begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 548
- Like diterima
- 9.310
•••••
Atas Nama Cinta Bukankah Ini...
KELUARGA Om Heng akan mengadakan hajatan mewah untuk merayakan "Wedding Universary" yang ke-50 atau "Pernikahan Emas" dari kedua orangtuanya pada hari Sabtu yang akan datang di sebuah resort dekat pantai. Sekarang hari Selasa, jadi tinggal 4 hari lagi hajatan akbar itu akan dilakukan. Keluarga kami diundang.
"Wah, pada hari Sabtu ini, ya? Papi nggak bisa..." kata Papi.
"Mami juga malas ah berangkatnya kalo Papi gak bisa. Jauh gitu, gile..." balas Mami.
"Kan ada Riko... ngajak Riko aja, pasti ia mau..." kata Papi.
"Mau, Rik? Nginep di hotel bintang lima lho... Papimu nggak bisa berangkat, nggak tau tuh... sibuk banget papimu! Kita aja yang berangkat berdua ya, gimana, mau nggak?" tanya Mami.
"Nggak janji ya, Mi. Aku harus lihat jadwal kuliahku dulu..." jawabku.
Setelah aku melihat jadwal kuliahku, ternyata aku bisa mengantar Mami pergi ke pesta keluarga Om Heng. Papi meminjamkan mobilnya untuk kami, sedangkan Papi pergi-pulang kerja naik taksi.
"Berapa besar biayanya ya Mi untuk perhelatan yang sebesar ini? Harus menyediakan hotel untuk menginap para tamu..." kataku ngobrol dengan Mami sambil menyetir mobil. "Keluarga Om Heng pasti kaya-kaya semua ya, Mi..."
"Ya iya, anaknya kan punya hotel..." jawab Mami. "Ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi manager di bank..."
"Lalu apa hubungan keluarga kita dengan keluarga Om Heng, Mi?"
"Mami ngeribet menjelaskannya, harus tanya papimu yang lebih tau..." jawab Mami. "Jangan cepat-cepat dong bawa mobilnya, sayang..." kata Mami memegang pahaku.
"Tenang, Mi..." jawabku meremas tangan Mami. Darahku berdesir.
Wanita yang duduk di sampingku ini memang cantik. Umurnya baru 42 tahun. Mami menikah dengan Papi masih muda. Mami umur 20 tahun sudah menikah. Setelah 1,5 tahun Mami menikah, Mami melahirkan aku. Adikku lahir 3 tahun kemudian setelah aku lahir. Adikku yang kedua lahir 2 tahun kemudian.
"Kamu nanti juga begitu ya, sayang..." kata Mami.
"Begitu apa, Mi...?"
"Kuliah yang rajin biar nanti menjadi orang yang sukses kayak anak-anaknya Om Heng..." jawab Mami berharap.
"Doakan ya, Mi..."
"Pasti dong... cupp..." jawab Mami mengecup pipiku.
Tadi kami berangkat dari rumah jam 12 siang, jam 3 sore kami sudah berada di loby hotel. Mami bertemu dengan sanak keluarga, mereka seperti sedang reuni, karena sudah lama mereka tidak bertemu. Inilah kesempatan untuk saling bertukar berita gembira dari keluarga masing-masing. Dengan sabar aku menunggu Mami ngobrol dan cipika cipiki.
Sekitar satu jam kemudian aku dan Mami baru bisa masuk ke kamar hotel. Kami hanya membawa satu tas kecil. Pakaianku dan pakaian Mami dijadikan satu oleh Mami supaya ringkas bawaan kami.
"Sudah jam berapa sekarang, mandi sana..." suruh Mami. "Kita kumpul jam 6 lho..."
"Mami duluan deh..." jawabku berdiri di depan jendela kaca memandang ombak yang bergulung-gulung seperti mereka sedang bermain kejar-kejaran.
Memang indah pemandangannya di luar sana. Apalagi dilihat dari ketinggian lantai 10. Tidak rugi kalau aku bisa sampai kesini dari jauh. Rasa capek dan lelah terobati oleh pemandangan laut yang indah dan mempesona. Kamar tidurnya juga luas dan tempat tidurnya besar untuk tidur 2 orang.
Aku bisa tidur sepuas-puasnya nanti malam, pikirku. Karena besok pagi aku harus membawa mobil lagi pulang ke rumah kembali kepada tugas keseharianku menjadi mahasiswa.
Tiba-tiba aku mendengar suara air berbunyi seperti orang sedang mandi. Aku mencari dari mana asalnya sumber air itu berbunyi. Tidak sengaja mataku memandang ke kamar mandi yang lurus dengan tempat aku berdiri.
Oh... ternyata...
....
....
....
Di pojok sana, di dalam sebuah box kaca, Mami sedang menyiram tubuhnya yang telanjang dengan air dari shower. Oh... jantungku langsung berdetak dan terguncang sampai mengeluarkan suara bergemuruh.
Bagaimana tidak?
Inilah pengalamanku yang paling sensasional seumur hidupku melihat wanita telanjang, karena yang aku lihat adalah tubuh ibuku sendiri. Namun sebagai seorang anak pastinya aku merasa malu sendiri. Akan tapi sebagai seorang laki-laki normal tidak bisa disangkal aku terangsang meskipun payudara Mami yang menggelantung indah di dadanya hanya terlihat samar-samar dari box kaca yang buram. Tubuhnya putih dan perutnya rata. Di bawah perutnya terdapat bayangan hitam.
Beruntung Mami asyik dengan mandinya tidak melihat ke arahku. Apakah Mami sengaja tidak menutup pintu kamar mandi, ataukah Mami tidak bisa menutup pintu kamar mandi?
Sewaktu aku mandi, aku coba periksa kamar mandi, ternyata kamar mandi memang tidak ada pintunya. Sial, batinku selama ini aku tidak pernah tertarik dengan BH dan celana dalam Mami. Tapi sekarang melihat BH dan celana dalam Mami tergeletak di dalam kamar mandi, membuat aku jadi pengen tau bau payudara dan bau memek Mami.
Aku cium BH Mami, aku jilat celana dalam Mami yang bau amis dan bau pesing sambil kumainkan penisku. Rasa nikmat yang maha dahsyat menyerang tubuhku. Sampai-sampai aku berlutut di lantai menggenggam penisku yang tegang erat-erat saat air maniku menyembur dengan kuat dan kencang keluar dari penisku. Aku mengerang hebat seperti harimau mengaum.
Luar biasa tendangan air maniku. Sroottt.... croottttt.... croootttt... crrooottt.... rasanya seperti bergumpal-gumpal keluar dari penisku. Lubang penisku rasanya sampai perih.
Keluar dari kamar mandi aku sedikit loyo. Tapi cara aku memandang Mami jadi berbeda dengan sebelum aku melihat ia telanjang meskipun Mami sudah berdandan cantik memakai gaun dari bahan batik. Aku masih membayangkan tubuh Mami yang telanjang.
Akibatnya aku jadi tidak fokus mengikuti acara "Wedding Universary" malam itu meskipun dihadiri oleh banyak gadis yang cantik-cantik dengan susu yang montok-montok sampai menyembul dari gaun yang mereka pakai, aku tetap menempelkan lenganku di susu Mami.
Kadang-kadang kutekan-tekan susu Mami dan kutarik naik-turun lenganku. Mami tidak menyadari aku mempermainkan susunya, karena orang begitu banyak sampai berdesak-desakan. Bisa saja lenganku terdorong oleh orang-orang yang berdiri di depanku. Aku rasanya ingin segera pulang ke hotel menyetubuhi Mami.
"Hmmm... montok-montok ya gadis-gadisnya, nggak rugi kan Mami ngajak kamu ke sini?" bisik Mami.
"Ha.. ha.. aku lebih suka punya Mami..." bisikku kembali sambil tertawa geli.
"Apa? Kayak tau aja... apa sudah pernah lihat punya Mami?" tanya Mami.
"Pernah sih sekali 2 kali sewaktu Mami lengah. Mami pernah kan nggak pakai BH?" jawabku.
"Mmm... nakal ya, kamu..." kata Mami mencubit tanganku.
Aku semakin terangsang dengan Mami sehingga tekadku semakin bulat ingin menyetubuhi Mami. Aku pindah ke belakang memeluk Mami. "Wajar dong laki-laki nakal Mi. Apa aku mau disebut bencong oleh teman-temanku di kampus? Teman-temanku malahan bukan pernah melihat punya ibunya, tetapi sudah sering, malahan mereka punya banyak cewek, Mi."
"Hi.. hi.." Mami tertawa.
Aku mencium leher Mami. "Mmm... jangan gitu ah, sayang... nggak enak kalau kelihatan orang, kita banyak saudara disini, nanti kita disangka apa-apaan lagi disini ibu sama anak..." kata Mami.
Atas Nama Cinta Bukankah Ini...
KELUARGA Om Heng akan mengadakan hajatan mewah untuk merayakan "Wedding Universary" yang ke-50 atau "Pernikahan Emas" dari kedua orangtuanya pada hari Sabtu yang akan datang di sebuah resort dekat pantai. Sekarang hari Selasa, jadi tinggal 4 hari lagi hajatan akbar itu akan dilakukan. Keluarga kami diundang.
"Wah, pada hari Sabtu ini, ya? Papi nggak bisa..." kata Papi.
"Mami juga malas ah berangkatnya kalo Papi gak bisa. Jauh gitu, gile..." balas Mami.
"Kan ada Riko... ngajak Riko aja, pasti ia mau..." kata Papi.
"Mau, Rik? Nginep di hotel bintang lima lho... Papimu nggak bisa berangkat, nggak tau tuh... sibuk banget papimu! Kita aja yang berangkat berdua ya, gimana, mau nggak?" tanya Mami.
"Nggak janji ya, Mi. Aku harus lihat jadwal kuliahku dulu..." jawabku.
Setelah aku melihat jadwal kuliahku, ternyata aku bisa mengantar Mami pergi ke pesta keluarga Om Heng. Papi meminjamkan mobilnya untuk kami, sedangkan Papi pergi-pulang kerja naik taksi.
"Berapa besar biayanya ya Mi untuk perhelatan yang sebesar ini? Harus menyediakan hotel untuk menginap para tamu..." kataku ngobrol dengan Mami sambil menyetir mobil. "Keluarga Om Heng pasti kaya-kaya semua ya, Mi..."
"Ya iya, anaknya kan punya hotel..." jawab Mami. "Ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi manager di bank..."
"Lalu apa hubungan keluarga kita dengan keluarga Om Heng, Mi?"
"Mami ngeribet menjelaskannya, harus tanya papimu yang lebih tau..." jawab Mami. "Jangan cepat-cepat dong bawa mobilnya, sayang..." kata Mami memegang pahaku.
"Tenang, Mi..." jawabku meremas tangan Mami. Darahku berdesir.
Wanita yang duduk di sampingku ini memang cantik. Umurnya baru 42 tahun. Mami menikah dengan Papi masih muda. Mami umur 20 tahun sudah menikah. Setelah 1,5 tahun Mami menikah, Mami melahirkan aku. Adikku lahir 3 tahun kemudian setelah aku lahir. Adikku yang kedua lahir 2 tahun kemudian.
"Kamu nanti juga begitu ya, sayang..." kata Mami.
"Begitu apa, Mi...?"
"Kuliah yang rajin biar nanti menjadi orang yang sukses kayak anak-anaknya Om Heng..." jawab Mami berharap.
"Doakan ya, Mi..."
"Pasti dong... cupp..." jawab Mami mengecup pipiku.
Tadi kami berangkat dari rumah jam 12 siang, jam 3 sore kami sudah berada di loby hotel. Mami bertemu dengan sanak keluarga, mereka seperti sedang reuni, karena sudah lama mereka tidak bertemu. Inilah kesempatan untuk saling bertukar berita gembira dari keluarga masing-masing. Dengan sabar aku menunggu Mami ngobrol dan cipika cipiki.
Sekitar satu jam kemudian aku dan Mami baru bisa masuk ke kamar hotel. Kami hanya membawa satu tas kecil. Pakaianku dan pakaian Mami dijadikan satu oleh Mami supaya ringkas bawaan kami.
"Sudah jam berapa sekarang, mandi sana..." suruh Mami. "Kita kumpul jam 6 lho..."
"Mami duluan deh..." jawabku berdiri di depan jendela kaca memandang ombak yang bergulung-gulung seperti mereka sedang bermain kejar-kejaran.
Memang indah pemandangannya di luar sana. Apalagi dilihat dari ketinggian lantai 10. Tidak rugi kalau aku bisa sampai kesini dari jauh. Rasa capek dan lelah terobati oleh pemandangan laut yang indah dan mempesona. Kamar tidurnya juga luas dan tempat tidurnya besar untuk tidur 2 orang.
Aku bisa tidur sepuas-puasnya nanti malam, pikirku. Karena besok pagi aku harus membawa mobil lagi pulang ke rumah kembali kepada tugas keseharianku menjadi mahasiswa.
Tiba-tiba aku mendengar suara air berbunyi seperti orang sedang mandi. Aku mencari dari mana asalnya sumber air itu berbunyi. Tidak sengaja mataku memandang ke kamar mandi yang lurus dengan tempat aku berdiri.
Oh... ternyata...
....
....
....
Di pojok sana, di dalam sebuah box kaca, Mami sedang menyiram tubuhnya yang telanjang dengan air dari shower. Oh... jantungku langsung berdetak dan terguncang sampai mengeluarkan suara bergemuruh.
Bagaimana tidak?
Inilah pengalamanku yang paling sensasional seumur hidupku melihat wanita telanjang, karena yang aku lihat adalah tubuh ibuku sendiri. Namun sebagai seorang anak pastinya aku merasa malu sendiri. Akan tapi sebagai seorang laki-laki normal tidak bisa disangkal aku terangsang meskipun payudara Mami yang menggelantung indah di dadanya hanya terlihat samar-samar dari box kaca yang buram. Tubuhnya putih dan perutnya rata. Di bawah perutnya terdapat bayangan hitam.
Beruntung Mami asyik dengan mandinya tidak melihat ke arahku. Apakah Mami sengaja tidak menutup pintu kamar mandi, ataukah Mami tidak bisa menutup pintu kamar mandi?
Sewaktu aku mandi, aku coba periksa kamar mandi, ternyata kamar mandi memang tidak ada pintunya. Sial, batinku selama ini aku tidak pernah tertarik dengan BH dan celana dalam Mami. Tapi sekarang melihat BH dan celana dalam Mami tergeletak di dalam kamar mandi, membuat aku jadi pengen tau bau payudara dan bau memek Mami.
Aku cium BH Mami, aku jilat celana dalam Mami yang bau amis dan bau pesing sambil kumainkan penisku. Rasa nikmat yang maha dahsyat menyerang tubuhku. Sampai-sampai aku berlutut di lantai menggenggam penisku yang tegang erat-erat saat air maniku menyembur dengan kuat dan kencang keluar dari penisku. Aku mengerang hebat seperti harimau mengaum.
Luar biasa tendangan air maniku. Sroottt.... croottttt.... croootttt... crrooottt.... rasanya seperti bergumpal-gumpal keluar dari penisku. Lubang penisku rasanya sampai perih.
Keluar dari kamar mandi aku sedikit loyo. Tapi cara aku memandang Mami jadi berbeda dengan sebelum aku melihat ia telanjang meskipun Mami sudah berdandan cantik memakai gaun dari bahan batik. Aku masih membayangkan tubuh Mami yang telanjang.
Akibatnya aku jadi tidak fokus mengikuti acara "Wedding Universary" malam itu meskipun dihadiri oleh banyak gadis yang cantik-cantik dengan susu yang montok-montok sampai menyembul dari gaun yang mereka pakai, aku tetap menempelkan lenganku di susu Mami.
Kadang-kadang kutekan-tekan susu Mami dan kutarik naik-turun lenganku. Mami tidak menyadari aku mempermainkan susunya, karena orang begitu banyak sampai berdesak-desakan. Bisa saja lenganku terdorong oleh orang-orang yang berdiri di depanku. Aku rasanya ingin segera pulang ke hotel menyetubuhi Mami.
"Hmmm... montok-montok ya gadis-gadisnya, nggak rugi kan Mami ngajak kamu ke sini?" bisik Mami.
"Ha.. ha.. aku lebih suka punya Mami..." bisikku kembali sambil tertawa geli.
"Apa? Kayak tau aja... apa sudah pernah lihat punya Mami?" tanya Mami.
"Pernah sih sekali 2 kali sewaktu Mami lengah. Mami pernah kan nggak pakai BH?" jawabku.
"Mmm... nakal ya, kamu..." kata Mami mencubit tanganku.
Aku semakin terangsang dengan Mami sehingga tekadku semakin bulat ingin menyetubuhi Mami. Aku pindah ke belakang memeluk Mami. "Wajar dong laki-laki nakal Mi. Apa aku mau disebut bencong oleh teman-temanku di kampus? Teman-temanku malahan bukan pernah melihat punya ibunya, tetapi sudah sering, malahan mereka punya banyak cewek, Mi."
"Hi.. hi.." Mami tertawa.
Aku mencium leher Mami. "Mmm... jangan gitu ah, sayang... nggak enak kalau kelihatan orang, kita banyak saudara disini, nanti kita disangka apa-apaan lagi disini ibu sama anak..." kata Mami.