Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bayang Senyum Semu

Bimabet
Biar tambah misterius, sbetulnya ngga ada itu tokoh Wisnu dan Mike, keduanya 'topeng bisnis belaka'...
Darma dan Tyo hanyalah permainan bagi mereka berdua, karena bisa dikatakan semua metode penyidikan dan alibi sudah diatur semua, macam main catur bae, mungkin apa yg Darma dan Tyo lakukan sudah biasa buat mereka...cuma buat main" saja, cuma pake duit yg banyak aja gitu.. *Yuhuuuu

Makasi updatenya...
 
Part 20

Keduanya terduduk lemas didalam kolam selama beberapa saat. Sperma Mike langsung membaur dengan air kolam.
"Wow ..." bisik Mike. "Sangat nikmat."
Asti tersenyum puas. Ia ingat Mike tidak bertahan lama saat pertama kali melakukan hubungan sex di apartemen Damar. Mike membelai rambut Asti saat Asti merebahkan kepalanya pada dada Mike. Hangatnya air kolam membuat mereka merasa sangat relax.
"Wisnu dimana?" tanya Asti tiba tiba. ia tidak melihat Wisnu di kursi yang ia duduki tadi. Asti menegakkan kepalanya memandang sekeliling namun tidak bisa menemukan Wisnu.
"Ayo ..." ujar Mike cepat, meraih tangan Asti dan membantunya berdiri. "Ini tanda kita sudah harus menyelesaikan pertunjukan sex kita As ..."
Asti tergopoh gopoh mengikuti langkah Mike ke ruang bilas. Ruangan yang sangat besar, didahului dengan sebuah ruangan tanpa sekat memiliki dua tempat tidur berukuran single. Diujung ruang besar terdapat 1 kamar mandi dan toilet serta satu ruang sauna.
Asti menenteng bajunya yang sedikit basah karena terjatuh di lantai, berkeliling sejenak memperhatikan dua tempat tidur tinggi di tengah ruangan.
"Kenapa ada tempat tidur disini?" tanya Asti. Mike menghentikan langkahnya, memandang tubuh Asti yang masih telanjang.
"Untuk pijat sebelum sauna" jawab Mike datar. Matanya tidak lepas dari tubuh molek Asti tanpa busana yang membelakanginya. Tubuh Asti sangat indah, lekuknya seperti sengaja dipahat oleh seorang maestro kenamaan. Bokong bulat indah, pinggul lebar dan pinggang ramping. Kaki Asti jenjang dan mungil. Mike mendekati Asti perlahan, memeluknya dari arah belakang, meletakkan satu tangan di payudara dan tangan lainnya pada vagina Asti.

"Mike ... " bisik Asti setengah terkejut, namun menikmati rangsangan tangan Mike pada vagina dan payudaranya. Ia memegang wajah Mike dengan kedua tangannya saat Mike mulai menciumi leher bagian belakangnya "Katamu .. kita harus .. bergegas ... oohh ..."
Asti mendesah, menikmati serangan Mike yang keempat kalinya. Ia tidak mampu menolak semua rangsang yang hampir diberikan pada seluruh titik sensitifnya. Leher, payudara dan vagina. Asti menggelinjang nikmat.
"Kurasa tidak ada salahnya mencuri waktu sebentar lagi" bisik Mike. "Oh As ... aku tidak bisa menahan nafsuku melihat tubuh indahmu dari belakang"
Mike memutar Asti kearah depan, melumat bibirnya penuh nafsu dan merasakan penisnya sudah kembali menegang. Perlahan ia mendorong kepala Asti kearah bawah. Asti memahami apa yang Mike inginkan. Ia berlutut dan mulai melakukan Blow Job nya. Mengulum Penis Mike yang menegang, memainkan lidahnya dengan lincah diujung penis Mike, menggelitik, menimbulkan sensasi luar biasa pada tubuh Mike. Mike mendesah nikmat berulang ulang saat Asti mulai menarik ulur penis Mike keluar masuk mulutnya, semakin lama semakin cepat. Asti menghisap dan menggigit kecil ujung penis Mike, sebelum mengeluarkannya dan mengeksplor lidahnya, menjilat ujung, batang dan pangkal penis Mike dengan lidahnya. Tak lupa Asti mengulum dua bola kecil di pangkal penis Mike, meneruskan eksplorasinya hingga ke arah anus. Asti sedikit berlama lama disana, sebelum kembali mengulum penis Mike dan menjilat jilatnya seperti seorang anak menikmati ice cream perdananya.

Mike sudah mendesah dan menggeliat berkali kali. Asti tahu ia harus melakukannya dengan cepat sebelum Wisnu mencari mereka. Asti menarik ulur penis Mike dari dalam mulutnya, menjejalkan ke dalam tenggorokan beberapa kali. Dan benar saja, Mike sepertinya sudah tidak tahan lagi. Setelah teriakan panjangnya, Mike mengangkat Asti dengan sedikit kasar, membaringkannya di atas tempat tidur dan menghunuskan penisnya dalam-dalam kedalam Vagina Asti. Asti menjerit nikmat, meluapkan birahinya seiring irama Mike memompakan penisnya.
"Oh .. Oh .. Oh .. Aahh ... ah ..." jerit Asti berulang ulang. Kenikmatan tiada tara saat klitorisnya bersentuhan dengan tubuh Mike, semakin cepat semakin cepat.
Keduanya bersahut sahutan mengeluarkan desah kenikmatan sampai akhirnya Asti menjerit seraya meremas tubuh Mike sekuat tenaga
"Aaaaahhhh .. Mike .... "
Mike pun merasakan hal yang sama. Teriakannya sedikit tertahan saat sebuah semburat hangat mengalir keluar dari penisnya "Aaahh Astii ...."
Semua berakhir dengan tubuh lemah keduanya bertumpuk diatas tempat tidur pijat. Asti tersengal sengal setelah mencapai puncak orgasmenya yang keempat. Sementara Mike mencoba mengatur nafasnya yang masih menderu. Pertama kalinya ia merasakan ejakulasi sempurna dua kali berturut turut.

Beberapa saat berlalu, Asti dan Mike merapikan diri mereka dan melangkah keluar kolam renang bergandengan tangan. Tidak seorangpun yang mereka temui dalam perjalanan ke kamar Asti. Mike mengantar Asti masuk ke dalam kamar untuk memastikan Asti masih kuat berdiri setelah empat kali orgasmenya.
"Kamu baik baik saja?" tanya Mike pada Asti. Asti membuka pakaiannya yang sedikit basah dihadapan Mike. Mike memalingkan wajahnya bergumam dalam hati : jangan lagi .. jangan. Asti terlalu menggairahkan bagi Mike. Mike kuatir ia tidak bisa menahan nafsunya yang mudah sekali bangkit.
Asti mengganti pakaiannya dengan celana hot pant ketat pendek, menampakkan pahanya yang putih mulus. Kedua bulat bokongnya tercetak sempurna. Bagian atasnya Asti mengenakan kaos tipis tanpa bra, sehingga puting payudaranya tercetak jelas pada kaos tersebut.
"Kembalilah ke kamar Mike .. aku kuatir Wisnu mencarimu" ujar Asti. Mike tidak menjawab. Ia tercekat memandang cantiknya Asti dalam pakaian separuh telanjang.
"Menurutmu, apa artinya Wisnu hilang secara tiba tiba seperti tadi?" tanya Asti. Kedua lengannya terangkat keatas karena ia berusaha mengikat rambutnya tinggi ke belakang. Mike terkesiap. Asti masih menggairahkan walau pun tidak dalam keadaan telanjang.
"Apakah itu berarti dia menyukai atau tidak menyukai pertunjukan sex kita?" tanya Asti lagi.
Namun bukan jawaban yang ia terima melainkan Mike yang tiba tiba menariknya kedalam pelukannya dan memcium Asti dengan penuh nafsu.
"Mike .. hei ..." Asti mencoba menahan serangan Mike yang kesekian kalinya "Mike .. kamu harus segera kembali ke kamar sebelum Wisnu ...."
"As ..." desis Mike penuh nafsu "Sekali lagi As ... sekali lagi kumohon..."
"Tapi Mike ...." Asti tidak bisa melanjutkan kata katanya karena bibir Mike mengunci bibirnya dengan ciuman bertubi tubinya.
Asti akhirnya memasrahkan dirinya pada keinginan Mike. Secepat kilat Mike menarik kaos Asti, menghisap payudara ranumnya sementara tangannya membuka Zipper Hot Pants Asti dan menurunkannya ke bawah. Menarik CD tipis Asti sehingga robek, membalik Asti, menyungkurkannya ke atas tempat tidur, dan tanpa permisi menghunuskan penisnya ke dalam vagina Asti dari arah belakang. Asti tidak sempat berkata apapun. Tangan Mike membungkam mulutnya, menahan agar Asti tidak bersuara.
Asti merasakan Mike memompa vaginanya dengan cepat dan keras sehingga tubuhnya bergetar karena goyangan Mike. Asti menggigit bibirnya, merasakan nikmat yang tiada tara untuk yang kesekian kalinya. Dengan posisi menelungkup, Asti meremas kuat kuat bed cover yang terbentang menutupi tempat tidurnya.Mike terus memompakan penisnya semakin cepat, hingga Asti merasakan semakin dalam penis Mike terhunus ke dalam vaginanya, lalu terhenti seiring gumaman Mike tertahan. Ejakulasi Mike yang ketiga. Asti merasakan cairan menetes keluar dari vaginanya, meleleh melewati sisi dalam pahanya.
Mike membalik tubuh Asti, menindihnya sekali lagi, menciumnya penuh cinta dan berbisik "Terimakasih As ..."
Asti tersenyum lega, Meringkuk diatas tempat tidurnya seraya memperhatikan Mike merapikan dirinya dan berlalu keluar dari kamarnya.


Matahari mulai tinggi saat Asti dengan ditemani dua orang bodyguard Wisnu berjalan jalan menyusuri pantai. Pagi tadi menu sarapan Asti diantar oleh keduanya ke kamar tidur, disertai sekuntum bunga Mawar merah segar dan selembar kertas bertuliskan pesan untuknya dari Wisnu : "Mawar ini tidak lebih cantik darimu .. aku tunggu di dermaga setelah sarapan pagi, bidadariku .."
Asti mengenakan celana pendek terbuat dari bahan jeans dan kemeja putih tanpa lengan yang ujung bawahnya diikatnya kearah depan. Ia memakai kacamata hitam dan melindungi kepalanya dengan sebuah topi sporty. Rambut hitam panjang Asti terikat longgar ke belakang, dan dengan alas sandal jepit sederhana ia melangkah santai, menghampiri Wisnu yang berdiri seorang diri di tepi dermaga yang sepi, memandang ke laut lepas.
"Selamat pagi ..." sapa Asti hangat. Wisnu menoleh dan tersenyum padanya.
"Apakah tidurmu nyenyak malam tadi?" tanya Wisnu pada Asti.
"Ya .." jawab Asti sedikit gugup. Ia tidur sangat lelap setelah lelah yang mendera bersama Mike sebelumnya. Asti sedikit ragu apakah Wisnu mengetahui kebersamaannya dengan Mike dan apa yang telah mereka lakukan "Tapi .. kamu tidak menungguku selesai kemarin .. apakah kamu .. tidak suka ...?"
Wisnu tersenyum kembali menatap laut lepas
"Kamu mencintainya bukan, As?" tanya Wisnu tiba tiba. Asti terkesiap.
"Maksudmu ....?" tanya Asti, mencoba mengulur waktu untuk mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan Wisnu.
"Aku melihat kalian berdua begitu menjiwai instruksi yang telah aku berikan. Live sex yang sangat luar biasa, jujur .. harus akui itu" ujar Wisnu dengan suara tenang. "Aku tinggalkan kalian ditengah pertunjukan .. untuk memberi sedikit waktu."
Asti menunduk. Jantungnya berdegup keras.

"Tenanglah As .. anggaplah itu penghargaan atas kerja keras Mike selama menjagamu .. dan sedikit kado dariku untukmu karena sudah menepati janjimu untuk tinggal bersamaku" lanjut Wisnu lagi.
Asti menghela nafas. Apa yang akan dilakukan Wisnu setelah ini pada Mike? Asti teringat pada jejas yang ditinggalkan oleh jam tangan Wisnu pada pergelangan tangan Mike.
"Ini bukan salah Mike ..." ujar Asti gugup "Aku ... ah, semua terjadi begitu saja .. bila kamu tidak menyukainya aku akan mencoba untuk menjauh dari Mike. Tapi tolong jangan lakukan apapun pada Mike dan Kanaya ..."
Wisnu menatap Asti tajam "Apakah kamu masih berpikir aku sekejam itu As?" tanyanya dengan suara dalam. "Setelah apa yang aku ceritakan padamu semalam?"
Asti menggeleng kuat "Bukan begitu maksudku .. tapi .."
"Kamu takut padaku, As?" tanya Wisnu cepat sebelum Asti menyelesaikan kalimatnya. "Seperti apa Wisnu Anggara di matamu setelah hampir 2 minggu kamu melewatkan waktu bersamaku?"
Asti memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, memandang laut lepas dan berkata "Aku tidak tahu ..." Asti berjalan dan duduk di tepi dermaga, membiarkan kakinya bergantung kearah permukaan laut. Wisnu melakukan hal yang sama, duduk disamping Asti.
"Kamu begitu sulit ditebak ..." lanjut Asti tanpa memandang Wisnu "Kadang begitu manis, namun disaat yang bersamaan kamu seperti tidak menganggap aku ada disini untukmu. Kamu terlalu sibuk dengan rekan bisnismu, dan aku lebih sering melewatkan waktu bersama Mike."
Wisnu terdiam, menatap Asti lekat lekat "Tapi aku selalu ada disetiap gerakmu, As .. semua yang kamu lakukan ada dibawah pengawasanku. Aku selalu melihatmu walau aku tidak selalu ada didekatmu. Semua fasilitas kelas satu aku berikan untuk membuatmu nyaman berada di dekatku"
"Ya .. aku tahu .." jawab Asti pelan. "Tapi bukan itu yang aku mau ..."
Wisnu tersenyum, menunduk memandang ombak yang hampir membasahi kaki mereka berdua.
"Seandainya kamu harus memilih ... apakah kamu akan memilih aku atau Mike?" tanya Wisnu. Asti terkejut, menatap Wisnu tanpa suara. Wajahnya terlihat bimbang "Jawab saja As .. tidak akan memberi pengaruh apapun pada kesepakatan kita berdua. Aku sudah berjanji akan membiarkanmu memilih setelah satu bulan. Tetap disini atau pergi ..." ujar Wisnu santai. "Aku akan selalu menepati janjiku untukmu As .."
Asti menggigit bibirnya, berpikir keras untuk memberikan jawaban pada Wisnu.
"Aku .. aku akan memilih dimana hatiku berlabuh dengan nyaman ..." jawab Asti pada akhirnya. "Masih ada dua minggu waktu untukku memilih .. jadi hanya itu jawaban yang saat ini bisa aku berikan padamu .."
Wisnu tersenyum menatap Asti. Ia mengangguk. Asti merasa lega karena Wisnu dapat menerima jawabannya.
"Ayo .. kita kembali ke Kota," ajak Wisnu sambil bangkit berdiri. "Mike sudah menunggu di Heli .. kita pulang bersama As."
Asti bangkit, berjalan bersama Wisnu menyusuri pantai kembali ke rumah untuk bersiap siap.


Suasana markas kepolisian sangat sibuk. Tyo sebagai pemimpin pasukan sibuk memberi aba aba pada puluhan petugas yang berlalu lalang di hadapannya.
"Aku ingin info terkini kondisi kediaman target sekarang, kenapa belum ada laporan dari pasukan pengintai di lapangan? Hei .. kamu bawa 2 orang untuk mengosongkan jalan. 30 menit lagi kita berangkat. Kamu! Bawa pasukan naik ke kendaraan sekarang juga. Konvoy mobil jalan lebih dulu, pengawal di belakang. Sekarang!!"
Damar yang dengan gelisah memperhatikan tampak menunggu dengan tidak sabar. Ia berlari mendekati Tyo.
"Aku ingin Asti selamat. Jangan sampai dia terluka. Sudah kamu pastikan itu pada anggotamu Yo??" Damar bertanya memastikan agar semua berjalan lancar
"Sudah aku siapkan penembak jitu. Tenanglah .. tidak akan terjadi apapun pada Asti. Foto Asti sudah ku informasikan kepada setiap orang yang terlibat. Mereka tidak akan meleset mengidentifikasi Asti" jawab Tyo sambil memakai rompi anti pelurunya. "Tapi ingat! Jangan dekat dengan lokasi penyergapan. Aku juga tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu."
Damar mengangguk "Aku tau .." jawabnya.
"Ayo! Kita bawa pulang Asti .." ujar Tyo seraya berlari menuju mobil yang siap membawanya bersama seluruh pasukan ke target penyergapan.
 
kenyamanan berlandaskan kemewahan dunia diatas penderitaan yang dialami..
entah itu benar atau salah tapi itulah kenyataan hidup seorang manusia
membuat siapapun bisa berpaling dari prinsif hidupnya.



uiihh dah ada sniper keliatannya bakalan salah sasaran malah asti yg kena..
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Part 21

Sepanjang perjalanan menggunakan Helicopter dengan Mike sebagai pilotnya, Asti lebih banyak diam. Wisnu lebih banyak berbicara dengan Mike menggunakan Bahasa Inggris sehingga Asti tidak bisa menangkap apa sebetulnya materi pembahasan mereka. Udara sangat cerah. Asti bersyukur karena ia tidak perlu cemas selama perjalanan. Asti tidak menyukai perjalanan udara. Kalau saja pulau milik Wisnu bisa ditempuh dengan menggunakan mobil, tentu ia akan memohon pada Wisnu untuk menempuh jalan darat berapapun jauhnya.
Helicopter mendarat mulus, dan mereka telah ditunggu oleh 2 buah golf cart.
"Duduklah bersamaku, As ..." ujar Wisnu singkat. Asti melirik Mike sejenak untuk kemudian menyusul Wisnu menuju golf cart nya. Mike bergegas menuju golf cart lain yang didalamnya sudah menunggu 1 orang pengawal. Mobil berjalan beriringan.
"Setelah ini, istirahatlah .. sore nanti kamu aku izinkan menelepon Kanaya di China. Mike akan membantumu menghubungkan melalui Layar besar di ruang Theater seperti pertama kali aku menghubungimu" ujar Wisnu di tengah perjalanan mereka menuju rumah. Asti terbelalak.
"Kanaya?" Asti memastikan apa yang ia dengar dari Wisnu. Wisnu mengangguk kecil hampir tak terlihat.
"Dokter sudah berhasil melaksanakan operasi. Kanaya sekarang sedang dalam tahap penyembuhan" sambung Wisnu lagi.
Tanpa sadar Asti menggenggam tangan Wisnu dan berkata "Terima kasih ..." matanya berkaca kaca. Wisnu tersenyum tipis dan tidak bersuara sampai mereka tiba di halaman belakang rumah. Asti turun, diikuti oleh Wisnu dan Mike kira kira 4 langkah dibelakang Asti dan Wisnu.

Tepat saat mereka hendak memasuki pintu rumah, sebuah suara yang amat Asti kenal terdengar dari arah kebun sebelah samping kiri Asti.
"Selamat siang Wisnu Anggara."
Wisnu, Mike dan Asti serempak menoleh kearah sumber suara dan saat melihat sang pemilik suara, jantung Asti seolah berhenti berdetak. Tyo, bersama 3 orang anggota polisi bersenjata laras panjang berada kira kira 3 meter dihadapan Asti.
"Tyo!!" seru Asti. Asti mematung melihat Tyo. Asti baru sadar jauh di belakang mereka telah berdiri banyak sekali anggota polisi bersenjata. Asti berdiri diantara Mike dan Wisnu tanpa tahu harus berbuat apa.
"Kami akan membawa anda ke kantor untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan melanggar hukum yang selama ini anda lakukan" ujar Tyo. Tangan Tyo berada di pinggang, siap mengeluarkan senjata bila terjadi tindakan perlawanan dari Wisnu.
"Dan bagaimana kalau kami menolak?" tanya Wisnu santai.
"Kami akan membawa kalian semua dengan paksa." ujar Tyo dengan nada waspada. "Rumah ini telah kami kepung. Seluruh penjaga sudah kami amankan. Tidak ada jalan lain bagi kalian untuk pergi."
Tidak ada gerakan baik dari Wisnu maupun Mike. Jantung Asti berdegup kencang. Kedua kakinya terasa lemas.
"Baiklah .." ujar Tyo setelah satu menit berlalu dan tidak ada apapun yang terjadi. "Menyingkirlah Bu Asti .. agar petugas kami bisa melihat jelas Wisnu Anggara. Angkat tangan!" seru Tyo.
Asti melihat Wisnu dan Mike mengangkat tangan mereka. Asti bergeser kearah Mike perlahan, sesuai dengan arahan Tyo.

"Bu Asti, menyingkir dari Pak Wisnu. Tolong ikuti arahan kami!" seru Tyo lagi. Asti kembali menggeser posisinya lebih dekat kepada Mike sehingga jaraknya dengan Wisnu semakin menjauh.
"Bu Asti!!" hardik Tyo "Tolong bekerjasama dengan kami!!"
"Menyingkirlah As ..." bisik Mike lembut. Asti menatap Mike yang masih mengangkat tangannya dibawah bidikan senapan anggota polisi. "Berjalanlah kearah sana .. aku yang mereka inginkan."
Asti menatap Mike tak mengerti. Beberapa menit berlalu, Asti masih mencoba merangkai puzzle yang berkecamuk dalam pikirannya. Mencerna apa maksud Mike dan Tyo.
"Kamu ..." Asti mencoba memastikan sesuatu saat semua semakin jelas. Mike tersenyum dan mengangguk. Asti merasa seluruh dunia menjadi gelap telinganya berdengung, dan sekelilingnya seolah berputar. Asti bertambah lemah dan akhirnya terjatuh di atas rumput tepat disamping Mike. Hal yang terakhir masih sempat didengarnya adalah suara Mike yang memanggilnya penuh cemas dan tembakan pistol yang membahana. Setelah itu semua gelap.


Asti membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sakit dan sedikit berputar. Asti mencoba mengingat semua yang terjadi, menatap sekelilingnya yang masih tampak buram. Samar Asti menangkap wajah Damar yang tengah menatapnya dengan wajah cemas. Tangan Damar menggenggam tangannya.
"Asti ..." bisik Damar saat Asti menatapnya. Asti mengerjapkan matanya berkali kali.
"Dimana aku ...?" tanya Asti bingung.
"Di Rumah Sakit Kepolisian" jawab Damar setengah berbisik. "Kamu pingsan .. mereka membawamu kesini. Dokter sudah memeriksa keadaanmu. Kata mereka, kamu hanya shock. Mereka menyarankan kamu beristirahat beberapa hari disini."
Asti mencoba bangkit dan duduk bersandar pada tempat tidur. Damar membantunya. Asti memijit keningnya, mencoba menghilangkan rasa sakit di kepalanya.
"Sudah berapa lama aku pingsan mas?" tanya Asti.
"Kurang lebih dua jam setelah kamu tiba disini" jawab Damar. "Aku tidak tahu pasti berapa lama .. karena mereka membawamu kesini dalam kondisi tidak sadar. Kamu mau minum As?"
Asti menggeleng lemah. Ia menatap Damar dalam-dalam. Mata Asti mulai berkaca kaca.
"Bagaimana mungkin ... Mike adalah ... Wisnu itu ...." Asti mencoba bicara dengan terbata bata, sehingga isaknya pecah tanpa bisa menyelesaikan kalimatnya. Damar menggenggam erat tangan Asti.
"Maafkan aku As .. aku sungguh tidak tahu bahwa Mike sebetulnya adalah Wisnu" ujar Damar.
Asti tidak menjawab. Ia masih terus terisak. Damar membiarkan Asti melampiaskan emosinya sepanjang yang ia perlu. Setelah Asti sedikit tenang, Damar menyodorkan segelas air kepada Asti. Nafas Asti mulai teratur dan ia tidak lagi menangis. Damar tahu ia berhutang penjelasan pada Asti.

"As .. aku sungguh tidak mengenali Wisnu dalam wujudnya sebagai Mike. Rupanya kejadian kebakaran yang juga menewaskan calon isteriku dulu, membuat Wisnu terluka parah. Ia melakukan rekonstruksi wajah di Canada saat menghilang selama bertahun tahun. Hasil operasi yang sangat sempurna hingga aku tidak mengenalinya"
Asti menatap kosong lurus ke depan, mencoba mencerna apa yang diceritakan Damar.
"Tyo yang akhirnya mengetahui identitas Wisnu dari hasil olah sidik jari dan sperma di apartemenku," lanjut Damar. "Hasil olah data menunjukkan Mike identik dengan Wisnu."
Asti menunduk. Damar kembali melanjutkan.
"Aku sudah pernah bicara kepadamu bukan As, bahwa Wisnu sangat cerdik. Ia sudah mengelabui kita semua."
Asti terdiam menggenggam gelasnya erat erat.
"Alam yang mengajarkan padanya bagaimana cara bertahan ...." bisik Asti pelan.
"Apa maksudmu As?" tanya Damar.
"Wisnu tidak bersalah .. situasilah yang membuat ia menjadi buronan. Keyakinan dirinya bahwa ia tidak bersalah dan tekanan tuduhan yang dialamatkan kepadanya, membuat ia harus bertahan" ujar Asti. "Dan karena keadaan, ia harus terus berpikir, mencari cara bagaimana agar ia lolos dari jerat hukum untuk sesuatu yang tidak ia lakukan. Itu sebabnya ia lihai mas. Lingkunganlah yang melatihnya."
Tangan Damar bergetar menahan emosi. Asti merasakannya.
"Dia pembunuh berdarah dingin As ..." desis Damar. "Dia membunuh satu satunya orang yang aku cintai .. belahan jiwaku .. dia merenggut seluruh hidupku .. duniaku."
Asti menatap Damar dengan air mata mengalir di pipinya.
"Dimana dia Mas? Aku ingin bertemu Mike .. atau Wisnu atau siapapun namanya" bisik Asti.
Damar menggeleng. "Kamu belum pulih benar As .. istirahatlah dan coba untuk tidak memikirkan dia" bujuk Damar.
"Tidak .. Tidak .. aku harus menemuinya," ujar Asti. Ia mencoba turun dari tempat tidur namun selang infus yang menempel di tangannya menghalanginya.

"As .. tenanglah dulu," bujuk Damar cemas. "Wisnu ada di Rumah Sakit ini juga dan tengah menjalani operasi."
"Operasi...? Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Asti dengan nada tinggi.
"Ia tertembak. Menurut Tyo saat kamu terjatuh, ia mencoba meraihmu dan ingin membawamu pergi .. mungkin ia cemas dengan keadaanmu As .. salah satu petugas mengartikannya sebagai percobaan melarikan diri dan ia melepaskan tembakan ke arah Wisnu." jelas Damar panjang lebar.
Asti terduduk lemas. Ia menangis sejadi jadinya. Damar memeluk Asti mencoba menenangkannya.
"Istirahatlah As .. aku akan mencoba mencari informasi kondisi Wisnu dari Tyo," janji Damar. "Namun untuk saat ini tidak ada yang bisa kamu lakukan. Wisnu masih dalam keadaan kritis dan menjalani operasi."
Damar membimbing Asti dan membaringkannya di tempat tidur. Dibawah selimut yang menutupinya Asti menangis sejadi jadinya. Ia terus berdoa agar Wisnu baik baik saja dan berharap ia dapat menemui Wisnu walau untuk terakhir kalinya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd