BEAUTY AND HER “BEAST” LOVER
CHAPTER PERTAMA
Akhirnya selesai sudah prosesi yang begitu melelahkan, hari ini aku resmi berstatus sebagai seorang istri, aku resmi menjadi Nyonya Hermawan, ya suamiku adalah Hermawan Susanto, dia adalah seorang Pegawai Negeri Sipil di suatu kementerian yang menterinya perempuan itu loh.
Namaku Susan, usiaku saat ini baru 24 tahun, sebenarnya aku sendiri baru saja lulus kuliah, dan belum kepikiran untuk married, namun karena mas hermawan akan pindah tugas ke suatu daerah di jawa tengah, maka kedua belah pihak orang tua mendesak kami untuk segera meresmikan hubungan ke pernikahan.
Mas hermawan adalah pacarku selama 5 tahun belakangan ini, dia adalah sahabat dari abangku Indra, ceritanya dulu dia sering main kerumah, ngeband bareng ama kakakku saat kuliah, hingga akhirnya kemudian kami berdua saling jatuh cinta, hampir 2 tahun kami menyembunyikan hubungan kami dari bang Indra, tapi kemudian akhirnya bang Indra tahu hubungan kami, awalnya bang indra entah kenapa tidak setuju, namun lambat laun Bang Indra akhirnya menyetujui hubungan kami.
3 tahun lalu Mas Hermawan diterima sebagai pegawai negeri sipil, walau gosipnya orang tua mas hermawan mengeluarkan uang yang sangat besar agar mas Hermawan diterima jadi PNS, namun aku tahu sendiri kemampuan mas Hermawan, dia adalah pria yang rajin, ambisius dan pintar, buktinya dia mampu meraih kariernya dengan cepat.
Masa pacaran kami dilewati secara normal saja, kami tidak pernah melakukan perbuatan di luar batas, kencan yang kami lakukan hanyalah sebatas makan malam, nonton, jalan-jalan tanpa tujuan di malam minggu, bergandengan tangan
thats it hanya itu saja, kami hanya pernah melakukan kissing dan petting saja, tidak pernah sampai ke hubungan seks, Aku dan Mas Hermawan sepakat untuk menunggu hingga kami menikah.
Mas Hermawan sendiri adalah pria yang lembut dan sangat sabar, sedangkan aku sangat kelewat manja, dan spontan, sejak mas Hermawan menjadi PNS, intensitas kencan kami memang agak berkurang, dia sangat workaholic, kerja..kerja kerja terus yang ada di pikirannya, bahkan jika sedang kencan saja, dia tak sungkan untuk menyudahi momen kencan kita, saat atasannya memerlukannya, hal itu membuatku sebagai wanita gusar. Kalau sudah begitu aku akan ngambek panjang, namun mas Hermawan selalu sabar menghadapiku, dia tahu bagaimana melunakkan hatiku lagi, anehnya setiap pertengkaran, malah membuat hubungan kami tambah erat, aku menjadi semakin mencintainya.
Hubunganku dengan pihak keluarga mas Hermawan sangat dekat, orang tua mas Hermawan sudah menganggapku sebagai menantunya, mereka sangat menyayangiku, begitupula dengan kedua orangtuaku, mereka juga sangat menyayangi mas Hermawan layaknya menantu mereka, padahal kami berdua baru sebatas pacaran.
Itulah sebabnya, ketika mas Hermawan mendapat surat tugas untuk mutasi ke Kota
B di jawa Tengah, kedua belah pihak orang Tua mendesak kami untuk segera menikah, mereka khawatir hubungan kami akan hancur jika berjauhan, Akhirnya dengan bujuk rayu papah dan mamah, serta kedua orang tua mas Hermawan, aku menyetujui pernikahan tersebut. Dan kini, sejak hari ini aku resmi menyandang status sebagai istri PNS
***
“Yank, kita nanti di kota
B tinggal dimana? Apa jauh dari Mall?” tanyaku pada suamiku saat kami sedang bersiap-siap mengemas barang-barang pribadi kami.
“Disana aku di kasih rumah dinas yank, katanya sih bagus, sebentar..” Mas hermawan kemudian mengambil Hpnya dan memperlihatkan gambar rumah padaku.
“Lumayan juga kan yank..” Ujar mas Hermawan kemudian, aku mengangguk, gambar rumah yang diperlihatkan cukup lumayan untuk kami berdua, sepertinya tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil.
“Disana ada mal gak sih yank, kaya di jakarta sini.” Tanyaku, aku memang tidak tahu apa-apa soal kota B itu, bahkan mendengar namanya saja baru sekarang ini.
“Hm, namanya kota kecil yank, itukan kota kabupaten, kalau maksud kamu kaya Mall taman Naggrek, aku sendiri gak yakin ada, tapi kalau Mal kecil pasti adalah, emang kenapa sih yank, dasar anak mal heheh.” Mas Hermawan meledek.
Aku mencibirkan bibirku padanya, “bukan gitu yank, kamu kan kerja, nanti aku dirumah terus kan bosen, kalau ada mal kan bisa belanja sambil ngisi waktu luang.” Ujarku.
“Ya..kita lihat saja nanti ya sayang, soalnya aku sendiri juga gak tau, udah yuk kita tidur, besok pagi-pagi aku harus berangkat ke kantor pusat ambil SK tugas.” Mas Hermawan kemudian naik ke ranjang.
“Ya yank, kamu tidur dulu aja, aku mo nonton drama Korea, tanggung nih,” jawabku sambil tersenyum padanya.
“Ya udah, aku tidur dulu ya, jangan kemalaman nontonnya.” Ujarnya lembut.
Aku hanya mengacungkan jempolku padanya.
***
Tak terasa seminggu lagi aku akan pindah ke kota B mengikuti suamiku bertugas di sana, aku dan suamiku berencana untuk membawa mobil ke sana, sebenarnya Kantor suamiku memberikan alat transportasi juga di sana, namun suamiku ingin membawa mobil sendiri, ketika pihak kantor meminta suamiku memilih antara mobil dan motor sebagai alat transportasi, suamiku memilih motor, menurut pertimbangan suamiku, motor bisa lebih bermanfaat jika suatu saat ingin ke pasar atau membeli keperluan di warung .
Siang tadi aku berjalan-jalan bersama suamiku ke mal untuk membeli beberapa keperluan pribadi, aku belanja beberapa keperluan pribadiku, sebagai antisipasi jika di tempat baru nanti barang-barang tersebut tidak ada, barang-barang seperti parfum, lotion, skincare dan lain-lain, sedangkan untuk keperluan rumah, kami berdua sepakat untuk membelinya disana, apalagi mamahku juga akan ikut untuk menemaniku selama seminggu di tempat baru.
Sudah 3 bulan kami menikah, dan beberapa hari ini tubuhku terasa lebih cepat lelah, sejak pulang dari mal tadi aku langsung berbaring di kasur, aku merasa lelah sekali, perutku juga rasanya sakit, dan gak tau kenapa aku agak mual sekali hari ini.
“Kamu sakit yank?” ujar suamiku yang duduk disisiku, telapak tangannya meraba keningku, “tapi gak panas, mungkin kamu kelelahan kali yank, atau mungkin mau datang bulan makanya perutmu sakit, biasanya kan gitu.”
Mendengar ucapan datang bulan, tiba-tiba aku teringat, harusnya aku sudah dapat tamu bulanan, tapi ini kok sudah seminggu ini telat, aku ingat kapan haid terakhirku, dan sesuai perhitunganku harusnya aku sudah dapat tamu bulanan, “apa jangan-jangan?” batinku curiga, aku menatap suamiku.
“Yank, kayaknya aku telat datang bulan deh, apa jangan-jangan aku hamil ya,” aku menatap suamiku.
“Ahh kamu yakin yank?” terlihat semburat raut gembira di wajah suamiku.
“Ya yank, harusnya sekarang ini aku sudah dapat, tapi kok belum, coba deh yank kamu beli alat testpack.” Pintaku.
“Ok..ok, aku beli sekarang.” Secepat kilat suamiku menghilang.
“Yank...” aku berteriak memanggilnya, namun rupanya suara motor kudengar meninggalkan rumah, “ihh si ayank mah, aku mau nitip cemilan juga.”
***
Tok! Tok! Tok!
“Yank udah belum sih kok lama banget.” Suara suamiku di depan pintu kamar mandi terdengar tak sabar.
“Bentar yank.” Sahutku, aku menggenggam alat test pack ditanganku, aku tersenyum melihat garis dua di alat tersebut, tak terasa air mataku keluar, aku menutup mulutku, “ya ampun, aku bakalan jadi mami.”
Aku membuka pintu kamar mandi, kulihat disana suamiku memandangku tajam, dia menanti kabar dariku
, tentunya dia menanti kabar baik, aku yakin suamiku sudah tak sabar mendengar berita bahagia ini.
“Gimana yank, kamu hamil kan, yank..ihh kok malah diem, yank..” cecar suamiku, dia yang kalem kini terdengar cerewet sekali.
“Taraaa...” aku menyerahkan alat testpack itu padanya, suamiku mengambilnya dan memandangku kembali.
“Jadi gimana, aku gak ngerti.” Ujarnya, hampir saja membuatku tertawa melihat keluguannya, Hermawan yang ahli menghitung dan membaca diagram, gak tau apa-apa tentang arti dua garis yang tertera di testpack ditangannya.
“Yank, kamu akan jadi papi, dan aku jadi mami..” ujarku pelan.
Tiba-tiba dia memelukku, aku terkejut dan merasa sesak, “Serius yank..astaga puji Tuhan...aku akan jadi papi yank, ya ampunn.”
Suamiku membawa alat test pack itu ke ruangan Tv, disana dia duduk sambil terus memandangi alat testpack tersebut, aku menghampirinya dan memeluk lehernya dari belakang.
“Puji Tuhan..Puji Tuhan, terima kasih yank..” ujarnya sambil memeluk lenganku.
“Kita harus segera ke dokter yank, kita harus memastikan, yuk kamu siap-siap, kita ke dokter sekarang, kayaknya klinik dokter kandungan di ruko depan masih buka yuk yank..” ujarnya tiba-tiba.
“Sekarang juga yank? aku ganti baju dulu ya..” balasku.
“Gak usah lah, kan cuma dekat kok. Yuk aku keluarkan mobil dulu ya,” suamiku kemudian keluar, aku hanya mengernyitkan dahi, namun aku juga mengikuti suamiku keluar.
***
“nah ini coba bapak dan ibu perhatikan bulatan kecil ini adalah benih yang sedang berkembang, ya saya bisa memastikan bahwa ibu saat ini sedang hamil sekitar 3 minggu.” Bu dokter Aulia tengah menjelaskan gambar yang tertera di layar USG.
Dokter kemudian meninggalkan alat USG dan berjalan menuju tempat duduknya, suamiku dan perawat membantuku bangun, dan merapihkan pakaianku, kami berdua menuju ke hadapan dokter Aulia.
Dokter itu tengah menulis di sebuah kertas, “Ini saya buatkan resep untuk Vitamin dan penguat kehamilan ya bu,”
“Apa istri saya perlu bedrest dok.” Tanya suamiku.
Dokter aulia menatap suamiku dan diriku bergantian, “tak perlu, jalankan aktifitas saja secara normal, yang penting jangan berlebihan, juga asupan gizinya diperhatikan dan kontrol sebulan sekali.” Dokter Aulia kemudian menyerahkan resep pada suamiku.
Suamiku juga bertanya tentang rencana perjalanan ke kota B dengan mobil, menurut bu dokter, tak ada yang perlu dikhawatirkan, jalan santai saja, lagipula di mobil kan bisa tidur.
Akhirnya kami pulang kembali, sejak dari dokter kandungan, mas hermawan menjadi super protektif padaku, kadang aku agak jengah juga, namun juga merasa lucu, contohnya dia memapahku bagai orang yang tengah hamil tua saat turun dari mobil, aku tergelak, dan mengatakan padanya kalau kehamilanku masih dini, aku masih sanggup berjalan sendiri.
Kami berdua sepakat untuk merahasiakan kehamilan ini pada keluarga besar, kami berencana memberikan kejutan saat acara makan malam bersama keluarga besar di rumah sebelum kami pergi.
Akhirnya saat pengumuman kehamilanku tiba, ayahku sedikit emosional mendengarnya, dia memeluku sambil menangis, dia benar-benar tak percaya sebentar lagi menjadi kakek, begitupula kedua orang tua mas hermawan berulang kali mamah mertuaku menciumku dengan perasaan terharu, begitu juga kerabat lain, mereka sangat bahagia mendengar berita tersebut.
***
Kami sedang bersiap untuk melakukan perjalanan jauh, menurut
gmaps, waktu tempuh rata-rata dari jakarta ke kota B memakan waktu sekitar 9 jam, suamiku telah mempersiapkan kendaraan dengan cermat beberapa hari lalu, semua ban telah diganti, dan mobil juga sudah diservis.
Mamahku sejak malam nginap dirumah, pagi ini kedua mertuaku datang untuk melepas kami, begitupula Papah, tadinya dia ingin ikut, namun mamah melarang, karena rumah orang tuaku sedang direnovasi, jadi tukang banyak yang kerja dirumah, mamah meminta Papahku mengawasi tukang-tukang yang bekerja.
Papahku, Kokoh, dan kedua mertuaku bergantian saling memeluk aku dan mas hermawan, mereka berpesan untuk berjalan santai saja, sering-sering singah di rest area agar diriku tak lelah, mereka sangat kuatir dengan kondisi kehamilanku, ada rasa berbunga-bunga di hatiku mendapat begitu banyak perhatian dan cinta dari keluarga besarku ini.
Kami kemudian berangkat tepat jam 9 pagi, kebetulan cuaca terlihat mendung tipis, jadi agak adem untuk berjalan, dalam perjalanan, mas hermawan selalu berhenti di rest area yang ditemui, kami membawa banyak camilan, mas hermawan beralasan agar aku dan dedek bayi tidak lapar, sepanjang jalan aku lebih banyak tidur, entah kenapa aku kini sering gampang tidur, mungkin dalam Vitamin yang diberikan dokter ada obat tidurnya kali hihi.
Karena sering berhenti di rest area, perjalanan kami menjadi sedikit molor, harusnya pas maghrib kami sudah tiba, kini malah jam 9 malam kami baru tiba di rumah, sebelum kami memasuki kota B, suamiku menghubungi koleganya yang memegang kunci rumah, menurut suamiku, koleganya itu telah mencari orang untuk membersihkan rumah, dan kini keadaan rumah dinas suamiku sudah nyaman ditempati.
Dalam perjalanan menuju rumah, kondisi diluar mobil sangat gelap, hingga akhirnya mobil yang dikendarai suamiku berhenti di sebuah rumah. Kulihat seoarang pria paruh baya tergopoh-gopoh menghampiri mobil.
“Pak hermawan, selamat datang, saya yang bernama suryono pak,” Pria itu memperkenalkan diri, kami semua turun dan masuk kedalam rumah, aku tak menyangka rumah dinas ini ternyata cukup besar juga, ada ranjang yang telah rapih lengkap dengan spreinya. Saat aku ke kamar mandi, di bak mandi sudah tersedia air yang cukup bersih, rumah ini sangat bersih dan terlihat nyaman, mamahku juga menyetujui pendapatku ini.
“Apa pak hermawan dan ibu sudah makan? Kebetulan saya juga gak tahu selera bapak dan ibu, nanti kalau saya siapkan takut gak doyan, maklum kan dikampung beda pak.” Ucap Pak Suryono.
“Yank kamu lapar? Atau mamah?” tanya mas hermawan padaku dan mamah, kami berdua menggeleng, yang kami inginkan saat ini bukan makan, tapi menghempaskan diri di ranjang untuk tidur.
“Terima Kasih banyak pak, kami tadi sudah makan di jalan, paling sementara kami ingin isirahat saja.” Ujar suamiku.
“Baiklah pak, oh ya itu air galon sudah saya ganti dengan yang baru, saya pulang dulu ya pak, silahkan istirahat dulu pak, mari ibu.” Pak Suryono kemudian pamit.
Sepeninggal pak suryono, aku kemudian mencari peralatan mandiku, tubuhku rasanya sudah lengket, aku memang terbiasa mandi sebelum tidur.
“Mamah mau mandi? Kalau mamah mau mandi pakai peralatan Susan aja, daripada nyari-nyari lagi di tas.” Ujarku pada Mamah.
“Gak ah, mamah mau tidur aja, capek banget, tapi bentar San, mamah mau pipis dulu.” Mamah kemudian bergegas ke kamar mandi.
“Yank tas-tasnya taroh disini dulu ya, besok baru kita rapihkan.” Ucap mas hermawan, aku hanya mengangguk.
“Udah tuh san, sudah kamu cepat mandi sana nanti keburu malam, ihhh dingin juga airnya loh, kamu yakin kuat mandi?” Ucap mamah.
“Kalau gak mandi nanti Susan malah gak bisa tidur mah.” Jawabku, aku lalu bergegas ke kamar mandi.
Ternyata benar juga kata mamah, airnya sangat dingin sekali, “aduhh tapi seger ah enak..” aku lalu membuka semua pakaianku hingga telanjang bulat, tidak ada shower atau pengatur air panas dan dingin seperti di rumahku, yang ada hanya gayung untuk mandi.
Aku lalu menyiramkan tubuhku dari rambut, aku langsung menggigil kedinginan, “ya ampunnnn dingin banget.”
......................................
Bersambung