Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menurut pembaca siapa tokoh yang bakal MATI di episode akhir cerita 'Astaga Bapak' ?

  • Suhardi

    Votes: 92 16,4%
  • Dahlia

    Votes: 24 4,3%
  • Yuda

    Votes: 27 4,8%
  • Bayu

    Votes: 23 4,1%
  • Mang Ujang

    Votes: 394 70,4%

  • Total voters
    560
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Prolog

Bayu dan Yuda akhirnya bersaudara. Tak mengenal siapa kakak dan siapa adik. Suhardi dan Nia resmi menikah. Keluarga mereka hidup bahagia dan sentosa. Tak ada kekurangan satu apapun, kecuali dosa suhardi yang masih tertutup rapi. Yang namanya hidup pasti tidak ada yang berjalan lurus-lurus saja. Begitu juga manusia jarang ada yang teguh dengan janjinya, kerap menyimpang dari jalan kebenaran.

Yuda dan Bayu sudah kelas 3. Mereka bersiap menempuh ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi negeri. Akan tetapi, masalah baik di dalam dan di luar sekolah seperti biasa harus mereka hadapi dengan tegar. Makin di atas, makin kencang angin yang menerpa. Begitu kiranya menggambarkan garis hidup yuda dan bayu. Masalah tumpang tindih. Sebagai saudara mereka harus bekerja sama. Di sisi lain mereka mungkin berbeda pendapat dan tidak dipungkiri pertengkaran pasti terjadi. Sampai pada akhirnya mereka menemukan sebuah titik terang. Jalan keluar.

Suka dan Duka. Itu pasti bakal dilewati oleh yuda dan bayu. Mereka jatuh cinta di usia remaja. Mereka juga harus siap kehilangan seseorang. Mereka tidak hanya belajar dari pengalaman sendiri, tetapi juga dari pengalaman hidup orang lain. Begitulah pesan Suhardi pada kedua anaknya.
Suhardi yang galak dan getol mendidik anak merasa usianya tidak bakal lama lagi. Namun, dosa yang ia perbuat masih belum juga mau diakui kepada Nia. Malahan, ia tambah dan tambah lagi. Sampai-sampai maut menjemput ajal Suhardi. Suhardi mati konyol. Astaga Bapak!


Episode 1 : Keluarga Baru

"Eeeumpphhh...ummphh...ahhh...", suatu malam Nia tengah berbugil ria. Dengan payudara bergantung bebas, ia mengulum penis suhardi, suaminya, di kamar mereka berdua sebagai pasangan suami-istri. Batang kokoh berwarna cokelat tua milik suhardi itu dikatup rapat-rapat oleh bibir merah merona nia. Bibir itu menjepit kencang seolah tak mau sampai penis suhardi terlepas. Kalaupun lepas, ia lahap lagi.

"Eeumpphhhhhhh......!" Seiring menelan ujung gundul penis suhardi hingga mentok sampai ujung amandelnya, urat-urat sekitar leher kemaluan suhardi terbangun, terolesi air ludah nia yang naik dari kerongkongan hingga membanjiri mulut.
"Oummpphhh hyaaahh....", mulut nia seketika berhenti mengulum. Ia tatap penis suaminya basah. Air liur dirinya melumer, mengena kantung kemih suhardi. Tak ayal, semakin mengkilat penis sang suami. Penis itu menjulang kian keras. Nia cengkeram, sesekali mengurut-ngurut naik-turun berulang kali. Kalau sudah bosan, ia lahap lagi kelamin jantan sang suami tanpa rasa jijik sama sekali dengan bulu yang tumbuh lebat di sekitar penis. "Mas, udah keras kontol kamuh....mau diapain lagi?"

"Orgh..benar-benar tidak salah aku mengawinimu...terussh...terussh...eennak...sepongan mulutmu, sayang...", suhardi berbaring di atas ranjang empuk, tempat biasa ia tidur bersama nia, istrinya. Dia sedang meraja dan dimanja oleh sang istri tercinta. Mulutnya melenguh keenakan tiada henti. Pinggangnya sedikit terangkat-angkat. Ia mendorong-dorong si burung yang sedang dilahap nia. Meski sudah begitu, Suhardi tak luput untuk mengurai-ngurai rambut panjang nia sebagai bentuk kasih sayang, sekaligus Suhardi ingin melihat jelas bagaimana raut wajah sang istri saat memperlakukan kelamin jantannya.

"Ahh...kamu mah keenakan. Gantian aku dong sayang. Aku kan belum...", rayu nia, selangkangan dia belum dibikin basah suhardi. Nia sudah hafal kalau Sang suami tak akan bisa orgasme di mulutnya jika benar-benar tak menginginkan. Suhardi itu selalu ingin membanjiri vagina nia dengan sperma. Untungnya, Nia tak peduli soal ini. Yang ia butuhkan, Suhardi selalu berhasil membuatnya mencapai titik kepuasan tertinggi. Terserah tubuh nia mau diapakan oleh sang suami.

"Yaudah gantian, kamu ini ya...selalu aja bikin tidur mas nyenyak tiap malem...", suhardi terbangun. Ia duduk bersama nia. Kemudian, tiba-tiba bibir pria berkumis lebat itu menyosor bibir nia. "Cyophhhh...." Bibir tebal suhardi beradu dengan bibir sensual milik sang istri. "Uncchhh...." Nia pun menyambut mesra. Suhardi coba melumat seluruh permukaan bibir istrinya. Ia basahi bibir nia dengan air liurnya. Suhardi juga turut menjulurkan lidah karena lidah Nia begitu nakal menyampari mulut suhardi lebih dulu.

"Ohhh....sayangg....", nia tak berdaya dalam pelukan sang suami tercinta. Perlakuan suhardi amat luar biasa padanya. Bibir suhardi turun, mencumbu ganas leher nia hingga daerah sensitif sekitar telinga. Nia mau membalas, tetapi tak kuasa karena suhardi menyerang terus. "Aaahhh.....", tangan suhardi mulai meremas-remas payudara nia yang berukuran 34 D. Nia jelas semakin terangsang. Belum lagi, sang suami kini memelintir puting susunya. Bahkan sempat mencubit gemas. "Ihh kamu mass, sakittt, jangan digituin...."

"Payudara ini, selalu jadi makanan aku tiap malem sayang...", bisik suhardi di telinga nia. Kedua payudara sang istri terus ia gerayangi. Sebetulnya tanda ia sudah tak sabar untuk segera penetrasi.

"Ohh, iya mas...kamu kan suka banget isep air susu aku....", balas nia dalam keadaan birahi dan tubuh semakin hangat. "Mass, mainin dong memek nia....", rengek nia di telinga sang suami. Daritadi ia menunggu tangan suhardi meraba vaginanya.

"Bulu kamu lebat sayang....ohh...baru sedikit ya basahnya...", sambil tetap memeluk nia, lekas suhardi menuruti permintaan sang istri. Jari jemarinya bergerilya menembus rambut kemaluan nia.

"Aaah...kamu juga kan mas....", nia tampak merasakan jari sang suami menggelitik-gelitik daerah selangkangannya. Ia tak mau hanya mendesah. Nia mencumbu leher suhardi. Namun, cumbuan yang ia lakukan mengalahkan rabaan tangan sang suami. "Ahh mas, iya itu....ayo dong dibikin becek....nanti kan kontol kamu mau masuk ke sanah....". Nia kegelian karena Suhardi hanya mengusap-ngusap liang vaginanya. "Masss....ayo masukin jari kamuh...kayak seperti biasaaa, mas...."

"Ohh...iya sayang.....kayak giniihh yaaa....umpphhhhhhh....". Suhardi memasukkan dua jari ke dalam vagina nia tanpa kompromi. Menancap, lalu ia colok-colok kasar kelamin sang istri.
"Aaahhh......iyaa kayak begitu...sayang....ahhhh", desah nia. Tubuhnya melonjak-lonjak. Kepalanya mendongak. Seraya berpegangan pada bahu suhardi, Ia biarkan tangan sang suami mengacak-ngacak liang kemaluannya. "Aduuh masss, adduhh...." Perlahan-lahan, cairan kemaluan nia mengalir melalui sela-sela liang cintanya. Akan tetapi, tangan suhardi belum juga berhenti. Kedua jari dengan gerutan kulit kasar itu, semakin cepat menusuk-nusuk vagina sang istri. Nia pun semakin blingsatan. Pinggangnya menekak-nekuk mengikuti irama jari sang suami yang keluar masuk. Peluh pun sedikit tumpah. Ia perhatikan wajah suhardi semakin bernafsu dan bersemangat membantu nia meraih kepuasan.

"Sssssssrrrrreeeeerrrrrrr........."
"Hiyaaaaahh! Nia keluar banyak! Ahhhh!", desah panjang nia melepas orgasmenya. Cairan kewanitaan itu meledak seketika dan membanjiri jari lentik suhardi yang masih menempel. "Hah hah hah...haduh...haduh...." Sambil mengatur nafas, Nia mendekap tubuh sang suami. Ia istirahat sebentar sebelum penis suhardi kan memasukinya.

"Huh....kamu hebat sayangku....", suhardi memeluk nia. Tak ragu ia perlihatkan keberhasilannya pada sang istri "uh banyak yah keluarnya kamu...emmhhh slurpphh maniss". Suhardi tak malu menjilati jari-jarinya yang basah akibat percikan cairan cinta nia. Lalu, ia membelai-belai kepala istrinya itu dan mengelus-elus punggung putihnya. Sementara di bawah sana penis kokoh suhardi sudah mengacung ke arah vagina nia. Kemaluan jantan itu amat ingin segera menerkam betinanya. "Kalau sudah bertempur denganmu, pasti mas kewalahan sayang..", puji suhardi pada istrinya.

"Kamu mas yang hebat...kamu paling bisa buat vagina aku banjir.....", nia membalas pujian sang suami. Lalu, keduanya berciuman kembali. "Cyuupphhh....". Tak sekadar berpagut bibir, Lagi-lagi tangan suhardi meremas buah dada sang istri. Nia pun sudah tahu kewajibannya malam ini. Ya, selain bercinta, Ia harus menyusui sang suami yang kerap kelaparan di malam hari.

"mau masuk nih....", suhardi pamer batang kejantanan dengan buah pelir menggelantung. Setelah berciuman dengan nia, ia lantas meminta sang istri melirik ke arah penisnya yang ingin dilayani lebih. Suhardi mau memacu birahi bersama sang istri.
"Udah gak sabar yaah mas,...sini punya kamuuhh...", jawab nia dengan senyum memikat. Saling bertatap muka, ia menangkap maksud tersirat itu.

###

Yuda dan bayu belum tidur. Yuda tengah berkumpul di kamar bayu. Bukan tak mengantuk. Mereka berdua sedang menyaksikan tontonan gratis. Tidak harus mendownload atau tersambung koneksi internet. Cukup sambungan kabel yang mereka atur rapi. Nyamuk-nyamuk yang berterbangan mengganggu aktivitas seru di dalam kamar. Mereka tepuk saja walau menyebalkan. Di depan sebuah laptop yang menyala, yuda dan bayu jarang berkedip. Mata mereka tak mau terlewat satu adegan pun. Air minum dan makanan ringan mereka sediakan sebagaimana menonton sebuah film. Hasrat buang air kecil juga tidak terasa. Barangkali, karena penis mereka berdua sedang berdiri.

"Anjaay, bokap lo kuat banget yud....nyokap gue dibikin sampe teriak-teriak begitu", ucap bayu yang duduk bersebelahan dengan yuda.

"Bukan bokap gue aja sekarang, bokap lo juga bay....", gerutu yuda.

"Hehe iya-iya, sori...."

Dua orang bersaudara itu sedang melakukan hal yang tak lazim, tetapi sungguh mengasyikkan. Yang biasa mereka lakukan kalau sudah bosan saat malam. Apalagi kalau bukan menonton persetubuhan kedua orang tua yang sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Menurut keduanya Itu semua lebih dari menonton video paling hot manapun. Jika video porno hanya sebuah rekaman, yuda dan bayu menyaksikannya secara live serupa pertandingan tinju. Akan tetapi, ini bukan perkelahian di atas ring. Ini 'perkelahian' di atas tempat tidur.

"Eh itu lihat-lihat! Orrgghh, nyokap keluar lagi yud...bokap emang perkasa banget...", bayu geleng-geleng. Ia terkesima karena papanya berhasil membuat sang mama orgasme dahsyat. Mama bayu luluh lantak. Terjerembap pasrah di atas tempat tidur. "Nahh ini yang paling bikin ngaceng maksimal, orghhhh mereka berdua sekarang ciuman yud. Toket nyokap diremes-remes tangan bokap".

Yuda fokus mengamati. Ia menikmati apa yang dia tonton. Di sisi lain, masih menyangkut pikiran soal dosa bapaknya. Yuda tidak habis pikir apa yang terjadi jika bayu dan ibunya sampai tahu kalau bapaknyalah penyebab kematian imam rumah tangga mereka dulu. Pikiran itu kerap terbangun dan merisaukan batin yuda. Itu berarti rumah tangga yang baru berusia jagung ini tidak akan bertahan lama.

"Lo kenapa sik? Kok diem aja? Itu lihat bokap anjir....nyokap digempur terus, yud...", tanya bayu memerhatikan raut melamun yuda.

"Enggak, gapapa kok. Iya itu bokap lama amat klimaksnya. Gue jadi kasihan nyama nyokap".

"Yud, bentar lagi kan nyokap ulang tahun, kita obrolin sama bokap buat kasih kejutan bagaimana?", usul menyimpang melintas di benak bayu

"Kejutan bagaimana maksud lo?", tanya yuda tampak paham.

"Kita gangbang nyokap yud? Mau gak lo?", sumringah wajah bayu memberitahukan usul konyolnya.

"Waduh, yang bener lo, yakin bokap sama nyokap mau? Jangan cari gara gara deh bay", yuda tak yakin sama sekali. Yang ada di otaknya justru mereka berdua bakal dimaki-maki.

"Yuddddd! Orghhhh gue mau coli bener sekarang. Udah Gak tahan lagi gue. Nyokap digenjot cepet banget sama bokap......".

###

"Mass, jangan lama-lama..ayo masukkin cepet...udah malem ini", nia mengibas-ngibas rambutnya. Ia sedang berdiri menungging, berpegangan pada sebuah lemari yang terdapat cermin. "Kenapa harus di depan kaca sih?" tanya nia tak biasa. Nia pandangi tubuh berisi yang kini sudah menjadi milik sah suhardi. Tak cuma bayangan dia di cermin. Ia lihat suaminya di belakang. Suhardi sedang mempersiapkan rudal yang akan segera dilesakkan ke dalam liang peranakan nia. Sang istri menggigit bibir. Nia tahu rasanya dimasukki penis suhardi. Ini bukan pertama kali ia ditiduri. Ketika batang kemaluan itu sudah masuk dalam selangkangan, klentit nia terasa diobok-obok. Parahnya suhardi suka mengaduk cepat, sehingga nia menjerit-jerit.

"Siap-siap sayang....ughh.....", suhardi mengangkat pinggul nia. Ia arahkan ujung kepala penis ke dalam bibir vagina istrinya. Bokong Nia pun sedikit bergoyang. Pelan-pelan penis suhardi merangsek masuk. "Aahhhh, massss....kontol kamu kerass banget", desah nia di depan cermin. Ia tatap mata suhardi yang sedang memelototi pertemuan kelamin mereka berdua. Akan tetapi, tak bisa lama-lama. Selangkangan nia sudah disesaki penis sang suami. Nia meracau sakit yang nikmat. "Mas, pelen-pelen yaah...memek aku belum terbiasa juga sama kontol kamu..."

"Iya istriku yang cantik. Gak apa-apa. mas justru suka banget kalau memek kamu sempit seperti ini terus..." balas suhardi. Keringat menetes turun di ubun-ubunnya. "Sayang, mas masukkin semua yaa...ughhhh", tanpa menunggu respon sang istri, dihentaklah bokong nia. Suhardi menarik pinggang sang istri agar batang penisnya terpendam semua.

"Aaaaaaihhhh saaakiitttt!", nia pun sontak meronta. Tubuhnya hampir rubuh karena kedua tangannya masih berpegangan kuat pada lemari kaca. "Sayaaang...penuh memek istrimu....."

Tak dihiraukan, malah membuatnya tambah bernafsu, Suhardi mulai berkonsenterasi penuh. Ia mulai memaju-mundurkan kemaluannya. "Enakkk sekali memek istriku ini urghh...", awalnya pelan seakan mengabulkan permintaan nia. Kemudian bertahap ia mulai agak kasar menembusi liang peranakan istrinya. "Ugh..ugh..ugh..beruntung sekali kontol aku ini memiliki memekmu sayang..."

"Aaduhh pelen-pelen mas....sakit memek nia", kepala nia menggeleng-geleng kesakitan. Di sisi lain Paha suhardi terus menubruk-nubruk bongkahan pantat nia. Pinggang nia pub di bawah kendali sang suami.

"Musti dibiasain begini, biar memek kamu terbiasa...", suhardi terus memompa vagina sang istri. Nia mengaduh-ngaduh tidak dipedulikan. Suhardi malah pandangi kaca. Ia lihat Tubuh sintal nia sedang disetubuhi tubuh kekar dirinya. Nia terus mendesah. Suhardi semakin cepat menyodok kemaluan istrinya. Sebuah pemandangan erotis yang membuat suhardi semakin buas. Dia peluklah tubuh nia. Kepala suhardi kini berada di atas bahu istrinya. Sementara Penis suhardi terus bekerja, membuat vagina nia kembali berair. "Ohhh makin enak sayangku...", bisik suhardi di telinga nia.

Nia tetap menopang tubuh dia dan suaminya karena kemaluan keduanya sedang berkait satu. Sakit tidak lagi nia rasakan. Ia jadi semakin paham kemauan suhardi ketika berhubungan badan.
"Ahhh...Iya enaak.....puasin istrimu ini sayang...", nia lalu melepaskan pegangan pada lemari. Ia berharap suhardi lantas memegangi tubuhnya.

"Iyaaa, pelayanan kamu luar biasa sayang. Pasti kamu aku buat puas", suhardi merasakan kedutan kecil di vagina nia. Berdampak desahan sang istri yang semakin menjadi-jadi. Suhardi segera menyodok lebih cepat. Ia peluk begitu erat pinggang nia. Tubuh keduanya menyatu dan bermandikan keringat. Di samping menciumi punggung harum istrinya, sodokan Penis suhardi semakin beringas, menghentak-hentak bokong nia hingga wanita itu kian terdorong ke depan. "Orgghhh Sayang, aku mau keluar! Arghh Pejuhku mau nyembur memek kamu!"

"Aahhhh! Nia jugaa masss! Ayo bareng! Bareng istrimu mas keluarnya!", nia menjerit. Dia meminta suhardi segera menyemburkan sperma. Orgasme wanita itu sudah tidak bisa terbendung.

"Arghhhhhhh! Ini istrikuu sayaanggg ughh ugh..."
"Crrrrrottttt crooottttttt crotttttttt....", memacu kencang, diakhiri ia tekan batang penisnya ke dalam rahim nia, sedalam mungkin hingga nia terdorong ke depan.

"Aaaaaaahhhhhhhh masss suhardi, nia sayang banget sama kamu...."
"Crrrrrussshhhhh...creeeettt....crerrtt", bokong nia bergoyang, tusukan demi tusukan penis suhardi membabi buta, membuat tubuh nia gemataran. Alhasil, cairan pelumas istri suhardi itu memancar deras.

Goyahlah tubuh nia dan suhardi yang berpelukan bersama. Walau sama-sama melemah, suhardi berusaha sekuat tenaga memegangi tubuh istrinya agar tidak terjatuh. Ia tetap peluk sekaligus membiarkan sperma suhardi memenuhi rahim nia. Penis suhardi masih terbenam di dalam kelamin istrinya. Karena tidak bisa menahan lama-lama, suhardi giring tubuh dia dengan nia ke tempat tidur. Ambruklah tubuh pasangan suami istri yang bermandikan peluh tersebut.

"Mas, kamu hebat banget....huh...huh...", nia yang lemas sempat melirik mata suhardi.

###

Pagi hari di bawah cuaca mendung, suhardi yang dahulu hanya mengendarai sepeda motor bebek rongsok melalui sebuah jalanan yang becek, boleh berbangga hati karena ia sekarang sedang menyetir sebuah mobil SUV mewah berwarna hitam. Suhardi sudah seperti pengusaha tajir dengan uang melimpah. Padahal, mobil dengan lampu kilau mencolok itu bagian dari kepunyaan nia. Karena sudah menikah, telah menjadi harta bersama mereka berdua.

Rutinitas setelah sarapan, suhardi mengantar kedua anak laki-lakinya berangkat ke sekolah. Nia yang turut serta mendampingi sekaligus membawa mobil pulang ke rumah. Si bungsu haris, ditunggui sementara oleh salah seorang perawat baru bernama Maryam yang umurnya sekitar 59 tahun. Nia sebetulnya ingin membelikan mobil baru untuk sang suami saking cintanya. Namun, suhardi menolak. Tidak pantas baginya seorang karyawan biasa membawa mobil ke kantor. Apa kata teman-temannya nanti. Dibelikan motor baru ia juga menolak. Suhardi sadar diri akan posisinya. Ia berkata ingin membeli motor dengan uang jerih payahnya sendiri. Sebaliknya Nia tak mempermasalahkan soal itu. Jadi, setelah jam kantor selesai, suhardi menggunakan jasa ojek untuk pulang ke rumah.

"Kalian udah kelas 3, inget ya belajarnya tambah rajin. Jangan karena orang tua udah kaya jadi males-malesan", sambil memegang kendali stir, suhardi memberi petuah sebagaimana tugas seorang ayah pada anak-anaknya.

"Tuh bayu sama yuda dengerin apa kata papa....", nia tersenyum bahagia seraya menengok kedua putranya. Tak bisa disangkal, Ia merasa sangat bersyukur memiliki suami seperti suhardi. Bukan hanya jago di tempat tidur, sang suami punya perilaku baik, berwibawa, dan bertanggung jawab.

"Iyaa ma...", jawab bayu paling keras, sedangkan Yuda memelankan suaranya. Yuda menganggap nasehat bapaknya merupakan sebuah kemunafikan. Tak ada guna bagi yuda bapaknya berpura-pura karena satu dosa mengganjal b erat.

"Minggu besok kita liburan ke luar kota yuk?", usul nia pada suhardi.

"Boleh. Minggu besok ulang tahun mama juga 'kan? Sekalian aja kita rayain sama jalan-jalannya". Suhardi menyetujui usul nia.

"Papa inget aja ulang tahun mama.....papa mau kasih kado apa emangnya?", tanya nia berharap

"Rahasia dong maa....", timpal suhardi

Nia tiba-tiba teringat sesuatu. "Ooh ya pa, mama besok musti anter temen mama ke Bandung. Kayaknya mama nginep semalam ya."

"Ada urusan apa ma sampai gak pulang?", tanya suhardi tanpa menaruh curiga.

"Ini temen mama pa, minta ditemenin jengukkin sodaranya."

"Ooohmm...."

Yuda di dalam mobil sejenak terpikirkan soal rina. Dia amat merindukan teman perempuan berambut panjang itu. Dimanakah rina sekarang? Pikir yuda. Apakah rina baik-baik saja di sana? Yuda tak mempunyai info secuil apapun terkait keberadaan rina. Konon, rina sudah pindah sekolah kata tante lisa yang merupakan guru BP di sekolah yuda. Mau tak mau, Rina tak lagi jadi primadona, melainkan Larasati anak baru di kelas 12 IPA yang menggantikan. Berbeda dengan rina, Larasati cantik, cerdas, dan berwawasan. Rina cuma unggul dari segi keseksian. Yuda tak berminat menyukai Larasati. Lagipula kata beberapa orang teman, Larasati yang belum pacar itu menyukai seseorang yang berada di sekolah lain. Meskipun demikian, para single di sekolah yuda tak patah arang. Mereka berjuang mati-matian walaupun pada akhirnya tetap diabaikan oleh Larasati.

Bayu yang sedang memegang smartphone asyik bercakap-cakap di sebuah grup Whatsapp sekolahnya. Grup tersebut berisikan siswa-siswi kelas 10 hingga 12 SMA yang gemar membahas isu ataupun rumor yang beredar di lingkungan sekolah. Topik apa saja yang menarik pasti dibicarakan entah itu mengenai guru, siswa hingga kegiatan di sekolah. Yang sedang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini ialah penjaga sekolah mereka, Pak Ngadimin. Gosipnya, pak Ngadimin sudah mencabuli beberapa orang guru wanita dan siswi di sekolah. Akan tetapi, tidak ada yang bisa membuktikan perbuatan pak ngadimin.

"Yud, lo udah tahu soal pak ngadimin gak?", bayu menengok ke arah yuda.

"Enggak, emang kenapa?"

"Makanya kemarin lo mau dibeliin smartphone gaya-gayaan nolak......ketinggalan informasi kan lo", sindir bayu. "Jadi gini, katanya pak ngadimin cabulin guru sama siswi di sekolah kita...", bayu memelankan suaranya agar papa dan mama tidak mendengar.

"Bukan itu cuma gosip doang yaa?", bantah yuda.

"Enggak sih yud, katanya bener kalo pak ngadimin pakai ilmu hipnotis gitu", balas bayu mendapatkan informasi dari salah seorang anggota grup.

"Eh hati-hati lo kalo ngomong...jadi fitnah kan kasihan pak ngadimin...udah susah gitu hidupnya...",

"Hmmm..terserah lo deh yud mau percaya apa enggak, gue kan cuma kasih tahu lo aja..", sinis bayu menanggapi yuda yang tidak mempercayai informasi yang bayu terima.
 
Episode 2 : Kasus Di Sekolah

Pak Ngadimin, laki-laki tua ini berusia 63 tahun. Dia adalah seorang penjaga sekolah senior dan dihormati di tempat yuda dan bayu menimba ilmu. Meskipun rambut terbilang menipis, sisanya berwarna keperakan, pak ngadimin masih tampak kuat dan bugar. Gerak tubuhnya agresif dan cekatan. Pagi hari dia rutin bertugas memgontrol kebersihan sekolah, baik itu di tiap kelas hingga halaman. Terkadang ia memotong rumput taman sekolah. Selain giat dan telaten, pak ngadimin merupakan orang yang ramah. Siswa atau guru jika bertemu dengannya pasti menyapa kalau bertemu. Sebaliknya, pak ngadimin tidak membeda-bedakan dengan siapa ia berbicara. Kalimat yang sering diutarakan pak ngadimin juga selalu mengandung pesan moral dan motivasi, sehingga Dia gampanf akrab kepada siapapun. Alhasil, pak ngadimin begitu populer di mata warga sekolah.

Sayangnya, akhir-akhir ini sedang berkembang isu tidak sedap mengenai pak ngadimin. Nama baik pak ngadimin selama ini tercoreng. Pak ngadimin dikabarkan berbuat cabul kepada beberapa orang siswi dan guru wanita yang mengajar. Namun, sangkaan tersebut belum bisa dibuktikan. Pak ngadimin juga sudah membantah keras kalau ia melakukan perbuatan hina itu. Korban-korbannya juga tidak jelas benar ada atau tidaknya, kecuali seorang ibu guru bernama Ibu Melinda yang mengaku telah dicabuli pak ngadimin.

Ibu Melinda adalah seorang janda berumur 37 tahun. Dia telah bercerai dari suaminya 10 tahun yang lalu. Di sekolah yuda dan bayu, ia seorang guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Ibu melinda merupakan seorang guru yang dimutasi dari sekolah lain. Dia sudah mengajar di sekolah yuda dan bayu kurang lebih 1 setengah tahun. Ketika mengajar, dia terkesan tegas. Tak kenal ampun pada siswanya yang suka berbuat onar. Berbeda dengan ibu melinda, siswa laki-laki terutama suka cari perhatian dengan ibu guru mereka.

Barangkali karena ibu melinda ini seorang janda dan enak dilihat ketika mengajar, para remaja laki-laki suka mengambil foto ibu gurunya yang bohay ini secara diam-diam. Atau sesekali pura-pura salaman. Sedangkan mereka sebetulnya tengah mencoba meraba mulusnya telapak tangan ibu melinda. Tak aneh, ibu melinda rajin merawat tubuhnya. Bukan ramping melainkan padat. Ibu melinda terkenal sebagai wanita 'semok' di kalangan laki-laki sekolah, baik itu siswa maupun guru. Bokongnya pun ketika berjalan sulit bagi laki-laki untuk berkilah tidak mau melihat. Para siswa nakal mungkin kerap jadikan ibu melinda bahan onani mereka.

Ketika jam istirahat, di bawah terik matahari yang lumayan panas, yuda dan bayu ngobrol dengan pak ngadimin di pelataran aula gedung serba guna sekolah mereka. Yuda'lah yang berinisatif mengajak bayu berbicara dengan kakek tua itu. Tujuannya tak lain mengklarifikasi isu tidak sedap tentang pak ngadimin. Sebab, yuda kenal siapa pak ngadimin yang telah bekerja lama untuk sekolahnya. Ia sangat tak mempercayai isu yang mengatakan pak ngadimin telah berbuat cabul kepada beberapa siswa dan guru perempuan.

"Buat apa saya ngelakuin hal itu? Kalau betul saya ngelakuin kenapa tidak dari dulu saja. Apalagi saya sudah tua begini. Saya gak mau nambah-nambah dosa...", jawab pak ngadimin tenang.

"Tuh bay, lo denger sendiri kan kata pak ngadimin....", yuda menekan. Ia berharap bayu tidak lagi mempercayai isu tersebut.

"Iya sih yud....tapi apa mau dikata gosipnya udah nyebar duluan ke seluruh anak-anak dan guru-guru..." balas bayu seraya memegangi smartphone-nya. "Terus sikap pak ngadimin bagaimana pak? Apa bakal diem terus begini?"

"Saya kan udah bantah di depan kepala sekolah, tetapi kebanyakan masih tidak percaya..." pak ngadimin terbatuk. "Saya sekarang cuma pasrah saja. Intinya satu, saya selalu yakin kebenaran itu tidak bisa ditutup-tutupi...", bijak pak ngadimin menyikapi permasahan yang dihadapi. "Buktinya saya masih aman-aman saja kan? Kalau memang tuduhan kepada saya itu benar, polisi sudah kemari untuk menahan saya..."

"Heemm bener juga yaa....ayo pak...diminum dulu kopinya....", bayu menghidangkan secangkir kopi hangat untuk pak ngadimin agar luwes dan santai pembicaraan mereka.

"Lagian itu isu dari mana bay?", tanya yuda penasaran.

"Gak tahu juga yud, tahu-tahu udah nyebar aja di grup WA sekolah...", timpal bayu.

Di sisi lain, di sekolah pak ngadimin bukan hanya dituduh sebagai tukang cabul, tetapi ia diduga juga sebagai tukang hipnotis. Beberapa guru dan siswa kehilangan barang di sekolah seperti telepon genggam, laptop, dan uang. Walaupun CCTV sudah dipasang tetap saja kehilangan barang terus terjadi sehingga kepala sekolah terpaksa bekerja sama dengan pihak kepolisian, serta mengeluarkan edaran agar siswa atau guru tidak membawa benda berharga ke sekolah.

Usaha tersebut pun setidaknya cukup ampuh menghentikan tidak kejahatan yang masih diselidiki oleh pihak kepolisian. Pak ngadimin yang sudah menjalani pemeriksaan juga sudah terbebas dari tuduhan kalau ia pelakunya. Akan tetapi, kebanyakan warga sekolah masih percaya kalau pak ngadimin ialah pelaku sebenarnya. Mereka berpikir tidak-tidak bahwasanya pak ngadimin telah mengelabui polisi. Pihak kepolisian dikatakan berada di bawah kuasa hipnotis pak ngadimin.

"Tega banget ya yang ngelakuin ini semua, kasian kan pak ngadimin....", yuda menunjukkan simpatinya kepada pak ngadimin.

"Kamu gak usah khawatirin masalah saya...saya aja biasa aja ngadepinnya hehe...kamu lebih baik pikirin sekolah kamu, itu jauh lebih penting. Kamu mau dimarahin bapakmu lagi?", terkekeh pak ngadimin, lepas sekali tawanya.

Tiba-tiba melintas siswi baru yang jadi primadona di sekolah yuda dan bayu. Dia adalah Larasati yang akrab disapa Laras oleh kawan-kawan sebayanya. Tak asal lewat, gadis itu menegur sapa pak ngadimin. Lelaki yang amat dituakan di sekolah.

"Pak ngadimin.......", sapa laras dengan senyum tipis. Sedikit memperlihatkan giginya yang rapi.

"Iya. Nak laras habis darimana?", jawab pak ngadimin yang memang dikenal seantero sekolah.

"Dari fotokopian depan pak....ayo pak ngadimin, laras duluan....", laras hanya memperlambat jalannya. Lalu, ia meninggalkan yuda dan bayu yang terpaku memerhatikan.

Yuda tak merasa aneh jika pak ngadimin mengenal laras, meskipun gadis perempuan itu merupakan tergolong anak baru. Bagaimanapun, pak ngadimin tak malu-malu. Ia berusaha mengakrabkan diri kepada siswa-siswi. Bahkan, beberapa orang tua siswa-siswi dikenal dan mengenal baik pak ngadimin, termasuk bapaknya yuda, suhardi. Di lain hal, melihat laras, yuda kembali terkenang rina. Dia merasa tidak bisa diam saja dengan kerinduan yang tak tertahankan ini. Yuda musti berusaha mencari rina. Akan tetapi, bekal dari mana ia dapat informasi tentang keberadaan rina.

"Krrrrrringggggggggg............krrrrringggggggggg!!!", bel berbunyi keras, sontak menghentikan aktivitas siswa-siswi yang bersantai-santai.

"Udah bel nih pak, kita masuk dulu yaa.....lain kali kita ngobrol lagi". Tutur yuda beranjak berdiri setelah duduk di sebuah kursi yang biasa digunakan hadirin undangan resepsi pernikahan.

"Iya....saya juga selalu siap untuk diajak ngobrol"

"Makasih banyak ya pak. Mohon maaf juga nih saya awalnya percaya isu jelek tentang bapakk...tapi pas denger langsung gini saya jadi gak percaya....", bayu mencium tangan pak ngadimin sebagai isyarat permintaan maaf.

"Iya, lagipula bukan salah kamu juga....", tersenyum pak ngadimin. "Yaudah buru-buru deh kalian...entar malah gurunya yang duluan masuk kelas....", desak pak ngadimin meminta yuda dan bayu segera meninggalkannya. Belum beberapa jauh yuda dan bayu meninggalkan pak ngadimin, kakek tua itu berteriak, "nak bayu, makasih kopinya inih...!"

"Iyaa pak!!!", sahut bayu.

###

"Kalo gue, punya keberanian lebih, itu guru gue perkosa....", ucap pelan seorang siswa tengil dan urakan bernama Deri. Wajahnya agak ndeso dengan seragam kumal seperti tidak diurus oleh kedua orang tuanya, sehingga sulit sampai hari ini untuknya memiliki pacar. "Ngaceng anjing...gue lihatin pantatnya bu melinda..".

"Lo mau dituduh cabul kayak pak ngadimin, Der?", kawan yang duduk di sebelahnya bernama Handoyo yang tak kalah badungnya. Remaja berambut keriting ini, seragamnya dibiarkan keluar. Ikat pinggang tak dipakai. Betapa anak ini bergajulan (berandal) dan tidak disiplin di sekolah.

"Aaalaaaahh, munafik lo.....kalau dikasih peluang sama bu melinda, lo juga bakal sikaaat...bodi entotable begitu, nyet...bener-bener gak nyesel gue diajarin sama dia", tak mau ketinggalan percakapan sunyi tersebut, Mian, lelaki kurus slengean ini adalah siswa paling disegani di kelas bayu. Atau, Anak ini boleh dikatakan pentolan/jagoan di sekolah. Derri dan handoyo merupakan teman duduk Mian di jajaran belakang. Termasuk, teman tongkrongannya juga kala cabut/bolos dari sekolah. Mereka berdua lebih mirip cecenguk Mian. Anak buah yang terbiasa disuruh-suruh. Fisik memang membuat Mian menakutkan buat deri dan handoyo. Tidak hanya paling tinggi. Mian yang dungu itu banyak bergaul dengan preman-preman karena rumahnya berada di kawasan kumuh yang tidak terawat.

"Mian, derri, handoyo! Kalian sedang ngomongin apa di belakang?! Heh?!", tegur keras ibu melinda di dekat papan tulis. Suara soprannya melengking. Suasana kelas mendadak hening. Walau mengenakan kemeja hitam lengan panjang, tak bisa ibu melinda menutupi kemolekan tubuh yang menantang. Tubuh gemuknya lebih asyik untuk fokus dipandang, ketimbang materi pelajaran yang membosankan. "Kalian itu udah jadi bahan omongan tahu di ruang guru! tapi masih aja! heemm....", geram ibu melinda terhadap sikap ketiga anak didiknya. "Kalian itu harus diapain sih supaya jadi bener?! Inget kalian itu udah kelas 3! Gak Kasian sama orang tua kalian!"

Mian nyengir. Ia tertawa meleceh, menyahut dalam hatinya,"supaya kita bener, ibu musti mau saya sodok pantatnya bu..hehe...".

"Mian! Apa yang lucu! Kenapa kamu senyum-senyum?! Kenapa?! Heh?! Kenapa?!". Mian terdiam. Ibu melinda memaki-maki anak itu. "Kamu ini emang siswa yang paling gak bisa dikasih tahu yaa....!". Ibu melinda yang berdiri tiba-tiba berjalan menuju mejanya. Bukan untuk duduk, ibu melinda memgambil perlengkapan mengajar yang ia bawa. Kemudian ia yang sudah terlampau kesal berjalan menuju pintu kelas, menengok sebentar ke arah siswa-siswi. "Pelajaran kita cukup sampai di sini...jangan lupa kalian kerjakan tugas yang tadi udah ibu kasih. Kamis besok ibu periksa". Lalu ibu melinda melotot. Ia menunjuk Mian. "Untuk kamu Mian! ibu bakal panggil bapakmu! Biar kamu sadar!".

Usai ibu melinda pergi, mian lekas berdiri. Ia mencela guru perempuan itu kepada kedua orang temannya yang tadi juga diomeli, Derri dan handoyo, yang cuma jadi pelampiasan Mian.
"Itu guru emang kontol! Pake bawa-bawa bapak gue lagik jadinya..! Taik! Mulutnya ngomel jadi pengen gue sodorin kontol anjing!"

Bayu yang berada di dalam kelas itu hanya mengamati dari kursi depan ulah anak-anak badung di jejeran kursi belakang yang memang terbiasa membuat masalah dengan guru. Sebentar melihat, kemudian ia mengobrol lagi dengan kompolotan diskusi di bagian kursi depan.

"Biar kapok itu si Mian, kalo gak digituin dia gak bakalan kapok...",

"Oh ya, emang bener ya kalau bu Melinda itu korban pencabulannya pak ngadimin...?"

"Denger-denger sih gitu..."

"Kasian ya bu melinda, kenapa dia gak lapor polisi aja ya....tapi malah didiemin aja pak ngadimin-nya...gue sih itu takutnya nanti ada korban lagi....."

"Susah, masalahnya gak ada bukti juga.... Kemarin aja pak ngadimin gak jadi ditangkap kan masalah kasus hipnotisnya..."

Bayu menyimak obrolan kawan-kawannya. Dia belum berani menyangkal bahwa pak ngadimin bukanlah pelaku pencabulan ataupun tukang hipnotis. Bayu ragu kawan-kawannya akan percaya yang dia katakan. Oleh karena itu, untuk untuk sementara waktu bayu memilih diam saja, tetapi ia sudah yakin kalau pak ngadimin tidak terlibat permasalahan kriminal di sekolah. Menurut bayu, masalah ini memang agak aneh. Untuk kasus pencabulan, katanya korbannya banyak. Kenyataannya cuma ibu melinda yang mengaku dicabuli. Bayu belum mendengar ada pengakuan dari guru wanita lain atau seorang siswi. Untuk kasus hipnotis, jelas ada korbannya. Akan tetapi, pelakunya masih belum diketahui. Namun, semenjak keamanan sekolah diperketat keadaan sekolah jadi lebih semakin aman. Kasus-kasus pencabulan dan hipnotis hilang tidak heboh lagi.

###

Satu per satu siswa keluar dari gerbang sekolah. Ada yang menggunakan kuda besi. Ada yang menggunakan sepeda gunung. Ada yang berjalan kaki. Adapula yang memilih bertahan selagi menunggu seseorang, baik itu teman atau orang yang terkasih. Yuda sendiri sedang menanti bayu yang belum juga kelihatan. Dia melihat jam di pos jaga satpam sekolah. Yuda sudah melewati 10 menit sejak ia keluar dari kelas. Kedua saudara tak sekandung itu terbiasa pulang sekolah bersama sembari berbagi cerita apa saja yang terjadi di kelas masing-masing. Di dekat yuda berdiri, ada salah seorang office boy bernama Sardi. Umurnya 30 tahun. Lelaki berseragam hijau dengam kerah berwarna merah itu merupakan orang yang paling bertanggung jawab pada kebersihan sekolah setelah pak ngadimin. Dia yang mengomandoi dua orang office boy lainnya, baik menyapu dan mengepel.

Mas Sardi, dia lumayan senior di sekolah ini. 10 tahun sudah ia bekerja. Dia dibawa salah seorang kepala sekolah dulu yang kini sudah pensiun. Berbeda dengan pak ngadimin. Mas Sardi terbilang tegas untuk urusan kebersihan. Kalau tidak begitu, sekolah yuda dan bayu tidak akan mengemban juara 1 lomba kebersihan tingkat kotamadya.
Selain itu, Mas sardi tidak terlalu dekat dengan siswa-siswi. Barangkali memang dia yang memilih untuk tidak dekat. Lelaki itu hanya dekat dengan beberapa orang guru dan pegawai sekolah lainnya, termasuk pak ngadimin. Sekarang di dekat yuda, mas sardi bersiap membersihkan halaman dan lapangan sekolah. Sembunyi-sembunyi ia mengajak yuda ngobrol.

"Mas, nungguin siapa?", tanya mas sardi memegang bambu sebuah sapu lidi. Office boy sekolah itu menyapu sambil berkata kepada yuda.

"Oh ini mas sardi, nungguin bayu....", jawab yuda menatap sebentar mas sardi, kemudian pandangannya mencari-cari bayu lagi.

"Ohhmm.....mas, mas deket banget sama pak ngadimin. Hati-hati mas...", dia clingak-clinguk mendekati yuda. Kemudian menengok keadaaan sekitar. "Pak ngadimin itu bukan orang sembarangan..."

"Maksud mas sardi?", yuda teralih fokus.

"Lain kali nanti saya ceritain ke mas.....", mas sardi kembali menyapu. Sementara yuda dibuat melamun tak mengerti apa maksud perkataan mas sardi.

"Bayu kemana yaah.....", bayu belum juga tampak sosoknya. Yuda berpikir saudaranya itu sedang tertahan mengobrol dengan salah seorang teman.

Kemudian datang satpam sekolah, pak hamid. Umurnya 40 tahun. Ia berdiri di dekat yuda untuk mengatur lalu lalang gerombolan siswa yang pulang. Kali ini Pak hamid berjaga siang. Akan tetapi ia lebih sering berjaga malam. Laki-laki bertubuh tegap dan berambut cepak itu juga merupakan warga senior di sekolah ini. Dia dulu merupakan seorang jawara kampung yang memilih bekerja menjadi satpam sekolah. Pahit manis sudah ia rasakan selama bekerja. Entah itu maling dan pelaku kriminal lainnya sudah pernah ia hadapi. Namun, untuk kasus hipnotis dan pencabulan dia seperti kecolongan. Pak hamid lumayan dekat dengan pak ngadimin. Dia sedikit bingung ketika berkembang isu pak ngadimin diduga sebagai pelaku aksi kriminalitas di sekolah.

"Nak yuda, pulang nih......", sapa pak hamid sambil mengatur lalu lintas motor dan kendaraan yang keluar masuk.

"Iya pak....", pandangan yuda masih mencari-cari bayu.

"Nak yuda, pak hamid mau kasih tahu nih.....nak yuda gak usah terlampau deket sama pak ngadimin...."

"Kenapa pak emangnya?", kembali yuda dibuat heran.

"Ya nak yuda tahu sendiri, pak ngadimin sekarang kan lagi dituduh macem-macem...pak hamid cuma khawatir nak yuda nanti jadi sasaran hipnotis juga kalau takutnya bener yang dilakuin pak ngadimin", pak hamid sebagai kepala keamanan berharap yuda waspada.

"Eh? I-iya pak....hmmm", yuda menggeleng-geleng kepala. Dia penasaran mengapa orang-orang di sekolah masih saja percaya kalau pak ngadimin adalah biang dari segala kejahatan di sekolahnya. Yuda tergesa-gesa balik lagi ke dalam. Boleh jadi ia kesal dengan bayu. Namun, ia malah masuk semakin dalam area perkarangan sekolah. Bayu yang sedang berjalan dengan kawan-kawannya melihat yuda. Dia ingin menghentikan dan bertanya ada apa, yuda terburu-buru sekali. Adakah hal genting? Pikir bayu. Sebaliknya yuda, di menuju belakang sekolah, tepat dipojok ada sebuah bangunan sederhana tempat dimana pak ngadimin tinggal sementara. Yuda hendak menemui pak ngadimin. Dia berjalan semakin dekat, tetapi ia terhenti di depan pintu. Yuda melirik ke arah jendela. Ia lihat pak ngadimin duduk bersila seperti seseorang bersemedi. Matanya terpejam. Mulutnya komat kamit bagai mengucap azimat mantra.

Menatap apa yang dilakukan pak ngadimin, yuda termenung. Dia mulai menangkap apa maksud pak hamid dan mas sardi. Lama-kelamaan, yuda jadi berpikir ulang. Jangan-jangan benar pak ngadimin pelaku utama kejahatan pencabulan dan hipnotis. Kalau pak ngadimin jatuhnya seperti ini. Yuda jadi teringat pak ujang. Kakek tua sakti yang jahat itu. Yang nyaris membunuh bapaknya. Dugaan yuda. Mungkin pak ngadimin bisa lepas dari jeratan polisi karena dia dengan kesaktiannya berhasil mengelabui para polisi itu.

"Bener kayaknya pak ngadimin bukan orang baik lagi.....", gumam yuda. Dia langsung pergi. Tak jadi menemui pak ngadimin.
 
Prolog

Bayu dan Yuda akhirnya bersaudara. Tak mengenal siapa kakak dan siapa adik. Suhardi dan Nia resmi menikah. Keluarga mereka hidup bahagia dan sentosa. Tak ada kekurangan satu apapun, kecuali dosa suhardi yang masih tertutup rapi. Yang namanya hidup pasti tidak ada yang berjalan lurus-lurus saja. Begitu juga manusia jarang ada yang teguh dengan janjinya, kerap menyimpang dari jalan kebenaran.

Yuda dan Bayu sudah kelas 3. Mereka bersiap menempuh ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi negeri. Akan tetapi, masalah baik di dalam dan di luar sekolah seperti biasa harus mereka hadapi dengan tegar. Makin di atas, makin kencang angin yang menerpa. Begitu kiranya menggambarkan garis hidup yuda dan bayu. Masalah tumpang tindih. Sebagai saudara mereka harus bekerja sama. Di sisi lain mereka mungkin berbeda pendapat dan tidak dipungkiri pertengkaran pasti terjadi. Sampai pada akhirnya mereka menemukan sebuah titik terang. Jalan keluar.

Suka dan Duka. Itu pasti bakal dilewati oleh yuda dan bayu. Mereka jatuh cinta di usia remaja. Mereka juga harus siap kehilangan seseorang. Mereka tidak hanya belajar dari pengalaman sendiri, tetapi juga dari pengalaman hidup orang lain. Begitulah pesan Suhardi pada kedua anaknya.
Suhardi yang galak dan getol mendidik anak merasa usianya tidak bakal lama lagi. Namun, dosa yang ia perbuat masih belum juga mau diakui kepada Nia. Malahan, ia tambah dan tambah lagi. Sampai-sampai maut menjemput ajal Suhardi. Suhardi mati konyol. Astaga Bapak!


Episode 1 : Keluarga Baru

"Eeeumpphhh...ummphh...ahhh...", suatu malam Nia tengah berbugil ria. Dengan payudara bergantung bebas, ia mengulum penis suhardi, suaminya, di kamar mereka berdua sebagai pasangan suami-istri. Batang kokoh berwarna cokelat tua milik suhardi itu dikatup rapat-rapat oleh bibir merah merona nia. Bibir itu menjepit kencang seolah tak mau sampai penis suhardi terlepas. Kalaupun lepas, ia lahap lagi.

"Eeumpphhhhhhh......!" Seiring menelan ujung gundul penis suhardi hingga mentok sampai ujung amandelnya, urat-urat sekitar leher kemaluan suhardi terbangun, terolesi air ludah nia yang naik dari kerongkongan hingga membanjiri mulut.
"Oummpphhh hyaaahh....", mulut nia seketika berhenti mengulum. Ia tatap penis suaminya basah. Air liur dirinya melumer, mengena kantung kemih suhardi. Tak ayal, semakin mengkilat penis sang suami. Penis itu menjulang kian keras. Nia cengkeram, sesekali mengurut-ngurut naik-turun berulang kali. Kalau sudah bosan, ia lahap lagi kelamin jantan sang suami tanpa rasa jijik sama sekali dengan bulu yang tumbuh lebat di sekitar penis. "Mas, udah keras kontol kamuh....mau diapain lagi?"

"Orgh..benar-benar tidak salah aku mengawinimu...terussh...terussh...eennak...sepongan mulutmu, sayang...", suhardi berbaring di atas ranjang empuk, tempat biasa ia tidur bersama nia, istrinya. Dia sedang meraja dan dimanja oleh sang istri tercinta. Mulutnya melenguh keenakan tiada henti. Pinggangnya sedikit terangkat-angkat. Ia mendorong-dorong si burung yang sedang dilahap nia. Meski sudah begitu, Suhardi tak luput untuk mengurai-ngurai rambut panjang nia sebagai bentuk kasih sayang, sekaligus Suhardi ingin melihat jelas bagaimana raut wajah sang istri saat memperlakukan kelamin jantannya.

"Ahh...kamu mah keenakan. Gantian aku dong sayang. Aku kan belum...", rayu nia, selangkangan dia belum dibikin basah suhardi. Nia sudah hafal kalau Sang suami tak akan bisa orgasme di mulutnya jika benar-benar tak menginginkan. Suhardi itu selalu ingin membanjiri vagina nia dengan sperma. Untungnya, Nia tak peduli soal ini. Yang ia butuhkan, Suhardi selalu berhasil membuatnya mencapai titik kepuasan tertinggi. Terserah tubuh nia mau diapakan oleh sang suami.

"Yaudah gantian, kamu ini ya...selalu aja bikin tidur mas nyenyak tiap malem...", suhardi terbangun. Ia duduk bersama nia. Kemudian, tiba-tiba bibir pria berkumis lebat itu menyosor bibir nia. "Cyophhhh...." Bibir tebal suhardi beradu dengan bibir sensual milik sang istri. "Uncchhh...." Nia pun menyambut mesra. Suhardi coba melumat seluruh permukaan bibir istrinya. Ia basahi bibir nia dengan air liurnya. Suhardi juga turut menjulurkan lidah karena lidah Nia begitu nakal menyampari mulut suhardi lebih dulu.

"Ohhh....sayangg....", nia tak berdaya dalam pelukan sang suami tercinta. Perlakuan suhardi amat luar biasa padanya. Bibir suhardi turun, mencumbu ganas leher nia hingga daerah sensitif sekitar telinga. Nia mau membalas, tetapi tak kuasa karena suhardi menyerang terus. "Aaahhh.....", tangan suhardi mulai meremas-remas payudara nia yang berukuran 34 D. Nia jelas semakin terangsang. Belum lagi, sang suami kini memelintir puting susunya. Bahkan sempat mencubit gemas. "Ihh kamu mass, sakittt, jangan digituin...."

"Payudara ini, selalu jadi makanan aku tiap malem sayang...", bisik suhardi di telinga nia. Kedua payudara sang istri terus ia gerayangi. Sebetulnya tanda ia sudah tak sabar untuk segera penetrasi.

"Ohh, iya mas...kamu kan suka banget isep air susu aku....", balas nia dalam keadaan birahi dan tubuh semakin hangat. "Mass, mainin dong memek nia....", rengek nia di telinga sang suami. Daritadi ia menunggu tangan suhardi meraba vaginanya.

"Bulu kamu lebat sayang....ohh...baru sedikit ya basahnya...", sambil tetap memeluk nia, lekas suhardi menuruti permintaan sang istri. Jari jemarinya bergerilya menembus rambut kemaluan nia.

"Aaah...kamu juga kan mas....", nia tampak merasakan jari sang suami menggelitik-gelitik daerah selangkangannya. Ia tak mau hanya mendesah. Nia mencumbu leher suhardi. Namun, cumbuan yang ia lakukan mengalahkan rabaan tangan sang suami. "Ahh mas, iya itu....ayo dong dibikin becek....nanti kan kontol kamu mau masuk ke sanah....". Nia kegelian karena Suhardi hanya mengusap-ngusap liang vaginanya. "Masss....ayo masukin jari kamuh...kayak seperti biasaaa, mas...."

"Ohh...iya sayang.....kayak giniihh yaaa....umpphhhhhhh....". Suhardi memasukkan dua jari ke dalam vagina nia tanpa kompromi. Menancap, lalu ia colok-colok kasar kelamin sang istri.
"Aaahhh......iyaa kayak begitu...sayang....ahhhh", desah nia. Tubuhnya melonjak-lonjak. Kepalanya mendongak. Seraya berpegangan pada bahu suhardi, Ia biarkan tangan sang suami mengacak-ngacak liang kemaluannya. "Aduuh masss, adduhh...." Perlahan-lahan, cairan kemaluan nia mengalir melalui sela-sela liang cintanya. Akan tetapi, tangan suhardi belum juga berhenti. Kedua jari dengan gerutan kulit kasar itu, semakin cepat menusuk-nusuk vagina sang istri. Nia pun semakin blingsatan. Pinggangnya menekak-nekuk mengikuti irama jari sang suami yang keluar masuk. Peluh pun sedikit tumpah. Ia perhatikan wajah suhardi semakin bernafsu dan bersemangat membantu nia meraih kepuasan.

"Sssssssrrrrreeeeerrrrrrr........."
"Hiyaaaaahh! Nia keluar banyak! Ahhhh!", desah panjang nia melepas orgasmenya. Cairan kewanitaan itu meledak seketika dan membanjiri jari lentik suhardi yang masih menempel. "Hah hah hah...haduh...haduh...." Sambil mengatur nafas, Nia mendekap tubuh sang suami. Ia istirahat sebentar sebelum penis suhardi kan memasukinya.

"Huh....kamu hebat sayangku....", suhardi memeluk nia. Tak ragu ia perlihatkan keberhasilannya pada sang istri "uh banyak yah keluarnya kamu...emmhhh slurpphh maniss". Suhardi tak malu menjilati jari-jarinya yang basah akibat percikan cairan cinta nia. Lalu, ia membelai-belai kepala istrinya itu dan mengelus-elus punggung putihnya. Sementara di bawah sana penis kokoh suhardi sudah mengacung ke arah vagina nia. Kemaluan jantan itu amat ingin segera menerkam betinanya. "Kalau sudah bertempur denganmu, pasti mas kewalahan sayang..", puji suhardi pada istrinya.

"Kamu mas yang hebat...kamu paling bisa buat vagina aku banjir.....", nia membalas pujian sang suami. Lalu, keduanya berciuman kembali. "Cyuupphhh....". Tak sekadar berpagut bibir, Lagi-lagi tangan suhardi meremas buah dada sang istri. Nia pun sudah tahu kewajibannya malam ini. Ya, selain bercinta, Ia harus menyusui sang suami yang kerap kelaparan di malam hari.

"mau masuk nih....", suhardi pamer batang kejantanan dengan buah pelir menggelantung. Setelah berciuman dengan nia, ia lantas meminta sang istri melirik ke arah penisnya yang ingin dilayani lebih. Suhardi mau memacu birahi bersama sang istri.
"Udah gak sabar yaah mas,...sini punya kamuuhh...", jawab nia dengan senyum memikat. Saling bertatap muka, ia menangkap maksud tersirat itu.

###

Yuda dan bayu belum tidur. Yuda tengah berkumpul di kamar bayu. Bukan tak mengantuk. Mereka berdua sedang menyaksikan tontonan gratis. Tidak harus mendownload atau tersambung koneksi internet. Cukup sambungan kabel yang mereka atur rapi. Nyamuk-nyamuk yang berterbangan mengganggu aktivitas seru di dalam kamar. Mereka tepuk saja walau menyebalkan. Di depan sebuah laptop yang menyala, yuda dan bayu jarang berkedip. Mata mereka tak mau terlewat satu adegan pun. Air minum dan makanan ringan mereka sediakan sebagaimana menonton sebuah film. Hasrat buang air kecil juga tidak terasa. Barangkali, karena penis mereka berdua sedang berdiri.

"Anjaay, bokap lo kuat banget yud....nyokap gue dibikin sampe teriak-teriak begitu", ucap bayu yang duduk bersebelahan dengan yuda.

"Bukan bokap gue aja sekarang, bokap lo juga bay....", gerutu yuda.

"Hehe iya-iya, sori...."

Dua orang bersaudara itu sedang melakukan hal yang tak lazim, tetapi sungguh mengasyikkan. Yang biasa mereka lakukan kalau sudah bosan saat malam. Apalagi kalau bukan menonton persetubuhan kedua orang tua yang sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Menurut keduanya Itu semua lebih dari menonton video paling hot manapun. Jika video porno hanya sebuah rekaman, yuda dan bayu menyaksikannya secara live serupa pertandingan tinju. Akan tetapi, ini bukan perkelahian di atas ring. Ini 'perkelahian' di atas tempat tidur.

"Eh itu lihat-lihat! Orrgghh, nyokap keluar lagi yud...bokap emang perkasa banget...", bayu geleng-geleng. Ia terkesima karena papanya berhasil membuat sang mama orgasme dahsyat. Mama bayu luluh lantak. Terjerembap pasrah di atas tempat tidur. "Nahh ini yang paling bikin ngaceng maksimal, orghhhh mereka berdua sekarang ciuman yud. Toket nyokap diremes-remes tangan bokap".

Yuda fokus mengamati. Ia menikmati apa yang dia tonton. Di sisi lain, masih menyangkut pikiran soal dosa bapaknya. Yuda tidak habis pikir apa yang terjadi jika bayu dan ibunya sampai tahu kalau bapaknyalah penyebab kematian imam rumah tangga mereka dulu. Pikiran itu kerap terbangun dan merisaukan batin yuda. Itu berarti rumah tangga yang baru berusia jagung ini tidak akan bertahan lama.

"Lo kenapa sik? Kok diem aja? Itu lihat bokap anjir....nyokap digempur terus, yud...", tanya bayu memerhatikan raut melamun yuda.

"Enggak, gapapa kok. Iya itu bokap lama amat klimaksnya. Gue jadi kasihan nyama nyokap".

"Yud, bentar lagi kan nyokap ulang tahun, kita obrolin sama bokap buat kasih kejutan bagaimana?", usul menyimpang melintas di benak bayu

"Kejutan bagaimana maksud lo?", tanya yuda tampak paham.

"Kita gangbang nyokap yud? Mau gak lo?", sumringah wajah bayu memberitahukan usul konyolnya.

"Waduh, yang bener lo, yakin bokap sama nyokap mau? Jangan cari gara gara deh bay", yuda tak yakin sama sekali. Yang ada di otaknya justru mereka berdua bakal dimaki-maki.

"Yuddddd! Orghhhh gue mau coli bener sekarang. Udah Gak tahan lagi gue. Nyokap digenjot cepet banget sama bokap......".

###

"Mass, jangan lama-lama..ayo masukkin cepet...udah malem ini", nia mengibas-ngibas rambutnya. Ia sedang berdiri menungging, berpegangan pada sebuah lemari yang terdapat cermin. "Kenapa harus di depan kaca sih?" tanya nia tak biasa. Nia pandangi tubuh berisi yang kini sudah menjadi milik sah suhardi. Tak cuma bayangan dia di cermin. Ia lihat suaminya di belakang. Suhardi sedang mempersiapkan rudal yang akan segera dilesakkan ke dalam liang peranakan nia. Sang istri menggigit bibir. Nia tahu rasanya dimasukki penis suhardi. Ini bukan pertama kali ia ditiduri. Ketika batang kemaluan itu sudah masuk dalam selangkangan, klentit nia terasa diobok-obok. Parahnya suhardi suka mengaduk cepat, sehingga nia menjerit-jerit.

"Siap-siap sayang....ughh.....", suhardi mengangkat pinggul nia. Ia arahkan ujung kepala penis ke dalam bibir vagina istrinya. Bokong Nia pun sedikit bergoyang. Pelan-pelan penis suhardi merangsek masuk. "Aahhhh, massss....kontol kamu kerass banget", desah nia di depan cermin. Ia tatap mata suhardi yang sedang memelototi pertemuan kelamin mereka berdua. Akan tetapi, tak bisa lama-lama. Selangkangan nia sudah disesaki penis sang suami. Nia meracau sakit yang nikmat. "Mas, pelen-pelen yaah...memek aku belum terbiasa juga sama kontol kamu..."

"Iya istriku yang cantik. Gak apa-apa. mas justru suka banget kalau memek kamu sempit seperti ini terus..." balas suhardi. Keringat menetes turun di ubun-ubunnya. "Sayang, mas masukkin semua yaa...ughhhh", tanpa menunggu respon sang istri, dihentaklah bokong nia. Suhardi menarik pinggang sang istri agar batang penisnya terpendam semua.

"Aaaaaaihhhh saaakiitttt!", nia pun sontak meronta. Tubuhnya hampir rubuh karena kedua tangannya masih berpegangan kuat pada lemari kaca. "Sayaaang...penuh memek istrimu....."

Tak dihiraukan, malah membuatnya tambah bernafsu, Suhardi mulai berkonsenterasi penuh. Ia mulai memaju-mundurkan kemaluannya. "Enakkk sekali memek istriku ini urghh...", awalnya pelan seakan mengabulkan permintaan nia. Kemudian bertahap ia mulai agak kasar menembusi liang peranakan istrinya. "Ugh..ugh..ugh..beruntung sekali kontol aku ini memiliki memekmu sayang..."

"Aaduhh pelen-pelen mas....sakit memek nia", kepala nia menggeleng-geleng kesakitan. Di sisi lain Paha suhardi terus menubruk-nubruk bongkahan pantat nia. Pinggang nia pub di bawah kendali sang suami.

"Musti dibiasain begini, biar memek kamu terbiasa...", suhardi terus memompa vagina sang istri. Nia mengaduh-ngaduh tidak dipedulikan. Suhardi malah pandangi kaca. Ia lihat Tubuh sintal nia sedang disetubuhi tubuh kekar dirinya. Nia terus mendesah. Suhardi semakin cepat menyodok kemaluan istrinya. Sebuah pemandangan erotis yang membuat suhardi semakin buas. Dia peluklah tubuh nia. Kepala suhardi kini berada di atas bahu istrinya. Sementara Penis suhardi terus bekerja, membuat vagina nia kembali berair. "Ohhh makin enak sayangku...", bisik suhardi di telinga nia.

Nia tetap menopang tubuh dia dan suaminya karena kemaluan keduanya sedang berkait satu. Sakit tidak lagi nia rasakan. Ia jadi semakin paham kemauan suhardi ketika berhubungan badan.
"Ahhh...Iya enaak.....puasin istrimu ini sayang...", nia lalu melepaskan pegangan pada lemari. Ia berharap suhardi lantas memegangi tubuhnya.

"Iyaaa, pelayanan kamu luar biasa sayang. Pasti kamu aku buat puas", suhardi merasakan kedutan kecil di vagina nia. Berdampak desahan sang istri yang semakin menjadi-jadi. Suhardi segera menyodok lebih cepat. Ia peluk begitu erat pinggang nia. Tubuh keduanya menyatu dan bermandikan keringat. Di samping menciumi punggung harum istrinya, sodokan Penis suhardi semakin beringas, menghentak-hentak bokong nia hingga wanita itu kian terdorong ke depan. "Orgghhh Sayang, aku mau keluar! Arghh Pejuhku mau nyembur memek kamu!"

"Aahhhh! Nia jugaa masss! Ayo bareng! Bareng istrimu mas keluarnya!", nia menjerit. Dia meminta suhardi segera menyemburkan sperma. Orgasme wanita itu sudah tidak bisa terbendung.

"Arghhhhhhh! Ini istrikuu sayaanggg ughh ugh..."
"Crrrrrottttt crooottttttt crotttttttt....", memacu kencang, diakhiri ia tekan batang penisnya ke dalam rahim nia, sedalam mungkin hingga nia terdorong ke depan.

"Aaaaaaahhhhhhhh masss suhardi, nia sayang banget sama kamu...."
"Crrrrrussshhhhh...creeeettt....crerrtt", bokong nia bergoyang, tusukan demi tusukan penis suhardi membabi buta, membuat tubuh nia gemataran. Alhasil, cairan pelumas istri suhardi itu memancar deras.

Goyahlah tubuh nia dan suhardi yang berpelukan bersama. Walau sama-sama melemah, suhardi berusaha sekuat tenaga memegangi tubuh istrinya agar tidak terjatuh. Ia tetap peluk sekaligus membiarkan sperma suhardi memenuhi rahim nia. Penis suhardi masih terbenam di dalam kelamin istrinya. Karena tidak bisa menahan lama-lama, suhardi giring tubuh dia dengan nia ke tempat tidur. Ambruklah tubuh pasangan suami istri yang bermandikan peluh tersebut.

"Mas, kamu hebat banget....huh...huh...", nia yang lemas sempat melirik mata suhardi.

###

Pagi hari di bawah cuaca mendung, suhardi yang dahulu hanya mengendarai sepeda motor bebek rongsok melalui sebuah jalanan yang becek, boleh berbangga hati karena ia sekarang sedang menyetir sebuah mobil SUV mewah berwarna hitam. Suhardi sudah seperti pengusaha tajir dengan uang melimpah. Padahal, mobil dengan lampu kilau mencolok itu bagian dari kepunyaan nia. Karena sudah menikah, telah menjadi harta bersama mereka berdua.

Rutinitas setelah sarapan, suhardi mengantar kedua anak laki-lakinya berangkat ke sekolah. Nia yang turut serta mendampingi sekaligus membawa mobil pulang ke rumah. Si bungsu haris, ditunggui sementara oleh salah seorang perawat baru bernama Maryam yang umurnya sekitar 59 tahun. Nia sebetulnya ingin membelikan mobil baru untuk sang suami saking cintanya. Namun, suhardi menolak. Tidak pantas baginya seorang karyawan biasa membawa mobil ke kantor. Apa kata teman-temannya nanti. Dibelikan motor baru ia juga menolak. Suhardi sadar diri akan posisinya. Ia berkata ingin membeli motor dengan uang jerih payahnya sendiri. Sebaliknya Nia tak mempermasalahkan soal itu. Jadi, setelah jam kantor selesai, suhardi menggunakan jasa ojek untuk pulang ke rumah.

"Kalian udah kelas 3, inget ya belajarnya tambah rajin. Jangan karena orang tua udah kaya jadi males-malesan", sambil memegang kendali stir, suhardi memberi petuah sebagaimana tugas seorang ayah pada anak-anaknya.

"Tuh bayu sama yuda dengerin apa kata papa....", nia tersenyum bahagia seraya menengok kedua putranya. Tak bisa disangkal, Ia merasa sangat bersyukur memiliki suami seperti suhardi. Bukan hanya jago di tempat tidur, sang suami punya perilaku baik, berwibawa, dan bertanggung jawab.

"Iyaa ma...", jawab bayu paling keras, sedangkan Yuda memelankan suaranya. Yuda menganggap nasehat bapaknya merupakan sebuah kemunafikan. Tak ada guna bagi yuda bapaknya berpura-pura karena satu dosa mengganjal b erat.

"Minggu besok kita liburan ke luar kota yuk?", usul nia pada suhardi.

"Boleh. Minggu besok ulang tahun mama juga 'kan? Sekalian aja kita rayain sama jalan-jalannya". Suhardi menyetujui usul nia.

"Papa inget aja ulang tahun mama.....papa mau kasih kado apa emangnya?", tanya nia berharap

"Rahasia dong maa....", timpal suhardi

Nia tiba-tiba teringat sesuatu. "Ooh ya pa, mama besok musti anter temen mama ke Bandung. Kayaknya mama nginep semalam ya."

"Ada urusan apa ma sampai gak pulang?", tanya suhardi tanpa menaruh curiga.

"Ini temen mama pa, minta ditemenin jengukkin sodaranya."

"Ooohmm...."

Yuda di dalam mobil sejenak terpikirkan soal rina. Dia amat merindukan teman perempuan berambut panjang itu. Dimanakah rina sekarang? Pikir yuda. Apakah rina baik-baik saja di sana? Yuda tak mempunyai info secuil apapun terkait keberadaan rina. Konon, rina sudah pindah sekolah kata tante lisa yang merupakan guru BP di sekolah yuda. Mau tak mau, Rina tak lagi jadi primadona, melainkan Larasati anak baru di kelas 12 IPA yang menggantikan. Berbeda dengan rina, Larasati cantik, cerdas, dan berwawasan. Rina cuma unggul dari segi keseksian. Yuda tak berminat menyukai Larasati. Lagipula kata beberapa orang teman, Larasati yang belum pacar itu menyukai seseorang yang berada di sekolah lain. Meskipun demikian, para single di sekolah yuda tak patah arang. Mereka berjuang mati-matian walaupun pada akhirnya tetap diabaikan oleh Larasati.

Bayu yang sedang memegang smartphone asyik bercakap-cakap di sebuah grup Whatsapp sekolahnya. Grup tersebut berisikan siswa-siswi kelas 10 hingga 12 SMA yang gemar membahas isu ataupun rumor yang beredar di lingkungan sekolah. Topik apa saja yang menarik pasti dibicarakan entah itu mengenai guru, siswa hingga kegiatan di sekolah. Yang sedang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini ialah penjaga sekolah mereka, Pak Ngadimin. Gosipnya, pak Ngadimin sudah mencabuli beberapa orang guru wanita dan siswi di sekolah. Akan tetapi, tidak ada yang bisa membuktikan perbuatan pak ngadimin.

"Yud, lo udah tahu soal pak ngadimin gak?", bayu menengok ke arah yuda.

"Enggak, emang kenapa?"

"Makanya kemarin lo mau dibeliin smartphone gaya-gayaan nolak......ketinggalan informasi kan lo", sindir bayu. "Jadi gini, katanya pak ngadimin cabulin guru sama siswi di sekolah kita...", bayu memelankan suaranya agar papa dan mama tidak mendengar.

"Bukan itu cuma gosip doang yaa?", bantah yuda.

"Enggak sih yud, katanya bener kalo pak ngadimin pakai ilmu hipnotis gitu", balas bayu mendapatkan informasi dari salah seorang anggota grup.

"Eh hati-hati lo kalo ngomong...jadi fitnah kan kasihan pak ngadimin...udah susah gitu hidupnya...",

"Hmmm..terserah lo deh yud mau percaya apa enggak, gue kan cuma kasih tahu lo aja..", sinis bayu menanggapi yuda yang tidak mempercayai informasi yang bayu terima.
Bukan nya astaga bapak udah episode 3 ya hu ?
 
Episode 3 : Kasus di Sekolah 2

Menjelang malam, mentari berpamitan. Angin sore menyisir lelah mereka yang berjibaku mencari nafkah. Suhardi bukan beruntung lagi dirinya. Cape hilang di rumah. Disambut manis wajah Nia yang membuatnya selalu ingin cepat pulang. Ketika sampai, istrinya sedang memasak untuk makan malam. Kemeja belum dilepas, badan berbau apek, ia secepat kilat memeluk mesra nia. Dirangkulnya pinggang sang istri penuh kelembutan dan kerinduan.

"Kamu mandi dulu mas, sana......bau badan kamu......", Nia sedikit memberontak. Sebab, ia sedang mencengkeram sebuah sodet, mengarau ayam yang masih kekuning-kuningan di atas minyak panas. "Kena minyak nanti kamu mas", tegur nia.

Suhardi abai. Ia malah mencumbu tengkuk nia yang ditetumbuhi rambut. Hidungnya menjelajah, mengendus-ngendus panjangnya rambut nan aromatik istrinya.
"Uhmm...Istriku yang cantik ini lagi masak apa?"

"Maaaassss....udahhhh, geliii........", nia mendorong tubuh suhardi untuk sedikit menjauh, berusaha melepaskan rangkulan suaminya.
Akan tetapi, suhardi tidak semudah itu membiarkan nia melakukan perlawanan. Ia semakin memepetkan tubuhnya dengan nia. Memeluk istrinya lebih rapat lagi. Di sisi lain, batang kelamin pun mau ikut campur. Tuannya tidak dibiarkan berjuang sendirian.

"Aaaiiih!...mass aku lagi masaaakkkk!....jangan sekarang!", nia tak kuasa melawan kuatnya tenaga suhardi. Semakin ia memberontak, sang suami kian berangsang dirasuki birahi. Ditambah lakinya itu bukan sekedar memeluk lagi. Burung pemuas nafsu nia tiap malam gusar, menyundut-nyundut di bawah sana, seakan mau keluar dari resleting celana suhardi. Pikir nia, bisa-bisa dirobek celana training panjang yang ia sudah beli mahal.

Di dapur, suami-istri pamer keintiman, di dekat wajan panas yang kapanpun siap mengakhiri kegairahan suhardi dan nia. Sementara Anak-anak mereka tidak mengetahui hal itu. Yuda dan bayu justru sedang berdebat sengit di dalam kamar bayu. Bayu duduk mengerjakan tugas. Yuda mengajak saudaranya tersebut untuk berdiskusi sebentar. Persoalan diskusi yang dibahas tidak jauh-jauh dari apa yang alami di sekolah siang tadi. Yuda berdiri mendebat saudaranya. Bayu berhenti mengerjakan tugas karena bingung dengan sikap yuda yang tidak konsisten.

"Lo gimana sih, sekarang jadi ketuker begini pendapat kita.....gue sih udah yakin banget sekarang kalo Pak ngadimin itu gak salah apa-apa. Eh, tiba-tiba malah sekarang elo yang berubah pendirian, yud...", bayu menampik alasan yuda yang kini mencurigai gelagat pak ngadimin. "Sekarang lo pikir nih ya yud, kalau bener ada siswi atau guru yang dicabulin, kenapa cuma ibu melinda yang ngaku?! Yang lainnya kemana?!"

"Gue tahu soal itu, tapi apa lo bisa nyangkal soal yang gue lihat habis pulang sekolah? Lo bisa nyangkal soal korban hipnotis yang banyak itu? Lo gak usah belagak kayak detektif lah bay...", bantah yuda.

"Heemm....kita ketemu lagi aja sama pak ngadimin besok, gimana? Tapi setelah pulang sekolah biar puas ngobrolnya...", usul bayu bermaksud mengakhiri simpang siur yang terjadi.

"Oke, gue setuju...", yuda menggaruk-garuk siku.

"Sebentar yud, kok gue penasaran ya kenapa Mas Sardi ama Pak Hamid minta lo jangan terlalu deket sama pak ngadimin ya?"

"Tuh kan, udah gue bilang tadi....gue jadi ragu sama pak ngadimin gara-gara itu..."

"Kita musti bilangin soal ini ke pak ngadimin besok yud...supaya kita gak salah paham sama beliau...", bayu melirik ke arah smartphone-nya.

"Yaudah, gue juga pengen lihat reaksinya pak ngadimin bagaimana".

Topik pembicaraan beralih. Setelah tensi sempat sedikit menegang, bayu mendinginkan suasana dengan obrolan selingan. Dia membicarakan tentang gadis bernama Larasati. Yang sedang jadi pujaan remaja pria di sekolah mereka. Sayangnya, bayu bukan bagian dari remaja laki-laki itu. Ia tidak memendam hasrat suka sama sekali dengan sosok Larasati atau akrab disapa Laras. Malahan, bayu menyukai salah seorang teman wanita yuda yang juga kawan dekat rina. Wanita yang ditaksir bayu itu bernama Vanessa. Selera bayu memang demikian. Apakah dampak ia penyuka milf sehingga rentan melirik wanita berisi dengan dada terbilang mekar. Itu semua bisa dilihat dari tampilan fisik Vanessa.

Yuda sendiri menanggapi santai setelah mengetahui bayu menyukai Vanessa. Lagipula status gadis tersebut tak berpasangan sejak putus dari kekasihnya yang berada di sekolah lain. Menurut yuda, bayu punya peruntungan lebih mendapatkan hati Vanessa. Apalagi teman dekat rina itu sedikit terbilang cewek materalistis. Di sisi lain bayu terbilang bergaya cowok tajir. Menyadari hal tersebut, yuda mencoba memanfaatkan bayu.

"Aelahhh...bantu gue napa yudd....mumpung vanessa belum sama siapa-siapa.....tapi sih gue yakin udah ada deketin dia....", bayu membujuk yuda agar diperkenalkan dengan Vanessa.

"Oke, oke....gue bantuin lo....asal lo mau bantuin gue, gimana.....?", yuda berniat mengajukan syarat.

"Yaudah buruan bilang.......", desak bayu.

"Supaya adil, lo kan mau gue mulusin dapetin vanessa..., nah elo musti bantuin gue dulu cari tahu keberadaan rina. Karena lewat rina itu gue bisa bantuin elooo bay...."

"Eeemmmm.....oke gue sepakat, tapi kita musti kelarin masalah pak ngadimin dulu yak........"

###

Keesokan hari di sekolah, sesuai perjanjian, siang hari ibu melinda tak sabar menanti kedatangan orang tua Mian. Siswa laki-laki yang terkena masalah saat pelajaran bahasa Indonesia kemarin di kelas bayu. Ibu melinda kebetulan tidak ada jam mengajar ketika siswa-siswi dan guru lainnya berada di dalam kelas sehingga ia merasa bisa mengobrol lebih leluasa. Namun, ada yang berbeda dengan penampilan ibu melinda saat ini. Ia melepas blazer hitamnya. Membolehkan orang yang lewat melihat lengan sintal dan tubuh moleknya. Memang ia menggunakan kaos berwarna hitam. Payudara yang menantang buat kaos itu tak bermakna lagi untuk menutupi aurat ibu melinda. Padahal, sebentar lagi ia harus menemui orang tua murid. Apakah guru wanita ini mau mendapatkan penilaian miring dari orang tua mian? Apakah ibu melinda mau dibilang guru dengan penampilan seronok? Sepertinya iya.

Kebetulan yang bakal datang bapaknya Mian. Bapak Sutarjiman atau biasa dipanggil Pak Tarji. Umurnya 45 tahun. Dia merupakan supir bus antar kota Sumatera dan Jawa di sebuah terminal. Karena jarang pulang, terkadang bisa dimaklumi mengapa ia terbilang gagal mendidik anaknya, Mian. Terlebih bisa dikatakan Mian sebelas-dua belas dengan bapaknya. Mian tumbuh di lingkungan kumuh daerah belakang terminal yang kerap dijadikan tempat berkumpul para preman. Ibunya, Larsih, yang berumur 40 tahun merupakan seorang pedagang nasi uduk di depan rumah. Ia sering digoda lelaki sekitar rumahnya karena dikira jarang dapat belaian suami yang kelayapan mengantar penumpang. Apalagi Pak Tarji di tengah perjalanan dengan busnya kerap memakai jasa PSK kalau nafsunya sulit terbendung. Selain itu, ia diduga pintar memikat hati wanita. Konon, dia punya banyak simpanan. Hal itu yang tidak diketahui Larsih. Sebaliknya, pak tarji menganggap biasa saja istrinya dijaili.

Di ruang guru Ibu Melinda masih menanti kedatangan pak tarji. Situasi ruang guru yang luar itu kebetulan sepi. Beberapa guru duduk sibuk memeriksa tugas siswa. Sementara di sekitar ibu melinda, gurunya sedang mengajar di kelas. Ibu melinda menengok jam dinding dan jam di tangan kirinya. Sudah lewat 5 menit dari jadwal yang ditentukan yakni Pukul 10.00 WIB.

Tak lama, muncul pria tambun dengan wajah berminyak dari pintu masuk. Nyengar-nyengir memandangi sudut-sudut ruang guru seperti orang bingung. Ibu melinda lalu lekas berdiri menyahut untuk memberi isyarat. Ia berani menebak inilah orang tua Mian. Segera ibu melinda mempersilahkan pria berkumis lele tersebut untuk duduk saling berhadapan, diperantarai meja kayu jati yang di atasnya ditumpuki file, buku-buku, dan timbunan kertas soal ujian.

"Bapaknya mian ya?" Ibu melinda mengulurkan tangan, ia lihat tangan lelaki itu berbulu. Dia mengenakan kalung aneh seperti jimat. Jari manisnya terdapat batu akik yang ia tidak ketahui batu jenis apa. Kancing kerah kemeja di bagian atas diturunkan satu. Tampak kutang putih. "Ayo silahkan duduk, pak..."

"Iya, ini ibu melinda?", kedip-kedip mata pak tarji memandangi guru anaknya sekaligus menjabat tangan guru dengan status janda tersebut. Jenjang leher ibu melinda yang dibiarkan terpampang seperti sebuah halaman, mengundang pak tarji berdecak kagum. Barangkali ibu melinda bisa dikatakan PSK paling mahal andai ia menemukannya di pinggiran jalan. Dalam benaknya bodoh sekali Mian cari masalah dengan guru secantik ini. Seharusnya ibu melinda dinakali, bukan dibikin kesal. Kalaulah demikian, pak tarji merasa ingin mengulang sekolahnya lagi. "Ada apa ya bu? Mian bikin masalah yaaa..."

"Betul pak, barangkali anak bapak sudah cerita sebelumnya....", ibu melinda tersenyum. Dia mengetahui ada tatapan nakal di sorot mata bapaknya mian. Dia tidak bisa pungkiri hal tersebut. Mata laki-laki itu jelalatan memandang tubuh ibu melinda.

"Iya, kata Mian dia sudah bikin ulah di sekolah...saya udah paham kelakuan anak itu...dulu di SMP juga dia terlibat tauran, bu", pak tarji memperhatikan bagian dada ibu melinda. Gemas batinnya ingin menelanjangi guru itu. Padahal, tidak ada belahan dada di sana. Imajinasinya saja yang terlanjur kotor.

"Hemm begitu ya pak.", angguk ibu melinda. "Kalau menurut bapak, mian ini lebih baik diapakan? Apa kita biarkan terus-terusan nakal seperti ini?"

Belum menjawab, tiba-tiba smartphone jadul pak tarji berdering di tengah pembicaraan. Ia tak ragu untuk langsung mengangkatnya. "Maaf ya bu, saya angkat telepon dulu...", pak tarji bergegas berdiri. Ia keluar dari ruangan guru. Tak sungkan ibu melinda mengizinkan selagi dibuat menunggu kembali.

"Kamu tenang saja, masalah ini urusan bapakmu....gurumu ini emang musti dikasih pelajaran, mian...hehehe....", tutur pak tarji nyeleneh, ternyata yang menghubunginya Mian. Anak itu menghubungi bapaknya dari salah satu kamar mandi sekolah. Dia tidak berniat menemui bapaknya tatap muka.

Pak Tarji menutup telepon. Sebelum masuk ruang guru dan menemui ibu linda kembali. Dia mengelus-ngelus cincin akik di jarinya. Kalung yang dikenakan ia bacakan sesuatu. Selanjutnya barulah pak tarji masuk kembali.
"Maaf ya bu, tadi ada telepon dari temen....", pak tarji menyipitkan mata. Tersembunyi senyum tipis di balik bibir laki-laki itu.

"Iya pak, gapapa...", ibu melinda memaklumi. Wanita itu kemudian merasa aneh dengan dirinya. Lehernya pegal. Tubuh wanita jadi bergairah bercampur gelisah pada waktu dan tempat yang tak seharusnya. "Jadi, bagaimana pak masalah Mian?", ibu melinda mengira dirinya mengalami gejala sakit. Ia tak enak badan. Tubuhnya terasa lemas dan lunglai.

"Eeemmm.....untuk masalah Mian, bagaimana kita bicarakan di tempat lain saja bu?", terkekeh pak tarji. Ia lalu tanpa takut-takut menyentuh tangan ibu melinda. Andai ada guru yang melihat pasti mencurigai keduanya. Kemudian pak tarji melanjutkan kata-katanya, "Ibu cantik sekali bu hari ini.....", pak tarji membelai kulit mulus telapak tangan ibu guru yang mengajar bahasa Indonesia itu.

"Eh? Terima kasih pak....hhmmm....jangan digituin dong pak tangan saya......kalau ada yang ngelihat gimana?", kesengsem ibu melinda. Raut wajahnya memerah terkesan malu. Rayuan pak tarji sekilas ampuh. Padahal, bapak dari mian tersebut baru saja mengguna-guna Ibu melinda. Itu adalah sihir yang selama ini ia gunakan untuk memikat sekaligus memperdaya wanita.

"Pulang nanti saya jemput yaa bu....", pak tarji meremas tangan ibu melinda. Melihat situasi kiri-kanan yang sepi, ia tak ragu mencium tangan ibu melinda.

"Aaahh bapak...jangan....", ibu melinda lekas menarik tangannya. Akan tetapi, kecupan bapak satu orang anak itu terlanjur mengena.

"Hehe.....baiklah, sepulang sekolah saya tunggu ibu di depan gerbang...tapi jangan depan gerbang banget, gak enak kalau sampai Mian dan teman-temannya ngelihat kan bu...", pak tarji berdiri, menatap mesra ibu melinda seolah-olah sudah menjadi kekasih barunya. Ibu melinda justru terdiam. Bingung. Ia tidak bisa merespon apa yang barusan bapaknya mian katakan. Wanita itu menjadi linglung.

###

"Kalau jalan terbaiknya sudah seperti ini....lebih baik bapak yang mengalah, saya akan angkat kaki dari sekolah ini, nak yuda...nak bayu...", setelah pulang sekolah, sambil memandangi awan mendung, yuda dan bayu mampir di bangunan di belakang sekolah yang rupanya lebih pantas disebut gudang. Di depan bangunan itu, bayu dan yuda duduk di sebuah undakan marmer, menemani pak ngadimin yang tengah menghisap rokoknya. "Dengan keluarnya saya, barangkali sekolah ini bisa jadi tenang kembali, bagaimana?", pak ngadimin melirik ke arah bayu dan yuda.

"Yaah si bapak, kalau bapak bener jangan lari atuh pak....itu sama aja orang duga bapak beneran ngelakuin hal itu", yuda memprotes keinginan pak ngadimin.

"Ya mau bagaimana lagi? Bapak sudah bantah berkali-kali. Tapi tuduhan itu tidak selesai-selesai.", pak ngadimin memberengut alisnya, coba meneguk sekali secangkir kopi hangat yang disediakan yuda dan bayu.

"Gak gitu juga pak. Mungkin ada jalan lain....", bayu berusaha memikirkan. "Menurut bapak ini ulah siapa?"

Pak ngadimin berdeham. Termangu seolah lupa apa pertanyaan bayu. Dia mau mengatakan sesuatu, tetapi ditahan-tahan. Akibatnya, fokus pembicaraan itu berbelot karena kehadiran Larasati. Yuda dan bayu cuma melongo memandang bidadari sekolah itu muncul. Menatap langit, bertanya apakah ia baru turun dari khayangan. Sungguh, lebih elok disebut bidadari Larasati ini. Bukannya bernafsu, yuda dan bayu terpesona dengan kecantikan gadis itu. Larasati hendak menemui pak ngadimin. Akan tetapi, ia urung menyadari ada yang lebih dulu menemui penjaga sekolah senior itu. Larasati melarikan diri. Boleh jadi ia pulang ke rumahnya.

###

"Pak, si Laras itu ngapain ke sini.....?", tanya yuda heran. Rindu itu hidup lagi. Mengingatkan ia harus segera mencari tahu keberadaan rina.

".....sama seperti kalian sekarang.....", pak ngadimin menatap cakrawala langit yang perlahan cerah. Batang rokok yang dihisapnya memendek. Bara api sudah berjatuhan memyentuh tanah.

"Maksud bapak, ngobrol kayak kita juga begini?", bayu turut penasaran.

"Iya....", pak ngadimin mengangguk. Matanya lalu berkaca-kaca. Ada sesuatu yang ia sedihkan.

"Pak, pak ngadimin kok sedih?", bayu menengok lebih dekat muka pak ngadimin. "Yang sabar ya pak......", bayu mengira kesedihan itu berasal dari ujian yang sedang menerpa pak ngadimin di sekolah ini".

"Yaudah deh pak, sekarang kita berdua terserah bapak aja...kalau emang bapak keluar dari sini itu keputusan terbaik....silahkan....kita hormati keputusan pak ngadimin...", yuda sudah pasrah. Jalan keluar terkesan buntu. "Gue cuma heran aja, orang-orang yang udah deket sama pak ngadimin kayak pak hamid kok bisa percaya isu murahan itu ya?"

"Nak yuda..nak bayu...adakala di dunia ini kita tidak sepenuhnya tahu rahasia Tuhan, tapi kita sebagai hamba sepatutnya mengerti keputusan Tuhan selalu yang terbaik....", Pak Ngadimin menghabiskan kopinya.

"Pak, gak bisa semudah itu bapak keluar pak....", bayu masih tidak menerima keinginan pak ngadimin untuk mengundurkan diri. "Kita musti cari tahu siapa yang tega ngelakuin ini ke bapak...", bayu mengepal tangannya kuat-kuat.

"Sudah nak bayu, sudah...", pak ngadimin mengelus punggung bayu. "Nak bayu, lebih baik memikirkan masa depan nak bayu sekarang.....nak bayu sudah kelas 3 kan? Kasian orang tua yang sudah ngeluarin biaya...."

"Oke deh pak, saya terserah bapak aja....", sungguh berat hati bayu mengetahui keputusan pak ngadimin. Ia paham pak ngadimin sebetulnya kuat-kuat saja bertahan di sekolah ini melewati isu tidak sedap yang sedang dialaminya. Namun, ia menomorsatukan keberlangsungan sekolah ini, termasuk nama baik sekolah yang sudah dipupuk oleh perintis dan alumninya.

"Yaudah pak, kita pulang dulu.....", yuda beranjak berdiri. "Terus, kalau kita mau ngobrol sama bapak lagi bagaimana?"

"Nanti bapak kasih kabar....", pak ngadimin turut berdiri.

"Yuk pak, kita pamit nih....", bayu mencium tangan pak ngadimin. Diikuti yuda setelahnya.

"Semoga kalian jadi orang sukses yaa...belajar yang rajin....patuhin kata orang tua....", pesan pak ngadimin.

Kedua anak remaja itu lantas meninggalkan bangunan tempat pak ngadimin tinggal di sekolah ini. Mereka berjalan melalui gedung sekolah, menembus lapangan. Suasana sekolah sudah sepi. Hanya office boy yang mondar mandir. Petugas keamanan tidak ada di posnya boleh mungkin karena tidak ada lagi siswa di sekolah. Bayu berjalan berdampingan dengan yuda. Keduanya sudah mantap kalau pak ngadimin bukanlah pelaku di balik aksi kriminal di sekolah, seperti isu yang sudah santer disebarkan. "Gimana? udah yakin kan sekarang lo?", bayu menyenggol yuda.

"Iya, gue sekarang udah yakin banget....", yuda dan bayu berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu bajaj. "Nyokap nginep yak nih malem?"

"Iyaa.....kasian bokap yak kesepian di kamar....hahaha...", tawa bayu disambut yuda. Kemudian, bayu penasaran oleh sesuatu yang dilihatnya tak sengaja. Dia lantas mencolek yuda,"yud, yud...lihat deh itu...itu kan ibu melinda kan? Sama siapa ya dia?"

"Emmmm pacarnya kali....dia kan udah lama cerai sama suaminya....", yuda melirik ke arah ibu melinda yang sedang duduk di atas motor bebek. Dibonceng oleh seseorang yang mereka tak persis tahu karena mengenakan helm dan membelakangi yuda dan bayu. Beberapa menit kemudian, motor itu meluncur cepat.

###

Dua hari setelah pertemuan sore itu, pak ngadimin benar mengundurkan diri. Yuda dan bayu mengira pak ngadimin masih akan menimbang-nimbang soal keputusannya itu. Ternyata kakek tua tersebut teguh dengan keputusan yang diambil. Kemudian, sesuai dugaan pak ngadimin, hilangnya dia dari lingkungan sekolah membuat isu kejahatan tentangnya tidak terdengar lagi. Sekolah kembali nyaman dan tentram buat warganya. Namun, yuda dan bayu belum mendapatkan kabar dimana keberadaan pak ngadimin sekarang. Mereka berdua yakini pak ngadimin pasti segera memberikan kabar. Duduk berdua makan di kantin, sambil menikmati mie ayam pangsit saat istirahat, Yuda dan bayu menceritakan banyak hal, terutama soal pencarian rina. Ditemani gerimis hujan, yuda dan bayu berdiskusi apa yang pertama kali musti dilakukan dalam pencarian rina ini. Yuda terlihat frustasi. Dia sudah kehabisan akal karena vanessa sebagai teman dekat saja tidak mengetahui dimana rina sekarang.

Sebaliknya bayu, meminta yuda mendekatkan dirinya dengan vanessa saja terlebih dulu kalaulah pencarian rina masih belum menemui titik terang. Yuda tetap bersikeras tidak mau. Alhasil, tidak ada jalan lain bagi bayu untuk menuruti kemauan saudaranya. Di samping pembicaraan itu, mereka teringat bahwa Sabtu besok mereka akan jalan-jalan keluar kota dalam rangka perayaan ulang tahun Sang Mama. Rencananya mereka akan berkunjung ke Garut. Sebuah tempat yang menyisakan kenangan lama.

"Jadi gimana soal ide lo itu, udah ngomong sama bokap?", tanya yuda meskipun dia malas membahas tentang bapaknya, tetapi dia antusias mengenai ide bayu, menghadiahkan sesuatu yang spesial untuk ibu mereka berdua.

"Belum yud, nanti malem mungkin....", jawab bayu sambil mengunyah makanan, ia melirik suasana kantin yang lumayan ramai.

"Kok gue ragu yaa, nyokap lo bakalan mau...",

"Soal nyokap itu urusan gue yud, gampang mah....", bayu menganggap sepele. Kemudian anak itu ingin menceritakan sesuatu yang lain pada yuda, mengenai pentolan sekolah mereka, Mian. "Eh lo tahu Mian kan?"

"Tahu, anak sok jagoan itu kan? Emang kenapa dia di kelas lo? Buat ulah lagi?", Mian memang dikenal suka membuat onar di sekolah.

"Udah gak sih, hehe...", bayu entah mengapa tertawa. "Aneh aja, hari pertama setelah dipanggil bokapnya sama ibu melinda dia girang banget. Eh, hari berikutnya sekarang ini.....", belum melanjutkan bayu sudah tertawa lagi.

"Lo kenapa sih?", yuda tidak bisa ikut tertawa karena tak mengerti maksud bayu. "Si Mian kenapa?! Ngomong dong!", desak yuda berharap bayu segera memberi tahu.

"Iyaa,.....", bayu masih tersendat-sendat. Ia sulit menahan tawanya. "Jadi, aneh aja yud, hari pertama setelah bokapnya ketemu ibu melinda, Mian seneng banget lolos dari hukuman, tapi hari ini.....hari ini.....hari ini yud.....haha", lagi bayu tertawa. Kali ini ia sanggup melanjutkan,"kata anak-anak dia nangis bapak ibunya cerai...haha"

"Lah?! Kok bisa mendadak cerai gitu?!", yuda sontak kaget.

"Nanti pulang sekolah aja gue ceritain kenapanya....hahaha...", bayu kembali melepas tawa. Yuda hanya bertanya-tanya apa yang lucu di otak bayu.
 
Episode 2 : Kasus Di Sekolah

Pak Ngadimin, laki-laki tua ini berusia 63 tahun. Dia adalah seorang penjaga sekolah senior dan dihormati di tempat yuda dan bayu menimba ilmu. Meskipun rambut terbilang menipis, sisanya berwarna keperakan, pak ngadimin masih tampak kuat dan bugar. Gerak tubuhnya agresif dan cekatan. Pagi hari dia rutin bertugas memgontrol kebersihan sekolah, baik itu di tiap kelas hingga halaman. Terkadang ia memotong rumput taman sekolah. Selain giat dan telaten, pak ngadimin merupakan orang yang ramah. Siswa atau guru jika bertemu dengannya pasti menyapa kalau bertemu. Sebaliknya, pak ngadimin tidak membeda-bedakan dengan siapa ia berbicara. Kalimat yang sering diutarakan pak ngadimin juga selalu mengandung pesan moral dan motivasi, sehingga Dia gampanf akrab kepada siapapun. Alhasil, pak ngadimin begitu populer di mata warga sekolah.

Sayangnya, akhir-akhir ini sedang berkembang isu tidak sedap mengenai pak ngadimin. Nama baik pak ngadimin selama ini tercoreng. Pak ngadimin dikabarkan berbuat cabul kepada beberapa orang siswi dan guru wanita yang mengajar. Namun, sangkaan tersebut belum bisa dibuktikan. Pak ngadimin juga sudah membantah keras kalau ia melakukan perbuatan hina itu. Korban-korbannya juga tidak jelas benar ada atau tidaknya, kecuali seorang ibu guru bernama Ibu Melinda yang mengaku telah dicabuli pak ngadimin.

Ibu Melinda adalah seorang janda berumur 37 tahun. Dia telah bercerai dari suaminya 10 tahun yang lalu. Di sekolah yuda dan bayu, ia seorang guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Ibu melinda merupakan seorang guru yang dimutasi dari sekolah lain. Dia sudah mengajar di sekolah yuda dan bayu kurang lebih 1 setengah tahun. Ketika mengajar, dia terkesan tegas. Tak kenal ampun pada siswanya yang suka berbuat onar. Berbeda dengan ibu melinda, siswa laki-laki terutama suka cari perhatian dengan ibu guru mereka.

Barangkali karena ibu melinda ini seorang janda dan enak dilihat ketika mengajar, para remaja laki-laki suka mengambil foto ibu gurunya yang bohay ini secara diam-diam. Atau sesekali pura-pura salaman. Sedangkan mereka sebetulnya tengah mencoba meraba mulusnya telapak tangan ibu melinda. Tak aneh, ibu melinda rajin merawat tubuhnya. Bukan ramping melainkan padat. Ibu melinda terkenal sebagai wanita 'semok' di kalangan laki-laki sekolah, baik itu siswa maupun guru. Bokongnya pun ketika berjalan sulit bagi laki-laki untuk berkilah tidak mau melihat. Para siswa nakal mungkin kerap jadikan ibu melinda bahan onani mereka.

Ketika jam istirahat, di bawah terik matahari yang lumayan panas, yuda dan bayu ngobrol dengan pak ngadimin di pelataran aula gedung serba guna sekolah mereka. Yuda'lah yang berinisatif mengajak bayu berbicara dengan kakek tua itu. Tujuannya tak lain mengklarifikasi isu tidak sedap tentang pak ngadimin. Sebab, yuda kenal siapa pak ngadimin yang telah bekerja lama untuk sekolahnya. Ia sangat tak mempercayai isu yang mengatakan pak ngadimin telah berbuat cabul kepada beberapa siswa dan guru perempuan.

"Buat apa saya ngelakuin hal itu? Kalau betul saya ngelakuin kenapa tidak dari dulu saja. Apalagi saya sudah tua begini. Saya gak mau nambah-nambah dosa...", jawab pak ngadimin tenang.

"Tuh bay, lo denger sendiri kan kata pak ngadimin....", yuda menekan. Ia berharap bayu tidak lagi mempercayai isu tersebut.

"Iya sih yud....tapi apa mau dikata gosipnya udah nyebar duluan ke seluruh anak-anak dan guru-guru..." balas bayu seraya memegangi smartphone-nya. "Terus sikap pak ngadimin bagaimana pak? Apa bakal diem terus begini?"

"Saya kan udah bantah di depan kepala sekolah, tetapi kebanyakan masih tidak percaya..." pak ngadimin terbatuk. "Saya sekarang cuma pasrah saja. Intinya satu, saya selalu yakin kebenaran itu tidak bisa ditutup-tutupi...", bijak pak ngadimin menyikapi permasahan yang dihadapi. "Buktinya saya masih aman-aman saja kan? Kalau memang tuduhan kepada saya itu benar, polisi sudah kemari untuk menahan saya..."

"Heemm bener juga yaa....ayo pak...diminum dulu kopinya....", bayu menghidangkan secangkir kopi hangat untuk pak ngadimin agar luwes dan santai pembicaraan mereka.

"Lagian itu isu dari mana bay?", tanya yuda penasaran.

"Gak tahu juga yud, tahu-tahu udah nyebar aja di grup WA sekolah...", timpal bayu.

Di sisi lain, di sekolah pak ngadimin bukan hanya dituduh sebagai tukang cabul, tetapi ia diduga juga sebagai tukang hipnotis. Beberapa guru dan siswa kehilangan barang di sekolah seperti telepon genggam, laptop, dan uang. Walaupun CCTV sudah dipasang tetap saja kehilangan barang terus terjadi sehingga kepala sekolah terpaksa bekerja sama dengan pihak kepolisian, serta mengeluarkan edaran agar siswa atau guru tidak membawa benda berharga ke sekolah.

Usaha tersebut pun setidaknya cukup ampuh menghentikan tidak kejahatan yang masih diselidiki oleh pihak kepolisian. Pak ngadimin yang sudah menjalani pemeriksaan juga sudah terbebas dari tuduhan kalau ia pelakunya. Akan tetapi, kebanyakan warga sekolah masih percaya kalau pak ngadimin ialah pelaku sebenarnya. Mereka berpikir tidak-tidak bahwasanya pak ngadimin telah mengelabui polisi. Pihak kepolisian dikatakan berada di bawah kuasa hipnotis pak ngadimin.

"Tega banget ya yang ngelakuin ini semua, kasian kan pak ngadimin....", yuda menunjukkan simpatinya kepada pak ngadimin.

"Kamu gak usah khawatirin masalah saya...saya aja biasa aja ngadepinnya hehe...kamu lebih baik pikirin sekolah kamu, itu jauh lebih penting. Kamu mau dimarahin bapakmu lagi?", terkekeh pak ngadimin, lepas sekali tawanya.

Tiba-tiba melintas siswi baru yang jadi primadona di sekolah yuda dan bayu. Dia adalah Larasati yang akrab disapa Laras oleh kawan-kawan sebayanya. Tak asal lewat, gadis itu menegur sapa pak ngadimin. Lelaki yang amat dituakan di sekolah.

"Pak ngadimin.......", sapa laras dengan senyum tipis. Sedikit memperlihatkan giginya yang rapi.

"Iya. Nak laras habis darimana?", jawab pak ngadimin yang memang dikenal seantero sekolah.

"Dari fotokopian depan pak....ayo pak ngadimin, laras duluan....", laras hanya memperlambat jalannya. Lalu, ia meninggalkan yuda dan bayu yang terpaku memerhatikan.

Yuda tak merasa aneh jika pak ngadimin mengenal laras, meskipun gadis perempuan itu merupakan tergolong anak baru. Bagaimanapun, pak ngadimin tak malu-malu. Ia berusaha mengakrabkan diri kepada siswa-siswi. Bahkan, beberapa orang tua siswa-siswi dikenal dan mengenal baik pak ngadimin, termasuk bapaknya yuda, suhardi. Di lain hal, melihat laras, yuda kembali terkenang rina. Dia merasa tidak bisa diam saja dengan kerinduan yang tak tertahankan ini. Yuda musti berusaha mencari rina. Akan tetapi, bekal dari mana ia dapat informasi tentang keberadaan rina.

"Krrrrrringggggggggg............krrrrringggggggggg!!!", bel berbunyi keras, sontak menghentikan aktivitas siswa-siswi yang bersantai-santai.

"Udah bel nih pak, kita masuk dulu yaa.....lain kali kita ngobrol lagi". Tutur yuda beranjak berdiri setelah duduk di sebuah kursi yang biasa digunakan hadirin undangan resepsi pernikahan.

"Iya....saya juga selalu siap untuk diajak ngobrol"

"Makasih banyak ya pak. Mohon maaf juga nih saya awalnya percaya isu jelek tentang bapakk...tapi pas denger langsung gini saya jadi gak percaya....", bayu mencium tangan pak ngadimin sebagai isyarat permintaan maaf.

"Iya, lagipula bukan salah kamu juga....", tersenyum pak ngadimin. "Yaudah buru-buru deh kalian...entar malah gurunya yang duluan masuk kelas....", desak pak ngadimin meminta yuda dan bayu segera meninggalkannya. Belum beberapa jauh yuda dan bayu meninggalkan pak ngadimin, kakek tua itu berteriak, "nak bayu, makasih kopinya inih...!"

"Iyaa pak!!!", sahut bayu.

###

"Kalo gue, punya keberanian lebih, itu guru gue perkosa....", ucap pelan seorang siswa tengil dan urakan bernama Deri. Wajahnya agak ndeso dengan seragam kumal seperti tidak diurus oleh kedua orang tuanya, sehingga sulit sampai hari ini untuknya memiliki pacar. "Ngaceng anjing...gue lihatin pantatnya bu melinda..".

"Lo mau dituduh cabul kayak pak ngadimin, Der?", kawan yang duduk di sebelahnya bernama Handoyo yang tak kalah badungnya. Remaja berambut keriting ini, seragamnya dibiarkan keluar. Ikat pinggang tak dipakai. Betapa anak ini bergajulan (berandal) dan tidak disiplin di sekolah.

"Aaalaaaahh, munafik lo.....kalau dikasih peluang sama bu melinda, lo juga bakal sikaaat...bodi entotable begitu, nyet...bener-bener gak nyesel gue diajarin sama dia", tak mau ketinggalan percakapan sunyi tersebut, Mian, lelaki kurus slengean ini adalah siswa paling disegani di kelas bayu. Atau, Anak ini boleh dikatakan pentolan/jagoan di sekolah. Derri dan handoyo merupakan teman duduk Mian di jajaran belakang. Termasuk, teman tongkrongannya juga kala cabut/bolos dari sekolah. Mereka berdua lebih mirip cecenguk Mian. Anak buah yang terbiasa disuruh-suruh. Fisik memang membuat Mian menakutkan buat deri dan handoyo. Tidak hanya paling tinggi. Mian yang dungu itu banyak bergaul dengan preman-preman karena rumahnya berada di kawasan kumuh yang tidak terawat.

"Mian, derri, handoyo! Kalian sedang ngomongin apa di belakang?! Heh?!", tegur keras ibu melinda di dekat papan tulis. Suara soprannya melengking. Suasana kelas mendadak hening. Walau mengenakan kemeja hitam lengan panjang, tak bisa ibu melinda menutupi kemolekan tubuh yang menantang. Tubuh gemuknya lebih asyik untuk fokus dipandang, ketimbang materi pelajaran yang membosankan. "Kalian itu udah jadi bahan omongan tahu di ruang guru! tapi masih aja! heemm....", geram ibu melinda terhadap sikap ketiga anak didiknya. "Kalian itu harus diapain sih supaya jadi bener?! Inget kalian itu udah kelas 3! Gak Kasian sama orang tua kalian!"

Mian nyengir. Ia tertawa meleceh, menyahut dalam hatinya,"supaya kita bener, ibu musti mau saya sodok pantatnya bu..hehe...".

"Mian! Apa yang lucu! Kenapa kamu senyum-senyum?! Kenapa?! Heh?! Kenapa?!". Mian terdiam. Ibu melinda memaki-maki anak itu. "Kamu ini emang siswa yang paling gak bisa dikasih tahu yaa....!". Ibu melinda yang berdiri tiba-tiba berjalan menuju mejanya. Bukan untuk duduk, ibu melinda memgambil perlengkapan mengajar yang ia bawa. Kemudian ia yang sudah terlampau kesal berjalan menuju pintu kelas, menengok sebentar ke arah siswa-siswi. "Pelajaran kita cukup sampai di sini...jangan lupa kalian kerjakan tugas yang tadi udah ibu kasih. Kamis besok ibu periksa". Lalu ibu melinda melotot. Ia menunjuk Mian. "Untuk kamu Mian! ibu bakal panggil bapakmu! Biar kamu sadar!".

Usai ibu melinda pergi, mian lekas berdiri. Ia mencela guru perempuan itu kepada kedua orang temannya yang tadi juga diomeli, Derri dan handoyo, yang cuma jadi pelampiasan Mian.
"Itu guru emang kontol! Pake bawa-bawa bapak gue lagik jadinya..! Taik! Mulutnya ngomel jadi pengen gue sodorin kontol anjing!"

Bayu yang berada di dalam kelas itu hanya mengamati dari kursi depan ulah anak-anak badung di jejeran kursi belakang yang memang terbiasa membuat masalah dengan guru. Sebentar melihat, kemudian ia mengobrol lagi dengan kompolotan diskusi di bagian kursi depan.

"Biar kapok itu si Mian, kalo gak digituin dia gak bakalan kapok...",

"Oh ya, emang bener ya kalau bu Melinda itu korban pencabulannya pak ngadimin...?"

"Denger-denger sih gitu..."

"Kasian ya bu melinda, kenapa dia gak lapor polisi aja ya....tapi malah didiemin aja pak ngadimin-nya...gue sih itu takutnya nanti ada korban lagi....."

"Susah, masalahnya gak ada bukti juga.... Kemarin aja pak ngadimin gak jadi ditangkap kan masalah kasus hipnotisnya..."

Bayu menyimak obrolan kawan-kawannya. Dia belum berani menyangkal bahwa pak ngadimin bukanlah pelaku pencabulan ataupun tukang hipnotis. Bayu ragu kawan-kawannya akan percaya yang dia katakan. Oleh karena itu, untuk untuk sementara waktu bayu memilih diam saja, tetapi ia sudah yakin kalau pak ngadimin tidak terlibat permasalahan kriminal di sekolah. Menurut bayu, masalah ini memang agak aneh. Untuk kasus pencabulan, katanya korbannya banyak. Kenyataannya cuma ibu melinda yang mengaku dicabuli. Bayu belum mendengar ada pengakuan dari guru wanita lain atau seorang siswi. Untuk kasus hipnotis, jelas ada korbannya. Akan tetapi, pelakunya masih belum diketahui. Namun, semenjak keamanan sekolah diperketat keadaan sekolah jadi lebih semakin aman. Kasus-kasus pencabulan dan hipnotis hilang tidak heboh lagi.

###

Satu per satu siswa keluar dari gerbang sekolah. Ada yang menggunakan kuda besi. Ada yang menggunakan sepeda gunung. Ada yang berjalan kaki. Adapula yang memilih bertahan selagi menunggu seseorang, baik itu teman atau orang yang terkasih. Yuda sendiri sedang menanti bayu yang belum juga kelihatan. Dia melihat jam di pos jaga satpam sekolah. Yuda sudah melewati 10 menit sejak ia keluar dari kelas. Kedua saudara tak sekandung itu terbiasa pulang sekolah bersama sembari berbagi cerita apa saja yang terjadi di kelas masing-masing. Di dekat yuda berdiri, ada salah seorang office boy bernama Sardi. Umurnya 30 tahun. Lelaki berseragam hijau dengam kerah berwarna merah itu merupakan orang yang paling bertanggung jawab pada kebersihan sekolah setelah pak ngadimin. Dia yang mengomandoi dua orang office boy lainnya, baik menyapu dan mengepel.

Mas Sardi, dia lumayan senior di sekolah ini. 10 tahun sudah ia bekerja. Dia dibawa salah seorang kepala sekolah dulu yang kini sudah pensiun. Berbeda dengan pak ngadimin. Mas Sardi terbilang tegas untuk urusan kebersihan. Kalau tidak begitu, sekolah yuda dan bayu tidak akan mengemban juara 1 lomba kebersihan tingkat kotamadya.
Selain itu, Mas sardi tidak terlalu dekat dengan siswa-siswi. Barangkali memang dia yang memilih untuk tidak dekat. Lelaki itu hanya dekat dengan beberapa orang guru dan pegawai sekolah lainnya, termasuk pak ngadimin. Sekarang di dekat yuda, mas sardi bersiap membersihkan halaman dan lapangan sekolah. Sembunyi-sembunyi ia mengajak yuda ngobrol.

"Mas, nungguin siapa?", tanya mas sardi memegang bambu sebuah sapu lidi. Office boy sekolah itu menyapu sambil berkata kepada yuda.

"Oh ini mas sardi, nungguin bayu....", jawab yuda menatap sebentar mas sardi, kemudian pandangannya mencari-cari bayu lagi.

"Ohhmm.....mas, mas deket banget sama pak ngadimin. Hati-hati mas...", dia clingak-clinguk mendekati yuda. Kemudian menengok keadaaan sekitar. "Pak ngadimin itu bukan orang sembarangan..."

"Maksud mas sardi?", yuda teralih fokus.

"Lain kali nanti saya ceritain ke mas.....", mas sardi kembali menyapu. Sementara yuda dibuat melamun tak mengerti apa maksud perkataan mas sardi.

"Bayu kemana yaah.....", bayu belum juga tampak sosoknya. Yuda berpikir saudaranya itu sedang tertahan mengobrol dengan salah seorang teman.

Kemudian datang satpam sekolah, pak hamid. Umurnya 40 tahun. Ia berdiri di dekat yuda untuk mengatur lalu lalang gerombolan siswa yang pulang. Kali ini Pak hamid berjaga siang. Akan tetapi ia lebih sering berjaga malam. Laki-laki bertubuh tegap dan berambut cepak itu juga merupakan warga senior di sekolah ini. Dia dulu merupakan seorang jawara kampung yang memilih bekerja menjadi satpam sekolah. Pahit manis sudah ia rasakan selama bekerja. Entah itu maling dan pelaku kriminal lainnya sudah pernah ia hadapi. Namun, untuk kasus hipnotis dan pencabulan dia seperti kecolongan. Pak hamid lumayan dekat dengan pak ngadimin. Dia sedikit bingung ketika berkembang isu pak ngadimin diduga sebagai pelaku aksi kriminalitas di sekolah.

"Nak yuda, pulang nih......", sapa pak hamid sambil mengatur lalu lintas motor dan kendaraan yang keluar masuk.

"Iya pak....", pandangan yuda masih mencari-cari bayu.

"Nak yuda, pak hamid mau kasih tahu nih.....nak yuda gak usah terlampau deket sama pak ngadimin...."

"Kenapa pak emangnya?", kembali yuda dibuat heran.

"Ya nak yuda tahu sendiri, pak ngadimin sekarang kan lagi dituduh macem-macem...pak hamid cuma khawatir nak yuda nanti jadi sasaran hipnotis juga kalau takutnya bener yang dilakuin pak ngadimin", pak hamid sebagai kepala keamanan berharap yuda waspada.

"Eh? I-iya pak....hmmm", yuda menggeleng-geleng kepala. Dia penasaran mengapa orang-orang di sekolah masih saja percaya kalau pak ngadimin adalah biang dari segala kejahatan di sekolahnya. Yuda tergesa-gesa balik lagi ke dalam. Boleh jadi ia kesal dengan bayu. Namun, ia malah masuk semakin dalam area perkarangan sekolah. Bayu yang sedang berjalan dengan kawan-kawannya melihat yuda. Dia ingin menghentikan dan bertanya ada apa, yuda terburu-buru sekali. Adakah hal genting? Pikir bayu. Sebaliknya yuda, di menuju belakang sekolah, tepat dipojok ada sebuah bangunan sederhana tempat dimana pak ngadimin tinggal sementara. Yuda hendak menemui pak ngadimin. Dia berjalan semakin dekat, tetapi ia terhenti di depan pintu. Yuda melirik ke arah jendela. Ia lihat pak ngadimin duduk bersila seperti seseorang bersemedi. Matanya terpejam. Mulutnya komat kamit bagai mengucap azimat mantra.

Menatap apa yang dilakukan pak ngadimin, yuda termenung. Dia mulai menangkap apa maksud pak hamid dan mas sardi. Lama-kelamaan, yuda jadi berpikir ulang. Jangan-jangan benar pak ngadimin pelaku utama kejahatan pencabulan dan hipnotis. Kalau pak ngadimin jatuhnya seperti ini. Yuda jadi teringat pak ujang. Kakek tua sakti yang jahat itu. Yang nyaris membunuh bapaknya. Dugaan yuda. Mungkin pak ngadimin bisa lepas dari jeratan polisi karena dia dengan kesaktiannya berhasil mengelabui para polisi itu.

"Bener kayaknya pak ngadimin bukan orang baik lagi.....", gumam yuda. Dia langsung pergi. Tak jadi menemui pak ngadimin.
Mending minta om momid bukain kunci nya astaga bapak 2 lagi hu biar bisa di update di situ
 
waduh waduh dibuka gembok lagi ini, mantap lah ada kelanjutan cerita dari yuda dan bayu nih mantap
 
Mantap hu,,, gak sia2 ane menunggu melewati belasan purnama akhirnya cerita ini berlanjut juga....
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd