Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG AYU MERONA

Untuk SARAN dan MASUKAN saja. Suhu dimari lebih senang Ayu pertama kali sama siapa..??


  • Total voters
    84
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Part 6 : Penggarap Sawahku

******​

"Wahh..pagi2 udah di luar aja mba Robah." Ucap seseorang yang sedikit membuatku kaget. Ternyata dia adalah pak Darmo yang sepagi ini sudah akan ke sawah. Padahal baru jam setengah enam mungkin.

"Eehh...iya pak Darmo. Lho nggak kepagian pak ke sawahnya.?" Tanyaku yang sedikit heran karena pagi2 gini pak Darmo sudah mau ke sawah.

"Eehh...anuu mbaa..ini malah kesiangan mbak. Biasanya jam 3an aku udah ke sawah." Jelasnya sedikit tergagap. Dan aku baru menyadari, bahwa pagi ini aku menggunakan baju yang ketat membalut tubuhku. Pantesan saja pak Manto daritadi nggak konsen saat aku ajak bicara.


Ilustrasi​

"Untung tadi aku pake BH." Batinku sedikit bersyukur masih berpikiran menggunakan BH setelah semalam aku lepas saat tidur.

"Lahh,, emang biasanya jam berapa pak.?" Tanyaku lagi mencoba bersikap biasa sambil tetap melanjutkan kegiatanku menjemur baju.

"....... Jam tigaan mba, bareng pak Mamat." Agak lama pak Darmo menjawab pertanyaanku. Mungkin dia sedang fokus memperhatikan hal lain.

"Terus kenapa pak Mamat ngga ikut sekarang, pak.?" Tanyaku lagi yang juga penasaran dengan pak Mamat. Karena sudah beberapa hari setelah kejadian mesum waktu itu aku tak pernah lihat lagi pak Mamat.

"Kemarin sih habis nginap dirumah temannya mbak, karena habis mijat. Tapi semalam waktu aku ajakin kesawah pagi2 katanya pak Mamat nggak bisa karena kurang enak badan." Terang pak Darmo kemudian.

"Waduhhh...mijat di rumah temannya..? Pasti bukan mijat ini sih. Hehehehe..." Batinku tersenyum yang jadi teringat dengan cerita pak Mamat.

"Kenapa senyum2 mbak..?" Tanya pak Darmo heran melihat aku senyum2 nggak jelas.

"Eehhhh...nggak kenapa2 kok pak." Jawabku karena ngga mungkin juga aku bercerita seban aku tersenyum sendiri.

"Oohhh..jadi pak Mamat lagi sakit ya Pak.?" Tanyaku lagi sambil menjemur tidurku yang seksi tepat didepan pak Darmo. Aku sengaja berlama2 menjemur baju ini, karena posisi jemuran yang berada agak keatas membuat payudaraku yang terbungkus baju ketat kini ada didepan mata pak Darmo. Apalagi pandangan mataku terhalang oleh baju ini, jadi pak Darmo bisa berlama2 juga melihat payudaraku.

"Iii..iyaaaa mbaaakk..." Jawab pak Darto terbata.

"Hhmmmm,, bisa aku jadikan alasan nih buat main ke rumah pak Mamat. Sambil nanya tentang keinginanku waktu itu." Batinku yang mendapat ide untuk menjenguk pak Mamat sekaligus bertanya tentang rencana kita.

"Yaahh...." Sambungnya lirih saat aku akan melangkah untuk mengambil jemiran lagi.

"Eehh...kenapa pak..??" Tanyaku mendengar desis penyesalan dari pak Darmo yang kehilangan pemandangan indahnya pagi ini.

"Eehhhh....gpp mbakk..." Jawabnya malu-malu karena mungkin pak Darmo sadar aku telah mengetahui aksinya. Tapi karena tak ada perubahan sikap dariku, pak Darmo malah makin liar menatap tubuhku. Kini, bahkan tanpa malu2 lagi pak Darmo terus menatap tubuhku saat percakapan pagi itu berlangsung. Terlebih, beberapa waktu lalu aku sempat menggoda pak Darmo saat sedang belanja di warungnya. Meski saat itu aku hanya berbicara dengan bu Ipah dan bu Siti, tapi mataku beberapa kali melirik pak Darmo dan tersenyum saat tahu pak Darmo sedang menjelajahi bagian atas tubuhku dengan matanya. Lagian, aku memang bermaksud menegur apalagi memarahinya. Justru kebetulan saat aku sedang menggunakan baju ketat bagini di rumah, tanpa sengaja ada yang melihatku. Jadi bisa sedikit pamer, tanpa harus susah2 mencari alasan.

"Pak Darmo ngga jadi ke sawah apa.?" Ingatku saat cucianku sudah terjemur semua.

"Eehhh...iyaa mbak. Jadi lupa. Hehehe." Jawab pak Darmo sambil garuk2 kepalanya yang aku yakin ngga gatal itu.

"Eeemmmmmmm.......pegel juga ya ternyata." Tanpa menjawab omongan pak Darmo. Aku malah sengaja membusungkan dadaku berpura2 melakukan peregangan dipinggangku. Melihat hal itu, mata pak Darmo melotot menatap payudaraku yang membusung dihadapannya.

"Udah ya pak. Besok lagi ngeliatinnya. Aku mau masuk dulu, mau masak buat sarapan anakku." Ucapku pelan saat melihat pak Darmo masih tak bersuara dan fokus menatap payudaraku.

"Eeehhh...iyaa mbaakk...maaf.." Jawab pak Darmo yang menyadari kalau aku mengetahui daritadi dia menatap payudaraku.

"Ngga apa2 pak. Maklum mata lelaki, nggak bisa lihat yang menonjol2. Hihihihi.." Candaku yang membuat pak Darmo makin salah tingkah.

"Ahh mbak Ronah bisa aja." Jawabnya menanggapi candaanku.

"Udah sana pak ke sawah dulu. Nanti lagi liatinnya. Hehehe." Candaku lagi yang makin membuat pak Darmo bersemangat.

"Emang boleh liatin lagi mbak.?" Tanya pak Darmo cepat yang sudah mulai terbawa oleh suasana.

"Eehhmmmm....boleh kok. Nanti aku ke warung pak Darmo deh kayak kemaren." Janjiku sekaligus mengingatkan pak Darmo kejadian beberapa hari lalu.

"Janji ya mbak.?" Todongnya langsung yang mungkin sangat berharap bisa melihat keseksianku lagi.

"Iyaa pak. Tapi ngga seseksi ini ya." Kataku mengingatkan pak Darmo bahwa aku ngga mungkin pakai baju seseksi seperti sekarang.

"Ya iya lah mbak. Bisa2 nanti heboh semuanya lihat mbak Ronah pake baju seksi jalan2. Hehehehe." Puji pak Darmo yang membuat aku sedikit bersemu merah.

"Huss..husss...udah sana kerja.." Candaku mengusir pak Darmo yang makin gombal itu.

"Hehehe...siaapp mbak... Tapi jangan lupa nanti jam 9an ya mbak. Kayak biasanya." Tagih pak Darmo lagi.

"Iyaa...iyaa...." Jawabku mengiyakan sambil berlalu meninggalkan pak Darmo yang juga mulai melangkah pergi.

"Huufff....ternyata asik juga ya melihat orang terkagum-kagum dengan kita. Hehehehe..." Batinku saat sudah masuk di dapur.

"Eehhh...kagum apa nafsu ya..?? Hahahaha.." Batinku lagi sambil tertawa pelan.

Selepas kepergian pak Darmo, aku memulai aktivitas pagiku seperti biasanya. Menyiapkan makanan untuk anakku setelah itu menyapu dan mengepel lantai saat anakku sudah berangkat ke sekolah. Dan diakhiri dengan mandi untuk kemudian aku menuju warung bu Siti. Namun kali ini ada yang berbeda. Aku memakai pakaian yang lumayan ketat untuk sedikit pamer ke pak Darmo. Meski tetap ditutupi oleh hijab, namun tak manghalangi keseksianku jika di perhatikan dengan lekat.


Ilustrasi​

Apalagi hari ini aku berencana untuk menjenguk pak Mamat yang katanya sedang sakit. Maka, aku sengaja menggunakan baju yang berkancing depan di padu dengan rok panjang. Bahkan, aku juga menggunakan BH yang berpengait depan untuk memudahkan kami melakukan perbuatan mesum jika ada kesempatan. Karena dalam pikiranku. Meskipun sedang sakit, pak Mamat pasti akan minta jatah mesum bila ada kesempatan yang memungkinkan.

Setelah semuanya siap, aku kemudian berangkat ke warung bu Siti. Sedikit lebih siang dari biasanya, karena tadi aku harus memilih baju yang akan aku pakai. Sesampainya disana, kulihat warung tampak sepi. Bahkan hanya kulihat pak Darmo seorang yang sedang duduk sambul menikmati sebatang rokok.

"Lho, kok sepi pak. Pada kemana.?" Tanyaku saat sampai diwarung pak Darmo dan duduk dikursi tepat didepannya. Kami hanya terhalang oleh meja yang terhidang berbagai macam camilan dan gorengan.

"Ehh mbak Ronah. Kirain ngga jadi dateng. Udah ditungguin daritadi. Hehehehe." Jawab pak Darmo menyadari kedatanganku.

"Iya nih mbak. Ibu2 lagi jenguk pak Mamat. Barusan aja berangkat. Tadi mbak Ronah ditungguin, tapi karena lama ya ditingal deh." Jelas pak Darmo sambil menatap tubuhku lekat- lekat.

"Waduhh telat dong aku pak. Kalau gitu aku nyusul mereka lah kerumah pak Mamat." Ucapku pura2 akan berdiri. Padahal aku hanya ingin mencari alasan untuk bisa kerumah pak Mamat sendiri. Karena aku yakin, pak Darmo pasti akan mencegah aku pergi melihat situasi yang hanya ada kita berdua saja diwarung.

"Eehh..eehh..mbakk...mau kemana..?" Cegah pak Mamat melihat aku sudah berdiri.

"Ke rumah pak Mamat pak. Masa yang lain jenguk, aku ngga jenguk.?" Jawabku meyakinkan pak Darmo.

"Nanti aja mbak. Bareng sama aku. Gantian kalau istriku sudah pulang." Ajak pak Darmo kemudian yang justru malah membuatku bingung kalau berdua dengan pak Darmo kesananya. Bukan bingung akan jadi pergunjingan orang2 sebab jalan berdua dengan pak Darmo. Karena warga pasti nanti sudah tahu tujuan kami. Tapi bingung nanti mencari kesempatan berdua saja dengan pak Mamat.

"Lho pak Darmo bukannya sudah jenguk.?" Tanyaku ke pak Darmo sambil kembali duduk.

"Biar nanti aku saja sendiri pak kesananya. Bapak kan harus jaga warung, lagian takut ngerepotin juga pak." Sambungku lagi mencari alasan agar kerumah pak Mamat bisa sendiri.

"Gpp kok mbak. Sekalian nemenin mbak Ronah. Kapan lagi bisa jalan sama wanita secantik kamu mbak." Jawab pak Darmo yang sudah berani menggombal.

"Halah, malah ngegombal. Hehehehe." Jawabku tersenyum menanggapi gombalan pak Darmo.

"Ya udah pak. Kalau gitu bikinin susu hangat dulu, sambil nunggu ibu2 pulang." Pintaku untuk mengalihkan pembicaraan yang mungkin akan menjurus ke hal2 lain.

"Eehh..iyaa mbaak..baikk...." Pak Darmo sedikit gugup karena sedang kembali mengamati tubuhku, namun tetap beranjak ke dapur membuatkan aku segelas susu.

"Ngelihatin apa sih pak.? Sampai ngga fokus gitu. Hehehe." Candaku meledek pak Darmo yang tak bisa lepas pandangannya dari tubuhku.

"Eehh..maaf mbak. Habisnya, masih penasaran mbak sama yang tadi pagi. Hehehe." Jawab pak Darmo sambil melangkah membawa segelas susu hangat dan meletakannya didepanku. Kemudian pak Darmo kembali duduk di kursinya yang berada dihadapanku.

"Penasaran kanapa pak.?" Tanyaku dengan tatapan mata menggoda ke pak Darmo.

"Penasaran aja mbak. Pengen lihat pemandangan yang montok2 kayak tadi pagi. Hehehehe." Jawab pak Darmo jujur, mengharapkan aku kesini menggunakan pakaian ketat seperti tadi pagi.

Hal itu tentu membuat aku sedikit kaget dengan keberanian pak Darmo. Tapi disamping itu, aku juga jadi ingin menggodanya.

"Huuuu,, seneng ya lihat yang kayak gitu pak.?" Tanyaku menanggapi obrolan mesum pak Darmo.

"Senang mbak. Kan ngga mesti setahun sekalo lihat mbak Ronah seseksi tadi pagi. Hehehe." Ucap pak Darmo, yang memang baru kali itu dia bisa melihat lekuk tubuhku dengan jelas.

"Jadi penasaran lihat isinya ya pak.? Hehehe." Candaku mesum kepada pak Darmo.

"Kalai itu sih bonus mbak. Hehehe." Jawab pak Darmo yang tetap malu2 untuk menunjukan keinginannya. Padahal aku sudah memberi kode agar pak Darmo lebih berani.

"Coba berdiri pak.!!" Pinta ke pak Darmo yang membuatnya bingung.

"Lhaa..ngapain mbak.?" Tanyanya heran, namun tetap berdiri mengikuti keinginanku. Saat itu, aku jadi tahu kalau pak Darmo sudah tegang diarea selangkangannya. Karena saat pak Darmo berdiri, celana kolornya seperti membentuk tenda. Menandakan sesuatu dibaliknya telah menggeliat tegang.

"Itu apaan pak.?" Tanyaku menunjuk bagian menonjol diselangkangan oak Darmo.

"Aaduuhhh...maaf mbak. Nakal ya ininya. Hehehe." Jawab pak Darmo sambil menutupi bagian yang mengembang itu.

"Hahaha. Iya tuh. Minta disentil kayaknya pak. Tapi kenapa bisa gitu ya.?" Candaku yang tentu saja hal itu terjadi karena obrolan kita yang tak biasa dipagi ini.

"Habis, dari tadi pagi di suguhi pemandangan indah mulu mbak. Mana tahan jadinya. Hehehe." Jawab pak Darmo yang mulai berani menggodaku lagi.

"Hehehe..." Jawabku hanya tersenyum saja.

"Coba lihat sekeliling deh pak. Ada orang yang lagi kesini nggak.?" Pintaku agar pak Darmo melihat ada orang yang datang atau tidak. Karena aku ingin memberikan sedikit kejutan untuk pak Darmo. Tepat saat dia mendongakan kepalanya melihat sekeliling, tanpa sepengatahuannya aku membuka 3 buah kancing bajuku lalu kembali kututupi dengan jilbabku.

"Kayaknya ngga ada deh mbak. Emang kenapa sih.?" Tanyanya heran menanggapi keinginanku.

"Gpp kok pak. Biar aman aja. Hehehe." Jawabku tersenyum membuat pak Darmo makin penasaran.

"Aman buat apa mbak.?" Tanya pak Darmo makin heran dengan tingkahku.

"Sini deh pak agak majuan dikit." Ucapku lagi meminta pak Darmo memajukan badannya dan mendekat kearahku. Pak Darmo yang penasaran mengikuti saja apa yang aku suruh. Dia mencondongkan badannya kedepan dengan tangan bertumpu di meja.

"Ada apa mbak.?" Tanyanya lagi sambil mengernyitkan dahi.

Tak menjawab, aku malah menaikan jilbabku dan menyampirkannya dipundak. Kulihat pak Darmo sedikit melongo menatap bajuku yang sudah terbuka kancingnya. Beberapa kali juga pak Darmo mencoba menelan ludahnya sendiri melihat keseksianku.


Ilustrasi​

"Tuh pak. Biat nggak penasaran lagi sama yang tadi pagi." Ucapku lirih sambil melebarkan bajuku dan memperlihatkan payudaraku yang masih terbungkus BH kepada pak Darmo.

"Aaduhh mbakk..montoknya... Putih banget gitu. Ampe kelihatan urat2nya mbak." Puji pak Darmo mesum melihat payudaraku.

"Isshh...kayak ngga pernah lihat aja pak." Godaku melihat kekaguman pak Darmo.

"Yang ini beda mbak. Gede banget.. Masih kenceng juga kayaknya ya mbak. Apa karena BH'nya yang bikin kelihatan besar mbak.?" Tanyanya heran melihat payudaraku yang masih mengembang besar dibalik BH'ku.

"Ihhh...enak aja. Ini asli montok lho pak. Tanpa BH pun masih tetap kencang. Hehehe." Sanggahku yang membuat pak Darmo manggut-manggut menyetujui perkataanku. Sebenarnya cukup kesal juga aku atas reaksinya yang cuma manggut2 saja. Atau mungkin, pak Darmo sedang memikirkan hal lain sambil menatapi payudaraku ini.

"Kalau nggak percaya. Pegang aja pak." Tawaku membuat pak Darmo kaget sekaligus senang.

"Booo...leehh.. mbaakkk...? Tanyanya sambil tersenyum senang.

"Sini pak. Tapi sambil lihat keadaan ya pak." Kataku menyuruh pak Darmo untuk berdiri didepanku. Agar memudahkan dia memegang payudaraku sekaligus bisa tetap melihat situasi.

"Ii...yaaa..mbakkk..." Jawab pak Darmo yang tanpa disuruh 2 kali langsung melangkah kedepan dan berdiri disamping kananku.

"Maaf ya mbak." Ucapnya lagu yang tak sabaran langsung memasukkan tangan kanannya kedalam BH ku untuk memegang dan meremas pelan payudaraku.

"Eehhmmm..paakhh....gimana..??" Desahku merasakan tangan pak Darmo meremas payudaraku.

"Aaduuhh mbakk...mantap bener tetekmu mbak. Gede dan kenceng banget." Jawab pak Darmo yang semakin kegirangan memainkan payudaraku. Diremasnya bergantian payudaraku kiri kanan.

"Eeehmmm....eehhmmm...eehhmmmm..." Desahku mendapat perlakuan mesum pak Darmo di payudaraku.

Namun, baru juga pak Darmo memulai aksinya. Dengan cepat pak Darmo mengeluarkan tangannya dari dalam BH ku. Lalu menuju ke arah kursi seperti semula.

"Udah pada pulang mbak. Buruan itu dirapihin lagi bajunya." Ucap pak Darmo menyadarkanku untuk segera merapihkan bajuku kembali. Karena tergesa2, aku hanya mengancingkan satu buah kancing yang paling bawah lalu merapihkan letak jilbabku untuk menutupi kembali payudaraku.

"Coba mbak kesininya daritadi. Bisa ikut bareng nengokin pak Mamat." Ucap pak Darmo keras2 sambil mengedipkan matanya saat langkah kaki sudah mulai dekat dengan warungnya.

"Ini juga baru selesai pak beres2 rumahnya. Jadi baru bisa kesini." Jawabku yang paham dengan maksud pak Darmo untuk berpura2 seolah aku baru dateng kewarungnya. Bertepatan dengan itu, muncul bu Ipah dan bu Siti disampingku.

"Di tungguin daritadi, malah baru nongol mbak Ronah." Kata bu Siti yang mengira aku baru dateng kewarungnya. Yang artinya, sandiwaraku dengan pak Darmo cukup berhasil.

"Ya maaf bu. Aku kan nggak tahu kalau pak Mamat lagi sakit. Ini juga abis minum susu rencana mau kesana. Eehhhh...malah udah pada pulang." Jawabku pura2 baru tahu pak Mamat sedang sakit.

"Iyaa nih mbak. Ngapain juga lama2 disana. Biar nanti bapaknya aja yang disana, sekalian nemenin pak Mamat. Kasian kali aja butuh apa2 pak." Kata bu Siti meminta pak Darmo untuk menjaga pak Mamat yang memang hanya tinggal sendiri dirumahnya.

Aku dan pak Darmo saling berpandangan dan tersenyum penuh arti. Seolah mengerti isi pemikiran masing2. Untung saja bu Siti dan bu Ipah langsung masuk kedalam rumah jadi tak tahu perilaku kami. Baru kemudian bu Ipah keluar dengan membawa sekresek belanjaannya.

"Iyaa lho pak Dar. Kamu nanti disana dulu. Jagain pak Mamat." Bu Ipah ikut meminta pak Darmo untuk menjaga pak Mamat.

"Ya tapi nanti ini warung yang jagain siapa, Bu. Kasian nanti istriku sendirian disini." Ucap pak Darmo pura2 menolak menjaga pak Mamat. Padahal aku tahu banget kalau dia pasti sangat ingin kesana. Apalagi setelah ini aku juga akan ke rumah pak Mamat.

"Warung mah gampang pak Dar. Nanti aku bantuin dulu sementara. Biar kita saling menolong saat tetangga kesusahan." Jawab bu Ipah meyakinkan pak Darmo untuk tak usah mengkhawatirkan masalah warungnya.

"Udahh sana pak. Warung biar aku yang jagain sama bu Ipah. Ajak sekalian itu mbak Ronah. Kali aja mau jenguk juga." Suruh bu Siti meminta agar suaminya buru2 ke rumah pak Mamat.

"Iya..iyaa..." Pak Darmo segera berdiri dan akan segera berangkat.

"Mbak Ronah mau sekarang apa nanti kesananya.?" Ajak pak Darmo kepadaku.

"Bareng aja pak. Tapi tunggu bentar ya. Aku mau belanja dulu." Jawabku seraya menghabiskan segelas susu yang sudah mulai dingin. Aku lalu belanja diwarung bu Siti. Tak lupa aku membawa sedikit cemilan dan juga gula, kopi dan teh untuk kuberikan pada pak Mamat. Setelah selesai aku mengajak pak Darmo untuk segera berangkat.

"Ayoo pak. Mari bu Siti...Bu Ipah... Saya ke rumah pak Mamat dulu." Ucapku berpamitan pada Bu Siti dan Bu Ipah.

"Ayoo mbak." Pak Darmo ikut melangkah disampingku.

"Iyaa mbakk...silahkan..." Ucap bu siti dan bu Ipah hampir bersamaan.

Saat diperjalanan....

"Mbak Ronah. Kapan bisa kayak tadi lagi.?" Tanya pak Darmo saat kita melintasi pekarangan sepi. Rumah pak Mamat dan Pak Darmo memang cuma berjarak 2 rumah saja. Tapi untuk kerumah pak Mamat, harus melintasi sebuah pekarangan yang lumayan jauh. Jadi bisa dibilang rumah pak Mamat ini cukup tersendiri, dan letaknya juga agak dibawah karena kampung kami memang didaerah perbukitan.

"Sssttt...jangan ngomongin kayak gitu dijalan pak. Takut ada yang dengar." Ucapku melarang pak Mamat untuk membahas obrolan-obrolan mesum.

"Eehhh...iyaa mbak. Maaf." Jawabnya sambil tengok kanan kiri takut ada orang.

"Tenang aja pak. Kalai ada kesempatan pasti aku kasih lagi. Tapi rahasia ya..!!" Ucapku sambil tersenyum penuh arti yang langsung diiyakan oleh pak Darmo.

Setelah berjalan cukup lama. Akhirnya kami sampai dirumah pak Mamat. Tinggal menuruni sebuah tangga yang menjadi jalan masuk menuju depan rumahnya.

Tok..tok..tokk
"Permisi, pak." Pak Darmo mengetuk pintu rumah pak Mamat. Tak lama pak Mamat keluar dengan memakai sarung dan baju hangat lengan panjang.

"Eehh..kamu Dar. Lho kok ada mbak Ronah juga.?" Tanya pak Mamat heran melihat aku bersama pak Darmo.

"Iyaa pak. Tadi kebetulan mbak Ronah lagi belanja diwarung. Terus ikut sekalian kesini jenguk kamu, pak." Jawab pak Darmo menjelaskan.

"Ohhh.. gitu.. ayo masuk." Suruh pak Mamat mempersilahkan kami masuk. Karena tak ada bangku dan meja, kami pun duduk dilantai beralaskan perlak berbentuk keramik. Meskipun rumah pak Mamat ini hanya terbuat dari kayu. Namun aku kagum dengan kebersihan dan kerapihannya.

"Seadanya ya mbak Ronah. Maaf lho nggak ada kursinya." Ucap pak Mamat yang mungkin ga enak hati melihat aku duduk dilantai.

"Alahh..gpp kok pak. Ini juga udah nyaman. Iyaa ngga pak Darmo.?" Tanyaku ke pak Darmo yang duduk disebelah kiriku.

"Iyaa mbak. Apalagi kalau ada kopi. Lebih nyaman ini. Hehehe."

"Kopinya habis Dar, belum belanja lagi. Ada juga teh kalau kamu mau." Jawab pak Mamat yang tak heran dengan kebiasaan pak Darmo karena yang aku dengar, pak Darmo memang sering main kerumah pak Mamat untuk sekedar menengoknya atau membawakan apa saja yang bisa membantu pak Mamat. Terlebih, aku akui. Suasana dirumah pak Mamat memang sangat nyaman. Tenang dan ngga bising.

"Eehh..ini ada kok kopinya. Sekalian dibukain cemilannya juga ya pak Dar.." Kataku yang teringat membawa kopi dll kesini.

"Lho..malah jadi ngerepotin mbak Ronah." Ucap pak Mamat saat aku sodorkan bungkusan untuknya.

"Ngga ngerepotin kok pak. Buat teman ngobrol kita." Jawabku memgerlingkan mata ke pak Mamat yang disambut senyuman penuh arti.

"Ya sudak. Aku bikinin kopi dulu ya. Mbak Ronah mau juga apa gimana.?" Tanya pak Darmo sambil berdiri membawa bungkusanku kedapur.

"Boleh deh pak. Sekali2 ngopi.." Jawabku mengiyakan.

Saat pak Darmo sedang didapur, aku mulai berbincang2 lirih dengan pak Mamat karena takut terdengar oleh pak Darmo.

"Berapa ronde pak kemaren? Sampai sakit gitu.? Hehehe." Ledekku pada pak Mamat yang langsung tersenyum mendengar pertanyaanku. Lalu dengan gerakan tangan, pak Mamat menunjukan gestur angka 3.

"Pantesan sampai lemes. Hehehe" Kataku lagi melihat gestur pak Mamat.

"Maklum mbak, udah berumur. Apalagi lawannya anak muda. Hehehe." Bisik pak Mamat.

"Tapi enak kan.?" Tanyaku lagi sambil berbisik. Yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh pak Mamat sambil tersenyum.

"Mau nggak aku kasih ini.?" Tanyaku lagi sambil membusungkan dadaku.


Ilustrasi​

"Mau mbak...mau...." Jawab pak Mamat cepat.

"Tunggu pak Darmo dulu ya." Bisikku yang membuat pak Mamat menatap keheranan kearahku.

"Serius mbak.?" Tanyanya kemudian.

"Iyaa..tapi inget. Ngga boleh yang lainnya. Kan bapak masih punya janji yang belum dilaksanakan." Ingatku lagi kepada pak Mamat.

"Siippp..mbak..." Jawab pak Mamat girang sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"Ssttt....ada pak Darmo." Ucapku saat melihat pak Darmo sudah selesai membuat kopi dan membawanya kesini dengan cemilan yang kubawa juga.

"Nihh, kopinya sudah jadi." Ucap pak Darmo seraya menghidangkan kopi dan cemilan didepan kami.

"Mantap Dar. Makasih lho mbak Ronah kopi dan cemilannya." Ucap pak Mamat kepadaku.

"Ayoo langsung dinikmati saja." Sambungnya lagi yang langsung menyeruput kopi panasnya diikuti oleh pak Darmo yang juga melakukan hal yang sama.

Ssrrlluuppp.......
"Suueegeerrrr.........." Ucap pak Darmo dan pak Mamat hampir bersamaan. Aku yang melihat tingkah mereka malah jadi tertawa sendiri.

"Kalian tuhh anehh...masih panas juga kopinya....hehehehe..." Ucapku sambil tertawa.

Setelah itu kami pun berbincang2 terutama tentang sawahku yang digarap oleh mereka. Bagaimana perkembangannya dan kira2 hasil panen besok yang akan aku dapat. Aku yang tak begitu mengerti hanya iya-iya saja mendengar obrolan mereka. Malah membuatku membuatku sedikit bosan. Disitu timbul niat isengku untuk menggoda mereka. Saat sedang asyik ngobrol, aku pura2 kepanasan dan membuka jilbabku. Sontak pak Mamat dan pak Darmo langsung mengalihkan pandangan mereka kearahku. Terlebih lagi, tanpa sepengetahuan pak Darmo dan pak Mamat. Kancing bajuku masih terbuka 2 buah di bagian atas. Hal itu tentu menjadi santapan liar mata pak Mamat dan pak Darmo yang mengetahui kancing bajuku tak tertutup dengan benar.

"Ngeliatin apa sih.? Kayak pada belun pernah pegang aja sampai liatinnya melongo gitu." Ucapku melihat meraka tak berkedip menatap bagian atas tubuhku. Tentu saja hal itu membuat pak Mamat dan pak Darmo saling berpandangan.

"Lhoo Dar...??"

"Lhoo pak Mamat .??"

Ucap heran mereka hampir bersamaan. Aku hanya tertawa saja melihat ekspresi lucu mereka. Diikuti oleh mereka yang juga ikut tertawa terbahak2.

"Jadi, kamu juga udah pernah pegang punya mbak Ronah, Dar.? Tanya pak Mamat disela2 tawa kami.

"Udah pak, tadi diwarung. Tapi cuma sebentar, keburu istriku pada pulang." Jawab pak Darmo memberitahu kejadian tadi diwarungnya.

"Waahh..berarti kamu telat Dar. Aku aja udah pernah nenen sama mbak Ronah. Hehehehe." Ucap pak Mamat bangga karena memang dia mendapatkan lebih dari yang didapat pak Darmo.

"Serius pak Mamat.? Kok ngga pernah cerita2 sih..??" Tanya pak Darmo yang langsung aku jawab.

"Eehh...nggak boleh cerita2an pak. Kalau mau cerita2 mending aku pulang aja deh." Jawabku pura2 ngambek. Meski begitu, aku jadi yakin. Kalau pak Mamat adalah orang yang bisa dipercaya. Buktinya, bahkan dengan pak Darmo saja yang seperti saudara, pak Mamat tak menceritakan kejadian yang kami lakukan.

"Tuuhh Dar. Tahu kan kenapa aku nggak bilang sama kamu.?" Ucap pak Mamat seolah memberi tahu kalau ini adalah rahasia yang harus dijaga.

"Eehhh..iyaa pak.. Maaf mbak, tapi jangan pulang dulu ya. Janji deh nggak akan bilang2." Ucap pak Darmo memintaku untuk tetap disini.

"Inget, Dar. Kita memang orang miskin dan hidup serba kekurangan. Tapi jangan sampai kita mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepada kita. Jangan meminta lebih. Paling tidak kita tetap menjaga aib kita untuk kita sendiri saja. Perkara yang lain, itu sudah ada yang ngatur, Dar." Pesan pak Mamat yang cukup membuatku kagum dengan pemahamannya tentang arti kepercayaan.

"Iyaa pak maaf." Kata pak Darmo singkat.

Mendengar hal itu, aku malah makin yakin kalau rahasiaku aman ditangan mereka. Perkara nanti terjadi hal2 yang diluar keinginan kita, itu semua sudah ada yang mengatur. Karena hal itu, berada jauh diluar jangkauan kita sebagai manusia.

"Iya deh aku nggak akan pulang dulu. Tapi mau ngapain ya..??" Ucapku memancing mereka untuk berbuat mesum kepada tubuhku.

"Aanuu mbak..boleh pegang lagi nggak kayak tadi. Masih pengen mbak.?" Tanya pak Darmo kemudian.

"Nggak boleh pak..." Jawabku cepat sambil tersenyum.

"Yaaahhh........" Pak Darmo tampak kecewa karena tak diijinkan lagi memegang payudaraku.

"Nggak boleh kalau cuma dipegang doang pak. Hehehehe....." Ucapku sambil tertawa dan disambut dengan senang oleh pak Darmo.

"Jaadiiii......." Tanyanya lagi meyakinkan.

"Iya boleh deh kalau cuma bagian atas aja." Ucapku sambil mengerling ke arah pak Mamat.

"Dan juga ini rahasia kita." Sambungku lagi mengingatkan pak Darmo dan pak Mamat lagi.

Pak Mamat hanya tersenyum menanggapi omonganku. Mungkin dia masih memiliki janji yang harus ditepati untuk bisa menikmati tubuhku seutuhnya.

"Sama Darmo aja dulu mbak. Lagian aku juga lagi sakit gini, nanti ngga bisa menikmati. Paling aku nanti minta nenenin aja mbak sebelum tidur. Hehehehe..." Ucap pak Mamat yang memang terlihat agak pucat mukanya sambil berdiri menuju kamarnya.

"Kalau sudah nanti kekamar ya mbak. Siapa tahu aku belum bisa tidur, jadi minta dikelonin. Hehehe. Ohh ya sandal masukin saja, terus pintunya kunci." Pesan pak Mamat mengingatkan kami.

"Bener juga kata pak Mamat mbak." Ucap pak Darmo langsung memasukan sandal kami dan memgunci pintu rumah pak Mamat. Tak lupa, pak Darmo juga mengecek pintu dapur untuk memastikan sudah terkunci juga.

"Udah aman mbak." Ucap pak Mamat lagi sekembalinya dari dapur mengunci pintu lalu duduk disampingku. Aku hanya tersenyum saja melihat tingkah pak Darmo itu.

"Ya terus.? Pancingku padanya sambil menyilangkan tanganku dibawah payudaraku.

Glleeekk... Kulihat pak Darmo menelan ludahnya melihat aksiku itu.

"Bentar ya mbak." Kata pak Darmo lalu berdiri menghampiri kamar pak Mamat.

"Pak Mamat, kamar depan aku pinjem dulu ya.?" Tanyanya meminta ijin untuk memakai kamar depan. Setelah diijinkan oleh pak Mamat, pak Darmo lalu menghampiriku dan mengajakku untuk kekamar bagian depan.

"Duduk sini mbak." Pinta pak Darmo menyuruhku duduk ditepian tempat tidur dan memandangi tubuhku dari atas sampai bawah. Dalam posisi berdiri, kembali aku bisa melihat celana pak Darmo menggelembung menandakan penisnya telah berdiri tegang.

"Mau dipandangi terus pak.?" Ucapku kepada pak Darmo yang cukup lama juga menatapi tubuhku.

"Eehhh..ya nggak lah mbak." Jawab pak Darmo kemudian maju dan berlutut didepanku. Dalam posisi ini, wajah pak Darmo tepat berhadapan dengan payudaraku yang sudah terbuka dua kancingnya.

"Di buka ya mbak.?" Dengan sedikit grogi pak Darmo mulai membuka sisa kancing bajuku. Dan saat semuanya sudah terlepas, pak Darmo membuka bajuku hingga menampakan tubuh bagian depanku yang hanya terbalut oleh BH.


Ilustrasi​

"Aduuuhh mbakk...montok bener sih ini tetek......" Ucap pak Darmo saat memegang kedua payudaraku yang kini terpampang jelas didepan matanya.

"Lihat mbak, sampe nggak muat genggaman tanganku." Sambungnya lagi melihat kedua tangannya tak sanggup menutupi semua area payudaraku.

"Iyaa dong pak. Kan perawatan. Hehehe." Candaku menanggapi kekaguman pak Darmo.

"Jarang dipijit aja bisa montok gini mbak. Apalagi nanti kalau sering dipijitin. Pasti makin gede ini tetekmu mbak. Makin nafsuin pastinya. Uuuhhhhhhh......." Kata pak Darmo gemas sambil meremas pelan payudaraku.

"Eehhmmmmmm...pakkkhh......" Desahku untuk membangkitkan nafsu pak Darmo.

Setelahnya, pak Darmo makin intens memijat dan meremasi payudaraku. Tak jarang pula, dia melontarkan kekaguman dan kegembirannya karena bisa menjamah payudaraku. Menurutnya, dari dulu dia sudah memimpikan hal itu. Dan akhirnya bisa terwujut saat ini. Tak heran kalau pak Darmo begitu senang mempermainkannya.

"Eemmpphhh......wangi mbak tubuhmu....eemmpphhh......" Ucap pak Darmo saat menciumi bagian atas payudaraku yang masih terlapisi oleh BH.

"Oouhhhh...paakhhh......" Desahku lirih sambil meremasi rambut pak Darmo yang kini sedang asik meremas dan menciumi payudaraku. Kepala pak Darmo dibenamkan dalam2 diantara payudaraku dan menghirupi aroma tubuhku. Begitu senangnya dia saat melakukan itu. Seolah baru pertama kali menjamah payudara wanita.

"Maaff yaa mbakkk..terbawa nafsu..heeeee..." Ucap pak Darmo saat mengangkat wajahnya dan menatap wajahku yang sudah bersemu merah karena birahi yang melanda tubuhku.

"Iiyaaa...pakhhh....gpp....kokkk..." Ucapku agak terbata sambil membalas tatapan pak Darmo.

"Aku penasaran banget mbak sama tetekmu ini dari dulu. Makanya aku seneng sekarang bisa menjamahnya." Ucapnya pak Darmo sambil masih tetap meremasi payudaraku.

"Banyak khayalan2ku tentang tetekmu ini mbak. Dan hari ini aku ingin mencobanya beberapa..hehehehe." Ucapnya lagi terlihat begitu senang bisa mewujudkan fantasinya.

"Ohh..yaa..?? Apa itu pak.??" Tanyaku penasaran dengan khayalan2 pak Darmo.

"Hehehehee....." Pak Darmo hanya tersenyum mananggapi pertanyaanku.

"Malaahh..senyum2 dia..ayooo pakk kasih tahu.... Atau kalau ngga. Aku ngga jadi deh kasih pak Darmo." Rajukku padanya.

"Eehhh...jangann mbakkk....." Jawab pak Darmo sedikit takut dengan ancamanku.

"Ya makanya, kasih tahu doong pak.." Pintaku lagi...

"Iyaaa mbakk...tapi jangan marah ya....hehehehee..." Ucap pak Darmo sambil membuka kancing BH ku yang berada didepan. Sehingga kini payudaraku dapat dilihat dengan jelas olehnya..

Gllekkk.....
Pak Darmo menelan ludahnya melihat payudaraku kini telanjang tak terhalangi lagi oleh BH.

"Aaiihhh....kok dibuka pak.?" Tanyaku pura2 kaget dan berusaha menutupi payudaraku. Tentu saja hal itu langsung dicegah oleh pak Darmo.

"Baru sadar aku mbak. Ternyata pengaitnya ada didepan. Hehehe.." Katanya sambil memegangi tanganku agar tak menutupi keindahan tubuhku yang selama ini dia impikan.

"Ya udahh, ayoo bilang. Jangan cuma ngeliatin tetekku terus pak." Ucapku mengingatkan pak Darmo yang masih saja asyik menatap payudaraku.

"Eehhhhh...iyaaa mbaakk..." Balas pak Darmo sedikit gugup.

Pak Darmo pun mulai bercerita. Kalau sebenarnya dari dulu dia sudah bernafsu kepadaku karena melihat tubuhku yang seksi, terutama dibagian pantat dan payudaraku yang besar. Pak Darmo sering membayangkan penisnya dijepit diantara payudaraku dan menumpahkan air maninya disana. Tak cukup sampai disitu, dia pun ingin melumuri payudaraku dengan air maninya itu.


Ilustrasi​

"Waduhhh..jadi kotor dong pak tetekku." Ledekku mendengar cerita pak Darmo.

"Hehehehe.." Pak Darmo hanya tersenyum dan melanjutkan ceritanya. Katanya, dia ingin setiap hari bisa menjamah tetekku dan bisa menetek sebelum tidur seperti anak kecil.

"Nahh lho.. kalau itu ya nggak mungkin pak." Kataku menanggapi.

"Iya mbak, tahu. Kan namanya juga khayalan. Hehehe.." Jawab pak Darto.

"Ada satu nih mbak. Yang paling khayal dari semuanya. Hehehehe." Lanjutnya lagi seraya menggenggam dan meremasi lagi payudaraku. Bahkan kini, pak Darmo mulai memelintir2 putingku yang sudah mengeras itu.

"Eesshhh......apaa ituu pakkhhh...." Desahku mendapat perlakuan dari pak Darmo.

"Aku berkhayal melihat mbak lagi meneteki orang yang nggak dikenal." Ucap pak Darmo yang membuat aku menahan tangannya yang sedang meremasi payudaraku.

"Apa pak.? Sampai sejauh itu khayalanmu.? Hihihihi...." Namun bukannya marah, aku malah merasa itu adalah hal yang lucu. Karena ada seseorang yang berkhayal sampai sejauh itu tentang tubuhku.

"Terus, kamu ngapain pak saat aku meneteki orang itu.?" Pancingku yang juga merasa bergairah mendengar keinginan2 pak Darmo.

"Ya aku ngintipin aja. Sambil coli paling mbak..hehehehe..." Kekeh pak Darmo kemudian.

"Yakiinn nggak mau ikut gabung...??" Ledekku lagi mengisyaratkan pak Darmo untuk kembali meremasi payudaraku. Pak Darmo yang mengerti gerakan tanganku ditangannya pun akhirnya mulai lagi meremasi payudaraku. Kali ini lebih kencang dari sebelumnya.

"Ngga tahu juga ya mbak. Hehehe.." Jawabnya.

"Mungkin sihh...." Sambung pak Darmo lagi.

"Sudah aku duga...hihihi...." Ucapku sambil mengalungkan kedua tanganku dipundak pak Darmo. Mukaku kini mendongak keatas menikmati remasan pak Darmo dipayudaraku.

Tak ada lagi obrolan diantara kita. Kini, hanya desahan nafas kami yang terdengar diruangan itu. Pak Darmo yang tentu saja sudah pengalaman menangani tubuh wanita, mengerti dengan keinginanku. Dimajukannya mulut pak Darmo untuk menghisap puting payudaraku.

"Ssshhhhh....oougghhh......." Desahku merasakan lidah kasar pak Darmo menyentil2 putingku yang sedang dihisapnya. Kujambak pelan rambut pak Darmo untuk mengekspresikan betapa nikmat yang kurasakan.

Ssllrruuuppp....ssllrruuuuppp...ssllrruupppp.......
Bunyi mulut pak Darmo yang sedang asik menghisap dan menjilati puting payudaraku.

Mengetahui aku menyukai yang dilakukannya terhadap payudaraku. Pak Darmo semakin intens merangsang birahiku. Kedua putingku dihisapnya bergantian, sambil kedua tangannya ikut meremas2 payudaraku menimbulkan kenikmatan tersendiri bagiku.

Pak Darmo cukup sabar dalam menaikan gairahku. Bahkan, dengan hanya memainkan payudaraku, sudah cukup membuat selangkanganku basah oleh cairan vaginaku. Rasa gatal pun mulai menghinggapi selangkanganku yang semakin membuat nafsuku terkobar.

Setelah cukup lama pak Darmo bermain di payudaraku, perlahan mulutnya mulai merambat naik. Setiap centi tubuhku diciumnya pelan dan terus merambat hingga bertemu dengan leherku yang jenjang. Pak Darmo lalu menciumi leherku sebentar sebelum mulutnya kembali naik dan bertumu dengan mulutku.

Aku yang sudah terangsang hebat langsung menyambut mulut pak Darmo. Kami saling berpagutan, menumpahkan birahi yang semakin menyesakan dada kami. Saat berciuman itu, digunakan pak Darmo untuk melolosi baju dan BH ku yang tadi masih menggantung ditanganku. Pak Darmo meletakan pakaianku dilantai, disebelah kanannya. Tak lama, pak Darmo pun ikut melolosi kaosnya membuat ciuman kami terlepas.

Kini, dapat kulihat tubuh pak Darmo yang hitam karena sering terkena sinar matahari saat menggarap sawah. Meski begitu, harus aku akui kalau tubuh pak Darmo ini lumayan kekar. Meski tanpa berlatih di gym, tapi terpaan kehidupan membuat badannya menjadi berisi. Melihat itu aku pun menggoda pak Darmo dengan berpose centil sambil menggigit jariku menatap badan pak Darmo. Hal itu tentu membuatnya menjadi gemas untuk kembali mencumbuku.

Perlahan pak Darmo memajukan tubuhnya lalu memeluk tubuhku. Dengan lembut, pak Darmo membimbingku untuk merebahkan diri dikasur dan menindih tubuhku dengan bertumpu pada kedua sikunya. Sejenak pak Darmo menatap wajahku sebelum akhirnya dia kembali mengajakku berciuman.

Sungguh, aku begitu menikmati caranya memperlakukan tubuhku. Seolah2 aku ini adalah barang berharga yang harus diperlakukan dengan sangat hati2. Tipa cumbuan dan jamahan pak Darmo benar2 mampu membuatku melayang tinggi. Dan aku pun jadi ingin memberi pelayanan yang terbaik untuknya. Kurengkuh tubuh pak Darmo dan mengusap2 punggungnya. Perlahan usapan tanganku turun kearea pantatnya dan menekannya perlahan agar selangkangannya menyentuh area vaginaku.

Merasakan hal itu, pak Darmo lalu mengangkat wajahnya dan memandangku. Aku hanya membalasnya dengan menggigit bibirku dan sedikit menggerakkan pinggulku.

"Ouuhhh...mbaakk....." Desah pak Darmo yang merasakan nikmat diselangkangannya.

Tak mau kalah dengan perlawananku. Pak Darmo lalu menggiringku ketengah kasur. Perlahan, disingkapnya rokku hingga sebatas pinggang. Pak Darmo lalu mengangkangkan kakiku dan menempatkan dirinya disela2 pahaku kembali menempelkan penisnya di vaginaku yang kini hanya dilapisi dengan celana dalam saja.

"Eehhhhmmmm...paakkhhhh........" Desahku saat pak Darmo mulai menggesekkan pinggulnya mengesek vaginaku. Tangan kirinya digunakan untuk menahan tubuhnya agar tak memberatkan tubuhku. Sementara tangan kanan pak Darmo kini digunakan untuk meremasi payudaraku. Mulutnya juga tak tinggal diam dengan ikut menciumi leherku, membuat desahan dan eranganku semakin keras mengalun mengiringi perbuatan tabu ini.

Meski masih terhalang oleh lapisan kain, namun aku merasakan penis pak Darmo begitu besar dan keras menghantam selangkangku.

Kini, aku tak peduli lagi dengan laranganku tadi. Bahkan jika pak Mamat mau sekalian pun, mungkin aku akan melayani mereka berdua. Namun aku tak akan meminta, tinggal menunggu saja aksi mereka terhadap tubuhku.

"Aahhh...aaahh...aahhh...paakkhh......" Erangku merasakan nikmatnya perbuatan pak Darmo.

"Eehhhmmm...eenakkk...yaa...mbakkk..." Desah pak Darmo yang kujawab dengan anggukan kepala. Bahkan aku sampai melingkarkan kakiku dipinggul pak Darmo karena kenikmatan ini.

Setelah cukup lama kami bertahan dalam posisi ini. Pak Darmo lalu berdiri turun dari kasur meninggalkanku yang hanya bisa menatapnya dengan pandangan sayu penuh birahi.

"Sebentar ya mbak." Ucap pak Darmo yang mengetahui tatapan penuh birahiku. Pak Darmo ternyata membuka pakaiannya yang tersisa hingga telanjang bulat.

"Biar lebih enak mbak." Ucapnya mendapati aku menatapnya. Baru aku sadari saat melihat penis pak Darmo. Ternyata panjangnya standar saja, tapi yang membuat begitu mengganjal diselangkanganku karena diameternya yang lumayan besar. Mungkin ada 3 atau 4 centimeteran.

"Pantesan aja ngganjel banget. " Batinku menatap penis tegang pak Darmo yang sudah mulai naik lagi keatas kasur.

"Lanjutin yukk mbak." Ucapnya menempatkan diri lagi diselangkangku yang masih mengangkang lebar.

"Eehhmmmmmmm......" Desahku memejamkan mata karena pak Darmo menempelkan penisnya tepat digerbang vaginaku

"Udahh basah banget mbak memekmu." Ucap pak Darmo sambil mengesekan penisnya naik turun mengikuti celah vaginaku.

"Eehhmmm...bukaahh ajaahh rokhhnyaahh pakkhh........" Pintaku kepada pak Darmo karena takut rokku menjadi kotor saat kami melakukan perbuatan mesum selanjutnya. Mendengar hal itu, pak Darmo langsung membuka rokku dan melemparnya ke samping tempat tidur. Tak hanya rokku, pak Darmo juga ternyata membuka celana dalamku sekalian hingga kami sama2 telanjang bulat.

"Waahh.. mbakk....memekmu indah banget mbak. Gundul gitu....." Ucap pak Darmo mengomentari vaginaku yang kucukur habis bulu kemaluannya.

"Aahh..pakkkk......" Desahku tak menyangka pak Darmo juga membuka celana dalamku sambil menutupi vaginaku dengan tangan.

"Ngga usah ditutupin gitu mbak." Ucap pak Darmo sambil memegang tanganku dan menyingkirkannya perlahan dari vaginaku. Aku yang memang tak berniat untuk menutupinya, nurut saja dengan kemauan pak Darmo.

Gleekkkkk....
Pak Darmo meneguk ludah melihat keindahan vaginaku.

"Nggak tahan aku mbak....eemmpphhh......" Ucap pak Darmo yang tanpa aku sadari langsung menyerang vaginaku dengan mulutnya. Dihisap dan dijilati vaginaku dengan penuh nafsu.

"Aaahhhhhh...paaaakkhhh..........." Erangku terpejam mendapat serangan dadakan dari pak Darmo. Reflek aku memegang kepala pak Darmo dan menjambaki rambutnya. Kurasakan begitu nikmat vaginaku saat dijilati oleh pak Darmo. Apalagi saat dia mengencangkan otor lidahnya dan mencucuki lubang vaginaku seperti sedang bersenggama. Sungguh, aku merasakan hal yang membuatku mendesah, mengerang dan menggeliat2 tak karuan karena rasa geli dan nikmat dibawah sana.

"Ssshhhh....aaahhh....aaahhh....aaahhhhh........" Hanya itu yang mampu keluar dari mulutku.

Ssllrruupp...ssllruuuppp..ssllrruupp...
Suara mulut pak Darmo yang sedang menjilati vaginaku.

Sekitar lima menitan pak Darmo menjilati vaginaku dengan bermacam teknik yang dia miliki. Hal itu tentu membuatku makin nikmat dan merasa bahwa puncak kenikmatanku semakin dekat saja.

"Oouuhhgg...paakkhhh......eenakkkk....akkuuu......nggaaakkkk....kuuaaattt.....paakkhh........" Erangku menjambak pelan rambut pak Darmo saat orgasmeku segera melanda.

Sslrrupp...ssllrruuuppp....ssllrruuppppp......
Pak Darmo yang mengetahui aku akan segera orgasme malah semakin intens menjilati vaginaku. Kini dia fokus menjilati klitorisku agar aku bisa segera mencapai puncak.

"Aaahh...pakkkhhh....ooouugghhhhhhhhh................." Erangku saat orgasmeku melanda. Pak Darmo bukannya berhenti malah makin menjadi2 saja mengerjai vaginaku hingga tubuhku dibuat kelojotan olehnya. Dihisapnya cairan orgasmeku yang mengalir dari celah vaginaku hingga tuntas. Membuat tubuhku seperti dilolosi tulang2nya dan hanya bisa memejamkan mata dengan nafas yang tersengal- sengal.

Aku masih memejamkan mata dengan mata teepejam menikmati sisa orgasmeku saat ada telapak tangan yang mengusapi rambutku.

"Cakep banget kamu mbak, kalau lagi terpejam gitu." Ucap seseorang yang kukenal betul suara.

"Pak Mamat...haaaahh..haahhh..haaahhh..." Balasku dengan masih mengatur ritme nafasku.

"Nikmatin aja mbak.. Bapak cuma penasaran kalian ngapain. Habis desahanmu terdengar sampai ke sabelah mbak." Ucap pak Mamat lagi masih mengusapi rambutku.

"Gilaaa pakk...mantap banget memek mbak Ronah. Enyakk...enyakk...enyakkkk....." Pak Darmo menimpali yang sepertinya sudah puas menghisapi cairan vaginaku.

Pak Darmo kini beralih berlutut disamping kananku. Sejenak dia memandangi tubuh telanjangku yang tergolek lemah diranjang pak Mamat.

"Sambil istirahat mbakk..." Ucap pak Darmo kemudian mengarahkan tangan kananku kepenis tegangnya meminta untuk dikocok. Aku yang sudah mulai bisa mengendalikan diriku lagi, mengikuti saja kemauannya. Kugenggam penis pak Darmo yang seperti dugaanku, telapak tanganku tak mampu untuk menggenggamnya utuh. Masih menyisakan celah sedikit diujung jari2ku.

"Eehhmmmm.....muluussnyaa...." Komentar pak Darmo saat tanganku mulai melingkari penisnya. Dengan dibantu oleh tangannya, pak Darmo menggerakan tanganku mengocok penisnya.

"Kocokannya eannaakk poolll pakkhh maammaatthhh....Yakiinn nggaa mauu ikuutt ppakkhh....oouugghhh...." Desahnya lagi memanas2i pak Mamat untuk ikut bergabung.

"Akuu ya udah ngaceng daritadi Mo, tapi rasanya ngga enak banget ini badanku. Nanti malah nggak bisa muasin mbak Ronah..." Jawab pak Mamat menanggapi ajakan pak Darmo.

"Nggak usah mikir sampai kesitu dulu pak, mbak Ronah juga pasti tahu kalau bapak lagi sakit. Mumpung ada kesempatan nih pak, belum tentu kan dalam waktu dekat kita bisa gini lagi....." Ucap pak Darmo lagi menghentikan kocokan tanganku, namun tetap ditahan untuk menggenggamnya. Kali ini ada benarnya juga pak Datmo, aku juga nggak akan menuntut apa2 dari pak Mamat yang kondisinya kurang fit. Tapi kalau dia juga pengen, aku pasti akan bantu menuntaskan hasratnya.

Pak Mamat yang sepertinya mulai terpengaruh omongan pak Darmo, menatapku lekat2. Seolah meminta ijin kepadaku untuk ikut bergabung dalam kenikmatan ini. Aku yang mengerti maksud pak Mamat pun menganggukan kepala.

"Tuhh pakkhh..udaahh diijininn...hihihi....." Ucap pak Darmo lagi sambil sedikit mendesah.

Melihat persetujuanku, pak Mamat pun berdiri. Baru kusadari, sejak tadi ternyata pak Mamat tak menggunakan baju. Hanya memakai sarung yang membentuk tenda dibagian depan karena penis tegangnya. Itu pun tak bertahan lama, sebab sekarang pak Mamat telah melepaskan sarungnya dan memamerkan sekali lagi penis besarnya kepadaku. Setelah itu pak Mamat kembali naik ketempat tidur merebahkan dirinya disamping kiriku. Pak Mamat lalu meraih tangan kananku, dan menariku kearahnya hingga wajah kami saling berhadapan dan dada kami saling berhimpitan.

"Eemmpphhh......." Desahku cukup keras karena pak Mamat langsung mengajaku berciuman penuh nafsu. Bibir dan lidah kami saling bertautan menimbulkan suara kecipak khas orang bercumbu. Tangan kananku yang masih dipegang olehnya diarahkan kebawah untuk memegang penis tegangnya. Aku yang mengerti maksud pak Mamat pun langsung menggenggam penisnya dan mulai mengocoknya perlahan.

"Eemmpphhhh......" Pak Mamat pun kini ikut mendesah bersahutan dengan desahanku.

Untuk sesaat, kami seolah lupa bahwa bukan hanya aku dan pak Mamat saja yang sedang dilanda birahi. Pak Darmo yang juga belum terpuaskan kini mengangkat pantatku agar mengambil posisi menungging. Dengan bertumpu pada tangan kiriku, aku mengikuti kemauan pak Darmo agar tetap bisa berciuaman dan mengocok penis pak Mamat.

Pak Darmo lalu melebarkan sedikit kakiku untuk lebih mengangkang. Dan menempatkan dirinya berlutut dibelakang tubuhku.

"Inilah saatnya." Batinku merasakan pinggulku dipegangi oleh pak Darmo. Sementara di area vaginaku, ada benda tumpul yang bergerak mencari pintu gerbang liang kenikmatanku. Membuatku merasakan sebuah sensasi nikmat sekaligus penasaran agar benda tumpul itu bisa pas di pintu gerbang kenikmatanku. Hal itu, membuatku malah ikut menggerakan pinggangku agar kepala penis pak Darmo pas di pintu masuknya.

Saat sudah bertemu dengan apa yang dituju. Pak Darmo sedikit mencengkeram pinggulku menahannya untuk tak lagi bergerak. Pak Darmo pun kemudian mendorong perlahan penisnya, menembus bibir vaginaku.

"Sshhhhhh....eempphhh......" Desisku saat kepala penis pak Darmo mulai menyeruak membelah bibir vaginaku. Tak diteruskan mendorong masuk, pak Darmo malah menarik lagi penisnya hingga hanya menempel saja seperti tadi. Lalu didorong lagi, hingga setengah kepala penisnya masuk di liang senggamaku. Hal itu di lakukan berulang- ulang oleh pak Darmo, hingga kepala penisnya masuk di vaginaku.

"Ssshhh...mmpphhh....sshhhh........" Desahku merasakan nikmat dan gatal di area vaginaku yang sedang dipenetrasi oleh pak Darmo.

"Oouugghhhh....seempiitttnyaaa...paakhhhh......ouugghhhhh......" Pak Darmo pun ikut mendesah merasakan jepitan liang vaginaku.

Selanjutnya, pak Darmo semakin menekan penisnya lebih dalam lagi merojok vaginaku. Ada sedikit rasa sakit di area selangkanganku karena penis pak Darmo yang lumayan besar. Namun hal itu bisa aku nikmati karena pak Darmo juga bisa memainkan tempo genjotannya. Pak Darmo seolah2 tak mau buru- buru, dan membiarkan vaginaku menelan penisnya sendiri. Dengan gerakan yang berulang-ulang itu, vaginaku otomatis semakin banjir oleh cairan pelumas yang memudahkan pak Darmo memasukan penisnya perlahan. Apalagi sekarang pak Mamat juga meremas dan kadang memelintir putingku. Hingga membuatku semakin bergairah dalam kenikmatan ini.

"Oouughhh...eenaakk bangeett...paakkhh...kaamuuu harrusss coobaaa kallooo udaahh...sseemmbuuhhm...aaahhhhhh....aaahhhh....aaahhhh........" Desah pak Darmo lagi seraya menggerakan pinggulnya lebih cepat mambuat penisnya pun semakin cepat tenggelam di vaginaku.

"Eemmppphhh...ouugghhhhh....oouuggghhhhh.....paakhhhh........" Desahku melepaskan ciuman pak Mamat merasakan penis pak Darmo yang kini sudah hampir sempurna mengisi liang vaginaku. Dengan beberapa gerakan yang lebih mantap, akhirnya pak Darmo memasukan seluruh penisnya di vaginaku.

"Oouugghhh....seemppiitttnyaaa.....mbaakkk....eenaakkkkk....oouuhhggg...." Erang pak Darmo saat berhasil memasukan seluruh batang penisnya dan mendiamkan penis itu bersemayam di vaginaku merasakan jepitan hangat dari dinding2 nikmat. Selangkangan pak Darmo menempel ketat dipantatku, dibarengi dengan cengkraman tangannya dipinggulku yang semakin kencang.

Pak Mamat yang daritadi hanya menyaksikan temannya melakukan penetrasi, kini bangkit berlutut di depan mukaku. Membuat penis tegang pak Mamat ada dihadapanku meminta untuk dipuaskan.

"Ayyo mbakk, sambill diisepinn punyaa bapakk.." pinta Pak Mamat mengarahkan penisnya ke mulutku yang langsung kusambut dengan membuka mulutku dan mulai mengulumnya.

Haapp....
Penis pak Mamat mulai kukulum dimulutku.

"Oouhhggg....eenaak jugaa Moo......eehhmmmmm...." Desah pak Mamat saat aku mulai menggerakan mulutku mengoral penisnya.

"Kalau gituu..akuu jugaa mulaaii pakkhh....eeehhmmmmmm..." Desah pak Darmo mulai menggerakan pinggulnya.

"Eehhmmmmmm...eehhmmmmm...eehhmmmmm........" Desahku tak mau kalah merasakan nikmatnya sodokan penis pak Darmo di vaginaku.

Kamar pak Mamat kini menjadi saksi persetubuhan kami yang tabu itu. Dengan gerakan perlahan, pak Darmo mulai menghujam penisnya di vaginaku. Gerakan pak Darmo membuat aku lebih mudah dalam mengoral penis pak Mamat. Karean sscara otomatis, saat pak Darmo memajukan tubuhnya, penis pak Mamat akan melesak kedalam mulutku dengan sendirinya.

"Janggaann diiangguuriinnn iiniihhh pakkhhh......" Desah pak Darmo sambil mulai meremasi payudaraku. Bukan hanya itu, dia juga memainkan putingku yang sudah mengeras itu.

"Iyaahh Moo...sampee..luupaaa....eehhmmmm....." Ucap pak Mamat yang kini juga ikut memainkan payudaraku yang sebelah kiri. Sementara yang kanan menjadi jatah pak Darmo.

"Meemeekkhhnyaaahhh...maanntaapphhhh...paakhhh......njeepiittt bangettt....aaaahhh....aaahhh....aaahhhh....." Desah pak Darmo terus menikmati tubuhku.

"Iyaaa...mmooo...aakuuuuhh jugaaa peengeenn sebeenaarnyaaa...ouuugghh...." Desah pak Mamat yang pastinya juga ingin merasakan jepitan liang vaginaku.

Mendengar ucapan pak Mamat, aku malah menjadi kasihan padanya. Padahal dia lebih dulu merasakan tubuhku meski belum seutuhnya. Tapi sekarang malah pak Darmo yang merasakan lebih dulu jepitan vaginaku. Dalam keadaan seperti itu, aku pun berpikir untuk membantu pak Mamat yang pastinya juga sangat bernafsu padaku.

"Oouughhhh....sstoopp duulluuhhh pakkkhhh....aahh........" Pintaku pada pak Darmo untuk berhenti sekejap menyodok vaginaku.

"Lhhoo..kenapaa mbakk..." Tanyanya heran, namun tetap menghentikan genjotannya.

"Pakkhh,, rebaahhan gihh...." Pintaku pada pak Mamat.

"Cabbuuttt duluu pakkhh.." Sambungku lagi meminta pak Darmo untuk mengeluarkan penisnya.

Pak Mamat dan pak Darmo langsung melakukan apa yang aku minta. Mereka hanya menunggu apa yang akan aku lakukan. Saat pak Mamat sudah diposisi terlentang, aku pun naik mengangkangi penisnya dan mengarahkannya ke liang vaginaku.

"Mbakkk...." Ucap pak Mamat saat kepala penisnya menempel di bibir vaginaku.

"Nikmatin aja pak..ini kan yang bapak pengen.....aaahhhh......." Desahku saat perlahan aku mulai menurunkan tubuhku, membuat penis pak Mamat melesak masuk ke vaginaku.

"Oouughhh...mbaakkhh.......eenaakkknyaaa......" Desah pak Mamat merasakan jepitan vaginaku di penisnya.

"Waalahhh...manntaapp goyanganmu mbakk..." Ucap pak Darmo yang melihat aku menaik turunkan tubuhku diatas pak Mamat. Pak Darmo pun lalu bergerak kebalakang tubuhku dan menyandarkan dadanya di punggungku. Kurasakan penis tegang pak Darmo menempel ketat di pantatku sementara tangannya bergerak kedepan untuk meremasi payudaraku yang bergerak naik turun seirama dengan genjotanku di tubuh pak Mamat.

"Eeehhmmm....aaahhh....aaahhh....aaahhhhh........" Desahku merasakan nikmat saat penis tegang pak Mamat keluar masuk vaginaku. Di tambah lagi rangsangan yang diberikan oleh pak Darmo di payudara dan leherku yang kini juga diciuminya. Membuat aku hanya bisa memejamkan mata dan mendesah2 tak karuan.

"Aaahhh..aahh....aaahhh........" Desahku yang mengiringi kemesuman kami di siang itu.

"Oouugghh mbbaakkk...akuuu nggaaakk kuaatt lagiiii....mbaakkk..maauu keluuaarr........ouuuggghhhh....." Erang pak Mamat merasakan puncak pendakiannya sudah hampir diraih. Dipegangnya paha bawahku, bersiap untuk mengangkat tubuhku saat orgasmenya akan meledak.

Mendengar hal itu, aku pun memajukan tubuhku seperti orang sedang berjongkok melepaskan pelukan pak Darmo yang masih bermain di payudaraku. Pak Darmo yang mengerti maksudku membiarkan aku untuk segera menuntaskan hasrat pak Mamat. Dengan posisi seperti itu, aku mempercepat genjotanku yang membuat pak Mamat makin mendesah tak karuan.

"Oouugghh..mbaakk......oougghhh..oougghh...ouggghhh................" Desahnya merasakan genjotanku.

"Akuuhh...keluaarrr...mbaakkh...aaaahhhhhhh............" Sambungnya lagi sambil memberi kode dengan tangannya agar aku mengangkat tubuhku. Pak Mamat lalu mengocok penisnya sendiri membuat spermanya berhamburan diatas tubuhnya.

Crroott...crottt..ccrroottt....
Beberapa kali pak Mamat memuntahkan spermanya.

"Aaahh....aaahh....." Desah pak Mamat menikmati puncak orgasmenya yang baru saja dia dapatkan.

Sementara aku, tak bisa lama2 melihat pak Mamat yang sedang orgasme. Karena pak Darmo yang juga sudah sangat bernafsu, memintaku untuk rebahan di samping pak Mamat dan akan mengambil jatahnya menikmati tubuhku.

"Aayoo mbakk. Aku udah nggak tahan.." Pintanya membimbingku untuk merebahkan diri. Aku yang tadi sebenarnya juga sudah hampir mencapai puncak nurut saja saat diminta pak Darmo. Bahkan aku langsung mengangkangkan kakiku agar pak Darmo cepat-cepat menyetubuhiku lagi.

Pak Darmo lalu mengarahkan penisnya ke liang vaginaku untuk segera melakukan penetrasi. Saat kepalanya sudah masuk, pak Darmo lalu menempatkan kedua tangannya dilipatan lututku dan mengangkat kakiku menjadi sejajar dengan perutku. Dia pun mengambil posisi seperti orang push up dan bersiap untuk melakukan penetrasi penuh.

"Ssiaapp yaa mbakk.......eemmpphhh............." Ucap pak Darmo mulai melesakkan penisnya perlahan sampai mentok di pangkalnya.

"Hheegg....aaahhhhh..paakkhhh......" Desahku merasakan sedikit nyeri dan nikmat bersamaan.

Tak mau menunggu lama, pak Darmo mulai memompa penisnya perlahan. Kali ini, tak ada lagi remasan atau ciuman yang mengiringi persetubuhan kami. Pak Darmo benar2 fokus untuk menyetubuhuiku dan meraih orgasmenya..

Plookk..plokkk...pllookkk.....
Suara benturan kulit kami yang beradu saat pak Darmo memompa penisnya.

"Aaahh..aahh...aahhh.....aaahhh....." Desahku dan pak Darmo beriringan saat aktivitas mesum kami berlangsung. Perlahan, pak Darmo mulai menaikan tempo sodokannya menembusi liang vaginaku. Membuat desahan dan erangan kami semakin keras terdengar meski masih tetap kami kontrol agar tak terdengar dari luar.

"Ooughhh paakkhh....aakuuu...haampirr paakhh......" Desahku merasakan orgasmeku akan segera meledak.

"Oougghhh...aakuu...jugaaa mbaakkhhh....." Desah pak Darmo yang juga merasakan hal yang sama.

Pprrttttt...pllookkk...pplookkkk...pplookkkkkk......
Pak Darmo makin mempercepat genjotannya. Perlahan, pak Darmo menganti posisi persetubuhan kami. Sekarang pak Darmo berlutut memegangi pinggulku. Dengan posisi ini, pak Darmo makin cepat menggenjotkan penisnya menembus lubang vaginaku.

"Oouggghh...aaahhh...aaahhh...aahhh......eenaakk...meemeeekkmuu mmbaaakkkhhh...oouugghhhh......" Desah pak Darmo terus bergerak cepat menyetubuhiku.

"Oougghh..pppaakkhh....aaaahhh...aaahhh...ssshhh....aaahhhh......" Desahku berkonsentrasi meraih orgasmeku...

"Oougghhh..mbaaakkhh...beentaarr...laggiii......" Erang pak Darmo kemudian.

Pllookk..pllookkk...plookkkk......
Suara benturan kulit selangkangan kami makin kencang terdengar. Desahan dan lenguhan tak henti-hentinya keluar dari mulut kami berdua. Bercampur dengan keringat yang mengucur deras dari tubuh kami.

"Eeehhmmmm...ssshhhh...aaaahh...paakhhh...aakuuuu saampaaiiii paahhhkkk...aaaaaakkhhhhhhhhhh....." Erangku kelojotan saat orgasme melanda tubuhku. Pak Darmo yang juga akan orgasme makin mempercepat genjotannya.

"Oohh...aaahhh...akuuu..jugaaa mbaakkkhhh....aaakkhhhhhhhhhh........." Erangnya yang dengan satu hentakan mantap menanam penisnya di vaginaku lalu mencabutnya. Dengan tangan kiri yang mencengkeram payudaraku, pak Darmo menyemprotkan spermanya di atas perutku.

Crroottt...crroittt...crroottt....
Beberapa kali sperma pak Darmo menyirami perutku.

"Aaahhh.......aaaahh....aaahhhh
......." Desah pak Darmo saat memuntahkan spermanya. Tubuh pak Darmo pun kemudian ambruk di atas tubuhku yang masih sedikit mengejang. Membuat sperma pak Darmo kini menempel juga di perutnya. Nafas kami tersengal2 dengan mata terpejam merasakan puncak kenikmatan yang kami cari daritadi. Tak ada lagi suara, hanya degup jantung dan hembusan nafas yang terdengar lirih di ruangan itu.

"Terima kasih yaa mbakk.." Ucap Pak Darmo lirih di telingaku saat kami sudah mulai bisa mengatur nafas kami lagi.

"Hhmmmmm...." Jawabku tersenyum dengan masih memejamkan mata.

"Mbakk.." Ucap pak Darmo mengusapi pipiku. Membuat aku membuka mata dan bertatap dengannya.

"Kapan2.... Boleh minta lagi nggak..?" Tanyanya sedikit ragu.

"Boleh kok pak. Pak Mamat juga boleh. Tapi inget, sama janji bapak ya..?? Jangan sampai lupa...!!!!" Ucapku menanggapi keinginan pak Darmo.

"Janji apa ya mbak..??" Tanya pak Darmo heran yang kami balas dengan senyuman.

"Hehehe...ada dehh..... Besok kita ajak aja pak Darmo pak. Gimana..???" Tanyaku kepada pak Mamat yang mengangguk namun malah membuat pak Darmo makin heran.

"Janji apa sih pak..?? Di ajak kemana..??" Tanya pak Darmo makin penasaran.

"Pokoknya enak..bapak mau ngga..?? Kalau ngga mau ya udah sama pak Mamat aja. Yang ngga banyak nanya... Hehehehe.." jawabku.

"Eehh...kalau enak pasti mau mbakk..." Ucap pak Darmo langsung semringah.

"Ya udah minggir. Aku mau pakai baju pak. Bentar lagi anakku pulang." Ucap ku mengingatkan pak Darmo untuk menyingkir dari atas tubuhku. Aku pun segera membersihkan tubuhku dan memakai kembali pakaianku. Setelah itu kami duduk sebentar di ruang tamu kembali untuk sekedar minum dan memulihkan kembali stamina kita.

"Jangan lupa yahh pak...jangan bilang siapa2....." Ucapku pada pak Mamat dan pak Darmo saat akan pamit pulang..

"Beres mbakk.." jawab pak Mamat.

"Siap boss.." Canda pak Darmo.

"Hehehe..ya udah aku pulang dulu ya. Sana pakai lagi bajunya .hihihi..." Pamitku seraya mengingatkan pak Darmo dan pak Mamat untuk memakai lagi bajunya.

"Iyaa mbakk..hati-hati...." Jawab mereka hampir bersamaan.

Dan aku pun melangkah keluar rumah dan kembali ke aktivitasku seperti biasa..

*****.

End of Part 6
Trima kasih suhu
Yesss..pak darmo akhirnya ngecrot :adek: :adek: :mantap::mantap::ampun::ampun:
 
Bimabet
:((:(( Ternyata memek mbak ronah bukan buat anak SMA .
Tapi semangat terus hu untuk RLnya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd