BAGIAN XIII : BAHAGIA NYA AKU JADI IBU SEKALIGUS ISTRI NYA DAN ROMANTIKA HIDUP BERPOLIGAMI
Pov yatmi
Muara enim, 20 Agustus 1999, lokasi rumah sakit umum daerah Muara Enim......
Suara adzan di ku mandangkan oleh rustam pada anak laki-laki kami yang saat itu sempat diabadikan oleh lia karena kondisi ku masih belum sadarkan diri karena efek obat bius saat operasi cesar.
Aku sadar 1 jam berikut nya saat mendengar suara tangis bayi yang menggema di ruangan kamar rawat inap rumah sakit, senyum bahagia terpancar dari wajah rustam yang melihat ku sadar lalu mendekati ku dan mencium kening ku, walaupun di ruangan kamar itu ada lia, pak dodit dan bu ratna.
Oiya, aku baru ingat mereka kan yang mengantarkan ku ke rumah sakit saat aku mengalami pendarahan waktu di rumah ku, yang kebetulan saat itu rustam ada mendampingi ku, ia begitu kaget mendapati ku terduduk di lantai kamar mandi dengan darah yang mengalir di paha ku, wajah panik nya terlihat kala itu, ia langsung membopong tubuh ku dan membawa nya ke rumah pak dodit dan langsung aku di bawa ke rumah sakit umum derah dr.muh.rabain muara enim.
"Pa, malu dilihat pak dodit, bu ratna dan lia", ucap ku manja saat rustam selesai mencium kening ku.
"Buat apa malu ma, toh mereka bagian dari keluarga kita, malah mereka ikut senang mama melahirkan dengan selamat walau harus operasi cesar", jawab rustam tanpa malu berbisik ke telinga ku.
"Sekarang kamu sudah jadi ibu, dan aku jadi ayah dari benih kita ma, papa akan nikahi kamu ma, setelah 1 bulan menikahi lia itu komitmen papa sama ayah dodit dan ibu ratna saat kamu tadi berjuang melahirkan anak kita". Bisik rustam di telinga ku.
Aku tersenyum dan menganggukkan kepala, dan meminta nya mendekatkan telinga nya, "pa, mama bahagia bisa melahirkan anak untuk mu kita didik anak-anak kita pa dengan baik, mama harap papa bisa adil nanti nya setelah menjadi suami buat mama dan lia, jadilah lelaki yang bertanggung jawab pada istri-istri nya pa".
"Insya allah ma, udah ma kalo belum pulih benar mending mama istirahat, anak kita baik-baik saja kok, untung tadi ada lia ma, dia kan sedang PKL (Praktik Kerja Lapangan) di rumah sakit ini", bisik nya ke telinga ku.
"Pa..... Mama pengen ngendong anak kita pa", bisik ku meminta rustam membawa bayi lelaki yang baru saja ku lahirkan.
Rustam pergi ke box bayi yang berada tidak jauh dari tempat ku berada, lalu ia perlahan menggendong nya dan membawa nya ke hadapan, lalu ia tersenyum sambil menyerahkan anak kami kepada ku untuk ku gendong.
Air mata bahagia turun dari kedua sudut mata ku, saat aku menggendong bayi laki-laki yang belum kami kasih nama, karena aku ingin rustam sendiri sebagai ayah nya yang akan memberi nama bayi laki-laki kami. Kurasakan betapa bahagianya aku hari ini karena menjadi seorang ibu, menjadi wanita sempurna yang bisa memberikan keturunan buat lelaki yang kini sangat ku sanyangi, lelaki yang bisa membuatku kuat menjalani hari esok, lelaki yang dulu nya kuasuh dari bocah berubah menjadi lelaki tampan yang banyak membuat wanita tergoda dan terpikat karena paras nya yang tampan, sikap nya yang lembut pada wanita dan berani bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.
Tiba-tiba seorang perawat datang menghampiri ku dan menanyakan kondisi ku saat ini.
"Bu yatmi, gimana keadaan ibu sekarang, kalo sudah kuat ibu coba kasih ASI buat bayi ibu, itu sebagai tanda kasih seorang ibu pada anak nya", ucap perawat itu ramah pada ku.
"Iya sus, aku coba dulu, semoga ASI ku cukup dan lancar keluar nya", jawab ku mengiyakan omongan perawat tersebut.
Asi ku keluar dengan lancar, ku lihat anak lelaki ku dengan rakus nya menyedot puting susu ku yang kini sudah bisa menyusui nya, "padahal sebelum kamu lahir papa mu dulu nak sudah mencicipi asi mama", gumam ku membatin sambil tersenyum melihat tingkah bayi ku dalam gendongan ku.
Ku lihat rustam tersenyum sumringah di samping lia dan kedua orang tua nya saat melihat ku menyusui bayi kami.
"Nah sudah lancar bu ASI nya nanti usahakan minimal selama 6 bulan bayi nya terus di beri ASI, lebih sehat, alami dan membuat ibu dan bayi nya terjalin kontak batin", ucap perawat tersebut.
"Kalo begitu saya pamit ya bu, mau ngechek pasien yang lain nya", ucap perawat tersebut ramah dan pergi meninggalkan ruangan kamar VVIP yang sedang ku tempati ini.
"Bukde, selamat ya, bukde sudah jadi ibu dari anak nya mas rustam, boleh lia gendong bayi nya setelah bukde selesai menyusui?", pinta lia dengan wajah memelas.
"Tentu sayang, kamu juga kan bakal jadi ibu nya, mulai sekarang jangan panggil bukde ya panggil mbak saja, dan mbak minta kamu bisa mencintai anak mbak seperti anak kandung mu sendiri ya dik". jawab ku mengiyakan keinginan nya sambil menyusui bayi ku.
Setelah bayi lelaki tenang dan mungkin sudah kenyang karena meminum ASI ku kemudian ku serahkan bayi ku ke lia dan disambutnya dengan perasaan senang dan bahagia bagai ia sedang menimang dan menggendong bayi nya sendiri.
Pak dodit, bu ratna ikut mendekati lia anak nya, sementara rustam mendekati ku lalu membelai rambut dan sekali lagi ia mencium kening ku, kebahagiaan terpancar dari semua orang yang melihat bayi ku yang sehat dan menggemaskan bagi yang melihat nya.
"Pa, wajah nya mirip banget sama kamu", bisik ku pada rustam.
"Iya ya ma, tapi mata dan hidung nya itu sama seperti kamu ma", bisik rustam balik.
Kami tertawa kecil melihat keluarga pak dodit menggoda bayi lelaki ku dan seketika ingin ku tanyakan apa rustam sudah punya nama untuk bayi laki-laki kami.
"Pa, sudah ada nama buat anak kita", ucap ku pelan dengan tatapan mata bertanya serius pada nya.
Ia menganggukkan kepala, lalu keluar kata per kata dari mulut rustan nama bayi lelaki kami. Muhammad Agustiawan Putra, "gimana ma, kamu setuju nama itu buat anak kita?", tanya nya kemudian.
"Iya pa, nama yang bagus mama setuju, panggilan nya agus saja pa", ucap ku mengusulkan nama panggilan anak kami.
"Ayah, ibu dan dik lia, rustam ingin kasih nama buat bayi rustam, nama nya MUHAMMAD AGUSTIAWAN PUTRA, panggilan nya agus, biar ingat kalo ia lahir di bulan agustus", ucap rustam lantang menyebutkan anak kami pada keluarga pak dodit.
"Wah nama yang bagus itu rus, ayah rasa itu cocok buat nama bayi kalian, semoga kelak menjadi anak yang soleh, berbakti pada orang tuanya, agama dan negara nya", sahut pak dodit mengomentari nama pemberian rustam pada bayi kami.
"Ayah, ibu, rustam minta satu permintaan pada kalian, tolong anggap bayi ini seperti cucu ayah dan ibu, biar rustam merasakan bahwa rustam benar-benar menjadi menantu ayah dan ibu, rustam tidak ingin ada perbedaan anak rustam dengan yatmi dan anak rustam dengan lia, rustam ingin berlaku adil sesuai kemampuan rustam kelak sebagai suami mereka berdua", ucap rustam dengan penuh harap pada kedua orang tua calon mertua nya.
"Iya nak, kamu nggak perlu ragu soal itu, ayah dan ibu sudah menganggap yatmi seperti saudara dan juga menantu kami juga", ucap pak dodit mengiyakan permintaan rustam tersebut.
"Terima kasih ayah, bu, kalian berdua sangat baik pada rustam dan yatmi, rustam bersyukur akan menjadi menantu kalian, dan rustam akan memperlakukan dengan seadil-adil nya nanti kedua istri rustam, mohon bimbingan ayah dan ibu untuk menasehati rustam jika ada yang salah", ucap rustam sambil ku perhatikan mata nya mulai berkaca-kaca, terharu dengan kebaikan pak dodit sekeluarga.
Pak dodit mendekati rustam, lalu memeluk rustam, "kamu itu akan jadi suami anak ku, jangan sungkan nak untuk berbicara apapun dengan kami, mulai sekarang dan seterus nya ayah minta kamu makin dewasa ya nak, jadikan pelajaran kemaren sebagai penebus kesalahan kalian dan berusaha lah menjadi orang tua yang memberi comtoh yang baik untuk anak-anak kalian kelak".
"Makasih yah, ayah dodit sosok yang rustam hormati dan jadi panutan rustam terima kasih sudah mau menerima masa lalu dan kesalahan kami berdua yah, sekaligus memberi kesempatan rustam untuk menjadi lelaki yang lebih baihk lagi", ucap rustam terharu dan bahagia saat itu.
"Nak rustam, ayah dan ibu nggak bisa tinggal nemenin kamu nak, nanti kamu di temenin lia ya, ayah titip lia sama kamu, ayah dan ibu mau balik lagi ke pendopo hari ini", ucap pak dodit lalu ia menghampiri ku dan memberi selamat atas kelahiran putra kami.
.
.
.
Seminggu kemudian.....
Kodisi ku sudah mulai membaik dan sudah bisa berdiri dan berjalan, walau masih terasa nyeri di bekas jahitan ku yang mulai kering, agus semakin hari terlihat semakin sehat dan ia bayi lelaki yang kuat menyusu nya, entah kalo ASI ku dimasukin botol dot berapa ml yang ia konsumsi, tapi aku sangat senang melihat nya menyukai ASI ku, terjalin ikatan batin yang erat antara aku dan agua saat ia sedang menyusu, ku elus ubun-ubun kepala nya memberikan rasa nyaman untuk nya saat ia menghilangkan dahaga dan lapar nya.
"Nak, mama harap kamu jadi laki-laki sehebat papa mu, jadilah lelaki yang bisa membuat bahagia orang-orang di sekitar mu, mama doakan kamu jadi orang sukses esok nak", ucap ku seakan ingin mengajak ngomong agus yang masih mengenyot dan menyedot puting susu ku.
Suami ku datang bersama lia, setelah semalam ia menunggui ku bersama lia dan tadi jam 2 dinihari ia pulang nganterin lia ke rumah nya yang berada di muara enim.
Terlihat raut ceria pasangan muda tersebut saat memasuki ruangan rawat inap tempat ku dirawat sekarang.
"Ma, maaf papa baru datang sama bunda, tadi papa ketiduran di rumah bunda". Ucap rustam merasa bersalah pada ku.
Sementara lia seperti salah tingkah saat ia bertatap muka dengan ku, terlihat ia pun ikut merasa bersalah mengajak rustam nganterin diri nya sehingga ketiduran disana.
"Nggak apa-apa pa, papa nggak perlu minta maaf sama mama, apalagi mama sudah bisa berjalan pa", ucap ku meyakinkan kondisi ku baik-baik setelah operasi cesar seminggu yang lalu.
"Beneran ma, papa senang dengar nya, apa kata dokter ma? Apa sudah boleh pulang hari ini?", ucap rustam senang dan bahagia mendengar berita baik dari ku.
Aku mengangguk mengiyakan omongan ku barusan.
"Ma, kamu mau nggak nanti tinggal dulu bersama bunda lia di muara enim, biar ada yang nemenin mama, soalnya papa sedang banyak kerjaan tskut nya kalo mama di pendopo nanti malah mama sendirian papa nggak mau bikin ibu ratna jadi repot ma", ucap rustam.
"Iya pa, mama mau kok, bunda lia nggak keberatan kah?", ucap ku mengiyakan omongan rustan dan meminta ijin pada lia sebagai pemilik rumah.
"Bunda senang kok ma, jadi bunda ada teman juga selama sekolah, biar hunda dan mama bisa akrab, bunda pengen belajar banyak sama mama untuk menjadi istri papa nanti nya ma", ucap lia senang karena aku mau tinggal serumah dengan nya di muara enim ini.
"Papa bahagia punya 2 istri yang kompak seperti kalian, papa harap kalian berdua sama-sama mengenal pribadi masing-masing selama papa kerja, papa ingin kejar karir supaya nanti nya bisa menghidupi kalian dan anak-anak dengan sangat layak", ucap rustam tersenyum sumringah melihat aku dan lia akur.
"Amiiennn....", ucap ku dan lia hampir dalam waktu yang bersamaan.
"Ma, papa ke ruangan dokter dulu mau nanyain kondisi terakhir mu, mama ditemani dulu sama bunda lia ya", ucap rustam meminta ijin padacku untuk menanyakan kondisi ku pada dokter yang menangani dan bertanggung jawab pada kesehatan pasca operasi ku.
Rustam melangkah meninggalkan kamar vvip di rumah sakit tersebut lalu ia pergi menemui dokter yang menangani ku dari awal hingga sekarang.
.
.
.
Pov rustam
Aku saat ini sudah berada di depan ruangan dr. yustini harahap, DSog. Ku ketuk pintu itu sesaat dan setelah mendengar ada sahutan dari dalam yang meminta ku masuk lalu ku ketan handle pintu itu.
Ceklek.... Kriiieeettt....
Seorang dokter berwajah cantik sedang duduk memberi senyum nya dan mempersilahkan ku masuk dan duduk.
"Apa yang bisa saya bantu pak", kata dr.yustini ramah menanyakan keperluan ku menghadap nya.
"Gini dok, saya suami dari yatmi pasian kamar vvip nomer 3, pengen tau perkembangan istri dan anak kami setelah pasca operasi karena saya beberapa hari lalu belum sempat berkomunikasi langsung dengan dokter mengenai perkembangan kesehatan istri dan anak ku setelah melahirkan", ucap ku menjelaskan kedatangan ku menemui nya.
"Oiya, dengan bapak rustam anwar kah ini", tanya dokter tersebut balik.
"Betul dok, gimana dok perkembangan mereka", jawab ku penasaran.
"Alhamdulillah pak, perkembangan kesehwtan mereka berdua dalam progress yang sangat baik, istri anda sekarang sudah bisa berjalan tadi pagi saya melakukan pemeriksaan pada luka bekas operasi yang sudah kering walau masih ada terasa nyeri dan sakit di sekitar perut istri anda, tapi saya pastikan kondisi kesehatan ibu yatmi sudah diatas 90% kembali normal, cuma pesan saya nanti jangan dulu istri bapak kerja yang berat-berat yang justru akan membuat luka bekas operasi akan kembali terbuka dan itu sangat berbahaya jika sampai terjadi bisa berakibat infeksi dan gangguan kesehatan lain nya", ucap nya menjelaskan kondisi kesehatan yatmi yang ku daftarkan sebagai istri ku saat pertama kali masuk ke ruang (UGD) unit gawat darurat.
"Nah untuk kesehatan putra bapak dan ibu dapat saya asumsi kan bayi kalian sehat dan tumbuh sesuai dengan perkembangan bayi pada umum nya, hanya saja selama 6 bulan ini usahakan ibu yatmi lebih banyak mengkonsumsi nutrisi dan vitamin serta makanan yang bisa memperbanyak ASI karena bayi kalian terlihat sangat lahap dan lebih banyak membutuhkan ASI di banding anak seusia nya cuma itu masih dalam kategori wajar pak, jangan terlalu khawatir soal itu, nah untuk makanan, nutrisi dan vitamin yang bisa menghasilkan ASI yang banyak dan sehat seperti ini pak", ucap dr. yustini memperlihatkan kertas yang berisikan informasi mengenai makanan, vitamin dan nutrisi yang baik untuk dikonsumsi wanita menyusui, dan kertas ini bisa bapak bawa pulang biar nanti bisa bapak ikuti sesuai anjuran dari rumah sakit", ucap nya panjang lebar menjelaskan detil mengenai progres, dan apa yang akan di konsumsi yatmi biar memperbayak ASI nya.
"Ok dok saya faham, sekarang gimana kondisi istri saya apa hari ini sudah diperbolehkan pulang, karena masa cuti ku sudah habis dok, sekira nya fihak rumah sakit sudah bisa mengijinkan saya bermaksud mengajak pulang istri saya setelah menyelesaikan seluruh biaya administrasi rumah sakit ini", ucap ku menjelaskan keinginan yatmi untuk pulang ke rumah lia.
"Saya bisa menjamin istri dan anak bapak bisa kok pulang hari ini, silahkan bapak selesaikan dulu seluruh biaya selama di rumah sakit, akan saya keluarkan surat keterangan saya bahwa istri dan anak bapak sudah diperbolehkan pulang, tunggu sebentar pak", ucap dr. yustini menuliskan surat keterangan ijin pulang dari nya sebagai bukti nanti untuk mengurus biaya administrasi rumah sakit.
Setelah selesai mengurus administrasi dan melunasi pembayaran seluruh biaya rumah sakit yang mencapai 3 juta rupiah, akhinya aku mengajak yatmi beserta anak kami ke rumah lia di kompleks perumahan di kota muara enim, dari rumah sakit ke rumah lia hanya berjarak 2 km sehingga waktu tempuh perjalanan tidak begitu lama.
Teringat saat semalam aku dan lia sempat berhubungan badan melepas kangen, padahal aku sempat menolak keinginan nya tersebut, tapi karena aku tidak tega membuat nya sedih dan kecewa karena penolakan ku akhirnya kami melakukan hubungan suami istri tersebut tanpa kami rencanakan terlebih dahulu.
Tapi nanti saja aku bicarain ini dengan yatmi, setelah semua kebutuhan yatmi dan agus anak ku tercukupi selama tinggal di rumah lia, "ma, bunda lia sedang PKL di RSUD dr.Muh.Rabain Muara Enim, sekarang mama tunggu di sini sebentar papa mau beliin ranjang buat mama istirahat, 1 buah ranjang bayi buat agus, perlengkapan agus seperti popok, baju bayi, bedak bayi, minyak telon, minyak kayu putih dan semua perlengkapan untuk kebutuhan agus anak kita, mama istirahat saja dulu di kamar lia sama agus ya ma, papa pamit ya ma", ucap ku sambil mencium bibir nya, rasa kangen ku untuk mencumbui yatmi tetapi aku menahan hasrat ku untuk menggauli nya sebelum aku resmi meinkahi nya sesuai syariat agama yang ku anut.
"Pa, mama kangen sama kamu, kamu yang sabar dan kuat ya pa, kendalikan nafsu papa, mama ngerti papa butuh penyaluran nya tapi maaf pa, mama nggak ingin kita terus berbuat dosa setelah adanya agus, mama berharap papa segera ambil keputusan segeralah nikahi bunda lia dan mama pa", ucap yatmi bijaksana mengingatkan dosa yang sering kami lakukan.
"Iya ma, papa juga berpikiran sama seperti mama, apa papa minta ijin pada ayah dan ibu untuk mempercepat pernikahan papa sama bunda lia, kan bunda lia sudah 17 tahun, secara hukum dan agama sudah bisa papa nikahi, cuma masalah nya papa nggak ingin mama menjadi istri kedua papa", ucap ku berst untuk menjadikan nya istri kedua ku.
"Nggak masalah pa, itu cuma status papa saja di kantor, asalkan papa adil mama tidak keberatan kok walau jadi istri kedua papa". jawab nya yakin dan mantap tanpa keraguan sedimit pun.
"Ok ma, akakn papa usahakan secepatnya menikahi kalian berdua, tapi tolong ya ma, pernikahan poligami kita jangan sampai tercium oleh perusahaan, bisa di pecat nanti nya papa", ucap ku menjelaskan pada nya.
"Supaya kalian berdua tidak terendus perusahaan kalian berdua tinggal dulu sementara di rumah ini yan ma. Papa akan kejar karir papa deni membahagiakan kalian semua, istri-istri papa dan anak-anak kita kelak" ucap ku.
"Yaudah pa, papa pergi saja dulu beli semua yang papa sebutin tadi, nanti keburu sore loh pa, mama kuat kok kalo cuma memasak, tapi untuk sekarang seperti nya mama minta beliin bubur ayam dulu ya pa".
Akhirnya aku pergi ke pasar membeli semua yang aku butuhkan untuk mencukupi kebutuhan yatmi dan agus anak kami, kebetulan tabungan ku lebih dari cukup untuk membeli itu semua.
.
.
.
Semua yang ku beli sudah berada di rumah lia, 1 unit ranjang extra bed beserta kasur busa nya, 1 unix ranjang bayi untuk agus anak kami, perlengkapan bayi dan semua kebutuhan mereka selama tinggal di muara enim aku cukupi, dan tak lupa membelikan pesanan bubur ayam buat yatmi yang hanya itu yang di perbolehkan oleh rumah sakit untuk di konsumsi untuk beberapa bulan ini sampai jahitan nya sudah bisa dikatakan sembuh.
"Pa, mama bangga sama kamu pa, kamu bikin mama bahagia, mama sayang kamu pa", ucap nya saat ruang kamar nya sudah tersusun rapi semua kebutuhan nya selama tinggal di muara enim".
"Ma, mending rumah mama di pendopo mama jual dan uang nya di tabung saja untuk kebutuhan kita nanti, biar untuk kebutuhan mama dan bunda lia selama di sini biar papa yang mencukupi dari gaji papa kerja ma", ucap ku menyarankan menjual rumah nya.
"Iya pa, mama juga berpikir seperti itu, untuk kebutuhan rumah tangga sebaiknya papa rundingkan dulu sama bunda lia, kita rembukan bersama biar nggak ada sqlah faham nanti nya pa". Ucap yatmi.
"Hehehehe....", aku tertawa kecil mendengar usulan nya.
"Belum menikah kita ma, santai aja ma, kalo kebutuhan bunda lia untuk saat ini masih ayah dan ibu yang membiayai nya, tapi setelah menikah nanti papa akan mengambil alih peran ayah nya mencukupi kebutuhan hidup nya".
Jam 15.00 wib, lia pulang, terlihat senyum nya tulus menerima ku, yatmi dan anak kamk di rumah nya, bahkan ia langsung masuk kamar yatmi untuk menggendong agus yang bikin ia gemas.
"Bunda sayang, ganti dulu baju nya, mandi dan baru gendong agus, mulai sekarang kita mesti hidup sehat karena ada agus yang rentan dengan bakteri dan virus karena kondisi bayi masih rentan mengenai hal itu", ucap ku pelan meminta pengertian nya.
"Ok pa, bunda saking kangen nya sama agus jadi pengen gendong dia". Jawab lia beralasan.
"Bunda buruan mandi nya, ada yang ingin papa bicarain bertiga sama mama, ini menyangkut masa depan kita nanti nya", ucap ku tegas pada lia.
"Siap papa sayang, bunda mandi dulu kalo gitu". Sahut lia.
30 menit kemudian.....
Aku, lia, yatmi dan anak ku agus sudah berada di meja makan, memang rencana nya aku ingin ngobrolin masalah ini bertiga.
"Nah sekarang sudah kumpul ya, sengaja papa kumpulin kalian ada yang mau papa omongin dan bahas ke kalian", ucap ku memulai obrolan kami.
"Pertama, papa ingin secepatnya menikahi kalian berdua, walaupun bunda belum selesai sekolah kan masih sekolah asalkan kita jangan punya anak dulu sampai bunda selesaiin sokolah nya.
Kedua, papa ingin kalian berdua untuk sementara tinggal dulu di sini setelah papa menikahi kalian berdua, untuk menghindari tuduhan dan sangkaan dari perusahaan tempat papa bekerja, bahwa papa berpoligami kalo sampai ketahuan papa bisa dipecat.
Ketiga, untuk kebutuhan rumah tangga, kebutuhan dapur dan lain-lain papa titip sama mama, nah untuk keperluan agus dan sekolah bunda akan papa berikan langsung ke kalian berdua nanti kalian berdua ngomong saja ke papa berapa jumlah nya? Apa kalian setuju dengan ketiga point yang papa omongin barusan?", ucap ku menjelaskan semua apa yang ingin kusampaikan.
"Pa, boleh bunda ngomong", ucap lia menyahuti ucapan ku barusan.
"Silahkan bunda, ngomong aja kita cari solusi nya sama-sama sayang", ucap ku mempersilahkan lia ngomong.
"Jawaban pertama bunda tentu senang jika papa secepatnya menikahi bunda dan mama, iya pa, demi menghindari dosa besar lebih baik papa menikahi kami segera, dan bunda setuju akan hal itu karena kita bisa menunda dulu kehamilan bunda sampai bunda menyelesaikan sekolah bunda.
Kedua, kalo soal tempat tinggal, papa jangan khawatir, apa yang dipunyai bunda itu juga milik papa, rumah ini terbuka buat papa, mama dan agus pa, kalian bagian hidup lia kita satu keluarga jika nanti nya papa menikahi bunda dan mama.
Ketiga, untuk masalah keuangan rumah tangga sehari-hari bunda senang jika mama yang mengatur nya, bunda sangat yakin mama lebih tepat untuk itu, dan untuk masalah kebutuhan sekolah bunda saja papa mesti bayarin ya, nggak mungkin lagi bunda minta sama ayah dan ibu karena bunda sudah sepenuh nya menjadi tanggung jawab papa jika kita sudah menikah. Cuma itu tanggapan bunda inti nya apa yang disampaikan papa bunda semua nya setuju pa, jadi pengen besok papa nikahi bunda dan mama biar bunda juga ada teman di muara enim.
"Makasih bunda, sabar ya, papa urus dulu semua administrasi dan semua perlengkapan buat pernikahan kita, kalo lengkap baru kita adakan akad nikah maupun resepsi pernikahan nya".
"Kalo mama gimana, apa tanggapan mama mengenai masalah ini?", ucap ku bertanya pada yatmi tentang rencana ku mengenai ketiga point tersebut.
"Mama setuju pa, apapun itu mama akan ikut apa yang papa omongin, mama yakin papa akan adil sama kami berdua", ucap yatmi menjawab.
"Ok kalo begitu, papa senang nanti papa urus semua untuk pernikahan kita papa usahakan secepat nya ngomong sama ayah dan ibu mu bunda, dan untuk mama, kita akan menikah di kampung mama setelah 1 bulan pernikahan papa dengan bunda, kalian setuju kah?".
"Setuju pa", ucap lia dan yatmi kompak dengan memperlihatkan senyum kebahagian dari bibir mereka masing-masing.
"Ok, semoga rencana kita diberikana kelancaran dan kemudahan sama allah, amiin ya robbal alamin", ucap ku sambil menegadahkan kedua tangan ku berdoa pada-Nya.
"Amiiiieen....", sahut mereka kompak.
"Bunda, yuk temenin papa beli makanan buat makan malam kita nanti malam, untuk hari ini biar jangan dulu masak mama yatmi nya, ma, papa pergi dulu ya, assalamualaikum wr.wb", ucap ku lalu menggandeng tangan lia untuk membeli masakan buat makan malam kami bertiga.
"Waalaikum salam wr.wb, hati-hati pa, bun", ucap yatmi pada kami berdua.
"Iya ma", sahut lia singkat.
.
.
.
Pov Yatmi
10 Oktober 1999, akad nikah, resepsi pernihakan rustam dengan lia di salah satu gedung di pendopo......
Jam 9.00 wib, semua undangan telah memasuki ruangan, acara akad nikah pun di laksanakan sesaat lagi, semua sudah berkumpul di dekat sebuah meja kecil dimana saat itu rustam dan lia sudah duduk berdampingan dengan di berikan kerudung putih diatas kepala mereka berdua.
Pak dodit yang akan menjadi wali nikah lia sekaligus orang tua kandung nya dengan wajah sumringah telah berhadapan dengan kedua pengantin, sementara lia banyak menunduk dan sesekali ia melirik ke belakang melihat ku yang berada sambil menggendong agus di pelukan ku.
Petugas P3N dari desa talang ubi tempat alamat lia berada telah memulai dan memimpin acara akad nikah kemudian masuk ke acara ijab kabul antara pak Dodit dengan rustam.
"Rustam anwar bin paimin anwar kau ku nikahkan dengan anak ku amelia ratna wahyudi binti dodit wahyudi dengan mas kawin 2 suku mas di bayar TUNAI".
"Saya terima nikah nya dengan mas kawin tersebut TUNAI". Jawab rustam dengan cepat dan sempurna tanpa ada kata yang terlambat sedikit pun.
"Bagaimana para saksi", tanya petugas P3N tersebut bertanya kepada kedua saksi dari pernikahan rustam dan lia.
"SAH", jawab saksi dari lia yang ku tau itu kakak nya bu ratna bernama pak Gunawan Ahmad.
"SAH", jawab saksi dari rustam yang merupakan kakak kandung nya bernama dedi anwar yang mewakili pihak keluarga rustam.
Mereka berdua terlihat tersenyum bahagia duduk di pelaminan di dampingi oleh pak dodit dan bu ratna, pernikahan sederhana yang hanya dihadiri oleh keluarga, tetangga dan teman-teman lia dan rustam, aku pun melemparkan senyum bahagia ku pada rustam dan lia atas pernikahan merek berdua dan berdoa dalam hati semoga pernikahan kalian berdua langgeng, bahagia dan menjadi keluarga sakinah mawaddah dan warohmah.
"Dik yatmi", sapa wanita berhijab yang saat ini sedang menyapa ku dengan ramah dan tersenyum.
"Mbakyu watini, kapan mbakyu datang nya soalnya semalam yatmi kecapean ngurusin agus mbak", ucap ku sambil menggendong agus anak ku.
"Bisa mbakyu ngomong sebentar sama kamu dik, ini berkaitan juga sama mantan suami mu dan anak ku rustam", ucap mbakyu watini yang merupakan ibu kandung rustam dan juga kakak kandung mas tono hartono mantan suami ku.
Setelah kami menjauh dari keramaian dalam gedung resepsi itu aku dan mbakyu watini duduk sambil melepaskan rindu sebagai adik dan kakak ipar yang telah lama nggak ketemu.
"Maafin ya dik yatmi atas kesalahan tono, dan juga rustam, mbakyu tau itu anak kamau dan rustam kan, rustam selalu memberikan kabar pada mbakyu setiap bulan nya, dan apa yang rustam lakukan padamu salah tetapi mbakyu yakin ia memang mencintai mu dan akan bertanggung jawab menikahi mu setelah menikahi lia dik", ucap mbakyu watini pada ku.
"Jadi mbakyu sudah tau kalo agus ini anak kami berdua, maafin yatmi ya mbak sudah tidak memberikan kabar apapun di kampung", ucap ku balik menyesal karena tidak memberikan kabar apapun.
"Boleh mbakyu gendong cucu ku dik", pinta nya sopan saat itu.
"Ini mbakyu, namanya MUHAMMAD AGUSTIAWAN PUTRA, nama yang diberikan rustam", ucap ku sambil menyerahkan agus anak ku pada nenek nya, ibu kandung rustam.
"Bagus namanya, cakep anak kalian dik", ucap mbakyu watini setelah ia menggendong anak kami agus.
"Cah ganteng, jadilah kelak anak yang soleh, berbakti pada kedua orang tuamu, berguna bagi masyarakat, agama dan negara, maafin nenek baru bisa ngejenguk kamu cucuc ku", ucap nya pelan dan lirih dari kelopak mata nya seakan ingin berkaca-kaca melihat agus anak kami.
"Gimana kabar kangmas paimin mbak", ucap ku mengalihkan pembicaraan supaya mbakyu watini nggak sampai meneteskan air mata.
"Alhamdulillah sehat dik, beliau titip salam buat kamu", ucap mbakyu watini.
"Dik mulai sekarang kamu panggil ibu saja ya, kan sebentar lagi kalian akan menikah arti nya kamu akan menjadi menantu ku dik", ucap mbakyu watini.
"Iya ya....Kebiasaan serasa masih adik kakak kita mbak, eh bu maksud ku", ucap ku kaku untuk memanggil ibu pada calon ibu mertua ku.
"Yatmi, ibu ada rahasia yang mungkin akan membuat mu kaget, tapi sekali lagi ini masa lalu kalian berempat, sebenar nya tini itu mengandung anak nya rustam bukan anak nya tono dik", ucap nya dan terus menatap ku yang terlihat kaget dan terkejut.
"Kok bisa bu, darimana ibu tau semua itu?", tanya ku penasaran.
"1 bulan setelah mereka menikah, tono pulang kampung dan memperkenalkan tini sebagai istri baru nya dan mengatakan ia menikahi tini karena telah menghamili nya dan ia menceraikan mu mi", ucap ibu sambil ia menghela nafas dan mengatur nafas nya kembali untuk melanjutkan cerita nya.
Lanjutan nya dibawah.....