Bab 20
Mobil melaju di jalan, dan untuk sesaat, Jason pikir mobil itu akan lewat. Tapi ketika mencapai mereka, pengemudi menginjak rem dan berbalik cepat ke jalan masuk kabin, menggelincir diatas rumput.
Jantung Jason mulai berpacu keras di dadanya. Dia menatap ke kursi belakang untuk mencari amuletnya, tapi ia tak melihat sama sekali. Pasti terselip di bawah bantal.
Tiga pintu mobil terbuka dan tiga pria yang besar dan berwajah jelek keluar. Sopirnya, yang terbesar dari tiganya, berjalan ke arah Jason. Salah satu gigi depan sebelah atas tanggal.
"Apa yang kita punya di sini?" Tanyanya.
Berpikir cepat, Jason mengatakan, "Kami sedang berkendara bersama dan aku harus kencing. Baru saja selesai, dan sekarang kita sedang menuju keluar. Tapi terima kasih sudah berhenti untuk melihat apakah kita OK." Dia berdiri di depan Sam, mencoba untuk memblokir pandangan mereka dari kaki Sam yang masih terikat.
Pria itu menelitinya. "Kau mengemudi hanya pakai celana dan tanpa sepatu?"
Pikiran Jason bekerja. "Ya," dia tersenyum, "Pacarku dan aku berada di jalan sedikit...bermesraan, kau tahu kan, nyaris telanjang. Kita pikir kita melihat polisi datang, jadi kami buru-buru berpisah dengan cepat. Nggak punya waktu untuk berpakaian." Dia melihat mereka mencoba untuk melihat sekelilingnya, untuk melihat wajah Sam seperti apa.
"Dan lalu," Jason melanjutkan, "Tahu nggak? Pacarku mual dan muntah ke badannya sendiri dan bagian dalam mobilku. bau sekali di dalam, dan penampilannya nggak karuan."
Orang-orang itu mengambil langkah mundur, tidak lagi tertarik seperti apa penampilan Sam.
Gigi Tanggal mulai tertawa. "Kau mengalami malam yang benar-benar sial, nak. Gimana kalau kau masuk kembali ke mobil busukmu dengan pacar mesummu dan segera minggat keluar dari sini."
"Ya, Sir," kata Jason, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa leganya.
Dia berbalik untuk menutup pintu Sam ketika terdengarlah suara dari samping kabin. "Kau nggak akan kemana-mana Jason."
Jason berbalik dan melihat Gary keluar dari kegelapan, menggosok kepalanya dan mengedip-ngedipkan matanya.
"Gary?" Kata Gigi Tanggal, "Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
"Bocah ini hampir saja pergi membawa cewek kita," kata Gary.
Sam mulai menangis lagi.
"Maksudmu kita akan bercinta dengan cewek dengan muntahan di seluruh tubuhnya?" Ini berasal dari salah satu pria lain, seorang pria berambut panjang kurus berantakan seperti dia mengalami kesulitan naik di kelas tiga SD.
Gary tertawa. "Nggak, dia cewek seksi yang cantik. Benar-benar bagus. Jauh lebih bagus daripada seharusnya si pecundang ini pantas dapatkan."
Jason memelototinya.
"Aku nggak yakin di mana kau sembunyi di sana, menyerangku tak terduga seperti itu," kata Gary yang masih menggosok bagian belakang kepalanya, "tapi itu nggak akan terjadi lagi."
Sekali lagi, Jason tidak menanggapi.
"Tapi aku akan kasih tahu kau Jason. Sebab kita teman lama dan karena kau bersahabat baik dengan Danny, aku akan berlaku ringan padamu. Tinggalkan Botol Cola di sini, dan kau menyetir pergi, jadi kau masih punya gigi yang utuh dan nggak ada patah tulang."
Kau adalah pelindung, Jason. kau selalu begitu.
Jason mengambil langkah maju. "Kau nggak akan pernah menyentuhnya lagi."
Gary tertawa. "Oh ya, aku lihat aksimu hari ini pada Danny. Akhirnya kau malah berdarah hidungnya padahal ia nggak melawan" Dia tertawa lebih keras.
"Omong-omong Jason," ia melanjutkan, "kau tahu nggak? Tentang Becky? Bahwa cewek sialan itu terlalu tolol, jadi aku harus menjelaskan padanya bagaimana untuk menyingkirkanmu. Kencan kecilmu dengan dia adalah ideku. Dan itu berjalan dengan sempurna, melihat bagaimana caramu menyerang Danny. Tapi apa kau tahu apa bagian yang paling menyedihkan dari semuanya Jason?"
Dia menunggu Jason menjawab, tapi hanya menatapnya Jason, jadi dia melanjutkan.
"Bagian yang paling menyedihkan adalah, kau nggak dapat apapun dari perek itu. kau bersama dia di Brady Overlook, dan yang kau lakukan cuma ngobrol. Oh yah, dia bilang semuanya padaku" Gary tertawa. "Pecundang menyedihkan macam apa kau."
"Dan sekarang kita akan meniduri cewekmu," lanjutnya, "Dan karena kau nggak mau pergi, kita akan membuatmu menonton. Aku akan mengikatmu di kursi dan kau akan menonton kita memasukkan penis kita dalam si Botol Cola. Dan Carl sini," dia menunjuk pada si gigi tanggal, "Suka merasakan pantat ketat di sekitar penisnya, betul kan Carl? Apa kau pikir dia memiliki pantat ketat, Jason?"
Jason bisa merasakan kemarahannya meningkat. Dia mencoba menenangkan napasnya. Dia membiarkan pikirannya kembali ke hari dimana ia bertemu Malchediel. Dia berpikir tentang bagaimana dia bereaksi di sana waktu itu, tanpa berpikir, dan melakukan hal yang mustahil. Dia mengambil napas dalam-dalam. Sudah waktunya.
"Hei Gary," kata Jason dengan tenang, "Becky membagi rahasianya bukan denganmu saja."
"Ya?" Kata Gary tersenyum, "Apa dia bilang padamu aku mampir ke rumahnya setiap minggu untuk menidurinya?"
"Ya, dia menyebut itu, tapi dia juga bilang kau suka kalau dia mendorong vibratornya masuk kedalam pantatmu."
Gary ternganga. Tiga orang lainnya mencibir.
"Dia perek tukang bohong," kata Gary.
"Nggak, dia bilang padaku semuanya," lanjut Jason, "Itu warnanya pink dan dia bilang kau menjerit seperti gadis kecil ketika ia mendorongnya masuk dalam-dalam saat kau keluar."
Gigi Tanggal tertawa terbahak.
"Tutup mulut pembohongmu sialan," kata Gary, memelototi Jason.
"Dia cerita katanya kau bilang rasanya seperti surga." Dia mengeluarkan kata terakhirnya perlahan-lahan.
Rambut panjang dan orang ketiga bergabung ikut tertawa.
"Aku akan mematahkan leher sialanmu, keparat!" Teriak Gary, dan bergegas di Jason.
Jason menunggu, perasaan tenang datang padanya. Kemudian pada saat yang tepat, ia melangkah maju, berat badannya ditransfer dengan sempurna, dan tinjunya bertemu tepat ditengah wajah Gary. Gary berhenti, hidungnya muncrat darah, matanya berputar kebelakang kepalanya, dan ia roboh ke belakang seperti pohon tumbang, mendarat di tanah dengan bunyi gedebuk.
Itu semua terjadi begitu cepat hingga semua orang tertegun, bahkan Jason sendiri. Ia berharap Gary untuk bangkit kembali, tapi dia hanya berbaring di sana, tak bergerak.
Semua orang berdiri diam selama beberapa saat, menyaksikan Gary terbaring di sana, dan kemudian Gigi Tanggal melangkah maju. Dia meraih ke sabuknya dan mengeluarkan sesuatu. Jason melihat pisau berkilau dalam cahaya yang redup.
"Bocah," katanya, "Aku datang kemari malam ini untuk mendapatkan cewek, dan kau merobohkan si homo ini nggak akan menghentikanku."
Jason berdiri tegak. "Tak ada satupun dari kalian yang akan menyentuhnya."
Si Gigi Tanggal terkekeh. "Kita lihat saja." Dia mengambil langkah menuju kearah Jason.
Lampu mobil tiba-tiba muncul entah dari mana, sebuah mobil meluncur melalui kerikil. Saat mencapai tempat mereka, roda terkunci dan mobil tergelincir berhenti, melemparkan debu ke udara. Pintu terbuka dan Danny melangkah keluar.
"Dan siapa lagi yang datang ke sini?" Tanya Gigi Tanggal, mengayunkan pisau ke arah Danny. Danny menyerangnya sebelum ia bisa bereaksi, yang mempersempit jarak dengan gerakan atletik yang melebihi apapun yang pernah dia lakukan di lapangan football. Tinjunya menghajar ke dalam mulut pria itu, dan si Gigi Tanggal giginya hilang satu lagi, ambruk dan teronggok di tanah. Rambut panjang dan pria satunya berdiri di sana shock, dan Danny meraih pria pertama pada kemejanya, berputar, dan melemparkan tubuhnya ke batang pohon, kepalanya membuat suara dung, membentur batang kayu yang berongga. Tanpa menghentikan geraknya, Danny meraih bagian belakang kepala orang ketiga, dan menariknya ke bawah, disaat bersamaan lututnya menyambut wajah pria itu. Dia roboh dengan erangan.
Itu berlangsung hanya dalam sekejap. Danny berdiri diantara tiga pria itu, nyaris tanpa terengah-engah, disaat Donna melangkah keluar dari dalam mobil. Mereka bisa melihat kilatan cahaya merah dan biru mendekat menandakan itu adalah lampu polisi yang berasal dari seberang danau.
***
Sam dan Jason duduk di tangga kabin dengan selimut melilit mereka. Lengan Sam berada dilehernya, memeluk ketat dirinya pada tubuh Jason, ia telah melakukan itu saat kakinya tak terikat lagi. Lengan Jason berada di belakang punggungnya, mendekap Sam di kehangatan tubuhnya. Sam diam, dan setelah beberapa kali gagal untuk mengajak bicara dengannya, Jason menerima dan memeluknya dalam keheningan. Donna duduk di samping mereka mengenakan selimut sendiri.
Ketika kru EMT telah tiba, mereka datang menuju ke arah Sam dan memintanya untuk datang ke van mereka sehingga mereka bisa memberikan pemeriksaan medis. Dia menolak untuk meninggalkan Jason, sehingga mereka memeriksa sebaik yang mereka bisa di tangga, dan menemukan tak ada yang salah.
Gary dan tiga lainnya sudah dibawa pergi, dan Danny sedang diwawancarai oleh polisi, termasuk petugas Lobeaux, yang tampaknya sangat peduli tentang dia. Mereka akhirnya selesai, dan Danny berjalan menuju ke teras.
"Ada apa, Butthead?" Katanya kepada Jason.
Jason tersenyum lemah.
"Donna menceritakan semuanya," kata Danny, mencegah kata-kata berikutnya yang akan Jason ucapkan, "Kita bisa membicarakan itu lain waktu, tapi untuk sekarang, untuk malam ini, ayo kita lupakan saja peristiwa siang tadi, anggap nggak pernah terjadi." Dia duduk di samping Donna dan dia membuka selimut untuk menyambut Danny masuk.
"Terima kasih," kata Jason, "kepalaku sakit memikirkannya. Dan terima kasih sudah muncul malam ini. Menyelamatkan kita berdua."
"Dude," kata Danny, "Kau sudah melakukan hal yang tepat di mana kau menginginkannya. Kau merobohkan Gary begitu saja. Hanya soal waktu sebelum kau menyelesaikan sisanya."
Jason tersenyum. "Pastikan kau mengulang cerita yang sama di sekolah besok."
Danny tertawa.
"Terima kasih juga Donna," kata Jason.
"Untuk apa?" Jawabnya.
"Untuk membuka mataku dan menunjukkan padaku kebenaran. Untuk menjadi pemanduku dan menerangi jalanku,"
Donna menatapnya. "Apa salah satu dari idiot itu memukul kepalamu?"
Jason tertawa. Dia menyukai Donna yang tangguh.
"Danny?" Itu suara Sam.
Danny bangkit dan pergi kearahnya, berlutut untuk mendekati.
"Hi Sam," katanya lembut, "Apa kau ok?"
"Terima kasih Danny." Itu adalah bisikan samar.
"Sama-sama Sam."
Sam tidak berkata-kata lagi sehingga ia mulai bangkit kembali, tapi tangan Sam terjulur dan menyambar bagian depan kemejanya. Dia menariknya ke dia dan mencium lembut pipi.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Jason melihat wajah temannya memerah.
***
Keesokan harinya, Jason merasa seperti binatang yang terkurung. Meskipun ia sudah melakukan tindakan heroik, orang tuanya tetap tidak mencabut hukumannya. Di sisi lain, mereka tidak memperpanjang lagi hukuman untuk memakai mobil mereka.
Orang tuanya pasti mendapat tumpangan ke kabin ini bareng Mr. Scotts dan istrinya, dan setelah polisi menjelaskan apa yang sudah terjadi, ibunya datang dan memeluk dia dan ayahnya menjabat tangannya. Sam masih memeluk Jason sepanjang waktu, suatu fakta yang membuat Mrs. Scott tidak terlalu senang. Pandangan yang dia berikan pada Jason menyatakan bahwa dia pikir itu adalah kesalahan dirinya sehingga putrinya terlibat dalam kekacauan ini. Dan Jason benar-benar tidak bisa tidak setuju tentang urusan itu.
Mr. Scott jauh lebih ramah, dan memberinya pelukan. Dia juga yang jadi penentu dalam memungkinkan Jason untuk pulang ke rumah di mobil mereka sehingga ia bisa tetap bersama Sam. Ketika mereka kembali ke rumah, Sam akhirnya membiarkan dirinya lepas darinya, dan Jason menyaksikan dia menghilang ke dalam rumah dalam pelukan ibunya. Dalam perjalanan kembali ke rumahnya, ia berhenti untuk mencari di jok belakang mobilnya, dan menemukan amulet di lantai di bawah karpet.
Ketika ia bangun dan turun ke lantai bawah keesokan paginya, ibunya menyatakan satu-satunya pengecualian pada hukumannya adalah mengunjungi Sam. Sekitar tengah hari, ia pergi ke rumah Sam, tapi Mrs. Scott menjawab di pintu dan mengatakan padanya bahwa Sam masih di tempat tidur sepanjang hari, dan memerlukan istirahat. Jason tahu dia ingin mengatakan lebih padanya, tapi dia menahan lidahnya.
Sekarang dia sedang berbaring di tempat tidurnya, memutar-mutar amulet di antara jari-jarinya, menimbang-nimbang apakah ia harus menggunakannya untuk mengunjungi Sam. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk tidak melakukannya, mengingat cara Sam memeluknya. Ibunya benar, dia memang perlu istirahat.
Dia tidur siang memegang amulet, berharap untuk bertemu Ambriel lagi dan mengucapkan berterima kasih, tapi itu tidak terjadi.
Dia menghabiskan sisa malam menonton acara TV yang membosankan. Robin mampir untuk mengunjungi Jenny, tapi Jason bisa mengatakan dia hanya ingin mendapatkan beberapa info segar langsung dari sumbernya tentang peristiwa di kabin itu. Dan karena Jason masih jengkel padanya karena menyebarkan rahasianya, ia mengabaikan pertanyaan itu dan pergi ke kamarnya.