Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[B.O.T.S] Mbak Dita, kakak iparku juga istri sahabatku

##

Triiing.

Bunyi seperti dua gelas kristal beradu satu sama lain, terdengar dari ponselku yang kuletakkan di atas meja bekas dipakai rapat. Terlihat notifikasi dari layar ponselku jika aku mendapatkan pesan dari Mbak Dita. Rupanya Mbak Dita mengirimkanku sebuah foto dan sebuah pesan lagi. Aku pun meraih ponselku untuk melihat foto apa yang dikirim kepadaku.

Faak. Dalam foto itu tergambar dengan jelas sekitar selangkangan seorang wanita yang masih memakai rok warna biru tua yang sudah tersingkap, sehingga terlihat vaginanya dengan posisi g-string hitam juga sudah tersingkap ke samping, dan terdapat dildo warna hitam yang kepala dildo itu sudah berada dalam mulut vagina di foto itu. Dan pesan yang dikirim tertulis “Show-nya udah mau mulai, cepet ke sini” ditambah dengan emoticon menjulurkan lidah. Penisku pun menegang.

Lalu kubalas dengan emoticon muka dengan hati di matanya. Lalu kutulis “Tungguiinn. Bentar lagi gue ke sana”, kemudian kukirimkan ke Mbak Dita. Kulirik jam tanganku, sekarang jam tiga lewat tujuh belas menit. Aku pun bergegas merapihkan barang-barangku yang masih bergeletakan di atas meja, langsung kumasukkan ke dalam tasku. Setelah chit chat sedikit dengan teman-temanku, aku pamit untuk kembali ke kotaku. Lalu aku meninggalkan gedung tempatku rapat, menuju tempat dimana kenikmatan duniawi telah menungguku.
#

Aku pencet bell yang ada di samping pintu kamar tempat Mbak Dita berada. Tidak lama kemudia, pintu terbuka, dan kulihat Mbak Dita masih mengenakan pakaian seragam kantornya dengan atasan putih dan rok warna biru tua. “Cepet amat? Udah horny yaa?”, ucapnya menggodaku.

Begitu pintu ditutup oleh Mbak Dita, langsung kusergap tubuh Mbak Dita. Kudorong dan kusandarkan tubuhnya ke dinding samping pintu kamar mandi. Kucium bibirnya dengan ganas. Dia pun menyambut ciumanku tidak kalah ganasnya. Kedua tangannya sudah berada di ikat pinggangku, berusaha membuka celanaku. Kubalas dengan menarik roknya ke atas sebatas pinggulnya, lalu kuremas kedua bokongnya dengan kedua tanganku, setelah sebelumnya aku jatuhkan tas punggungku yang sempat aku pakai ke lantai kamar.

Celana kerjaku sudah melorot sampai di mata kakiku. Tangan kanan Mbak Dita sudah asyik mngusap-usap penisku yang masih terbungkus celana dalam. Batang penisku sudah dalam posisi keras, menunggu perintah untuk melaksanakan pertempuran.

Aku selusupkan jari tengah kananku ke permukaan anus dan lubang vagina Mbak Dita dengan sedikit menyingkap tali g-string yang dipakai Mbak Dita. Kumainkan di area antara lubang anus dan lubang vaginanya. Jariku merasakan basahnya selangkangan Mbak Dita oleh cairan kenikmatannya.

Jari tengah kananku menusuk-nusuk kecil lubang kenikmatannya dari arah belakang. Sementara bibirku masih mencium ganas bibir Mbak Dita sambil tangan kiriku bermain di payudara kanannya tanpa membuka pakaian dan bra Mbak Dita. Aku keluarkan payudara kanan Mbak Dita dari bungkusnya sehingga putingnya mencelat keluar dan aku pun bebas memainkan puting kanannya.

Kedua tangan Mbak Dita berusaha melorotkan celana dalamku, sejenak aku hentikan aktifitas tangan kiriku di payudara kanan Mbak Dita dan membantunya melorotkan celana dalamku, sehingga saat ini bagian bawah tubuhku tidak mengenakan pakaian apapun dan membuat penisku bebas merdeka untuk dimainkan oleh jari-jari lentik milik Mbak Dita.

Kudorong semakin dalam jari tengah kananku ke lubang kenikmatan Mbak Dita dan kukocok perlahan-lahan dengan menaikkan kecepatan sedikit demi sedikit. Kemudian kuputar-putar jari tanganku di dalam vaginanya, merasakan seluruh dinding vagina Mbak Dita yang semakin lama semakin penuh cairan. Kumainkan jariku di suatu tonjolan yang ada di dalam vaginanya, membuat Mbak Dita tersentak dan tidak bisa melanjutkan ciumannya di bibirku, hanya erangan-erangan keenakan yang keluar dari mulutnya. “Ach ach terus Rio”, desahannya.

Tangan kanan Mbak Dita tidak lagi mengusap-usap penisku, melainkan mengocok penisku perlahan. Sementara jari tengah kananku terus mengocok dan berputar-putar di dalam vagina Mbak Dita.

“Duh, gue udah ngga tahan Mbak”, ucapku. Lalu kubalikkan tubuh Mbak Dita menghadap dinding. Mengerti maksudku, Mbak Dita sedikit membungkukkan badannya, menunggingkan pantatnya, sementara kedua tangannya bersandar di dinding. Aku pun meminta Mbak Dita melengkungkan punggungnya ke arah bawah supaya pantatnya semakin menungging dan semakin jelas terlihat vaginanya yang basah.

Aku memposisikan di belakang tubuh Mbak Dita, mengacungkan penisku yang sudah dalam keras maksimal. Kupegang pangkal penisku dengan tangan kanan, dan kuarahkan ke arah vagina Mbak Dita yang di sisi kirinya masih terdapat tali g-string yang masih dipakainya. Kusingkap tali g-string yg ada di vaginanya ke pantat kirinya dengan tangan kiriku.

Kudekatkan penisku di bibir vaginanya, dan kuusap-usap bibi vaginanya dengan kepala penisku hingga mulut vaginanya yang basah sedikit terbuka. Dengan satu tusukan, kubenamkan seluruh batang penisku ke dalam vaginanya. “Auw!”, jerit Mbak Dita. “Jangan dalem-dalem Rio. Mentok”, sahutnya sambil sedikit mendorong tubuhku dengan tangan kirinya. “Sorry Mbak”, jawabku.

Lalu kutarik sedikit penisku di lubang vaginanya, kemudian perlahan-lahan kugoyangkan maju mundur pinggangku. “Ehh ehh”, desah Mbak Dita. Kuletakkan kedua tanganku pinggulnya disertai sesekali mengusap-usap bokong seksinya.

Melihat pantatnya yang seksi itu, membuat nafsuku semakin menggelora. Kuremas-remas dan kutampar pantat kanannya. Plaakk. “Auw ach ach”, rintih Mbak Dita. Ibu jari kiriku pun ikut beraksi, mengusap-usap permukaan anus Mbak Dita. Lalu sedikit kutekan jempolku ke anusnya. Kudorong masuk jempol kiriku ke dalam lubang anus Mbak Dita hingga tenggelam seluruhnya. Kemudian kukeluar masukkan jempol kiriku di anus Mbak Dita seirama dengan tusukkan penisku di vaginanya. Desahannya pun semakin keras.

Penisku mulai berkedut-kedut. Kurasakan adanya dorongan kuat dari dalam pangkal penisku. “Duh gue udah ngga tahan Mbak”, sahutku. Kupercepat tusukan penisku ke vaginanya. Daann “Gue keluar Mbak.. aachh”, sahutku dengan membenamkan seluruh penisku dalam vaginanya hingga membuat Mbak Dita menjerit karena tusukkan ku terlalu dalam. Penisku pun menyemprotkan beberapa kali spermaku di dalam vaginanya. Kupeluk dirinya dari belakang dengan penisku masih menancap di lubang kenikmatannya. Kucium tengkuknya agak ke kiri dan dia pun membalas dengan belaian tangan kirinya di kepalaku.

Flop. Dia melepas penisku dari genggaman vaginanya. Kemudian membalikkan tubuhnya untuk mencium bibirku. Lalu digandengnya tanganku menuju kursi yang hanya untuk satu orang. Ditariknya kursi itu oleh Mbak Dita, dihadapkannya ke arah tempat tidur. Mbak Dita menuntunku untuk duduk di kursi itu, lalu dia pun duduk di kedua pahaku dengan posisi menghadapku, dan Mbak Dita pun mencium kembali bibirku dengan ganasnya sementara kedua telapak tangannya diletakkan di kedua pipiku.

“Show must go on”, bisik Mbak Dita. Lalu Mbak Dita bangkit dari pangkuanku. Kemudian dia berdiri sekitar satu setengah meter di depanku menghadap ke arahku disertai badannya yang masih memakai seragam kerjanya bergoyang sensual ringan sambil kedua tangannya meremas kedua payudaranya yang masih tertutup bra dan baju seragam kerjanya. Perlahan-lahan dibuka kancing bajunya dari mulai bagian atas terus ke bawah. Setelah terbuka semua, dilepaskan bajunya dan dibiarkan terjatuh ke bawah. Lalu dia pun mencopot rok kerjanya dan dilorotkan ke lantai kamar juga.

Sekarang di hadapanku sosok Mbak Dita berdiri dan bergoyang sensual dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja, tapi g-string-nya sudah tersingkap sehingga vaginanya jelas terlihat. Tak lama kemudian, bra dan g-string Mbak Dita pun dilucutinya sendiri, dan melemparkannya ke arah wajahku. Aku pun menerima lemparan itu dan kucium harumnya tubuh Mbak Dita yang menempel pada pakaian dalamnya.

Gairah seksualku perlahan bangkit kembali. Penisku yang semula lemas, sedikit demi sedikit kembali mengeras. Kuusap-usap penisku dengan tangan kananku.

Mbak Dita bergerak ke arah tempat tidur. Lalu dia naik ke tempat tidur dan disusunnya dua bantal menjadi satu tumpukan, dan digesernya ke tengah-tengah tempat tidur. Tumpukan bantal itu dijadikan sandaran untuk punggungnya, duduk menghadap ke arahku. Dibuka kakinya dan lututnya sedikit ditekuk ke atas, sehinga terlihat jelas cairan putih spermaku yang meleleh keluar di bagian bawah vaginanya.

Tangan kanan Mbak Dita mulai memainkan vaginanya. Disentuhnya klitorisnya dengan jari tengahnya, kemudian dengan gerakan memutar dimainkan klitorisnya. Sementara tangan kirinya meremas-remas payudaranya dan memilin-milin puting kirinya. Lalu jari tengah kanannya dimasukkannya ke dalam lubang kenikmatannya yang basah. Ditusuk-tusuk keluar masuk jari tengahnya ke lubang vaginanya berulang kali, disertai tatapan matanya yang sayu menatap ke arahku.

Lalu diambilnya benda hitam berbentuk kelamin pria dari samping kanannya, dan dioleskannya dengan cairan pelicin berbahan dasar air. Kemudian diarahkannya tiruan penis itu ke vaginanya. Dimainkan ujung tiruan penis itu di bibir vaginanya, lalu dimasukkan ke liang kenikmatan Mbak Dita. Dikocokkan keluar masuk vaginanya dengan tempo lambat dengan gerakan bervariasi, seperti mencari titik-titik kenikmatan yang ada di vaginanya, dibarengi dengan permainan tangan kirinya yang masih meremas-remas payudara dan puting kiri Mbak Dita.

Baru kali ini aku melihat seorang wanita melakukan masturbasi langsung dengan kedua mataku sendiri. Gairahku semakin berkobar, membuat penisku kembali tegak berdiri. Akupun membalas tatapannya dan mengocok pelan penisku.

Mbak Dita mempercepat kocokan duplikat penis di vaginany. Kepalanya disandarkan ke bantal menengadah ke atas. Tak lama kemudian, gerakan kocokannya semakin cepat dan tubuh Mbak Dita pun mengejang dan melenting mengangkat pinggangnya seperti tersengat aliran listrik diiringi jeritan “aaacchh”, keluar dari mulutnya. Dikeluarkannya tiruan penis itu dari vaginanya, seketika itu juga muncratlah cairan vaginanya sejauh sekitar setengah meter membahasi tempat tidur dan tubuh Mbak Dita mengejang bergelinjang beberapa kali. Setelah reda serangan orgasmenya, lalu tangan kanannya mengusap-usap kembali vaginanya. Melakukan proses relaksasi setelah mendapatkan klimaksnya.

Aku yang tidak tahan dengan pemandangan ini pun bangkit dari dudukku. Ku lepas baju yang masih aku pakai dan kehempaskan ke lantai kamar. Kuhampiri tubuh indah Mbak Dita yang ada di tempat tidur. Kunaiki tempat tidur dan kuhampiri tubuh mungil Mbak Dita, mengambil posisi di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. Lalu kucium bibir Mbak Dita dan kumainkan payudara kirinya, disertai gesekan penisku dengan vaginanya.

Tak menunggu lama, kumasukkan penisku ke dalam vagina Mbak Dita dengan diarahkan tangan kananku. Sebelumnya, kutempatkan kedua kakinya di atas pundakku, sehingga vaginanya terbuka siap untuk menerima terjangan penisku. Kumasukkan tidak seluruh penisku, masih tersisa sekitar dua sentimeter dari pangkal penis, kulakukan karena khawatir akan membuat sakit Mbak Dita.

Nafas Mbak Dita masih tersenggal antara sisa orgasme sebelumnya dan menerima tusukkan-tusukkan kembali dari penisku. Terus kukocok vaginanya dengan penisku dalam kecepatan bervariasi, kadang cepat dan kadang lambat, disertai remasan-remasan dan pelintiran di puting kiri Mbak Dita yang sudah mengeras lagi.

Terus dan terus kupompa vagina Mbak Dita, membuat vaginanya semakin basah sehingga belepotan oleh cairan vaginanya dan bekas spermaku tadi bercampur menjadi satu.

Lalu aku minta ke dirinya untuk ganti posisi menjadi posisi doggy. Dia pun membalikkan tubuhnya, menopang tubuhnya dengan kedua lututnya, serta kedua siku hingga tangannya ditempatkan di atas tumpukkan bantal, lalu punggungnya dilengkungkan ke bawah sehingga posisi lubang vaginanya terlihat dan mudah untuk dimasuki penisku.

Aku mengambil posisi di belakangnya, dengan bertumpu pada lututku sebelah kiri berada di antara kedua kakinya, sementara kaki kananku berada di samping paha kanannya dengan bertumpu pada telapak kakiku. Segera kumasukkan penisku dan langsung memompa vaginanya dengan kecepatan sedang. Sementara kedua tanganku berada di bongkahan pantatnya meremas-remas dengan sesekali menampar pantatnya kanan dan kiri.

“Ach ach ach”, suara desahannya kembali terdengar. Pantatnya pun ikut bergoyang menyesuaikan irama goyanganku. Aku coba memasukkan jempol kiriku ke dalam lubang anusnya, setelah sebelumnya kuusap-usap permukaan anusnya. Lalu jempol kananku pun menyusul jempol kiriku untuk berada dalam lubang anus Mbak Dita. “Ghe ghe li Rio, geli”, sahutnya terbata-bata.

Menerima serangan seperti itu, vaginanya semakin licin dan otot vaginanya semakin erat menjepit penisku. Tak lama kemudian badan Mbak Dita mengejang bergetar diiringi teriakan “aaach Rio lepasin!”, pintanya. Aku pun mencabut penisku dan menyemprot kembali cairan dari vaginannya membasahi penisku dan tempat tidur, tetapi tidak sebanyak sebelumnya. Aku tempatkan penisku di ruang antara lubang vagina dan anusnya, kugesek-gesekkan penisku di sana.

Badan Mbak Dita bergetar beberapa kali, hingga dia tertunduk lemas di tumpukkan bantal. “Lemes banget gue” sahutnya sambil membenamkan kepalanya di atas bantal. Sementara pantatnya masih menungging memperlihatkan lubang vaginanya yang menganga dan lubang anusnya yang sedikit terbuka bekas tusukan kedua jempolku.

Tanpa berpikir panjang, kuambil pelicin yang tadi sempat dipakai Mbak Dita untuk dildonya. Kubuka tutupnya lalu menumpahkannya ke permukaan lubang anusnya. “Tahan sedikit Mbak”, sahutku. “Eh mau ngapain lo?”, sahutnya lirih. Segera kuusap-usap permukaan lubang anus Mbak Dita dengan kepala penisku, lalu kudorong kepala penisku untuk menembus lubang anusnya yang masih rapat.

“Aauuww”, jeritnya. “Pelan-pelan Rio”, sahutnya tidak menolak apa yang aku lalukan. Terus kudorong penisku menembus anus Mbak Dita dengan bantuan cairan pelicin yang kutumpahkan sebelumnya. Terdengar rintihan Mbak Dita saat penisku mendorong masuk ke anusnya. Akhirnya penisku tenggelam seluruhnya dalam lubang anus Mbak Dita. Kutahan kondisi ini untuk membiasakan anus Mbak Dita menerima penisku. Kurasakan pijatan-pijatan anusnya di penisku. Jepitan anus Mbak Dita masih sangat kuat. Masih perawan rupanya. Aku sedikit kesulitan untuk mengeluar masukkan penisku.

Kukeluarkan setengah penisku dari anusnya, lalu kutumpahkan kembali cairan pelicin ke sekitar lubang anusnya dan batang penisku. Lalu kudorong kembali penisku masuk ke dalam anus Mbak Dita. Masih sangat rapet, tapi lebih terasa licin dari sebelumnya. Aku pun mulai memompa penisku di lubang anusnya. Tangan kananku memberi rangsangan ke klitoris Mbak Dita dengan memainkannya dengan ujung telunjuk kananku.

Merasakan jepitan seperti itu, penisku akhirnya menyerah. Kupercepat kocokkanku di lubang anus Mbak Dita, dan kubenamkan dalam-dalam penisku di lubang anusnya hingga bibir anusnya mencium pangkal penisku. Lalu kusemprotkan spermaku beberapa kali di dalam lubang anusnya. Merasakan sensasi yang luar biasa akibat peretnya lubang anus Mbak Dita.

Kudiamkan sejenak penisku di dalam lubang anusnya, menunggu melemas sebelum kutarik keluar. Kuusap-usap punggung Mbak Dita sesekali iseng meremas payudaranya. Lalu kukeluarkan penisku dari anusnya, terlihat cairan pelicin dan spermaku bercampur meleleh ikut keluar dari liang kotorannya.

Aku pun tumbang menjatuhkan tubuhku di samping kiri tubuh Mbak Dita dengan posisi tengkurap. Mbak Dita juga menurukan pantatnya sehingga dalam posisi tengkurap. Lalu diberikannya aku bantal yang tadi digunakan untuk sandarannya. Kami pun sama-sama posisi tengkurap dengan kepala berhadapan satu sama lain.

“Gila lo ya, bo’ol gue diembat juga. Udah kaga perawan deh bo’ol gue”, sahutnya sambil tangan kirinya membelai mesra kepala dan wajahku.

“Udah tanggung Mbak. Hehehe”, sahutku. “Enak Mbak kl lewat situ?”, tanyaku. “Enak sih, geli-geli gimana gitu. Tapi ngga seenak kalo lewat meki gue”, jawabnya. “Tapi kalo elo mau lagi juga gue mau”, sahutnya lagi sambil tersenyum menambah kecantikan di wajahnya. Aku pun tersenyum membalas senyumannya.

“Gruguk geruguk gruguk” terdengar suara dari perutku. “Perut siapa tuh?”, tanya Mbak Dita. “Perut gue Mbak. Hehehe. Lupa belum makan siang. Tadi mau makan siang eh malah kalah sama sange gara-gara Mbak sih pake kirim foto kaya gitu segala”, jawabku.

“Udah jam berapa sih nih?”, sahutku. Mbak Dita pun meraih ponselnya yang tergeletak tidak jauh darinya. “Jam tujuh kurang”, jawabnya. “Anjriit. Pantes udah laper banget”, sahutku.

“Waduh gue lupa, jam segini waktunya ‘facetime’”, sahutku. Aku langsung buru-buru bangkit dari tempat tidur untuk mengambil ponselku yang masih tersimpan dalam celanaku.

Benar saja, terlihat dua ‘misscall’ dari istriku. Langsung kupakai kaos dalamku dan duduk di sofa. Tidak lupa meminta Mbak Dita untuk tidak mengeluarkan suara apapun. Aku pun melakukan video call dengan istri dan anak-anakku, sekalian memberitahu kalau aku masih semalam lagi di surabaya, pastinya tidak aku sampaikan kalau saat ini aku lagi di kamar hotel Mbak Dita.

Setelah menelepon, aku pun melepas kaos dalamku dan kembali berbaring di samping Mbak Dita yang sedang memainkan ponselnya. Lalu kami memesan pesanan lewat fasilitas pelayanan kamar hotel.

Sampai pagi hari, kami tidak berpakaian sama sekali. Makan pun kami dalam keadaan telanjang bulat, sambil berbincang-bincang ringan. Malam itu kami kembali melakukan hubungan seks, dan kembali melakukannya pagi hari pada saat kami mandi bersama.

Pagi harinya kami pun berpisah, aku menuju bandara untuk pulang ke rumah, sedangkan Mbak Dita masih ada kegiatan dan pulang ke rumah sore harinya bersama-sama dengan temannya.

Ada dua permintaan dari Mbak Dita sebelum kami berpisah, pertama Mbak Dita memintaku untuk menjaga rahasia ini. Yang kedua, meminta kesediaanku untuk tetap dapat melakukan hubungan ini kapan pun dia mau, dan dia pun bersedia melayaniku kapan pun aku mau. Tentu saja aku dengan senang hati menyanggupinya. Tinggal menunggu kesempatan berikutnya untuk menikmati tubuh indah Mbak Dita.
***
mbak dita aku juga mau ...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd