Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

AND THE STORY BEGIN [ 2019]

jinakayama

Semprot Kecil
Daftar
18 May 2017
Post
51
Like diterima
24
Bimabet
Akhirnya selesai juga!
Yang terhormat panitia LKTCP,
Yang terhormat para juri,
Yang terhormat rekan-rekan peserta LKTCP dan seluruh warga semprot.
Saya persembahkan cerita saya dalam ajang LKTCP tahun 2019 kali ini.
Grab your popcorn and enjoy!

(Semua ilustrasi foto/gambar bukan milik penulis, jika ada yang keberatan foto/gambar miliknya dipakai sebagai ilustrasi, dan ingin dihapus, harap hubungi penulis melalui DM, terima kasih)













AND THE STORY BEGIN

Disebuah ruangan hotel.
Suara dua manusia berlainan jenis melenguh bersahut-sahutan diatas tempat tidur. Saling usap, saling raba, dan remas. Ruangan berAC ternyata tidak mampu menyejukkan suasana panas pergumulan mereka.

“Hmmmhhh…..”, suara perempuan.
“Hah…hah…”, kali ini si lelaki ikut menimpali.

Si lelaki yang telanjang berada diatas si perempuan yang juga telanjang dengan posisi misionaris. Telapak tangan kiri si lelaki berada di payudara kanan si perempuan. Meremas perlahan sambil memilin putingnya. Sementara tangan kanannya menahan tangan kiri si perempuan kesamping. Mulutnya tak kalah sibuk, menyedot puting payudara kiri hingga areola coklat mudanya ikut tersedot kedalam. Tak lupa memainkan putingnya dengan lidah. Rupanya ini yang menjadi alasan si perempuan melenguh. Menambah semangat entotan si lelaki yang menghujam kemaluannya ke lubang selangkangan si perempuan.
Plok……plok……plok……plok……
Pilinan di puting kiri, emutan di puting kanan, entotan di selangkangan. Kegelian di tiga titik geli menjadi-jadi, membawa si perempuan mendekati tujuan akhir yang dicari. Matanya menutup. Kaki dilebarkan sedemikian rupa, memberi akses yang leluasa kepada si lelaki untuk melancarkan genjotannya sekaligus memberikan rasa enak yang konstan. Telapak tangannya mencengkeram seprei, mencoba bertahan dari serangan nikmat yang diberikan si lelaki. Perlahan tapi pasti, ujung dagu si perempuan terangkat naik.

“Hmmmmmhhhh…… sssshhhh... Owchhhh…”

Si lelaki melepas kulumannya. Memandang si perempuan sekilas, kemudian tersenyum. Dia sepertinya tahu si perempuan tak akan bertahan lebih lama lagi. Maka kali ini dia terlihat fokus membawa dan menemani si perempuan untuk menyambut nikmat syahwat persetubuhan. Entotannya dipercepat.

Plok…plok…plok… plok…
“Ohhh….”
“Ohhh….”
“Nggghhhh…..”

Si perempuan terlihat makin keenakan. Kedua bulatan payudaranya yang mengkilap karena keringat perlahan naik membusung. Tangan kanan si lelaki langsung menyambar payudara kirinya. Dengan kedua tangannya berada di payudara si perempuan, si lelaki mencoba memberikan kenikmatan maksimal kepada si perempuan.

“Huuuuh….huuuuuh….” Alisnya menyatu seperti sedang menahan sesuatu.

“Nikmati aja…. Lepasin…. Jangan ditahan”, Kalimat pertama si lelaki setelah tanpa suara beberapa menit terakhir terucap dengan sedikit bergetar. Diapun sepertinya akan menjemput orgasme.

Entotannya makin dipercepat.

Plok.plok.plok.plok.plok

“OoooohhhhHH…… AuuuuhhhhHH...” Si perempuan makin kewalahan menerima sodokan si lelaki. Kepalanya terbanting kesamping kanan. Rambut menutupi sebagian wajahnya yang berpeluh. Si lelaki makin bersemangat. Dia mengejar orgasme bersamaan dengan si perempuan. Kedua tangannya berpindah ke bahu si perempuan, mencari pegangan untuk menaklukan si perempuan.

Plokplokplokplokplokplok…

Sebuah jilatan ke leher jenjangnya membobol pertahanan si perempuan. Dengan sebuah lolongan kenikmatan, tubuh si perempuan tersentak. Ia orgasme.

“OuuuchhhHHsssss…”.

Tangannya langsung memeluk erat tubuh si lelaki. Membenamkan kuku ke punggungnya. Tubuhnya terangkat beberapa senti dari kasur. Kakinya melingkari pinggul si lelaki, seakan menjaga agar kemaluan si lelaki tidak meninggalkan tubuhnya. Si lelakipun seperti tak mau kalah. Ia mendorong pinggulnya, mencoba meraih sedalam mungkin ujung vagina si perempuan sambil melepas ejakulat yang sedari tadi mendesak ingin keluar. Iapun orgasme.

“haaaah….haaaah....”

Napas keduanya bersahutan didalam kamar yang sunyi. Mereka terdiam mematung. Sepertinya mencoba mengumpulkan tenaga. Atau masih menikmati momen orgasme barusan? Tak tahulah.

Setelah berdiam diri beberapa saat, si lelaki mencabut kemaluannya dari kemaluan si perempuan lalu turun dari tempat tidur. Ia mencopot kondomnya secara hati-hati dan meletakkannya diatas bantal. Lalu mengambil pakaiannya yang berserakan tidak karuan, kemudian menatap si perempuan sambil mulai bergerak menuju kamar mandi dan berkata, “Sesuai perjanjian, saya langsung pergi setelah ini selesai.”
Masih dengan napas terengah-engah, si perempuan mengangguk kecil seolah mengiyakan kata-kata si lelaki. Tampaknya ia tak mampu berkata-kata. Aktifitas seks barusan seperti menghabiskan seluruh tenaganya.

Tak sampai 5 menit si lelaki keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengenakan pakaiannya lagi. Melihat sebentar ke arah tempat tidur tempat si perempuan terbaring lalu berjalan perlahan menuju pintu keluar.

Membuka pintu.

Namun sebelum keluar, si lelaki menoleh ke sudut ruangan dan berkata kepadaKU yang sedari tadi duduk diam tak bersuara:

“Makasih sudah diundang main sama istri Mas. Saya permisi”


*****

“Oleh karena itu, saya ingin kita bekerja sama dan saling bantu demi tercapainya visi dan misi perusahaan kita ini. Dengan tim yang kuat, saya yakin kita akan bisa mencapainya. Akhir kata, terima kasih telah menyambut saya dengan baik.”

Aku mengakhiri pidato diiringi tepuk tangan dari seluruh karyawan kantor. Semuanya tersenyum. Ini memang sambutan awal kepadaku selaku Manager HR yang baru pindah ke kantor pusat di Jakarta.

Aku masih di podium. Melihat kekiri, kanan, mencari sosok yang aku kenal diantara kerumunan karyawan-karyawati kantor ini. Mereka semua berdiri. Menambah kesulitan mencari sosok itu.

“Mmmm…”, aku bergumam.

Ah, itu dia..! Berdiri, bertepuk tangan menatapku sambil tersenyum. Dipindahkan kesitu rupanya. Bersama beberapa direktur yang lain yang ditempatkan disudut tertentu untuk memisahkan dari para karyawan. Tapi aku melihatnya sebagai: Hei, ini tempatnya para bos ya. Sosok itu begitu anggun dengan dress merah marun berdada rendah dengan panjang selutut. Kontras dengan kulit putihnya. Rambut yang disanggul acak keatas menambah aura kecantikannya. Yap, dia adalah istriku Dina.

Aku berjalan ke arah istriku. Terdengar salah seorang staf karyawan yang didapuk sebagai MC dadakan mempersilahkan para karyawan untuk menikmati makan malam.

Aku mempercepat langkahku ke arah istriku, kemudian memeluknya. Mencium pipi kiri dan kanannya didepan meja “tempatnya para bos” yang tentu saja membuat sebagian penghuninya melongo.

Good speech by the way”, kata Pak Rudi, Direktur Keuangan kami. Pria gembul yang lebih tua dari aku itu kemudian menjabat tanganku. Tangannya yang besar menutupi seluruh tanganku. Jari-jari gemuknya menggenggam erat. Sangat erat malah. Orang ini ambisius sekali. Aku tau itu, aku tau.

“Terima kasih Pak Rudi”, aku menjawab dengan sopan.
“Pak Rudi tentu sudah kenal dengan istri saya…..”
“Tentu saja hahaha... Satu-satunya yang membuat perbedaan di meja kita malam ini ehe ehe ehe…”, Pak Rudi langsung memotong ucapanku.

Aku melirik istriku yang langsung memutar bola matanya. Mukanya jadi terlihat lucu. Aku tertawa dalam hati. Untung Pak Rudi tak melihatnya melakukan itu. Dari reaksi istriku itu, aku menduga sepertinya dia senang aku menyelesaikan pidatoku lebih cepat. Untuk menyelamatkannya dari situasi harus beramah-ramah dengan orang seperti Pak Rudi!

Dan dugaanku itu tepat. Di mobil dalam perjalanan pulang malam itu, ia mengungkapkan, “Aku tak suka sama Pak Rudi yang sok akrab itu.” Istriku memasang muka jijik. Aku tertawa. Kali ini tertawa lepas, bukan hanya dalam hati.

“Yep, tipikal bos-bos”, kataku melanjutkan.
“Aku tak bisa membayangkan kalo punya bos seperti itu. Mending aku resign”
Aku makin ngakak mendengarnya.
“Lagian kamu malam ini terlihat cantik, menarik. Wajarlah ada yang langsung sok akrab.”
“Cuma cantik dan menarik?” Dina bertanya menggodaku.
Aku menoleh kesamping. “Ga dooong…” Aku diam sebentar. Lalu menatap matanya dalam-dalam. Aku memegang dagunya dengan tangan kiri. Lalu turun menelusuri lehernya yang jenjang. Lanjut kebawah hingga sampai diujung belahan dadanya. “….Dan seksi….” Aku melanjutkan kalimatku sambil mencubit lembut daging susunya.

Ia memiringkan kepalanya, menatapku dengan mata sayunya. Tangan kanannya memegangi pipiku. Ia tersenyum, manis sekali. Tiba-tiba ia menepuk pipiku agak keras sambil berkata “Mata ke jalan! Nyetir sanah! Hihihihi….” Ia cekikikan senang.

“Kan masih lampu me….” Protesku tertahan karena… “Klik”. Dan lampu lalulintas pun berubah jadi hijau.

“Curaaang…”, aku teriak sambil menginjak pedal gas untuk menjalankan kendaraan. Dina makin ngakak.

15 menit kemudian kami tiba dirumah.

“Aaaahhh Capeknya” Aku bergumam.

“Sapa yang mandi duluan nih?” tanya Dina

“Aku deh”, Aku ingin cepat beristirahat, menutup hari ini dengan tidur yang lama. Berhubung besok adalah hari sabtu, Aku ingin tidur sampe siang. Hal yang tidak pernah aku lakukan akhir-akhir ini dikarenakan kesibukan yang sambung-menyambung.

“Aku ngeteh dulu kalo begitu, kamu mau juga?” tawar Dina.

“Mmmm, gak deh. Lagi ga pengen” aku menolak dengan halus.

“Oke” iapun berjalan ke dapur.

Aku berjalan ke arah kamar tidur, menelanjangi diri lalu menyelinap ke kamar mandi yang juga berada dalam kamar tidur kami.

“Ooohh…” sensasi dingin tercipta ketika air shower mengguyur kepalaku. Sejuknya air seperti membasuh luruh semua penat hari ini. Aku merasa sehat dan kuat kembali. Aneh, hanya dengan mandi semua berubah. Hm, mungkin aku butuh teh hangat setelah ini.

Aku keluar kamar mandi dengan mengenakan handuk yang melilit pinggang. Aku melihat istriku sedang duduk di tempat tidur sambil memainkan ponselnya. Bukan keluaran terbaru tapi cukup canggih untuk saat ini. Di sampingnya ada segelas teh yang kelihatannya masih hangat yang diletakkan di meja samping tempat tidur.

“Sllluurrrppp... Aahhhh” Aku langsung menyeruput tehnya. Ooohh… harum wangi teh langsung menusuk hidung. Teh hangat yang sangat nikmat diminum sesaat setelah mandi. Sedapp! Akupun duduk disampingnya.

“Lho, katanya ga mau. Mau aku bikinin yang baru?”

“Ga usah, ini saja cukup kok. Segelas berdua kan romantis hehehe” yep, gombalan level beginner yang sudah usang masih aku gunakan.

“Halaaah, basi” ledeknya sambil tersenyum.

“Hahahaha… Yang penting ada yang anget-anget. Dingin nih abis mandi” aku beralasan.

“Oooo, mau yang anget-anget toh” katanya sambil memberikan senyuman mesum dan tatapan mata menggoda. Ia meletakan ponselnya ke meja disamping tempat tidur.

Aku menatap balik istriku dengan tatapan yang lebih tajam. Kepala kami bergerak mendekat. Cup, bibir kami bertemu. Aku melumat perlahan bibirnya sebagai permulaan. Bibir tipis berwarna campuran peach dan merah muda itu aku jilat lembut. Menelusupkan lidahku ke dalam mulutnya, tanganku bergerak mengusap pelan pundaknya yang mulus. Lidahku menjalar menyusuri rongga mulutnya. Dina menutup matanya. Aku melepas ciumanku, kuarahkan bibirku kepipinya, lalu turun ke rahangnya. Kujilat rahangnya sampai ke lehernya. “Uuuhhh…..” Ia melenguh.

“Huuufhfhffff….” kuhirup aroma tubuhnya. Bau tubuh khas Dina mangangkat birahiku. Aku akui aku lelah malam ini, tapi sekarang aku berada di situasi harus menuntaskan nafsuku.

Aku meremas lembut bulatan susunya dari luar, menggigit lembut kuping istriku mencoba membawanya seirama denganku. “Aaaawhh…hihihi”, ia menghindar. Geli sepertinya.

Tiba-tiba Dina berdiri, lalu menghadapku yang masih duduk di tempat tidur. Ia melirikku dengan pandangan mesum sambil tangannya meraih resleting dressnya yang berada di bagian punggung. Dadanya seketika itu menonjol. “Srrrrrtttttrrrrrrrtttttt……” resletingnya ditarik perlahan, sangat pelan malah. Membuatku tak sabar. Tapi ia sepertinya mempermainkanku ketika tiba-tiba ia menghentikan resletingnya ditengah-tengah perjalanan turun. Dina lalu mendorongku hingga telentang. Kemudian melanjutkan menarik turun resleting dressnya sambil menggodaku dengan menjilat bibirnya.

Tak lama kemudian, dressnya meluncur tanpa halangan kebawah sekalian menyingkap badan yang selalu tidak bosan-bosannya kujamah. Bra hitam berenda dan semi transparan dipadukan celana dalam hitam model minimalis sangat kontras dengan kulit putih mulusnya. She is trully Goddess. Aku menelan ludahku.

Lalu istriku berjongkok dan melepas handuk yang sedari tadi melingkari pinggangku. Kontolku yang masih mengkerut normal terbebas sudah. Tak berlama-lama ia langsung memulai aksinya. Tangannya mengusap-usap pahaku. Aku merinding. Kontolku perlahan mejadi sedikit lebih keras.

“Kamu nikmati aja” suara manjanya menghanyutkanku. Ingin kulumat bibirnya saat ia mengatakan itu. Tapi kali ini aku ikuti permainannya. Aku tetap telentang dipinggir tempat tidur dengan telapak kakiku menyentuh lantai. Menutup mataku. Lalu kontolku terasa hangat karena Dina mengulumnya. Hmmm, enak. Lidahnya menari-nari dari ujung hingga pangkal kontolku. Tak lupa dua bijiku diemutnya perlahan. Sesekali kepalanya dinaikturunkan secara cepat hingga bisa kudengar kecipak suara mulutnya. Ugh, kontolku makin keras.

Kedua tangannya tak tinggal diam. Menggerayangi paha, perut, menggelikan pinggangku, lalu berakhir dikedua putingku. Ia memilin putingku, memberikan rasa geli yang masih mampu kutahan. Kubiarkan saja ia melakukan itu.

Beberapa saat kemudian, semua rangsangan itu berhenti. Ada apa ini? Aku mengangkat kepalaku, membuka mataku. Kulihat ia berjalan menjauh, kearah lemari. Ia mengambil sebuah bra olahraga bermotif abu hijau. Bra hitam rendanya dicopot lalu dibuang begitu saja. Ia menatapku dengan senyum penuh arti. Aku bengong dengan beberapa pertanyaan dikepalaku. Apa yang mau dilakukannya?

Ia menggunakan bra olahraganya, mengatur kedua susunya agar tersangga dengan baik, lalu menghampiriku yang masih telentang di tempat tidur. Harus kuakui, bra olahraganya menekan kedua susunya ketengah yang membuat belahannya terlihat lebih kentara. Sempurna. Dan kontolkupun berkedut. Istriku membuka lebar pahaku dan berlutut ditengahnya sambil membuka laci meja disamping tempat tidur. Ia mengeluarkan sebuah botol tube berwarna biru, membuka tutupnya lalu menuangkan isinya ke kedua bulatan susunya. Ia melakukannya semuanya dengan cepat. “Prrruuuuuttt…”

Isi tube yang berbentuk gel bening membanjiri kulit susunya, masuk kedalam belahannya hingga membuat basah bra olahraganya. Ini sepertinya seru, pikirku senang. Lalu diratakannya dengan tangan gel bening hingga membuat kulit susunya mengkilap. Istriku mengocok kontolku melicinkan sekaligus meratakan sisa-sisa gel ditangannya.

“Oooh…” aku mendesah nikmat.

“Maas” kudengar istriku memanggil. “Hm…” Aku mengangkat kepalaku.

Kulihat ia memegang kontolku, memposisikan ujungnya di didepan susunya. Lalu ia menempelkan kepala kontolku dibawah bra olahraganya, tepat ditengah-tengah belahan susunya.

“Dorong mas..” perintah istriku sambil tersenyum.

Aku mendorong pinggulku keatas. Kontolku masuk dari arah bawah didalam branya, perlahan naik ditengah-tengah melewati keduanya, hingga kepalanya muncul di bagian atas belahan susunya tepat dibawah dagunya. Tangannya membantu agar posisi kontolku tepat berada di posisi yang seharusnya.


“Whooooaaahhh….” Sensasi dijepit susu istriku memang tiada duanya. Aku menarik napas meredam nafsu yang kian bergejolak.

Namun istriku seperti tak mau menunggu lebih lama. Tangannya memegang kedua susunya dari luar bra lalu ia melakukan gerakan naik turun. Kontolku terjepit ditengah-tengah. Aku seperti mengentoti susunya. “Ooooh…” aku mendesah. Ini enak sekali.

Ia berhenti sesaat, menatapku, kemudian tersenyum penuh arti. Tiba-tiba ia menggerakkan kedua tangannya dengan cepat berlawanan arah. Gerakannya seperti mengocok. Muncul suara kecrek-kecrek dari susunya saking cepatnya ia menggerakan tangannya. Tangan kanan keatas, tangan kiri kebawah. Ini membuat kedua susunya bergerak kearah berlawanan. Susu kanannya keatas, susu kirinya kebawah. Begitu berulang-ulang. Otomatis memberi rangsangan yang maksimal terhadap kontolku.

“Oooouuhh… Diiiin……”, Tak ada yang bisa kulakukan. Aku pasrah menerima perlakuannya. Mendengar itu, gerakan Dina makin agresif. Selain keatas kebawah, dadanya digerakkan kekiri dan kanan. Kontolku mengikuti kemana susunya bergerak. Nafsuku kian menggelegar.

Dina sepertinya tahu aku sedang mempersiapkan orgasmeku. Namun tampaknya ia menyiapkan kejutan akhir yang indah kepadaku. Ini karena ia tiba-tiba berhenti! Aku awalnya terkejut. Tapi lalu kulihat ia segera berdiri, mencopot bra olahraganya, lalu membuka celana dalamnya. Wajahnya diselimuti birahi. Aku tahu, ia ingin dipuaskan juga malam ini.

Setelah telanjang, ia membalikkan badannya membelakangiku. Sekarang, posisi tubuhku masih telentang ditempat tidur sementara kakiku menapak lantai dengan lutut disatukan. Lalu kakinya dilebarkan kekanan dan kiri disamping pahaku. Dengan begini kontolku tegak lurus keatas searah dengan lubang selangkangannya.

Aku melihat figur badan telanjangnya dari belakang, betapa indah istriku. Sayap punggung belakang yang melebar, turun melengkung indah membentuk pahatan pinggang yang sempurna, kemudian sedikit melebar mempertegas bentuk pinggul yang menjadi magnet setiap mata laki-laki. Aku beruntung aku pemiliknya. Dina meraih kontolku, menurunkan badannya dengan sedikit membungkuk kedepan, memposisikan ujung kontolku ke depan lubang memeknya. Setelah pas, ia menekan tubuhnya kebawah, menduduki aku. Kontolku masuk perlahan membelah memeknya. Rasa hangat langsung membaluri seluruh bagian kontolku.

“Ah..” ia mendesah kecil. Kedua tangannya memegang kedua lututku, pahanya menjepit kedua pahaku. Menjaga agar pahaku tetap menyatu ditengah. Dadanya dibusungkan kedepan, yang walaupun aku tak bisa melihatnya, aku tahu bahwa kedua putingnya dalam keadaan tegak mengacung dan menantang untuk dikunyah. Terlintas sebuah pikiran nakal di benakku, aku berharap ada orang lain yang melakukan itu sekarang! Membayangkan hal itu secara instan membuat kontolku sekeras batu.

Ia menggoyangkan pinggulnya langsung dengan kecepatan tinggi, tak memberi kesempatan kepadaku untuk beradaptasi. Ingin segera menuntaskan birahi rupanya.

“Maaasssshh….” Ia melenguh. Satu tangannya meremas-remas susunya. Nah, ia ingin ada yang merangsang susunya. Aku mengangkat badanku setengah, kedua tanganku kuarahkan kedepan mencoba menjamah susunya dari belakang.

“Hooooowwhhh…” ia mendesah ketika tanganku menemukan tujuannya. Tangannya kembali memegang lututku.

“Hwaaaaooohhsss…” desahannya makin kencang dan gerakan pinggulnya makin liar seiring tanganku meremas-remas sambil mempelintir pusing susunya.

Kali ini aku juga sudah tak tahan. Fakta bahwa aku akan orgasme sambil membayangkan ada orang lain yang sedang merangsang kedua susunya dalam posisi seperti ini, membuat aku ingin cepat berejakulasi. Ooohh… pasti nikmat sekali, pikirku.

Tak sampai semenit, “MAAAAAASSSSHHHH……” tubuhnya terkejat-kejat, “OOOOHHHH” badannya terdorong, kutahan dengan badanku. “Uuhhh” kepalanya terlempar kebelakang, hampir mengenai hidungku. Aku merasa memeknya menyempit, melakukan gerakan seperti menelan berulang-ulang. Aku menyerah. Aku meremas susunya, menekan tubuhnya kearah tubuhku, lalu melepas orgasmeku. Crrrooooooootttt… Aku menyemprot spermaku. Nikmat sekali. “Oohhsss...” Dina menggeliat, pinggulnya bergerak. Tapi rasa nikmat di kontolku semakin hebat. Crrroooooot… semprotan kedua. Tanganku berpindah di pinggulnya, mencoba menahan sekaligus bertahan dari badai orgasme yang menerpaku. Croooot… semprotan ketiga. Masih enak. Croot.. Mulai reda. Hening. Hanya desahan napasku dan Dina yang terdengar.

Kurasakan kontolku perlahan menciut. Aku dan Dina perlahan roboh ke tempat tidur dengan napas yang masih ngos-ngosan. Kupeluk tubuh istriku dari belakang, kami berada dalam posisi sendok dengan kontol ciutku sebagian masih berada didalam memeknya.

“Mas…” istriku memanggil.
“Hm…” jawabku hanya dengan bergumam.
“Enak banget.” Ia mengaku.
“Iya, aku juga merasa enak banget” aku setuju dengannya.
“Mmmmm….” Haruskah aku mengatakannya?
“Ada apa mas?” ia seperti tahu kegundahanku.
“Apa ya… Aku membayangkan ada orang lain yang menjilat puting kamu tadi.” aku akhirnya jujur. Aku mengatakannya sambil menutup mataku. Aku siap jika ia tidak senang mendengarnya.
“HAH!?” ia terkejut lalu bergerak membalikkan badannya menghadapku. Tak dihiraukannya kontolku yang mengecil meluncur keluar dengan mudahnya dari memeknya. Oke, momen yang salah sepertinya, pikirku.
“Aku juga hihihihi…” dia cekikikan senang. Wow, aku tak menyangka sama sekali responnya seperti ini. Mataku melotot. Terus terang aku exited mendengarnya. Membayangkan ada orang ketiga dalam aktifitas seks kami membuat kontolku berdenyut lembut.
“Mau aku carikan partner?” tanyaku.


*****



Aku Iwan Budiawan, usia 34 tahun, baru menjabat sebagai Manager Human and Resource, dipindahkan dari kantor cabang di daerah ke kantor pusat di Jakarta untuk menggantikan manager lama yang pensiun. Untuk tiga bulan pertama aku masih ditemani manager lama, untuk adaptasi sekaligus sebagai proses perpindahan dari manager lama ke yang baru yaitu aku.

Walaupun familiar karena aku sering bolak-balik, Jakarta tetaplah kota yang asing bagiku. Ada banyak kehidupan sosial terjadi di kota yang majemuk ini. Aku tidak terbiasa. Tapi suka tidak suka, aku harus cepat beradaptasi dengan kota ini. Ini juga akan membantu istriku yang aku ajak tinggal di Jakarta. Istriku tentu saja senang, tapi tetap saja sindrom pindah kota, apalagi ke kota metropolitan seperti Jakarta, haruslah tetap ditangani dengan baik.

Aku berperawakan agak tinggi dari kebanyakan orang, proporsi tubuh tidak gendut tidak kurus, kulitku putih, dan rambutku hitam. Standar orang Indonesia lah pokoknya. Ganteng? Mmm, aku menilai diriku biasa-biasa saja. Aku menang putih (kulitku) saja, kalo aku legam, nilai kegantenganku pastilah turun jauh haha.

Tapi walaupun semua dariku biasa-biasa saja, aku bisa memacari Dina, salah satu perempuan berlabel most wanted di kampusku. Tentu saja karena cantik, kulit putih, rambut hitam pekat sebahu, dan tentu saja bentuk badannya yang bisa membuat semua mata laki-laki terpaku padanya. Badannya tuh proporsional sekali. Badannya tinggi untuk ukuran perempuan pada umumnya, pinggangnya ramping, dadanya bulat, pantatnya berisi, trus apa lagi? Sebut saja semua. Itu ada pada Dina.

Hm, aku pacaran dengan Dina ya… Hehe itu juga karena aku menang dari pria-pria lain. Menang karena orang tua kami saling kenal. Tentu saja orang tua Dina lebih percaya kepada laki-laki yang telah mereka kenal. Walaupun rumah kami tidak dekat, kami bisa dibilang bertetangga.

Aku menikah dengan Dina Yuliana, nama panjang istriku, 3 tahun yang lalu, mantan pacar yang cukup lama aku pacari. Sekitar 7 tahunan lah kira-kira. Orang tua Dina yang pertama kali mendesak kami untuk segera menikah. Tapi aku berprinsip, aku harus mempunyai penghasilan yang layak untuk dapat menafkahi anak perempuan orang. Dina pun sebenarnya menginginkan agar kita menikah. Tapi aku bersikeras bahwa aku harus memiliki pekerjaan dulu sebelum menikah. Ketidaksepahaman ini kadang membuat kita bertengkar.

Aku mengerti jika Dina ingin menikah lebih cepat. Akulah yang memperawaninya setahun sebelum kita menikah. Ceritanya? Tak usahlah. Termasuk membuka aib sendiri jika kuceritakan haha. Tapi tentu saja menjadi kenangan yang sampai sekarang bikin ngakak jika mengingatnya. Yang pasti kita sama-sama menginginkan itu terjadi. Untung saja Dina tidak sampai hamil.

Ketidaksepahaman aku dan Dina masih berlanjut bahkan ketika akhirnya aku mendapat pekerjaan. Dina tetap ingin segera menikah dan aku masih ingin menabung. Kami mulai sering bertengkar dengan masalah yang sama. Mungkin karena bosan berantem terus, aku akhirnya memutuskan tidak melanjutkan hubungan lagi. Dina pun menyetujui. Jika tidak menemukan titik temu, ya sudah. Selesai sampai disini.

Bukan break, atau istirahat atau apapun itu. Benar-benar putus. Menjadi orang bebas, tidak terikat hubungan percintaan dengan siapapun. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku, Dina dengan urusannya sendiri. Kudengar selentingan ia punya pacar. Orang secantik dan seseksi Dina pasti ada yang mengaku-aku pacaran dengannya. Jadi aku cuek saja. Tapi aku memutuskan tidak mencari pacar pengganti Dina. Ia merupakan cinta sejatiku. Orang yang mengerti luar dalam tentang aku. Aku menyayanginya. Dan akupun yakin Dina menyayangiku juga. Klise? Justru yang klise itulah yang banyak terjadi di dunia nyata.

Tiga bulan menyendiri setelah putus dari Dina, aku mencoba menghubunginya lagi dan bertemu dengannya. Di pertemuan pertama kami, aku langsung mengajaknya menikah! Dina terbengong-bengong awalnya tapi langsung tertawa memperlihatkan giginya yang rapi seperti dicetak. Tawanya sangat lepas hingga matanya berair. Aku suka tawanya.

“Aku kangen kamu” kataku setelah tawanya reda.
“Aku juga” katanya menatapku.
“Jadi kapan kita nikah?” todongku.
“Wooow, sabar dulu…” jawabnya. Aku terkejut. Benar-benar terkejut.
“Datang kerumah, bilang sama mama papa dulu, baru tentuin kapannya, oke” lanjutnya melegakanku.

---------------
Dan dua minggu kemudian…
“Saya terima nikahnya Dina Yuliana binti Deddy Yulianto dengan mas kawin tersebut diatas dibayar tunai!”
“SAAAAAHHH”


*****

Aku dan Dina menikmati seks dari sebelum menikah. Entah karena seks memang nikmat atau karena kebutuhan. Tapi bisa jadi keduanya. Aku, sebagai laki-laki, tentu saja sangat menikmati seksku dengan Dina. Bahkan aku menjuluki diriku sendiri sebagai lelaki penikmat seks. Aku mengkonsumsi hal-hal yang berbau seks via apa saja termasuk internet tentunya. Aku bahkan memiliki akun di beberapa website berbagi video seks baik lokal maupun luar. Salah satunya di empatenamX.com. Yaaah, walaupun untuk mengaksesnya aku perlu menggunakan proxy.

Sekali lagi aku penikmat seks. Jadi seks dalam jenis apapun aku suka. One on one, MILF, 3some, 4some, gangbang, you name it. Bahkan yang tabupun aku doyan. Cuckold misalnya. Aneh? Mmm, iya sih haha. Tapi karena seks eksisnya cuma di kamar tidur, maka memang sudah seharusnya jika semua aktifitas seks, apapun itu, terjadi dan berakhir dikamar tidur. Titik.

Aku juga pernah mencoba seks sambil mengkonsumsi narkoba. Walaupun aku dan Dina hanya sebagai penikmat rekreasional, bukan pecandu. Hanya sekadar ingin tahu bagaimana rasanya seks sambil high. Hasilnya? Tidak enak haha. Bukannya ngeseks, kita malah tepar ngefly. Narkoba yang kuperoleh kudapat dari Anwar, sepupu Dina. Dulunya dia yang menyalurkan barang haram itu ke lingkungan pertemanan aku dan Dina. Anwar seumuran denganku. Jadi Dina kadang suka ketawa jika aku berbincang dengan sepupunya itu. Karena aku memanggilnya Mas Anwar, dan ia juga memanggilku Mas Iwan. Hehe.

Dina? Anehnya dia punya rasa tahu yang tinggi soal seks. Pikirannya tuh seperti nyambung dengan pikiranku. Jodoh memang ga kemana, sebuah adagium lama menyatakan. Dan berkat nonton video-video seks, kita bisa mengeksplor sisi seksualitas yang bagi orang lain disebut aneh itu. Ingat, mengeksplor tidak selalu berarti melakukan juga kan. Itu beda term lah. Begini. Kita pernah ngeseks sambil menggunakan kontol-kontolan karet a.k.a dildo membayangkan bahwa kita lagi 3some. Lain waktu tubuhnya aku ikat di tempat tidur, sambil membayangkan aku memperkosanya. Ia malah kesenangan haha. Kapan-kapan gantian aku yang diikatnya, sambil pura-pura ia menghukumku dengan tidak membiarkan aku ejakulasi selama 2 jam.

Semua itu referensi dari empatenamX.com. Aku bukan member premium, hanya free member biasa. Kalau dengan free bisa mengakses ribuan video, kenapa harus jadi premium pikirku. Aku mem-follow beberapa kreator video disana. Satu yang menarik adalah nickname RFWife. Ia hanya memposting video promo sepanjang 5 menit. Jika ingin melihat video lengkapnya, aku harus mendaftar sebagai member premium. Walaupun cuma promo, videonya selalu menarik perhatianku dan sering kujadikan referensi bercinta dengan Dina. Sebab kontennya lengkap. Ada tentang BDSM ringan, 1 on 1 biasa, 3some, 4some, sampai cuckold. Anehnya ia tak pernah memperlihatkan wajahnya, selalu diburamkan. Hanya partner seksnya alias si perempuannya saja yang terlihat wajahnya. Yang paling sering adalah wajah perempuan oriental jadi kupikir lokasinya “dekat-dekat” sini juga. Singapura, Malaysia, Hongkong, disitu-situ saja.

Selama masa pacaran, walaupun aku dan Dina sering mengeksplor habis aktifitas seks berdua, kami tidak pernah melibatkan orang lain dalam aktifitas seks kami. Aku masih terlalu takut untuk mengungkapkan ke Dina perihal melibatkan orang lain. Aku takut Dina marah dan menganggapku punya niat aneh. Maksudnya jangan sampai Dina pikir aku hanya ingin seks dengan banyak wanita lain jika aku menyarankan melibatkan orang lain.

Setelah menikah kami lebih sering mengkomunikasikan keinginan seksual kami. Aku mau apa, Dina maunya apa. Kami bebas membicarakannya. Tidak ada batasan. Termasuk bagaimana merealisasikannya ke kehidupan seksual kami.

Aku dan Dina mencari info sebanyak-banyaknya di internet. Membaca sebanyak mungkin referensi dan pengalaman orang lain yang telah melakukan hal serupa di kehidupan seks mereka. Hampir dua tahun lamanya kami menyiapkan diri untuk mewujudkan keinginan seksual kami. Tidak gampang memang melakukan seks bertiga, berempat atau apapun itu. Relakah aku jika melihat Dina merintih-rintih ditindih orang lain didepan mataku? Atau bisakah Dina menahan amarah ketika melihat aku melepas ejakulasiku ke rahim perempuan lain? Sekali lagi, tidak gampang.

Tidak gampang bukan berarti tidak bisa bukan? Setelah belasan bulan menyiapkan diri, kami memulai petualangan mendebarkan kami dengan mengikuti sebuah grup percakapan rahasia yang isinya kumpulan orang-orang penggemar seks yang unik. Mau ganti unik menjadi aneh juga boleh hehe. Semua isinya adalah pasangan resmi yang telah menikah. Dan tentu saja istriku, Dina, langsung menjadi favorit diantara para pemburu kenikmatan di grup tersebut. Kami dimoderatori oleh seseorang bernama Hector. Bukan nama asli tentu saja. Mana ada nama Hector di Indonesia haha. Akupun belum pernah bertemu dengannya jadi tidak bisa juga menanyakan secara langsung. Si Hector ini yang mengatur segala sesuatunya. Jika ada yang mau tukar pasangan, bisa antar sesama anggota forum. Mau cari yang lain? Gampang, hubungi Hector saja. Ia yang mencarikan. Tapi tetap saja deal-dealnya sama kita selaku pelakunya. Tidak ada uang yang telibat disini, hanya badan saja. Tidak ada juga main hati, yaa paling tidak aku dan Dina tidak pernah sampai kearah situ. Ya itu tadi: semua aktifitas seks, apapun itu, terjadi dan berakhir dikamar tidur. Titik.

Apa saja yang pernah kami lakukan? Sampai saat ini banyak sih haha. BDSM ringan sebatas ikat-ikat tangan sama kaki sudah sering. Kalau yang melibatkan partner, kita pernah tukar pasangan dua kali, 3some formasi 2M1F sebanyak lima kali dan 2F1M sebanyak dua kali. Kelihatan kan mana yang paling sering? 3some dengan 2M1F, itulah yang paling aku suka. Aku suka melihat Dina merintih-rintih digagahi si partner. Lenguhan suaranya, desahan napasnya, geliat erotis tubuhnya saat ditindih, membuatku merasa sangat bergairah.

Dari lima kali kesempatan 3some, dua yang pertama berakhir menyedihkan hahaha. Sang partner tidak menyangka akan bertemu orang seperti Dina, dan terpukau dengan seksinya istriku sehingga tidak bisa bertahan lama. “Kamu sih seksi banget, nafsuin” kataku suatu waktu setelah si partner cabut dengan muka merah padam menahan malu. “Emmang” balasnya sambil langsung menerkamku.

Tiga kali berikutnya kami cukup selektif mencari partner. Itu semua demi suksesnya keinginan kami. Dari tiga kali itu, hanya dua kali aku ikut berperan. Satu kali terakhir aku hanya jadi penonton saja. Melihat istriku bergumul mesra dengan si partner dari jarak yang sangat dekat membuatku tahu bahwa istriku ternyata menikmati juga adegan seks panas dan “unik” tersebut. Katanya ia merasa sangat seksi, merasa sangat diinginkan oleh aku, suaminya. Oleh karena itu, semakin ia menikmati seksnya dengan si partner, semakin ia membuat aku menginginkannya. Dan itu menjadikannya sangat bergairah. Entahlah, aku tak terlalu mengerti. Yang pasti setelah si partner pergi, aku langsung “menghajar” istriku habis-habisan. Aku merasa lebih bersemangat, dan orgasmeku terasa berkali lipat lebih nikmat.

Setelah pindah ke Jakarta, aku dan Dina kehilangan momen-momen mendebarkan kami itu. Iya aku tahu, di Jakarta tentu saja lebih mudah mencari orang-orang yang sepemahaman dengan kami. Lebih mudah mencari partner juga pada akhirnya. Tapi tentu saja bertemu orang baru selalu lebih sulit dari sebelumnya. Oleh karena itu, aku mencoba menghubungi Hector, moderator kami waktu di daerah dulu. Awalnya aku hanya bertanya apa ia punya orang di Jakarta yang direkomendasikan ke kami. Butuh waktu sekitar semingguan hingga Hector kembali menghubungiku.

“Aku punya kandidatnya. Tapi nanti aku hubungi orangnya dulu, sebagai perkenalan sekaligus tanya-tanya. Kalo fix nanti aku kasih nomornya ke mas Iwan supaya mas Iwan yang ngobrol langsung sama orangnya” kata Hector suatu waktu via telepon.

“Oke, baiklah” kataku setuju.

Dua hari setelahnya, aku di Whatsapp Hector nomor telepon kandidatnya disertai sedikit penjelasan bahwa orang ini verified. Banyak respon positif terhadap reputasi calon kandidat ini. Baiklah, aku coba hubungi orangnya setelah tentunya berbicara dengan istriku. Aturan pertama yang aku dan Dina tentukan adalah kita harus bertemu dulu dengan calon partner kita. Hanya bertemu saja. Melihat dan menilai secara langsung tampilan fisik, gestur, manner, dan tentu saja ngobrol-ngobrol untuk mengakrabkan diri.

Hari pertemuan telah ditentukan. Aku dan Dina telah berada di lokasi pertemuan. Sebuah coffeeshop terkenal di Jakarta yang didominasi warna hijau. Tempatnya cukup ramai, samar-samar terdengar chit-chat dari kanan dan kiri kami.

“Sepertinya itu orangnya, pakaiannya cocok” kataku kepada Dina sambil menunjuk dengan daguku.

Seorang laki-laki dengan mengenakan kaos polo berwarna biru dongker dan celana berbahan jins yang sesuai dengan deskripsi chat WA sedang menoleh kekanan dan kiri. Ia mencari keberadaan kami. Aku mengangkat tanganku setelah aku yakin dia orangnya. Ia tersenyum ke arah kami dan berjalan meliuk-liuk menghindari sekumpulan kursi yang diatur selang-seling.


“Hai, nama saya Roy” ia menyerahkan tangannya sambil tersenyum.
“Saya Iwan, dan ini istri saya Dina” Aku menjabat tangannya.
“Roy” ia mengulang namanya saat menjabat tangan istriku.

Dari ekor mataku, aku dapat melihat istriku seperti terkejut melihatnya. Hm, mungkin karena tampang orang ini menarik? Harus aku akui Roy memiliki wajah yang rupawan. Terlihat garis rahangnya tegas, badannya proporsional, mungkin hasil ngegym? Secara umum tidak ada yang salah dengan tampilannya. Kecuali ada bekas luka di alis kirinya yang mengakibatkan alis kirinya itu terlihat terbelah menjadi dua. Satu lagi, ia wangi. Perempuan biasanya senang dengan pria wangi. Jadi aku mengambil kesimpulan bahwa sebagai impresi awal, istriku menyukai pria ini.

Roy orangnya menyenangkan, wawasannya luas, aku senang bisa ngobrol dengan orang seperti ini. Tapi aku sedikit heran, istriku berperilaku tidak seperti biasanya. Kali ini lebih banyak diam. Apakah ia masih terpesona dengan Roy? Aduh, terpesona sih terpesona, tapi udahlah masa uda 15 menitan masih terpesona juga?

“Jadi gini, mengenai aturannya…” kataku setelah obrolan perkenalan dan ngalor ngidulnya usai, “saya mulai aja dulu ya” lanjutku.
“Oke silahkan mas” jawab Roy.
“Yang pertama wajib pakai kondom” aku memulai. “Trus ga boleh anal, ga boleh buang di badan, muka, mulut, dimanapun ga boleh” aku melanjutkan dengan tegas.
“Satu lagi, Lo harus tinggalin kami setelah lo selesai. Segera.” Aku melengkapi aturannya.
“Oke” jawabnya pendek sambil mengangguk-angguk.
“Pokoknya hanya seks biasa dan normal.” Aku meneruskan.
“Mas ikut main juga? Main bertiga maksud saya” ia bertanya.
“Tergantung, kalo saya pengen ya saya ikut, kalo ngga ya ngga. Tergantung situasi aja.” Aku menjelaskan sambil melirik istriku sekilas. Ia tidak bereaksi, hanya diam menyeruput kopi esnya.
“Oke…oke siiip kalo gitu.” Sepertinya Roy sudah paham dengan aturannya. Harusnya aturan seperti ini sudah umum digunakan saat akan mengundang seorang partner dalam aktifitas seks.
“Mmm… Saya uda pernah dengan beberapa pasangan kan, jadi kadang ada sesuatu hal yang bisa bikin batal rencana kita. Jadi kalo mas Iwan dan mba Dina tiba-tiba mau batalin atau cancel, ya tinggal bilang saja. Saya ga ada masalah dengan itu. Bahkan kalopun kita uda sampai dikamarpun kalo mas ama mba mau cancel, ya ngomong aja.” Roy menambahkan dengan panjang lebar.
“Ya..ya..ya betul” aku manggut-manggut membenarkan. Ini pro nih, pikirku. Aku merasa tenang.
“Ga usah sungkan ato ga enak hati, tinggal ngomong aja” Roy mengulang.

Dan pertemuan itupun ditutup dengan konfirmasi waktu pertemuan kita selanjutnya, yaitu minggu depan.

“Kamu kenapa? Ga kaya biasanya” aku mulai mencari tahu setelah kita berada di mobil dalam perjalanan pulang.
“Ga sih mas, cuma tiba-tiba merasa ga nyaman aja” jawab istriku.
“Masalah Roy?” aku mencoba menebak.
“Bukan… bukan itu, aku sepertinya masuk angin” istriku menjelaskan.
“Ooo, aku pikir masalah Roy. Ya udah inikan kita mau pulang. Bentar lagi sampe. Kamu bisa istirahat dirumah” kataku menenangkan Dina.
“Iya” jawabnya pendek.

-------------------------------

Dalam rentang waktu seminggu kedepan, aku dan Dina sepakat untuk tidak berhubungan seks. Kita ingin menjaga level birahi kita dititik tertinggi untuk mendapatkan pengalaman yang fantastis. Mendekati hari-H pertemuan kami, aku semakin exited. Jantungku berdebar kencang jika memikirkan apa yang akan terjadi di hari itu nanti. Tentu kerena ini akan menjadi pengalaman pertama kami main bertiga di Jakarta, selain itu juga karena kami sudah lama tidak melakukannya.

“Kalau aku begini gimana Mas?” Istriku bertanya sambil memutar badannya. Meminta pendapatku atas pilihan busana yang dikenakannya. Kaos biru muda lengan pendek yang pas dibadannya, dipadu rok berbahan jins dengan panjang selutut yang memamerkan betis indahnya. Ditambah sepatu tanpa hak berwarna putih, tampilannya terlihat segar, lebih mirip abg-abg yang sering nongkrong di mall. Ia terlihat lebih muda dari usianya. Dan tentu saja tetap cantik.

“Hm, bagus. Aku suka” aku manggut-manggut Aku sendiri dengan pakaian kasual kebanggaan. Kaos polo putih plus jins hitam dan sepatu sport hitam.

“Ayo jalan.” Sudah jam 12 dan kita berdua harus makan dulu sebelum bertemu Roy. Jadi aku melajukan kendaraan ke sebuah rumah makan terdekat untuk makan siang.

Setelah makan, kita bergerak menuju titik pertemuan. Sebuah hotel. Tak lupa mampir ke Indomaret untuk membeli 1 pak kondom isi 3. Kita lebih banyak diam selama dalam perjalanan kesana. Hanya suara Isyana Sarasvati yang keluar dari speaker mobil.

“Din, kalo kamu mau batalin gapapa ya.” Kataku memecah kesunyian.
“Menurut Mas?” Adduh, dia balik bertanya.
“Lets do it. Kita bersama-sama.” Aku menekankan kalimat terakhirku untuk menenangkan istriku. Tentu saja untuk menenangkan diriku juga.
“Oke” jawabnya pendek.

Setengah jam kemudian, aku dan Dina berjalan menaiki tangga lobby sebuah hotel. Roy ternyata sudah tiba lebih dulu. Dan setelah melakukan check in, kami bertiga beranjak menuju lantai 3. Ke sebuah kamar yang akan menjadi saksi tempat kami mengadu birahi.

Kami bertiga masuk ke dalam lift. Aku menekan nomor 3 lalu liftpun bergerak naik. Kami tidak terlalu banyak bicara saat itu. Aku sibuk dengan pikiranku, kupikir Dinapun demikian. Aku tak tahu apa yang ada dikepala Roy. Tapi dapat kutebak ia merasa senang. Siapa yang tidak senang jika tahu akan mencium, menjamah, dan menerjang birahi bersama seorang perempuan cantik didepan suaminya sendiri! Jantungku berdetam kencang. Inilah saatnya. Aku meraih tangan istriku dan kuremas perlahan. Ia menoleh sambil tersenyum kepadaku.

Aku membuka pintu kamar hotel, kemudian melangkah masuk diikuti istriku dan Roy. Bau pengharum ruangan samar-samar melewati lubang hidungku. Setelah menyalakan lampu dan mengunci pintu, aku menuju ke sofa yang ada di sudut ruangan, dan meletakkan pantatku di situ. Aku menyapu pandangan ke sekeliling kamar. Tempat tidurnya berada ditengah ruangan, tepat didepan sofa yang kududuki, berukuran besar dengan seprei berwarna putih gading. Disamping kiri dan kanannya ada meja kecil terbuat dari kayu yang terlihat cukup kokoh. Jendela kamarnya lebar dan tinggi, khas desain eropa, dengan gordin yang senada dengan warna seprei. Sisanya biasa saja. Televisi berukuran besar menempel di dinding yang dicat putih, ada lemari berukuran sedang dengan kulkas mini menempel di salah satu rongga lemari yang tidak berpintu. Sama seperti kebanyakan ruangan hotel-hotel lain.

“Hei… Bengong aja” istriku tiba-tiba ada dihadapanku. “Ada masalah?” lanjutnya dengan bertanya.
Aku menatap wajahnya, “Ga… Ga ada masalah” Aku meyakinkannya.

Oke, ini bukan yang pertama kali kita melakukan hal ini. Tapi kali ini aku merasa sepertinya lumayan canggung. Mungkin karena sudah lama tidak melakukannya atau karena partnernya orang baru atau gabungan keduanya. Aku tak yakin.

“Kalian mulai aja dulu” kataku pada mereka.
“Oke, nanti kalo mas mau ikut nimbrung, langsung gabung aja ya” Roy berkata kepadaku.
“Siiip” aku mengangkat jempolku memberi isyarat setuju. Istriku mendekat, aku berdiri kemudian mencium bibirnya dengan ciuman basah. Sebelum bibir itu dicium Roy nantinya.

Istriku lalu menjauh dan mereka berdiri berhadap-hadapan didepanku. Istriku disebelah kiri dan Roy disebelah kanan. Aku mengambil posisi duduk kembali di sofa dan bersiap menikmati pertunjukan. Roy mulai beraksi. Ia maju memeluk istriku sambil bibirnya memagut bibir istriku. Walaupun agak canggung tapi istriku mulai meladeni pagutan bibir Roy. Mereka mulai saling lumat. Tangan kanan Roy mulai aktif meraba tubuh istriku, sementara tangan kirinya meraba leher istriku sambil jempolnya mengusap telinga Istriku.

“Eghm…” lenguhan awal terdengar dari mulut istriku. Kontolku berdenyut perlahan. Sensasinya mulai terasa.

Roy menarik tubuh istriku untuk lebih rapat dengan tubuhnya. Ini membuat susu istriku menempel tegak lurus ke dada Roy. Ditempel susu empuk seperti itu akan membuat siapa saja tergerek birahinya, termasuk Roy. Ia terlihat menaikan tempo gerayangan tangannya, sekarang menelusup ke dalam kaos istriku. Meraba kulit halus milik istriku. Tangannya bergerilya didalam kaos istriku menjamah apa saja yang ada disana. Roy melakukan sebuah jilatan di batang leher istriku membuat istriku melenguh lagi, “Uugghmm…” kali ini dengan suara yang lebih kencang. Tangan istriku mulai meremas baju dan celana yang digunakan Roy. Mencari pegangan atas rasa nikmat yang mulai menjalari tubuhnya.

Aku melihat semua yang terjadi didepan mataku ini dengan perasaan excited yang tinggi. Aku mulai tersangsang. Kontolku perlahan mulai mengeras. Aku mengusapnya dengan lembut dari luar celanaku. Aku belum mau mengeluarkan kontolku, belum saatnya.
Tangan Roy bergerak ke arah punggung istriku, sepertinya berusaha mencari kaitan bra. Hanya beberapa detik waktu yang dibutuhkan Roy hingga kaitan bra istriku copot. Hmm, ahli juga rupanya. Setelah kaitan bra dicopot, giliran baju kaos istriku coba dilolosi Roy. Ia mengangkat kaos istriku keatas. Istrikupun mencoba membuka sendiri kaosnya. Jantungku makin berdebar. Aku melihat adegan tersebut dengan seksama. Karena ini saatnya susu istriku akan terekspos keluar.

Akhirnya susu istrikupun muncul dari balik bajunya. Kulit susunya sangat mulus, padat dan kencang, bentuknya membulat indah, areolanya berwarna coklat muda, dan puting susu yang menggemaskan bertengger di puncaknya. Aku menahan napas. Dan saat istriku sedang berusaha membuka kaosnya, Roy secara tiba-tiba mencucupi puting susunya. Cup…! “Auw…” istriku sampai terlonjak kaget ketika Roy melakukan itu. Karena ia tidak melihatnya, kepala istriku sedang berada dibalik baju. Ditambah dengan posisi istriku yang tidak siap menerima serangan mendadak Roy membuat adegan tersebut memiliki skala erotis yang tiba-tiba melonjak drastis. Kontolku mengeras perlahan.

Tapi adegan berikutnya tidak kalah erotis dimataku. Tahu karena istriku sedang berjuang membuka kaosnya sendiri, Roy melakukan jilatan-jilatan brutal ke puting susu istriku. Lidahnya dimainkan cepat menyayat kesana kemari, menyedot dan menggigit lembut. Berpindah-pindah di kedua putingnya, Roy bebas memilih puting mana yang ia kunyah. “Ouuuhhh… Mmmmmh” Istriku tentu saja gelagapan tak berdaya mencegah Roy menyantap puting susunya. Tangannya masih terjebak dalam kaosnya sendiri. Yang bisa dilakukan istriku hanyalah sesegera mungkin membuka kaosnya supaya ia dapat meredam Roy. Akhirnya, bersamaan dengan terlepasnya baju istriku, Roy melakukan jilatan panjang terakhir dari ujung puting kanan menuju samping bulatan susu istriku, lalu langsung naik secara cepat melewati ketiak kanan putih mulus tanpa rambutnya. “Ouh…. Auh…. Uh…” Istriku seketika itu langsung terjinjit-jinjit kegelian tidak menyangka ketiaknya menjadi sasaran lidah nakal Roy. Kini, bagian atas tubuh istriku telah telanjang.

Celanaku makin sesak rasanya. Adegan terakhir itu segera membuat birahiku melesat tinggi. Sensasi seperti ini yang aku senangi. Aku melonggarkan ikat pinggang, membuka kancing dan resleting celanaku. Sekedar untuk memberi ruang kontolku yang mulai membesar dan mengeras.

Masih sambil berdiri, setelah istriku telanjang sebagian, Roy menjalarkan kedua tangannya dari punggung istriku kebawah ke arah pantatnya. Kemudian masuk kedalam roknya dan dengan gerakan yang sangat cepat mempelorotkan celana dalam istriku ke arak kakinya. Lalu melolosi celana dalam milik istriku itu sambil mengusap-usap betis mulus nan indah yang ada didepannya.

Celana dalam sudah, aku kini melihat Roy mulai mengendus-endus lutut istriku. Sesekali dijilat, lain kali digigit gemas. Tangan istriku mulai mengusap-usap rambut Roy, sesekali agak mendorong kepalanya kebawah. Jilatan-jilatan Roy pun makin lama makin naik ke paha istriku. Paha belakang istriku mulai dijamah dan diremas-remas.

Kepala Roy menelusup masuk ke dalam rok istriku, sepertinya menemukan apa yang ia cari. Aku tak bisa melihat apa yang dilakukan Roy didalam sana, tapi respon istriku seakan memberitahuku.

“Ouh... Oooo… Uh..uh..” istriku melenguh-lenguh sambil sesekali terjinjit. Tubuh istriku langsung melengkung agak condong kedepan. Aku yakin itu pasti kena titik nikmatnya. Kepala Roy tidak terlalu banyak bergerak jadi aku pikir hanya lidahnya yang membuat istriku seperti itu. Celana jinsku mulai kuturunkan, menyiapkan ruang untuk kontolku yang mulai berkedut-kedut.

“HooooHHHHH….RooooYhhhH”
“Ouhhh…”
“Wuuuuhhh….”

Erangan panjang dilanjutkan erangan pendek-pendek sambil istriku terjinjit-jinjit (lagi) memberikan kewaspadaan yang tinggi kepadaku tentang apa yang dilakukan Roy? Ya Roy memang lagi mengoral istriku sambil berdiri, tapi detilnya aku tak tahu. Ini membuatku merasa birahi tinggi. Melihat istriku melenguh-lenguh tanpa tahu apa yang diperbuat Roy ternyata membawa sensasi berbeda dari yang sudah-sudah.

Istriku menoleh kesamping, melihat kearahku dengan pandangan mata sayu penuh birahi. Napasnya memburu. Tapi ia kemudian tersenyum. Tanda bagiku kalau ia menikmati semua yang dilakukan Roy.

Roy merasa cukup, ia berdiri kemudian perlahan melonggarkan ikat pinggangnya dan sekejap saja celana jinsnya melorot kebawah. Istriku membantu membuka kaos yang dipakai Roy. Terlihat Roy memiliki figur yang bagus khas pria-pria yang ngegym, lengannya terlihat kokoh dan proporsional, otot dadanya yang walaupun tidak terlalu menonjol tapi memiliki massa yang cukup. Terlihat istriku sedang mengusap-usap sambil sesekali meremas dada bidang lelaki didepannya. Mereka kini menyisakan masing-masing satu kain penutup tubuhnya. Istriku dengan rok yang masih diposisi semestinya dan Roy dengan celana boxer ketatnya yang berwarna hitam.

Roy kemudian membimbing istriku untuk naik ke tempat tidur. Mereka bergerak cepat. Istriku langsung berbaring, tapi ternyata Roy menginkan hal lain. Ia menarik tubuh istriku memposisikan istriku untuk bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Roy menginginkan doggy style. Sebuah permulaan yang cukup berani menurutku.

Dalam posisi merangkak seperti itu, Roy mengangkat rok istriku. Muncullah bulatan pantat indah, mulus tanpa noda milik istriku. Roy dengan cepat membuka boxer hitamnya dan langsung memposisikan diri dibelakang istriku. Aku melihat kontol andalannya untuk pertama kali. Ukurannya normal seperti punyaku. Hm, aku tak perlu minder soal ukuran kalo begitu. Eh tapi itukan belum tegang maksimal. Ah sudahlah, aku tak mau memikirkannya lagi.

Aku melihat Roy mengambil kondom yang aku siapkan lalu memakainya sebagai bagian dari kesepakatan. Lalu menempatkan ujung kontolnya di pintu masuk rahim milik istriku. Jantungku berdebar kencang saat itu terjadi. Roy mendorong pelan kontolnya hingga masuk sampai ke pangkal. Persetubuhan itupun terjadi. Istriku menundukkan kepalanya. Roy kemudian mengusap-usap punggung istriku, mungkin mencoba memberi rasa nyaman.

Roy mulai menggenjot pelan. Plok……. Plok……. Plok……

“Mhhhh… uh….” Istriku melenguh. Kontolku makin keras.

Tangan Roy menjamah susu istriku sambil menggenjot lebih kencang. Plok…..Plok….Plok…

Istriku terlihat melemah, ia tak lagi bertumpu pada tangannya melainkan menggunakan sikunya sekarang. Ini membuat pantatnya makin menjulang. Roy makin bersemangat, kedua tangannya memegang pinggul istriku sekarang dan menggenjot dengan sedikit kasar. Plok…Plok…Plok…

“Uwahhh… haah…. Haaah” istriku kewalahan digenjot dengan cara seperti itu.

Aku tak tahan. Aku menelanjangi diriku dengan tangan gemetar dibungkus birahi. Sensasi yang aku nikmati sekali. Kontol tegangku bebas. Berdiri ngacung dengan gagahnya. Kepala kontolku terlihat membesar, diujungnya muncul cairan precum yang aku usapkan ke seluruh batang kontolku sebagai pelicin alami.

Aku duduk lagi, memaku mataku ke arah tempat tidur dimana istriku, Dina, bertarung birahi dengan Roy. Roy menekan pundak istriku kebawah mengakibatkan wajah istriku menempel dengan kasur. Tangan istriku mencengkram erat seprei. Roy seperti tak peduli. Dihajarnya memek istriku dengan kecepatan tinggi. Plok…Plok…Plok…

“Ghhhmmmm…” Roy menggeram. Sangat menikmati tubuh perempuan yang sedang kelojotan didepannya.

Masih sambil menggenjot, Roy menarik kedua tangan istriku kebelakang, ditelikungnya, dan mendorong kepala istriku rapat ke kasur. Kini wajah istriku menghadap tepat kearahku. Susunyapun sebagian menempel rata dengan kasur. Pantatnya yang nungging lebih tinggi dari semua bagian tubuh istriku.

Roy masih menggenjot dengan kecepatan konstan cenderung meningkat. Istriku terlihat makin kawalahan.

“Oooooouuuhhhh…..” tidak ada tanda-tanda apapun, istriku langsung terlempar kedepan. Ia telungkup lurus dikasur. Napasnya pendek-pendek memburu. Orgasme? Mungkin. Tak tahulah.

Kelamin mereka tepisah. Tapi itu hanya sasaat karena Roy dengan cepat mengejar tubuh telungkup istriku. Seakan tak ingin memutus kenikmatan yang baru saja dirasakan istriku. Dua tangannya mencoba mengangkat pinggul istriku membuatnya sedikit menungging. Dengan segera Roy duduk dipaha lalu menenggelamkan kontolnya ke memek istriku. Tak lupa tangan istriku kembali ditelikung ke belakang.

“AuuuhhhhHH…” istriku tak berdaya menerima serangan gencar mendadak Roy. Aku akui teknik yang menarik dari Roy ini. Kontolku sekeras batu sekarang.

Roy menggenjot dengan kecepatan tinggi. Plok..Plok..Plok..Plok..

Istriku membuka matanya, menatapku. Matanya sayu, alisnya mengerut, mulutnya terbuka tapi giginya menyatu. Wajah yang terbungkus birahi setahuku.

PlokPlokPlokPlok…. Genjotan tanpa henti dari Roy seketika membuat istriku makin meninggikan pantatnya. Memberikan akses ke Roy untuk menjamah titik terdalam memeknya. Matanya sudah tertutup sekarang.

“Ooooouuh… RoooooyHHhhh..” Istriku melenguh lagi

“Roooooyyyhhh…” Lagi.

“MmmmphhhHH…” pantatnya mulai bergerak liar. Tapi ia sudah tak bisa kemana-mana sekarang. Tubuhnya terpaku oleh Roy. Aku mempercepat kocokan kontolku. Tidak ingin ketinggalan momentum.

Tiba-tiba…. “HHHHHAAAAAHHHH….. Uuuhhh” lolongan panjang istriku menjemput orgasmenya. Tubuhnya meliuk-liuk erotis seakan ingin menghindar dari serbuan orgasme yang menerpanya. Roypun diam, mencoba menjepit paha dan pantat istriku agar kemaluan mereka tidak telepas seperti sebelumnya.

Melihat hal erotis didepan mataku, aku mempercepat kocokan kontolku. Aku tak mau bertahan lagi, sensasi ini begitu hebat. Aku juga ingin berejakulasi. Sekarang juga. Crooooot…. “Ugh…” Semburan pertama yang sangat nikmat keluar diikuti semburan-semburan berikutnya. Croooot… crooot.. crot.. Aku membuang spermaku kemana-mana. “Aaaahhhh…” perasaaan lega menyelimutiku. Hasratku terpenuhi sudah.
Aku mengangkat kepalaku karena mendengar lenguhan bersahut-sahutan diatas tempat tidur. Saling usap, saling raba, dan remas. Kali ini istriku terlihat bersemangat.

“Hmmmhhh…..”, suara istriku.
“Hah…hah…”, kali ini si lelaki ikut menimpali.

Roy sekarang berada diatas istriku yang telah telanjang dengan posisi misionaris. Aku tak melihat ia mencopot rok jinsnya. Sepertinya aku terlalu sibuk dengan orgasmeku tadi. Telapak tangan kiri Roy berada di susu kanan istriku. Meremas perlahan sambil memilin putingnya. Sementara tangan kanannya menahan tangan kiri istriku kesamping. Mulutnya tak kalah sibuk, menyedot puting susu kiri hingga areola coklat mudanya ikut tersedot kedalam. Tak lupa memainkan putingnya dengan lidah. “Hmmmhhh….”, istriku mendesah lagi. Menambah semangat entotan Roy yang menghujam kontolnya ke lubang selangkangan istriku.

Plok……plok……plok……plok……

Pilinan di puting kiri, emutan di puting kanan, entotan di selangkangan. Kegelian di tiga titik geli menjadi-jadi, membawa istriku mendekati tujuan akhir sekali lagi. Matanya menutup. Kaki dilebarkan sedemikian rupa, memberi akses yang leluasa kepada Roy untuk melancarkan genjotannya sekaligus memberikan rasa enak yang konstan. Telapak tangannya mencengkeram seprei, mencoba bertahan dari serangan nikmat yang diberikan si partner. Perlahan tapi pasti, ujung dagu istriku terangkat naik.

“Hmmmmmhhhh…… sssshhhh... Owchhhh…”

Yaaa, aku baru orgasme, tapi melihat reaksi istriku membuat kontolku perlahan mengeras lagi. Aku mengusap-usap lagi kontolku hanya untuk menjaga kekerasannya. Aku tak ingin orgasme kali ini. Aku ingin berejakulasi di memek istriku. Hak milikku! Tentu setelah Roy selesai.
Roy melepas kulumannya. Memandang istriku sekilas, kemudian tersenyum. Dia sepertinya tahu istriku tak akan bertahan lebih lama lagi. Maka kali ini dia terlihat fokus membawa dan menemani istriku untuk bersama-sama menyambut nikmat syahwat persetubuhan. Entotannya dipercepat.

Plok…plok…plok… plok…
“Ohhh….”
“Ohhh….”
“Nggghhhh…..”

Istriku terlihat makin keenakan. Kedua bulatan susunya yang mengkilap karena keringat perlahan naik membusung. Tangan kanan Roy langsung menyambar susu kirinya. Dengan kedua tangannya berada di susu istriku, Roy mencoba memberikan kenikmatan yang maksimal.

“Huuuuh….huuuuuh….”

Alisnya menyatu seperti sedang menahan sesuatu.

“Nikmati aja…. Lepasin…. Jangan ditahan”, Kalimat pertama Roy setelah tanpa suara beberapa menit terakhir terucap dengan sedikit bergetar. Diapun sepertinya akan menjemput orgasme.

Entotannya makin dipercepat.
Plok.plok.plok.plok.plok

“OoooohhhhHH…… AuuuuhhhhHH...” istriku makin kewalahan menerima sodokan tanpa henti dari Roy. Kepalanya terbanting kesamping kanan, kearahku. Rambut menutupi sebagian wajahnya yang berpeluh. Roy makin bersemangat. Dia ingin mengejar orgasme bersamaan. Kedua tangannya berpindah ke bahu istriku, mencari pegangan untuk menaklukannya.

Plokplokplokplokplokplok…

Sebuah jilatan ke leher jenjangnya membobol pertahanan istriku. Dengan sebuah lolongan kenikmatan, tubuhnya tersentak. Ia orgasme lagi.

“OuuuchhhHHsssss…”.

Tangannya langsung memeluk Roy dengan erat. Membenamkan kuku ke punggungnya. Tubuhnya terangkat beberapa senti dari kasur. Kakinya melingkari pinggul Roy, seakan menjaga agar kontol Roy tidak meninggalkan tubuhnya. Roy pun seperti tak mau kalah. Ia mendorong pinggulnya, mencoba meraih sedalam mungkin ujung memek istriku sambil melepas ejakulat yang sedari tadi mendesak ingin keluar. Iapun orgasme.

“Haaaah….haaaah....”

Napas keduanya bersahutan didalam kamar yang tiba-tiba menjadi sunyi. Mereka terdiam mematung. Sepertinya mencoba mengumpulkan tenaga. Atau masih menikmati momen orgasme barusan? Tak tahulah. Yang pasti aku berhasil bertahan untuk tidak orgasme kali ini. Kontolku masih keras.

Setelah berdiam diri beberapa saat, Roy mencabut kontolnya dari memek istriku lalu turun dari tempat tidur. Ia mencopot kondomnya secara hati-hati dan meletakkannya diatas bantal. Lalu mengambil pakaiannya yang berserakan dilantai, kemudian menatap istriku sambil mulai bergerak menuju kamar mandi dan berkata, “Sesuai perjanjian, saya langsung pergi setelah ini selesai.”

Masih dengan napas terengah-engah, istriku mengangguk kecil seolah mengiyakan kata-katanya. Tampaknya ia tak mampu bersuara. Aktifitas seks barusan seperti menghabiskan seluruh tenaganya. Istriku menatapku sambil tersenyum. Ada sebuah kepuasan diwajahnya. Aku yakin itu.

Tak sampai 5 menit Roy keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengenakan pakaiannya lagi. Melihat sebentar ke arah tempat tidur tempat istriku terbaring lalu berjalan perlahan menuju pintu keluar.

Membuka pintu.

Namun sebelum keluar, Roy menoleh ke sudut ruangan dan berkata kepadaku yang sedari tadi duduk diam tak bersuara:

“Makasih sudah diundang main sama istri Mas. Saya permisi.”


Setelah pintu ditutup, aku berjalan perlahan kearah tempat tidur tempat istriku terbaring. Aku naik dan mengatur tubuhku dalam posisi misionaris. Kontolku masih sekeras batu. Aku menatap matanya dengan tatapan lembut. Ia tersenyum. Senyum yang sangat manis sekali. Masih kudengar sisa-sisa napas lelahnya. Aku tahu istriku capek, tapi aku ingin dipuaskan sekarang juga. Dentuman jantungku menjadi-jadi. Aku mencium bibirnya dengan rakus. Ia membalas dengan memposisikan kontolku sejajar dengan lubang selangkangannya. Ia melepas ciumanku dan berujar, “Aku milikmu sekarang, mas. Nikmati sepuasmu”.

Bagai nyala lilin yang disiram bensin, nafsuku terbakar. Saatnya ku klaim kembali tubuh ini setelah kupinjamkan tadi ke Roy. Kudorong kencang pinggulku membuat persatuanku dengan Dina menjadi sempurna. “Oooh…” baru genjotan pertama aku merasa seluruh spermaku akan segera tumpah. Tidak bisa kupungkiri, bayang-bayang istriku menggeliat ditindih Roy mengisi pikiranku. Dan itu membuat nafsuku seakan tak bisa dibendung.

“Pelan-pelan aja mas, sabar” ia memberikan senyuman malaikatnya. Oh, betapa manisnya.

Aku mencengkeram otot penahan spermaku semaksimal mungkin agar tak segera meluncur keluar, napasku kuatur perlahan-lahan, pikiranku kukosongkan. Aku melakukan segala cara cara untuk dapat bertahan. Aku bukan laki-laki yang cepat orgasme, tapi sensasi aktifitas seks ini seolah menguji daya tahanku.

Dua puluh detik berlalu dan aku masih bisa bertahan. Oke, sepertinya aku baik-baik saja. Aku menarik pinggulku kemudian kudorong pelan. Ugh enak, aku tak merasa akan segera orgasme. Aku mulai menggenjot pelan. Plok…….. Plok…….. Plok………

“Hooosh…”, istriku mendesah. Aku menjawabnya dengan Plok…….. Plok…….. Plok………

Aku menyatukan tangan istriku keatas kepalanya, lalu kupegang dengan tangan kiriku. Sementara tangan kananku memilin puting susu kirinya yang mengeras. Mulutku langsung menyantap puting susu kanannya. Aku berusaha memberikan rasa geli di tiga titik geli seperti yang diberikan Roy.

“Maaas…” suaranya bergetar. “Nikmati aku seperti Roy menikmati aku.”

Ucapannya membakar nafsuku. Genjotanku kupercepat. Plok….Plok….Plok… Kedua tanganku memegang pinggulnya. Kali ini aku tak akan berhenti. Aku ingin spermaku keluar.

“Oooohhhhssshhhh….” Istriku melenguh kencang. Tangannya masih menyatu diatas kepalanya. Susunya yang berguncang-guncang perlahan-lahan mulai terangkat naik, badannya yang mengkilap basah oleh keringat mulai melengkung. Pemandangan sensual didepan mataku membuatku tak bisa bertahan lagi.

Kuraih kedua batang pahanya, kulebarkan kesamping. Aku ingin akses yang maksimal atas selangkangannya. Istrikupun turut melebarkan kedua kakinya. Orgasmeku mendekat. Aku terus menggenjot dengan kecepatan yang makin tinggi. Plok.Plok.Plok.Plok.

“Hoooh….Hoooh…Hoooh…” lenguhan istriku seakan membawa orgasmeku makin dekat.

Dan makin dekat. Kali ini aku tak menghindar. Aku tak tahan lagi. Ayo datanglah! PlokPlokPlokPlok…..

“Maaaassshhh… Ooooooh…” istriku tiba-tiba meraih badanku, memelukku. Kakinya melingkar di pinggangku. Aku merasa memeknya menyedot masuk seluruh kontolku, mencoba memerah spermaku. Ini dia! Croooooot…. Aku orgasme. Spermaku memancar deras. Crooooot… “Ooohhh” ini enak! Crooot… Luar biasa! Croot… Crot... Aku jatuh menindih tubuh istriku. Tubuhku terasa lelah sekali. Telingaku berada diantara susunya. Aku mendengar detak jantungnya yang berdebar kencang. Kami diam tanpa suara.

Setelah beberapa saat, istriku berbisik ditelingaku, “I love you three thousand.” Hm, Iron Man, pikirku. “I love you three thousand and one. Aku lebih banyak satu dari kamu” balasku. Istriku tertawa hingga kepalaku terlonjak dari dadanya.

Aku turun dari tubuh istriku, berbaring disampingnya. Berdua kita memandang langit-langit kamar hotel. Napas kami berangsur normal kembali. Aku melirik kesamping sekilas. Ia menutup matanya. Akupun menutup mataku. Oh istriku, kamu tak tahu betapa beruntungnya aku memilikimu. Tak sampai semenit semuanya menjadi gelap. Aku tertidur.

*****​
 
Terakhir diubah:
*****

Aku melirik ke arah jam dinding, “Sudah jam 11an rupanya, bentar lagi istirahat” aku membatin. Aku mengambil ponselku. Ada beberapa pesan Whatsapp yang sedari tadi sengaja aku abaikan karena kesibukanku hari ini. Membaca satu per satu, membalas jika perlu dibalas.

Jam 12 pas bertepatan dengan pintu ruanganku terbuka. Muncul sebuah kepala yang ternyata milik Pak Rudi.


“Istirahat dulu lah. Ayo, makan dulu. Kebetulan saya mau ke kantin. Gabung yo” ajak Pak Rudi.

Hm, tidak ada salahnya aku gabung sama mereka, jadi “Oke” jawabku pendek saja.

Aku berjalan dengan Pak Rudi menuju kantin. Aku memesan soto ayam ke mamang penjaga kantin, Mang Udin namanya, sedangkan Pak Rudi memesan pecel lele. Lalu kami duduk bergabung dengan Pak Yanto yang ada lebih dulu disitu. Kantin itu lumayan ramai. Lagi banyak karyawan yang memilih makan di kantin. Tiba-tiba suasana makin ramai dengan ocehan beberapa karyawan yang men-cengin kawannya sambil tertawa. Aku perhatikan ternyata ngomongin sepakbola. Ya, apa lagi yang diobrolin para pria selain wanita dan sepakbola.

Sambil menunggu pesanan kami datang, masuklah seorang karyawan yang disambut riuh karyawan yang lain. Aku menebak ini nih si calon yang bakal dibully haha.

“Ada yang dibantai semalam hahaha empat kosong cuuy” seorang karyawan meledek.

“Baru pekan pertama uda dibantai” sahut yang lain. Hm, sepertinya mereka membahas pertandingan Liga Inggris semalam antara MU lawan Chelsea.

“Iya nih, geddek gua, masa Sarri yang uda bagus diganti Lampard. Gini kan jadinya.” ujar si karyawan yang baru datang yang tampaknya penggemar Chelsea.

“Tenang aja, emyu juga ga bakal juara. Wong badut semua isinya”, yang lain ikut nimbrung yang langsung rame dibalas kawan-kawannya bersahut-sahutan sambil saling timpuk kertas tisu. Sialan, MU dibilang isinya badut. Ingin kulempar tisu beserta tempatnya.

“Waaah, iya tuh…” Ini lagi pada setuju.

“Cuma Maguire yang datang…” Harusnya MU getol nyari bek bagus sih. Macam De Ligt gitu. Aku membatin.

“Tapi tahun ini gue masih pegang City” Aku setuju.

“Liverpool laaah” yang lain tak mau kalah. Aku setuju juga. Yang penting liga jadi seru.

“Udah ah, mo makan dulu gue. Mang, soto ayam yah”

Aku dan Pak Rudi tersenyum mendengar pembicaraan mereka. Tidak akan selesai-selesai jika membahas bola.

“Ini pak, soto sama pecel lelenya.” Mang Udin datang membawa pesanan kami.

Sambil menyantap makan kami, Pak Rudi mengatakan bahwa hari rabu lusa ia akan mengunjungi kantor cabang didaerah. Kunjungan rutin sambil memantau pekerjaan yang dilakukan kantor cabang tersebut. Bukan tugasnya memang tapi sepertinya Pak Rudi senang melakukannya.

“Sendiri pak? Ga ajak sekretaris?” tanya Pak Yanto yang telah selesai makan.

“Iya sendiri aja. Ga perlu lah, ini kunjungan rutin saja, ga lama.” Jawab Pak Rudi.

“Disana kan ada Ely ya Pak hehe” Pak Yanto terkekeh. Mmmm…, aku tahu nih arah pembicaraannya.

“Udah ganti hehe” gantian Pak Rudi yang terkekeh.

“Siapa Pak?” sepertinya Pak Yanto penasaran.

“Lisa”, Pak Rudi menjawab pendek.

“Enakan mana sama Ely” tanya Pak Yanto mengagetkanku. Kalo masalah cari perempuan disela-sela kunjungan ke daerah sih aku sudah sering mendengarnya. Kaget karena vulgar aja ngomongin hal beginian dikantin kantor yang rame.

“Menang Lisa lah jauh, bodynya aja lebih top. Pak Yanto kan mau kesana bulan depan, sekalian cobain aja si Lisa haha…” jawab Pak Rudi sambil tertawa lepas. Mereka berdua bicara lempeng aja, seperti tak peduli orang lain akan mendengarnya.

“Pak Iwan kalo mau kunjungan kabarin saya yah, saya kasih rekomendasi yang bagus ehe ehe ehe.” Pak Rudi memberikan saran kepadaku. Aku tersenyum saja mendengarnya.

“Pak Rudi punya banyak stok yang bagus-bagus” sambil sedikit berbisik, Pak Yanto berkata kepadaku.

“Ehe ehe ehe, bisa aja Pak Yanto ini” Pak Rudi merasa jumawa. “Yo balik.” Ajak Pak Rudi.

Rudi Rustam. Pria tambun paruh baya itu Direktur Keuangan kami. Usianya aku tebak 42an tahun. Mungkin lebih tua. Aku tidak pintar menebak usia seseorang. Penampilannya selalu rapi dan harum. Perut buncitnya seakan menegaskan tingkat kesejahteraannya. Hari pertama aku di kantor ini langsung kudengar tentang reputasinya. Yang baik maupun yang buruk. Tentang ia yang menyelamatkan perusahaan ini dari kebangkrutan, tentang kepiawaiannya bernegosiasi, tentang betapa profesional dirinya, semua hal baik tentang Pak Rudi kudengar dihari pertama aku kerja.

Sayangnya, semua hal burukpun aku tahu sejak hari pertama juga! Ia sering gonta-ganti sekertarisnya yang notabene cantik dan seksi, suka main perempuan, dan bahkan konon kabarnya ia pernah menyuruh sekertarisnya mengoralnya saat ada meeting diruangannya! Tentu saja kabar itu seperti kabar angin saja karena tidak ada yang dapat membuktikannya. Ia berada dibalik meja besarnya saat meeting itu dan tidak pernah beranjak. Tidak ada yang tahu apa yang tejadi dikolong mejanya kan?

Tapi tak ada yang bisa dilakukan. Ia seperti tak tergantikan di perusahaan. Mungkin karena belum ada yang setanding dengannya, atau karena ia overpower terhadap pemilik perusahaan ini. Aku tak tahu.

Aku kembali ke ruanganku. Aku membuka WA di ponselku, terlintas dipikiranku aku ingin mengundang Roy untuk sekali lagi menjadi partner buat Dina. Bayang-bayang aktifitas Roy dan Dina masih lekat dalam ingatanku. Hanya dengan menghayalkannya sudah cukup membuat aku bergairah. Dan sekarang aku ingin mengulang lagi hal tersebut. Aku belum bicara dengan Dina, kupikir nanti saja jika Roy sudah fix dengan undanganku. Dina pasti mau, aku meyakinkan diri.


“Siang bro” chat pertama kukirim.

“Siang juga mas” balasan datang semenit kemudian.

“Ada waktu buat saya dan dina?” aku berdebar mengetiknya.

“Buat apa mas?” Hah? Dia nanya buat apa? Apa aku harus to the point gitu. Buat tidur ama istri gue! Gitu?

“Yang seperti sebelumnya” aku asal ketik saja, tak tahu harus balas apa!

“Mas undang saya jadi partner lagi?” Naah tu ngerti. Akhirnya…

“Saya free mulai senin depan mas, rada sibuk kalo minggu ini” Roy melanjutkan.

“Seminggu lagi ya kira2” aku memperjelas.

“Iya” balasnya pendek.

“Oke. Nanti kabarin saya kapan pastinya ya” aku menutup percakapan.

“Sip” pendek saja.

Aku menarik napas. Oke tunggu jawaban dari Roy. Nanti malam aku akan membicarakan dengan Dina. Aku kembali menyibukkan diri dengan pekerjaanku. Ada beberapa hal harus diselesaikan hari ini juga. Masalah perpanjangan kontrak karyawan lama yang jatuh tempo sebulan lagi, kontrak karyawan baru, masalah asuransi swasta, BPJS, dan lain lain. Yang bisa kudelegasikan akan kuserahkan ke bawahanku. Aku hanya mengontrol dan melakukan hal-hal yang penting yang biasa dilakukan seorang Manager HR. Hari makin sore, jam kantor hampir usai. Aku menggeliat dikursiku, meluruskan otot-otot yang kaku karena berjam-jam duduk hampir tak bergerak. “Trung!” bunyi WA masuk. Aku langsung membukanya.


“Mas” dari Roy ternyata. Ia masih mengetik, jadi kutunggu saja pesan berikutnya.

“Saya mau nawarin sesuatu buat mas”

“Apa itu?” aku tak terlalu bersemangat menanggapinya. Mau apa si Roy ini.

“Tawaran yg bs bikin mas lbh excited dr yg sbelumnya” Iyaaa, apa itu, kan uda aku tanya tadi! Aku tak nyaman membaca pesan orang yang sering menyingkat-nyingkat kata. Tapi hampir semua orang melakukan itu. Apa bayar lebih murah kalo menyingkat-nyingkat kata? Heran. Roy lagi mengetik, jadi aku tunggu lagi pesan berikutnya. Lumayan lama, sepertinya penjelasan panjang lebar. Aku membereskan mejaku, bersiap-siap untuk pulang. “Trung!”

“Jadi gini. Mas ijinin sy main sm istri mas berdua aja, tapi istri mas ga tau klo mas ijinin istrinya main sm sy. Nnti sy rekam trus videonya sy kirim ke mas” aku sedikit kaget mendapati tawarannya demikian. Aku mencerna kata demi kata pesannya, satu-satu. Mencoba memahami maksudnya. Jadi Roy ingin main berdua Dina, aku berhenti sebentar, okeeei. Dan Dina ga tau kalo aku ijinin dia main sama Roy, gitu? “Trung!” sebuah pesan masuk lagi.

“Jd masnya bs mlihat seliar apa istri mas nantinya. Bgmn?” Aku menelan ludah. Apakah istriku menjadi lebih liar jika hanya berdua dengan Roy? Apakah nanti Dina…? Apakah Roy akan…? Banyak pertanyaan yang tidak selesai berputar-putar dikepalaku.

“Tapi klo mas tdk mnyetujui ya gpp. Namanya jg tawaran.” Klise. Kalo tidak setuju, tidak apa-apa. Semua pasti begitu: Kalo tidak setuju, tidak apa-apa. Aku dan Dina sudah melakukan hal-hal liar tentang seks. Aku tiba-tiba jadi penasaran apa Dina bisa lebih liar lagi? Seperti apa keliarannya jika memang bisa lebih liar?

“Ada jaminan istri saya bisa lebih liar? Tau dari mana?” aku akhirnya bertanya.

“Ada bberapa klien sy yg uda coba. Istri mrk lbh bisa mengekspresikan diri, suami lbh semangat. Sampe skrg si istri tdk tau klo suami tau kelakuan mreka. –emot ketawa-“ Hati kecilku tertarik dengan ide ini.

“Gimana cara supaya istri saya mau?” ini pertanyaan penting yang ingin kuketahui.

“Sy yg ajak istri mas. Sy punya cara utk itu. Sy cm minta nomornya istri mas kalo mas berkenan” sejujurnya aku penasaran, bagaimana ia akan mengajak Dina? Apa yang akan dikatakan pada Dina?

“Butuh waktu berapa lama?” aku betul-betul ingin tahu.

“Sekitar 2 minggu paling lama” balasnya. Wooow, apa yang ditawarkan ke istri-istri itu ya? 2 minggu menurutku merupakan waktu yang cukup cepat. Atau cukup lama?

“Ok. Nanti saya pikirkan lagi kalo gitu” aku akhirnya membalas. Tentu saja aku akan pikir-pikir dulu, masa langsung iya sih.

“Iya mas kabarin aja” Roy mengakhiri percakapan.

Hm, aku menutup ponselku, mengambil tasku lalu beranjak pulang.

--------------------------------------

Hingga dua hari sesudahnya, aku masih memikirkan tawaran dari Roy. Ada perasaan yang “aneh” jika membayangkan istriku hanya berdua saja bersama Roy. Aku tak tau ini perasaan apa. Campur-campur tidak jelas. Yang pasti aku condong untuk merealisasikan ide dari Roy. Aku sangat ingin melihat apa yang bisa diperbuat Roy terhadap istriku hingga istriku bisa lebih liar dari sebelumnya. Ugh, Kontolku berkedut perlahan.

Akhirnya aku kembali menghubungi Roy.


“Bro” aku memulai.

“Iya mas, ada apa?” balasnya cepat.

“Mengenai tawaran lo, gw ikut.” Aku mengetik dengan perasaan berdebar-debar.

“Ini nomornya istriku. +62813XX9XX22X” lanjutku dengan tangan sedikit gemetar.

“Ok. Nnti sy kabarin pkembangannya scr detil” Roy membalas masih dengan menyingkat-nyingkat.

Aku menarik napas dalam-dalam. Masih menatap layar ponselku yang belum mati. Apa tindakanku sudah tepat? Ada yang sedikit mengganjal perasaanku. Tapi aku tak dapat menjelaskan hal itu. Aku menyerahkan istriku untuk ditiduri Roy! Suami macam apa aku ini. Kan sebelumnya juga Roy pernah tidur dengan istriku. Iya, tapi itukan ada aku disitu. Ya sama saja, bedanya kali ini cuma lewat video. Ya beda lah, kalo ada apa-apa dengan istriku gimana? Berbagai penjelasan berlompatan sambung menyambung dikepalaku. Sekali lagi, apa tindakanku sudah tepat?

Aku menghabiskan hariku dengan tidak bersemangat. Aku coba menghibur diri dengan satu penjelasan yang cukup logis menurutku. Kan belum tentu istriku mau!

Beberapa hari setelahnya aku sepertinya lupa akan tawaran Roy yang aku iyakan. Kesibukan dikantor cukup menyita waktuku. Membuat aku tak lagi memikirkan tawaran Roy. Hingga disuatu sore.


“Mas, sy punya sdkt update. Walopun blm 100 persen, mba dina sprtinya mau sy ajak.” Aku membaca pesan WA-nya Roy dengan perasaan tak menentu. Emosi, marah, cemburu disatu sisi. Namun disisi lain aku merasa penasaran, terangsang, dan bernafsu. Aku tiba-tiba merasa lemas. Bayangan Dina, istriku, akan bergulat mesra dengan Roy membanjiri pikiranku. Tapi aku tak mengerti satu hal, kenapa Dina mau? Yaaa, belum 100 persen sih seperti kata Roy. Tapi dititik ini aku merasa bahwa Roy akan berhasil membujuk Dina agar…. agar… ‘Tidur’ mungkin kata yang lebih sopan? Iya tidur aja. Agar tidur dengan Roy!

Kapan Roy akan berhasil? Kapan juga rencana mereka dilaksanakan? Apa aku harus menanyakannya ke Roy? Atau Roy sendiri yang akan mengatakannya padaku? Semua masih gelap.

“Kalau sudah berhasil lalu?” pendek saja balasanku setelah jeda sekian menit.

“Nnti sy kabarin wkt dan tempatnya” Balasnya. Sejujurnya, aku tak tahu harus membalas apa. Jadi aku memilih untuk diam saja.


Ternyata setelah itu, aku makin merasa excited. Merasa semangat lagi jika membayangkan Dina dan Roy akan bertemu. Aku bahkan bertanya-tanya, kapan itu akan terjadi. Aku akan menonton videonya dengan kesenangan yang luar biasa. Aneh, apa sebabnya? Sejujurnya aku tahu. Tapi jika aku telaah, sebenarnya ini hanya memindahkan posisiku dari berada di lokasi kejadian ke tempat lain. Aku bisa melihat semua yang terjadi, walaupun butuh waktu. Aku belum tahu kapan Roy akan mengirimkan videonya. Dihari yang samakah? Atau keesokan harinya? Bagiku semakin cepat video dikirim, semakin baik. Oke, aku akan minta padanya untuk mengirim videonya secepat mungkin. Aku tiba-tiba merasa tak sabar.

Hingga akhirnya. “Trung!” Sebuah pesan WA masuk di suatu sore yang dingin. Aku melihat previewnya sekilas. Dari Roy. Ada hari dan tanggal tertera disitu. Seketika aku mematung. Jantungku langsung berdebar kencang. Inikah hari H nya? Dengan jari bergetar ku swipe pesan itu agar bisa kubaca.


“Rabu tgl 21 ags sy dan mba dina brencana utk btemu. Smg lancar.” Ya, beberapa hari lagi, aku bersemangat. Saking semangatnya aku hanya membalas dengan “Oke.”

Aku berpikir, aku tak akan meminta seks dulu ke istriku dalam beberapa hari kedepan. Tentu saja untuk memberikan efek yang lebih dahsyat dari terakhir kali kami dengan Roy. Aktifitas rumah tangga aku dan istriku tetap berjalan normal. Kuperhatikan tidak ada yang ganjil dari sikap dan tingkah laku istriku. Ia akan bertemu dengan Roy! Dan tak ada apapun yang memperlihatkan keanehan dari kesehariannya. Aku malah yang jadi kebanyakan menghayal. Tentang lokasinya, tentang durasinya, tentang videonya, tentang apa saja yang mungkin terjadi dari pertemuan mereka.

*****

“Mas, nanti aku mau ketemu temen yah. Di mall gitu. Paling sore seperti biasa aku uda pulang.” di pagi hari tanggal 21 Agustus, sebelum aku kekantor, Dina meminta ijin kepadaku.

“Oke, hati-hati aja yah” jawabku. Kalimat minta ijin yang sudah sering aku dengar. Paling kata mall-nya diganti kafe, bioskop atau apalah itu. Aku tak pernah menanyakan dengan siapa ia akan bertemu. Tapi kali ini aku tahu dengan siapa ia akan bertemu.

Seharian itu aku menunggu video kiriman Roy dengan perasaan tak menentu. Sedikit mengurangi konsentrasiku terhadap pekerjaan hari ini. Aku melihat ke jam dinding di kantorku. Sudah jam setengah dua lewat sekarang tapi aku merasa hari ini berjalan sangat lambat. Jarum jam seakan malas bergerak. Setengah jam lagi. Roy menjanjikan bahwa sekitar jam 2 ia akan mengirimkan videonya kepadaku. Aku berharap itu jam 2 tepat. Aku tak sabar menunggu.

Aku membuka ponselku. Tak ada notifikasi WA apapun. Aku sadar baru satu menit yang lalu aku membukanya. Aku menarik napas panjang. Ponselku kuletakkan didalam laci, mencegahku untuk kembali membukanya. Aku beranjak keluar ruanganku, menuju toilet, padahal aku tidak merasa sedang ingin buang air sekarang. Aku masuk, mengunci diriku didalam. Lalu aku duduk di kloset, menopang daguku. Aku melirik jam tanganku, jarum panjangnya bergeser 4 titik dari waktu aku melihatnya terakhir kali. Hm, paling tidak aku sudah membuang 4 menit dari tadi.

Apa aku harus mengecek ponselku sekarang? Paling belum ada pesannya. Habis ini aku kemana ya… O iya, aku akan kekantin, cari minuman dingin dan menghabiskan waktu beberap menit disana. Oke, aku segera keluar dari toilet, menuju kantin. Aku berjalan dengan sedikit lebih lambat, menghabiskan waktu, pikirku.

Aku berjalan ke arah kantin dengan melewati sebuah ruangan besar yang bersekat-sekat setinggi dadaku, tempat para bawahanku bekerja. Hm, besar juga ruangan ini. Sepertinya ada beberapa divisi yang disatukan di ruangan ini. Sebelumnya aku tak terlalu memperhatikan.

Orang pertama yang kulihat lagi sibuk adalah Hamid, pria brewokan keturunan arab yang menjabat sebagai Supervisor di divisi yang kupimpin. Disampingnya ada Rudi, namanya sama dengan Direktur keuangan kami. Aku terus melangkah. Dibelakang Hamid ada seorang wanita, aku lupa namanya. Disampingnya ada Dini. Mirip dengan Dina, nama istriku. Aku melangkah lagi. Kali ini ada Irma. Tentu saja aku ingat namanya. Ya, benar. Ia paling cantik, bunga di kantorku. Dengan jilbab pinknya, ia terlihat segar di siang yang panas ini. Ia sadar ketika aku berjalan mendekat. Ia tersenyum sambil menunduk sopan sekedar berbasa-basi, memamerkan deretan giginya yang rapi. Aku balas tersenyum.

Kakiku terus kuayun hingga memasuki ruangan kantin yang kosong. Aku langsung berjalan menuju lemari pendingin, mengambil satu botol teh kemasan. Aku membayarnya, lalu duduk sejenak sambil membuka tutupnya. Harum wangi melati menyeruak begitu tutupnya berhasil kubuka. Aku segera memindahkan sebagian isinya menuju perutku. Segar sekali.

Aku melirik jam tanganku. Jam satu lima puluh sekarang. Sepuluh menit lagi sebelum jam 2. Jantungku perlahan berdetak makin kencang. Pikiranku langsung fokus ke apa yang aku tunggu. Video seks Roy dengan istriku. Hanya memikirkan saja sudah membuat kontolku berkedut.

Aku menghabiskan teh kemasanku perlahan. Meletakkan botol kosongnya dimeja, lalu berjalan kembali kearah ruanganku. Aku ingin mengecek ponselku, berharap ada video yang dikirimkan Roy. Aaah, kenapa lama sekali? Aku kembali melewati ruangan besar bersekat tadi.

Aku tiba diruanganku. Aku langsung duduk, membuka laci dan langsung mengambil ponselku. Tidak ada pesan apapun! Oh, aku makin gusar. Menunggu adalah hal paling menyebalkan bagiku. Apalagi disaat-saat seperti ini.


Trung! Bunyi pesan WA masuk. Aku kaget. Muncul preview notifikasi di layar ponselku. Sebuah link?

Trung! Trung! Dua pesan masuk berurutan dari… ROY!

Sekelebat kubuka ponselku dengan dada bergemuruh. Pesan pertama berisi sebuah link Google Drive. Pesan kedua berisi, “Mas, ini aku kirim linknya via google drive”. Pesan ketiga berisi, “Mas tinggal klik trus download”. Kubalas dengan “Oke”

Trung! Pesan keempat masuk. “Enjoy the show…-emot senyum-“

Jantungku berdebar makin kencang, napasku terasa ngos-ngosan. Ini videonya! Video Roy dan istriku…. Mereka sudah… Seketika itu perasaan nafsu membuncah, dicampur amarah mendidih, disiram cemburu yang menggelegak. Aku tiba-tiba merasa tak bertenaga. Aku merasa suasana disekitarku jadi hangat. Keringat mulai muncul di dahiku. Tanganku gemetar mengklik link video kiriman Roy.

Loading… Lalu menuju ke alamat Google Drive yang dimaksud. Sebelum masuk, aku diminta memasukkan email googleku sebagai verifikasi agar aku bisa memodifikasi file tersebut. Kuketik emailku dengan tangan bergetar. Aku tak bisa menjelaskan apa yang aku rasakan. Semuanya campur baur. Klik OK. Dan masuk.

Astaga filenya besar sekali. Satu koma dua giga. Tak cukup ku download dengan paket dataku. Aku berpikir keras, dimana tempatku mendownload. Wifi kantor? Tidak, lalu lintas datanya akan menarik perhatian. Wifi kafe? Tidak aman. Wifi rumah? Kelamaan, harus nunggu pulang dong. Istriku bisa jadi sudah dirumah saat aku pulang nanti sore. Beli paket data tambahan? Bisa. Tapi setelah di download aku ingin melihatnya sesegera mungkin. Tapi tak mungkin aku melihatnya di kantor. Ting, sebuah ide terlintas di otakku.



Aku sekarang dalam perjalanan pulang. Jalanan masih lumayan lengang di siang seperti ini membuat aku bisa lebih cepat tiba di rumahku. Ya, aku ijin sakit. Keringat yang muncul di dahiku dan wajahku yang seperti orang sakit seakan menegaskan hal itu. Aku sangat ingin tiba dirumah. Oke tak lama lagi aku sampai.

Kumatikan mesin mobil segera setelah terparkir sempurna di garasi rumahku. Aku merasa seperti terbang ketika sadar telah berada di dalam kamar. Kubuka ponselku, kubuka linknya, klik OK dan proses mendownload file itupun dimulai. Satu koma dua Giga. Mungkin 15 menitan baru selesai? Aku mengira-ngira. Sambil menunggu, aku kearah dapur, menuangkan segelas air dingin dan langsung kuteguk habis. Kuisi lagi gelasnya, aku bergerak ke arah kamar.

Lima belas menit yang seperti lima belas jam bagiku. Aku dipenuhi rasa excited yang berlimpah ruah ketika file itu akhirnya berhasil ku download. Aku menatap sesaat layar ponselku yang menampilkan pesan “Your file has been downloaded successfully”.

Aku duduk di tempat tidur, memposisikan badanku bersandar di bagian sandaran tempat tidurku. Kakiku kuselonjorkan lurus kedepan. Aku menarik napas panjang mencoba meredakan ketegangan ototku. Dengan tangan bergetar kutekan tombol play.

Video pun dimulai.

*****

Aku terbangun mendengar ketukan di pintu depan. Astaga, jam berapa ini? Aku memincingkan mata mencoba melihat jam dinding yang masih samar bagiku. Jam 16.55. Cukup lama aku tertidur rupanya.

Duk…duk…duk… “Maaaas…” suara Dina, istriku, memanggil.

“Bentaaar…” aku berdiri dari tempat tidur lalu berteriak kearah pintu. Aku melihat ke diriku sendiri. Betapa berantakannya diriku. Aku telanjang dada, celanaku melorot sampai kaki. Samar-samar bau sperma tercium dari badanku. Di perut, dada, serta pahaku terlihat jejak sperma yang mengering. Aku memakai celanaku, menyambar kemeja yang tadi kubuka dan memakainya sambil berjalan ke pintu depan.

“Kamu sakit?” tanyanya seketika melihatku yang berantakan. Ada nada kekhawatiran yang tulus kudengar disana. Aku tersenyum. “Iya, sakit kepala aja kok. Aku uda minum obat, trus tidur sebentar dan sekarang uda baikan” jawabku meyakinkan.

“Bener?” tanyanya lagi. Aku mengangguk.

“Aku punya oleh-oleh buat kamu. Tapi tunggu aku bikinin teh dulu ya.”

Aku kembali mengangguk. Istriku kemudian melangkah ke dapur. Aku menatapnya yang berlalu dari hadapanku. Baju dan celananya sama seperti di video yang barusan aku tonton.

Ketika seorang perempuan selingkuh, maka ia akan melayani suaminya lebih dari biasanya. Untuk membayar rasa bersalah yang telah dilakukan. Dimata istriku, ia yang selingkuh, tapi dimataku aku yang mengijikannya selingkuh tanpa ia ketahui

Sisa hari itu berjalan seperti biasanya.

*****

Setelah hari itu, istriku beberapa kali minta ijin keluar bersama temannya. Kuijinkan saja. Karena aku tahu istriku pasti bosan tinggal dirumah sendiri terus-terusan. Aku tahu ia butuh jalan-jalan, nongkrong, dan lebih penting butuh mengetahui kota Jakarta yang baru sekitar enam mingguan kita tinggali. Ijin kuberikan padanya hanya sampai jam 5. Aku tak mau jika lebih dari itu. Dan dari beberapa kali keluar, ia selalu pulang tepat waktu.

Hari inipun demikian. Walaupun ia terlihat lebih letih dari biasanya. Ketika aku tanya ia hanya mengatakan ia pergi ketempat yang agak jauh, trus pulangnya terjebak macet berjam-jam. Dan setelah mandi, istrikupun langsung tertidur pulas. Sebenarnya aku kasihan dengannya, aku tak pernah menemaninya jalan-jalan. Tapi hei, kenapa aku tidak mengajaknya makan malam sekali-kali. Aku ingin membuat kejutan padanya. Maka…

“Cepat mandi, dandan yang yang cantik. Aku ajak kamu makan malam.” kataku suatu sore setelah pulang dari kantor.

“Sekarang?” tanyanya melongo. Aku mengangguk. Istriku tersenyum kesenangan seperti anak kecil. Sangat menggemaskan.

“Ohh…” aku terpesona melihat dandanannya ketika keluar dari kamar. Rambutnya diblow hingga mengembang indah. Dress hitam yang hanya setengah pahanya akan membuat mata laki-laki menempel disana. Dengan hak tinggi hitam, kaki jenjangnya terlihat menakjubkan. Ia sangat seksi sekali! Aku menelan ludah. Aku mengaguminya. Sangat.


“Sempurna” aku bergumam pelan, lebih ke diriku sendiri sebenarnya.

Kami tiba di sebuah rumah makan bergaya western. Petugas valet membukakan pintu depan kiri tempat istriku berada yang langsung disambut paha indahnya. Satu pria terpaku matanya ke paha mulus istriku.

Kami berjalan masuk bergandengan setelah memberikan kunci mobilku ke petugas valet. Aku merasa sangat percaya diri menggandeng Dina. Terlihat beberapa wajah lelaki menoleh ke arah kami. Dua, tiga, ups empat pria yang matanya lengket di paha Dina. Aku tak menyalahkan mereka karena aku akan melakukan hal yang sama seperti mereka.

Aku sengaja meminta meja kami dihias lilin untuk memberi kesan romantis pada makan malam kali ini. Dalam temaram lampu dan lilin, kami menikmati makan malam kami. Aku tak bosan-bosannya menatap wajahnya. Wajahnya terlihat eksotis dalam cahaya lampu seperti ini. Tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata rasa sayangku ke Dina malam ini. Tapi yang pasti aku ingin bercinta dengannya dirumah nanti.

“Mas, aku ketoilet dulu yah”

“Oke” Hm, sebaiknya memang begitu sebelum kita pulang pikirku. Ia kemudian berdiri lalu berjalan kearah toilet dibagian belakang ruangan ini. Kulihat ia berlalu membelakangiku. Dress hitamnya terangkat sedikit tinggi dari seharusnya, mungkin tertarik keatas karena ia berada dalam posisi duduk tadi. Tapi Dina berjalan saja, tidak memperbaiki dressnya dan memilih memamerkan pahanya lebih tinggi lagi ke siapa saja yang mau melihatnya.

Aku merasa ia berada di toilet cukup lama, hingga ia akhirnya muncul dengan rambut yang sedikit berantakan. Dari toilet tapi masih berantakan? Bukankah toilet tempat merapikan segala sesuatunya? Tak tahulah, tapi dengan berantakanpun, ia bisa membuat kontolku berkedut lembut.

Kami bercinta dengan panas malam itu seakan itu percintaan terakhir kami. Aku merasa Dina lebih bergairah, yang pada akhirnya membuat aku semakin bergairah lagi. Kami mengeksplor setiap sudut ruangan dirumah. Termasuk ruang kerjaku. Kubaringkan dimeja kerjaku lalu kugenjot sambil berhayal Dina adalah sekertaris binalku yang nakal mengganggu bosnya. Aku orgasme dengan kedua betisnya dibahuku. Dan sebelum kucabut kontolku, Dina menggodaku, “Jadi, aku naik gaji ga Bos hihihi.” Bener-bener perempuan ini!

*****

Seminggu setelahnya, aku mendapat pekerjaan menantang. Pekerjaan pertama yang aku tangani secara full. Lepas dari manager yang lama. Ini terjadi karena tentu saja ada kontrak baru yang perusahaan kami terima. Sebelum-sebelumnya aku dan manager yang lama masih berbagi tugas menangani masalah HR. Karena kontraknya terjadi di masa jabatan manager lama. Aku tentu senang, akhirnya aku memegang sebuah proyek sendiri. Walaupun konsekuensinya ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan dirumah.

Seperti sekarang ini walaupun jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, aku masih berada didepan laptopku. Dina sudah tidur daritadi. Setelah merampungkan pekerjaan, aku secara iseng membuka website empatenamX.com, sekedar mencari inspirasi sekaligus mencoba merilekskan otakku dengan melihat video-video porno didalamnya sebelum beranjak tidur. Ada banyak notifikasi yang muncul karena aku memang sudah lama tidak membukanya. Beberapa kulihat, beberapa ku lewati.

Namun ada satu yang tiba-tiba menarik perhatianku. Notifikasi dari akun RFWife. Ada video porno promo baru darinya sepanjang lima menit dengan judul: Best Hotwife I Fuck. Woow, judulnya menarik sekali. Dengan tak sabar, aku kemudian mengklik video promonya. Loading, dan….

OH TIDAK!!! Jantungku seketika berdebar sangat keras! Napasku terhenti. Aku merasa ruangan kamar kerjaku berputar-putar. Dadaku sesak. Aku merasa sangat lemas. Tanganku lunglai kesamping kursi. Aku sedang melihat video Roy sedang menggumuli istriku! Tapi aku tak bisa berkonsentrasi. Aku hanya melihat video 5 menit itu berakhir dengan tatapan kosong penuh amarah. Aku bahkan lupa bagaimana isinya. Yang aku tau itu istriku! Tak salah lagi. Video high definition itu memperlihatkan dengan sangat jelas wajah istriku. Sedangkan wajah Roy jarang muncul dalam layar. Walaupun muncul, wajahnya akan terlihat buram. Tapi aku yakin itu Roy. Yakin sekali! Ingin kutinju wajahnya jika ia ada didepanku.

Tidak…tidak…tidak… Bagaimana jika ada orang yang melihatnya? Teman-temanku? Keluargaku? Orang tuanya Dina? Kepanikan melandaku. Aku ingin video itu lenyap secepatnya! Bagaimana caranya?! Saat ini aku bingung sekali. Haruskah aku memberitahukan hal ini ke Dina? Sepertinya tidak. Ia akan merasa sangat malu.

Aku menarik napas panjang, diam beberapa saat. Membangkitkan pikiran-pikiran positif dalam diriku. Tenang, tidak semua orang bisa mengakses video ini. Websitenya tidak akan terbuka dengan cara biasa. Butuh VPN untuk dapat membukanya. Dan tidak semua orang mengerti caranya. Walaupun begitu, AKU INGIN BALAS DENDAM! Tapi mengambil tindakan dengan pikiran kalut akan semakin memperburuk keadaan. Aku menarik napas panjang sekali lagi. Tapi hei, aku ingin melihat video utuhnya. Apa yang terjadi?

Tanpa pikir panjang, aku langsung mendaftar sebagai member premium menggunakan kartu kreditku. Butuh waktu sekitar 5 menitan untuk aku menyelesaikan proses registrasinya. Setelah selesai, aku langsung mengklik videonya. Loading…

Aku terkejut lagi. Video ini adalah video yang sama yang dikirim Roy padaku. Kulihat tanggal uploadnya. Video ini diupload tanggal 26 Agustus, lima hari setelah Roy dan Dina bertemu. Tapi ada yang beda pada video ini. Video ini menampilkan berbagai sudut pengambilan gambar, dari samping kiri, kanan, depan, bahkan dari atas! Sedangkan pada video yang dikirim Roy cuma satu sumber saja yaitu dari ponselnya. Ada orang lainkah yang mensyut video ini? Aku memperhatikan. Aku tahu! Roy ternyata sengaja memasang beberapa kamera tersembunyi yang disebar ke beberapa titik dalam kamarnya. Ia memang sengaja merekam lalu mengupload di internet tanpa para korbannya tahu! Bangsat! Darahku mendidih.

Aku langsung menyusun rencana untuk melakukan balas dendam. Tapi aku harus melakukan dengan cara yang rapi, tidak sembrono. Berbagai ide muncul satu demi satu. Yang logis akan kusimpan, yang tidak logis akan kusingkirkan. Aku harus melakukannya secara matang dan secepat mungkin. Setelah sekitar satu jam, aku mulai tersenyum. Aku sudah menyusun langkah demi langkah untuk membereskan semuanya. Ini akan berjalan dengan baik, aku meyakinkan diri. Aku menuju kekamar tidur, memandang istriku sejenak, lalu berbaring disampingnya. Aku merasa sangat lelah. Aku tidur dengan senyuman diwajahku.

*****

Empat hari setelahnya, aku berjalan masuk keruangan kantorku dengan perasaan lega luar biasa. Seakan semua beban telah luruh dari pundakku. Badanku terasa sangat ringan, seperti melayang tak menginjak lantai. Aku duduk di kursiku sambil menarik napas panjang. Tersenyum sendiri. Aku membuka laptopku lalu log in ke empatenamX.com. Aku mencari video istriku di akun member RFWife. Not Found. Benar-benar hilang, tidak ada lagi. Aku duduk meluruskan kaki, tanganku kujadikan tempat sandaran kepala. Wajahku mendongak keatas, menatap langit-langit. Pikiranku mencoba mencerna kembali apa yang telah kulakukan beberapa hari terakhir.

Hal pertama yang kulakukan setelah aku menemukan video seks istriku dengan Roy di malam itu adalah menghubungi Anwar keesokan harinya. Anwar adalah sepupu Dina, yang dulu mengedarkan narkoba ke aku dan teman-temanku. Ia sudah tidak lagi menjadi pengedar, tapi ia mau membantuku mencarikan shabu seberat 1 gram yang kuminta. Ketika ia bertanya apa alasanku, kujawab aku akan membuat perhitungan dengan orang yang mengganggu istriku. Aku yakin ia akan membantu, sebab Dina adalah sepupunya. Aku menggunakan alasan psikologis agar berhasil meminta apa yang aku mau ke Anwar. Tapi ternyata bukan cuma berhasil mendapatkan 1 gram shabu, Anwar juga bersedia mengatur beberapa pekerjaan “kotor” yang ada dalam rencanaku membalas dendam ke Roy. Pekerjaanku menjadi lebih mudah jadinya.

“Saya punya teman di Jakarta, Mas. Masih main shabu dia. Nanti saya minta dia ikut arahan Mas untuk menunjukkan tempat si orang ini berada. Sisanya saya yang atur.” Anwar menjelaskan waktu kutelepon.

“Yang penting aman kan ya?” aku bertanya dengan sedikit kuatir.

“Iya Mas. Aman kok. Yang begini ini kerjaan mereka hehe.” Anwar terkekeh.

“Oke. Kapan saya dapat kabar progresnya? Jangan lama-lama.” Aku tak sabar jika harus menunggu lama.

“Paling lambat lusa lah Mas” jawaban Anwar sedikit membuat aku lega. Hm, berarti bisa besok juga aku sudah dapat kabar progresnya.

“Tapi saya minta nama sama alamat orang ini Mas.” Anwar meminta nama dan alamat.

“Alamatnya saya ga tau. Tapi namanya Roy. Tapi kalo mau cari alamat kan tinggal ikutin orangnya saja. Nanti saya ketemuan dulu sama Roy ini, abis itu orangnya Mas Anwar ikutin sampe rumahnya.” Aku menjelaskan.

“Bentar Mas. Roy namanya?” Anwar bertanya.

“Iya Roy” aku menjawab.

“Tau nama lengkapnya? Kerjanya?” Anwar bertanya lagi. Kali ini aku merasa ada yang aneh. Alisku mengkerut.

“Ngga. Cuma Roy yang saya tau. Kenapa?” aku bertanya dan berharap jawaban yang diberikan Anwar bukan merupakan jawaban yang tidak ingin kudengar.

“Roy itu nama mantannya Dina.” Jawaban Anwar ternyata tidak seperti mauku.

Astaga, kejutan macam apa lagi ini! Tapi nama Roy kan banyak. Bisa jadi ini hanya kebetulan. Aku mencoba menenangkan diri.

“Mas… Mas…” lamat-lamat suara Anwar memanggilku. Aku tersentak.

“Yaa…”

“Ciri-ciri orangnya gimana?” Anwar mencoba mencari tahu.

“Tinggi, kulit sawo matang… Mmm” aku berpikir mencari hal yang spesifik dari Roy. “O iya, alisnya terbelah karena bekas luka”, aku langsung menyambung begitu mengingatnya.

“Iya Mas, itu mantannya Dina” lagi-lagi jawaban Anwar tidak sesuai keinginanku. Aku langsung merasa tak bertenaga.

“Kapan mereka pacaran?” tanyaku ke Anwar. Sejujurnya aku tak pernah tahu jika Dina punya pacar namanya Roy. Kenapa Dina tidak jujur kepadaku? Aku merasa sakit hati.

“Sebelum kalian menikah Mas” jawab Anwar. Sebelum kami menikah? Aku memeras otakku mencoba mengingat-ingat dan menyusun riwayat hidupku diwaktu itu.

“Yang pas kalian putus beberapa bulan.” Anwar melanjutkan yang langsung memutus hayalanku. Itu dia! Ternyata selentingan bahwa Dina punya pacar disaat itu memang benar adanya. Hanya aku saja menganggap itu semua angin lalu. Aku menutup mataku, menarik napas panjang perlahan.

“Emang kenapa Mas?” Anwar ternyata mendengar helaan napasku.

“Ngga... Ngga… Gapapa. Ya udah, memang benar dia. Jadi saya minta tolong Mas, urusan ini diselesaikan sesegera mungkin. Masalah uang Mas Anwar tinggal bilang” Suaraku kupaksa keluar melewati tenggorokanku yang mengering. Aku tak mungkin menceritakan semuanya ke Anwar.

“Oke mas, saya usahakan secepatnya”

“Terima kasih mas Anwar”

“Iya mas, sama-sama” tutup Anwar. Tuut, tuut, tuut. Telepon ditutup.

Seperti yang sudah direncanakan. Aku mengajak Roy untuk bertemu disebuah kafe. Aku bahkan sengaja mengambil cutiku untuk hal ini. Sejujurnya aku muak melihat tingkah manisnya didepanku. Ingin kutonjok hidungnya hingga hancur. Tapi aku punya rencana. Dan demi lancarnya rencanaku, aku akan tetap berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang Roy. Kupaksakan untuk serius ngobrol dengannya bahkan terpaksa tertawa mendengar leluconnya. Aku tak tahu apakah Roy menyadari perubahan sikapku. Aku sudah berusaha maksimal untuk berakting didepannya hanya untuk membalaskan dendamku.

Sejam ngobrol bersama Roy, aku pamit pulang. Aku tersenyum padanya sebelum kita berpisah. Senyum terakhir yang sudah kutunggu-tunggu akan kuberikan padanya. Senyum kemenangan! Aku pamit darinya. Tapi tentu saja aku tidak pulang. Aku bergabung dengan orang-orangnya Anwar, sejumlah empat orang. Mereka yang akan membuat perhitungan dengan Roy. Setelah itu baru aku muncul. Sebenarnya aku tak perlu ikut dengan mereka. Karena mereka yang akan membuat perhitungan dengan Roy. Aku tinggal duduk dengan tenang dirumah dan masalah selesai.

Tapi aku bersikeras untuk ikut dengan mereka karena ada barang penting yang aku incar dari tempatnya Roy. Laptop! Atau komputer! Atau apapun benda yang menyimpan file video istriku. Tidak ada yang tahu rencanaku ini. Aku bahkan sudah menyiapkan satu harddisk external untuk jaga-jaga jika ada file yang harus ku copy. Aku menunggu dengan cemas. Aku berharap waktu cepat melompat ke hari esok dimana semua masalah telah selesai.

Tiga orang mengikuti Roy, sedangkan satu lagi yang, bernama Indra, duduk bersamaku di mobil. Telepon Indra berdering dan kami mendapat info bahwa Roy ternyata tinggal di apartemen dekat kafe tempat pertemuan kita tadi. Sialan… Aku tiba-tiba merasa rencana ini tak akan berhasil sekarang. Sangat sulit untuk dapat masuk ke apartemen. Butuh kartu untuk akses masuknya. Dan aku tak punya cara lain untuk dapat masuk kesana. Pikiranku buntu.

Apa yang bisa kita lakukan sekarang? Apakah aku akan pulang dengan sia-sia? Mencoba menyusun lagi rencana baru? Mumet, betul-betul mumet. Aku menutup mata. Rasanya aku ingin menghilang saja. Aku tak tahu berapa lama aku terdiam tak bersuara. Sepertinya cukup lama. Telepon Indra berdering lagi.

“Oke Pak Iwan, kita masuk sekarang” ucapan Indra mengagetkanku. Masuk? Ke kamar apartemen Roy? Bagaimana caranya? Aku melongo, tak habis pikir.

“Cuma apartemen, gampang” Indra sepertinya memahami kebingunganku. Aku masih melongo.

“Ayo”, ajaknya.

--------------------

Tok…Tok…Tok… Suara ketukan di pintu kantorku membuyarkan lamunanku. Membawa pikiranku kembali keruangan kantorku.

“Masuk” aku berteriak dari kursiku sambil memperbaiki posisi dudukku.

Pintu terbuka, Irma muncul dengan senyum diwajahnya. Aku balas tersenyum.

“Ada surat Pak. Undangan untuk acara pelantikan resmi Bapak” ia menyodorkan sebuah kertas.

“Surat atau undangan? Beda lho…” aku bertanya sambil mengernyitkan dahi, menggodanya.

“Eh undangan, e tapi bentuknya seperti surat. Bapak liat aja deh” ia gelagapan saat kugoda.

“Terima kasih ya”, aku menerima kertas tersebut.

“Permisi pak” Irma ijin keluar.

“Iya” jawabku pendek saja.

Irma. Tingginya, putihnya, mirip dengan Dina. Tapi tentu saja istriku itu lebih cantik. Orangnya tampak ceria sepanjang waktu, itu terlihat dari wajahnya yang selalu tersenyum. Wajar jika banyak yang naksir padanya. Akupun tertarik padanya. Eh?

Kubuka kertas itu. Akan diadakan acara penyambutan secara resmi Manager HR yang baru yaitu aku. Waktunya hari sabtu sore hingga malam. Hm, tiga hari lagi berarti. Lokasinya di aula kantor kami yang cukup besar.

-----------------

Aku tiba dikamar Roy. Kamarnya terlihat berantakan. Ada sesuatu terjadi dikamar ini. Sebelum berjalan masuk kekamarnya, aku diserahi sepasang sarung tangan karet yang segera kupakai. Aku melangkah perlahan. Kulihat Roy tersungkur di sudut kamar dengan muka lebam membiru. Darah segar mengucur dari hidung dan sudut bibirnya. Ia tak bergerak. Kupikir ia pingsan. Aku berharap aku yang membuatnya demikian. Di lengan kirinya tertancap sebuah jarum spuit. Di sampingnya tergeletak beberapa bungkus serbuk putih. Inikah yang mereka lakukan?

“Jangan lama ya Pak” suara Indra menyadarkanku tentang apa yang harus kulakukan. Mataku mencari laptop atau komputer dikamar itu. Langsung ketemu! Sebuah laptop berwarna hitam berada dimeja yang sepertinya meja kerja Roy. Aku langsung membukanya, mencoba menghidupkannya. Dikunci dengan password. Aku sudah menduganya. Tapi sepertinya semesta sedang berpihak kepadaku ketika kulihat sebuah finger print scanner disudut trackpadnya.

Ini harusnya bisa membuka passwordnya. Aku mengangkat laptop, membawa mendekati Roy yang masih pingsan lalu kucoba satu per satu jarinya untuk membuka kunci laptop. Berhasil! Dengan segera aku menjelajah ke dalam laptopnya, mencari apa yang harus kucari. Akhirnya ketemu. Adrenalinku meningkat membuat jantungku mulai berdetak lebih kencang. Sebuah folder bernama Asoy yang berisi banyak folder dengan nama-nama perempuan berderet didalamnya menarik perhatianku. Ada nama Anin, Amel, Bertha, Enny, Renny, dan tentu saja DINA.

Aku mengklik folder Dina itu dan menemukan sekitar 7 video didalamnya! Aku melirik ke arah Roy sambil menggeleng-gelengkan kepalaku. Apa yang dicari Dina dari orang ini? Kubuka video yang paling atas untuk meyakinkan bahwa ini Dina istriku. Muncul video yang Roy kirimkan kepadaku, versi 1 sudut pandang. Aku cek ukuran total 1 folder Dina. Enam koma tujuh giga. Butuh waktu untuk ku pindahkan. Maka langsung ku colok harddisk externalku dan memulai proses pemindahan folder Dina. Aku melakukan proses CUT bukannya COPY supaya jejaknya bisa menghilang. Itu harapanku, mudah-mudahan saja aku benar. 1 persen.

Sambil menunggu proses pemindahan data, aku mengecek daftar folder yang berisi nama-nama perempuan. Totalnya sekitar duapuluhan folder yang artinya duapuluhan perempuan. Banyak yang sudah jadi korban ternyata, dan istriku salah satunya. Aku mengecek beberapa diantaranya. Masing-masing folder berisi 3 hingga 7 video tanpa foto. Aku tak ambil pusing dengan yang lain. Yang kupentingkan hanya Dina, istriku. 10 persen.

Masih sekitar 20 menitan lagi hingga proses pemindahan datanya selesai. Tanganku bergerak cepat membuka browser. Hanya ada Chrome jadi kupikir pasti ini yang dipakainya. Kuketik empatenamX.com, dan akupun menuju kesana. Sekali lagi semesta disisiku. Roy ternyata tidak pernah log out dari akunnya RFWife. Rasa senangku membumbung tinggi.

“Pak Iwan? Pak…” Indra memanggilku. Sepertinya aku sudah cukup lama mengutak-atik laptop milik Roy ini. Aku mengangkat wajahku kearahnya. “Sepuluh menit lagi” aku berbohong.

“Kami tidak bertanggung jawab dengan apa yang Pak Iwan lakukan ya.” Indra menatapku. Aku hanya mengangguk. 28 persen.

Aku masuk ke profil RFWife, mencari cara untuk mengakses video-video upload-an nya. Ku sortir dari waktu upload video. Dan akhirnya aku menemukan video istriku. Hanya satu video. Untunglah. Langsung kuhapus tanpa pikir panjang. Tak butuh waktu lama hingga video istriku menghilang dari akun RFWife.

Aku menarik napas panjang, plong sekali rasanya mengetahui video istriku lenyap selamanya dari internet. Sekarang tinggal menunggu proses pengkopian datanya selesai. Enam belas menit lagi. Aku semakin tak sabar. Rasa cemas menghinggapiku kalau-kalau proses ini akan gagal. Indra dan ketiga rekannya berdiri di pintu masuk kamar Roy. Mereka menungguku. Tapi file ini lebih penting dari apapun. 40 persen.

41 persen. Aku tak tahu harus berbuat apa. Melihat 40 ke 41 persen seperti memakan waktu berjam-jam. Aku menyapukan pandangan ke sekeliling kamar. Ya, kamar ini terasa familiar karena aku pernah melihatnya di video yang dikirimkan Roy kepadaku. Astaga….! Aku ingat. Roy memasang kamera tersembunyi di kamar ini. Mati aku! Kucari-cari sambil coba kuingat lokasi ditempatkannya kamera tersebut. Yang paling gampang adalah di langit-langit kamar yang mengambil video dari sudut atas.

Kuambil ponselku, lalu kubuka aplikasi kameranya, langsung kusorot ke langit-langit kamar sambil naik keatas tempat tidur. ADA! Aku menemukan sebuah kamera yang ditempel rapi di langit-langit kamar. Sangat susah untuk melihatnya dengan mata telanjang jadi wajar jika para korban tidak mengetahui jika diri mereka sedang direkam. Aku mengambil gambarnya.

“Indra!” aku berteriak kearah Indra. Orangnya terkejut. “Kenapa Pak?”

“Ada kamera tersembunyi dikamar ini” aku berkata dengan cepat. Kulihat kepanikan langsung terpancar di wajah mereka.

“Tau dari mana?” yang dibelakang Indra bertanya. Gantian aku yang panik.

“Tidak sengaja saya lihat titik hitam diatas situ” aku berbohong sambil memperlihatkan foto yang barusan kujepret. Mereka berebutan melihatnya.

“On atau off?” Indra memandang keatas. Tidak ada yang bisa jawab pertanyaannya.

Kami berlima saling memandang.

“Cari kabelnya!” aku tak tahu siapa yang mengatakannya tapi kami berlima langsung berpencar mencari kabel atau apa saja yang dapat membuktikan bahwa kamera itu dalam keadaan mati.

“Ada satu kamera lagi” aku tak tahu siapa diantara mereka yang berteriak.

Kami menelusuri kabelnya secara hati-hati. Tidak ingin merusaknya. Kami hanya ingin mengetahui kamera-kamera tersebut mati. Kabel tersebut berujung di sebuah laci yang terkunci. Sebuah kabel power menjulur keluar dari laci tempat kabel kamera itu masuk. Kabel power itu tergeletak begitu saja dilantai, tidak tercolok pada colokan listrik yang ada didinding.

“Mati?” aku bertanya.

“Sepertinya mati”

“Yakin?” aku bertanya lagi. Tidak ada yang menjawab.

Indra lalu bergerak cepat. Ia mencoba untuk mencongkel laci tersebut. Yang lain mencari pisau atau benda apapun yang sekiranya berguna. Akhirnya laci itupun terbuka. Semua kabel dari kamera tersembunyi terhubung kesana. Aku melihat ada sebuah harddisk yang sepertinya mudah untuk dilepaskan. Itu targetku selanjutnya. Tapi yang paling penting dari itu, bahwa semua kamera dikamar itu dalam keadaan mati. Aku lega.

Trung! Laptop berbunyi. Aku langsung melompat kedepan layarnya. Proses pemindahan folder selesai. Kucabut harddisk ku.

“Saya selesai” aku berkata sambil memandang keempatnya yang masih terdiam.

“Kita sudah terlalu lama disini. Ayo pergi” Indra akhirnya buka suara. Kututup laptopnya dan kuletakkan kembali ketempat semula.

Kami bergegas keluar dengan segera dari kamar Roy. Tapi sebelum keluar, aku dengan sigap mencabut harddisk yang ada didalam laci dan menyembunyikannya dalam kantong celanaku tanpa sepengetahuan mereka.

Sejam kemudian aku tiba dirumah. Aku senang, semua hal yang kubutuhkan ada padaku sekarang. Aku bisa melihat semua video istriku dengan Roy. Apa-apa yang Roy dan istriku telah lakukan. Oke, aku mengurung diri dalam ruang kerjaku. Kupesan ke Dina agar aku tidak diganggu. Secepat kilat kunyalakan laptopku, kucolok harddisk external, lalu mencari folder Dina. Aku berharap filenya tidak rusak.

Aku bernapas lega mengetahui filenya baik-baik saja. Ada total 7 file video. Kubuka file pertama. Muncul video yang dikirim Roy padaku. Video yang pertama kali kulihat. Aku menutupnya.

File kedua. Ini video yang diupload Roy ke website. Aku menutupnya juga.

Sebelum kubuka file ketiga, mataku sekilas melihat thumbnail video terakhir yang familiar dimataku. Dengan tak sabar kubuka file terakhir itu. Video itu mulai.

Ruangannya remang-remang dan sempit, “Sepertinya didalam toilet”, pikirku. Ada wastafelnya. Posisi kamera sepertinya diletakkan dimeja samping wastafel itu. Dina berada disebelah kiri layar. Kedua tangan menempel ke cermin didepannya. Tubuhnya meliuk, dengan pantat menungging. Dressnya terangkat melewati lekuk pinggulnya. Bulatan pantatnya yang putih masih terlihat jelas diruangan dengan pencahayaan seperti itu. Mungkin karena kualitas videonya yang HD. G-String masih berada di tempatnya, tapi tentu saja itu bukan halangan yang sulit.

Sementara Roy berada di belakang Dina. Celananya sudah diturunkan hingga ke lutut. Kedua tangan Roy memegang pinggul Dina. Posisi mereka doggy style sambil berdiri. Melihat ini kontolku berdenyut.

Aku memincingkan mata, mencoba melihat video itu dengan jelas. Berbagai pertanyaan berlompat-lompatan dipikiranku. Ini dimana? Kapan?

Aku melihat baju yang dipakai Dina. Aku terkejut! Yaaaa, baju ini! Aku tau…! Dress hitam sepaha. Ini kan baju yang dipakai waktu kita makan malam di restoran! Jadi…!?

Jantung berdetak lebih kencang, napasku memberat. Perutku mulai merasa diaduk-aduk. Aku tiba-tiba merasa lemah. Tapi kontras dengan nafsuku. Birahiku memuncak, meninggi, langsung membuat tanganku bergetar. Aku dipenuhi rasa marah sekaligus penasaran dengan apa yang akan Dina dan Roy lakukan di video ini.

“Kamu datang sama sapa? Heh?”, Roy bertanya sambil pinggulnya menghentak kencang memek Dina 1 kali. Plok…..

“hhhh,,, sama….. Mas Iwanh….” Istriku menjawab dengan mata tertutup.

Baru 10 detik video itu ku putar, kontolku mengeras. Ugh, sensasinya menyenangkan.

“Trus kenapa ada disini? Hm?” Plok…. 1 kali hentakan lagi.

“Ughhh…. Pengen hihihihi…” Dina terkikik.

“Pengen apa?” Plok……Plok….. Kali ini 2 kali hentakan

“Hem….….”

“Pengeeen…….” Dina tidak melanjutkan kata-katanya. Aku penasaran sekaligus bergairah ingin tau apa jawaban Dina.

Tiba-tiba Roy menggenjot kencang sambil menarik pinggul Dina kebelakang. Plok…..Plok….Plok….Plok…

“Oh….Oh….Oh….Oh….” Dina terangguk-angguk akibat sodokan kencang dari Roy

“Pengen apa!?” Roy mengeraskan suaranya. Dia berhenti menggenjot Dina. Tangan kanannya menggulung rambut Dina dan menariknya kebelakang. “Ouh…” Hal ini membuat kepala Dina menjadi tengadah, dan otomatis membuat tubuhnya melengkung nungging dengan sangat erotis.

“Pe…Pengen… Ng….”

“Nggg…..”

“Ngentot” Duaaar… Ucapan binal terlontar dari bibir mungil istriku, Dina. Kontolku makin keras.

“Hahahaha…. Bagus..” Roy tertawa. Ia sepertinya besiap menggenjot istriku dalam posisi standing doggy style begitu.

“Jadi”, Roy melanjutkan sambil pinggulnya menghentak, menggenjot memek Dina 1 kali. Plok!

“Ouh…” Dina mengerang.

“Kamu…” Plok!

“Bini…” Plok!

“Yang…” Plok!

“Nakal yaa…” Plok!

“Ngentot sama gue….” Plok! Plok! Plok! Aku melihat mulut Dina membentuk huruf O.

“Lakinya disuruh nunggu…” Plok! Plok! Plok!

Aku merasa kontolku mengeras seperti batu mendengar kata-kata Roy barusan. Celanaku terasa amat sesak. Aku mem-pause videonya. Kemudian buru-buru membebaskan kontolku. Aku melakukannya secepat mungkin sambil tanganku gemetar. Napasku makin memburu.

“Ugh….” Aku merasakan kenikmatan kala mengusap kontolku dari ujung hingga pangkalnya. Fiuuuh….

Aku mem-play lagi videonya.

“Grrrrhhhmmm….” Roy menggeram. Sepertinya ia ingin menerkam istri mungilku itu bulat-bulat. Roy lalu melanjutkan dengan tegas, “Kalo begitu, tangan tetap dicermin. Kaki lo lebarin, jangan dijepit sampe gue suruh!” Aku tercekat. Sepertinya ini saatnya Roy menggenjot istriku padahal saat itu aku sedang menunggunya makan malam di meja kami. Tenggorokanku kering. Aku tiba-tiba merasa haus saat pikiranku merekonstruksi lagi kejadian di malam itu: Aku pada saat itu sedang menunggu Dina yang lagi ngentot dengan Roy di toilet!!


Bersamaan dengan itu, Roy mulai mengayun pinggulnya dengan santai namun bertenaga.

Plok…… Plok…… Plok…… Plok…… Plok…… Plok……

“Mmhhhhmm… Ohhhh…”, Desahan erotis dari mulut Dina keluar begitu saja tanpa peduli orang akan mendengar dari luar toilet tersebut.

Aku mulai mengocok kontolku seirama dengan hantaman pinggul Roy ke pantat Dina sambil membayangkan akulah yang menggenjot Dina di dalam video itu. Semenit berlalu dan Roy mulai mempercepat sodokan kontolnya ke memek Dina.

Plok…Plok…Plok…Plok…Plok…Plok… Kocokan tangankupun tetap seirama dengan itu. Cairan precum yang bening dan licin kupakai sebagai pelumas agar kulit kontolku tidak lecet. Aku merasa ego laki-lakiku dihantam telak. Bagaimana bisa aku terangsang kala laki-laki lain menyetubuhi istriku dan aku menikmatinya dengan onani!!?? Tapi sensasinya seakan menutup akal sehatku saat ini. Aku ingin melihat istriku menggelinjang! Aku ingin melihat istriku orgasme! Aku ingin melihat Roy membenamkan kontolnya dalam-dalam sambil berejakulasi!

Aaaakkkhhh….. Tiba-tiba dorongan nafsu yang begitu dahsyat membuat aku ingin cepat-cepat berejakulasi. Padahal baru sekitar semenitan video itu kuputar. Aku sudah diujung ejakulasi saat ini. Aku menutup mataku. Napasku makin berat. Detam-detum jantungku berdetak makin kencang seakan-akan ingin melompat keluar dari rongga dadaku yang makin sesak. Kocokanku makin cepat daaan……

“Ghmmmmm……” Aku menggeram tertahan. Serbuan nikmat ejakulasi berdesak-desakan keluar melalui ujung kontolku. Semprotan sperma pertama selalu terasa lebih nikmat. Tapi untuk kali ini, aku merasa nikmatnya berkali lipat dari biasanya. Crooooot….. Saking nikmatnya, aku bahkan sampai terlonjak dari kursi yang aku duduki.

Croooot….. “Aaahhhh…..” Aku masih mengocok kontolku.

Crooot…. Crooot.. Croot. Crot. Selesai sudah. Aku tertunduk, terdiam beberapa saat. Napasku memburu. Aku merasa lemah. Serasa seluruh tulang dicopot dari badan. Aku bisa mendengar suara jantungku yang berdetam makin kencang. Bulu kudukku merinding meresapi nikmat ejakulasi yang barusan terjadi. Kontolku perlahan-lahan mulai kehilangan kekakuannya. Aku tiba-tiba merasa dingin, mengigil. Rasanya ini ejakulasi terhebat yang pernah aku alami. Aku menarik napas panjang, tapi…

“Rooooyhhh….” Aku dikagetkan suara istriku mendesah memanggil nama Roy. Membuatku refleks melihat ke arah monitor laptop.

Plok…Plok…Plok…Plok… Sepertinya Roy mempercepat genjotannya.

“Hmmm…”, Roy menjawab.

“Cepetin…”, Rengek istriku dengan manja. Mendengar ini, kontolku yang belum sepenuhnya lemas, kembali berdenyut. Nafsuku tiba-tiba naik lagi seperti mesin mobil yang diberi induksi instan NOS. Aku masih lemah tapi sensasinya seperti gelombang, datang berulang-ulang sebelum aku menyiapkan diri. Aku mulai mengocok lagi kontolku. Kali ini cukup cepat menjaga supaya kontolku bertahan kekakuannya.

“Gue kasih apa yang lo minta. Tangan tetap dicermin!”, Roy mengingatkan istriku untuk tetap menempatkan tangannya dicermin. Bersamaan dengan itu, Roy mempercepat hantaman pinggulnya ke pantat Dina.

Plok..Plok..Plok..Plok..Plok..

“Hoooooohhh….”, Tubuh istriku, Dina, makin melengkung memperlihatkan bongkahan pantatnya yang sekarang terlihat lebih tinggi daripada punggungnya. Hal ini membuat Roy makin bersemangat menggenjotnya.

PlokPlokPlokPlokPlok

“Rooooyhh….”, Istriku merengek. “Oouhhh…. Uda maaau…..” Sepertinya istriku sudah menuju akhir dari persetubuhannya dengan Roy.

“Iya…. Gue juga… Bentar”, Roy tersenyum. Aku tak percaya melihat Roy secara kasar menggenjot memek imut milik istriku.

“Roooooyyyyhh…..” Istriku melenguh lagi. Dibalas Roy dengan PlokPlokPlokPlokPlok…

Aku mengocok kontolku semakin cepat. “Uuughh…” Aku ingin berejakulasi bersamaan dengan mereka. Tapi tentu saja mengontrol diri untuk tidak ejakulasi merupakan persoalan tersendiri buatku. Dengan adegan yang sangat erotik yang tersaji di layar laptop membuatku harus berusaha keras untuk menahan ejakulasiku keluar lebih dulu dari istriku dan Roy.

Tiba-tiba Roy bersuara, “Kaki lo jepitin, cepaat!” Kata-kata itu seperti perintah buat Dina untuk meluruskan kakinya, dalam posisi siap. Gerakan menjepit kakinya yang sedari tadi dalam posisi dilebarkan membuat akses kontol Roy ke memek Dina menjadi lebih sempit. Dan efeknya langsung terasa ke Roy maupun Dina.

“Hoooouhhhh, dikit lagi…..” Dina melenguh.

PlokPlokPlokPlokPlokPlokPlokPlok. Genjotan Roy makin spartan. Tubuh Dina blingsatan menggelinjang bersiap menerima sensasi tertinggi dari suatu hubungan seks. Tapi tiba-tiba Roy melakukan sebuah aksi mendadak yang membuatku bengong. Roy memasukan jari jempol tangan kirinya dimulutnya sendiri. Apa? Kenapa? Untuk apa? Aku bingung melihat Roy mengemut jempol tangannya sendiri seperti bayi.

Tentu saja adegan terus berlajut ke detik berikutnya tanpa aku menemukan jawabannya.

“Roooyy…” Dina melenguh.

“Rooooooyyhhhhh….” Dina merintih. Ini dia! Detik-detik Dina akan orgasme. Aku mengocok kontolku dengan birahi yang teramat sangat.

“ROOOOYYYHHHHHSSS……” Beberapa saat lagi!

“OOOOOHHHH ROOOYH….. GUE …”

Clup!

Sebuah gerakan tangan tak terduga, bahkan oleh aku yang melihat dari monitor laptop. Gerakan tangan Roy yang tiba-tiba memegang bongkahan pantat Dina sambil jari jempol, yang dikulumnya tadi, ditusukkan le lubang anus Dina!!!!! Selesai…! AKU ORGASME DETIK ITU JUGA! Crooooot…. “Oooohhh”.

Tapi aku tidak mengalihkan pandanganku dari monitor. Aku ingin melihat reaksi Dina diperlakukan seperti itu. Jari Roy masuk ke lubang anus Dina. Mungkin geli? Mungkin gatal? Atau perih? Aku tak tahu. Tapi yang pasti istriku itu menggelinjang hebat. “Ouhohohuuu…” Pantatnya bergerak liar, kiri, kanan, atas, bawah. Kedua telapak tangannya terkepal, seperti sedang meremas sesuatu.

“RoOoOyYhHhsSsSshHh…. Ouuuh.” Suara Dina bergetar. Ia sepertinya tidak siap orgasmenya datang lebih cepat. Pantatnya tiba-tiba terlonjak kaget saat lubang anusnya diaduk-aduk jempol Roy.

Dengan masih bergerak menggenjot Dina, PlokPlokPlokPlokPlok…. Roy melepaskan jambakkan tangannya dari rambut Dina dan langsung memegang pinggulnya. Kedua tangan Roy mencoba menenangkan gerakan pantat Dina. Dina menengok kebelakang ke arah Roy dengan pandangan mata sayu. Aku tak bisa menebak arti pandangan itu. Yang ku tahu, sekarang Roy mulai menggeram, “Hrrrmmmmm…” Ia sepertinya akan orgasme juga.

“Hhhooooohhh…” PlokPlokPlokPlokPlok Roy masih menggenjot kencang. Tubuh istriku terangguk-angguk. Tiba-tiba, “OOOUUHHH” Dengan sekali dorongan kencang Roy berhenti, PLOK!, berdiri mematung.

“Aaaaahhh….Ahhhhh…” Sepertinya Roy orgasme. Mengeluarkan ejakuat yang berderu-deru ke memek Dina. PLOK! Sodokan pinggul Roy sekali lagi menghantam pantat Dina. “Aaaaaahh…. Huuuuh”

Orgasmeku sudah usai, jadi kini akal sehat perlahan-lahan menguasai lagi tubuhku. HAH!??? Roy ejakulasi didalam memek Dina, Tanpa kondom!? Sialan…

Roy perlahan-lahan mundur, memberikan sedikit ruang untuk Dina bergerak. Aku melihat kontolnya dicabut dari memek Dina, tapi aku tidak bisa memastikan Roy menggunakan kondom atau tidak.

Dina membalikkan badan, berdiri berhadap-hadapan dengan Roy. Roy membisikan sesuatu yang membuat Dina tersenyum tersipu. Apa itu? Apa yang dibisikkan Roy? Kenapa Dina tersipu? Roy memujikah? Bilang memeknya enak kah? APA!?? Aku memundurkan videonya beberapa detik. Namun tetap tak bisa kudengar apa yang dibisikkan Roy?

Tiba-tiba Roy berkata, “Jongkok!” sambil tangannya memegang kepala Dina dan mendorong kebawah hingga Dina berada dalam posisi jongkok.

Roy mendorong pinggulnya maju dan… “Bersihin! Jangan pake tangan!”

HAH!!!? Aku kaget bukan kepalang. Tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Aku hanya mematung melihat Dina tersenyum lebar, membuka mulutnya dan mulai membersihkan kontol Roy yang baru saja berejakulasi dalam memeknya! Bunyi decapan bibir dan lidah Dina menyapu mulai batang hingga kepala kontol Roy terdengar jelas olehku. Aku tidak pernah diperlakukan seperti ini sama istriku sendiri!


Sementara Roy? Kulihat ia menatap cermin, merapikan kerah bajunya, melap keringatnya, memperbaiki rambutnya. Semua dilakukan saat Dina dibawah sana sedang membersihkan kontolnya. Dari sini aku tahu bahwa Roy tidak mengenakan kondom!

“Dah, uda selesai. Uda bersih lagi hihihihi”, Aku melihat Dina selesai membersihkan kontor Roy. Lalu ia berdiri. Dina membereskan dresnya yang berantakan. Roy memakai kembali celananya. Kemudian mereka berciuman lembut.

“Mulut lo bau kontol hahaha” Roy seperti mengejek Dina. Atau memuji barangkali? Aku tak tahu.

“Biarin, wleee” Dina balas mengejek Roy dengan menjulurkan lidahnya.

Dina membuka pintu toilet, celingukan sebentar, lalu melangkah keluar. Pastinya menemui AKU yang lagi menunggu di meja makan kami waktu itu.

Layar monitor menghitam. Videopun usai. Aku tersadar bahwa malam itu aku menyetubuhi Dina dengan sperma Roy ada di dalam memeknya!

Dan setelah melihat video ini, tiba-tiba aku menyadari satu hal: Aku tidak memeriksa ponselnya Roy!


*****


“Breaking News!

Seorang pria dengan wajah penuh luka ditemukan di apartemen kamarnya dalam keadaan pingsan dengan jarum suntik tertancap ditangannya. Didalam kamarnya ditemukan sejumlah serbuk putih yang diduga sebagai barang haram beserta alat hisapnya. Pria yang berinisial RY ini juga memliki koleksi video porno dari beberapa wanita yang akan diunggah ke sebuah website. Diduga pria ini merupakan jaringan internasional pengedar narkotika sekaligus mucikari kelas kakap. Belum diketahui secara pasti kenapa pria ini menjadi korban.

Berikut kami mewawancarai petugas satpam yang pertama kali menemukan pria tersebut…….”

*****

Aku duduk berdua berhadap-hadapan dengan Dina, istriku, ditempat tidur. Ia sesenggukan sambil sesekali menyeka air matanya.

“Aku minta maaf mas hiks” Ia tak menatapku, hanya menundukkan kepala. Wajahnya ditutup dengan telapak tangannya.

“Iya, aku juga minta maaf. Jika saja aku tak ijinin kamu berdua sama Roy.” Kata-kataku lebih kepada sebuah penyesalan walupun aku tahu Roy akan tetap mengajak Dina tanpa ijinku.

“Dari awal kamu harusnya bilang siapa itu Roy.” Aku mengambil posisi memegang kendali.

“Iya mas, aku tahu” ia menjawab pendek saja.

“Jika saja aku bilang, tak akan ada videoku di internet” Dina melanjutkan dengan nada suara penyesalan. Dia akhirnya tahu videonya bersama Roy diupload di internet.

Kami berdua terdiam cukup lama. Lalu Dina mengangkat wajahnya memandangiku. Oh Tuhan, makhluk macam apa yang ada didepanku ini, bahkan dengan air mata dipipinya ia masih terlihat sangat cantik! Bibir berwarna peachnya sangat mengundang untuk kulumat. Mataku kutarik turun ke belahan dadanya. Aku ingin lidahku ada disitu sekarang. Kembali kutatap matanya. Kepalaku mendekat. Kepalanya juga mendekat.

Cup, bibir kami bertemu. Kucium perlahan, ia membalasnya. Kukulum bibir bawahnya, terasa asin akibat air matanya. Aku tak peduli. Lidahku kudorong masuk, ia menyedotnya. Lidahnya menjilat lidahku didalam mulutnya. Aku langsung menubruk tubuhnya hingga telentang. Kami masih saling lumat. Tanganku telah menjalar kemana-mana dengan cepat. Meraih bulatan susunya dari dalam kaosnya. Aku meremasnya keras dengan penuh nafsu. Aku mendorong pinggulku, memberi rangsangan awal ke selangkangannya.

“Aaaachhh…” Dina mendesah. Aku makin semangat.

Selanjutnya yang kutahu kita telah sama-sama telanjang bulat. Aku berada diantara pahanya. Dadaku bersentuhan dengan dadanya, empuk. Puting susunya terasa menusuk dadaku. Ia sudah terangsang. Kedua lengannya kutekan kesamping membuat susunya terlihat lebih besar. Lidahku kusapukan dari pusarnya, naik keatas ke bulatan susunya, terus kesamping lalu secara cepat naik keatas melewati ketiak mulusnya. Persis seperti yang pernah dilakukan Roy. Roy?

“Aawwhhh…” Dina kegelian mencoba menghindar.

Aku bertumpu di kedua sikuku, menatap matanya. Napasku dan napasnya memburu.

“Suka?” aku mengatakannya dengan suara bergetar menahan nafsu. Ia mengangguk sedikit. Sangat sedikit malah. Hampir tak terlihat. Tapi itu sudah cukup. Aku menjilat ketiaknya yang sebelah lagi.

“Aauhh…” Dina kegelian lagi, tapi tak menghindar.

“Seperti Roy” aku sendiri kaget mendengar aku menyebut nama Roy, biang onar kerusuhan di rumah tanggaku sebulan terakhir. Dinapun tak kalah kaget. Matanya membulat. Keningnya berkerut.

“Aku meniru Roy. Suka?” aku merasa excited ketika menyebut nama Roy. Aneh, pikirku. Dina mengangguk lagi, kali ini dengan anggukan yang jelas.

Aku memposisikan ujung kontolku didepan lubang memeknya. Lalu sambil menahan napas, kudorong masuk kontolku. Kutatap lekat matanya.

“Aku meniru Roy lagi. Suka?”

“Iyaaahh…” kali ini Dina menjawab sambil balas menatap mataku dengan tajam. Aku suka ekspresi wajahnya. Membuat aku sangat ingin menggenjot memeknya. Maka kugenjotlah perlahan. Plok….. Plok….. Plok….. Plok…..

“Aku meniru Roy. Suka?” aku mengatakannya dengan lebih keras sekarang.

“Uuhh…Uhhh..Uhhhh…” Dina tak menjawab, ia langsung memeluk tubuhku dengan erat.

Plok…. Plok…. Plok…. Plok….

“Suka diginiin Roy?” aku kembali terkejut sendiri dengan pertanyaanku. Tapi nafsu seolah menutup akal sehatku. Tapi Dina tau apa yang ingin kumainkan.

“Bangggeeet…” Ooh dahsyat, jawaban Dina itu membuatku menggila.. Nafsu dan cemburu secara bersamaan mengisi pikiranku. Kupercepat sodokan kontolku.

Plok… Plok… Plok… Plok…

“Suka apa?” aku bertanya lagi. Mencoba mendekati batas.

“Suka diginiin Roy. Uh.. Uh.. Uh..” Dina mengulang sambil terengah-engah. Putingnya terasa makin tajam menusuk dadaku. Ia terangsang hebat. Tapi ini kurang hot, aku ingin yang lebih hot dari ini.

“Sukaaa….. Ulangi!” perintahku ke Dina.

“Sukaaa….” Dina mengulang.

“Dientot….”

“Dientothh….” Dina mengikuti.

“Roy…”

“Rooyhh…” Dina nurut.

“Suka apa?” aku mendesak Dina untuk mengatakan semuanya.

“Suka dientot Rooooyyyhhhhhsss…” Ini gila… Gila…! Birahiku membara.

Plok. Plok.Plok.Plok… Aku menghajar Dina dengan kasar. Tanganku meremas apa saja bagian tubuhnya yang kusentuh. Dina terangguk-angguk. Tapi ia tak protes.

“Maaass… Uh…Ugh.. Mmmph” Dina kewalahan melayani kebrutalanku kali ini. Tapi aku tak pedui. Aku ingin berejakulasi di memeknya. Dan sepertinya tak akan lama lagi.

PlokPlokPlokPlok… Genjotanku makin cepat.

“Panggil aku Roy” astaga ada apa denganku ini! Aku merasa ini tidak wajar. Dan anehnya lagi Dina nurut saja ketika kuperintah demikian. Aku merasa ia membayar kesalahannya dengan memberikan apa yang aku mau dalam adu birahi kali ini.

“Roooyyhh…” Dina memanggilku Roy! Oh sensasinya luar biasa.

“Teruusshh Rooyyhh…” Ampun… Tak bisa kutahan lagi. Aku bersiap.

“Oooooohhhhh….” Aku melolong.

Gelombang orgasme datang menghantamku. Cairan sperma berdesak-desakan menuju pintu keluar. Kubiarkan saja, tak ingin kutahan. Dengan sekali genjotan, aku mematung. Melesakkan kontolku ke ujung terdalam memeknya dan meletakkan spermaku disana. Croooooot… semburan pertama yang sangat banyak membasahi memeknya. “Ooough…” aku merinding mendapati nikmat orgasme yang mendatangiku.

Dina ternyata mengalami hal yang sama. Orgasmepun datang menjemputnya. “Rooooyyhhss…” Tubuhnya memeluk tubuhku makin erat. Kurasakan tubuhnya menggigil perlahan seperti orang kedinginan.

Croooot… semburan kedua yang lebih nikmat dari yang pertama! Memeknya seperti berusaha menelan kontolku, menyedot dari pangkal hingga keujungnya. Mencoba mengosongkan kantong spermaku.

“Hoouch…” Dina menggigit pundakku pelan.

Kugenjot dua kali. Plok.. Plok.. lalu melepaskan gumpalan sperma ketiga. Crooot… dan keempat croot.

Tubuh menggigilnya berubah menjadi gemetar. Astaga, orgasmenya belum berakhir!

“Roooyhhhhsss… uhu.. uhu.. uhu” Dina masih memanggilku dengan nama Roy. Suaranya terdengar seperti orang yang menangis.

Orgasmeku sudah usai, tapi kontolku masih keras. Maka aku langsung menggenjot memek Dina dengan cepat lagi. Menjaga agar ia tidak kehilangan momentum orgasmenya. PlokPlokPlokPlok…

“Ohh.. Ohh.. Ga kuat Ohh..” Dina meracau. Tapi aku makin semangat. Dengan cepat kuangkat kedua tangannya keatas, dan lidahku lalu menyapu ketiaknya dengan jilatan-jilatan acak menjurus brutal.

Seketika itu Dina meronta-ronta hebat tanpa suara dibawah tindihanku. Tangannya kembali memeluk tubuhku, tapi kali ini tak lupa ia menancapkan kukunya ke punggungku. Memeknya menyedot-nyedot kontolku lagi seperti tadi.

Melihat pemandangan super erotis dari Dina ditambah sedotan memeknya membawaku menerjang orgasme kedua. Croooooot… Enak, tapi lebih sedikit dari yang pertama. Crooot… masih enak. Crooot… Crot…

Gerakan Dina melemah, napasnya sangat pendek dan terburu-buru. Aku masih membiarkan kontolku didalam memeknya. Punggungku perih. Kami terdiam beberapa menit.

“Punggungku dicakar” aku berbisik di telinganya.

“Masa?” ia terkejut. Aku mengangguk.

“Aku? Hehe maaf… maaf. Aku ga sadar. Ga tahan enaknya” ia terkekeh. Semburat kepuasan terpancar dari wajah cantiknya yang berpeluh.

“Ga apa-apa” aku tersenyum. Lalu berbaring disampingnya menatap langit-langit kamar. Napas kami berangsur normal kembali. Aku melirik kesamping sekilas. Ia menutup matanya. Akupun menutu mataku. Tak sampai semenit semuanya menjadi gelap. Aku tertidur.

*****

Tepuk tangan bergemuruh di ruang aula saat aku selesai membacakan pidatoku. Aku melangkah turun langsung mancari istriku.

“Pak Iwan ini jago berpidato sepertinya, selalu menghipnotis” Pak Rudi menghampiriku dan istriku di meja kami. Kami duduk bertiga. Bau rokok tercium dari mulutnya.

“Ah, biasa saja, cuma permainan kata-kata” aku merendah.

“Mba Dina sangat cantik malam ini. Pak Iwan beruntung mendapat istri secantik Mba Dina ini ehe ehe ehe” Pak Rudi melirik istriku sambil terkekeh. Aku tahu arah lirikannya. Ke belahan dada istriku. Aku tersenyum kearah Pak Rudi. Istriku juga tersenyum. Tapi aku tahu, itu senyum yang dipaksakan, karena ia jijik melihat gelagat Pak Rudi.

“Bapak bisa aja” jawaban klasik kukeluarkan.

“Ada satu keinginan saya malam ini” Pak Rudi melanjutkan sambil mengeluarkan ponselnya. Aku bertanya-tanya.

“Saya ingin Mba Dina yang cantik ini menemani saya malam ini ehe ehe ehe” santai saja Pak Rudi mengatakannya.

Aku membelalakan mataku. Tak mengira Pak Rudi akan mengatakan itu didepan aku dan langsung didengar istriku! Aku merasa hawa-hawa amarah dari sampingku. Istriku sepertinya tak menyangka akan dilecehkan seperti itu. Tapi Pak Rudi terlihat tenang-tenang saja. Saking terkejutnya, aku dan istriku tidak bisa berkata apa-apa.

Pak Rudi menyalakan layar ponselnya, menggeser-geser layarnya, kemudian terkekeh. Ia menghadapkan layar ponselnya ke arah aku dan istriku.

Aku mendengar suara terkesiap dari istriku diikuti tangannya yang langsung menutup mulutnya. Badanku tiba-tiba terasa sangat ringan. Jiwaku tak berada diruangan ini. Jantungku seketika berdetam sangat-sangat kencang, hingga aku merasa seperti terkena serangan jantung. Mulutku terasa sangat kering dan tiba-tiba aku merasa mulas.

“Aaah Roooyhh…” Suara dari speaker ponsel Pak Rudi seakan tidak mampu menyadarkanku.

“Nanti kita pulang bareng ya, saya tunggu ehe ehe ehe…” Pak Rudi terkekeh sambil berlalu dari hadapan kami.

Aku merasa ingin menghilang sekarang!

*****

Minggu keesokan harinya. Jam 8 pagi.

Aku duduk di teras belakang rumah kami, disamping kiriku Dina duduk dengan pakaian tidur baby doll transparan berwarna pink. Tanpa dalaman apapun. Puting imutnya terlihat jelas mengacung indah. Kami berdua terdiam, tanpa suara. Hanya gemericik air kolam ikan dihadapan kami yang terdengar lebih berisik dari biasanya. Tangan kananku memegang secangkir teh hangat. Tangan kiriku menggenggam erat tangan istriku.

“Heeeiii, pesta belum usai… ehe ehe ehe” terdengar teriakan sebuah suara laki-laki yang sangat familiar dari arah dalam rumah.

Aku dan Dina secara bersamaan menoleh perlahan kearah belakang kami. Muncullah sesosok tubuh tambun dari dalam rumah. Sosok yang sangat kukenal, Pak Rudi. Dibelakang kanannya muncul seorang laki-laki yang baru tadi malam kukenal, Freddy. Dan dibelakangnya muncul seorang lagi, Mut.

Mereka bertiga tertawa dengan tawanya yang menyeringai, telanjang, memamerkan perut buncitnya masing-masing dan kontol yang masih mengkerut yang berayun-ayun seiring mereka berjalan. Perutku terasa diaduk-aduk.

“Ayo, mulai lagi, mumpung masih pagi” ajak Pak Rudi kearah istriku.

Aku dan istriku saling bertatapan dengan pandangan kosong. Pikiranku juga kosong.

Sudah 3 bulan kami di Jakarta, tapi sepertinya ceritaku dan istriku, Dina, baru saja dimulai.


T A M A T
 
Terakhir diubah:
Wanjir panjang bet, ijin ninggalin jejak aja yak
 
Masang tenda. Sepertinya bakal keren.

Uda tayang full om, silakan dinikmati

:beer:Masuk dulu suhu mencari akses buat baca cerita


Semoga lanjutannya kagak lama.

Selamat ya suhu @jinakayama sudah rilis masterpiece nya

Tengkyu banyak om. Uda tayang full. Semoga sukses dengan karyanya:thumbup

pasang umbul umbul dulu dimari :D

Umbul-umbulnya uda kelitan dari jauh.:lol: Uda tayang full ya om...

Wanjir panjang bet, ijin ninggalin jejak aja yak

wakakaka.... ini aja ada beberapa scene yang dipotong. Kalo ga bisa 20ribu lebih.

kapok....
makanya jangan sok punya fantasy bagi2 bini...
cerita keren gan. ane suka... cerita hukuman kek gini...
chuckold ato NTR sekedar fantasy boleh aja..tapi kalo realisasi, gila namanya....

Iya om bener, cukup di dalam kepala aja. Terima kasih uda mampir.

Ceritanya mantaap bro....spertinya kisah nyata ini....

Hehehe, makasih om sudah mampir.
 
Selamat atas karyanya di Gelaran LKTCP 2019



Salam dan Sukses Selalu :beer:

Makasih om panitia, mudah2an gelaran kali ini lancar hingga akhir...

panjangin dong gan pengen liat pov dina pas dikerjain pak Rudi & kroni2nya, pasti crott bgt :p

skalian dibikin CERBUNG

Ane laki jadi kalo pov perempuan ane rada kesulitan. Tapi idenya menarik om, kalo ada waktu ane bikin deh. tengkyu uda mampir.
 
Wah jd ngarep pov sama pak Rudi dkk hehehe

Ane usahain om, muda2an ane bisa "masuk" kedalam kepalanya Dina. Ane cowo om jadi ane pikir ane bakal kesulitan kalo pake pov Dina. Tapi idenya menarik. Makasih uda mampir....
 
lanjut dicerbung master....kehidupan iwan dan dina. setelah di GB pak rudi cs....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd