didepan pintu, Obbi menggonggong pelan, seolah berkata, “buruan kasih makan anak-anak, aku akan menjaga kalian disini.”

Salah satu anak anjing yang kugendong mengaiskan kakinya ke payudaraku, yang lain kemudian melompat ke pelukanku juga, aku sedikit kewalahan menghadapi anak-anak anjing yang lapar itu.

“Sebentar ya, aku akan ambilkan susu kalian di kulkas, bukan susu ini.” Ujarku tersenyum pada mereka, aku lalu bangun dan menuju kulkas, ketiga anak anjing itu berlarian mengikutiku. Entah kenapa payudaraku terasa perih, padahal tadi sebelum aku kesini, aku tak merasakan apa-apa, kini dihadapan anak-anak anjing itu, payudaraku terasa perih, aku meremas payudaraku mencoba menghilangkan rasa perih ini.

“Apakah ini respon alami tubuhku, aku harus menyusui mereka langsung dari payudaraku.” Aku menatap anak-anak anjing yang kini melongo menatapku, mereka sungguh menggemaskan.

Aku mengurungkan niatku membuka kulkas, aku kemudian membuka kaosku, dan kemudian braku, kini atasanku telah tanggal, payudaraku terasa lebih bengkak dari biasanya, cairan susuku menetes dari putingku, aku juga bingung kenapa payudaraku memproduksi susu lebih banyak dari biasanya, hingga menetes-netes seperti ini.

Seperti siang tadi, aku mengambil posisi menungging , dan segera ketiga anak-anak anjing itu mendekatiku, dan ya Ampun..mereka mulai menetek kembali padaku, ada sensasi sendiri saat moncong kecil mereka melahap payudaraku, tak ada rasa sentuhan gigi mereka, hanya terasa hisapan dari mulut mereka.

“Kalian lapar banget ya, maafin mamah ya.” Aku bergumam tanpa sadar, aku kini menyebut diriku mamah mereka.

“jangan berebutan dong sayang, gantian ya, mamah gak kemana-mana.” Mereka seolah mengerti apa yang kukatakan.

Aku menoleh pada Obbi, aku tersenyum genit pada Obbi, “lihat pah, anak-anak haus sekali, mereka menyukai susu mamah, papah mau? Nanti ya setelah anak-anak.” Saat berkata seperti itu rasanya hatiku berdebar-debar.

Aku tahu saat aku menungging seperti ini, rok ku pasti sudah tersingkap, aku sedikit menyesal mengenakan celana dalam, harusnya aku tidak perlu pakai celana dalam, biar papah Obbi datang mengendus dan menjilati vaginaku saat aku menyusui anak-anak anjing ini.

Setelah setengah jam kemudian, anak-anak anjing itu sepertinya telah kenyang, mereka berbaring, menjilat-jilat kaki mereka, aku kemudian merebahkan diri terlentang, lututku terasa sakit setelah setengah jam aku menumpu badanku dengan lutut.

Aku memejamkan mata, menikmati sensasi ini, aku merasa menjadi ibu dari anak-anak anjing ini, ohhh Ya Tuhan, apakah aku sudah gila, namun aku tak bisa mengingkari rasa yang menyeruak di hati ini, naluri seorang ibu.

Aku membuka mata, saat sebuah benda hangat dan basah melata di puting payudaraku, “Obbi ohhh..ya Obbi, ohh enak sayang...enak pahh..” aku tersenyum geli saat menyebut Obbi papah, aku mungkin sudah gila, tapi aku gak peduli, aku ingin mengulang kembali kejadian siang tadi.

Aku adalah ibu anak-anak anjing ini, dan aku juga adalah betina Obbi, aku harus melayani Obbi, dan kini pejantanku berada didepanku, pejantan gagah ini ingin menyetubuhiku, aku adalah betinanya, aku melayani Obbi dengan sepenuh hati, di sini Obbi adalah suamiku, pejantanku, dan pemilik dari vaginaku..ohhhhhhhhhhhhhhhh.

Obbi menjilati mulutku, aku membuka mulut menyambut lidahnya, lidah kami saling bersentuhan, Obbi memasukkan lidahnya jauh kemulutku, aku membalasnya, liur Obbi membanjiri mulutku, sebagian tertelan olehku, sebagian menetes keluar dari sela-sela bibirku.

Birahiku semakin memuncak, rasa liur Obbi bagaikan obat perangsang bagiku, Obbi mengangkangi tubuhku, kini kontolnya berada tepat di wajahku.

“Papah pingin mamah hisapin ya, ayu sini mamah hisap, biar kontol papah semakin keras dan enak buat ngentotin mamah ya.” Ucapku nakal.

-------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd