Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Anak Kakekku


Pertama Kali Dengan Bude.

Bude langsung memelukku. Bude mendekatkan bibirnya ke bibirku. Aku belum mau membalasnya. Kemudian membuat Bude gemas dan melumat bibirku. Terasa lembut dan nikmat sekali bibir Bude, sehingga akupun berani membalas ciuman Bude dengan liar.

Lidahnya masuk ke dalam rongga mulutku dan menyelusuri langit-langit mulutku. Aku membalasnya dengan menggeluti lidahnya, Bude menghisap lidahku. Kamipun saling bertukar ludah.

Bude sangat 'pro' dalam berciuman. Kadang kepalanya dimiringkan sehingga mulut kami bisa saling menyedot. Suara kecipak bibir kami terdengar sangat merdu seperti perpaduan sebuah orkestra musik klasik tingkat dunia.

Kulepas kaos, celana pendek dan sekaligus celana dalamku. Dadaku yang bidang membuat Bude berdecak kagum. Penisku terlihat gagah mengacung seperti sebuah meriam yang siap menembakkan pelurunya ke lobang rahim Bude.

Mana aku teringat lagi dengan kakekku? Kepala penisku kelihatan memerah dan mengilat akibat dari lubangnya sudah mulai keluar cairan precum yang agak kental dan lengket.

Bude melepaskan pelukannya. Setelah itu handuk yang tadi melilit di tubuhnya entah terbang ke mana. Dengan satu gerakan Bude sudah dalam keadaan bugil di depanku.

Tubuhnya montok dan sedikit berlemak di bagian perutnya. Teteknya yang besar dengan puting berwarna coklat tua masih memancarkan gairah dan birahi yang tinggi meski sudah menggantung bebas.

“Kita ke ranjang, yuk....” ajak Bude.

Di atas ranjang, aku langsung menyergapnya dan mengulum bibirnya, dan ia membalasku dengan liar, kemudian aku merasa penisku semakin tegang saja dan sewaktu aku berbaring di tempat tidur dan Bude merangkak di atasku penisku tampak berdiri seperti sebuah mercusuar.

Teteknya ia sodorkan ke mulutku dan dengan rakus kusedot dan kuhisap puting besarnya yang seperti anggur Black Shine Muscat.

Aku menghisap secara bergantian. Setelah itu perlahan-lahan ia turun ke bawah dan berhenti di sekitar pahaku, lalu biji zakarku dijilatnya.

“Aghhh.. uuggh... ougghh.... enak Bude.. uuggh..!!” desahku.

Bude semakin bersemangat melanjutkan aksi seksualnya mengingatkan aku bahwa ini bukanlah sekedar mimpi basah tetapi kenyataan yang benar-benar sedang terjadi.

Ia berjongkok di atas pahaku. Tangannya meremas penisku yang super-super keras, kemudian digesek-gesekkannya kepala penisku ke bibir vaginanya, lalu ia menurunkan pantatnya. Dan sebentar saja kepala penisku sudah tertelan lubang vaginanya.

Terasa vaginanya kering. Dengan pelan pantatnya bergerak turun. Penisku terasa ngilu dibuatnya.

Dan dengan cepat penisku sudah masuk ke dalam lorong hangatnya. Aku merasakan penisku dihimpit oleh lorong hangat, seret dan berdenyut itu, sebuah sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa dan yang baru pertama kali kurasakan.

Kugerakkan pinggulku naik-turun. “Aagghh.. auwwhh.... ooohhh... auughh... Nikmat sekali, Dic...!!” rintih Bude terbata bata.

Dibenamkam penisku dalam-dalam sampai terasa tidak bisa masuk lebih dalam lagi, dan Bude menjerit. Ia terus menggoyangkan pinggulnya dengan teratur dan makin lama makin cepat. Aku menggigit bibir menahan rangsangan. “Ouchh... aaggh... uuggh.. oooo....!!” desisnya terdengar berulang-ulang.

Aku mempercepat gerakanku mengimbanginya dan makin cepat lagi sampai akhirnya..

“Bude.. aku.. aku... aku... aku... maa.. ma.. mau keluar... oouwhh..!!”

Memang kurasakan jepitan vaginanya semakin kuat sampai penisku terasa ngilu, Bude terus mempercepat gerakannya dan aku mulai merasakan sesuatu akan terjadi pada tubuhku.

“Aku.. oohh.... aku... aku....” aku memberontak.

Kami tahu apa yang akan terjadi sebentar lagi. Beberapa detik kemudian cairan kental meluncur keluar dengan kencang, kuat dan deras dari penisku. Rasanya berbuntal-buntal menyerang ke arah rahim Bude. Nikmatnya terasa sampai ke ujung ubun-ubunku.

Crraaattt.... ccrroottt.... crroott... crrrooottt.... crrootttt.... crrooott...

Bude menekankan pantat sekuat-kuatnya ke batang penisku. Kami saling berpelukan dan aku masih menikmati sisa kenikmatan luar biasa yang barusan saja kami alami.

Napasku masih terengah dan keringat Bude juga belum mengering. Kepala Bude masih berada di dadaku, matanya masih terpejam.

Kupeluk Bude dan kucium keningnya dengan lembut.

Lama aku baru sadar, kenapa aku melakukannya dengan Bude yang adalah juga nenekku, meskipun hanya nenek tiri, tetapi ia tetap nenekku, karena ia menikah dengan kakek secara resmi dan sah.

*****
 

Aku sampai tidak berani bertemu dengan kakek. Betapa bejatnya kelakuanku sebagai seorang cucu sampai berani mencabuli neneknya sendiri.

Neneknya juga mau sih. Salah siapa, dong?

Lewat beberapa hari kemudian...

Kami berciuman lagi. Bibir kami saling berpagut. Kulumat bibir Bude dengan penuh nafsu. Sekali-sekali kumainkan lidahku di langit-langit mulutnya. Seiring dengan itu nafsu kami mulai bangkit lagi.

Kuhampiri selangkangannya. Sekilas tercium olehku bau amis yang menyengat. Aku menyukai bau itu. Sensasinya sangat merangsang. Lubang vaginanya sudah sangat basah. Kujilat-jilat sambil sesekali aku menjepit bibir vaginanya dengan bibirku, lalu kutarik.

Sshhhhh.... aahhhh....

Tangannya memegang kepalaku, “Hmm.. sshh.. ngghh.. ookhh.... aaagghh...”

Kami semakin tenggelam dalam birahi. Kami berbaring dengan posisi 69. Selangkanganku berada di atas mulutnya dan ia melahap penisku sampai habis. Diisap-isap, dikocok-kocok dan dijilatinya. Aku menggelinjang kesedapan.

Dengan leluasa aku menjelajahi memekmya yang medok sampai ke sela-selanya. Pinggangnya terangkat dan bergerak-gerak tidak beraturan saat aku memainkan daging kecil sebesar biji kacang tanah.

Kami saling merintih dan melenguh memberikan respon terhadap rangsangan yang kami terima.

Bude menggelinjang penuh kenikmatan ketika kujilat dan kugigit klitorisnya. Tetapi sebaliknya Budepun tidak mau kalah menyerang penisku semakin gencar.

Setelah itu kutindih tubuh Bude dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Kucoba untuk menerobos lubang vaginanya, meleset, kucoba lagi dan meleset.

Rupanya Bude tidak sabar lagi. Ia segera menggenggam batang penisku dan mengarahkan ke vaginanya yang merekah.

Kepala penisku yang besar segera menerobos lubang vaginanya, dan ia menekan pantatku dengan kedua kakinya.

“Dorong yang kuat....” perintahnya.

Kudorong pantatku dengan kuat, bleeesss.... batang penisku seketika amblas di dalam lubang vaginanya.

Kini aku bisa menikmati dan melakukan gerakan memompa. Payudaranya kukulum sampai setengahnya dan putingnya kugigit kecil. Kepalanya tersentak menengadah sehingga terlihat semakin menggairahkan.

Gesekan kulit penisku dengan dinding vaginanya membuat aku mendesis nikmat.

Kutambah kecepatan memompaku karena akupun merasa sudah mendekati saat-saat kritis menggapai puncak. Kurasakan darah mengalir deras ke penisku. Kugoyang, kugenjot dan kugoyang terus lubang vagina Bude.

Akhirnya kusemburkan spermaku dengan menekan pantatku kuat-kuat sampai menyentuh dinding rahimnya.

Beberapa menit kami berpagut mesra, hingga akhirnya ia mendorong tubuhku ke samping. Aku tergeletak tak bertenaga.

*****

Sebenarnya aku sudah punya Bude tidak memikirkan Neng lagi, tetapi pulang kerja setiap sore Neng selalu menunggu aku. Akhirnya aku tidak punya alasan untuk menolak Neng.

Pada pertemuan yang kedua ini, aku mengajak Neng duduk di tepi lapangan bola di tempat yang agak memojok, kami membeli mie ayam dan sebotol air dalam kemasan.

Selesai makan dan minum, malam semakin larut, aku dan Neng kembali terlibat ciuman bibir lagi. Naluri kelelakianku yang tadinya lugu terhadap seks, setelah dikembangkan oleh Bude, akupun berani menyuruh Neng mengocok penisku.
 

Setelah penisku cukup keras, Nengpun kurobohkan di rerumputan dan menindihnya. Mula-mula Neng kaget, tetapi aku tidak memberi Neng kesempatan menolak, aku mencium bibirnya dan meramas teteknya.

Sewaktu birahi Neng sudah kembali menyalak berkobar-kobar dan dari hidungnya sudah mengeluarkan napas yang mendengus-dengus, aku berhasil melepaskan celana panjangnya.

Meskipun Neng masih memakai celana dalam, kusibak bagian pinggir di selangkangan celana dalam Neng, dan setelah aku mendapatkan vaginanya yang sudah basah, moncong penisku segera kutempelkan di depan lubang vagina Neng dan siap ku-upload penisku ke lubang vagina Neng.

Neng panik!

Neng mendorongku dengan sekuat tenaga. Berhubung konsentrasiku berfokus pada keasyikan vagina Neng, sehingga aku tidak siap lalu aku jatuh terjungkal ke samping Neng.

Malam itu aku hanya dapat ciuman dan meramas tetek Neng, tetapi aku tidak berhasil mengentot Neng.

Aku sedikit terhibur pulang ke rumah ketemu Bude. "Mandi dulu..." suruh Bude sewaktu aku memeluknya dengan manja di dapur. "Badanmu bau cewek. Kamu sama cewek lagi?"

"Jangan khawatir Bude, aku tetap uta akan Bude. Mbak Lesti di mana?" tanyaku.

"Ada di kamar," jawab Bude.

Sambil mengambil handuk untuk mandi, aku tidak pergi ke kamar Mbak Lesti, tetapi hanya melewatinya saja. Aku terkejut kaget karena secara tidak sengaja kulihat kain jendela Mbak Lesti yang sedikit terbuka itu.

Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Mbak Lesti menggeliat-geliat di atas kasur dengan telanjang bulat...!!

Oh... astagaaa... mulutku tanpa sadar sampai terbuka menganga saking tercengangnya aku melihat tubuh telanjang Mbak Lesti yang terkadang terlentang dan terkadang memeluk bantal guling.

Akibatnya membuat penisku mengeras di balik celana yang kukenakan. Ahhh…

Sekuat tenaga aku menahan gejolak di dadaku yang bergemuruh sambil berharap Bude tidak datang menghampiriku, sehingga aku masih bisa terus mengintip lupa dengan acara mandiku.

Kulihat Mbak Lesti yang masih memeluk batal guling pinggulnya bergerak-gerak maju-mundur seolah sedang menggesek-gesekkan memeknya ke batal guling.

Terkadang ia mengandaikan batal guling itu sebagai pacarnya, ia berbaring telentang sementara batal guling ditaruhnya di atas tubuhnya lalu digesek-gesekkan ke selangkangannya.

Saat itu aku ingin menyerbu masuk ke kamar Mbak Lesti, tetapi aku belum mandi, aku takut Mbak Lesti menolakku. Namun aku berpikir lagi. Jika aku tidak melakukannya sekarang, besok atau lain waktu aku tidak akan mendapatkan kesempatan seperti yang begini lagi.

Mbak Lesti masih menggeliat-geliat mendekap bantal guling. Entah berapa lama aku menyaksikan Mbak Lesti menyetubuhi bantal guling itu.

Aku tak sanggup bertahan lebih lama lagi sewaktu aku melihat tubuh Mbak Lesti berguncang mungkin ia sedang mengalami orgasme yang sangat dahsyat, tubuhnya menggelepar-gelepar sedangkan jari tangannya mencengkeram kuat kain seprei.

Aku terabas saja masuk ke dalam kamar Mbak Lesti, lalu naik ke tempat tidur memeluk Mbak Lesti dengan napas memburu. Dan dengan tangan gemetar aku membuka seluruh pakaian yang kukenakan.

Aku mengambil posisi di atasnya, kali ini aku tidak ingin gagal seperti dengan Neng tadi.

Aku segera membimbing penisku ke arah lubang Mbak Lesti. Mbak Lesti sama sekali tidak menolakku lalu, blesssss... batang penisku yang beruntung itu berhasil menerobos masuk ke dalam lubang kehormatan Mbak Lesti yang sangat disembunyikannya itu.

Selanjutnya kupompa lubang vagina Mbak Lesti yang sempit dengan batang penisku. Aku mengeluarkan dan memasukkan penisku yang keras itu sehingga membuat Mbak Lesti merintih nikmat, dan ia pasrah saja.

Maka itu aku yakin Mbak Lesti menerima penisku di dalam lubang vaginanya bukan karena terpaksa dan rintihannya juga bukan rintihan kesakitan, kalaupun ada, maka akan kalah dengan kenikmatan yang diperolehnya.

Selanjutnya penisku lebih jauh menjangkau lubang vagina Mbak Lesti, pantatku kugerakkan naik-turun dan terasa dinding vaginanya berdenyut menjadikan penisku merasa semakin nikmat saja, sehingga kupercepat gerakan naik-turunku, sampai akhirnya muncullah perasaan yang sulit kukatakan.

Tubuhku menegang merasakan nikmat yang teramat sangat nikmat itu, dan ngilu rasanya seluruh batang penisku yang dicengkeram dan disedot lubang vagina Mbak Lesti sampai menjalar ke pinggul lalu ke seluruh tubuh.

Aku sudah tidak bisa lagi mengendalikan napsuku yang menggebu saat itu. Menjelang keluarnya spermaku, kudorong penisku sampai ke ujung lubang vagina Mbak Lesti.

Sambil mendekap tubuh Mbak Lesti yang mulus pikiranku benar-benar sudah tidak waras. Napasku memburu, jantungku berdegub merasakan gelombang birahi yanh menyala di dalam tubuhku. Dan makin lama makin membara. Ah… aku tak tahan lagi.

Aku mengerang dan seiring dengan itu kugelontorkan cairan nikmatku ke lubang vagina Mbak Lesti.

Crroott.... crroott... crroottt... crroott... crrooott...

Akhirnya seluruh berat badanku kuhempaskan ke tubuh Mbak Lesti dengan jantung berdebar dan napas yang tersengal-sengal antara nikmat bercampur capek yang kurasakan.

Kelihatannya begitu mudah aku menyetubuhi Mbak Lesti, tetapi sesudahnya tubuhku basah berkeringat, pikiranku sungguh kacau. Bagaimana seandainya Mbak Lesti hamil?

Masih saja kuteruskan permainan terlarang itu beberapa kali. Sampai akhirnya tertangkap basah oleh Bude dan Bude memaksa aku menikahi Mbak Lesti yang tak lain adalah tanteku sendiri, anak dari kakekku. (bc_022024)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd