Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [B.O.T.S] Menikmati Sherly, Sang Sekretaris (TAMAT)

T
E
R
B
A
I
K
!!!

Gue suka cerbung model begini nih... Simpel, lembut, sexy dan bikin baper.

Good job Suhu!
 
Selama delapan bulan aku memiliki hubungan friend with benefits dengan Sherly. Selama delapan bulan itu juga hampir setiap minggu kami melalukan hubungan seks. Kadang kami lakukan di hotel yang tidak terlalu jauh dari kantor kami, atau pun di apartemen yang sengaja aku sewa untuk Sherly tempati.

Kami melakukannya di hotel biasanya saat jam makan siang, atau saat kami sama-sama mendapat tugas luar kota, Sherly mendampingi atasannya yang juga menjadi Direkturku karena adanya perubahan struktur organisasi yang mengharuskan divisiku berpindah ke direktorat di mana Sherly berada. Sedangkan kalau di apartemennya, setelah pulang kantor. Kadang aku bermalam di sana.

Dari semua pengalaman seks aku bersama Sherly, kali ini aku akan menceritakan pengalamanku yang menurutku pantas untuk aku ceritakan dalam forum tercinta ini. Cerita ini merupakan cerita penutup pengalamanku dengan Sherly. Kalau suhu-suhu semua berharap di kisah ini akan ada drama, itu salah besar. Karena kisah ini murni berceritakan pengalaman seks aku dengan Sherly. Setelah cerita ini, akan aku ceritakan pengalamanku lainnya dalam thread yang lain. Salam semprot.
**

Wednesday is a batik day. Itulah ketentuan di perusahaan tempatku bekerja. Senin, Selasa, dan Kamis memakai pakaian seragam perusahaan. Rabu memakai batik. Sedangkan Jumat memakai pakaian bebas kasual tapi sopan dan rapih.

Sore itu aku sedang berada di ruanganku. Ruangan berukuran tiga kali tiga meter. Jika dari arah pintu yang ada di salah satu sudut ruangan, meja kerjaku ada di sebelah kanan pintu. Meja cukup besar berukuran delapan puluh centimeter kali satu setengah meter. Di belakangnya terdapat kursi kerjaku, sementara di depannya terdapat dua kursi untuk tamu atau stafku yang berkunjung ke ruanganku. Di seberang pintu terdapat sofa yang muat untuk tiga orang dan dapat diubah menjadi tempat tidur yang aku gunakan saat aku sudah lelah. Di hadapan sofa terdapat meja seukuran meja tamu pada umumnya.

Tok tok tok. Pintu ruanganku yang terbuka diketuk oleh seseorang. “Belum pulang Pak Rio?”, terdengar suara wanita yang mengetuk pintu ruanganku. Aku yang masih berkutat pada laptopku terpaksa memalingkan wajah ke arah pintu karena aku mengenal pemilik suara itu.

“Eh Mba Sherly, sini masuk Mba”, sahutku meskipun Sherly sudah berjalan menuju kursi di hadapanku. “Atau mau dimasukin?”, sahutku selanjutnya dengan suara pelan yang cukup hanya Sherly yang mendengar.

“Maauuu”, jawabnya pelan dengan senyum nakalnya sambil meletakkan beberapa berkas di mejaku lalu duduk di kursi yang ada di hadapanku.

Sherly yang memang sudah cantik menjadi lebih bersinar kecantikannya dengan pakaian yang dipakainya. Pakaian dress batik lima centimeter di atas lututnya dengan warna mayoritas merah muda terang, sangat sesuai dengan kulitnya yang putih. Dipadu dengan sepatu merah muda sedikit gelap dengan tinggi hak sekitar lima centimeter membuat kakinya yang jenjang semakin indah untuk dilihat. Rambut lurusnya yang panjang sedikit kemerahan dibiarkan tergerai bebas.

“Babe kamu belum pulang?”, tanyaku. Babe ini panggilan khusus dari kami berdua untuk Direktur kami.

“Baru aja pulang”, jawabnya.

“Kok kamu belum pulang?”, tanyaku.

“Mau ngasih disposisi dari Babe dulu buat Mas”, jawab Sherly. “Lagian kan Mas juga belum pulang”, lanjut Sherly lagi.

“Kenapa? Sange ya? Hehehe”, tanyaku lagi menggodanya.

“Nah tuh tau”, jawab Sherly acuh tak acuh sambil memeriksa tumpukan dokumen yang dibawanya, mencari dokumen yang ditujukan kepadaku.

“Disposisi apaan sih?”, tanyaku.

“Disposisi wakilin Babe besok rapat di Bandung jam satu siang”, jawabnya. “Nih undangannya”, sahutnya lagi sambil menyodorkanku beberapa lembar dokumen.

“Mau ikut?”, tanyaku.

“Ngga ah, aku ikut Mas paling cuma buat diewe doang”, jawabnya datar sambil menatapku.

“Lah kan biasanya juga gitu. Hehehe”, jawabku enteng.

“Iiiihhh dia mah”, Sherly cemberut sambil mencubit tangan kananku.

“Kamu pulang jam berapa?”, tanya Sherly.

“Abis maghrib kayanya”, jawabku.

“Ke tempat aku? Ya ya ya?”, pinta Sherly.

“Langsung pulang. Udah janji sama anakku”, jawabku.

“Yaahh...”, sahut Sherly semakin cemberut.

“Yaudah deh aku anter surat dulu”, sahutnya lagi sambil membawa kembali dokumen-dokumen yang dia bawa kecuali dokumen untukku, lalu berjalan ke arah keluar ruanganku.

“Ciee pundung (ngambek)”, sahutku menggodanya.

“Biarin”, sahutnya ketus sambil menghilang dari ruanganku.

Aku masih berkutat dengan laptopku saat Sherly kembali nyelonong masuk lima belas menit kemudian. “Kirain udah pulang”, sahutku.

“Ini masih ada disposisi lagi buat Mas, tadi ketinggalan”, sahutnya sambil duduk di kursi di hadapanku dan menyerahkan satu buah map warna biru tua.

“Disposisi apalagi? Banyak bener”, sahutku.

“Liat aja”, jawab Sherly singkat.

Kuambil map yang disodorkan Sherly padaku, lalu kubuka. “Eh buset!”, sahutku terkejut melihat isi di balik map. Sejenak aku terpaku memandang tak percaya ke dalam map, kemudian memandang ke arah Sherly yang sedang tertawa tertahan. Terdapat sebuah celana dalam mini warna hitam yang dibentang di dalam map. Aku benar-benar tak percaya. Sherly masih tertawa cekikikan.

“Serius ini?”, sahutku sambil memandang Sherly. Sherly tersenyum lebar.

“Ini celana dalam kamu?”, tanyaku lagi. Sherly menjawab dengan senyuman nakal.

“Cek aja sendiri”, sahutnya menahan tawanya.

Celana dalam itu memang seperti yang pernah aku lihat dipakai oleh Sherly. Karena apabila aku ada di apartemennya, kami berdua selalu dalam keadaan hampir telanjang bulat. Masing-masing hanya mengenakan kaos dalam atau tanktop dan celana dalam saja. Bahkan kadang hanya mengenakan celana dalam saja.

Aku sentuh celana dalam itu, agak sedikit lembab. Terutama di bagian yang menutupi area lubang vaginanya. Kemudian aku ambil celana dalam itu dengan tangan kananku, lalu aku dekatkan ke hidungku. Tercium wangi khas vagina.

“Kamu ngga takut masuk angin apa?”, tanyaku.

Sherly menjawab dengan mengucapkan kata “Ngga”, tetapi hanya menggerakan mulutnya lebar.

Kemudian Sherly kembali berdiri. Lalu berjalan ke arah pintu ruanganku, menutupnya dan menguncinya tanpa suara. Dengan gerakan slow motion dan sedikit sensual, Sherly mulai melangkah ke arahku. Tangan kanannya disentuhkan di mejaku, lalu menyeretnya seiring langkahnya menuju ke arah tempat dudukku.

Aku yang semula duduk menghadap langsung ke meja, kumundurkan kursi kerjaku, lalu aku putar sedikit kursiku ke kanan, duduk dengan kedua paha terbuka, siap menerima apa yang akan Sherly lakukan padaku. Kemudian Sherly berdiri tepat di hadapanku menghadap ke arahku. Lalu diambilnya kedua tanganku dan diletakkan kedua tanganku di pinggulnya dengan posisi memegang kedua pinggulnya. Selanjutnya kedua tanganku dituntunnya turun menuju ke arah bawah tubuhnya dan perlahan-lahan menuju bongkahan kedua pantatnya.

Kedua tanganku berada di bongkahan pantatnya. Aku sama sekali tidak merasakan adanya helai kain yang lain selain dari dress yang sedang dipakainya. Aku remas sedikit bongkahan pantatnya yang masih kencang. Untuk lebih memastikan lagi, aku gerakan kedua tanganku perlahan ke arah bawah pantatnya, terus turun ke kedua pahanya sampai tanganku menyentuh ujung bawah dress yang dipakainya hingga kedua telapak tanganku bersentuhan langsung dengan kulit pahanya.

Kemudian aku naikkan kembali kedua tanganku ke atas, tetapi kali ini kedua telapak tanganku masih tetap bersentuhan dengan kulit paha Sherly yang mulus. Kedua tanganku kugeser ke arah bagian belakang kedua pahanya sambil tetap merayap ke arah atas tubuh Sherly, sehingga jari-jari kedua tanganku mengelus lembut sisi dalam kedua pahanya.

Ujung bawah dress-nya pun ikut terangkat seiring pergerakan kedua tanganku ke atas yang merayap melalui kedua paha Sherly. Bagian belakang dress Sherly tersingkap lebih ke atas karena kedua telapak tanganku berada di bagian belakang kedua pahanya.

Nafas Sherly semakin berat. Dia mulai menikmati gerakan erotis kedua tanganku di kedua pahanya. Tangan kanannya berpegangan pada meja yang ada di sisi kanannya, sementara itu tangan kirinya berpegangan pada pundak kananku.

Kedua telunjukku merasakan rambut-rambut halus yang tumbuh di daerah pangkal paha bagian dalam tubuhnya. Kurasakan juga kulit pahanya merinding saat jari-jariku mulai merayap pada bagian dalam pahanya. Untuk menambah rasa penasarannya, kedua tanganku tidak langsung menjamah vagina Sherly, saat jari telunjukku sudah menyentuh kulit pangkal pahanya, kuubah arah kedua tanganku ke bongkahan pantatnya. Kedua jari telunjukku aku biarkan tetap menyisir daerah sensitif Sherly di paha bagian dalam dan belahan bokongnya bagian dalam. Langsung kuremas kedua bongkahan pantatnya.

Sherly yang sudah sejak tadi menahan hasratnya, akhirnya tidak dapat lagi membendung gairah seksualnya. Dengan gerakan cepat, Sherly duduk di paha kananku, kedua tangannya memegang tengkukku, dan bibirnya langsung menyambar bibirku lalu dilumatnya penuh nafsu. Saat Sherly bergerak cepat untuk duduk di pangkuan paha kananku, kedua tanganku masih berada di bongkahan pantatnya, sehingga posisi kedua tanganku tergeser menjadi di punggungnya dan membuat dress yang dipakai Sherly tersingkap sampai dengan punggungnya, memperlihatkan bagian tubuhnya yang mulus dari pusar sampai kaki yang tanpa tertutupi oleh sehelai benang pun.

Sambil menciumku penuh nafsu, Sherly menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur. Digesek-gesekkannya mulut vaginanya dengan paha kananku yang masih terbalut celana. Ciumannya sangat dahsyat dan liar, aku sampai kewalahan mengimbanginya. Bibir bawahku beberapa kali digigitnya dengan gemas. Untuk menahan serangan ciumannya, tangan kananku aku letakan di belakang kepalanya sementara tangan kiriku masih berada di punggungnya.

“Wait honey”, sahutku sambil berusaha melepaskan ciumannya.

“Why?”, sahutnya sedikit kecewa dengan menatap mataku dalam-dalam.

“I need to check”, jawabku.

“Ngga lucu kan kalo lagi begini digerebek orang?”, sahutku lagi.

“Yaudah jangan lama-lama”, sahutnya.

“Iya sayang”, jawabku sambil mengecup mesra bibirnya.

Lalu Sherly pun bangkit dari paha kananku, menarik ke bawah ujung dressnya yang sempat tersingkap ke punggung, membenarkan kembali posisi dressnya.

Kemudian aku pun bangkit dari kursi kerjaku, berjalan menuju pintu ruanganku. Kubuka kuncinya dan kubuka pintu perlahan, lalu kumelangkah keluar. Sepi. Aku cek satu per satu meja stafku, barangkali masih ada yang hanya sekedar keluar ruangan divisiku. Sebenarnya aku bisa melihat keadaan di luar ruanganku tanpa keluar ruanganku, karena di ruanganku terdapat monitor CCTV yang memantau kondisi di ruangan divisi yang aku pimpin.

Setelah aku yakin stafku sudah pulang semua, aku menuju ke arah pintu ruangan divisiku yang masih dalam keadaan terbuka. Saat aku berjalan ke pintu ruangan divisiku, aku lihat terdapat noda basah di celanaku pada bagian atas paha kananku. Aku usap, dan ternyata benar kecurigaanku, itu adalah lendir yang berasal dari lubang vagina Sherly.

Aku melongok ke arah luar ruangan divisiku. Tidak ada orang di lorong, tapi aku masih bisa mendengar orang bercakap-cakap di divisi sebelah. Kemudian kututup pintu ruangan divisiku. Aku mengambil ponselku di saku kiri celanaku. Aku kirim pesan ke office boy yang mengurusi ruangan divisiku supaya tidak mengunci ruangan divisiku terlebih dahulu, karena aku masih berada di dalam ruang kerjaku untuk beristirahat.

Selanjutnya aku kembali menuju ruang kerjaku dimana kenikmatan birahi petang ini akan aku raih bersama Sherly. Sherly masih duduk di kursi kerjaku sambil memainkan ponselnya. Aku tutup pintu dan kembali menguncinya. Aku tidak perlu khawatir suara erangan Sherly terdengar sampai keluar ruangan kerjaku, karena selain lantai ruanganku yang dilapisi oleh karpet lumayan tebal, bagian dindingnya pun dilapisi oleh lapisan karpet juga. Bagian pintu pun dirancang agar suara dari dalam ruanganku tidak akan terdengar dari luar apabila pintu ruanganku aku tutup. Desain ini sama dengan ruangan para Direksi. Ruanganku ini sengaja didesain seperti itu karena banyak pembicaraan yang sensitif dan rahasia untuk urusan perusahaan tempatku kerja ini, terjadi di ruanganku.

Aku menghampiri Sherly yang masih memasang wajah cemberut karena hasrat seksualnya tertunda untuk dilampiaskan. Kuberdiri tepat di hadapan Sherly. Sherly menatapku sejenak, kemudian meletakkan ponselnya di meja kerjaku di samping kirinya. Lalu dia pun berdiri di hadapanku. Dilingkarkan kedua tangannya di leherku, aku pun melingkarkan kedua taganku di pinggangnya. Beberapa saat kemudian, bibir kami mulai berpagutan kembali.

Kedua tanganku bergerak turun dari pinggangnya, menyelusuri tubuhnya ke bawah dan tiba di bongkahan kedua pantatnya. Aku remas-remas bongkahan pantatnya sambil aku tarik dressnya ke atas hingga ke pinggangnya, lalu kuremas kembali bongkahan pantatnya langsung tanpa terhalang oleh dress yang masih dipakainya.

Kedua jari telunjuk tanganku aku mainkan di belahan pantatnya. Kuusap-usap lembut di cellah antara kedua pantat Sherly.

Kemudian perlahan-lahan aku rendahkan usapan tanganku menuju celah di antara kedua pahanya. Dengan menggunakan jari tengah tangan kananku, aku menyentuh mulut vagina Sherly dari arah belakang. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya sebelah kanan. Jari tengah tangan kananku merasakan sedikit lendir yang keluar dari liang kenikmatannya. Kuusap-usap permukaan mulut vaginanya dengan jari tengah tangan kananku. Sedikit demi sedikit kutekan jari tengahku ke lubang vaginanya sehingga mulut vaginanya sedikit terbuka. Jari tengahku merasakan lebih banyak lendir di sana.

Lalu kuselusupkan ujung jari tengahku ke dalam liang vaginanya. Kumasukkan hingga satu ruas jariku. Selanjutnya mulai kukocok liang vaginanya sebatas satu ruas jari tengahku. Lama kelamaan semakin banyak cairan lendir yang keluar dari lubang vagina Sherly. Sherly pun mulai mendesah. Nafasnya memburu. Irama ciumannya pada bibirku mulai kacau tak beraturan.

Kusudahi ciumanku. Kuminta Sherly untuk duduk bersandar di kursi kerjaku yang ada tepat di belakangnya. Lalu kuangkat kedua kakinya ke kedua lengan kursi kerjaku. Hal ini membuat kedua kakinya mengangkang lebar ke kanan dan kiri, dengan sepatu merah mudanya yang masih menempel pada kedua telapak kakinya. Posisi ini membuat vaginanya yang ditumbuhi rambut-rambut halus terpampang jelas di hadapanku.

“Aku oral ya”, sahutku. Aku merendahkan tubuhku dengan bertumpu pada kedua lututku. Kudekatkan wajahku ke arah selangkangannya. Tanpa menunggu persetujuannya, kukecup mesra bibir vaginanya yang sedikit terbuka. Lalu ujung lidahku menyabu mulut vaginanya dari bawah ke atas. Kuulang beberapa kali dengan sedikit tekanan, hingga mulut vaginanya semakin terbuka dan sedikit bagian ujung lidahku masuk ke dalam mulut vagina Sherly.

“Ouch yesshh you lick my pussy so good”, Sherly mulai meracau.

Selanjutnya aku gunakan ujung lidahku bermain dan berputar-putar di sekitar mulut vaginanya. Aku sapu seluruh permukaan vaginanya dengan lidahku berulang kali, aku jilati cairan vaginanya yang merembes keluar dari liang kenikmatannya. Lalu aku beralih ke klitorisnya. Aku cium klitorisnya, aku hisap ringan klitorisnya, aku mainkan klitorisnya dengan ujung lidahku. Karena di situlah titik lemah Sherly.

“Oucch Bebh, don’t do that”, desah Sherly.

Aku lancarkan serangan ke klitoris Sherly. Kali ini aku hisap berkali-kali dengan kuat klitorisnya yang sudah mengeras. Dia pun meracau dan mendesah lebih hebat. “Ouuch please Bebh, don’t do that”, racau Sherly seraya tangan kanannya memegang kepalaku. Tetapi mulutku tetap bergeming menghisap kuat klitorisnya. Permainan mulutku pada klitorisnya aku tambahkan dengan tusukan-tusukan ringan pada liang kenikmatannya dengan menggunakan telunjuk tangan kananku. Tidak hanya tusukan, aku kombinasikan gerakan telunjuk kananku dengan gerakan memutar menyentuh dinding dalam vaginanya.

Mendapat perlakuan seperti itu, Sherly menjadi semakin liar. Desahan dan racauannya semakin kencang. Tubuhnya bergerak kesana kemari sedikit bergetar, seiring dengan cairan yang keluar dari dalam vaginanya dan mau tidak mau tertelan olehku.

Terus aku hisap kuat vaginanya berkali-kali, seperti bayi yang menyusui, tapi yang aku hisap adalah klitoris Sherly. “Mash mash mash stop mash, i can’t hold it.. aaacchhh”, racau Sherly diakhiri satu erangan panjang disertai tubuhnya yang mengejang dan bergetar beberapa kali, tubuhnya melenting ke atas, serta diiringi semburan cairan vaginanya yang cukup banyak keluar dari liang kenikmatannya, yang sebagian terpaksa tertelan olehku, sebagian lagi membasahi mulutku dan menetes ke lantai karpet di bawahku. Tangan kanannya menjambak rambutku. Aku tetap bergeming pada klitorisnya. Kali ini aku berikan hisapan-hisapan lembut pada klitorisnya.

Berangsur-angsur otot-otot tubuhnya mengendur kembali. “Enak Mas”, sahutnya Manja dengan tatapan sayu dan dan tersenyum kepadaku.

“Gantian Mas. Aku mau titit Mas”, sahutnya lagi.

Aku sudahi permainanku pada klitorisnya, kuakhiri dengan kecupan ringan di klitoris Sherly. Kemudian aku berdiri kembali, diikuti Sherly bangkit berdiri dari kursi kerjaku. Aku buka ikat pinggang dan kancing celanaku. Lalu aku turunkan celana panjang yang aku pakai sekaligus dengan celana dalamku. Batang penisku yang sudah mengeras sejak tadi pun terbebas dari sangkarnya.

Sherly melangkah menghampiriku. Disambarnya bibirku oleh bibirnya, kami pun kembali saling berpagutan penuh nafsu. Tangan kanannya mengocok pelan batang penisku selama kami berciuman. Tak berapa lama, Sherly menyudahi ciumannya. Kemudian Sherly berjongkok tepat di hadapanku. Berposisi jongkok sempurna dengan sepatu highheel merah muda masih dipakainya. Vaginanya dibiarkan terpampang jelas ke depan, jika ada orang lain yang berada di hadapannya.

Kemudian dikocoknya pelan batang penisku. “I always love this thing”, sahut Sherly sebelum memasukkan kepala penisku ke dalam rongga mulutnya. Diemutnya kepala penisku dengan lembut, disertai sentuhan-sentuhan ujung lidahnya pada lubang kencingku. Lalu dimasukkannya batang penisku sampai batas maksimal rongga mulutnya, hingga tersisa seperempat batang penisku. Ditahannya posisi seperti itu selama sekitar sepuluh detik. Air liurnya pun merembes keluar membasahi batang penisku. Selanjutnya kepala Sherly melakukan gerakan maju mundur, mengocok batang penisku dengan mulutnya, dengan bantuan tangan kanannya yang berada di batang penisku, sedangkan tangan kirinya berpegangan pada paha kananku. Bibirnya dikatupkan rapat-rapat, menjepit erat batang penisku. Bagai seorang profesional, Sherly mengoral batang penisku tanpa menyentuh giginya sama sekali.

Selang satu menit kemudian, Sherly melepaskan batang penisku dari mulutnya. Kemudian diciumnya kepala penisku dan dilanjutkan dengan menjilati seluruh permukaan batang penisku dengan lidahnya. Lalu batang penisku ditegakkan ke atas oleh tangan kanannya, selanjutnya Sherly menyasar pangkal penisku dan menjilati buah zakarku. Tidak hanya dijilat, buah zakarku diemutnya bergantian sambil tangan kanannya mengocok lembut batang penisku.

Sherly kembali memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya. Kepalanya kembali bergerak maju mundur mengocok batang penisku dengan mulutnya. Kegiatannya mengoral batang penisku kali ini disertai dengan pijatan-pijatan lembut tangan kanannya pada kantung buah zakarku. Jepitan erat bibirnya seperti mengurut batang penisku ini membuatku hampir orgasme di mulutnya.

“Udah Sher”, sahutku sambil menahan gerakan kepalanya dengan tangan kananku.

“Aku mau memek kamu”, lanjutku lagi.

“Udah mau keluar ya?”, sahutnya dengan sedikit nada meledek sambil tetap bermain dengan kepala penisku dan mengecupnya berkali-kali.

“Hehehe tau aja”, jawabku.

“Itu titit kamu udah kedutan terus”, sahutnya lagi.

“Yauda atuh berdiri kamunya”, pintaku ke Sherly.

Kemudian Sherly berdiri kembali, memalingkan tubuhnya ke arah meja kerjaku. Lalu diangkatnya sedikit laptopku dan digesernya menempel dengan dinding ruanganku. “Aku mau main di meja”, sahutnya sambil kembali memindahkan beberapa barang di atas meja kerjaku ke arah dinding ruangan, masih di atas mejaku juga.

Lalu Sherly duduk di atas meja kerjaku, meletakkan pantatnya tidak jauh dari pinggir meja kerjaku. Kemudian direbahkan tubuhnya ke belakang dan ditahannya berat tubuhnya dengan kedua siku dan lengan bawahnya. Selanjutnya Sherly mengangkat kedua kakinya ke atas dan menekuk lututnya sehingga kedua telapak kakinya dalam keadaan mengambang tidak berpijak sama sekali.

Aku hampiri Sherly. Kuposisikan berdiri tepat di hadapannya. Vaginanya yang basah oleh campuran lendirnya sendiri dengan air liurku, tampak sedikit menganga. Kupegang kedua betisnya, lalu kuluruskan kedua kakinya ke atas dengan memegang masing-masing betisnya dengan masing-masing tanganku, hingga kedua kakinya membentuk seperti huruf “v” dengan vaginanya sebagai ujung bawah huruf dan sepatu highheel merah mudanya sebagai ujung atas huruf. Kemudian kuletakkan kaki kirinya di bahu kananku, agar tangan kananku bisa terlebih dahulu membantu batang penisku melakukan penetrasi pada vagina Sherly.

Kepala penisku aku tempelkan pada bibir vagina Sherly. Kugerakkan dengan sedikit tekanan ke depan hingga kepala penisku menyeruak masuk ke dalam vaginanya yang basah. Perlahan-lahan batang penisku mulai amblas ditelan vagina Sherly. Kudiamkan sejenak pangkal penisku dicium bibir vaginanya, lalu kupegang kembali betis kirinya dengan tangan kananku hingga kaki kanannya kembali menghadap ke atas.

Aku goyangkan maju mundur otot pinggulku perlahan-lahan. Batang penisku mulai keluar masuk vaginanya sebatas leher penisku. Vagina Sherly terasa amat licin, akan tetapi kepala penisku masih bisa merasakan kasarnya dinding dalam liang vaginanya.

Kuayun pinggulku semakin cepat dan membenamkan batang penisku sedalam mungkin di liang vaginanya. Plak plak plak suara benturan pangkal pahaku dengan pangkal paha belakang Sherly.

“Ouuch yess Bebh”, rintih Sherly. “Please don’t stop”, racaunya berkali-kali.

Aku terus mengayunkan pinggulku maju mundur. Tangan kiriku mulai mengeksplorasi payudara kanannya. Aku remas-remas berulang-ulang kali dengan sesekali kupilin-pilin puting kanannya yang sudah mengeras.

“Stop Bebh. Aku mau di atas”, sahut Sherly tiba-tiba. Tangan kirinya berada di perutku, seolah-olah berusaha menghentikan kocokan batang penisku terhadap vaginanya. Aku pun menghentikan goyangan pinggulku.

“Di mana?”, tanyaku sambil mencabut batang penisku yang masih menancap di vagina Shelry.

“Di lantai aja Mas”, jawabnya.

Saat batang penisku tercabut seluruhnya dari liang vaginanya, terlihat mulut vagina Sherly yang sedikit menganga dengan permukaan vaginanya yang basah kuyup oleh cairan kenikmatannya.

Aku mencari posisi yang lowong untuk merebahkan tubuhku di atas karpet tebal lantai ruanganku. Kubaringkan tubuhku di samping kanan meja dan kursi kerjaku dengan posisi terlentang.

Sherly pun segera turun dari atas meja kerjaku. Dilepasnya highheels yang masih menempel di kedua kakinya. Lalu melangkahi tubuhku dengan kaki kirinya, sehingga kedua kakinya berada di samping kanan dan kiri pinggulku. Kemudian Sherly mendekatkan tubuhnya ke tubuhku dengan berdiri bertumpu pada kedua lututnya. Diarahkannya liang kenikmatannya ke batang penisku yang masih tegak berdiri. Dengan bantuan tangan kanannya, batang penisku mulai menerobos masuk liang vaginanya yang masih licin. Blessh, seluruh batang penisku pun berada dalam lubang senggamanya.

Area pangkal pahaku diduduki oleh Sherly. Dia mendiamkan sejenak posisi ini. Kemudian dicondongkan tubuhnya ke depan, lalu dilumatnya bibirku oleh bibirnya dengan penuh nafsu. Kami pun saling berpagutan kembali dengan liarnya. Selama kami berciuman, Sherly menggoyangkan pinggulnya naik turun dengan pelan membuat gesekan-gesekan lembut antara batang penisku dengan dinding vaginanya. Kedua tanganku memeluk lembut punggungnya.

Tak lama kemudian Sherly menyudahi ciumannya dan menegakkan tubuhnya kembali. Lalu Sherly mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur dengan posisi tangan kanannya berada sedikit di atas perutku dan tangan kirinya berada di paha kananku.

“Ooch it’s very hard Bebh”, sahutnya. “So deep. Posisinya ada di sini nih”, lanjutnya sambil menunjuk ke arah pusarnya.

Sherly terus menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Kepala penisku berkali-kali membentur mulut rahimnya. Klitorisnya bergesekan dengan pangkal penisku dan rambut kemaluanku.

“Ouch ouch ouch yess”, Sherly meracau kembali. Goyangan pinggulnya makin cepat. Sherly seperti hendak merengkuh puncak kenikmatan dunianya. Kupusatkan konsentrasiku pada batang penisku, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua payudaranya dengan diselingi memilin-milin kedua putingnya.

“Yes Bebh, yes Bebh, yes Bebh”, racaunya semakin kencang seiring bertambah cepat pula goyangan pinggulnya membuat batang penisku semakin cepat mengocok liang vaginanya.

“Ooouuuhhh”, satu lengkingan panjang keluar dari mulut Sherly. Tubuhnya melenting ke belakang, kepalanya mendongak ke atas. Dinding vaginanya menjepit erat batang penisku. Goyangan pinggulnya menjadi terpatah-patah. Dapat kurasakan semburan cairan hangat keluar dari liang vaginanya. Kedua tanganku pun meremas kencang kedua payudaranya.

Selang beberapa detik kemudian tubuhnya ambruk ke depan menimpa tubuhku. Ditempatkannya kepalanya di samping kiri kepalaku. Nafasnya masih tersenggal-senggal. Aku memeluk erat tubuh lunglai Sherly dengan kedua tanganku.

“Lemesh Mash”, sahutnya lirih dengan nafas masih tidak teratur. Kuusap-usap kedua tanganku di punggungnya menunggu sisa gelombang dahsyat orgasme Sherly mereda.

“Mas masih lama”, tanya Sherly beberapa detik kemudian.

“Ngga juga sih”, jawabku.

“Mas mau keluarin di mana? Di mulut aku atau belakang?”, tanya Sherly lagi.

“Belakang aja”, jawabku.

“Yaudah sok”, sahutnya dilanjutkan dengan menggulingkan tubuhnya ke kiri tubuhku.

Setelah tubuh Sherly tidak lagi menindih tubuhku, aku beranjak bangun dan berdiri bertumpu pada kedua lututku. Lalu memposisikan diri di depan area selangkangan Sherly. Sherly membuka kedua pahanya dengan posisi lutut menghadap ke atas. Area selangkangannya siap untuk meneriman kembali penetrasi dari batang penisku.

Kudekatkan batang penisku ke area selangkangannya. Kemudian kutekuk kedua pahanya dengan kedua tanganku hingga kedua pahanya menempel tubuhnya dan kutahan posisi ini dengan menahan kedua kakinya yang menghadap ke atas. Terlihat jelas vaginanya yang sudah acak-acakan oleh cairan kenikmatannya yang juga membasahi permukaan anusnya.

Kubasahi kepala penisku dengan air liurku menggunakan tangan kananku. Lalu kuarahkan menuju lubang anusnya. Perlahan-lahan batang penisku masuk merangsek lubang anusnya. Batang penisku mulai merasakan hangat dan jepitan erat dinding rektumnya. Seluruh batang penisku pun ditelan oleh lubang anus Sherly.

Kemudian aku mulai mengayunkan pinggulku maju mundur, tetapi tidak seperti saat aku melakukan penetrasi di liang vagina Sherly. Jepitan erat dan permukaan kasar dinding rektum Sherly, menjadi alasanku agar batang penisku tidak terluka.

Sepertinya Sherly kurang menikmati penetrasi ini. Raut wajahnya mencerminkan itu. Kedua matanya terpejam dan giginya menggigit bibir bawahnya seperti menahan sakit. Aku harus menyudahi ini, pikirku, dan memang batang penisku sudah mulai bekedut-kedut. Gelombang orgasmeku akan segera datang.

Kuayunkan pinggulku lebih cepat. Hangat dan eratnya jepitan dinding rektum Sherly semakin mempercepat aku meraih puncak kenikmatanktu. Tak sampai satu kemudian akhirnya penisku menyemprotkan spermaku beberapa kali di dalam lubang anusnya. Kebenamkan dalam-dalam batang penisku di dalam lubang anusnya.

Aku mempertahankan posisi ini sampai beberapa saat. Mengatur kembali nafasku yang tersenggal-senggal, sambil menunggu batang penisku melemah.

“Enak Mas?”, tanya Sherly.

“Banget”, jawabku dengan nafas yang masih belum teratur.

“Sakit ya?”, aku berbalik tanya.

“Sedikit Mas, ngga tau kenapa, tumben banget”, jawab Sherly. “Kayanya posisi-nya salah kali ya”, sahutnya lagi.

“Mungkin”, jawabku singkat sambil meraih kotak isi tisu yang ada di meja kerjaku dengan tangan kananku. Lalu kuambil beberapa helai tisu dari dalamnya. Perlahan-lahan kecabut batang penisku yang sudah melemah keluar dari lubang anus Sherly. Begitu seluruh batang penisku keluar dari jepitan anusnya, aku balut batang penisku dengan tisu. Kuambil beberapa helai lagi tisu, lalu kuusapkan di mulut anusnya karena lelehan spermaku mulai keluar dari liang anus Sherly.

“Minta Mas”, sahut Sherly sambil menjulurkan tangan kanannya. Aku pun memberikan beberapa helai tisu ke Sherly, yang kemudian dia gunakan untuk menyeka permukaan vaginanya dan anusnya.

Aku merebahkan tubuhku ke belakang untuk mengistirahatkan tubuhku, sambil berbincang-bincang ringan dengan Sherly.

Tak lama kemudian, “Udah yuk”, sahutku mengakhiri perbincangan saat itu. “Pakai bajunya, aku anterin kamu pulang”, sahutku lagi.

“Asiik”, sahut Sherly sedikit manja. Dia pun bangun dan mencari keberadaan seluruh pakaiannya, lalu memakainya kembali.

Setelah kami berdua sudah berpakaian lengkap, Sherly pun keluar meninggalkan ruanganku dengan sebelumnya aku memeriksa keadaan di luar ruanganku melalui layar cctv.
**

Pertengahan November dua ribu delapan belas aku memutuskan mengakhiri hubunganku dengan Sherly. Lebih karena aku menemukan pasangan kembali yang lebih melibatkan emosional hatiku. Tidak ada tangis dalam proses pengakhiran hubungan ini. Malah ada hal yang mengejutkanku, Sherly mengakui pernah berhubungan seks sebanyak dua kali dengan rekan kerjaku juga yang lebih muda dan lebih tampan dari ku. Itu Sherly lakukan di awal-awal hubungan kami. Hanya sebanyak dua kali, karena Sherly tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari pria ini. Bahkan pria ini hanya mampu bertahan kurang dari dua menit saat penetrasi, sehingga hal ini cukup membuat kesal Sherly. Aku hanya tertawa terbahak-bahak mendengar ceritanya. Demikian kisah seks antara aku dengan Sherly. Selanjutnya akan aku ceritakan di thread yang lain mengenai hubunganku dengan perempuan setelah Sherly yang lebih dahsyat dari hubunganku dengan Sherly karena melibatkan unsur emosional hati yang dalam. Terima kasih semuanya yang sudah membaca cerita ini. TAMAT.
***
 
Pertamax...mantap sekali updatenya suhu...beruntung juga keduanya termasuk si cewe..hehe
 
Buset.....cerita keren gini knp cm 3 ekor member yg ksh like yak? :|
 
Woah lama menghilang update langsung tamat, selamat atas tamat cerita ny gan, di tunggu next karya selanjutnya..
 
Congrats ya Suhu... Ini salah satu cerita terbaik di sini (versi gue). Keep semprot brada!
 
sama kayak gw. temen kantor tapi bedanya ud binor. jadi emosional dalam.. haha
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd