jinakayama
Semprot Kecil
- Daftar
- 18 May 2017
- Post
- 51
- Like diterima
- 24
Akhirnya selesai juga!
Yang terhormat panitia LKTCP,
Yang terhormat para juri,
Yang terhormat rekan-rekan peserta LKTCP dan seluruh warga semprot.
Saya persembahkan cerita saya dalam ajang LKTCP tahun 2019 kali ini.
Grab your popcorn and enjoy!
(Semua ilustrasi foto/gambar bukan milik penulis, jika ada yang keberatan foto/gambar miliknya dipakai sebagai ilustrasi, dan ingin dihapus, harap hubungi penulis melalui DM, terima kasih)
Suara dua manusia berlainan jenis melenguh bersahut-sahutan diatas tempat tidur. Saling usap, saling raba, dan remas. Ruangan berAC ternyata tidak mampu menyejukkan suasana panas pergumulan mereka.
“Hmmmhhh…..”, suara perempuan.
“Hah…hah…”, kali ini si lelaki ikut menimpali.
Si lelaki yang telanjang berada diatas si perempuan yang juga telanjang dengan posisi misionaris. Telapak tangan kiri si lelaki berada di payudara kanan si perempuan. Meremas perlahan sambil memilin putingnya. Sementara tangan kanannya menahan tangan kiri si perempuan kesamping. Mulutnya tak kalah sibuk, menyedot puting payudara kiri hingga areola coklat mudanya ikut tersedot kedalam. Tak lupa memainkan putingnya dengan lidah. Rupanya ini yang menjadi alasan si perempuan melenguh. Menambah semangat entotan si lelaki yang menghujam kemaluannya ke lubang selangkangan si perempuan.
Plok……plok……plok……plok……
Pilinan di puting kiri, emutan di puting kanan, entotan di selangkangan. Kegelian di tiga titik geli menjadi-jadi, membawa si perempuan mendekati tujuan akhir yang dicari. Matanya menutup. Kaki dilebarkan sedemikian rupa, memberi akses yang leluasa kepada si lelaki untuk melancarkan genjotannya sekaligus memberikan rasa enak yang konstan. Telapak tangannya mencengkeram seprei, mencoba bertahan dari serangan nikmat yang diberikan si lelaki. Perlahan tapi pasti, ujung dagu si perempuan terangkat naik.
“Hmmmmmhhhh…… sssshhhh... Owchhhh…”
Si lelaki melepas kulumannya. Memandang si perempuan sekilas, kemudian tersenyum. Dia sepertinya tahu si perempuan tak akan bertahan lebih lama lagi. Maka kali ini dia terlihat fokus membawa dan menemani si perempuan untuk menyambut nikmat syahwat persetubuhan. Entotannya dipercepat.
Plok…plok…plok… plok…
“Ohhh….”
“Ohhh….”
“Nggghhhh…..”
Si perempuan terlihat makin keenakan. Kedua bulatan payudaranya yang mengkilap karena keringat perlahan naik membusung. Tangan kanan si lelaki langsung menyambar payudara kirinya. Dengan kedua tangannya berada di payudara si perempuan, si lelaki mencoba memberikan kenikmatan maksimal kepada si perempuan.
“Huuuuh….huuuuuh….” Alisnya menyatu seperti sedang menahan sesuatu.
“Nikmati aja…. Lepasin…. Jangan ditahan”, Kalimat pertama si lelaki setelah tanpa suara beberapa menit terakhir terucap dengan sedikit bergetar. Diapun sepertinya akan menjemput orgasme.
Entotannya makin dipercepat.
Plok.plok.plok.plok.plok
“OoooohhhhHH…… AuuuuhhhhHH...” Si perempuan makin kewalahan menerima sodokan si lelaki. Kepalanya terbanting kesamping kanan. Rambut menutupi sebagian wajahnya yang berpeluh. Si lelaki makin bersemangat. Dia mengejar orgasme bersamaan dengan si perempuan. Kedua tangannya berpindah ke bahu si perempuan, mencari pegangan untuk menaklukan si perempuan.
Plokplokplokplokplokplok…
Sebuah jilatan ke leher jenjangnya membobol pertahanan si perempuan. Dengan sebuah lolongan kenikmatan, tubuh si perempuan tersentak. Ia orgasme.
“OuuuchhhHHsssss…”.
Tangannya langsung memeluk erat tubuh si lelaki. Membenamkan kuku ke punggungnya. Tubuhnya terangkat beberapa senti dari kasur. Kakinya melingkari pinggul si lelaki, seakan menjaga agar kemaluan si lelaki tidak meninggalkan tubuhnya. Si lelakipun seperti tak mau kalah. Ia mendorong pinggulnya, mencoba meraih sedalam mungkin ujung vagina si perempuan sambil melepas ejakulat yang sedari tadi mendesak ingin keluar. Iapun orgasme.
“haaaah….haaaah....”
Napas keduanya bersahutan didalam kamar yang sunyi. Mereka terdiam mematung. Sepertinya mencoba mengumpulkan tenaga. Atau masih menikmati momen orgasme barusan? Tak tahulah.
Setelah berdiam diri beberapa saat, si lelaki mencabut kemaluannya dari kemaluan si perempuan lalu turun dari tempat tidur. Ia mencopot kondomnya secara hati-hati dan meletakkannya diatas bantal. Lalu mengambil pakaiannya yang berserakan tidak karuan, kemudian menatap si perempuan sambil mulai bergerak menuju kamar mandi dan berkata, “Sesuai perjanjian, saya langsung pergi setelah ini selesai.”
Masih dengan napas terengah-engah, si perempuan mengangguk kecil seolah mengiyakan kata-kata si lelaki. Tampaknya ia tak mampu berkata-kata. Aktifitas seks barusan seperti menghabiskan seluruh tenaganya.
Tak sampai 5 menit si lelaki keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengenakan pakaiannya lagi. Melihat sebentar ke arah tempat tidur tempat si perempuan terbaring lalu berjalan perlahan menuju pintu keluar.
Membuka pintu.
Namun sebelum keluar, si lelaki menoleh ke sudut ruangan dan berkata kepadaKU yang sedari tadi duduk diam tak bersuara:
“Makasih sudah diundang main sama istri Mas. Saya permisi”
“Oleh karena itu, saya ingin kita bekerja sama dan saling bantu demi tercapainya visi dan misi perusahaan kita ini. Dengan tim yang kuat, saya yakin kita akan bisa mencapainya. Akhir kata, terima kasih telah menyambut saya dengan baik.”
Aku mengakhiri pidato diiringi tepuk tangan dari seluruh karyawan kantor. Semuanya tersenyum. Ini memang sambutan awal kepadaku selaku Manager HR yang baru pindah ke kantor pusat di Jakarta.
Aku masih di podium. Melihat kekiri, kanan, mencari sosok yang aku kenal diantara kerumunan karyawan-karyawati kantor ini. Mereka semua berdiri. Menambah kesulitan mencari sosok itu.
“Mmmm…”, aku bergumam.
Ah, itu dia..! Berdiri, bertepuk tangan menatapku sambil tersenyum. Dipindahkan kesitu rupanya. Bersama beberapa direktur yang lain yang ditempatkan disudut tertentu untuk memisahkan dari para karyawan. Tapi aku melihatnya sebagai: Hei, ini tempatnya para bos ya. Sosok itu begitu anggun dengan dress merah marun berdada rendah dengan panjang selutut. Kontras dengan kulit putihnya. Rambut yang disanggul acak keatas menambah aura kecantikannya. Yap, dia adalah istriku Dina.
Aku berjalan ke arah istriku. Terdengar salah seorang staf karyawan yang didapuk sebagai MC dadakan mempersilahkan para karyawan untuk menikmati makan malam.
Aku mempercepat langkahku ke arah istriku, kemudian memeluknya. Mencium pipi kiri dan kanannya didepan meja “tempatnya para bos” yang tentu saja membuat sebagian penghuninya melongo.
“Good speech by the way”, kata Pak Rudi, Direktur Keuangan kami. Pria gembul yang lebih tua dari aku itu kemudian menjabat tanganku. Tangannya yang besar menutupi seluruh tanganku. Jari-jari gemuknya menggenggam erat. Sangat erat malah. Orang ini ambisius sekali. Aku tau itu, aku tau.
“Terima kasih Pak Rudi”, aku menjawab dengan sopan.
“Pak Rudi tentu sudah kenal dengan istri saya…..”
“Tentu saja hahaha... Satu-satunya yang membuat perbedaan di meja kita malam ini ehe ehe ehe…”, Pak Rudi langsung memotong ucapanku.
Aku melirik istriku yang langsung memutar bola matanya. Mukanya jadi terlihat lucu. Aku tertawa dalam hati. Untung Pak Rudi tak melihatnya melakukan itu. Dari reaksi istriku itu, aku menduga sepertinya dia senang aku menyelesaikan pidatoku lebih cepat. Untuk menyelamatkannya dari situasi harus beramah-ramah dengan orang seperti Pak Rudi!
Dan dugaanku itu tepat. Di mobil dalam perjalanan pulang malam itu, ia mengungkapkan, “Aku tak suka sama Pak Rudi yang sok akrab itu.” Istriku memasang muka jijik. Aku tertawa. Kali ini tertawa lepas, bukan hanya dalam hati.
“Yep, tipikal bos-bos”, kataku melanjutkan.
“Aku tak bisa membayangkan kalo punya bos seperti itu. Mending aku resign”
Aku makin ngakak mendengarnya.
“Lagian kamu malam ini terlihat cantik, menarik. Wajarlah ada yang langsung sok akrab.”
“Cuma cantik dan menarik?” Dina bertanya menggodaku.
Aku menoleh kesamping. “Ga dooong…” Aku diam sebentar. Lalu menatap matanya dalam-dalam. Aku memegang dagunya dengan tangan kiri. Lalu turun menelusuri lehernya yang jenjang. Lanjut kebawah hingga sampai diujung belahan dadanya. “….Dan seksi….” Aku melanjutkan kalimatku sambil mencubit lembut daging susunya.
Ia memiringkan kepalanya, menatapku dengan mata sayunya. Tangan kanannya memegangi pipiku. Ia tersenyum, manis sekali. Tiba-tiba ia menepuk pipiku agak keras sambil berkata “Mata ke jalan! Nyetir sanah! Hihihihi….” Ia cekikikan senang.
“Kan masih lampu me….” Protesku tertahan karena… “Klik”. Dan lampu lalulintas pun berubah jadi hijau.
“Curaaang…”, aku teriak sambil menginjak pedal gas untuk menjalankan kendaraan. Dina makin ngakak.
15 menit kemudian kami tiba dirumah.
“Aaaahhh Capeknya” Aku bergumam.
“Sapa yang mandi duluan nih?” tanya Dina
“Aku deh”, Aku ingin cepat beristirahat, menutup hari ini dengan tidur yang lama. Berhubung besok adalah hari sabtu, Aku ingin tidur sampe siang. Hal yang tidak pernah aku lakukan akhir-akhir ini dikarenakan kesibukan yang sambung-menyambung.
“Aku ngeteh dulu kalo begitu, kamu mau juga?” tawar Dina.
“Mmmm, gak deh. Lagi ga pengen” aku menolak dengan halus.
“Oke” iapun berjalan ke dapur.
Aku berjalan ke arah kamar tidur, menelanjangi diri lalu menyelinap ke kamar mandi yang juga berada dalam kamar tidur kami.
“Ooohh…” sensasi dingin tercipta ketika air shower mengguyur kepalaku. Sejuknya air seperti membasuh luruh semua penat hari ini. Aku merasa sehat dan kuat kembali. Aneh, hanya dengan mandi semua berubah. Hm, mungkin aku butuh teh hangat setelah ini.
Aku keluar kamar mandi dengan mengenakan handuk yang melilit pinggang. Aku melihat istriku sedang duduk di tempat tidur sambil memainkan ponselnya. Bukan keluaran terbaru tapi cukup canggih untuk saat ini. Di sampingnya ada segelas teh yang kelihatannya masih hangat yang diletakkan di meja samping tempat tidur.
“Sllluurrrppp... Aahhhh” Aku langsung menyeruput tehnya. Ooohh… harum wangi teh langsung menusuk hidung. Teh hangat yang sangat nikmat diminum sesaat setelah mandi. Sedapp! Akupun duduk disampingnya.
“Lho, katanya ga mau. Mau aku bikinin yang baru?”
“Ga usah, ini saja cukup kok. Segelas berdua kan romantis hehehe” yep, gombalan level beginner yang sudah usang masih aku gunakan.
“Halaaah, basi” ledeknya sambil tersenyum.
“Hahahaha… Yang penting ada yang anget-anget. Dingin nih abis mandi” aku beralasan.
“Oooo, mau yang anget-anget toh” katanya sambil memberikan senyuman mesum dan tatapan mata menggoda. Ia meletakan ponselnya ke meja disamping tempat tidur.
Aku menatap balik istriku dengan tatapan yang lebih tajam. Kepala kami bergerak mendekat. Cup, bibir kami bertemu. Aku melumat perlahan bibirnya sebagai permulaan. Bibir tipis berwarna campuran peach dan merah muda itu aku jilat lembut. Menelusupkan lidahku ke dalam mulutnya, tanganku bergerak mengusap pelan pundaknya yang mulus. Lidahku menjalar menyusuri rongga mulutnya. Dina menutup matanya. Aku melepas ciumanku, kuarahkan bibirku kepipinya, lalu turun ke rahangnya. Kujilat rahangnya sampai ke lehernya. “Uuuhhh…..” Ia melenguh.
“Huuufhfhffff….” kuhirup aroma tubuhnya. Bau tubuh khas Dina mangangkat birahiku. Aku akui aku lelah malam ini, tapi sekarang aku berada di situasi harus menuntaskan nafsuku.
Aku meremas lembut bulatan susunya dari luar, menggigit lembut kuping istriku mencoba membawanya seirama denganku. “Aaaawhh…hihihi”, ia menghindar. Geli sepertinya.
Tiba-tiba Dina berdiri, lalu menghadapku yang masih duduk di tempat tidur. Ia melirikku dengan pandangan mesum sambil tangannya meraih resleting dressnya yang berada di bagian punggung. Dadanya seketika itu menonjol. “Srrrrrtttttrrrrrrrtttttt……” resletingnya ditarik perlahan, sangat pelan malah. Membuatku tak sabar. Tapi ia sepertinya mempermainkanku ketika tiba-tiba ia menghentikan resletingnya ditengah-tengah perjalanan turun. Dina lalu mendorongku hingga telentang. Kemudian melanjutkan menarik turun resleting dressnya sambil menggodaku dengan menjilat bibirnya.
Tak lama kemudian, dressnya meluncur tanpa halangan kebawah sekalian menyingkap badan yang selalu tidak bosan-bosannya kujamah. Bra hitam berenda dan semi transparan dipadukan celana dalam hitam model minimalis sangat kontras dengan kulit putih mulusnya. She is trully Goddess. Aku menelan ludahku.
Lalu istriku berjongkok dan melepas handuk yang sedari tadi melingkari pinggangku. Kontolku yang masih mengkerut normal terbebas sudah. Tak berlama-lama ia langsung memulai aksinya. Tangannya mengusap-usap pahaku. Aku merinding. Kontolku perlahan mejadi sedikit lebih keras.
“Kamu nikmati aja” suara manjanya menghanyutkanku. Ingin kulumat bibirnya saat ia mengatakan itu. Tapi kali ini aku ikuti permainannya. Aku tetap telentang dipinggir tempat tidur dengan telapak kakiku menyentuh lantai. Menutup mataku. Lalu kontolku terasa hangat karena Dina mengulumnya. Hmmm, enak. Lidahnya menari-nari dari ujung hingga pangkal kontolku. Tak lupa dua bijiku diemutnya perlahan. Sesekali kepalanya dinaikturunkan secara cepat hingga bisa kudengar kecipak suara mulutnya. Ugh, kontolku makin keras.
Kedua tangannya tak tinggal diam. Menggerayangi paha, perut, menggelikan pinggangku, lalu berakhir dikedua putingku. Ia memilin putingku, memberikan rasa geli yang masih mampu kutahan. Kubiarkan saja ia melakukan itu.
Beberapa saat kemudian, semua rangsangan itu berhenti. Ada apa ini? Aku mengangkat kepalaku, membuka mataku. Kulihat ia berjalan menjauh, kearah lemari. Ia mengambil sebuah bra olahraga bermotif abu hijau. Bra hitam rendanya dicopot lalu dibuang begitu saja. Ia menatapku dengan senyum penuh arti. Aku bengong dengan beberapa pertanyaan dikepalaku. Apa yang mau dilakukannya?
Ia menggunakan bra olahraganya, mengatur kedua susunya agar tersangga dengan baik, lalu menghampiriku yang masih telentang di tempat tidur. Harus kuakui, bra olahraganya menekan kedua susunya ketengah yang membuat belahannya terlihat lebih kentara. Sempurna. Dan kontolkupun berkedut. Istriku membuka lebar pahaku dan berlutut ditengahnya sambil membuka laci meja disamping tempat tidur. Ia mengeluarkan sebuah botol tube berwarna biru, membuka tutupnya lalu menuangkan isinya ke kedua bulatan susunya. Ia melakukannya semuanya dengan cepat. “Prrruuuuuttt…”
Isi tube yang berbentuk gel bening membanjiri kulit susunya, masuk kedalam belahannya hingga membuat basah bra olahraganya. Ini sepertinya seru, pikirku senang. Lalu diratakannya dengan tangan gel bening hingga membuat kulit susunya mengkilap. Istriku mengocok kontolku melicinkan sekaligus meratakan sisa-sisa gel ditangannya.
“Oooh…” aku mendesah nikmat.
“Maas” kudengar istriku memanggil. “Hm…” Aku mengangkat kepalaku.
Kulihat ia memegang kontolku, memposisikan ujungnya di didepan susunya. Lalu ia menempelkan kepala kontolku dibawah bra olahraganya, tepat ditengah-tengah belahan susunya.
“Dorong mas..” perintah istriku sambil tersenyum.
Aku mendorong pinggulku keatas. Kontolku masuk dari arah bawah didalam branya, perlahan naik ditengah-tengah melewati keduanya, hingga kepalanya muncul di bagian atas belahan susunya tepat dibawah dagunya. Tangannya membantu agar posisi kontolku tepat berada di posisi yang seharusnya.
“Whooooaaahhh….” Sensasi dijepit susu istriku memang tiada duanya. Aku menarik napas meredam nafsu yang kian bergejolak.
Namun istriku seperti tak mau menunggu lebih lama. Tangannya memegang kedua susunya dari luar bra lalu ia melakukan gerakan naik turun. Kontolku terjepit ditengah-tengah. Aku seperti mengentoti susunya. “Ooooh…” aku mendesah. Ini enak sekali.
Ia berhenti sesaat, menatapku, kemudian tersenyum penuh arti. Tiba-tiba ia menggerakkan kedua tangannya dengan cepat berlawanan arah. Gerakannya seperti mengocok. Muncul suara kecrek-kecrek dari susunya saking cepatnya ia menggerakan tangannya. Tangan kanan keatas, tangan kiri kebawah. Ini membuat kedua susunya bergerak kearah berlawanan. Susu kanannya keatas, susu kirinya kebawah. Begitu berulang-ulang. Otomatis memberi rangsangan yang maksimal terhadap kontolku.
“Oooouuhh… Diiiin……”, Tak ada yang bisa kulakukan. Aku pasrah menerima perlakuannya. Mendengar itu, gerakan Dina makin agresif. Selain keatas kebawah, dadanya digerakkan kekiri dan kanan. Kontolku mengikuti kemana susunya bergerak. Nafsuku kian menggelegar.
Dina sepertinya tahu aku sedang mempersiapkan orgasmeku. Namun tampaknya ia menyiapkan kejutan akhir yang indah kepadaku. Ini karena ia tiba-tiba berhenti! Aku awalnya terkejut. Tapi lalu kulihat ia segera berdiri, mencopot bra olahraganya, lalu membuka celana dalamnya. Wajahnya diselimuti birahi. Aku tahu, ia ingin dipuaskan juga malam ini.
Setelah telanjang, ia membalikkan badannya membelakangiku. Sekarang, posisi tubuhku masih telentang ditempat tidur sementara kakiku menapak lantai dengan lutut disatukan. Lalu kakinya dilebarkan kekanan dan kiri disamping pahaku. Dengan begini kontolku tegak lurus keatas searah dengan lubang selangkangannya.
Aku melihat figur badan telanjangnya dari belakang, betapa indah istriku. Sayap punggung belakang yang melebar, turun melengkung indah membentuk pahatan pinggang yang sempurna, kemudian sedikit melebar mempertegas bentuk pinggul yang menjadi magnet setiap mata laki-laki. Aku beruntung aku pemiliknya. Dina meraih kontolku, menurunkan badannya dengan sedikit membungkuk kedepan, memposisikan ujung kontolku ke depan lubang memeknya. Setelah pas, ia menekan tubuhnya kebawah, menduduki aku. Kontolku masuk perlahan membelah memeknya. Rasa hangat langsung membaluri seluruh bagian kontolku.
“Ah..” ia mendesah kecil. Kedua tangannya memegang kedua lututku, pahanya menjepit kedua pahaku. Menjaga agar pahaku tetap menyatu ditengah. Dadanya dibusungkan kedepan, yang walaupun aku tak bisa melihatnya, aku tahu bahwa kedua putingnya dalam keadaan tegak mengacung dan menantang untuk dikunyah. Terlintas sebuah pikiran nakal di benakku, aku berharap ada orang lain yang melakukan itu sekarang! Membayangkan hal itu secara instan membuat kontolku sekeras batu.
Ia menggoyangkan pinggulnya langsung dengan kecepatan tinggi, tak memberi kesempatan kepadaku untuk beradaptasi. Ingin segera menuntaskan birahi rupanya.
“Maaasssshh….” Ia melenguh. Satu tangannya meremas-remas susunya. Nah, ia ingin ada yang merangsang susunya. Aku mengangkat badanku setengah, kedua tanganku kuarahkan kedepan mencoba menjamah susunya dari belakang.
“Hooooowwhhh…” ia mendesah ketika tanganku menemukan tujuannya. Tangannya kembali memegang lututku.
“Hwaaaaooohhsss…” desahannya makin kencang dan gerakan pinggulnya makin liar seiring tanganku meremas-remas sambil mempelintir pusing susunya.
Kali ini aku juga sudah tak tahan. Fakta bahwa aku akan orgasme sambil membayangkan ada orang lain yang sedang merangsang kedua susunya dalam posisi seperti ini, membuat aku ingin cepat berejakulasi. Ooohh… pasti nikmat sekali, pikirku.
Tak sampai semenit, “MAAAAAASSSSHHHH……” tubuhnya terkejat-kejat, “OOOOHHHH” badannya terdorong, kutahan dengan badanku. “Uuhhh” kepalanya terlempar kebelakang, hampir mengenai hidungku. Aku merasa memeknya menyempit, melakukan gerakan seperti menelan berulang-ulang. Aku menyerah. Aku meremas susunya, menekan tubuhnya kearah tubuhku, lalu melepas orgasmeku. Crrrooooooootttt… Aku menyemprot spermaku. Nikmat sekali. “Oohhsss...” Dina menggeliat, pinggulnya bergerak. Tapi rasa nikmat di kontolku semakin hebat. Crrroooooot… semprotan kedua. Tanganku berpindah di pinggulnya, mencoba menahan sekaligus bertahan dari badai orgasme yang menerpaku. Croooot… semprotan ketiga. Masih enak. Croot.. Mulai reda. Hening. Hanya desahan napasku dan Dina yang terdengar.
Kurasakan kontolku perlahan menciut. Aku dan Dina perlahan roboh ke tempat tidur dengan napas yang masih ngos-ngosan. Kupeluk tubuh istriku dari belakang, kami berada dalam posisi sendok dengan kontol ciutku sebagian masih berada didalam memeknya.
“Mas…” istriku memanggil.
“Hm…” jawabku hanya dengan bergumam.
“Enak banget.” Ia mengaku.
“Iya, aku juga merasa enak banget” aku setuju dengannya.
“Mmmmm….” Haruskah aku mengatakannya?
“Ada apa mas?” ia seperti tahu kegundahanku.
“Apa ya… Aku membayangkan ada orang lain yang menjilat puting kamu tadi.” aku akhirnya jujur. Aku mengatakannya sambil menutup mataku. Aku siap jika ia tidak senang mendengarnya.
“HAH!?” ia terkejut lalu bergerak membalikkan badannya menghadapku. Tak dihiraukannya kontolku yang mengecil meluncur keluar dengan mudahnya dari memeknya. Oke, momen yang salah sepertinya, pikirku.
“Aku juga hihihihi…” dia cekikikan senang. Wow, aku tak menyangka sama sekali responnya seperti ini. Mataku melotot. Terus terang aku exited mendengarnya. Membayangkan ada orang ketiga dalam aktifitas seks kami membuat kontolku berdenyut lembut.
“Mau aku carikan partner?” tanyaku.
Aku Iwan Budiawan, usia 34 tahun, baru menjabat sebagai Manager Human and Resource, dipindahkan dari kantor cabang di daerah ke kantor pusat di Jakarta untuk menggantikan manager lama yang pensiun. Untuk tiga bulan pertama aku masih ditemani manager lama, untuk adaptasi sekaligus sebagai proses perpindahan dari manager lama ke yang baru yaitu aku.
Walaupun familiar karena aku sering bolak-balik, Jakarta tetaplah kota yang asing bagiku. Ada banyak kehidupan sosial terjadi di kota yang majemuk ini. Aku tidak terbiasa. Tapi suka tidak suka, aku harus cepat beradaptasi dengan kota ini. Ini juga akan membantu istriku yang aku ajak tinggal di Jakarta. Istriku tentu saja senang, tapi tetap saja sindrom pindah kota, apalagi ke kota metropolitan seperti Jakarta, haruslah tetap ditangani dengan baik.
Aku berperawakan agak tinggi dari kebanyakan orang, proporsi tubuh tidak gendut tidak kurus, kulitku putih, dan rambutku hitam. Standar orang Indonesia lah pokoknya. Ganteng? Mmm, aku menilai diriku biasa-biasa saja. Aku menang putih (kulitku) saja, kalo aku legam, nilai kegantenganku pastilah turun jauh haha.
Tapi walaupun semua dariku biasa-biasa saja, aku bisa memacari Dina, salah satu perempuan berlabel most wanted di kampusku. Tentu saja karena cantik, kulit putih, rambut hitam pekat sebahu, dan tentu saja bentuk badannya yang bisa membuat semua mata laki-laki terpaku padanya. Badannya tuh proporsional sekali. Badannya tinggi untuk ukuran perempuan pada umumnya, pinggangnya ramping, dadanya bulat, pantatnya berisi, trus apa lagi? Sebut saja semua. Itu ada pada Dina.
Hm, aku pacaran dengan Dina ya… Hehe itu juga karena aku menang dari pria-pria lain. Menang karena orang tua kami saling kenal. Tentu saja orang tua Dina lebih percaya kepada laki-laki yang telah mereka kenal. Walaupun rumah kami tidak dekat, kami bisa dibilang bertetangga.
Aku menikah dengan Dina Yuliana, nama panjang istriku, 3 tahun yang lalu, mantan pacar yang cukup lama aku pacari. Sekitar 7 tahunan lah kira-kira. Orang tua Dina yang pertama kali mendesak kami untuk segera menikah. Tapi aku berprinsip, aku harus mempunyai penghasilan yang layak untuk dapat menafkahi anak perempuan orang. Dina pun sebenarnya menginginkan agar kita menikah. Tapi aku bersikeras bahwa aku harus memiliki pekerjaan dulu sebelum menikah. Ketidaksepahaman ini kadang membuat kita bertengkar.
Aku mengerti jika Dina ingin menikah lebih cepat. Akulah yang memperawaninya setahun sebelum kita menikah. Ceritanya? Tak usahlah. Termasuk membuka aib sendiri jika kuceritakan haha. Tapi tentu saja menjadi kenangan yang sampai sekarang bikin ngakak jika mengingatnya. Yang pasti kita sama-sama menginginkan itu terjadi. Untung saja Dina tidak sampai hamil.
Ketidaksepahaman aku dan Dina masih berlanjut bahkan ketika akhirnya aku mendapat pekerjaan. Dina tetap ingin segera menikah dan aku masih ingin menabung. Kami mulai sering bertengkar dengan masalah yang sama. Mungkin karena bosan berantem terus, aku akhirnya memutuskan tidak melanjutkan hubungan lagi. Dina pun menyetujui. Jika tidak menemukan titik temu, ya sudah. Selesai sampai disini.
Bukan break, atau istirahat atau apapun itu. Benar-benar putus. Menjadi orang bebas, tidak terikat hubungan percintaan dengan siapapun. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku, Dina dengan urusannya sendiri. Kudengar selentingan ia punya pacar. Orang secantik dan seseksi Dina pasti ada yang mengaku-aku pacaran dengannya. Jadi aku cuek saja. Tapi aku memutuskan tidak mencari pacar pengganti Dina. Ia merupakan cinta sejatiku. Orang yang mengerti luar dalam tentang aku. Aku menyayanginya. Dan akupun yakin Dina menyayangiku juga. Klise? Justru yang klise itulah yang banyak terjadi di dunia nyata.
Tiga bulan menyendiri setelah putus dari Dina, aku mencoba menghubunginya lagi dan bertemu dengannya. Di pertemuan pertama kami, aku langsung mengajaknya menikah! Dina terbengong-bengong awalnya tapi langsung tertawa memperlihatkan giginya yang rapi seperti dicetak. Tawanya sangat lepas hingga matanya berair. Aku suka tawanya.
“Aku kangen kamu” kataku setelah tawanya reda.
“Aku juga” katanya menatapku.
“Jadi kapan kita nikah?” todongku.
“Wooow, sabar dulu…” jawabnya. Aku terkejut. Benar-benar terkejut.
“Datang kerumah, bilang sama mama papa dulu, baru tentuin kapannya, oke” lanjutnya melegakanku.
---------------
Dan dua minggu kemudian…
“Saya terima nikahnya Dina Yuliana binti Deddy Yulianto dengan mas kawin tersebut diatas dibayar tunai!”
“SAAAAAHHH”
Aku dan Dina menikmati seks dari sebelum menikah. Entah karena seks memang nikmat atau karena kebutuhan. Tapi bisa jadi keduanya. Aku, sebagai laki-laki, tentu saja sangat menikmati seksku dengan Dina. Bahkan aku menjuluki diriku sendiri sebagai lelaki penikmat seks. Aku mengkonsumsi hal-hal yang berbau seks via apa saja termasuk internet tentunya. Aku bahkan memiliki akun di beberapa website berbagi video seks baik lokal maupun luar. Salah satunya di empatenamX.com. Yaaah, walaupun untuk mengaksesnya aku perlu menggunakan proxy.
Sekali lagi aku penikmat seks. Jadi seks dalam jenis apapun aku suka. One on one, MILF, 3some, 4some, gangbang, you name it. Bahkan yang tabupun aku doyan. Cuckold misalnya. Aneh? Mmm, iya sih haha. Tapi karena seks eksisnya cuma di kamar tidur, maka memang sudah seharusnya jika semua aktifitas seks, apapun itu, terjadi dan berakhir dikamar tidur. Titik.
Aku juga pernah mencoba seks sambil mengkonsumsi narkoba. Walaupun aku dan Dina hanya sebagai penikmat rekreasional, bukan pecandu. Hanya sekadar ingin tahu bagaimana rasanya seks sambil high. Hasilnya? Tidak enak haha. Bukannya ngeseks, kita malah tepar ngefly. Narkoba yang kuperoleh kudapat dari Anwar, sepupu Dina. Dulunya dia yang menyalurkan barang haram itu ke lingkungan pertemanan aku dan Dina. Anwar seumuran denganku. Jadi Dina kadang suka ketawa jika aku berbincang dengan sepupunya itu. Karena aku memanggilnya Mas Anwar, dan ia juga memanggilku Mas Iwan. Hehe.
Dina? Anehnya dia punya rasa tahu yang tinggi soal seks. Pikirannya tuh seperti nyambung dengan pikiranku. Jodoh memang ga kemana, sebuah adagium lama menyatakan. Dan berkat nonton video-video seks, kita bisa mengeksplor sisi seksualitas yang bagi orang lain disebut aneh itu. Ingat, mengeksplor tidak selalu berarti melakukan juga kan. Itu beda term lah. Begini. Kita pernah ngeseks sambil menggunakan kontol-kontolan karet a.k.a dildo membayangkan bahwa kita lagi 3some. Lain waktu tubuhnya aku ikat di tempat tidur, sambil membayangkan aku memperkosanya. Ia malah kesenangan haha. Kapan-kapan gantian aku yang diikatnya, sambil pura-pura ia menghukumku dengan tidak membiarkan aku ejakulasi selama 2 jam.
Semua itu referensi dari empatenamX.com. Aku bukan member premium, hanya free member biasa. Kalau dengan free bisa mengakses ribuan video, kenapa harus jadi premium pikirku. Aku mem-follow beberapa kreator video disana. Satu yang menarik adalah nickname RFWife. Ia hanya memposting video promo sepanjang 5 menit. Jika ingin melihat video lengkapnya, aku harus mendaftar sebagai member premium. Walaupun cuma promo, videonya selalu menarik perhatianku dan sering kujadikan referensi bercinta dengan Dina. Sebab kontennya lengkap. Ada tentang BDSM ringan, 1 on 1 biasa, 3some, 4some, sampai cuckold. Anehnya ia tak pernah memperlihatkan wajahnya, selalu diburamkan. Hanya partner seksnya alias si perempuannya saja yang terlihat wajahnya. Yang paling sering adalah wajah perempuan oriental jadi kupikir lokasinya “dekat-dekat” sini juga. Singapura, Malaysia, Hongkong, disitu-situ saja.
Selama masa pacaran, walaupun aku dan Dina sering mengeksplor habis aktifitas seks berdua, kami tidak pernah melibatkan orang lain dalam aktifitas seks kami. Aku masih terlalu takut untuk mengungkapkan ke Dina perihal melibatkan orang lain. Aku takut Dina marah dan menganggapku punya niat aneh. Maksudnya jangan sampai Dina pikir aku hanya ingin seks dengan banyak wanita lain jika aku menyarankan melibatkan orang lain.
Setelah menikah kami lebih sering mengkomunikasikan keinginan seksual kami. Aku mau apa, Dina maunya apa. Kami bebas membicarakannya. Tidak ada batasan. Termasuk bagaimana merealisasikannya ke kehidupan seksual kami.
Aku dan Dina mencari info sebanyak-banyaknya di internet. Membaca sebanyak mungkin referensi dan pengalaman orang lain yang telah melakukan hal serupa di kehidupan seks mereka. Hampir dua tahun lamanya kami menyiapkan diri untuk mewujudkan keinginan seksual kami. Tidak gampang memang melakukan seks bertiga, berempat atau apapun itu. Relakah aku jika melihat Dina merintih-rintih ditindih orang lain didepan mataku? Atau bisakah Dina menahan amarah ketika melihat aku melepas ejakulasiku ke rahim perempuan lain? Sekali lagi, tidak gampang.
Tidak gampang bukan berarti tidak bisa bukan? Setelah belasan bulan menyiapkan diri, kami memulai petualangan mendebarkan kami dengan mengikuti sebuah grup percakapan rahasia yang isinya kumpulan orang-orang penggemar seks yang unik. Mau ganti unik menjadi aneh juga boleh hehe. Semua isinya adalah pasangan resmi yang telah menikah. Dan tentu saja istriku, Dina, langsung menjadi favorit diantara para pemburu kenikmatan di grup tersebut. Kami dimoderatori oleh seseorang bernama Hector. Bukan nama asli tentu saja. Mana ada nama Hector di Indonesia haha. Akupun belum pernah bertemu dengannya jadi tidak bisa juga menanyakan secara langsung. Si Hector ini yang mengatur segala sesuatunya. Jika ada yang mau tukar pasangan, bisa antar sesama anggota forum. Mau cari yang lain? Gampang, hubungi Hector saja. Ia yang mencarikan. Tapi tetap saja deal-dealnya sama kita selaku pelakunya. Tidak ada uang yang telibat disini, hanya badan saja. Tidak ada juga main hati, yaa paling tidak aku dan Dina tidak pernah sampai kearah situ. Ya itu tadi: semua aktifitas seks, apapun itu, terjadi dan berakhir dikamar tidur. Titik.
Apa saja yang pernah kami lakukan? Sampai saat ini banyak sih haha. BDSM ringan sebatas ikat-ikat tangan sama kaki sudah sering. Kalau yang melibatkan partner, kita pernah tukar pasangan dua kali, 3some formasi 2M1F sebanyak lima kali dan 2F1M sebanyak dua kali. Kelihatan kan mana yang paling sering? 3some dengan 2M1F, itulah yang paling aku suka. Aku suka melihat Dina merintih-rintih digagahi si partner. Lenguhan suaranya, desahan napasnya, geliat erotis tubuhnya saat ditindih, membuatku merasa sangat bergairah.
Dari lima kali kesempatan 3some, dua yang pertama berakhir menyedihkan hahaha. Sang partner tidak menyangka akan bertemu orang seperti Dina, dan terpukau dengan seksinya istriku sehingga tidak bisa bertahan lama. “Kamu sih seksi banget, nafsuin” kataku suatu waktu setelah si partner cabut dengan muka merah padam menahan malu. “Emmang” balasnya sambil langsung menerkamku.
Tiga kali berikutnya kami cukup selektif mencari partner. Itu semua demi suksesnya keinginan kami. Dari tiga kali itu, hanya dua kali aku ikut berperan. Satu kali terakhir aku hanya jadi penonton saja. Melihat istriku bergumul mesra dengan si partner dari jarak yang sangat dekat membuatku tahu bahwa istriku ternyata menikmati juga adegan seks panas dan “unik” tersebut. Katanya ia merasa sangat seksi, merasa sangat diinginkan oleh aku, suaminya. Oleh karena itu, semakin ia menikmati seksnya dengan si partner, semakin ia membuat aku menginginkannya. Dan itu menjadikannya sangat bergairah. Entahlah, aku tak terlalu mengerti. Yang pasti setelah si partner pergi, aku langsung “menghajar” istriku habis-habisan. Aku merasa lebih bersemangat, dan orgasmeku terasa berkali lipat lebih nikmat.
Setelah pindah ke Jakarta, aku dan Dina kehilangan momen-momen mendebarkan kami itu. Iya aku tahu, di Jakarta tentu saja lebih mudah mencari orang-orang yang sepemahaman dengan kami. Lebih mudah mencari partner juga pada akhirnya. Tapi tentu saja bertemu orang baru selalu lebih sulit dari sebelumnya. Oleh karena itu, aku mencoba menghubungi Hector, moderator kami waktu di daerah dulu. Awalnya aku hanya bertanya apa ia punya orang di Jakarta yang direkomendasikan ke kami. Butuh waktu sekitar semingguan hingga Hector kembali menghubungiku.
“Aku punya kandidatnya. Tapi nanti aku hubungi orangnya dulu, sebagai perkenalan sekaligus tanya-tanya. Kalo fix nanti aku kasih nomornya ke mas Iwan supaya mas Iwan yang ngobrol langsung sama orangnya” kata Hector suatu waktu via telepon.
“Oke, baiklah” kataku setuju.
Dua hari setelahnya, aku di Whatsapp Hector nomor telepon kandidatnya disertai sedikit penjelasan bahwa orang ini verified. Banyak respon positif terhadap reputasi calon kandidat ini. Baiklah, aku coba hubungi orangnya setelah tentunya berbicara dengan istriku. Aturan pertama yang aku dan Dina tentukan adalah kita harus bertemu dulu dengan calon partner kita. Hanya bertemu saja. Melihat dan menilai secara langsung tampilan fisik, gestur, manner, dan tentu saja ngobrol-ngobrol untuk mengakrabkan diri.
Hari pertemuan telah ditentukan. Aku dan Dina telah berada di lokasi pertemuan. Sebuah coffeeshop terkenal di Jakarta yang didominasi warna hijau. Tempatnya cukup ramai, samar-samar terdengar chit-chat dari kanan dan kiri kami.
“Sepertinya itu orangnya, pakaiannya cocok” kataku kepada Dina sambil menunjuk dengan daguku.
Seorang laki-laki dengan mengenakan kaos polo berwarna biru dongker dan celana berbahan jins yang sesuai dengan deskripsi chat WA sedang menoleh kekanan dan kiri. Ia mencari keberadaan kami. Aku mengangkat tanganku setelah aku yakin dia orangnya. Ia tersenyum ke arah kami dan berjalan meliuk-liuk menghindari sekumpulan kursi yang diatur selang-seling.
“Hai, nama saya Roy” ia menyerahkan tangannya sambil tersenyum.
“Saya Iwan, dan ini istri saya Dina” Aku menjabat tangannya.
“Roy” ia mengulang namanya saat menjabat tangan istriku.
Dari ekor mataku, aku dapat melihat istriku seperti terkejut melihatnya. Hm, mungkin karena tampang orang ini menarik? Harus aku akui Roy memiliki wajah yang rupawan. Terlihat garis rahangnya tegas, badannya proporsional, mungkin hasil ngegym? Secara umum tidak ada yang salah dengan tampilannya. Kecuali ada bekas luka di alis kirinya yang mengakibatkan alis kirinya itu terlihat terbelah menjadi dua. Satu lagi, ia wangi. Perempuan biasanya senang dengan pria wangi. Jadi aku mengambil kesimpulan bahwa sebagai impresi awal, istriku menyukai pria ini.
Roy orangnya menyenangkan, wawasannya luas, aku senang bisa ngobrol dengan orang seperti ini. Tapi aku sedikit heran, istriku berperilaku tidak seperti biasanya. Kali ini lebih banyak diam. Apakah ia masih terpesona dengan Roy? Aduh, terpesona sih terpesona, tapi udahlah masa uda 15 menitan masih terpesona juga?
“Jadi gini, mengenai aturannya…” kataku setelah obrolan perkenalan dan ngalor ngidulnya usai, “saya mulai aja dulu ya” lanjutku.
“Oke silahkan mas” jawab Roy.
“Yang pertama wajib pakai kondom” aku memulai. “Trus ga boleh anal, ga boleh buang di badan, muka, mulut, dimanapun ga boleh” aku melanjutkan dengan tegas.
“Satu lagi, Lo harus tinggalin kami setelah lo selesai. Segera.” Aku melengkapi aturannya.
“Oke” jawabnya pendek sambil mengangguk-angguk.
“Pokoknya hanya seks biasa dan normal.” Aku meneruskan.
“Mas ikut main juga? Main bertiga maksud saya” ia bertanya.
“Tergantung, kalo saya pengen ya saya ikut, kalo ngga ya ngga. Tergantung situasi aja.” Aku menjelaskan sambil melirik istriku sekilas. Ia tidak bereaksi, hanya diam menyeruput kopi esnya.
“Oke…oke siiip kalo gitu.” Sepertinya Roy sudah paham dengan aturannya. Harusnya aturan seperti ini sudah umum digunakan saat akan mengundang seorang partner dalam aktifitas seks.
“Mmm… Saya uda pernah dengan beberapa pasangan kan, jadi kadang ada sesuatu hal yang bisa bikin batal rencana kita. Jadi kalo mas Iwan dan mba Dina tiba-tiba mau batalin atau cancel, ya tinggal bilang saja. Saya ga ada masalah dengan itu. Bahkan kalopun kita uda sampai dikamarpun kalo mas ama mba mau cancel, ya ngomong aja.” Roy menambahkan dengan panjang lebar.
“Ya..ya..ya betul” aku manggut-manggut membenarkan. Ini pro nih, pikirku. Aku merasa tenang.
“Ga usah sungkan ato ga enak hati, tinggal ngomong aja” Roy mengulang.
Dan pertemuan itupun ditutup dengan konfirmasi waktu pertemuan kita selanjutnya, yaitu minggu depan.
“Kamu kenapa? Ga kaya biasanya” aku mulai mencari tahu setelah kita berada di mobil dalam perjalanan pulang.
“Ga sih mas, cuma tiba-tiba merasa ga nyaman aja” jawab istriku.
“Masalah Roy?” aku mencoba menebak.
“Bukan… bukan itu, aku sepertinya masuk angin” istriku menjelaskan.
“Ooo, aku pikir masalah Roy. Ya udah inikan kita mau pulang. Bentar lagi sampe. Kamu bisa istirahat dirumah” kataku menenangkan Dina.
“Iya” jawabnya pendek.
-------------------------------
Dalam rentang waktu seminggu kedepan, aku dan Dina sepakat untuk tidak berhubungan seks. Kita ingin menjaga level birahi kita dititik tertinggi untuk mendapatkan pengalaman yang fantastis. Mendekati hari-H pertemuan kami, aku semakin exited. Jantungku berdebar kencang jika memikirkan apa yang akan terjadi di hari itu nanti. Tentu kerena ini akan menjadi pengalaman pertama kami main bertiga di Jakarta, selain itu juga karena kami sudah lama tidak melakukannya.
“Kalau aku begini gimana Mas?” Istriku bertanya sambil memutar badannya. Meminta pendapatku atas pilihan busana yang dikenakannya. Kaos biru muda lengan pendek yang pas dibadannya, dipadu rok berbahan jins dengan panjang selutut yang memamerkan betis indahnya. Ditambah sepatu tanpa hak berwarna putih, tampilannya terlihat segar, lebih mirip abg-abg yang sering nongkrong di mall. Ia terlihat lebih muda dari usianya. Dan tentu saja tetap cantik.
“Hm, bagus. Aku suka” aku manggut-manggut Aku sendiri dengan pakaian kasual kebanggaan. Kaos polo putih plus jins hitam dan sepatu sport hitam.
“Ayo jalan.” Sudah jam 12 dan kita berdua harus makan dulu sebelum bertemu Roy. Jadi aku melajukan kendaraan ke sebuah rumah makan terdekat untuk makan siang.
Setelah makan, kita bergerak menuju titik pertemuan. Sebuah hotel. Tak lupa mampir ke Indomaret untuk membeli 1 pak kondom isi 3. Kita lebih banyak diam selama dalam perjalanan kesana. Hanya suara Isyana Sarasvati yang keluar dari speaker mobil.
“Din, kalo kamu mau batalin gapapa ya.” Kataku memecah kesunyian.
“Menurut Mas?” Adduh, dia balik bertanya.
“Lets do it. Kita bersama-sama.” Aku menekankan kalimat terakhirku untuk menenangkan istriku. Tentu saja untuk menenangkan diriku juga.
“Oke” jawabnya pendek.
Setengah jam kemudian, aku dan Dina berjalan menaiki tangga lobby sebuah hotel. Roy ternyata sudah tiba lebih dulu. Dan setelah melakukan check in, kami bertiga beranjak menuju lantai 3. Ke sebuah kamar yang akan menjadi saksi tempat kami mengadu birahi.
Kami bertiga masuk ke dalam lift. Aku menekan nomor 3 lalu liftpun bergerak naik. Kami tidak terlalu banyak bicara saat itu. Aku sibuk dengan pikiranku, kupikir Dinapun demikian. Aku tak tahu apa yang ada dikepala Roy. Tapi dapat kutebak ia merasa senang. Siapa yang tidak senang jika tahu akan mencium, menjamah, dan menerjang birahi bersama seorang perempuan cantik didepan suaminya sendiri! Jantungku berdetam kencang. Inilah saatnya. Aku meraih tangan istriku dan kuremas perlahan. Ia menoleh sambil tersenyum kepadaku.
Aku membuka pintu kamar hotel, kemudian melangkah masuk diikuti istriku dan Roy. Bau pengharum ruangan samar-samar melewati lubang hidungku. Setelah menyalakan lampu dan mengunci pintu, aku menuju ke sofa yang ada di sudut ruangan, dan meletakkan pantatku di situ. Aku menyapu pandangan ke sekeliling kamar. Tempat tidurnya berada ditengah ruangan, tepat didepan sofa yang kududuki, berukuran besar dengan seprei berwarna putih gading. Disamping kiri dan kanannya ada meja kecil terbuat dari kayu yang terlihat cukup kokoh. Jendela kamarnya lebar dan tinggi, khas desain eropa, dengan gordin yang senada dengan warna seprei. Sisanya biasa saja. Televisi berukuran besar menempel di dinding yang dicat putih, ada lemari berukuran sedang dengan kulkas mini menempel di salah satu rongga lemari yang tidak berpintu. Sama seperti kebanyakan ruangan hotel-hotel lain.
“Hei… Bengong aja” istriku tiba-tiba ada dihadapanku. “Ada masalah?” lanjutnya dengan bertanya.
Aku menatap wajahnya, “Ga… Ga ada masalah” Aku meyakinkannya.
Oke, ini bukan yang pertama kali kita melakukan hal ini. Tapi kali ini aku merasa sepertinya lumayan canggung. Mungkin karena sudah lama tidak melakukannya atau karena partnernya orang baru atau gabungan keduanya. Aku tak yakin.
“Kalian mulai aja dulu” kataku pada mereka.
“Oke, nanti kalo mas mau ikut nimbrung, langsung gabung aja ya” Roy berkata kepadaku.
“Siiip” aku mengangkat jempolku memberi isyarat setuju. Istriku mendekat, aku berdiri kemudian mencium bibirnya dengan ciuman basah. Sebelum bibir itu dicium Roy nantinya.
Istriku lalu menjauh dan mereka berdiri berhadap-hadapan didepanku. Istriku disebelah kiri dan Roy disebelah kanan. Aku mengambil posisi duduk kembali di sofa dan bersiap menikmati pertunjukan. Roy mulai beraksi. Ia maju memeluk istriku sambil bibirnya memagut bibir istriku. Walaupun agak canggung tapi istriku mulai meladeni pagutan bibir Roy. Mereka mulai saling lumat. Tangan kanan Roy mulai aktif meraba tubuh istriku, sementara tangan kirinya meraba leher istriku sambil jempolnya mengusap telinga Istriku.
“Eghm…” lenguhan awal terdengar dari mulut istriku. Kontolku berdenyut perlahan. Sensasinya mulai terasa.
Roy menarik tubuh istriku untuk lebih rapat dengan tubuhnya. Ini membuat susu istriku menempel tegak lurus ke dada Roy. Ditempel susu empuk seperti itu akan membuat siapa saja tergerek birahinya, termasuk Roy. Ia terlihat menaikan tempo gerayangan tangannya, sekarang menelusup ke dalam kaos istriku. Meraba kulit halus milik istriku. Tangannya bergerilya didalam kaos istriku menjamah apa saja yang ada disana. Roy melakukan sebuah jilatan di batang leher istriku membuat istriku melenguh lagi, “Uugghmm…” kali ini dengan suara yang lebih kencang. Tangan istriku mulai meremas baju dan celana yang digunakan Roy. Mencari pegangan atas rasa nikmat yang mulai menjalari tubuhnya.
Aku melihat semua yang terjadi didepan mataku ini dengan perasaan excited yang tinggi. Aku mulai tersangsang. Kontolku perlahan mulai mengeras. Aku mengusapnya dengan lembut dari luar celanaku. Aku belum mau mengeluarkan kontolku, belum saatnya.
Tangan Roy bergerak ke arah punggung istriku, sepertinya berusaha mencari kaitan bra. Hanya beberapa detik waktu yang dibutuhkan Roy hingga kaitan bra istriku copot. Hmm, ahli juga rupanya. Setelah kaitan bra dicopot, giliran baju kaos istriku coba dilolosi Roy. Ia mengangkat kaos istriku keatas. Istrikupun mencoba membuka sendiri kaosnya. Jantungku makin berdebar. Aku melihat adegan tersebut dengan seksama. Karena ini saatnya susu istriku akan terekspos keluar.
Akhirnya susu istrikupun muncul dari balik bajunya. Kulit susunya sangat mulus, padat dan kencang, bentuknya membulat indah, areolanya berwarna coklat muda, dan puting susu yang menggemaskan bertengger di puncaknya. Aku menahan napas. Dan saat istriku sedang berusaha membuka kaosnya, Roy secara tiba-tiba mencucupi puting susunya. Cup…! “Auw…” istriku sampai terlonjak kaget ketika Roy melakukan itu. Karena ia tidak melihatnya, kepala istriku sedang berada dibalik baju. Ditambah dengan posisi istriku yang tidak siap menerima serangan mendadak Roy membuat adegan tersebut memiliki skala erotis yang tiba-tiba melonjak drastis. Kontolku mengeras perlahan.
Tapi adegan berikutnya tidak kalah erotis dimataku. Tahu karena istriku sedang berjuang membuka kaosnya sendiri, Roy melakukan jilatan-jilatan brutal ke puting susu istriku. Lidahnya dimainkan cepat menyayat kesana kemari, menyedot dan menggigit lembut. Berpindah-pindah di kedua putingnya, Roy bebas memilih puting mana yang ia kunyah. “Ouuuhhh… Mmmmmh” Istriku tentu saja gelagapan tak berdaya mencegah Roy menyantap puting susunya. Tangannya masih terjebak dalam kaosnya sendiri. Yang bisa dilakukan istriku hanyalah sesegera mungkin membuka kaosnya supaya ia dapat meredam Roy. Akhirnya, bersamaan dengan terlepasnya baju istriku, Roy melakukan jilatan panjang terakhir dari ujung puting kanan menuju samping bulatan susu istriku, lalu langsung naik secara cepat melewati ketiak kanan putih mulus tanpa rambutnya. “Ouh…. Auh…. Uh…” Istriku seketika itu langsung terjinjit-jinjit kegelian tidak menyangka ketiaknya menjadi sasaran lidah nakal Roy. Kini, bagian atas tubuh istriku telah telanjang.
Celanaku makin sesak rasanya. Adegan terakhir itu segera membuat birahiku melesat tinggi. Sensasi seperti ini yang aku senangi. Aku melonggarkan ikat pinggang, membuka kancing dan resleting celanaku. Sekedar untuk memberi ruang kontolku yang mulai membesar dan mengeras.
Masih sambil berdiri, setelah istriku telanjang sebagian, Roy menjalarkan kedua tangannya dari punggung istriku kebawah ke arah pantatnya. Kemudian masuk kedalam roknya dan dengan gerakan yang sangat cepat mempelorotkan celana dalam istriku ke arak kakinya. Lalu melolosi celana dalam milik istriku itu sambil mengusap-usap betis mulus nan indah yang ada didepannya.
Celana dalam sudah, aku kini melihat Roy mulai mengendus-endus lutut istriku. Sesekali dijilat, lain kali digigit gemas. Tangan istriku mulai mengusap-usap rambut Roy, sesekali agak mendorong kepalanya kebawah. Jilatan-jilatan Roy pun makin lama makin naik ke paha istriku. Paha belakang istriku mulai dijamah dan diremas-remas.
Kepala Roy menelusup masuk ke dalam rok istriku, sepertinya menemukan apa yang ia cari. Aku tak bisa melihat apa yang dilakukan Roy didalam sana, tapi respon istriku seakan memberitahuku.
“Ouh... Oooo… Uh..uh..” istriku melenguh-lenguh sambil sesekali terjinjit. Tubuh istriku langsung melengkung agak condong kedepan. Aku yakin itu pasti kena titik nikmatnya. Kepala Roy tidak terlalu banyak bergerak jadi aku pikir hanya lidahnya yang membuat istriku seperti itu. Celana jinsku mulai kuturunkan, menyiapkan ruang untuk kontolku yang mulai berkedut-kedut.
“HooooHHHHH….RooooYhhhH”
“Ouhhh…”
“Wuuuuhhh….”
Erangan panjang dilanjutkan erangan pendek-pendek sambil istriku terjinjit-jinjit (lagi) memberikan kewaspadaan yang tinggi kepadaku tentang apa yang dilakukan Roy? Ya Roy memang lagi mengoral istriku sambil berdiri, tapi detilnya aku tak tahu. Ini membuatku merasa birahi tinggi. Melihat istriku melenguh-lenguh tanpa tahu apa yang diperbuat Roy ternyata membawa sensasi berbeda dari yang sudah-sudah.
Istriku menoleh kesamping, melihat kearahku dengan pandangan mata sayu penuh birahi. Napasnya memburu. Tapi ia kemudian tersenyum. Tanda bagiku kalau ia menikmati semua yang dilakukan Roy.
Roy merasa cukup, ia berdiri kemudian perlahan melonggarkan ikat pinggangnya dan sekejap saja celana jinsnya melorot kebawah. Istriku membantu membuka kaos yang dipakai Roy. Terlihat Roy memiliki figur yang bagus khas pria-pria yang ngegym, lengannya terlihat kokoh dan proporsional, otot dadanya yang walaupun tidak terlalu menonjol tapi memiliki massa yang cukup. Terlihat istriku sedang mengusap-usap sambil sesekali meremas dada bidang lelaki didepannya. Mereka kini menyisakan masing-masing satu kain penutup tubuhnya. Istriku dengan rok yang masih diposisi semestinya dan Roy dengan celana boxer ketatnya yang berwarna hitam.
Roy kemudian membimbing istriku untuk naik ke tempat tidur. Mereka bergerak cepat. Istriku langsung berbaring, tapi ternyata Roy menginkan hal lain. Ia menarik tubuh istriku memposisikan istriku untuk bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Roy menginginkan doggy style. Sebuah permulaan yang cukup berani menurutku.
Dalam posisi merangkak seperti itu, Roy mengangkat rok istriku. Muncullah bulatan pantat indah, mulus tanpa noda milik istriku. Roy dengan cepat membuka boxer hitamnya dan langsung memposisikan diri dibelakang istriku. Aku melihat kontol andalannya untuk pertama kali. Ukurannya normal seperti punyaku. Hm, aku tak perlu minder soal ukuran kalo begitu. Eh tapi itukan belum tegang maksimal. Ah sudahlah, aku tak mau memikirkannya lagi.
Aku melihat Roy mengambil kondom yang aku siapkan lalu memakainya sebagai bagian dari kesepakatan. Lalu menempatkan ujung kontolnya di pintu masuk rahim milik istriku. Jantungku berdebar kencang saat itu terjadi. Roy mendorong pelan kontolnya hingga masuk sampai ke pangkal. Persetubuhan itupun terjadi. Istriku menundukkan kepalanya. Roy kemudian mengusap-usap punggung istriku, mungkin mencoba memberi rasa nyaman.
Roy mulai menggenjot pelan. Plok……. Plok……. Plok……
“Mhhhh… uh….” Istriku melenguh. Kontolku makin keras.
Tangan Roy menjamah susu istriku sambil menggenjot lebih kencang. Plok…..Plok….Plok…
Istriku terlihat melemah, ia tak lagi bertumpu pada tangannya melainkan menggunakan sikunya sekarang. Ini membuat pantatnya makin menjulang. Roy makin bersemangat, kedua tangannya memegang pinggul istriku sekarang dan menggenjot dengan sedikit kasar. Plok…Plok…Plok…
“Uwahhh… haah…. Haaah” istriku kewalahan digenjot dengan cara seperti itu.
Aku tak tahan. Aku menelanjangi diriku dengan tangan gemetar dibungkus birahi. Sensasi yang aku nikmati sekali. Kontol tegangku bebas. Berdiri ngacung dengan gagahnya. Kepala kontolku terlihat membesar, diujungnya muncul cairan precum yang aku usapkan ke seluruh batang kontolku sebagai pelicin alami.
Aku duduk lagi, memaku mataku ke arah tempat tidur dimana istriku, Dina, bertarung birahi dengan Roy. Roy menekan pundak istriku kebawah mengakibatkan wajah istriku menempel dengan kasur. Tangan istriku mencengkram erat seprei. Roy seperti tak peduli. Dihajarnya memek istriku dengan kecepatan tinggi. Plok…Plok…Plok…
“Ghhhmmmm…” Roy menggeram. Sangat menikmati tubuh perempuan yang sedang kelojotan didepannya.
Masih sambil menggenjot, Roy menarik kedua tangan istriku kebelakang, ditelikungnya, dan mendorong kepala istriku rapat ke kasur. Kini wajah istriku menghadap tepat kearahku. Susunyapun sebagian menempel rata dengan kasur. Pantatnya yang nungging lebih tinggi dari semua bagian tubuh istriku.
Roy masih menggenjot dengan kecepatan konstan cenderung meningkat. Istriku terlihat makin kawalahan.
“Oooooouuuhhhh…..” tidak ada tanda-tanda apapun, istriku langsung terlempar kedepan. Ia telungkup lurus dikasur. Napasnya pendek-pendek memburu. Orgasme? Mungkin. Tak tahulah.
Kelamin mereka tepisah. Tapi itu hanya sasaat karena Roy dengan cepat mengejar tubuh telungkup istriku. Seakan tak ingin memutus kenikmatan yang baru saja dirasakan istriku. Dua tangannya mencoba mengangkat pinggul istriku membuatnya sedikit menungging. Dengan segera Roy duduk dipaha lalu menenggelamkan kontolnya ke memek istriku. Tak lupa tangan istriku kembali ditelikung ke belakang.
“AuuuhhhhHH…” istriku tak berdaya menerima serangan gencar mendadak Roy. Aku akui teknik yang menarik dari Roy ini. Kontolku sekeras batu sekarang.
Roy menggenjot dengan kecepatan tinggi. Plok..Plok..Plok..Plok..
Istriku membuka matanya, menatapku. Matanya sayu, alisnya mengerut, mulutnya terbuka tapi giginya menyatu. Wajah yang terbungkus birahi setahuku.
PlokPlokPlokPlok…. Genjotan tanpa henti dari Roy seketika membuat istriku makin meninggikan pantatnya. Memberikan akses ke Roy untuk menjamah titik terdalam memeknya. Matanya sudah tertutup sekarang.
“Ooooouuh… RoooooyHHhhh..” Istriku melenguh lagi
“Roooooyyyhhh…” Lagi.
“MmmmphhhHH…” pantatnya mulai bergerak liar. Tapi ia sudah tak bisa kemana-mana sekarang. Tubuhnya terpaku oleh Roy. Aku mempercepat kocokan kontolku. Tidak ingin ketinggalan momentum.
Tiba-tiba…. “HHHHHAAAAAHHHH….. Uuuhhh” lolongan panjang istriku menjemput orgasmenya. Tubuhnya meliuk-liuk erotis seakan ingin menghindar dari serbuan orgasme yang menerpanya. Roypun diam, mencoba menjepit paha dan pantat istriku agar kemaluan mereka tidak telepas seperti sebelumnya.
Melihat hal erotis didepan mataku, aku mempercepat kocokan kontolku. Aku tak mau bertahan lagi, sensasi ini begitu hebat. Aku juga ingin berejakulasi. Sekarang juga. Crooooot…. “Ugh…” Semburan pertama yang sangat nikmat keluar diikuti semburan-semburan berikutnya. Croooot… crooot.. crot.. Aku membuang spermaku kemana-mana. “Aaaahhhh…” perasaaan lega menyelimutiku. Hasratku terpenuhi sudah.
Aku mengangkat kepalaku karena mendengar lenguhan bersahut-sahutan diatas tempat tidur. Saling usap, saling raba, dan remas. Kali ini istriku terlihat bersemangat.
“Hmmmhhh…..”, suara istriku.
“Hah…hah…”, kali ini si lelaki ikut menimpali.
Roy sekarang berada diatas istriku yang telah telanjang dengan posisi misionaris. Aku tak melihat ia mencopot rok jinsnya. Sepertinya aku terlalu sibuk dengan orgasmeku tadi. Telapak tangan kiri Roy berada di susu kanan istriku. Meremas perlahan sambil memilin putingnya. Sementara tangan kanannya menahan tangan kiri istriku kesamping. Mulutnya tak kalah sibuk, menyedot puting susu kiri hingga areola coklat mudanya ikut tersedot kedalam. Tak lupa memainkan putingnya dengan lidah. “Hmmmhhh….”, istriku mendesah lagi. Menambah semangat entotan Roy yang menghujam kontolnya ke lubang selangkangan istriku.
Plok……plok……plok……plok……
Pilinan di puting kiri, emutan di puting kanan, entotan di selangkangan. Kegelian di tiga titik geli menjadi-jadi, membawa istriku mendekati tujuan akhir sekali lagi. Matanya menutup. Kaki dilebarkan sedemikian rupa, memberi akses yang leluasa kepada Roy untuk melancarkan genjotannya sekaligus memberikan rasa enak yang konstan. Telapak tangannya mencengkeram seprei, mencoba bertahan dari serangan nikmat yang diberikan si partner. Perlahan tapi pasti, ujung dagu istriku terangkat naik.
“Hmmmmmhhhh…… sssshhhh... Owchhhh…”
Yaaa, aku baru orgasme, tapi melihat reaksi istriku membuat kontolku perlahan mengeras lagi. Aku mengusap-usap lagi kontolku hanya untuk menjaga kekerasannya. Aku tak ingin orgasme kali ini. Aku ingin berejakulasi di memek istriku. Hak milikku! Tentu setelah Roy selesai.
Roy melepas kulumannya. Memandang istriku sekilas, kemudian tersenyum. Dia sepertinya tahu istriku tak akan bertahan lebih lama lagi. Maka kali ini dia terlihat fokus membawa dan menemani istriku untuk bersama-sama menyambut nikmat syahwat persetubuhan. Entotannya dipercepat.
Plok…plok…plok… plok…
“Ohhh….”
“Ohhh….”
“Nggghhhh…..”
Istriku terlihat makin keenakan. Kedua bulatan susunya yang mengkilap karena keringat perlahan naik membusung. Tangan kanan Roy langsung menyambar susu kirinya. Dengan kedua tangannya berada di susu istriku, Roy mencoba memberikan kenikmatan yang maksimal.
“Huuuuh….huuuuuh….”
Alisnya menyatu seperti sedang menahan sesuatu.
“Nikmati aja…. Lepasin…. Jangan ditahan”, Kalimat pertama Roy setelah tanpa suara beberapa menit terakhir terucap dengan sedikit bergetar. Diapun sepertinya akan menjemput orgasme.
Entotannya makin dipercepat.
Plok.plok.plok.plok.plok
“OoooohhhhHH…… AuuuuhhhhHH...” istriku makin kewalahan menerima sodokan tanpa henti dari Roy. Kepalanya terbanting kesamping kanan, kearahku. Rambut menutupi sebagian wajahnya yang berpeluh. Roy makin bersemangat. Dia ingin mengejar orgasme bersamaan. Kedua tangannya berpindah ke bahu istriku, mencari pegangan untuk menaklukannya.
Plokplokplokplokplokplok…
Sebuah jilatan ke leher jenjangnya membobol pertahanan istriku. Dengan sebuah lolongan kenikmatan, tubuhnya tersentak. Ia orgasme lagi.
“OuuuchhhHHsssss…”.
Tangannya langsung memeluk Roy dengan erat. Membenamkan kuku ke punggungnya. Tubuhnya terangkat beberapa senti dari kasur. Kakinya melingkari pinggul Roy, seakan menjaga agar kontol Roy tidak meninggalkan tubuhnya. Roy pun seperti tak mau kalah. Ia mendorong pinggulnya, mencoba meraih sedalam mungkin ujung memek istriku sambil melepas ejakulat yang sedari tadi mendesak ingin keluar. Iapun orgasme.
“Haaaah….haaaah....”
Napas keduanya bersahutan didalam kamar yang tiba-tiba menjadi sunyi. Mereka terdiam mematung. Sepertinya mencoba mengumpulkan tenaga. Atau masih menikmati momen orgasme barusan? Tak tahulah. Yang pasti aku berhasil bertahan untuk tidak orgasme kali ini. Kontolku masih keras.
Setelah berdiam diri beberapa saat, Roy mencabut kontolnya dari memek istriku lalu turun dari tempat tidur. Ia mencopot kondomnya secara hati-hati dan meletakkannya diatas bantal. Lalu mengambil pakaiannya yang berserakan dilantai, kemudian menatap istriku sambil mulai bergerak menuju kamar mandi dan berkata, “Sesuai perjanjian, saya langsung pergi setelah ini selesai.”
Masih dengan napas terengah-engah, istriku mengangguk kecil seolah mengiyakan kata-katanya. Tampaknya ia tak mampu bersuara. Aktifitas seks barusan seperti menghabiskan seluruh tenaganya. Istriku menatapku sambil tersenyum. Ada sebuah kepuasan diwajahnya. Aku yakin itu.
Tak sampai 5 menit Roy keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengenakan pakaiannya lagi. Melihat sebentar ke arah tempat tidur tempat istriku terbaring lalu berjalan perlahan menuju pintu keluar.
Membuka pintu.
Namun sebelum keluar, Roy menoleh ke sudut ruangan dan berkata kepadaku yang sedari tadi duduk diam tak bersuara:
“Makasih sudah diundang main sama istri Mas. Saya permisi.”
Setelah pintu ditutup, aku berjalan perlahan kearah tempat tidur tempat istriku terbaring. Aku naik dan mengatur tubuhku dalam posisi misionaris. Kontolku masih sekeras batu. Aku menatap matanya dengan tatapan lembut. Ia tersenyum. Senyum yang sangat manis sekali. Masih kudengar sisa-sisa napas lelahnya. Aku tahu istriku capek, tapi aku ingin dipuaskan sekarang juga. Dentuman jantungku menjadi-jadi. Aku mencium bibirnya dengan rakus. Ia membalas dengan memposisikan kontolku sejajar dengan lubang selangkangannya. Ia melepas ciumanku dan berujar, “Aku milikmu sekarang, mas. Nikmati sepuasmu”.
Bagai nyala lilin yang disiram bensin, nafsuku terbakar. Saatnya ku klaim kembali tubuh ini setelah kupinjamkan tadi ke Roy. Kudorong kencang pinggulku membuat persatuanku dengan Dina menjadi sempurna. “Oooh…” baru genjotan pertama aku merasa seluruh spermaku akan segera tumpah. Tidak bisa kupungkiri, bayang-bayang istriku menggeliat ditindih Roy mengisi pikiranku. Dan itu membuat nafsuku seakan tak bisa dibendung.
“Pelan-pelan aja mas, sabar” ia memberikan senyuman malaikatnya. Oh, betapa manisnya.
Aku mencengkeram otot penahan spermaku semaksimal mungkin agar tak segera meluncur keluar, napasku kuatur perlahan-lahan, pikiranku kukosongkan. Aku melakukan segala cara cara untuk dapat bertahan. Aku bukan laki-laki yang cepat orgasme, tapi sensasi aktifitas seks ini seolah menguji daya tahanku.
Dua puluh detik berlalu dan aku masih bisa bertahan. Oke, sepertinya aku baik-baik saja. Aku menarik pinggulku kemudian kudorong pelan. Ugh enak, aku tak merasa akan segera orgasme. Aku mulai menggenjot pelan. Plok…….. Plok…….. Plok………
“Hooosh…”, istriku mendesah. Aku menjawabnya dengan Plok…….. Plok…….. Plok………
Aku menyatukan tangan istriku keatas kepalanya, lalu kupegang dengan tangan kiriku. Sementara tangan kananku memilin puting susu kirinya yang mengeras. Mulutku langsung menyantap puting susu kanannya. Aku berusaha memberikan rasa geli di tiga titik geli seperti yang diberikan Roy.
“Maaas…” suaranya bergetar. “Nikmati aku seperti Roy menikmati aku.”
Ucapannya membakar nafsuku. Genjotanku kupercepat. Plok….Plok….Plok… Kedua tanganku memegang pinggulnya. Kali ini aku tak akan berhenti. Aku ingin spermaku keluar.
“Oooohhhhssshhhh….” Istriku melenguh kencang. Tangannya masih menyatu diatas kepalanya. Susunya yang berguncang-guncang perlahan-lahan mulai terangkat naik, badannya yang mengkilap basah oleh keringat mulai melengkung. Pemandangan sensual didepan mataku membuatku tak bisa bertahan lagi.
Kuraih kedua batang pahanya, kulebarkan kesamping. Aku ingin akses yang maksimal atas selangkangannya. Istrikupun turut melebarkan kedua kakinya. Orgasmeku mendekat. Aku terus menggenjot dengan kecepatan yang makin tinggi. Plok.Plok.Plok.Plok.
“Hoooh….Hoooh…Hoooh…” lenguhan istriku seakan membawa orgasmeku makin dekat.
Dan makin dekat. Kali ini aku tak menghindar. Aku tak tahan lagi. Ayo datanglah! PlokPlokPlokPlok…..
“Maaaassshhh… Ooooooh…” istriku tiba-tiba meraih badanku, memelukku. Kakinya melingkar di pinggangku. Aku merasa memeknya menyedot masuk seluruh kontolku, mencoba memerah spermaku. Ini dia! Croooooot…. Aku orgasme. Spermaku memancar deras. Crooooot… “Ooohhh” ini enak! Crooot… Luar biasa! Croot… Crot... Aku jatuh menindih tubuh istriku. Tubuhku terasa lelah sekali. Telingaku berada diantara susunya. Aku mendengar detak jantungnya yang berdebar kencang. Kami diam tanpa suara.
Setelah beberapa saat, istriku berbisik ditelingaku, “I love you three thousand.” Hm, Iron Man, pikirku. “I love you three thousand and one. Aku lebih banyak satu dari kamu” balasku. Istriku tertawa hingga kepalaku terlonjak dari dadanya.
Aku turun dari tubuh istriku, berbaring disampingnya. Berdua kita memandang langit-langit kamar hotel. Napas kami berangsur normal kembali. Aku melirik kesamping sekilas. Ia menutup matanya. Akupun menutup mataku. Oh istriku, kamu tak tahu betapa beruntungnya aku memilikimu. Tak sampai semenit semuanya menjadi gelap. Aku tertidur.
Yang terhormat panitia LKTCP,
Yang terhormat para juri,
Yang terhormat rekan-rekan peserta LKTCP dan seluruh warga semprot.
Saya persembahkan cerita saya dalam ajang LKTCP tahun 2019 kali ini.
Grab your popcorn and enjoy!
(Semua ilustrasi foto/gambar bukan milik penulis, jika ada yang keberatan foto/gambar miliknya dipakai sebagai ilustrasi, dan ingin dihapus, harap hubungi penulis melalui DM, terima kasih)
Disebuah ruangan hotel.Suara dua manusia berlainan jenis melenguh bersahut-sahutan diatas tempat tidur. Saling usap, saling raba, dan remas. Ruangan berAC ternyata tidak mampu menyejukkan suasana panas pergumulan mereka.
“Hmmmhhh…..”, suara perempuan.
“Hah…hah…”, kali ini si lelaki ikut menimpali.
Si lelaki yang telanjang berada diatas si perempuan yang juga telanjang dengan posisi misionaris. Telapak tangan kiri si lelaki berada di payudara kanan si perempuan. Meremas perlahan sambil memilin putingnya. Sementara tangan kanannya menahan tangan kiri si perempuan kesamping. Mulutnya tak kalah sibuk, menyedot puting payudara kiri hingga areola coklat mudanya ikut tersedot kedalam. Tak lupa memainkan putingnya dengan lidah. Rupanya ini yang menjadi alasan si perempuan melenguh. Menambah semangat entotan si lelaki yang menghujam kemaluannya ke lubang selangkangan si perempuan.
Plok……plok……plok……plok……
Pilinan di puting kiri, emutan di puting kanan, entotan di selangkangan. Kegelian di tiga titik geli menjadi-jadi, membawa si perempuan mendekati tujuan akhir yang dicari. Matanya menutup. Kaki dilebarkan sedemikian rupa, memberi akses yang leluasa kepada si lelaki untuk melancarkan genjotannya sekaligus memberikan rasa enak yang konstan. Telapak tangannya mencengkeram seprei, mencoba bertahan dari serangan nikmat yang diberikan si lelaki. Perlahan tapi pasti, ujung dagu si perempuan terangkat naik.
“Hmmmmmhhhh…… sssshhhh... Owchhhh…”
Si lelaki melepas kulumannya. Memandang si perempuan sekilas, kemudian tersenyum. Dia sepertinya tahu si perempuan tak akan bertahan lebih lama lagi. Maka kali ini dia terlihat fokus membawa dan menemani si perempuan untuk menyambut nikmat syahwat persetubuhan. Entotannya dipercepat.
Plok…plok…plok… plok…
“Ohhh….”
“Ohhh….”
“Nggghhhh…..”
Si perempuan terlihat makin keenakan. Kedua bulatan payudaranya yang mengkilap karena keringat perlahan naik membusung. Tangan kanan si lelaki langsung menyambar payudara kirinya. Dengan kedua tangannya berada di payudara si perempuan, si lelaki mencoba memberikan kenikmatan maksimal kepada si perempuan.
“Huuuuh….huuuuuh….” Alisnya menyatu seperti sedang menahan sesuatu.
“Nikmati aja…. Lepasin…. Jangan ditahan”, Kalimat pertama si lelaki setelah tanpa suara beberapa menit terakhir terucap dengan sedikit bergetar. Diapun sepertinya akan menjemput orgasme.
Entotannya makin dipercepat.
Plok.plok.plok.plok.plok
“OoooohhhhHH…… AuuuuhhhhHH...” Si perempuan makin kewalahan menerima sodokan si lelaki. Kepalanya terbanting kesamping kanan. Rambut menutupi sebagian wajahnya yang berpeluh. Si lelaki makin bersemangat. Dia mengejar orgasme bersamaan dengan si perempuan. Kedua tangannya berpindah ke bahu si perempuan, mencari pegangan untuk menaklukan si perempuan.
Plokplokplokplokplokplok…
Sebuah jilatan ke leher jenjangnya membobol pertahanan si perempuan. Dengan sebuah lolongan kenikmatan, tubuh si perempuan tersentak. Ia orgasme.
“OuuuchhhHHsssss…”.
Tangannya langsung memeluk erat tubuh si lelaki. Membenamkan kuku ke punggungnya. Tubuhnya terangkat beberapa senti dari kasur. Kakinya melingkari pinggul si lelaki, seakan menjaga agar kemaluan si lelaki tidak meninggalkan tubuhnya. Si lelakipun seperti tak mau kalah. Ia mendorong pinggulnya, mencoba meraih sedalam mungkin ujung vagina si perempuan sambil melepas ejakulat yang sedari tadi mendesak ingin keluar. Iapun orgasme.
“haaaah….haaaah....”
Napas keduanya bersahutan didalam kamar yang sunyi. Mereka terdiam mematung. Sepertinya mencoba mengumpulkan tenaga. Atau masih menikmati momen orgasme barusan? Tak tahulah.
Setelah berdiam diri beberapa saat, si lelaki mencabut kemaluannya dari kemaluan si perempuan lalu turun dari tempat tidur. Ia mencopot kondomnya secara hati-hati dan meletakkannya diatas bantal. Lalu mengambil pakaiannya yang berserakan tidak karuan, kemudian menatap si perempuan sambil mulai bergerak menuju kamar mandi dan berkata, “Sesuai perjanjian, saya langsung pergi setelah ini selesai.”
Masih dengan napas terengah-engah, si perempuan mengangguk kecil seolah mengiyakan kata-kata si lelaki. Tampaknya ia tak mampu berkata-kata. Aktifitas seks barusan seperti menghabiskan seluruh tenaganya.
Tak sampai 5 menit si lelaki keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengenakan pakaiannya lagi. Melihat sebentar ke arah tempat tidur tempat si perempuan terbaring lalu berjalan perlahan menuju pintu keluar.
Membuka pintu.
Namun sebelum keluar, si lelaki menoleh ke sudut ruangan dan berkata kepadaKU yang sedari tadi duduk diam tak bersuara:
“Makasih sudah diundang main sama istri Mas. Saya permisi”
*****
“Oleh karena itu, saya ingin kita bekerja sama dan saling bantu demi tercapainya visi dan misi perusahaan kita ini. Dengan tim yang kuat, saya yakin kita akan bisa mencapainya. Akhir kata, terima kasih telah menyambut saya dengan baik.”
Aku mengakhiri pidato diiringi tepuk tangan dari seluruh karyawan kantor. Semuanya tersenyum. Ini memang sambutan awal kepadaku selaku Manager HR yang baru pindah ke kantor pusat di Jakarta.
Aku masih di podium. Melihat kekiri, kanan, mencari sosok yang aku kenal diantara kerumunan karyawan-karyawati kantor ini. Mereka semua berdiri. Menambah kesulitan mencari sosok itu.
“Mmmm…”, aku bergumam.
Ah, itu dia..! Berdiri, bertepuk tangan menatapku sambil tersenyum. Dipindahkan kesitu rupanya. Bersama beberapa direktur yang lain yang ditempatkan disudut tertentu untuk memisahkan dari para karyawan. Tapi aku melihatnya sebagai: Hei, ini tempatnya para bos ya. Sosok itu begitu anggun dengan dress merah marun berdada rendah dengan panjang selutut. Kontras dengan kulit putihnya. Rambut yang disanggul acak keatas menambah aura kecantikannya. Yap, dia adalah istriku Dina.
Aku berjalan ke arah istriku. Terdengar salah seorang staf karyawan yang didapuk sebagai MC dadakan mempersilahkan para karyawan untuk menikmati makan malam.
Aku mempercepat langkahku ke arah istriku, kemudian memeluknya. Mencium pipi kiri dan kanannya didepan meja “tempatnya para bos” yang tentu saja membuat sebagian penghuninya melongo.
“Good speech by the way”, kata Pak Rudi, Direktur Keuangan kami. Pria gembul yang lebih tua dari aku itu kemudian menjabat tanganku. Tangannya yang besar menutupi seluruh tanganku. Jari-jari gemuknya menggenggam erat. Sangat erat malah. Orang ini ambisius sekali. Aku tau itu, aku tau.
“Terima kasih Pak Rudi”, aku menjawab dengan sopan.
“Pak Rudi tentu sudah kenal dengan istri saya…..”
“Tentu saja hahaha... Satu-satunya yang membuat perbedaan di meja kita malam ini ehe ehe ehe…”, Pak Rudi langsung memotong ucapanku.
Aku melirik istriku yang langsung memutar bola matanya. Mukanya jadi terlihat lucu. Aku tertawa dalam hati. Untung Pak Rudi tak melihatnya melakukan itu. Dari reaksi istriku itu, aku menduga sepertinya dia senang aku menyelesaikan pidatoku lebih cepat. Untuk menyelamatkannya dari situasi harus beramah-ramah dengan orang seperti Pak Rudi!
Dan dugaanku itu tepat. Di mobil dalam perjalanan pulang malam itu, ia mengungkapkan, “Aku tak suka sama Pak Rudi yang sok akrab itu.” Istriku memasang muka jijik. Aku tertawa. Kali ini tertawa lepas, bukan hanya dalam hati.
“Yep, tipikal bos-bos”, kataku melanjutkan.
“Aku tak bisa membayangkan kalo punya bos seperti itu. Mending aku resign”
Aku makin ngakak mendengarnya.
“Lagian kamu malam ini terlihat cantik, menarik. Wajarlah ada yang langsung sok akrab.”
“Cuma cantik dan menarik?” Dina bertanya menggodaku.
Aku menoleh kesamping. “Ga dooong…” Aku diam sebentar. Lalu menatap matanya dalam-dalam. Aku memegang dagunya dengan tangan kiri. Lalu turun menelusuri lehernya yang jenjang. Lanjut kebawah hingga sampai diujung belahan dadanya. “….Dan seksi….” Aku melanjutkan kalimatku sambil mencubit lembut daging susunya.
Ia memiringkan kepalanya, menatapku dengan mata sayunya. Tangan kanannya memegangi pipiku. Ia tersenyum, manis sekali. Tiba-tiba ia menepuk pipiku agak keras sambil berkata “Mata ke jalan! Nyetir sanah! Hihihihi….” Ia cekikikan senang.
“Kan masih lampu me….” Protesku tertahan karena… “Klik”. Dan lampu lalulintas pun berubah jadi hijau.
“Curaaang…”, aku teriak sambil menginjak pedal gas untuk menjalankan kendaraan. Dina makin ngakak.
15 menit kemudian kami tiba dirumah.
“Aaaahhh Capeknya” Aku bergumam.
“Sapa yang mandi duluan nih?” tanya Dina
“Aku deh”, Aku ingin cepat beristirahat, menutup hari ini dengan tidur yang lama. Berhubung besok adalah hari sabtu, Aku ingin tidur sampe siang. Hal yang tidak pernah aku lakukan akhir-akhir ini dikarenakan kesibukan yang sambung-menyambung.
“Aku ngeteh dulu kalo begitu, kamu mau juga?” tawar Dina.
“Mmmm, gak deh. Lagi ga pengen” aku menolak dengan halus.
“Oke” iapun berjalan ke dapur.
Aku berjalan ke arah kamar tidur, menelanjangi diri lalu menyelinap ke kamar mandi yang juga berada dalam kamar tidur kami.
“Ooohh…” sensasi dingin tercipta ketika air shower mengguyur kepalaku. Sejuknya air seperti membasuh luruh semua penat hari ini. Aku merasa sehat dan kuat kembali. Aneh, hanya dengan mandi semua berubah. Hm, mungkin aku butuh teh hangat setelah ini.
Aku keluar kamar mandi dengan mengenakan handuk yang melilit pinggang. Aku melihat istriku sedang duduk di tempat tidur sambil memainkan ponselnya. Bukan keluaran terbaru tapi cukup canggih untuk saat ini. Di sampingnya ada segelas teh yang kelihatannya masih hangat yang diletakkan di meja samping tempat tidur.
“Sllluurrrppp... Aahhhh” Aku langsung menyeruput tehnya. Ooohh… harum wangi teh langsung menusuk hidung. Teh hangat yang sangat nikmat diminum sesaat setelah mandi. Sedapp! Akupun duduk disampingnya.
“Lho, katanya ga mau. Mau aku bikinin yang baru?”
“Ga usah, ini saja cukup kok. Segelas berdua kan romantis hehehe” yep, gombalan level beginner yang sudah usang masih aku gunakan.
“Halaaah, basi” ledeknya sambil tersenyum.
“Hahahaha… Yang penting ada yang anget-anget. Dingin nih abis mandi” aku beralasan.
“Oooo, mau yang anget-anget toh” katanya sambil memberikan senyuman mesum dan tatapan mata menggoda. Ia meletakan ponselnya ke meja disamping tempat tidur.
Aku menatap balik istriku dengan tatapan yang lebih tajam. Kepala kami bergerak mendekat. Cup, bibir kami bertemu. Aku melumat perlahan bibirnya sebagai permulaan. Bibir tipis berwarna campuran peach dan merah muda itu aku jilat lembut. Menelusupkan lidahku ke dalam mulutnya, tanganku bergerak mengusap pelan pundaknya yang mulus. Lidahku menjalar menyusuri rongga mulutnya. Dina menutup matanya. Aku melepas ciumanku, kuarahkan bibirku kepipinya, lalu turun ke rahangnya. Kujilat rahangnya sampai ke lehernya. “Uuuhhh…..” Ia melenguh.
“Huuufhfhffff….” kuhirup aroma tubuhnya. Bau tubuh khas Dina mangangkat birahiku. Aku akui aku lelah malam ini, tapi sekarang aku berada di situasi harus menuntaskan nafsuku.
Aku meremas lembut bulatan susunya dari luar, menggigit lembut kuping istriku mencoba membawanya seirama denganku. “Aaaawhh…hihihi”, ia menghindar. Geli sepertinya.
Tiba-tiba Dina berdiri, lalu menghadapku yang masih duduk di tempat tidur. Ia melirikku dengan pandangan mesum sambil tangannya meraih resleting dressnya yang berada di bagian punggung. Dadanya seketika itu menonjol. “Srrrrrtttttrrrrrrrtttttt……” resletingnya ditarik perlahan, sangat pelan malah. Membuatku tak sabar. Tapi ia sepertinya mempermainkanku ketika tiba-tiba ia menghentikan resletingnya ditengah-tengah perjalanan turun. Dina lalu mendorongku hingga telentang. Kemudian melanjutkan menarik turun resleting dressnya sambil menggodaku dengan menjilat bibirnya.
Tak lama kemudian, dressnya meluncur tanpa halangan kebawah sekalian menyingkap badan yang selalu tidak bosan-bosannya kujamah. Bra hitam berenda dan semi transparan dipadukan celana dalam hitam model minimalis sangat kontras dengan kulit putih mulusnya. She is trully Goddess. Aku menelan ludahku.
Lalu istriku berjongkok dan melepas handuk yang sedari tadi melingkari pinggangku. Kontolku yang masih mengkerut normal terbebas sudah. Tak berlama-lama ia langsung memulai aksinya. Tangannya mengusap-usap pahaku. Aku merinding. Kontolku perlahan mejadi sedikit lebih keras.
“Kamu nikmati aja” suara manjanya menghanyutkanku. Ingin kulumat bibirnya saat ia mengatakan itu. Tapi kali ini aku ikuti permainannya. Aku tetap telentang dipinggir tempat tidur dengan telapak kakiku menyentuh lantai. Menutup mataku. Lalu kontolku terasa hangat karena Dina mengulumnya. Hmmm, enak. Lidahnya menari-nari dari ujung hingga pangkal kontolku. Tak lupa dua bijiku diemutnya perlahan. Sesekali kepalanya dinaikturunkan secara cepat hingga bisa kudengar kecipak suara mulutnya. Ugh, kontolku makin keras.
Kedua tangannya tak tinggal diam. Menggerayangi paha, perut, menggelikan pinggangku, lalu berakhir dikedua putingku. Ia memilin putingku, memberikan rasa geli yang masih mampu kutahan. Kubiarkan saja ia melakukan itu.
Beberapa saat kemudian, semua rangsangan itu berhenti. Ada apa ini? Aku mengangkat kepalaku, membuka mataku. Kulihat ia berjalan menjauh, kearah lemari. Ia mengambil sebuah bra olahraga bermotif abu hijau. Bra hitam rendanya dicopot lalu dibuang begitu saja. Ia menatapku dengan senyum penuh arti. Aku bengong dengan beberapa pertanyaan dikepalaku. Apa yang mau dilakukannya?
Ia menggunakan bra olahraganya, mengatur kedua susunya agar tersangga dengan baik, lalu menghampiriku yang masih telentang di tempat tidur. Harus kuakui, bra olahraganya menekan kedua susunya ketengah yang membuat belahannya terlihat lebih kentara. Sempurna. Dan kontolkupun berkedut. Istriku membuka lebar pahaku dan berlutut ditengahnya sambil membuka laci meja disamping tempat tidur. Ia mengeluarkan sebuah botol tube berwarna biru, membuka tutupnya lalu menuangkan isinya ke kedua bulatan susunya. Ia melakukannya semuanya dengan cepat. “Prrruuuuuttt…”
Isi tube yang berbentuk gel bening membanjiri kulit susunya, masuk kedalam belahannya hingga membuat basah bra olahraganya. Ini sepertinya seru, pikirku senang. Lalu diratakannya dengan tangan gel bening hingga membuat kulit susunya mengkilap. Istriku mengocok kontolku melicinkan sekaligus meratakan sisa-sisa gel ditangannya.
“Oooh…” aku mendesah nikmat.
“Maas” kudengar istriku memanggil. “Hm…” Aku mengangkat kepalaku.
Kulihat ia memegang kontolku, memposisikan ujungnya di didepan susunya. Lalu ia menempelkan kepala kontolku dibawah bra olahraganya, tepat ditengah-tengah belahan susunya.
“Dorong mas..” perintah istriku sambil tersenyum.
Aku mendorong pinggulku keatas. Kontolku masuk dari arah bawah didalam branya, perlahan naik ditengah-tengah melewati keduanya, hingga kepalanya muncul di bagian atas belahan susunya tepat dibawah dagunya. Tangannya membantu agar posisi kontolku tepat berada di posisi yang seharusnya.
“Whooooaaahhh….” Sensasi dijepit susu istriku memang tiada duanya. Aku menarik napas meredam nafsu yang kian bergejolak.
Namun istriku seperti tak mau menunggu lebih lama. Tangannya memegang kedua susunya dari luar bra lalu ia melakukan gerakan naik turun. Kontolku terjepit ditengah-tengah. Aku seperti mengentoti susunya. “Ooooh…” aku mendesah. Ini enak sekali.
Ia berhenti sesaat, menatapku, kemudian tersenyum penuh arti. Tiba-tiba ia menggerakkan kedua tangannya dengan cepat berlawanan arah. Gerakannya seperti mengocok. Muncul suara kecrek-kecrek dari susunya saking cepatnya ia menggerakan tangannya. Tangan kanan keatas, tangan kiri kebawah. Ini membuat kedua susunya bergerak kearah berlawanan. Susu kanannya keatas, susu kirinya kebawah. Begitu berulang-ulang. Otomatis memberi rangsangan yang maksimal terhadap kontolku.
“Oooouuhh… Diiiin……”, Tak ada yang bisa kulakukan. Aku pasrah menerima perlakuannya. Mendengar itu, gerakan Dina makin agresif. Selain keatas kebawah, dadanya digerakkan kekiri dan kanan. Kontolku mengikuti kemana susunya bergerak. Nafsuku kian menggelegar.
Dina sepertinya tahu aku sedang mempersiapkan orgasmeku. Namun tampaknya ia menyiapkan kejutan akhir yang indah kepadaku. Ini karena ia tiba-tiba berhenti! Aku awalnya terkejut. Tapi lalu kulihat ia segera berdiri, mencopot bra olahraganya, lalu membuka celana dalamnya. Wajahnya diselimuti birahi. Aku tahu, ia ingin dipuaskan juga malam ini.
Setelah telanjang, ia membalikkan badannya membelakangiku. Sekarang, posisi tubuhku masih telentang ditempat tidur sementara kakiku menapak lantai dengan lutut disatukan. Lalu kakinya dilebarkan kekanan dan kiri disamping pahaku. Dengan begini kontolku tegak lurus keatas searah dengan lubang selangkangannya.
Aku melihat figur badan telanjangnya dari belakang, betapa indah istriku. Sayap punggung belakang yang melebar, turun melengkung indah membentuk pahatan pinggang yang sempurna, kemudian sedikit melebar mempertegas bentuk pinggul yang menjadi magnet setiap mata laki-laki. Aku beruntung aku pemiliknya. Dina meraih kontolku, menurunkan badannya dengan sedikit membungkuk kedepan, memposisikan ujung kontolku ke depan lubang memeknya. Setelah pas, ia menekan tubuhnya kebawah, menduduki aku. Kontolku masuk perlahan membelah memeknya. Rasa hangat langsung membaluri seluruh bagian kontolku.
“Ah..” ia mendesah kecil. Kedua tangannya memegang kedua lututku, pahanya menjepit kedua pahaku. Menjaga agar pahaku tetap menyatu ditengah. Dadanya dibusungkan kedepan, yang walaupun aku tak bisa melihatnya, aku tahu bahwa kedua putingnya dalam keadaan tegak mengacung dan menantang untuk dikunyah. Terlintas sebuah pikiran nakal di benakku, aku berharap ada orang lain yang melakukan itu sekarang! Membayangkan hal itu secara instan membuat kontolku sekeras batu.
Ia menggoyangkan pinggulnya langsung dengan kecepatan tinggi, tak memberi kesempatan kepadaku untuk beradaptasi. Ingin segera menuntaskan birahi rupanya.
“Maaasssshh….” Ia melenguh. Satu tangannya meremas-remas susunya. Nah, ia ingin ada yang merangsang susunya. Aku mengangkat badanku setengah, kedua tanganku kuarahkan kedepan mencoba menjamah susunya dari belakang.
“Hooooowwhhh…” ia mendesah ketika tanganku menemukan tujuannya. Tangannya kembali memegang lututku.
“Hwaaaaooohhsss…” desahannya makin kencang dan gerakan pinggulnya makin liar seiring tanganku meremas-remas sambil mempelintir pusing susunya.
Kali ini aku juga sudah tak tahan. Fakta bahwa aku akan orgasme sambil membayangkan ada orang lain yang sedang merangsang kedua susunya dalam posisi seperti ini, membuat aku ingin cepat berejakulasi. Ooohh… pasti nikmat sekali, pikirku.
Tak sampai semenit, “MAAAAAASSSSHHHH……” tubuhnya terkejat-kejat, “OOOOHHHH” badannya terdorong, kutahan dengan badanku. “Uuhhh” kepalanya terlempar kebelakang, hampir mengenai hidungku. Aku merasa memeknya menyempit, melakukan gerakan seperti menelan berulang-ulang. Aku menyerah. Aku meremas susunya, menekan tubuhnya kearah tubuhku, lalu melepas orgasmeku. Crrrooooooootttt… Aku menyemprot spermaku. Nikmat sekali. “Oohhsss...” Dina menggeliat, pinggulnya bergerak. Tapi rasa nikmat di kontolku semakin hebat. Crrroooooot… semprotan kedua. Tanganku berpindah di pinggulnya, mencoba menahan sekaligus bertahan dari badai orgasme yang menerpaku. Croooot… semprotan ketiga. Masih enak. Croot.. Mulai reda. Hening. Hanya desahan napasku dan Dina yang terdengar.
Kurasakan kontolku perlahan menciut. Aku dan Dina perlahan roboh ke tempat tidur dengan napas yang masih ngos-ngosan. Kupeluk tubuh istriku dari belakang, kami berada dalam posisi sendok dengan kontol ciutku sebagian masih berada didalam memeknya.
“Mas…” istriku memanggil.
“Hm…” jawabku hanya dengan bergumam.
“Enak banget.” Ia mengaku.
“Iya, aku juga merasa enak banget” aku setuju dengannya.
“Mmmmm….” Haruskah aku mengatakannya?
“Ada apa mas?” ia seperti tahu kegundahanku.
“Apa ya… Aku membayangkan ada orang lain yang menjilat puting kamu tadi.” aku akhirnya jujur. Aku mengatakannya sambil menutup mataku. Aku siap jika ia tidak senang mendengarnya.
“HAH!?” ia terkejut lalu bergerak membalikkan badannya menghadapku. Tak dihiraukannya kontolku yang mengecil meluncur keluar dengan mudahnya dari memeknya. Oke, momen yang salah sepertinya, pikirku.
“Aku juga hihihihi…” dia cekikikan senang. Wow, aku tak menyangka sama sekali responnya seperti ini. Mataku melotot. Terus terang aku exited mendengarnya. Membayangkan ada orang ketiga dalam aktifitas seks kami membuat kontolku berdenyut lembut.
“Mau aku carikan partner?” tanyaku.
Aku Iwan Budiawan, usia 34 tahun, baru menjabat sebagai Manager Human and Resource, dipindahkan dari kantor cabang di daerah ke kantor pusat di Jakarta untuk menggantikan manager lama yang pensiun. Untuk tiga bulan pertama aku masih ditemani manager lama, untuk adaptasi sekaligus sebagai proses perpindahan dari manager lama ke yang baru yaitu aku.
Walaupun familiar karena aku sering bolak-balik, Jakarta tetaplah kota yang asing bagiku. Ada banyak kehidupan sosial terjadi di kota yang majemuk ini. Aku tidak terbiasa. Tapi suka tidak suka, aku harus cepat beradaptasi dengan kota ini. Ini juga akan membantu istriku yang aku ajak tinggal di Jakarta. Istriku tentu saja senang, tapi tetap saja sindrom pindah kota, apalagi ke kota metropolitan seperti Jakarta, haruslah tetap ditangani dengan baik.
Aku berperawakan agak tinggi dari kebanyakan orang, proporsi tubuh tidak gendut tidak kurus, kulitku putih, dan rambutku hitam. Standar orang Indonesia lah pokoknya. Ganteng? Mmm, aku menilai diriku biasa-biasa saja. Aku menang putih (kulitku) saja, kalo aku legam, nilai kegantenganku pastilah turun jauh haha.
Tapi walaupun semua dariku biasa-biasa saja, aku bisa memacari Dina, salah satu perempuan berlabel most wanted di kampusku. Tentu saja karena cantik, kulit putih, rambut hitam pekat sebahu, dan tentu saja bentuk badannya yang bisa membuat semua mata laki-laki terpaku padanya. Badannya tuh proporsional sekali. Badannya tinggi untuk ukuran perempuan pada umumnya, pinggangnya ramping, dadanya bulat, pantatnya berisi, trus apa lagi? Sebut saja semua. Itu ada pada Dina.
Hm, aku pacaran dengan Dina ya… Hehe itu juga karena aku menang dari pria-pria lain. Menang karena orang tua kami saling kenal. Tentu saja orang tua Dina lebih percaya kepada laki-laki yang telah mereka kenal. Walaupun rumah kami tidak dekat, kami bisa dibilang bertetangga.
Aku menikah dengan Dina Yuliana, nama panjang istriku, 3 tahun yang lalu, mantan pacar yang cukup lama aku pacari. Sekitar 7 tahunan lah kira-kira. Orang tua Dina yang pertama kali mendesak kami untuk segera menikah. Tapi aku berprinsip, aku harus mempunyai penghasilan yang layak untuk dapat menafkahi anak perempuan orang. Dina pun sebenarnya menginginkan agar kita menikah. Tapi aku bersikeras bahwa aku harus memiliki pekerjaan dulu sebelum menikah. Ketidaksepahaman ini kadang membuat kita bertengkar.
Aku mengerti jika Dina ingin menikah lebih cepat. Akulah yang memperawaninya setahun sebelum kita menikah. Ceritanya? Tak usahlah. Termasuk membuka aib sendiri jika kuceritakan haha. Tapi tentu saja menjadi kenangan yang sampai sekarang bikin ngakak jika mengingatnya. Yang pasti kita sama-sama menginginkan itu terjadi. Untung saja Dina tidak sampai hamil.
Ketidaksepahaman aku dan Dina masih berlanjut bahkan ketika akhirnya aku mendapat pekerjaan. Dina tetap ingin segera menikah dan aku masih ingin menabung. Kami mulai sering bertengkar dengan masalah yang sama. Mungkin karena bosan berantem terus, aku akhirnya memutuskan tidak melanjutkan hubungan lagi. Dina pun menyetujui. Jika tidak menemukan titik temu, ya sudah. Selesai sampai disini.
Bukan break, atau istirahat atau apapun itu. Benar-benar putus. Menjadi orang bebas, tidak terikat hubungan percintaan dengan siapapun. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku, Dina dengan urusannya sendiri. Kudengar selentingan ia punya pacar. Orang secantik dan seseksi Dina pasti ada yang mengaku-aku pacaran dengannya. Jadi aku cuek saja. Tapi aku memutuskan tidak mencari pacar pengganti Dina. Ia merupakan cinta sejatiku. Orang yang mengerti luar dalam tentang aku. Aku menyayanginya. Dan akupun yakin Dina menyayangiku juga. Klise? Justru yang klise itulah yang banyak terjadi di dunia nyata.
Tiga bulan menyendiri setelah putus dari Dina, aku mencoba menghubunginya lagi dan bertemu dengannya. Di pertemuan pertama kami, aku langsung mengajaknya menikah! Dina terbengong-bengong awalnya tapi langsung tertawa memperlihatkan giginya yang rapi seperti dicetak. Tawanya sangat lepas hingga matanya berair. Aku suka tawanya.
“Aku kangen kamu” kataku setelah tawanya reda.
“Aku juga” katanya menatapku.
“Jadi kapan kita nikah?” todongku.
“Wooow, sabar dulu…” jawabnya. Aku terkejut. Benar-benar terkejut.
“Datang kerumah, bilang sama mama papa dulu, baru tentuin kapannya, oke” lanjutnya melegakanku.
---------------
Dan dua minggu kemudian…
“Saya terima nikahnya Dina Yuliana binti Deddy Yulianto dengan mas kawin tersebut diatas dibayar tunai!”
“SAAAAAHHH”
*****
Aku dan Dina menikmati seks dari sebelum menikah. Entah karena seks memang nikmat atau karena kebutuhan. Tapi bisa jadi keduanya. Aku, sebagai laki-laki, tentu saja sangat menikmati seksku dengan Dina. Bahkan aku menjuluki diriku sendiri sebagai lelaki penikmat seks. Aku mengkonsumsi hal-hal yang berbau seks via apa saja termasuk internet tentunya. Aku bahkan memiliki akun di beberapa website berbagi video seks baik lokal maupun luar. Salah satunya di empatenamX.com. Yaaah, walaupun untuk mengaksesnya aku perlu menggunakan proxy.
Sekali lagi aku penikmat seks. Jadi seks dalam jenis apapun aku suka. One on one, MILF, 3some, 4some, gangbang, you name it. Bahkan yang tabupun aku doyan. Cuckold misalnya. Aneh? Mmm, iya sih haha. Tapi karena seks eksisnya cuma di kamar tidur, maka memang sudah seharusnya jika semua aktifitas seks, apapun itu, terjadi dan berakhir dikamar tidur. Titik.
Aku juga pernah mencoba seks sambil mengkonsumsi narkoba. Walaupun aku dan Dina hanya sebagai penikmat rekreasional, bukan pecandu. Hanya sekadar ingin tahu bagaimana rasanya seks sambil high. Hasilnya? Tidak enak haha. Bukannya ngeseks, kita malah tepar ngefly. Narkoba yang kuperoleh kudapat dari Anwar, sepupu Dina. Dulunya dia yang menyalurkan barang haram itu ke lingkungan pertemanan aku dan Dina. Anwar seumuran denganku. Jadi Dina kadang suka ketawa jika aku berbincang dengan sepupunya itu. Karena aku memanggilnya Mas Anwar, dan ia juga memanggilku Mas Iwan. Hehe.
Dina? Anehnya dia punya rasa tahu yang tinggi soal seks. Pikirannya tuh seperti nyambung dengan pikiranku. Jodoh memang ga kemana, sebuah adagium lama menyatakan. Dan berkat nonton video-video seks, kita bisa mengeksplor sisi seksualitas yang bagi orang lain disebut aneh itu. Ingat, mengeksplor tidak selalu berarti melakukan juga kan. Itu beda term lah. Begini. Kita pernah ngeseks sambil menggunakan kontol-kontolan karet a.k.a dildo membayangkan bahwa kita lagi 3some. Lain waktu tubuhnya aku ikat di tempat tidur, sambil membayangkan aku memperkosanya. Ia malah kesenangan haha. Kapan-kapan gantian aku yang diikatnya, sambil pura-pura ia menghukumku dengan tidak membiarkan aku ejakulasi selama 2 jam.
Semua itu referensi dari empatenamX.com. Aku bukan member premium, hanya free member biasa. Kalau dengan free bisa mengakses ribuan video, kenapa harus jadi premium pikirku. Aku mem-follow beberapa kreator video disana. Satu yang menarik adalah nickname RFWife. Ia hanya memposting video promo sepanjang 5 menit. Jika ingin melihat video lengkapnya, aku harus mendaftar sebagai member premium. Walaupun cuma promo, videonya selalu menarik perhatianku dan sering kujadikan referensi bercinta dengan Dina. Sebab kontennya lengkap. Ada tentang BDSM ringan, 1 on 1 biasa, 3some, 4some, sampai cuckold. Anehnya ia tak pernah memperlihatkan wajahnya, selalu diburamkan. Hanya partner seksnya alias si perempuannya saja yang terlihat wajahnya. Yang paling sering adalah wajah perempuan oriental jadi kupikir lokasinya “dekat-dekat” sini juga. Singapura, Malaysia, Hongkong, disitu-situ saja.
Selama masa pacaran, walaupun aku dan Dina sering mengeksplor habis aktifitas seks berdua, kami tidak pernah melibatkan orang lain dalam aktifitas seks kami. Aku masih terlalu takut untuk mengungkapkan ke Dina perihal melibatkan orang lain. Aku takut Dina marah dan menganggapku punya niat aneh. Maksudnya jangan sampai Dina pikir aku hanya ingin seks dengan banyak wanita lain jika aku menyarankan melibatkan orang lain.
Setelah menikah kami lebih sering mengkomunikasikan keinginan seksual kami. Aku mau apa, Dina maunya apa. Kami bebas membicarakannya. Tidak ada batasan. Termasuk bagaimana merealisasikannya ke kehidupan seksual kami.
Aku dan Dina mencari info sebanyak-banyaknya di internet. Membaca sebanyak mungkin referensi dan pengalaman orang lain yang telah melakukan hal serupa di kehidupan seks mereka. Hampir dua tahun lamanya kami menyiapkan diri untuk mewujudkan keinginan seksual kami. Tidak gampang memang melakukan seks bertiga, berempat atau apapun itu. Relakah aku jika melihat Dina merintih-rintih ditindih orang lain didepan mataku? Atau bisakah Dina menahan amarah ketika melihat aku melepas ejakulasiku ke rahim perempuan lain? Sekali lagi, tidak gampang.
Tidak gampang bukan berarti tidak bisa bukan? Setelah belasan bulan menyiapkan diri, kami memulai petualangan mendebarkan kami dengan mengikuti sebuah grup percakapan rahasia yang isinya kumpulan orang-orang penggemar seks yang unik. Mau ganti unik menjadi aneh juga boleh hehe. Semua isinya adalah pasangan resmi yang telah menikah. Dan tentu saja istriku, Dina, langsung menjadi favorit diantara para pemburu kenikmatan di grup tersebut. Kami dimoderatori oleh seseorang bernama Hector. Bukan nama asli tentu saja. Mana ada nama Hector di Indonesia haha. Akupun belum pernah bertemu dengannya jadi tidak bisa juga menanyakan secara langsung. Si Hector ini yang mengatur segala sesuatunya. Jika ada yang mau tukar pasangan, bisa antar sesama anggota forum. Mau cari yang lain? Gampang, hubungi Hector saja. Ia yang mencarikan. Tapi tetap saja deal-dealnya sama kita selaku pelakunya. Tidak ada uang yang telibat disini, hanya badan saja. Tidak ada juga main hati, yaa paling tidak aku dan Dina tidak pernah sampai kearah situ. Ya itu tadi: semua aktifitas seks, apapun itu, terjadi dan berakhir dikamar tidur. Titik.
Apa saja yang pernah kami lakukan? Sampai saat ini banyak sih haha. BDSM ringan sebatas ikat-ikat tangan sama kaki sudah sering. Kalau yang melibatkan partner, kita pernah tukar pasangan dua kali, 3some formasi 2M1F sebanyak lima kali dan 2F1M sebanyak dua kali. Kelihatan kan mana yang paling sering? 3some dengan 2M1F, itulah yang paling aku suka. Aku suka melihat Dina merintih-rintih digagahi si partner. Lenguhan suaranya, desahan napasnya, geliat erotis tubuhnya saat ditindih, membuatku merasa sangat bergairah.
Dari lima kali kesempatan 3some, dua yang pertama berakhir menyedihkan hahaha. Sang partner tidak menyangka akan bertemu orang seperti Dina, dan terpukau dengan seksinya istriku sehingga tidak bisa bertahan lama. “Kamu sih seksi banget, nafsuin” kataku suatu waktu setelah si partner cabut dengan muka merah padam menahan malu. “Emmang” balasnya sambil langsung menerkamku.
Tiga kali berikutnya kami cukup selektif mencari partner. Itu semua demi suksesnya keinginan kami. Dari tiga kali itu, hanya dua kali aku ikut berperan. Satu kali terakhir aku hanya jadi penonton saja. Melihat istriku bergumul mesra dengan si partner dari jarak yang sangat dekat membuatku tahu bahwa istriku ternyata menikmati juga adegan seks panas dan “unik” tersebut. Katanya ia merasa sangat seksi, merasa sangat diinginkan oleh aku, suaminya. Oleh karena itu, semakin ia menikmati seksnya dengan si partner, semakin ia membuat aku menginginkannya. Dan itu menjadikannya sangat bergairah. Entahlah, aku tak terlalu mengerti. Yang pasti setelah si partner pergi, aku langsung “menghajar” istriku habis-habisan. Aku merasa lebih bersemangat, dan orgasmeku terasa berkali lipat lebih nikmat.
Setelah pindah ke Jakarta, aku dan Dina kehilangan momen-momen mendebarkan kami itu. Iya aku tahu, di Jakarta tentu saja lebih mudah mencari orang-orang yang sepemahaman dengan kami. Lebih mudah mencari partner juga pada akhirnya. Tapi tentu saja bertemu orang baru selalu lebih sulit dari sebelumnya. Oleh karena itu, aku mencoba menghubungi Hector, moderator kami waktu di daerah dulu. Awalnya aku hanya bertanya apa ia punya orang di Jakarta yang direkomendasikan ke kami. Butuh waktu sekitar semingguan hingga Hector kembali menghubungiku.
“Aku punya kandidatnya. Tapi nanti aku hubungi orangnya dulu, sebagai perkenalan sekaligus tanya-tanya. Kalo fix nanti aku kasih nomornya ke mas Iwan supaya mas Iwan yang ngobrol langsung sama orangnya” kata Hector suatu waktu via telepon.
“Oke, baiklah” kataku setuju.
Dua hari setelahnya, aku di Whatsapp Hector nomor telepon kandidatnya disertai sedikit penjelasan bahwa orang ini verified. Banyak respon positif terhadap reputasi calon kandidat ini. Baiklah, aku coba hubungi orangnya setelah tentunya berbicara dengan istriku. Aturan pertama yang aku dan Dina tentukan adalah kita harus bertemu dulu dengan calon partner kita. Hanya bertemu saja. Melihat dan menilai secara langsung tampilan fisik, gestur, manner, dan tentu saja ngobrol-ngobrol untuk mengakrabkan diri.
Hari pertemuan telah ditentukan. Aku dan Dina telah berada di lokasi pertemuan. Sebuah coffeeshop terkenal di Jakarta yang didominasi warna hijau. Tempatnya cukup ramai, samar-samar terdengar chit-chat dari kanan dan kiri kami.
“Sepertinya itu orangnya, pakaiannya cocok” kataku kepada Dina sambil menunjuk dengan daguku.
Seorang laki-laki dengan mengenakan kaos polo berwarna biru dongker dan celana berbahan jins yang sesuai dengan deskripsi chat WA sedang menoleh kekanan dan kiri. Ia mencari keberadaan kami. Aku mengangkat tanganku setelah aku yakin dia orangnya. Ia tersenyum ke arah kami dan berjalan meliuk-liuk menghindari sekumpulan kursi yang diatur selang-seling.
“Hai, nama saya Roy” ia menyerahkan tangannya sambil tersenyum.
“Saya Iwan, dan ini istri saya Dina” Aku menjabat tangannya.
“Roy” ia mengulang namanya saat menjabat tangan istriku.
Dari ekor mataku, aku dapat melihat istriku seperti terkejut melihatnya. Hm, mungkin karena tampang orang ini menarik? Harus aku akui Roy memiliki wajah yang rupawan. Terlihat garis rahangnya tegas, badannya proporsional, mungkin hasil ngegym? Secara umum tidak ada yang salah dengan tampilannya. Kecuali ada bekas luka di alis kirinya yang mengakibatkan alis kirinya itu terlihat terbelah menjadi dua. Satu lagi, ia wangi. Perempuan biasanya senang dengan pria wangi. Jadi aku mengambil kesimpulan bahwa sebagai impresi awal, istriku menyukai pria ini.
Roy orangnya menyenangkan, wawasannya luas, aku senang bisa ngobrol dengan orang seperti ini. Tapi aku sedikit heran, istriku berperilaku tidak seperti biasanya. Kali ini lebih banyak diam. Apakah ia masih terpesona dengan Roy? Aduh, terpesona sih terpesona, tapi udahlah masa uda 15 menitan masih terpesona juga?
“Jadi gini, mengenai aturannya…” kataku setelah obrolan perkenalan dan ngalor ngidulnya usai, “saya mulai aja dulu ya” lanjutku.
“Oke silahkan mas” jawab Roy.
“Yang pertama wajib pakai kondom” aku memulai. “Trus ga boleh anal, ga boleh buang di badan, muka, mulut, dimanapun ga boleh” aku melanjutkan dengan tegas.
“Satu lagi, Lo harus tinggalin kami setelah lo selesai. Segera.” Aku melengkapi aturannya.
“Oke” jawabnya pendek sambil mengangguk-angguk.
“Pokoknya hanya seks biasa dan normal.” Aku meneruskan.
“Mas ikut main juga? Main bertiga maksud saya” ia bertanya.
“Tergantung, kalo saya pengen ya saya ikut, kalo ngga ya ngga. Tergantung situasi aja.” Aku menjelaskan sambil melirik istriku sekilas. Ia tidak bereaksi, hanya diam menyeruput kopi esnya.
“Oke…oke siiip kalo gitu.” Sepertinya Roy sudah paham dengan aturannya. Harusnya aturan seperti ini sudah umum digunakan saat akan mengundang seorang partner dalam aktifitas seks.
“Mmm… Saya uda pernah dengan beberapa pasangan kan, jadi kadang ada sesuatu hal yang bisa bikin batal rencana kita. Jadi kalo mas Iwan dan mba Dina tiba-tiba mau batalin atau cancel, ya tinggal bilang saja. Saya ga ada masalah dengan itu. Bahkan kalopun kita uda sampai dikamarpun kalo mas ama mba mau cancel, ya ngomong aja.” Roy menambahkan dengan panjang lebar.
“Ya..ya..ya betul” aku manggut-manggut membenarkan. Ini pro nih, pikirku. Aku merasa tenang.
“Ga usah sungkan ato ga enak hati, tinggal ngomong aja” Roy mengulang.
Dan pertemuan itupun ditutup dengan konfirmasi waktu pertemuan kita selanjutnya, yaitu minggu depan.
“Kamu kenapa? Ga kaya biasanya” aku mulai mencari tahu setelah kita berada di mobil dalam perjalanan pulang.
“Ga sih mas, cuma tiba-tiba merasa ga nyaman aja” jawab istriku.
“Masalah Roy?” aku mencoba menebak.
“Bukan… bukan itu, aku sepertinya masuk angin” istriku menjelaskan.
“Ooo, aku pikir masalah Roy. Ya udah inikan kita mau pulang. Bentar lagi sampe. Kamu bisa istirahat dirumah” kataku menenangkan Dina.
“Iya” jawabnya pendek.
-------------------------------
Dalam rentang waktu seminggu kedepan, aku dan Dina sepakat untuk tidak berhubungan seks. Kita ingin menjaga level birahi kita dititik tertinggi untuk mendapatkan pengalaman yang fantastis. Mendekati hari-H pertemuan kami, aku semakin exited. Jantungku berdebar kencang jika memikirkan apa yang akan terjadi di hari itu nanti. Tentu kerena ini akan menjadi pengalaman pertama kami main bertiga di Jakarta, selain itu juga karena kami sudah lama tidak melakukannya.
“Kalau aku begini gimana Mas?” Istriku bertanya sambil memutar badannya. Meminta pendapatku atas pilihan busana yang dikenakannya. Kaos biru muda lengan pendek yang pas dibadannya, dipadu rok berbahan jins dengan panjang selutut yang memamerkan betis indahnya. Ditambah sepatu tanpa hak berwarna putih, tampilannya terlihat segar, lebih mirip abg-abg yang sering nongkrong di mall. Ia terlihat lebih muda dari usianya. Dan tentu saja tetap cantik.
“Hm, bagus. Aku suka” aku manggut-manggut Aku sendiri dengan pakaian kasual kebanggaan. Kaos polo putih plus jins hitam dan sepatu sport hitam.
“Ayo jalan.” Sudah jam 12 dan kita berdua harus makan dulu sebelum bertemu Roy. Jadi aku melajukan kendaraan ke sebuah rumah makan terdekat untuk makan siang.
Setelah makan, kita bergerak menuju titik pertemuan. Sebuah hotel. Tak lupa mampir ke Indomaret untuk membeli 1 pak kondom isi 3. Kita lebih banyak diam selama dalam perjalanan kesana. Hanya suara Isyana Sarasvati yang keluar dari speaker mobil.
“Din, kalo kamu mau batalin gapapa ya.” Kataku memecah kesunyian.
“Menurut Mas?” Adduh, dia balik bertanya.
“Lets do it. Kita bersama-sama.” Aku menekankan kalimat terakhirku untuk menenangkan istriku. Tentu saja untuk menenangkan diriku juga.
“Oke” jawabnya pendek.
Setengah jam kemudian, aku dan Dina berjalan menaiki tangga lobby sebuah hotel. Roy ternyata sudah tiba lebih dulu. Dan setelah melakukan check in, kami bertiga beranjak menuju lantai 3. Ke sebuah kamar yang akan menjadi saksi tempat kami mengadu birahi.
Kami bertiga masuk ke dalam lift. Aku menekan nomor 3 lalu liftpun bergerak naik. Kami tidak terlalu banyak bicara saat itu. Aku sibuk dengan pikiranku, kupikir Dinapun demikian. Aku tak tahu apa yang ada dikepala Roy. Tapi dapat kutebak ia merasa senang. Siapa yang tidak senang jika tahu akan mencium, menjamah, dan menerjang birahi bersama seorang perempuan cantik didepan suaminya sendiri! Jantungku berdetam kencang. Inilah saatnya. Aku meraih tangan istriku dan kuremas perlahan. Ia menoleh sambil tersenyum kepadaku.
Aku membuka pintu kamar hotel, kemudian melangkah masuk diikuti istriku dan Roy. Bau pengharum ruangan samar-samar melewati lubang hidungku. Setelah menyalakan lampu dan mengunci pintu, aku menuju ke sofa yang ada di sudut ruangan, dan meletakkan pantatku di situ. Aku menyapu pandangan ke sekeliling kamar. Tempat tidurnya berada ditengah ruangan, tepat didepan sofa yang kududuki, berukuran besar dengan seprei berwarna putih gading. Disamping kiri dan kanannya ada meja kecil terbuat dari kayu yang terlihat cukup kokoh. Jendela kamarnya lebar dan tinggi, khas desain eropa, dengan gordin yang senada dengan warna seprei. Sisanya biasa saja. Televisi berukuran besar menempel di dinding yang dicat putih, ada lemari berukuran sedang dengan kulkas mini menempel di salah satu rongga lemari yang tidak berpintu. Sama seperti kebanyakan ruangan hotel-hotel lain.
“Hei… Bengong aja” istriku tiba-tiba ada dihadapanku. “Ada masalah?” lanjutnya dengan bertanya.
Aku menatap wajahnya, “Ga… Ga ada masalah” Aku meyakinkannya.
Oke, ini bukan yang pertama kali kita melakukan hal ini. Tapi kali ini aku merasa sepertinya lumayan canggung. Mungkin karena sudah lama tidak melakukannya atau karena partnernya orang baru atau gabungan keduanya. Aku tak yakin.
“Kalian mulai aja dulu” kataku pada mereka.
“Oke, nanti kalo mas mau ikut nimbrung, langsung gabung aja ya” Roy berkata kepadaku.
“Siiip” aku mengangkat jempolku memberi isyarat setuju. Istriku mendekat, aku berdiri kemudian mencium bibirnya dengan ciuman basah. Sebelum bibir itu dicium Roy nantinya.
Istriku lalu menjauh dan mereka berdiri berhadap-hadapan didepanku. Istriku disebelah kiri dan Roy disebelah kanan. Aku mengambil posisi duduk kembali di sofa dan bersiap menikmati pertunjukan. Roy mulai beraksi. Ia maju memeluk istriku sambil bibirnya memagut bibir istriku. Walaupun agak canggung tapi istriku mulai meladeni pagutan bibir Roy. Mereka mulai saling lumat. Tangan kanan Roy mulai aktif meraba tubuh istriku, sementara tangan kirinya meraba leher istriku sambil jempolnya mengusap telinga Istriku.
“Eghm…” lenguhan awal terdengar dari mulut istriku. Kontolku berdenyut perlahan. Sensasinya mulai terasa.
Roy menarik tubuh istriku untuk lebih rapat dengan tubuhnya. Ini membuat susu istriku menempel tegak lurus ke dada Roy. Ditempel susu empuk seperti itu akan membuat siapa saja tergerek birahinya, termasuk Roy. Ia terlihat menaikan tempo gerayangan tangannya, sekarang menelusup ke dalam kaos istriku. Meraba kulit halus milik istriku. Tangannya bergerilya didalam kaos istriku menjamah apa saja yang ada disana. Roy melakukan sebuah jilatan di batang leher istriku membuat istriku melenguh lagi, “Uugghmm…” kali ini dengan suara yang lebih kencang. Tangan istriku mulai meremas baju dan celana yang digunakan Roy. Mencari pegangan atas rasa nikmat yang mulai menjalari tubuhnya.
Aku melihat semua yang terjadi didepan mataku ini dengan perasaan excited yang tinggi. Aku mulai tersangsang. Kontolku perlahan mulai mengeras. Aku mengusapnya dengan lembut dari luar celanaku. Aku belum mau mengeluarkan kontolku, belum saatnya.
Tangan Roy bergerak ke arah punggung istriku, sepertinya berusaha mencari kaitan bra. Hanya beberapa detik waktu yang dibutuhkan Roy hingga kaitan bra istriku copot. Hmm, ahli juga rupanya. Setelah kaitan bra dicopot, giliran baju kaos istriku coba dilolosi Roy. Ia mengangkat kaos istriku keatas. Istrikupun mencoba membuka sendiri kaosnya. Jantungku makin berdebar. Aku melihat adegan tersebut dengan seksama. Karena ini saatnya susu istriku akan terekspos keluar.
Akhirnya susu istrikupun muncul dari balik bajunya. Kulit susunya sangat mulus, padat dan kencang, bentuknya membulat indah, areolanya berwarna coklat muda, dan puting susu yang menggemaskan bertengger di puncaknya. Aku menahan napas. Dan saat istriku sedang berusaha membuka kaosnya, Roy secara tiba-tiba mencucupi puting susunya. Cup…! “Auw…” istriku sampai terlonjak kaget ketika Roy melakukan itu. Karena ia tidak melihatnya, kepala istriku sedang berada dibalik baju. Ditambah dengan posisi istriku yang tidak siap menerima serangan mendadak Roy membuat adegan tersebut memiliki skala erotis yang tiba-tiba melonjak drastis. Kontolku mengeras perlahan.
Tapi adegan berikutnya tidak kalah erotis dimataku. Tahu karena istriku sedang berjuang membuka kaosnya sendiri, Roy melakukan jilatan-jilatan brutal ke puting susu istriku. Lidahnya dimainkan cepat menyayat kesana kemari, menyedot dan menggigit lembut. Berpindah-pindah di kedua putingnya, Roy bebas memilih puting mana yang ia kunyah. “Ouuuhhh… Mmmmmh” Istriku tentu saja gelagapan tak berdaya mencegah Roy menyantap puting susunya. Tangannya masih terjebak dalam kaosnya sendiri. Yang bisa dilakukan istriku hanyalah sesegera mungkin membuka kaosnya supaya ia dapat meredam Roy. Akhirnya, bersamaan dengan terlepasnya baju istriku, Roy melakukan jilatan panjang terakhir dari ujung puting kanan menuju samping bulatan susu istriku, lalu langsung naik secara cepat melewati ketiak kanan putih mulus tanpa rambutnya. “Ouh…. Auh…. Uh…” Istriku seketika itu langsung terjinjit-jinjit kegelian tidak menyangka ketiaknya menjadi sasaran lidah nakal Roy. Kini, bagian atas tubuh istriku telah telanjang.
Celanaku makin sesak rasanya. Adegan terakhir itu segera membuat birahiku melesat tinggi. Sensasi seperti ini yang aku senangi. Aku melonggarkan ikat pinggang, membuka kancing dan resleting celanaku. Sekedar untuk memberi ruang kontolku yang mulai membesar dan mengeras.
Masih sambil berdiri, setelah istriku telanjang sebagian, Roy menjalarkan kedua tangannya dari punggung istriku kebawah ke arah pantatnya. Kemudian masuk kedalam roknya dan dengan gerakan yang sangat cepat mempelorotkan celana dalam istriku ke arak kakinya. Lalu melolosi celana dalam milik istriku itu sambil mengusap-usap betis mulus nan indah yang ada didepannya.
Celana dalam sudah, aku kini melihat Roy mulai mengendus-endus lutut istriku. Sesekali dijilat, lain kali digigit gemas. Tangan istriku mulai mengusap-usap rambut Roy, sesekali agak mendorong kepalanya kebawah. Jilatan-jilatan Roy pun makin lama makin naik ke paha istriku. Paha belakang istriku mulai dijamah dan diremas-remas.
Kepala Roy menelusup masuk ke dalam rok istriku, sepertinya menemukan apa yang ia cari. Aku tak bisa melihat apa yang dilakukan Roy didalam sana, tapi respon istriku seakan memberitahuku.
“Ouh... Oooo… Uh..uh..” istriku melenguh-lenguh sambil sesekali terjinjit. Tubuh istriku langsung melengkung agak condong kedepan. Aku yakin itu pasti kena titik nikmatnya. Kepala Roy tidak terlalu banyak bergerak jadi aku pikir hanya lidahnya yang membuat istriku seperti itu. Celana jinsku mulai kuturunkan, menyiapkan ruang untuk kontolku yang mulai berkedut-kedut.
“HooooHHHHH….RooooYhhhH”
“Ouhhh…”
“Wuuuuhhh….”
Erangan panjang dilanjutkan erangan pendek-pendek sambil istriku terjinjit-jinjit (lagi) memberikan kewaspadaan yang tinggi kepadaku tentang apa yang dilakukan Roy? Ya Roy memang lagi mengoral istriku sambil berdiri, tapi detilnya aku tak tahu. Ini membuatku merasa birahi tinggi. Melihat istriku melenguh-lenguh tanpa tahu apa yang diperbuat Roy ternyata membawa sensasi berbeda dari yang sudah-sudah.
Istriku menoleh kesamping, melihat kearahku dengan pandangan mata sayu penuh birahi. Napasnya memburu. Tapi ia kemudian tersenyum. Tanda bagiku kalau ia menikmati semua yang dilakukan Roy.
Roy merasa cukup, ia berdiri kemudian perlahan melonggarkan ikat pinggangnya dan sekejap saja celana jinsnya melorot kebawah. Istriku membantu membuka kaos yang dipakai Roy. Terlihat Roy memiliki figur yang bagus khas pria-pria yang ngegym, lengannya terlihat kokoh dan proporsional, otot dadanya yang walaupun tidak terlalu menonjol tapi memiliki massa yang cukup. Terlihat istriku sedang mengusap-usap sambil sesekali meremas dada bidang lelaki didepannya. Mereka kini menyisakan masing-masing satu kain penutup tubuhnya. Istriku dengan rok yang masih diposisi semestinya dan Roy dengan celana boxer ketatnya yang berwarna hitam.
Roy kemudian membimbing istriku untuk naik ke tempat tidur. Mereka bergerak cepat. Istriku langsung berbaring, tapi ternyata Roy menginkan hal lain. Ia menarik tubuh istriku memposisikan istriku untuk bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Roy menginginkan doggy style. Sebuah permulaan yang cukup berani menurutku.
Dalam posisi merangkak seperti itu, Roy mengangkat rok istriku. Muncullah bulatan pantat indah, mulus tanpa noda milik istriku. Roy dengan cepat membuka boxer hitamnya dan langsung memposisikan diri dibelakang istriku. Aku melihat kontol andalannya untuk pertama kali. Ukurannya normal seperti punyaku. Hm, aku tak perlu minder soal ukuran kalo begitu. Eh tapi itukan belum tegang maksimal. Ah sudahlah, aku tak mau memikirkannya lagi.
Aku melihat Roy mengambil kondom yang aku siapkan lalu memakainya sebagai bagian dari kesepakatan. Lalu menempatkan ujung kontolnya di pintu masuk rahim milik istriku. Jantungku berdebar kencang saat itu terjadi. Roy mendorong pelan kontolnya hingga masuk sampai ke pangkal. Persetubuhan itupun terjadi. Istriku menundukkan kepalanya. Roy kemudian mengusap-usap punggung istriku, mungkin mencoba memberi rasa nyaman.
Roy mulai menggenjot pelan. Plok……. Plok……. Plok……
“Mhhhh… uh….” Istriku melenguh. Kontolku makin keras.
Tangan Roy menjamah susu istriku sambil menggenjot lebih kencang. Plok…..Plok….Plok…
Istriku terlihat melemah, ia tak lagi bertumpu pada tangannya melainkan menggunakan sikunya sekarang. Ini membuat pantatnya makin menjulang. Roy makin bersemangat, kedua tangannya memegang pinggul istriku sekarang dan menggenjot dengan sedikit kasar. Plok…Plok…Plok…
“Uwahhh… haah…. Haaah” istriku kewalahan digenjot dengan cara seperti itu.
Aku tak tahan. Aku menelanjangi diriku dengan tangan gemetar dibungkus birahi. Sensasi yang aku nikmati sekali. Kontol tegangku bebas. Berdiri ngacung dengan gagahnya. Kepala kontolku terlihat membesar, diujungnya muncul cairan precum yang aku usapkan ke seluruh batang kontolku sebagai pelicin alami.
Aku duduk lagi, memaku mataku ke arah tempat tidur dimana istriku, Dina, bertarung birahi dengan Roy. Roy menekan pundak istriku kebawah mengakibatkan wajah istriku menempel dengan kasur. Tangan istriku mencengkram erat seprei. Roy seperti tak peduli. Dihajarnya memek istriku dengan kecepatan tinggi. Plok…Plok…Plok…
“Ghhhmmmm…” Roy menggeram. Sangat menikmati tubuh perempuan yang sedang kelojotan didepannya.
Masih sambil menggenjot, Roy menarik kedua tangan istriku kebelakang, ditelikungnya, dan mendorong kepala istriku rapat ke kasur. Kini wajah istriku menghadap tepat kearahku. Susunyapun sebagian menempel rata dengan kasur. Pantatnya yang nungging lebih tinggi dari semua bagian tubuh istriku.
Roy masih menggenjot dengan kecepatan konstan cenderung meningkat. Istriku terlihat makin kawalahan.
“Oooooouuuhhhh…..” tidak ada tanda-tanda apapun, istriku langsung terlempar kedepan. Ia telungkup lurus dikasur. Napasnya pendek-pendek memburu. Orgasme? Mungkin. Tak tahulah.
Kelamin mereka tepisah. Tapi itu hanya sasaat karena Roy dengan cepat mengejar tubuh telungkup istriku. Seakan tak ingin memutus kenikmatan yang baru saja dirasakan istriku. Dua tangannya mencoba mengangkat pinggul istriku membuatnya sedikit menungging. Dengan segera Roy duduk dipaha lalu menenggelamkan kontolnya ke memek istriku. Tak lupa tangan istriku kembali ditelikung ke belakang.
“AuuuhhhhHH…” istriku tak berdaya menerima serangan gencar mendadak Roy. Aku akui teknik yang menarik dari Roy ini. Kontolku sekeras batu sekarang.
Roy menggenjot dengan kecepatan tinggi. Plok..Plok..Plok..Plok..
Istriku membuka matanya, menatapku. Matanya sayu, alisnya mengerut, mulutnya terbuka tapi giginya menyatu. Wajah yang terbungkus birahi setahuku.
PlokPlokPlokPlok…. Genjotan tanpa henti dari Roy seketika membuat istriku makin meninggikan pantatnya. Memberikan akses ke Roy untuk menjamah titik terdalam memeknya. Matanya sudah tertutup sekarang.
“Ooooouuh… RoooooyHHhhh..” Istriku melenguh lagi
“Roooooyyyhhh…” Lagi.
“MmmmphhhHH…” pantatnya mulai bergerak liar. Tapi ia sudah tak bisa kemana-mana sekarang. Tubuhnya terpaku oleh Roy. Aku mempercepat kocokan kontolku. Tidak ingin ketinggalan momentum.
Tiba-tiba…. “HHHHHAAAAAHHHH….. Uuuhhh” lolongan panjang istriku menjemput orgasmenya. Tubuhnya meliuk-liuk erotis seakan ingin menghindar dari serbuan orgasme yang menerpanya. Roypun diam, mencoba menjepit paha dan pantat istriku agar kemaluan mereka tidak telepas seperti sebelumnya.
Melihat hal erotis didepan mataku, aku mempercepat kocokan kontolku. Aku tak mau bertahan lagi, sensasi ini begitu hebat. Aku juga ingin berejakulasi. Sekarang juga. Crooooot…. “Ugh…” Semburan pertama yang sangat nikmat keluar diikuti semburan-semburan berikutnya. Croooot… crooot.. crot.. Aku membuang spermaku kemana-mana. “Aaaahhhh…” perasaaan lega menyelimutiku. Hasratku terpenuhi sudah.
Aku mengangkat kepalaku karena mendengar lenguhan bersahut-sahutan diatas tempat tidur. Saling usap, saling raba, dan remas. Kali ini istriku terlihat bersemangat.
“Hmmmhhh…..”, suara istriku.
“Hah…hah…”, kali ini si lelaki ikut menimpali.
Roy sekarang berada diatas istriku yang telah telanjang dengan posisi misionaris. Aku tak melihat ia mencopot rok jinsnya. Sepertinya aku terlalu sibuk dengan orgasmeku tadi. Telapak tangan kiri Roy berada di susu kanan istriku. Meremas perlahan sambil memilin putingnya. Sementara tangan kanannya menahan tangan kiri istriku kesamping. Mulutnya tak kalah sibuk, menyedot puting susu kiri hingga areola coklat mudanya ikut tersedot kedalam. Tak lupa memainkan putingnya dengan lidah. “Hmmmhhh….”, istriku mendesah lagi. Menambah semangat entotan Roy yang menghujam kontolnya ke lubang selangkangan istriku.
Plok……plok……plok……plok……
Pilinan di puting kiri, emutan di puting kanan, entotan di selangkangan. Kegelian di tiga titik geli menjadi-jadi, membawa istriku mendekati tujuan akhir sekali lagi. Matanya menutup. Kaki dilebarkan sedemikian rupa, memberi akses yang leluasa kepada Roy untuk melancarkan genjotannya sekaligus memberikan rasa enak yang konstan. Telapak tangannya mencengkeram seprei, mencoba bertahan dari serangan nikmat yang diberikan si partner. Perlahan tapi pasti, ujung dagu istriku terangkat naik.
“Hmmmmmhhhh…… sssshhhh... Owchhhh…”
Yaaa, aku baru orgasme, tapi melihat reaksi istriku membuat kontolku perlahan mengeras lagi. Aku mengusap-usap lagi kontolku hanya untuk menjaga kekerasannya. Aku tak ingin orgasme kali ini. Aku ingin berejakulasi di memek istriku. Hak milikku! Tentu setelah Roy selesai.
Roy melepas kulumannya. Memandang istriku sekilas, kemudian tersenyum. Dia sepertinya tahu istriku tak akan bertahan lebih lama lagi. Maka kali ini dia terlihat fokus membawa dan menemani istriku untuk bersama-sama menyambut nikmat syahwat persetubuhan. Entotannya dipercepat.
Plok…plok…plok… plok…
“Ohhh….”
“Ohhh….”
“Nggghhhh…..”
Istriku terlihat makin keenakan. Kedua bulatan susunya yang mengkilap karena keringat perlahan naik membusung. Tangan kanan Roy langsung menyambar susu kirinya. Dengan kedua tangannya berada di susu istriku, Roy mencoba memberikan kenikmatan yang maksimal.
“Huuuuh….huuuuuh….”
Alisnya menyatu seperti sedang menahan sesuatu.
“Nikmati aja…. Lepasin…. Jangan ditahan”, Kalimat pertama Roy setelah tanpa suara beberapa menit terakhir terucap dengan sedikit bergetar. Diapun sepertinya akan menjemput orgasme.
Entotannya makin dipercepat.
Plok.plok.plok.plok.plok
“OoooohhhhHH…… AuuuuhhhhHH...” istriku makin kewalahan menerima sodokan tanpa henti dari Roy. Kepalanya terbanting kesamping kanan, kearahku. Rambut menutupi sebagian wajahnya yang berpeluh. Roy makin bersemangat. Dia ingin mengejar orgasme bersamaan. Kedua tangannya berpindah ke bahu istriku, mencari pegangan untuk menaklukannya.
Plokplokplokplokplokplok…
Sebuah jilatan ke leher jenjangnya membobol pertahanan istriku. Dengan sebuah lolongan kenikmatan, tubuhnya tersentak. Ia orgasme lagi.
“OuuuchhhHHsssss…”.
Tangannya langsung memeluk Roy dengan erat. Membenamkan kuku ke punggungnya. Tubuhnya terangkat beberapa senti dari kasur. Kakinya melingkari pinggul Roy, seakan menjaga agar kontol Roy tidak meninggalkan tubuhnya. Roy pun seperti tak mau kalah. Ia mendorong pinggulnya, mencoba meraih sedalam mungkin ujung memek istriku sambil melepas ejakulat yang sedari tadi mendesak ingin keluar. Iapun orgasme.
“Haaaah….haaaah....”
Napas keduanya bersahutan didalam kamar yang tiba-tiba menjadi sunyi. Mereka terdiam mematung. Sepertinya mencoba mengumpulkan tenaga. Atau masih menikmati momen orgasme barusan? Tak tahulah. Yang pasti aku berhasil bertahan untuk tidak orgasme kali ini. Kontolku masih keras.
Setelah berdiam diri beberapa saat, Roy mencabut kontolnya dari memek istriku lalu turun dari tempat tidur. Ia mencopot kondomnya secara hati-hati dan meletakkannya diatas bantal. Lalu mengambil pakaiannya yang berserakan dilantai, kemudian menatap istriku sambil mulai bergerak menuju kamar mandi dan berkata, “Sesuai perjanjian, saya langsung pergi setelah ini selesai.”
Masih dengan napas terengah-engah, istriku mengangguk kecil seolah mengiyakan kata-katanya. Tampaknya ia tak mampu bersuara. Aktifitas seks barusan seperti menghabiskan seluruh tenaganya. Istriku menatapku sambil tersenyum. Ada sebuah kepuasan diwajahnya. Aku yakin itu.
Tak sampai 5 menit Roy keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengenakan pakaiannya lagi. Melihat sebentar ke arah tempat tidur tempat istriku terbaring lalu berjalan perlahan menuju pintu keluar.
Membuka pintu.
Namun sebelum keluar, Roy menoleh ke sudut ruangan dan berkata kepadaku yang sedari tadi duduk diam tak bersuara:
“Makasih sudah diundang main sama istri Mas. Saya permisi.”
Setelah pintu ditutup, aku berjalan perlahan kearah tempat tidur tempat istriku terbaring. Aku naik dan mengatur tubuhku dalam posisi misionaris. Kontolku masih sekeras batu. Aku menatap matanya dengan tatapan lembut. Ia tersenyum. Senyum yang sangat manis sekali. Masih kudengar sisa-sisa napas lelahnya. Aku tahu istriku capek, tapi aku ingin dipuaskan sekarang juga. Dentuman jantungku menjadi-jadi. Aku mencium bibirnya dengan rakus. Ia membalas dengan memposisikan kontolku sejajar dengan lubang selangkangannya. Ia melepas ciumanku dan berujar, “Aku milikmu sekarang, mas. Nikmati sepuasmu”.
Bagai nyala lilin yang disiram bensin, nafsuku terbakar. Saatnya ku klaim kembali tubuh ini setelah kupinjamkan tadi ke Roy. Kudorong kencang pinggulku membuat persatuanku dengan Dina menjadi sempurna. “Oooh…” baru genjotan pertama aku merasa seluruh spermaku akan segera tumpah. Tidak bisa kupungkiri, bayang-bayang istriku menggeliat ditindih Roy mengisi pikiranku. Dan itu membuat nafsuku seakan tak bisa dibendung.
“Pelan-pelan aja mas, sabar” ia memberikan senyuman malaikatnya. Oh, betapa manisnya.
Aku mencengkeram otot penahan spermaku semaksimal mungkin agar tak segera meluncur keluar, napasku kuatur perlahan-lahan, pikiranku kukosongkan. Aku melakukan segala cara cara untuk dapat bertahan. Aku bukan laki-laki yang cepat orgasme, tapi sensasi aktifitas seks ini seolah menguji daya tahanku.
Dua puluh detik berlalu dan aku masih bisa bertahan. Oke, sepertinya aku baik-baik saja. Aku menarik pinggulku kemudian kudorong pelan. Ugh enak, aku tak merasa akan segera orgasme. Aku mulai menggenjot pelan. Plok…….. Plok…….. Plok………
“Hooosh…”, istriku mendesah. Aku menjawabnya dengan Plok…….. Plok…….. Plok………
Aku menyatukan tangan istriku keatas kepalanya, lalu kupegang dengan tangan kiriku. Sementara tangan kananku memilin puting susu kirinya yang mengeras. Mulutku langsung menyantap puting susu kanannya. Aku berusaha memberikan rasa geli di tiga titik geli seperti yang diberikan Roy.
“Maaas…” suaranya bergetar. “Nikmati aku seperti Roy menikmati aku.”
Ucapannya membakar nafsuku. Genjotanku kupercepat. Plok….Plok….Plok… Kedua tanganku memegang pinggulnya. Kali ini aku tak akan berhenti. Aku ingin spermaku keluar.
“Oooohhhhssshhhh….” Istriku melenguh kencang. Tangannya masih menyatu diatas kepalanya. Susunya yang berguncang-guncang perlahan-lahan mulai terangkat naik, badannya yang mengkilap basah oleh keringat mulai melengkung. Pemandangan sensual didepan mataku membuatku tak bisa bertahan lagi.
Kuraih kedua batang pahanya, kulebarkan kesamping. Aku ingin akses yang maksimal atas selangkangannya. Istrikupun turut melebarkan kedua kakinya. Orgasmeku mendekat. Aku terus menggenjot dengan kecepatan yang makin tinggi. Plok.Plok.Plok.Plok.
“Hoooh….Hoooh…Hoooh…” lenguhan istriku seakan membawa orgasmeku makin dekat.
Dan makin dekat. Kali ini aku tak menghindar. Aku tak tahan lagi. Ayo datanglah! PlokPlokPlokPlok…..
“Maaaassshhh… Ooooooh…” istriku tiba-tiba meraih badanku, memelukku. Kakinya melingkar di pinggangku. Aku merasa memeknya menyedot masuk seluruh kontolku, mencoba memerah spermaku. Ini dia! Croooooot…. Aku orgasme. Spermaku memancar deras. Crooooot… “Ooohhh” ini enak! Crooot… Luar biasa! Croot… Crot... Aku jatuh menindih tubuh istriku. Tubuhku terasa lelah sekali. Telingaku berada diantara susunya. Aku mendengar detak jantungnya yang berdebar kencang. Kami diam tanpa suara.
Setelah beberapa saat, istriku berbisik ditelingaku, “I love you three thousand.” Hm, Iron Man, pikirku. “I love you three thousand and one. Aku lebih banyak satu dari kamu” balasku. Istriku tertawa hingga kepalaku terlonjak dari dadanya.
Aku turun dari tubuh istriku, berbaring disampingnya. Berdua kita memandang langit-langit kamar hotel. Napas kami berangsur normal kembali. Aku melirik kesamping sekilas. Ia menutup matanya. Akupun menutup mataku. Oh istriku, kamu tak tahu betapa beruntungnya aku memilikimu. Tak sampai semenit semuanya menjadi gelap. Aku tertidur.
*****
Terakhir diubah: