suka_onani
Semprot Baru
- Daftar
- 9 Apr 2015
- Post
- 28
- Like diterima
- 1
Assalamualaikum
Salam kenal untuk para member. Perkenalkan saya Aldy.
Ijinkan saya untuk bercerita disini, maafkan saya apabila saya salah kalau bercerita disini.
Saya cuman ingin berbagi sedikit cerita hidup saya yang rumit. Saya siap dikritik, saya berterima kasih apabila saya diberi saran, dan saya juga akan memperbaiki semuanya apabila saya salah dalam cerita ini.
Saya Aldy, manusia biasa yang cuman bekerja sebagai seorang supir di rental mobil. Saya sekarang sudah berumur 27 tahun, dan saya sudah berstatus tunangan dengan seorang wanita yang saya pinang di tahun 2018 lalu.
Sebelum saya meminang wanita, saya pernah mempunyai pacar dan menjalani manis pahitnya kehidupan selama 3 tahun. Dulu, saya dan mantan pacar saya ini sudah sepakat untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Tetapi, apalah daya tuhan berkata lain. Saya ditolak oleh orang tuanya hanya karena alasan saya cuman seorang supir yang diremehkan penghasilannya. Ditambah juga, setelah saya ditolak, anak perempuannya berani bermain dengan orang ketiga yang saya temukan dengan kedua mata saya sendiri.
Sejak saat tragedi itu, akhirnya kita bubar. Kita menjalani hidup masing masing. Dan bertemu dengan pasangan yang lain.
Saya melamar wanita lain. Dan mantan saya NIKAH SIRIH dengan laki laki lain.
2 tahun kita berpisah, dan saya yang rencana tahun depan nantinya akan melangsungkan pernikahan, tiba tiba mantan pacar saya ini menunjukkan diri lagi dan mendekati saya lagi.
Saya sudah blockir semua aksesnya mantan saya untuk bisa menemukan saya, baik di dunia nyata ataupun dunia maya. Tetapi apalah daya, mantan saya habis habisan untuk mencari saya.
Saya penasaran, sebetulnya apa tujuannya mencari saya ? Apa orientasinya mencari saya kembali ? Padahal sudah saya tegaskan kepadanya apabila saya akan melangsungkan pernikahan.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya memberikan kesempatan kepadannya apa yg menjadi tujuannya terhadap saya.
Ternyata oh ternyata, setelah 2 tahun berpisah dengan saya mantan saya ini sudah hamil besar 8 bulan, dan oleh suaminya yang hanya dinikah sirih dia telah ditinggal menghilang dan hingga detik ini baik suaminya dan keluarga suaminya tidak ketahui dimana keberadaanya.
Dari pengamatan saya, akhirnya saya mengetahui apa yang menjadi tujuannya mencari saya. Yaitu pada dasarnya, mantan saya ini membutuhkan dana untuk keperluan anaknya dan proses persalinan.
Finally, saya membuka tangan untuk membantunya karena secara ekonomi saya kali ini alhamdulillah lebih baik daripada dengan mantan saya dahulu.
Alhamdulillah, saya bisa membantu mencukupi semua kebutuhan persiapan anaknya mulai dari baju, perlengkapan mandi, pampers, dan perlengkapan yang lainnya. Saya tidak mengharapkan imbalan dari sini, saya ikhlas membantu karena saya merasa iba dengan anaknya walaupun bukan darah daging saya. Saya merasa iba karena anak kecil nan lucu seperti itu, belum keluar dari rahim ibunya tetapi sudah tidak mempunyai sesosok ayah.
Kebutuhan anaknya sudah tercukupi tanpa ada satupun yang kekurangan.
Seiring berjalannya waktu, usia kehamilan sudah memasuki 9 bulan. Dimana detik detik yang paling mendebarkan
Saya yang bukan bapak yg sedarah dengan anak ini, tetapi entah kenapa saya jadi begitu semakin sayang dan ikut hanyut dalam kekhawatiran anak ini sebelum lahir.
Segala upaya saya kerahkan untuk anak ini agar anak ini dapat lahir dengan normal, sehat, dan selamat beserta ibunya.
Dari ibunya yang manja ingin dibelikan makanan ini itu, tengah malam saya dibangunkan hanya untuk membelikan makanan yang diinginkannya pun saya turuti.
Bagi saya, saya mengabdi untuk anaknya yang saya sayangi, saya tak peduli dan tidak bermaksud untuk membuat ibuknya baper dengan saya. Saya lakukan yang terbaik untuk anak ini, bahkan sampai anak ini sudah besar dan dewasa, saya menyatakan sanggup untuk mensekolahkannya hingga di jenjang tertinggi.
Dan di kisah ini saya tak akan menjadi manusia munafik, terus terang saja saya juga sudah mengulang berhubungan layaknya suami istri sama seperti yang kita lakukan di era kita berpacaran dahulu.
Hingga waktu dimana anak ini dilahirkan telah tiba, tetapi ibuknya yang hanya mempunyai dana yang pas-pasan untuk biaya lahiran. Dan saya pun juga mensanggupkan untuk membantunya secara finansial. Begitupun saya telah mendampingi ibuknya selama proses melahirkan dari malam hingga pagi saya tidak sejengkal pun berani jauh-jauh dari ibuknya.
Alhamdulillah teman-teman, anak cantik nan lucu ini lahir dengan normal, sehat, dan selamat beserta ibuknya yang kini sudah pulih.
Dan sampai pada titik ini, saya dibuat kaget sekaligus kecewa untuk yang kesekian kalinya oleh ibuknya setelah selesai misi saya untuk proses persalinan anaknya.
Saya sudah sayang banget sama anak ini, saya pun tak menyalahkan ibuknya yang seperti itu kelakuannya dan datang kembali dalam kehidupan saya hanya karena membutuhkan dana.
Saya pun juga menerima anaknya dengan hati yang lapang, dan saya mau bila diajak untuk membesarkan anaknya, mensekolahkan anaknya. Saya pun dimintain uang lagi untuk kebutuhan anak ini selanjutnya pun tak masalah meskipun tanpa status antara saya dan ibunya.
Tetapi saya begitu terpukul, ketika itikad baik saya ini disalah artikan oleh ibunya yang dimana anggapan ibunya anak ini bukan darah daging saya jadi saya ini tidak pantas dan dianggap aneh apabila saya turut ikut andil dalam membesarkan anak ini.
Aneh ? Iya memang aneh saya ini.
Bodohkah saya ? Iya memang bodoh sekali ini kok mau maunya saya ikut membesarkan yang jelas jelas bukan anak kandung saya.
Tapi! Apa yang membuat saya tetap teguh untuk ikut andil dalam membesarkan anak ini.
Bagi saya, yang pasti tuhan mempertemukan saya dengan masalah ini pasti bukan karena ketidak sengajaan, melainkan tuhan memang memberikan saya amanah untuk sebuah tugas mulia ini.
Mau katain saya lebay ? Silahkan.. Dengan lapang dada saya terima semua kritikan dari segala penjuru.
Ibarat tentara, saya saat ini sudah jatuh bangun bercucuran darah dalam memperjuangkan hidup anak ini selanjutnya. Tidak ada yang bisa menerima saya dengan apa yang saya lakukan terhadap anak kecil ini. Cemooh, dicela, dicaci maki dari pihak manapun sudah saya telan mentah-mentah.
Mari sejenak kita berpikir secara logika tentang anak ini.
Kalau anak ini bapaknya sudah tidak mau tanggung jawab, lalu siapa yang akan menghidupi anak ini ? Apabila kita berbicara biar ibunya sendiri yang menghidupi, saya yakin tidak akan bisa. Ibunya adalah anak pertama dari ke-10 adek-adeknya, tak menutup mata, tidak hanya untuk menghidupi anaknya pasti juga untuk membantu adek adeknya.
Suruh aja nikah lagi ? SUDAH!
Ibuknya ga mau nikah lagi, maunya nikah sama saya yang jelas jelas saya mau menikah tahun depan. Bahkan dijodohkan dengan polisi dan TNI pun ibuknya tidak mau. Justru kini ibuknya menyalahkan posisi saya saat ini yang sudah menjadi tunangan wanita lain, padahal tidak sedikit pun saya menyalahkan mantan saya yang sudah menikah dan hamil dengan orang lain.
Huufftt!
Susah sudah jadinya kalau kayak gini.
Yang menjadi point dalam pembahasan kali ini, mengapa saya dikecewakan oleh ibuknya dengan cara ibuknya menghalang-halangi saya dalam ikut andil membesarkan anaknya.
Apakah saya salah apabila saya menolongnya ?
Apakah saya salah apabila saya ikut andil membesarkan anaknya ?
Esok, apabila anak ini sudah besar dan dewasa, DAN APABILA anak ini atau bapak kandungnya ingin bertemu, SAYA BERJANJI akan saya fasilitasi untuk bertemu.
DAN APABILA anak ini sudah besar dan dewasa, nantinya bapaknya akan mengambil alih untuk melanjutkan menghidupi anaknya.
DENGAN IKHLAS akan saya kembalikan ke bapak kandungnya.
Lalu, mengapa ibuknya masih menghalangi saya ? Saya begitu kecewa dengan ibuknya.
But, sampai pada titik ini saya merasa saya telah menciptakan suatu kebanggaan tersendiri untuk saya.
Saya telah melaksanakan mandat dan amanah tuhan dengan baik untuk menyelamatkan proses persalinan anak ini dengan normal, sehat, dan selamat.
Namun di sisi lain, saya kecewa dengan ibuknya.
Hingga kurang lebih seminggu ini kita telah lost contact kembali.
Oh ya, apa yang sudah lakukan seperti diatas ini semua tidak diketahui oleh calon istri saya.
Kurang lebihnya, seperti itulah sekilas cerita yang sekali lagi mohon maaf apabila salah saya tumpahkan disini.
Saya tunggu kritik, cemooh'an, caci maki saya pun juga gapapa kok
Salahkan saya apabila cara saya ini salah.
Support saya apabila kebijakan yang salah pilih ini menurut teman teman adalah amanahnya tuhan.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya membaca cerita ini.
Surabaya, 2 Juni 2019, 22:08 WIB
-With love-
Salam kenal untuk para member. Perkenalkan saya Aldy.
Ijinkan saya untuk bercerita disini, maafkan saya apabila saya salah kalau bercerita disini.
Saya cuman ingin berbagi sedikit cerita hidup saya yang rumit. Saya siap dikritik, saya berterima kasih apabila saya diberi saran, dan saya juga akan memperbaiki semuanya apabila saya salah dalam cerita ini.
Saya Aldy, manusia biasa yang cuman bekerja sebagai seorang supir di rental mobil. Saya sekarang sudah berumur 27 tahun, dan saya sudah berstatus tunangan dengan seorang wanita yang saya pinang di tahun 2018 lalu.
Sebelum saya meminang wanita, saya pernah mempunyai pacar dan menjalani manis pahitnya kehidupan selama 3 tahun. Dulu, saya dan mantan pacar saya ini sudah sepakat untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Tetapi, apalah daya tuhan berkata lain. Saya ditolak oleh orang tuanya hanya karena alasan saya cuman seorang supir yang diremehkan penghasilannya. Ditambah juga, setelah saya ditolak, anak perempuannya berani bermain dengan orang ketiga yang saya temukan dengan kedua mata saya sendiri.
Sejak saat tragedi itu, akhirnya kita bubar. Kita menjalani hidup masing masing. Dan bertemu dengan pasangan yang lain.
Saya melamar wanita lain. Dan mantan saya NIKAH SIRIH dengan laki laki lain.
2 tahun kita berpisah, dan saya yang rencana tahun depan nantinya akan melangsungkan pernikahan, tiba tiba mantan pacar saya ini menunjukkan diri lagi dan mendekati saya lagi.
Saya sudah blockir semua aksesnya mantan saya untuk bisa menemukan saya, baik di dunia nyata ataupun dunia maya. Tetapi apalah daya, mantan saya habis habisan untuk mencari saya.
Saya penasaran, sebetulnya apa tujuannya mencari saya ? Apa orientasinya mencari saya kembali ? Padahal sudah saya tegaskan kepadanya apabila saya akan melangsungkan pernikahan.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya memberikan kesempatan kepadannya apa yg menjadi tujuannya terhadap saya.
Ternyata oh ternyata, setelah 2 tahun berpisah dengan saya mantan saya ini sudah hamil besar 8 bulan, dan oleh suaminya yang hanya dinikah sirih dia telah ditinggal menghilang dan hingga detik ini baik suaminya dan keluarga suaminya tidak ketahui dimana keberadaanya.
Dari pengamatan saya, akhirnya saya mengetahui apa yang menjadi tujuannya mencari saya. Yaitu pada dasarnya, mantan saya ini membutuhkan dana untuk keperluan anaknya dan proses persalinan.
Finally, saya membuka tangan untuk membantunya karena secara ekonomi saya kali ini alhamdulillah lebih baik daripada dengan mantan saya dahulu.
Alhamdulillah, saya bisa membantu mencukupi semua kebutuhan persiapan anaknya mulai dari baju, perlengkapan mandi, pampers, dan perlengkapan yang lainnya. Saya tidak mengharapkan imbalan dari sini, saya ikhlas membantu karena saya merasa iba dengan anaknya walaupun bukan darah daging saya. Saya merasa iba karena anak kecil nan lucu seperti itu, belum keluar dari rahim ibunya tetapi sudah tidak mempunyai sesosok ayah.
Kebutuhan anaknya sudah tercukupi tanpa ada satupun yang kekurangan.
Seiring berjalannya waktu, usia kehamilan sudah memasuki 9 bulan. Dimana detik detik yang paling mendebarkan
Saya yang bukan bapak yg sedarah dengan anak ini, tetapi entah kenapa saya jadi begitu semakin sayang dan ikut hanyut dalam kekhawatiran anak ini sebelum lahir.
Segala upaya saya kerahkan untuk anak ini agar anak ini dapat lahir dengan normal, sehat, dan selamat beserta ibunya.
Dari ibunya yang manja ingin dibelikan makanan ini itu, tengah malam saya dibangunkan hanya untuk membelikan makanan yang diinginkannya pun saya turuti.
Bagi saya, saya mengabdi untuk anaknya yang saya sayangi, saya tak peduli dan tidak bermaksud untuk membuat ibuknya baper dengan saya. Saya lakukan yang terbaik untuk anak ini, bahkan sampai anak ini sudah besar dan dewasa, saya menyatakan sanggup untuk mensekolahkannya hingga di jenjang tertinggi.
Dan di kisah ini saya tak akan menjadi manusia munafik, terus terang saja saya juga sudah mengulang berhubungan layaknya suami istri sama seperti yang kita lakukan di era kita berpacaran dahulu.
Hingga waktu dimana anak ini dilahirkan telah tiba, tetapi ibuknya yang hanya mempunyai dana yang pas-pasan untuk biaya lahiran. Dan saya pun juga mensanggupkan untuk membantunya secara finansial. Begitupun saya telah mendampingi ibuknya selama proses melahirkan dari malam hingga pagi saya tidak sejengkal pun berani jauh-jauh dari ibuknya.
Alhamdulillah teman-teman, anak cantik nan lucu ini lahir dengan normal, sehat, dan selamat beserta ibuknya yang kini sudah pulih.
Dan sampai pada titik ini, saya dibuat kaget sekaligus kecewa untuk yang kesekian kalinya oleh ibuknya setelah selesai misi saya untuk proses persalinan anaknya.
Saya sudah sayang banget sama anak ini, saya pun tak menyalahkan ibuknya yang seperti itu kelakuannya dan datang kembali dalam kehidupan saya hanya karena membutuhkan dana.
Saya pun juga menerima anaknya dengan hati yang lapang, dan saya mau bila diajak untuk membesarkan anaknya, mensekolahkan anaknya. Saya pun dimintain uang lagi untuk kebutuhan anak ini selanjutnya pun tak masalah meskipun tanpa status antara saya dan ibunya.
Tetapi saya begitu terpukul, ketika itikad baik saya ini disalah artikan oleh ibunya yang dimana anggapan ibunya anak ini bukan darah daging saya jadi saya ini tidak pantas dan dianggap aneh apabila saya turut ikut andil dalam membesarkan anak ini.
Aneh ? Iya memang aneh saya ini.
Bodohkah saya ? Iya memang bodoh sekali ini kok mau maunya saya ikut membesarkan yang jelas jelas bukan anak kandung saya.
Tapi! Apa yang membuat saya tetap teguh untuk ikut andil dalam membesarkan anak ini.
Bagi saya, yang pasti tuhan mempertemukan saya dengan masalah ini pasti bukan karena ketidak sengajaan, melainkan tuhan memang memberikan saya amanah untuk sebuah tugas mulia ini.
Mau katain saya lebay ? Silahkan.. Dengan lapang dada saya terima semua kritikan dari segala penjuru.
Ibarat tentara, saya saat ini sudah jatuh bangun bercucuran darah dalam memperjuangkan hidup anak ini selanjutnya. Tidak ada yang bisa menerima saya dengan apa yang saya lakukan terhadap anak kecil ini. Cemooh, dicela, dicaci maki dari pihak manapun sudah saya telan mentah-mentah.
Mari sejenak kita berpikir secara logika tentang anak ini.
Kalau anak ini bapaknya sudah tidak mau tanggung jawab, lalu siapa yang akan menghidupi anak ini ? Apabila kita berbicara biar ibunya sendiri yang menghidupi, saya yakin tidak akan bisa. Ibunya adalah anak pertama dari ke-10 adek-adeknya, tak menutup mata, tidak hanya untuk menghidupi anaknya pasti juga untuk membantu adek adeknya.
Suruh aja nikah lagi ? SUDAH!
Ibuknya ga mau nikah lagi, maunya nikah sama saya yang jelas jelas saya mau menikah tahun depan. Bahkan dijodohkan dengan polisi dan TNI pun ibuknya tidak mau. Justru kini ibuknya menyalahkan posisi saya saat ini yang sudah menjadi tunangan wanita lain, padahal tidak sedikit pun saya menyalahkan mantan saya yang sudah menikah dan hamil dengan orang lain.
Huufftt!
Susah sudah jadinya kalau kayak gini.
Yang menjadi point dalam pembahasan kali ini, mengapa saya dikecewakan oleh ibuknya dengan cara ibuknya menghalang-halangi saya dalam ikut andil membesarkan anaknya.
Apakah saya salah apabila saya menolongnya ?
Apakah saya salah apabila saya ikut andil membesarkan anaknya ?
Esok, apabila anak ini sudah besar dan dewasa, DAN APABILA anak ini atau bapak kandungnya ingin bertemu, SAYA BERJANJI akan saya fasilitasi untuk bertemu.
DAN APABILA anak ini sudah besar dan dewasa, nantinya bapaknya akan mengambil alih untuk melanjutkan menghidupi anaknya.
DENGAN IKHLAS akan saya kembalikan ke bapak kandungnya.
Lalu, mengapa ibuknya masih menghalangi saya ? Saya begitu kecewa dengan ibuknya.
But, sampai pada titik ini saya merasa saya telah menciptakan suatu kebanggaan tersendiri untuk saya.
Saya telah melaksanakan mandat dan amanah tuhan dengan baik untuk menyelamatkan proses persalinan anak ini dengan normal, sehat, dan selamat.
Namun di sisi lain, saya kecewa dengan ibuknya.
Hingga kurang lebih seminggu ini kita telah lost contact kembali.
Oh ya, apa yang sudah lakukan seperti diatas ini semua tidak diketahui oleh calon istri saya.
Kurang lebihnya, seperti itulah sekilas cerita yang sekali lagi mohon maaf apabila salah saya tumpahkan disini.
Saya tunggu kritik, cemooh'an, caci maki saya pun juga gapapa kok
Salahkan saya apabila cara saya ini salah.
Support saya apabila kebijakan yang salah pilih ini menurut teman teman adalah amanahnya tuhan.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya membaca cerita ini.
Surabaya, 2 Juni 2019, 22:08 WIB
-With love-