begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 548
- Like diterima
- 9.335
---
Anakku Nakal, Deh...
YUYUN adalah seorang ibu rumah tangga berusia 45 tahun. Yuyun mempunyai 4 orang anak dan 1 orang cucu yang lahir dari anak pertama Yuyun yang bernama Mirah.
Kemudian lahir pula Farah dari vagina Yuyun. Farah sekarang berusia 21 tahun. Farah tidak tinggal bersama Yuyun, tapi tinggal di rumah kakaknya di kota lain. Lalu lahir Alan. Alan, seorang laki-laki, berusia 19 tahun. Terakhir lahir Fikri, berusia 15 tahun.
Yuyun hidup berkecukupan. Suami Yuyun bekerja di bengkel mobil, dan Yuyun juga mendapat kiriman uang dari anak-anaknya Mirah dan Farah yang sudah bekerja di kota lain. Sedangkan Alan yang sudah lulus dari SMA, dia sudah tidak mau melanjutkan sekolahnya lagi.
Sudah hampir 1 tahun Alan tinggal di rumah saja, padahal otaknya cukup cerdas, tetapi Yuyun tidak pernah memaksa Alan untuk kuliah maupun bekerja. Hanya Fikri saja yang masih sekolah di SMP.
Pada suatu siang Yuyun pulang dari salon potong rambut, Yuyun merasa badannya meriang. “Kok tiba-tiba badan Mama meriang ya, Lan?” kata Yuyun pada Alan yang sedang duduk di kursi nonton televisi.
“Ah... Alan mana tau, Ma? Kena virus kali...” jawab Alan sekenanya.
“Virus apa? Nakut-nakutin Mama aja kamu...” kata Yuyun.
“Apa mau Alan belikan obat di warung?” tanya Alan.
“Tapi kerikin Mama dulu, ya?” jawab Yuyun.
“Alan gak bisa kerik, Ma. Mama upah orang napa, paling-paling juga 50 rebu...” ujar Alan.
“Bukan Mama sayang duit 50 rebu Lan, tapi dikerik sama anak sendiri kan beda, bisa diatur mau dikerik pelan atau mau dikerik dengan kuat, tetapi kalau sama orang lain kan nggak bisa gitu...” ujar Yuyun. “Sana ambil minyak, minyak sayur yang bersih aja gak papa...” kata Yuyun.
Alan menurut. Dia meninggalkan televisi yang sedang ditontonnya pergi ke dapur mengambil minyak, sementara itu Yuyun mencari koin 500 rupiah yang sudah jelek di dompetnya, karena koin yang sudah jelek biasanya bagian pinggirnya tidak setajam koin yang masih bagus.
Setelah Alan mengambil minyak di dapur, Alan pergi ke ruang tengah dan Alan sudah tidak menemukan Yuyun di ruang tengah, Yuyun sudah masuk ke kamar. Lalu Alan pergi ke kamar orangtuanya.
Alan kaget, karena dari pintu kamar orangtuanya yang terbuka, Alan melihat Yuyun sedang melepaskan BH dan terlihat oleh Alan kedua payudara Yuyun yang telanjang dan lumayan besar.
Jantung Alan langsung berdebar-debar kencang dan darah mudanya berdesir-desir gak karuan. Coba kalau tadi aku nolak, pasti aku tidak akan melihat pemandangan yang begitu indah, batin Alan menelan ludah.
Yuyun menutup dadanya yang telanjang hanya dengan kaos yang sudah dilepaskannya dan masih memakai celana panjang, dia duduk di pinggir ranjang, lalu menyuruh Alan mengerik lehernya.
Tangan Alan bergetar saat mengerik leher Yuyun, karena masih diingatnya terus payudara Yuyun, apalagi sekarang punggung Yuyun yang putih dan mulus itu terhampar luas di depan matanya, begitu dekat dengan matanya.
Alan berusaha mengerik leher Yuyun dengan sebaik-baiknya supaya tidak mengecewakan Yuyun. Tetapi di samping itu tangan Yuyun juga pegal terus menerus memegangi kaosnya, sehingga tangan Yuyun pelan-pelan melorot ke bawah dan kaos yang menutupi dadanya juga ikut melorot. Akibatnya dari punggung mamanya Alan bisa melihat kembali payudara Yuyun yang hampir telanjang sedikit lagi.
Tapi Alan masih terus mengerik. Sekarang Alan sudah mengerik sampai di punggung Yuyun. “Merah gak, Lan?” tanya Yuyun.
“Lumayan merah, Ma...” jawab Alan. “Nanti kalau sudah selesai dikerik, Alan pijit Mama ya, Ma...”
“Wah... ini baru anak Mama...” puji Yuyun.
“Ha.. ha.. Mama ada-ada aja, deh... Alan anak Mama... Fikri, Mirah sama Farah bukan anak Mama ya? Mereka lahir dari mana? Apa tempat lahirnya beda, Ma?” tanya Alan.
“Ya, nggak!” jawab Yuyun.
“Hi.. hi.. Alan nyangka Fikri, Mirah sama Farah dimuntahkan dari mulut kayak ikan...” kata Alan.
Perbincangan mereka terputus karena Farah telepon. Sambil telepon dengan Farah, Yuyun membiarkan dadanya telanjang. Melihat kedua payudara Yuyun yang telanjang, kemaluan Alan bangun tegang setegang-tegangnya seperti besi batangan.
Setelah Yuyun selesai telepon dengan Farah, Alan juga sudah selesai mengerik punggung Yuyun. “Kamu jadi pijit Mama, nggak?” tanya Yuyun. “Kalau kamu capek ya udah, nggak usah dipijit gak papa...”
“Ah... masa kerja segitu aja capek sih, Ma? Nanti kalau Alan sudah punya istri kerja segitu aja capek, bisa diketawain istri...” jawab Alan.
“Ha.. ha.. kalau kamu mau cepat beristri, ya harus kerja... mau makan apa istrimu kalau kamu gak kerja... belum lagi nanti kamu punya anak...” kata Yuyun pada kesempatan itu dia berusaha menasehati Alan supaya Alan menganggur tidak terlalu lama, karena Yuyun tau orang yang menganggur terlalu lalu akan cederung menjadi malas nantinya.
“Pasti Ma, lagi cari pekerjaan yang cocok... sudah, kalau Mama mau dipijit, lepaskan itu celana panjang Mama biar nggak ribetin Alan mijitnya...” ujar Alan memancing.
Yuyun tidak berpikir panjang, canggung atau malu di depan anak lakinya. Dia segera turun dari tempat tidur melepaskan celana panjangnya, lalu hanya memakai celana dalam, dia tengkurap di tempat tidur.
Alan sudah hampir tidak bisa menahan diri melihat tubuh mamanya yang hanya terbalut selembar celana dalam. Dia ingin segera menggerayangi tubuh mamanya, tapi ditahan-tahannya. Alan masih takut, karena Alan bukan anak yang nakal. Dia selalu diajarkan sopan santun oleh kedua orangtuanya.
Tapi sekarang pemandangan yang terhampar di depan matanya, sungguh membuat Alan bermata gelap. Punggung mamanya yang sudah dikerik, dipijit, diusap dan diurut oleh Alan. “Waduhh... enak, Lan...” kata Yuyun.
“Alan pengen jadi tukang urut aja deh Ma, kalau gitu...” canda Alan.
“Masa mau jadi tukang urut sih Lan, kamu? Apa nggak ada pekerjaan yang lain lagi? Enak buat Mama, tapi kalau kamu pijit orang lain, kan belum tentu...” kata Yuyun.
“He.. he..” Alan tertawa menyeringai. “Tadi sebelum Farah telepon, kita ngomong sampai mana, Ma?”
“Itu... mmm...” Yuyun berpikir sejenak. “Masa kamu bilang Fikri, Mirah sama Farah dilahirkan dari mulut Mama kayak ikan...? Hii...”
“Habis, dari mana dong, Ma? Alan sudah dewasa Ma, Alan kan perlu tahu dari mana Alan dilahirkan...”
“Iya dari bawahlah, Fikri juga dari bawah... Mirah juga dari bawah, Farah juga dari bawah...” jawab Yuyun.
“Dari bawah mana, Ma? Ah, Mama ini ngomongnya berbelit-belit...”
“Masa Mama harus ngomong sampai sejelas-jelasnya sih Lan, malulah Mama...” jawab Yuyun.
Alan yang sudah tidak tahan, langsung memasukkan tangannya ke selangkangan Yuyun. “Dari sini ya, Ma?”
“Mmmmm... Alann, jangan Lan, geli ahh, Mama... Alannn, uuhhh...” seru Yuyun menggeliat ketika vaginanya yang masih tertutup celana dalam yang hangat dan lembab itu diremas-remas oleh jari-jari tangan Alan yang kokoh. “Ohhhh... Alannn... nggghhh.... aaahhh... jangannn...”
Alan tidak bisa bersabar sedikit waktu saja. Dengan cepat dia menarik lepas celana pendek dan celana dalamnya, lalu dia membalik tubuh Yuyun terlentang. Alan segera menindih Yuyun. “Alannn...” teriak Yuyun.
“Alan pengen Ma, dari tadi Alan sudah gak tahan melihat tetek Mama...”
“Ini Mama Lan, masa kamu mau setubuhi Mama kamu sendiri, sih...”
“Nggak, aku mau... kalau Mama gak kasih...”
“Mama kan lagi sakit, Lan...” Yuyun terus mempertahankan kesuciannya.
Tapi Alan tidak peduli. Dia segera menyergap bibir mamanya dan meremas payudara mamanya. Saat itulah setan memprovokasi Yuyun. Merasa nikmat, Yuyun segera membalas ciuman Alan. Lidahnya terjulur, bibirnya menghisap bibir Alan sembari tangannya meraba-raba tubuh Alan.
Alan juga semakin gelap mata. Dia melumat bibir mamanya dengan ganas dan menghisap ludah mamanya. Kedua bibir itu bergelut sementara tangan mereka bekerja di sekujur tubuh lawan mainnya masing-masing saling meraba dan mengelus.
Tak hanya sampai disitu. Alan kemudian membangunkan Yuyun duduk di tempat tidur. Setelah itu dengan berani dia menyodorkan penisnya yang berdiri mengacung tegang itu ke depan mulut Yuyun. Karena Yuyun sudah biasa menghisap penis suaminya, tak ayal lagi melihat penis Alan yang lebih tegang dan lebih besar dari penis papanya, Yuyun langsung menyergap penis Alan dengan mulutnya.
“Ohhh.... Maaaa.... enakkkkk...” lenguh Alan sewaktu penisnya dikocok mamanya dengan mulut.
Alan pernah mengintip film porno di hape temannya waktu masih sekolah di SMA, jadi dia tahu gaya bermain sex seperti ini. Mulut mamanya bergerak maju-mundur persis seperti yang ditonton Alan di film porno sehingga membuat Alan semakin terangsang.
Dia memegang bagian belakang kepala Yuyun, lalu dikocoknya dengan cepat penisnya di mulut Yuyun. “Ouuggghh.... Maaaa... enakkk... oohh... enakkk...” lenguh Alan.
Alan mempertahankan air maninya supaya jangan cepat-cepat keluar. Dia merobohkan Yuyun di atas tempat tidur. Yuyun benar-benar dijadikan Alan seperti boneka mainan. Celana dalam Yuyun dilepaskan oleh Alan dan Yuyunpun tidak sanggup menepis Alan lagi.
Alan membuka lebar paha Yuyun, Yuyunpun merelakan vaginanya dilihat oleh anaknya sendiri. Mmmhhh... bulu-bulu hitam yang menghiasi bagian atas vagina Yuyun, mmmhhh... ohhh, sungguh menggairahkan birahi muda Alan. Alan segera mencium vagina Yuyun.
Wanginya semerbak vagina mamanya. Alan tidak bisa menguraikan dengan kata-kata bagaimana sebenarnya bau vagina mamanya. Tanpa jijik dengan bau yang menyergap hidung itu, Alan menjulurkan lidahnya menjilat vagina Yuyun yang tertutup rapat oleh bibir-bibir vaginanya.
“Ahhh... Laa..annn...” desah Yuyun.
Alan malah membuka lebar bibir vagina mamanya yang berwarna kecoklatan itu dengan kedua jari tangannya, lalu dijilatnya kelentit mamanya. “Ohhhh.... Alannnnn...!” jerit Yuyun tak kuasa membendung nafsu birahinya yang menggelegak ingin segera disetubuhi oleh Alan, anaknya sendiri.
Alan menyelesaikan tugasnya menjilat vagina Yuyun. Dia lalu membuka lebar paha Yuyun. Sambil berlutut di tempat tidur Alan mencoba mendorong masuk penisnya yang keras ke lubang vagina Yuyun. Yuyun kemudian membantu memegang batang penis Alan supaya penis Alan tepat masuk ke tempatnya.
Sreettt... srettt... srettt... ahh... Alan bisa merasakan penisnya memasuki lubang bekas lahirnya itu perlahan-lahan, akhirnya blesssss.... tenggelam sudah penis Alan di dalam vagina Yuyun.
“Ohhhh... enak memek Mama...” desah Alan merasakan lubang vagina mamanya yang hangat dan sempit mencengkeram kuat batang penisnya.
Sementara itu Yuyun hanya bisa berbaring diam di tempat tidur membiarkan lubang vaginanya kemudian digenjot oleh penis anaknya sambil dia memejamkan matanya dan membuka lebar-lebar pahanya yang diletakkan oleh Alan di atas pahanya.
Plakk.... plokk... plakk.. plokkk... plakkk... plokk...
Terdengar bunyi plokk... plakk.. plokkk... ketika penis Alan berbenturan keras dengan lubang memek Yuyun karena Alan menggenjot lubang memek Yuyun dengan kekuatan penuh. Penisnya maju-mundur keluar-masuk dengan cepat di lubang memek Yuyun yang basah.
Akhirnya yang dirasakan oleh Alan adalah air maninya yang mau keluar. Kenikmatan yang di rasakan oleh Alan membuat Alan menggenjot lubang vagina mamanya semakin cepat dan semakin cepat, lalu Alan terdiam sembari menekan dalam-dalam penisnya ke lubang vagina mamanya.
Pada saat yang sama Yuyun bisa merasakan cairan hangat dari penis Alan menyembur-nyembur dengan kencang di depan rahimnya. Croott... croottt... croottt.... Alan terkulai lemas di atas tubuh Yuyun setelah air maninya keluar semua.
Yuyun mengelus mesra pipi Alan. “Kamu lebih pintar dari papamu, sayang... hemmm...” puji Yuyun.
“Berarti Alan boleh seterusnya dong, Ma...” kata Alan.
“Boleh dong, sayang... tapi hati-hati lho, ya... jangan sampai ketahuan orang, bisa bahaya...” balas Yuyun berkata lembut pada Alan.
“Yesss... Mam...” jawab Alan senang.
“Tapi kamu harus cepat mencari pekerjaan, ya..?” tambah Yuyun.
“Ya dong, Ma... nanti anak kita lahir makan apa...” jawab Alan.
“He.. he.. ini... susu Mama...” jawab Yuyun tertawa nakal membusungkan dadanya yang telanjang.
Alan dan Yuyun menyongsong hari bahagia bersama-sama seperti pengantin baru. Alan seperti tidak ingin melepaskan penisnya dari lubang vagina Yuyun. “Kalau Fikri pulang dari sekolah, kita bisa repot... ayo, lepaskan dulu...” suruh Yuyun.
******
Anakku Nakal, Deh...
YUYUN adalah seorang ibu rumah tangga berusia 45 tahun. Yuyun mempunyai 4 orang anak dan 1 orang cucu yang lahir dari anak pertama Yuyun yang bernama Mirah.
Kemudian lahir pula Farah dari vagina Yuyun. Farah sekarang berusia 21 tahun. Farah tidak tinggal bersama Yuyun, tapi tinggal di rumah kakaknya di kota lain. Lalu lahir Alan. Alan, seorang laki-laki, berusia 19 tahun. Terakhir lahir Fikri, berusia 15 tahun.
Yuyun hidup berkecukupan. Suami Yuyun bekerja di bengkel mobil, dan Yuyun juga mendapat kiriman uang dari anak-anaknya Mirah dan Farah yang sudah bekerja di kota lain. Sedangkan Alan yang sudah lulus dari SMA, dia sudah tidak mau melanjutkan sekolahnya lagi.
Sudah hampir 1 tahun Alan tinggal di rumah saja, padahal otaknya cukup cerdas, tetapi Yuyun tidak pernah memaksa Alan untuk kuliah maupun bekerja. Hanya Fikri saja yang masih sekolah di SMP.
Pada suatu siang Yuyun pulang dari salon potong rambut, Yuyun merasa badannya meriang. “Kok tiba-tiba badan Mama meriang ya, Lan?” kata Yuyun pada Alan yang sedang duduk di kursi nonton televisi.
“Ah... Alan mana tau, Ma? Kena virus kali...” jawab Alan sekenanya.
“Virus apa? Nakut-nakutin Mama aja kamu...” kata Yuyun.
“Apa mau Alan belikan obat di warung?” tanya Alan.
“Tapi kerikin Mama dulu, ya?” jawab Yuyun.
“Alan gak bisa kerik, Ma. Mama upah orang napa, paling-paling juga 50 rebu...” ujar Alan.
“Bukan Mama sayang duit 50 rebu Lan, tapi dikerik sama anak sendiri kan beda, bisa diatur mau dikerik pelan atau mau dikerik dengan kuat, tetapi kalau sama orang lain kan nggak bisa gitu...” ujar Yuyun. “Sana ambil minyak, minyak sayur yang bersih aja gak papa...” kata Yuyun.
Alan menurut. Dia meninggalkan televisi yang sedang ditontonnya pergi ke dapur mengambil minyak, sementara itu Yuyun mencari koin 500 rupiah yang sudah jelek di dompetnya, karena koin yang sudah jelek biasanya bagian pinggirnya tidak setajam koin yang masih bagus.
Setelah Alan mengambil minyak di dapur, Alan pergi ke ruang tengah dan Alan sudah tidak menemukan Yuyun di ruang tengah, Yuyun sudah masuk ke kamar. Lalu Alan pergi ke kamar orangtuanya.
Alan kaget, karena dari pintu kamar orangtuanya yang terbuka, Alan melihat Yuyun sedang melepaskan BH dan terlihat oleh Alan kedua payudara Yuyun yang telanjang dan lumayan besar.
Jantung Alan langsung berdebar-debar kencang dan darah mudanya berdesir-desir gak karuan. Coba kalau tadi aku nolak, pasti aku tidak akan melihat pemandangan yang begitu indah, batin Alan menelan ludah.
Yuyun menutup dadanya yang telanjang hanya dengan kaos yang sudah dilepaskannya dan masih memakai celana panjang, dia duduk di pinggir ranjang, lalu menyuruh Alan mengerik lehernya.
Tangan Alan bergetar saat mengerik leher Yuyun, karena masih diingatnya terus payudara Yuyun, apalagi sekarang punggung Yuyun yang putih dan mulus itu terhampar luas di depan matanya, begitu dekat dengan matanya.
Alan berusaha mengerik leher Yuyun dengan sebaik-baiknya supaya tidak mengecewakan Yuyun. Tetapi di samping itu tangan Yuyun juga pegal terus menerus memegangi kaosnya, sehingga tangan Yuyun pelan-pelan melorot ke bawah dan kaos yang menutupi dadanya juga ikut melorot. Akibatnya dari punggung mamanya Alan bisa melihat kembali payudara Yuyun yang hampir telanjang sedikit lagi.
Tapi Alan masih terus mengerik. Sekarang Alan sudah mengerik sampai di punggung Yuyun. “Merah gak, Lan?” tanya Yuyun.
“Lumayan merah, Ma...” jawab Alan. “Nanti kalau sudah selesai dikerik, Alan pijit Mama ya, Ma...”
“Wah... ini baru anak Mama...” puji Yuyun.
“Ha.. ha.. Mama ada-ada aja, deh... Alan anak Mama... Fikri, Mirah sama Farah bukan anak Mama ya? Mereka lahir dari mana? Apa tempat lahirnya beda, Ma?” tanya Alan.
“Ya, nggak!” jawab Yuyun.
“Hi.. hi.. Alan nyangka Fikri, Mirah sama Farah dimuntahkan dari mulut kayak ikan...” kata Alan.
Perbincangan mereka terputus karena Farah telepon. Sambil telepon dengan Farah, Yuyun membiarkan dadanya telanjang. Melihat kedua payudara Yuyun yang telanjang, kemaluan Alan bangun tegang setegang-tegangnya seperti besi batangan.
Setelah Yuyun selesai telepon dengan Farah, Alan juga sudah selesai mengerik punggung Yuyun. “Kamu jadi pijit Mama, nggak?” tanya Yuyun. “Kalau kamu capek ya udah, nggak usah dipijit gak papa...”
“Ah... masa kerja segitu aja capek sih, Ma? Nanti kalau Alan sudah punya istri kerja segitu aja capek, bisa diketawain istri...” jawab Alan.
“Ha.. ha.. kalau kamu mau cepat beristri, ya harus kerja... mau makan apa istrimu kalau kamu gak kerja... belum lagi nanti kamu punya anak...” kata Yuyun pada kesempatan itu dia berusaha menasehati Alan supaya Alan menganggur tidak terlalu lama, karena Yuyun tau orang yang menganggur terlalu lalu akan cederung menjadi malas nantinya.
“Pasti Ma, lagi cari pekerjaan yang cocok... sudah, kalau Mama mau dipijit, lepaskan itu celana panjang Mama biar nggak ribetin Alan mijitnya...” ujar Alan memancing.
Yuyun tidak berpikir panjang, canggung atau malu di depan anak lakinya. Dia segera turun dari tempat tidur melepaskan celana panjangnya, lalu hanya memakai celana dalam, dia tengkurap di tempat tidur.
Alan sudah hampir tidak bisa menahan diri melihat tubuh mamanya yang hanya terbalut selembar celana dalam. Dia ingin segera menggerayangi tubuh mamanya, tapi ditahan-tahannya. Alan masih takut, karena Alan bukan anak yang nakal. Dia selalu diajarkan sopan santun oleh kedua orangtuanya.
Tapi sekarang pemandangan yang terhampar di depan matanya, sungguh membuat Alan bermata gelap. Punggung mamanya yang sudah dikerik, dipijit, diusap dan diurut oleh Alan. “Waduhh... enak, Lan...” kata Yuyun.
“Alan pengen jadi tukang urut aja deh Ma, kalau gitu...” canda Alan.
“Masa mau jadi tukang urut sih Lan, kamu? Apa nggak ada pekerjaan yang lain lagi? Enak buat Mama, tapi kalau kamu pijit orang lain, kan belum tentu...” kata Yuyun.
“He.. he..” Alan tertawa menyeringai. “Tadi sebelum Farah telepon, kita ngomong sampai mana, Ma?”
“Itu... mmm...” Yuyun berpikir sejenak. “Masa kamu bilang Fikri, Mirah sama Farah dilahirkan dari mulut Mama kayak ikan...? Hii...”
“Habis, dari mana dong, Ma? Alan sudah dewasa Ma, Alan kan perlu tahu dari mana Alan dilahirkan...”
“Iya dari bawahlah, Fikri juga dari bawah... Mirah juga dari bawah, Farah juga dari bawah...” jawab Yuyun.
“Dari bawah mana, Ma? Ah, Mama ini ngomongnya berbelit-belit...”
“Masa Mama harus ngomong sampai sejelas-jelasnya sih Lan, malulah Mama...” jawab Yuyun.
Alan yang sudah tidak tahan, langsung memasukkan tangannya ke selangkangan Yuyun. “Dari sini ya, Ma?”
“Mmmmm... Alann, jangan Lan, geli ahh, Mama... Alannn, uuhhh...” seru Yuyun menggeliat ketika vaginanya yang masih tertutup celana dalam yang hangat dan lembab itu diremas-remas oleh jari-jari tangan Alan yang kokoh. “Ohhhh... Alannn... nggghhh.... aaahhh... jangannn...”
Alan tidak bisa bersabar sedikit waktu saja. Dengan cepat dia menarik lepas celana pendek dan celana dalamnya, lalu dia membalik tubuh Yuyun terlentang. Alan segera menindih Yuyun. “Alannn...” teriak Yuyun.
“Alan pengen Ma, dari tadi Alan sudah gak tahan melihat tetek Mama...”
“Ini Mama Lan, masa kamu mau setubuhi Mama kamu sendiri, sih...”
“Nggak, aku mau... kalau Mama gak kasih...”
“Mama kan lagi sakit, Lan...” Yuyun terus mempertahankan kesuciannya.
Tapi Alan tidak peduli. Dia segera menyergap bibir mamanya dan meremas payudara mamanya. Saat itulah setan memprovokasi Yuyun. Merasa nikmat, Yuyun segera membalas ciuman Alan. Lidahnya terjulur, bibirnya menghisap bibir Alan sembari tangannya meraba-raba tubuh Alan.
Alan juga semakin gelap mata. Dia melumat bibir mamanya dengan ganas dan menghisap ludah mamanya. Kedua bibir itu bergelut sementara tangan mereka bekerja di sekujur tubuh lawan mainnya masing-masing saling meraba dan mengelus.
Tak hanya sampai disitu. Alan kemudian membangunkan Yuyun duduk di tempat tidur. Setelah itu dengan berani dia menyodorkan penisnya yang berdiri mengacung tegang itu ke depan mulut Yuyun. Karena Yuyun sudah biasa menghisap penis suaminya, tak ayal lagi melihat penis Alan yang lebih tegang dan lebih besar dari penis papanya, Yuyun langsung menyergap penis Alan dengan mulutnya.
“Ohhh.... Maaaa.... enakkkkk...” lenguh Alan sewaktu penisnya dikocok mamanya dengan mulut.
Alan pernah mengintip film porno di hape temannya waktu masih sekolah di SMA, jadi dia tahu gaya bermain sex seperti ini. Mulut mamanya bergerak maju-mundur persis seperti yang ditonton Alan di film porno sehingga membuat Alan semakin terangsang.
Dia memegang bagian belakang kepala Yuyun, lalu dikocoknya dengan cepat penisnya di mulut Yuyun. “Ouuggghh.... Maaaa... enakkk... oohh... enakkk...” lenguh Alan.
Alan mempertahankan air maninya supaya jangan cepat-cepat keluar. Dia merobohkan Yuyun di atas tempat tidur. Yuyun benar-benar dijadikan Alan seperti boneka mainan. Celana dalam Yuyun dilepaskan oleh Alan dan Yuyunpun tidak sanggup menepis Alan lagi.
Alan membuka lebar paha Yuyun, Yuyunpun merelakan vaginanya dilihat oleh anaknya sendiri. Mmmhhh... bulu-bulu hitam yang menghiasi bagian atas vagina Yuyun, mmmhhh... ohhh, sungguh menggairahkan birahi muda Alan. Alan segera mencium vagina Yuyun.
Wanginya semerbak vagina mamanya. Alan tidak bisa menguraikan dengan kata-kata bagaimana sebenarnya bau vagina mamanya. Tanpa jijik dengan bau yang menyergap hidung itu, Alan menjulurkan lidahnya menjilat vagina Yuyun yang tertutup rapat oleh bibir-bibir vaginanya.
“Ahhh... Laa..annn...” desah Yuyun.
Alan malah membuka lebar bibir vagina mamanya yang berwarna kecoklatan itu dengan kedua jari tangannya, lalu dijilatnya kelentit mamanya. “Ohhhh.... Alannnnn...!” jerit Yuyun tak kuasa membendung nafsu birahinya yang menggelegak ingin segera disetubuhi oleh Alan, anaknya sendiri.
Alan menyelesaikan tugasnya menjilat vagina Yuyun. Dia lalu membuka lebar paha Yuyun. Sambil berlutut di tempat tidur Alan mencoba mendorong masuk penisnya yang keras ke lubang vagina Yuyun. Yuyun kemudian membantu memegang batang penis Alan supaya penis Alan tepat masuk ke tempatnya.
Sreettt... srettt... srettt... ahh... Alan bisa merasakan penisnya memasuki lubang bekas lahirnya itu perlahan-lahan, akhirnya blesssss.... tenggelam sudah penis Alan di dalam vagina Yuyun.
“Ohhhh... enak memek Mama...” desah Alan merasakan lubang vagina mamanya yang hangat dan sempit mencengkeram kuat batang penisnya.
Sementara itu Yuyun hanya bisa berbaring diam di tempat tidur membiarkan lubang vaginanya kemudian digenjot oleh penis anaknya sambil dia memejamkan matanya dan membuka lebar-lebar pahanya yang diletakkan oleh Alan di atas pahanya.
Plakk.... plokk... plakk.. plokkk... plakkk... plokk...
Terdengar bunyi plokk... plakk.. plokkk... ketika penis Alan berbenturan keras dengan lubang memek Yuyun karena Alan menggenjot lubang memek Yuyun dengan kekuatan penuh. Penisnya maju-mundur keluar-masuk dengan cepat di lubang memek Yuyun yang basah.
Akhirnya yang dirasakan oleh Alan adalah air maninya yang mau keluar. Kenikmatan yang di rasakan oleh Alan membuat Alan menggenjot lubang vagina mamanya semakin cepat dan semakin cepat, lalu Alan terdiam sembari menekan dalam-dalam penisnya ke lubang vagina mamanya.
Pada saat yang sama Yuyun bisa merasakan cairan hangat dari penis Alan menyembur-nyembur dengan kencang di depan rahimnya. Croott... croottt... croottt.... Alan terkulai lemas di atas tubuh Yuyun setelah air maninya keluar semua.
Yuyun mengelus mesra pipi Alan. “Kamu lebih pintar dari papamu, sayang... hemmm...” puji Yuyun.
“Berarti Alan boleh seterusnya dong, Ma...” kata Alan.
“Boleh dong, sayang... tapi hati-hati lho, ya... jangan sampai ketahuan orang, bisa bahaya...” balas Yuyun berkata lembut pada Alan.
“Yesss... Mam...” jawab Alan senang.
“Tapi kamu harus cepat mencari pekerjaan, ya..?” tambah Yuyun.
“Ya dong, Ma... nanti anak kita lahir makan apa...” jawab Alan.
“He.. he.. ini... susu Mama...” jawab Yuyun tertawa nakal membusungkan dadanya yang telanjang.
Alan dan Yuyun menyongsong hari bahagia bersama-sama seperti pengantin baru. Alan seperti tidak ingin melepaskan penisnya dari lubang vagina Yuyun. “Kalau Fikri pulang dari sekolah, kita bisa repot... ayo, lepaskan dulu...” suruh Yuyun.
******