Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Prolog

Jika kalian menerabas hutan di perbukitan sumatra, kalian akan mendapati sebuah lembah dengan desa di tengahnya. Desa itu dinamakan Desa Permai. Desa itu terlihat sangat indah dengan petak-petak perkebunan milik warga dan pohon-pohon besar yang memberi kesan teduh ditambah beberapa anak sungai jernih yang melintasi Desa. Semua keasrian itu cukup terjaga karena desa itu terisolasi ditengah hutan dan berjarak sekitar 10 kilometer dari kota kecamatan. Meski begitu desa itu cukup beruntung karena ada beberapa penduduk kaya yang membuat jalan-jalan dan bahkan memasang instalasi listrik dengan kincir air yang dipasang di sungai yang membelah desa.

Meski berada di tempat yang terpencil, desa itu terbilang modern dibanding desa sekitarnya. Rumah-rumah di desa ini sebagian besar sudah permanen. Jalannya juga sudah semi permanen alih-alih sekedar jalan setapak. Di pinggir jalan juga ada parit untuk saluran air dan beberapa lampu jalan. Sebagian besar rumah sudah dipasang aliran listrik meski jaringan ponsel cukup terganggu. Tapi itu tidak masalah karena penduduk desa ini lebih suka menghabiskan waktu dengan tetangga daripada duduk memainkan perangkat elektronik. Desa ini masih kukuh mempertahankan nilai-nilai tradisional meski mulai tersentuh modernitas.

Sebagian besar penduduk bekerja menjadi petani dengan menggarap petak-petak sawah, sayuran, atau perkebunan. Sebagian lagi bekerja menjadi pengrajin seperti ayaman dan tenun. Sebagian lagi menjadi buruh di pabrik pengolahan getah atau penggilingan. Sisanya membuka warung, menjadi guru, dan profesi lainnya. Semua penduduk desa hidup dengan tentram dan damai. Jarang terjadi konflik antar sesama karena ikatan kekeluargaan yang terjalin sangat erat. Semua hidup rukun dan saling tolong menolong. Namun ada hal yang membuat desa ini begitu istimewa. Itu adalah sistem perbudakan







Pagi yang cerah menyapa Desa Permai. Sebuah desa yang terletak di tengah lembah di barisan perbukitan Sumatera. Terlihat beberapa penduduk yang mulai bangun untuk mencari nafkah di tempat kerja mereka. Terlihat para petani yang beranjak kesawah, beberapa orang yang membawa barang dagangannya, buruh yang berangkat ke tempat kerja, juga terlihat anak-anak yang berangkat sekolah dengan seragam rapi.

Namun kalian akan langsung terkejut melihat banyak perempuan yang berjalan dengan setengah telanjang atau bahkan telanjang bulat. Kalian bisa melihat pantat semok yang berlenggak-lenggok, memek berbagai rupa, juga toked yang bergoyang pelan dari puluhan perempuan tadi yang berjalan dengan tenang di desa ini. Terlihat beberapa lelaki bersuit-suit ria ketika perempuan itu lewat. Para perempuan bugil itu akan membalasnya dengan senyum manisnya.

"Eh, Bu Fitri, mau ngajar, Bu ?"sapa seorang bapak-bapak dengan usia 40 tahunan menyapa seorang wanita cantik yang berpapasan dengannya. Wanita yang dipanggil Fitri punya tubuh bagus dengan kulit kuning langsat. Wajahnya manis dengan hidung mancung dan mata lentik. Namun yang menarik perhatian adalah tubuh seksinya dengan toked yang montok, memek yang dicukur bersih, dan pantat yang besar. Semua itu terekspos jelas karena Fitri hanya mengenakan jilbab ringkas berwarna putih yang disampirkan ke belakang dan juga sepatu kets berwarna hitam dengan kaus kaki putih sebetis sehingga siapapun bisa melihat tubuhnya yang menggairahkan.

"Iya nih pak. Sebentar lagi bel masuk,"jawab Fitri dengan senyum manisnya tanpa merasa risih kalau tubuh telanjangnya sedang di nikmati.

"Tolongin bapak sebentar ya, bapak lagi kebelet nih."ujar bapak-bapak itu dengan muka mesum.

"Ah, bapak, Fitri sebentar lagi harus ngajar nih."

"Sebentar aja. Bapak udah gak tahan."

"Ya sudah. Tapi kencing saja ya pak."Fitri akhirnya mengangguk dan berlutut di depan bapak-bapak tadi. Dia meletakan tas berisi tumpukan buku ajar di sampingnya dan mulai membuka celana beserta sempaknya dengan lembut sehingga terpampanglah sebuah kontol hitam yang langsung menegang.

"Ih bapak, kontolnya udah ngaceng aja."

"Gimana gak ngaceng kalo liat tubuh montokmu."

"Bapak bisa aja, sini kontolnya." Fitri mengarahkan kontol itu tepat di depan wajahnya kemudian membuka mulutnya lebar-lebar.

Bapak tadi menyeringai dan sekejap, syurrr ! air seni berwarna kuning pucat itu meluncur deras kearah wajah Fitri. Dengan sigap Fitri meminum semua air kencing itu tanpa perasaan jijik sedikitpun. Bahkan Fitri dengan rakusnya menjilati kontol bapak tadi untuk mendapat sisa kencingnya.

"Gimana, enak kan kencing bapak ?"

"Emm, emang enak banget kencing bapak."Fitri tersenyum manis kemudian berlutut dan mencium kaki bapak tadi."Terima kasih telah memberikan budak ini minum."

"Hemm, ya sudah, Sana berangkat sekolah. Kasian anak-anak nanti malah gak belajar karena kamu keasyikan ngelayani kontol bapak.”"Pria tadi segera membenahi celananya dan meninggalkan Fitri yang juga bangkit dan melanjutkan perjalanannya seolah tak terjadi apa-apa.




Kalian yang berasal dari luar desa mungkin akan merasa aneh dengan kejadian tadi. Bagaimana mungkin seorang wanita cantik mau meminum kencing dari seorang pria dekil dan bahkan meminumnya dengan sangat nikmat. Tapi itulah desaku. Di sini kalian bisa melihat hal lain yang lebih aneh daripada hal tersebut.

Sebetulnya desa ini dulunya adalah desa yang cukup religius dan bisa dilihat dari para wanitanya yang menutup rapat auratnya dan pengajian yang sering dilaksanakan setiap pekannya. Namun itu semua berubah setelah musyawarah desa mengesahkan undang-undang budak.

Undang-Undang Budak adalah sekumpulan aturan yang disusun untuk mengatur kehidupan para budak di Desa Permai. Kalian mungkin mengira kami kejam karena melakukan perbudakan. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah, semua budak di sini senang diperlakukan demikian. Para budak melakukannya karena keinginannya sendiri entah untuk mengabdi pada masyarakat, mendapatkan uang, atau alasan lainnya. Dan mereka memang menjadi budak karena keinginannya sendiri dan tidak boleh atas dasar paksaan. Sejatinya aturan ini ada untuk melindungi hak-hak mereka untuk berekspresi.

Cerita ini adalah bagaimana aku membuat ini semua. Mulai dari membuat keluargaku tunduk menjadi budakku sampai aku membuat seluruh desa menerima aturan perbudakan ini.



Impian Memperbudak Keluargaku


Perkenalkan namaku adalah Haris. Usiaku sekarang menginjak 21 tahun dan seperti sebagian besar penduduk di desa ini, aku hanya sebatas lulus SMP kemudian melanjutkan karir sebagai pekebun. Aku mengurus sepetak lahan di pinggir sungai yang kutanami jagung untuk membantu perekonomian keluarga. Oh ya, Aku punya perawakan biasa dengan kulit gelap terkena sinar matahari. Kerjaku setiap hari hanyalah pergi ke kebun setiap pagi dan sesekali mencari ikan. Aku tinggal di rumah sederhana bersama ibu dan kedua saudariku. Seorang kakak bernama Syifa dan adik bernama Intan.

Ayahku sudah meninggal sejak aku berusia 10 tahun. Sejak saat itu ibu bekerja membuat kue dan sesekali membuat ikan asap untuk memenuhi kehidupan kami. Oh ya, ibuku yang bernama Nur adalah seorang wanita yang cukup menarik meski umurnya sudah menginjak lebih dari 40 tahun. Tubuhnya agak gempal dengan wajah bundar dan mata besar. Ibuku punya ukuran dada dan pantat yang besar. Meski punya tubuh yang semlohai, ibuku menutupnya dengan gamis lebar dan jilbab syar'i ketika keluar rumah dan pakaian longgar ketika berkebun. Bahkan meski di rumah ibu tetap memakai gamis longgarnya. Memang, di desa kami pakaian para perempuannya kebanyakan gamis dan jilbab lebar.

Ibu adalah seorang muslimah yang bisa dibilang cukup taat. Selain karena pakaiannya yang cukup tertutup, ibu juga rutin mengikuti pengajian yang diselenggarakan di desa. Ibu juga terkenal sebagai pribadi yang ramah di kalangan tetangga dan terbilang cukup taat meski tidak terlalu sering berbicara dengan penduduk desa.

Aku mengenal ibu sebagai pribadi yang pekerja keras. Semenjak ditinggal suaminya 10 tahun lalu, ibu menjelma menjadi sosok tangguh untuk menggantikan posisi ayah di keluarga. Ibu harus bekerja keras menafkahi 3 anaknya dengan pekerjaannya. Namun hal itu menjadi masalah karena perhatian ibu pada kami menjadi berkurang.

Ibu seringkali sibuk dengan pekerjaannya dan sering mengabaikan anak-anaknya. Ibu bahkan seringkali tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Hal itu membuat kami harus mandiri untuk memenuhi kebutuhan kami sendiri. Karena kesibukannya juga ibu jadi jarang berbicara dengan kami kecuali ketika memberi perintah.

"Ris, gasnya sudah kamu beli ?"tanya ibuku tiba-tiba membuyarkan lamuanku. Aku yang sedang duduk santai di beranda agak tersentak dan segera menengok ke arah ibu.

"Sudah kok."

"Sudah dipasang ?"

"Sudah,"jawabku pendek. Buat yang kalian belum tahu, meskipun desa kami terletak di tengah hutan, tapi ada satu jalan yang dibuat penduduk yang menghubungkan desa ini ke kota kecamatan. Dari sanalah semua kebutuhan seperti sembako, gas, dan perabotan rumah tangga kami terpenuhi.

"Ya sudah, ibu mau pengajian dulu. Nanti kamu bilangin si Intan buat setrika bajunya."Ibu tanpa berlama-lama lagi segera beranjak memakai sendalnya dan berjalan ke jalanan desa. Aku menatap penuh nafsu ke arah ibu yang berjalan pelan dengan gamis dan jilbab hijau. Meski tertutup rapat oleh bajunya, aku masih bisa melihat sedikit liukan tubuh ibu yang membangkitkan nafsuku.

"Ah, ibu. Entah sampai kapan aku bisa ngentot denganmu."ujarku dalam hati sambil membayangkan tubuh telanjang ibu.

Entah kenapa, meskipun ibu berpenampilan tertutup dan terkesan alim, aku tetap membayangkannya setiap aku coli. Aku merasa pakaian dan sikap ibu yang cenderung tertutup bahkan kepada anak-anaknya membangkitkan hasrat tersendiri di dalam diriku.

Aku sendiri sudah mengenal dunia porno sejak aku memasuki bangku SMP. Saat itu aku sedang ikut teman-temanku ke pasar kecamatan. Di sanalah aku melihat majalah porno bekas diantara lapak penjual majalah bekas. Di sana aku melihat kumpulan gambar wanita yang berpose nakal dan memperlihatkan bagian tubuhnya yang menggoda. Sejak saat itu sering sekali berburu majalah porno bekas yang dijual secara bebas. Seiring waktu, aku semakin mengenal banyak soal porno karena sering diajak temanku untuk menonton video porno.

Aku mulai tertarik dengan ibuku ketika teman-temanku mengajakku menonton video porno soal incest dan jilbab. Ketika menonton awalnya aku merasa jijik melihat video dimana seorang ibu di perkosa ramai-ramai oleh anak-anaknya. Namun semakin lama aku merasa sensasi aneh ketika melihat tubuh ibuku. Hal itu semakin diperkuat ketika temanku mengajakku menonton video porno dimana seorang wanita dengan jilbab lebar sedang disetubuhi dengan seorang pria besar bertato. Dari sana aku memiliki hasrat besar pada perempuan berjilbab karena pakaiaan tertutup mereka membuat rasa penasaran akan apa yang ada di baliknya.

Awalnya aku hanya berfantasi dengan tubuh montok ibu ketika aku coli. Semakin lama, aku semakin berani dengan diam-diam mengambil daleman milik ibu dan menggunakannya sebagai bahan coli dengan menciuminya. Hingga puncaknya, hasratku meninggi ketika suatu hari pintu kamar mandi rusak sehingga tidak bisa ditutup rapat. Di sanalah aku sempat mengintip tubuh belakang ibu yang tidak tertutup apa-apa. Sejak saat itu, aku semakin sering coli dengan membayangkan tubuh montok ibu.







Matahari mulai tumbang di ufuk barat ketika aku mendengar salam dari pintu. Belum selesai aku menjawab, sosok adikku Intan sudah ada di ruang tengah dengan masih menggunakan baju putih SMA nya dengan jilbab putih ringkas dan rok abu-abu panjang. Adikku saat ini berada di kelas 3 dengan usia 19 tahun. Memang di desa kami soal pendidikan agak telat. Anak barau masuk sekolah setelah berusia 7 atau 8 tahun. Apalagi SMA baru dibuka 3 tahun lalu dan menjadikan Intan sebagai angkatan pertama. Jadi jangan heran jika di SMA desa ini muridnya terbilang tua.

Ketika aku berbalik dan melihatnya, tubuhku terdiam. Mataku melotot melihat adikku yang berkeringat banyak sehingga membuat bajunya transparan dan menampakkan bhnya yang berwarna merah. Adikku memiliku tubuh yang kecil namun memiliki dada yang cukup besar jika dibandingkan teman seusianya. Melihat tubuh adikku yang berkeringat membuat libidoku meningkat sementara adikku yang sedang duduk sejenak sepertinya tidak memperhatikan tatapanku yang seperti melahapnya.

"Eh abang, nganggur aja ?"tanya adikku mengejutkanku dari lamuanku.

"Eh...kenapa ?"jawabku tergagap.

"Makanya jangan bengong aja dong."Adikku tersenyum nakal dan membuat wajahnya semakin cantik

"Kamu disuruh ibu tuh buat nyetrika."Kataku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ibu kemana ?"

"Lagi pengajian."jawabku malas.

"Terus kak Syifa ?"

"Lagi main ke tempat temennya."

"Oh begitu ya. Ya sudah, aku nyetrika dulu ya."Adikku dengan senyum manisnya pergi ke kamar. Aku menelan ludah ketika melihat tubuh adikku dari belakang yang bergoyang pelan seiring dengan langkahnya. Meski memiliki tubuh yang terbilang mungil, adikku memiliki daya tarik sendiri. Selain karena tokednya yang cukup besar meski tidak sebesar toked ibu yang seperti pepaya, adikku punya kulit putih bersih dengan wajah cantik yang dihiasi hidung mancung dan bibir merah merona.

Fantasi pada adikku memang jauh lebih menggebu karena berbeda dengan ibu dan kakakku, adikku bisa dibilang cukup terbuka. Dia biasanya hanya mengenakan kaus lengan pendek dan celana ketat sehingga tubuhnya yang indah bisa kunimati diam-diam.

Aku bahkan sering mengintip adikku yang tidur karena saat itu dia hanya mengenakan kaus pendek tanpa bawahan sehingga aku bisa melihat celana dalamnya yang biasanya berwarna cerah atau bermotif sehingga menambah nafsuku. Apalagi adikku punya wajah yang manis dan sikap yang centil dan mudah bergaul.

Semakin lama melamun, aku semakin mengantuk apalagi dengan suasana sore yang sejuk. Tanpa terasa aku jatuh tertidur di ruang tamu.



"Bangun !"ujar suara itu mengejutkanku apalagi suara itu datang dengan segelas air yang menerpa wajahku. Segera saja kesadaranku datang dan melihat kakakku, Syifa berdiri dengan muka marah.

"Kamu ini ! Sore-sore ini bukannya bantu-bantu malah tidur ! Mau jadi apa hah !"bentak Kak Syifa kasar.

"Maaf kak."Aku hanya bisa menunduk menyesal. Kak Syifa memang sangat galak padaku terutama jika aku lalai melaksanakan tugas. Dia berusia 23 tahun dan hanya selisih 2 tahun dariku. Meski begitu dia punya tinggi yang sedikit lebih tinggi dariku dengan tubuh langsing dan pantat yang besar meski tidak sebesar ibu. Wajahnya cantik dengan gurat tegas karena kerja keras setiap hari. Hal itulah yang membuatnya disegani banyak orang.

"Maaf maaf. Kamu kira ini udah berapa kalinya kamu malas-malasan di sini !"Kak Syifa semakin marah. Aku hanya bisa menunduk tanpa berani melihat matanya. Sejak dulu aku memang selalu takut pada kakakku. Dia sering memarahi bahkan memukuliku. Sepertinya hal itu terbawa hingga aku dewasa sehingga aku tak sanggup menentangnya.

"Dasar ! Jadi laki-laki malah pemalas !"ujar Kak Syifa ketus sambil berlalu. Aku hanya diam saja melihat kakak yang melangkah masuk. Sekilas aku bisa melihat pantatnya yang semok bergoyang pelan dengan menggoda.

"Dasar tukang marah. Awas saja, aku pasti bakalan buat kakak tunduk padaku."ujarku dalam hati.



Malam itu aku tidak bisa tidur di kamarku. Pikiranku dipenuhi dengan fantasi liar tubuh Ibu, Kak Syifa dan Intan yang menggoda. Ah, andai saja aku bisa menikmati tubuh mereka atau bahkan menguasai tubuh mereka.

Di luar sana hujan semakin deras mengguyur desa diikuti oleh gelegar petir yang semakin menggila. Pikiranku terus dipenuhi dengan pikiran kotor tanpa mempedulikan hujan di luar. Sejak mengenal porno, perlahan mulai timbul dalam diriku hasrat fantasi untuk menundukkan dan menikmati tubuh keluargaku. Entah bagaimana aku bisa melakukannya.

CTARRR! Selarik petir dengan telak menyambar bumi hingga membuat getaran kuat. Aku seketika terbangun karena petir itu serasa menyambar di dekatku. Ketika aku menoleh ke meja di kamarku, aku melihat selarik kertas yang sebelumnya tidak ada di sana.

Kalau ingin semua keinginanmu terwujud, datanglah ke gua di lubuk sungai dengan 2 pohon besar yang tumbang. Aku akan membantumu mewujudkan hasratmu untuk menundukkan keluargamu.

Tuk Siamang




Kemunculan Tuk Siamang

Suasana di gua yang aku tuju sangat seram. Cahaya purnama bersinar terang tanpa awan membuat suasana agak terang. Lingkungan sekitarku terasa sunyi dan hanya terdengar suara jangkrik di kejauhan. Gua yang sekarang kutuju terletak di tebing cadas di dekat sebuah sungai yang beraliran tenang dengan 2 buah pohon besar yang tenggelam sebagian di salah satu alirannya. Gua itu punya mulut yang agak besar dan anehnya tidak terdengar suara kepak kelelawar yang biasanya ada pada setiap gua.

Gua itu sendiri terletak di perbatasan desa kami dengan hutan belantara. Untuk sampai ke sana aku harus melewati kebun karet terluar dari desa lalu menerabas semak belukar ratusan meter yang membatasi kebun karet itu dengan aliran sungai. Dengan sebilah parang dan pencahayaan dari purnama, aku mati-matian membuat jalan melewati semak belukar itu karena memang hampir tak pernah ada yang melewatinya. Sejak kecil kami diperingatkan untuk jangan sekali-kali mendekati aliran sungai itu apalagi sampai ke gua di tebing itu. Karena konon katanya aliran sungai itu ditinggali beberapa buaya raksasa sementara tebing itu adalah sarang harimau. Namun demi menemui Tuk Siamang, aku memutuskan untuk bertaruh nyawa masuk ke bagian yang katanya paling berbahaya di desaku.

Setelah perjalanan yang memelahkan, akhirnya aku sampai di mulut gua. Sejenak aku sempat bimbang begitu berdiri di depan pintu gua. Bukan karena ada harimau di dalamnya karena aku yakin itu cuma karangan orang-orang tua supaya anak-anak tidak bermain di sana. Aku lebih takut karena di sanalah sosok legenda kampung, Tuk Siamang tinggal. Aku tahu soal sosok Tuk Siamang yang sering diceritakan para penduduk pada anak-anaknya untuk menakut-nakuti mereka agar tidak bandel. Sosok itu dikenal sangat sakti dan kejam. Sebenarnya aku juga tidak terlalu percaya tapi setelah melihat sendiri Tuk mengirim pesan, aku mulai yakin akan kesaktiannya.

Nama Tuk Siamang sendiri diambil dari panggilan datuk yang merupakan bentuk penghormatan pada tetua yang biasanya punya ilmu yang tinggi. Siamang sendiri diambil dari kera besar di belantara sumatra. Biasanya, orang yang mendalami ilmu tertentu menggunakan nama binatang yang merupakan representasi dari ilmu yang dipelajarinya. Banyak yang percaya kalau Tuk Siamang punya kesaktian untuk menundukkan orang dan mengendalikannya. Banyak juga yang percaya kalau Tuk Siamang bisa berubah menjadi kera raksasa. Dari sanalah gelar Tuk Siamang diambil. Sementara nama aslinya tidak ada yang tahu.

Kisah dari Tuk Siamang sendiri selain dari kengerian dan kesaktiannya, merupakan bagian tak terpisahkan dari legenda terbentuknya desa kami. Penduduk percaya kalau Tuk Siamanglah yang membangun desa ini bersama dengan Tuk Helang

Dulu diceritakan, ada 2 orang sakti yang mengusai wilayah ini yaitu Tuk Siamang dan Tuk Helang. Mereka adalah pemimpin dari 2 kelompok yang merajai belantara bukit barisan. Tuk Siamang terkenal sebagai bandit terkenal yang sering merampok desa-desa. Sementara Tuk Helang adalah seorang pemimpin dari kelompok adat yang bertugas untuk melindungi kehidupan desa-desa adat yang ada. Mereka berdua sering berebut wilayah kekuasaan karena Tuk Siamang mengklaim kalau kelompoknya lebih berhak karena merupakan turunan dari suku melayu primitif sebelum kedatangan bangsa luar sementara Tuk Helang mengelak dan mengatakan kalau kelompok Tuk Siamang yang tak berperadaban dan hanya bisa bisa merampok tak berhak untuk memimpin.

Mereka bermusuhan dari generasi ke generasi. Hingga akhirnya meletuslah agresi militer belanda. Belanda mengirimkan banyak serdadu bersenjata lengkap untuk masuk ke sumatra. Hal ini mulai mengusik kelompok Tuk Siamang dan Tuk Helang karena tentara belanda juga menyerang penduduk mereka. Namun apa daya, meski punya kesaktian yang tinggi, belanda yang jumlahnya lebih banyak dan bersenjata lengkap tetap berhasil membunuhi penduduk mereka.

Hingga akhirnya beberapa pejuang kemerdakaan datang dan meminta bantuan pada Tuk Siamang dan Tuk Helang. Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk bekerja sama demi mengalahkan belanda. Akhirnya kedua kelompok itu bersatu dan dengan dibantu para pejuang kemerdakaan, mereka berhasil menghalau gerak belanda. Sebagai rasa terima kasih, Tuk Siamang dan Tuk Helang diberikan tanah yang cukup luas untuk dijadikan pemukiman.

Untuk sementara kedua kelompok itu dapat hidup rukun. Mereka mendirikan pemukiman dan bahkan melakukan pernikahan silang. Kedua kelompok itu mulai melupakan sejarah bahwa mereka dahulu adalah musuh. Dengan kepemimpinan dari Tuk Siamang dan Tuk Helang, desa itu bisa menjadi tempat yang makmur hingga menarik beberapa orang untuk ikut tinggal di sana. Hingga akhirnya suatu hari Tuk Helang meninggal dan Tuk Siamang diangkat menjadi pemimpin tunggal bagi desa itu dan dari sana masalah dimulai.

Ketika menjadi pemimpin, Tuk Siamang membuat aturan yang membuat pengikut Tuk Helang marah. Tuk Siamang memerintahkan agar wanita yang ingin menikah harus dijebol perawannya oleh dia sebelum malam pertama. Jika wanita itu sudah tidak perawan saat menikah, maka perempuan itu akan menjadi budak sex dari Tuk Siamang hingga akhir hayat.

Hal itu membuat banyak wanita mulai takut untuk menikah karena mereka melihat wanita yang habis diperawani oleh Tuk Siamang akan tergila-gila pada kontolnya. Mereka tidak akan mau menuruti suami dan akan patuh pada Tuk Siamang meskipun itu berarti mereka bersetubuh di depan suami mereka. Jika suami mereka menolak agar perempuan itu bersetubuh dengan Tuk Siamang, maka perempuan itu bisa menjadi gila bahkan sampai berjalan keluar dalam keadaan bugil.

Karena semakin sedikit wanita yang menikah di desanya, Tuk Siamang mulai bermain licik dengan menyuruh anak buahnya untuk memperkosa para anak gadis. Dan sesuai dengan aturan yang ditegakkan, mereka semua akhirnya dijadikan budak pemuas dari Tuk Siamang. Penduduk meski benci setengah mati pada kelakuan bejat Tuk Siamang, mereka tidak bisa berbuat banyak karena kesaktian Tuk Siamang yang tinggi dan mungkin hanya dapat diimbangi oleh Tuk Helang.

Maka sejak saat itu semakin banyaklah budak milik Tuk Siamang. Mereka seringkali tidak memakai pakaiaan dan bertingkah seperti orang gila. Banyak yang diperlakukan seperti anjing, patung, atau toilet Tuk Siamang. Semua itu semata-mata untuk memuaskan hasrat seksual Tuk Siamang yang tinggi. Sementara bagi perempuan yang sudah beristri, mereka cukup melihat isyarat dari Tuk Siamang akan langsung membuka semua pakaian mereka dan melayani nafsu Tuk Siamang meski berada di luar dan dilihat banyak orang.

Hingga suatu hari, datanglah anak dari Tuk Helang bernama Sutan dari perantauan. Dia adalah seorang anak yang cerdas dan cukup banyak menimba ilmu di luar desa. Tuk Siamang semula menaruh curiga kalau anak itu akan mengambil alih kekuasaannya. Namun Sutan menujukan kesetiaan yang menakjubkan dengan menjadi pengikut Tuk Siamang yang setia. Sutan juga mengajarkan penduduk bertani, kerajinan, dan berdagang. Hal itu membuat desa semakin maju dan makmur meski terletak di tempat yang agak terisolasi. Dari sanalah nama Desa Permai diberikan.

Karena jasa-jasanya, Tuk Siamang mengangkat Sutan menjadi orang kepercayaannya. Sutan bahkan dipercaya untuk mencari budak bagi kepuasan seksual Tuk Siamang. Sutan menjalankan semuanya dengan baik dan semakin menaikan derajatnya di sisi Tuk Siamang.

Hingga suatu hari, ketika habis berhubungan badan, Sutan datang berderap ke Tuk Siamang dan menyerangnya. Sebenarnya mudah saja Tuk Siamang untuk mengalahkan Sutan. Namun Sutan dengan cerdik diam-diam memberikan makanan dan minuman yang bisa memperlemah kesaktian Tuk Siamang sedikit demi sedikit hingga akhirnya Sutan berhasil mengalahkan Tuk Siamang.

Meski begitu, Sutan gagal membunuh Tuk Siamang karena Tuk Siamang berhasil meloloskan diri dengan tubuh sekaratnya. Sejak saat itulah Sutan menjadi kepala desa dan mengganti suasana desa yang penuh maksiat menjadi desa yang relijius. Sementara itu nasib dari Tuk Siamang tidak diketahui. Banyak yang beranggapan kalau Tuk Siamang sudah mati karena luka akibat pertarungan dengan Sutan. Namun banyak yang beranggapan Tuk Siamang masih hidup dan menunggu kesempatan untuk membalas dendam.

Aku masih mematung di depan pintu gua. Aku yakin kalau surat yang kuterima waktu itu berasal dari Tuk Siamang. Cuma dia yang masih punya cukup kesaktian untuk mengirimkan surat ini dan mengetahui permasalahanku.

"Kau yang bernama Haris !"seru sebuah suara dari dalam gua. Ketakutan segera mencekam diriku dan membuat bulu punukku berdiri.

"I..i..iya Tuk !"jawabku terbata. Dari dalam gua, keluarlah sosok tinggi besar dengan badan tegap berotot. Sosok itu menggunakan pakaiaan serba hitam dengan ikat kepala berwarna merah. Rambut sosok itu panjang sebahu dengan beberapa helai uban. Sosok itu punya sepasang mata bulat besar dan janggut dan kumis hitam lebat. Dia memancarkan aura yang menekan dan membuat siapapun takut beradu pandang dengannya. Seketika aku langsung tahu, dialah Tuk Siamang.

"Masuk !"Tuk Siamang hanya sekejap di luar. Dia segera berbalik kembali ke gua diikuti olehku dengan langkah yang ragu-ragu.

Suasana di gua sangat gelap dan lembab. Suara langkah kaki Tuk Siamang terdengar menggema. Aku berusaha berjalan lurus mengikuti langkah Tuk Siamang tanpa tahu kemana aku akan dibawa.

Akhirnya Tuk Siamang membawaku ke bagian yang terang dengan cahaya dari obor. Bagian itu punya langit-langit tinggi dengan permukaan yang cenderung rata. Di sana terhampar sebuah tikar dan beberapa kendi air. Tuk Siamang duduk di atas tikar dan dengan isyarat dia menyuruhku duduk di hadapannya.

"Kau benar-benar serius mau menundukkan keluargamu ?"tanya Tuk tanpa basa-basi.

"Benar Tuk."

"Apa benar kau ingin menikmati tubuh semua keluargamu?"

"Benar, Tuk."Dalam hati aku semakin yakin dengan kesaktian Tuk yang bahkan dapat melihat isi hatiku.

"Aku bisa menolongmu dengan mudah. Tapi syaratnya agak sulit"

"Kenapa Tuk ?"

"Ada sebuah mantra penakluk yang kuat sekali tapi syaratnya kau harus menyetubuhi korban"

"Menyetubuhinya ?"tanyaku agak heran

"Benar. Itu adalah syarat mutlak agar mantra ini berhasil."Tuk Siamang mengelus jangut panjangnya pelan."Sebelumnya aku ingin tanya, kau benar ingin menyebuhi keluargamu sendiri ?"

Aku terdiam mendengar pertanyaan dari Tuk Siamang. Meski ingin menolaknya, aku tidak bisa menampik kalau aku punya nafsu pada ibuku sendiri dan bahkan pada Intan dan Syifa meski aku tahu itu adalah perbuatan haram.

"Benar Tuk. Saya sering membayangkan berhubungan badan dengan keluarga saya sendiri."Tuk Siamang mengangguk-angguk mendengar jawabanku.

"Meski itu melanggar norma dan hukum ?"

"Saya tidak peduli Tuk. Saya merasa nafsu saya hanya bisa dipuaskan jika berhubungan dengan ibu dan saudara saya."Tuk Siamang mengangguk-angguk mendengar jawabanku.

"Dengar, ada sebuah mantra bernama Gendhing Abra Abilasa. Mantra ini dapat membuat siapapun yang terkena akan tunduk patuh pada yang memberi mantra. Korban akan kehilangan kehendak pribadinya, harga dirinya, hingga rasa malunya. Korban akan tergila-gila dengan kontolmu dan akan melakukan apapun untuk bisa mendapatkan kontolmu. Dengan mantra ini, kau bisa membuat korban melakukan semua perintahmu kecuali untuk bunuh diri."

"Lalu bagaimana cara menggunakannya ?"tanyaku tak sabar.

"Korban harus disetubuhi terlebih dahulu dan sebelumnya kau harus membaca seloka Gendhing Abra Abilasa. Setelah korban pingsan karena kelelahan, ambil sehelai rambutnya kemudian bakar sambil membaca seloka Gendhing Abra Abilasa lagi. Setelah itu kau harus terus mempermalukan korban dan membuang rasa malunya. Dalam periode ini pikiran korban biasanya akan menolak atau akan ada pertentangan yang hebat dalam dirinya. Namun meski begitu tubuhnya akan menuruti perintahmu. Perlahan lahan akal sehat korban akan hilang dan digantikan oleh nafsu akan kontolmu. Setelah kau melihat kalau korban mulai menerima statusnya, barulah kau buat dia bersumpah untuk menyerahkan jiwa raganya padamu dan melayani dirimu sebagai budak. Setelah itu kau akan memiliki kontrol mutlak pada tubuh, hati, dan pikiran korban."

"Bagimana supaya saya bisa menguasai mantra itu Tuk ?"

"Syaratnya mudah. Cukup puasa 3 hari dan rapalkan seloka Gendhing Abra Abilasa setiap berbuka. Tapi ada masalah dalam penurunan mantra ini."

"Kenapa Tuk ?"

"Ilmuku sudah tumpul sejak kalah oleh si Sutan sialan itu. Karena itu korban sangat sulit untuk ditundukkan ketika periode setelah kau setubuhi untuk pertama. Mantra ini juga bisa ditangkal buat mereka yang punya hati yang kokoh. Dan kau bisa terkena kutukan kalau tidak menambah jumlah budakmu dalam periode tertentu."

"Jadi saya harus apa Tuk ?"tanyaku cemas. Tak kusangka ada resiko mengamalkan mantra ini.

"Kau harus menundukkan setidaknya 3 budak dalam sebulan. Setelah itu kau harus terus mencari budak setiap bulannya 2 kali hingga kau memiliki 27 budak. Nanti semakin lama mantranya akan kuat seiring jumlah wanita yang kau perbudak."

Aku menangguk-angguk mendengar penjelasan dari Tuk Siamang. Jika itu benar, itu berarti aku harus ngentot dengan banyak sekali wanita. Aku bisa membayangkan bagaimana enaknya dapat mencicipi banyak wanita di desaku. Tapi masih ada keraguan yang mengganjal.

"Bagaimana cara saya menyetubuhi mereka ?"

"Gampang. Aku punya beberapa ramuan."Tuk Siamang mengeluarkan kemenyan, gula, dan minyak yang semuanya dibungkus dengan bilah bambu."Gula ini akan membuat wanita terangsang hebat. Minyak ini jika dibalurkan ke tubuh akan membuat tubuh itu bisa kau kendalikan. Sementara kemenyan ini kau bakar sekali di rumah maka orang tidak akan curiga pada tindakan kalian."

"Bagaimana jika saya terkena penyakit ? Lalu bagaimana jika mereka hamil ? Orang kampung bisa merajam saya tanpa ampun."kataku mengungkap kekhawatiranku.

"Mantra ini akan melindungimu dari segala penyakit. Mantra ini juga mencegah sperma penggunanya membuahi wanita yang dia setubuhi. Dan kau juga bisa memperpanjang kontolmu dan memperkuat spermamu."

"Baiklah kalau begitu. Saya siap untuk menggunakan mantra ini."kataku dengan berbinar.

"Bagus. Besok mulailah berpuasa. Setelah berpuasa, kembalilah kesini. Aku akan memberikan ilmu ini padamu."

"Terima kasih Tuk."Aku menunduk dalam penuh terima kasih dan segera berbalik pergi keluar dari gua itu.

Mulai Beraksi

Sore itu, setelah lelah seharian berkebun, aku pulang ke rumah. Suasana di sekitar rumah sangat lenggang. Aku langsung masuk ke rumah dan masuk ke kamarku. Di kamar aku langsung membuka bungkusan yang kemarin diberikan oleh Tuk Siamang. Bungkusan dari daun jati itu berisi semacam gula namun berwarna agak keabu-abuan. Inilah ramuan yang akan memuluskan rencanaku.

Supaya aku dapat mensetubuhi keluargaku, Tuk Siamang memberiku sebuah ramuan perangsang. Itu bukan ramuan biasa. Tuk mengatakan kalau ramuan ini dapat membuat wanita manapun akan dikuasai nafsu yang sangat besar dan akan menyingkirkan akalnya. Jika dosisnya cukup banyak, maka wanita tersebut bahkan akan langsung melepas bajunya meski di tempat umum.

Aku segera membayangkan tubuh sekal ibuku yang telanjang sempurna. Ah, membayangkannya saja sudah membuat kontolku ngaceng maksimum. Dengan segera kuambil secuil gula itu dan kubawa keluar.

Aku segera ke dapur dan merebus air di kompor. Suasana rumah sedang sepi karena Intan dan Syifa tadi izin ikut membantu tetangga yang akan melakukan pernikahan sementara ibu sedang ke warung dan seharusnya sebentar lagi akan sampai. Setelah selesai merebus air, aku segera membuat teh dan memasukan gula yang sudah kusiapkan di dalamnya. Tuk bilang kalau efek dari gula ini hanya akan bertahan maksimal 2 jam jadi aku harus memaksimalkan momentum ini.

"Assalamualaikum."Terdengar suara salam dari ibu. Aku segera meletakkan gelas di meja makan dan segera menuju kamarku yang berbatasan dengan dapur.

Terdengar langkah ibu yang memasuki rumah. Aku berusaha mengintip dari celah pintu yang sengaja tidak kututup rapat. Dari sana bisa kulihat ibu yang begitu anggun dengan gamis biru tua dan jilbab lebar berwarna biru muda. Kulihat ibu sampai di dapur dan duduk di kursi dapur dan meletakkan belanjaannya di atas meja. Ibu terlihat lelah karena membawa belanjaan yang berat. Tanpa pikir panjang, ibu segera mengambil teh yang kusiapkan dan meminumnya dengan nikmat.

Setelah meminumnya ibu bangkit dan merapikan barang belanjaannya. 5 menit berlalu sejak ibu meminumnya tapi tidak terjadi apa-apa. Aku mulai kesal melihatnya. Jangan-jangan Tuk Siamang hanya mengerjaiku. Tapi kusingkirkan pikiran itu jauh-jauh. Tuk Siamang bukan orang abal-abal. Ilmunya tinggi. Tak mungkin ramuannya gagal

"Haris ! sini bantu ibu !" panggil ibu. Melihat kondisi ibu yang masih baik-baik saja membuat keyakinanku mulai goyah. Sepertinya aku harus menelan hasratku untuk menikmati tubuh ibu. Aku berusaha menelan kekesalanku dan keluar kamar.

"Iya bu."

"Ris, ini tolong sayurnya di cuci."Ibuku menunjuk sayur di meja. Aku segera mengambilnya dan kubawa ke dekat keran. Sementara ibu terlihat menyiapkan bahan-bahan untuk memasak.

Dari tempatku aku bisa melihat pantat ibuku yang meski tertutup gamis lebar, masih terlihat sedikit bergoyang mengundang nafsu. Jakunku naik turun membayangkan empuknya pantat ibuku yang semok. Ah, dasar Tuk sialan. Katanya jika memakan gula itu maka akan langsung terangsang hebat. Sekarang sudah hampir 15 menit dan tidak ada apa-apa.

"Ini bu sayurnya sudah kucuci."kataku sambil membawa sayur kearah ibu yang masih sibuk memasak.

"Ya, terima kasih."Jawab ibu tanpa menoleh. Saat itulah, aku tidak sengaja menyenggol tangan ibu yang sedang sibuk memasak. Dan tak kusangka itu mengaktifkan efek dari ramuan yang kuberikan.

"AAAAHHHH."Ibu berteriak kencang dengan tubuh yang bergetar hebat. Lututnya tak mampu lagi menopang tubuhnya dan membuat ibu tersungkur jatuh. Tangan ibu tanpa sadar memainkan toked dan memeknya di luar gamis biru yang dia kenakan. Kakinya mengakang membuatku sekilas dapat melihat celana dalamnya. Kancing ibu yang ada di depan dilepas beberapa agar tangan ibu dapat langsung menjamah tokednya. Nafasnya memburu karena nafsu. Keringat mulai bercucuran meski udara terasa sejuk. Matanya merem melek menahan gejolak nafsu. Dan hebatnya itu semua dilakukan di depanku. Rupanya Tuk Siamang tidak berdusta. Dia bisa membuat ibuku bermastrubasi di depanku.

Permainan tangan ibu semakin liar. Tangan ibu semakin masuk ke dalam bhnya untuk mencapai tokednya. Jilbab ibu tersingkap ke belakang membuatku dapat melihat belahan tokednya karena kancing depan gamis ibu terbuka. Sementara itu tangan ibu yang satunya sekarang menyingkap sepenuhnya gamis bawahnya dan meraih memeknya yang masih berbungkus dengan cd putih. Tanpa sadar ibu mengakangkan kakinya hingga membuatku leluasa melihat celana dalam ibu dan paha ibu yang berisi.

"Ibu kenapa ?"tanyaku pura-pura cemas.

"Gak tau nak. Tiba-tiba tubuh ibu panas dan...... AAAHHH."Ibu berteriak lagi. Tubuhnya menggelinjang hebat. Wajahnya terlihat kusut menahan nafsu yang tiba-tiba bergejolak. Kupikir ibu akan mencapai orgasme dan akan mengeluarkan cairan kenikmatannya. Tapi yang terjadi adalah tubuh ibu beranjak tenang meski masih bergetar. Aku teringat dengan kata Tuk kalau perempuan yang meminum ramuan itu tidak akan dapat mencapai orgasme sebelum disetubuhi oleh laki-laki.

Pandangan ibu tiba-tiba tertuju pada kontolku yang mulai ngaceng sejak melihat ibu yang sedang coli. Sontak tubuh ibu bergerak maju kearah celanaku dan berusaha membuka celanaku.

"Eh ibu mau ngapain ?"tanyaku pura-pura terkejut. Ini semakin menarik. Ibu yang sebelumnya terkenal alim sekarang tak lebih dari wanita yang haus kontol.Aku masih ingin mempermainkan ibu dan membuatnya lebih lama terangsang.

"Ibu...ibu.."jawab ibu terbata. Nafasnya naik turun. Dia sepertinya ingin menuntaskan nafsunya segera.

"Ibu mau apa ?"

"Ibu mau penismu nak."Tanpa sadar tangan ibu sudah memegang kontolku dari luar celanaku.

"Ini namanya kontol bu."kataku tersenyum polos.

"Iya Nak. Ibu pengen kontolmu."

"Kontolku mau diapain bu ?"

"Ibu pengen kontolmu ditancepen di vagina ibu. Vagina ibu gatel banget. Tolonglah ibu. Ibu udah gak kuat."cercau ibu yang tiba-tiba bergetar hebat. Sontak saja tangan ibu kembali bermain di memeknya dan kali ini lebih cepat.

"Tapi kita kan ibu anak. Mana boleh berhubungan."Kataku pura-pura polos.

"Ibu gak peduli. Ibu pengen berzina sekarang. Tolong ibu nak. Setubuhi ibumu ini."

"Mmm tetap aja gak boleh ibu. Ibu harus sadar, ibu itu perempuan baik-baik. Masa mau bersetubuh dengan anaknya sendiri."

"Setubuhi ibu nak !" ibu mencercau lantang. Tangannya mencengkram lututku." Ibu udah gak peduli lagi. Ibu cuma mau dipuaskan."

"Kalau begitu gimana kalau ibu jadi budakku aja."

"Budak ?"

"Iya. Artinya ibu adalah milikku sepenuhnya. Ibu harus menuruti semua perintahku. Ibu gak punya hak lagi bahkan pada tubuh ibu."

"Iya iya. Ibu akan jadi budakmu. Ibu akan mematuhimu mulai sekarang."

"Kalau begitu silahkan lepas baju ibu sampai telanjang bulat kemudian berlutut dan cium kakiku sambil memohon untuk disetubuhi."

Dengan tergesa-gesa ibu mencopot gamisnya dan jilbabnya dan memperlihatkan bh dan cdnya yang berwarna putih. Tangannya segera mencopot benda terakhir yang menutupi tubuhnya itu dan memperlihatkan pemandangan yang mempesona. Rambutnya yang agak bergelombang sampai ke pundak, 2 Buah dada besar seperti pepaya, perut yang agak gemuk, memek tembem dengan sedikit rambut serta sepasang paha besar. Dengan cepat ibu berlutut di depanku dan mencium kakiku serta berujar."Setubuhi budak ini Tuan Haris."

"Bagus-bagus."kataku penuh kemenangan sambil mengusap rambut hitam ibu. "Sekarang coba ibu lepas celanaku sama celana dalamku ."

Tangan ibu bergerak untuk membuka celanaku tapi segera kutepis tangan ibu."Pake mulutlah."

Dengan penuh nafsu mulut ibu bergerak menggigit celana training yang kupakai. Aku memutuskan berdiri untuk mempermudah pekerjaan ibu. Akhirnya celanaku lepas dan disusul dengan celana dalamku hingga menampakkan kontolku yang besar dan mengacung tegang. Mulut ibu dengan rakus berusaha menjilati kontolku tapi segera kuhentikan.

"Sebentar dulu. Sebelum ibu merasakan kontolku yang nikmat ini, coba ibu duduk di kursi sambil mengakang dan tangan ke belakang punggung. Jangan sampai ibu coli." Terlihat ekspresi kecewa dari ibu tapi akhirnya ibu duduk dikursi dengan posisi yang kuminta. Aku sengaja ingin membuat ibu tersiksa dengan nafsu birahinya. Aku beranjak berdiri tanpa menggunakan celanaku dan mengambil minum. Kulihat ibu tersiksa karena harus menahan nafsunya yang menggelora. Kulihat juga matanya tak terlepas dari kontolku yang masih tegang.

"Ibu jadi bener nih mau kontolku ?"tanyaku setelah duduk di depanku.

"Iya nak. Tolong cepet setubuhi ibu. Ibu udah gak kuat lagi."

"Meskipun ibu seorang wanita alim ?"

"Ibu gak peduli lagi nak. Ibu cuma pengen kontolmu."

"Ibu kayaknya udah tergila-gila banget sama kontolku. Emangnya ibu lonte apa ?"

"I..i..ya. Ibu lonte yang haus kontolmu."

"Tapi lonte kan dibayar. Ibu mau aku bayar berapa ?"

"Enggak usah nak. Cukup kamu masukan kontolmu ke vagina ibu."

"Berarti ibu lebih rendah dong dari pada lonte."Aku tertawa melihat ibu yang semakin frustasi nafsunya kupermainkan. Ibu yang sebelumnya seorang wanita alim sekarang menjadi wanita haus kontol yang lebih rendah dari lonte di pinggir jalan." Eh, itu namanya bukan vagina bu. Vagina itu cuma buat wanita baik-baik. Karena ibu sekarang lebih rendah dari lonte, ibu harusnya bilang memek."

"Ba..baik. Tolong masukan kontolmu ke memek ibu."cercau ibu. Terlihat kaki ibu yagn bergetar hebat berusaha menahan rangsangan yang begitu bergejolak sementara tangannya yang dibelakang tidak dapat berbuat apa-apa untuk memuaskan hasrat sexnya yang menggebu.

"Coba ibu berlutut di depanku. Aku pengen kencing." Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, ibu segera berlutut di depanku. Aku segera menyuruhnya membuka mulut dan seketika, syurrrr air kencingnku yang berwarna kuning pucat terpancar dan memasuki mulut ibu yang meminumnya dengan lahap. Beberapa tetes kencingku juga terciprat ke muka dan badan ibu.

"Gimana rasanya kencing punya tuanmu ?"

"Enak banget tuan." Ibu tersenyum puas. Tak cukup sampai di situ, mulut ibu menjilati ujung kontolku dari sisa kencingku. Ibu juga mengusap sisa kencing ditubuhnya dan menjilatinya dengan nikmat.

"Sekarang ayo ke kamar. Aku pengen main di sana aja."Dengan semangat ibu langsung masuk ke kamarnya diikuti olehku. Aku lalu berbaring dengan kontol yang mengacung tegang.”ayo bu dudukin kontolku.”

Dengan semangat Ibu langsung duduk di pangkuanku sekaligus membiarkan kontolku masuk ke dalam memeknya.

"Aaaahhhhh"ibu menjerit penuh nikmat setelah kontolku masuk ke memeknya. Matanya merem melek menikmati setiap genjotan yang kulakukan. Aku yang melihat respon ibu semakin semangat menggenjot memek ibu.

"PLOK! PLOK! PLOK!"Suara kelamin kami yang beradu semakin terdengar keras. Tubuh ibu bergetar hebat oleh rangsangan hebat dari memeknya yang telah tertembus kontolku. Memek ibu meski terasa melar, namun tetap saja nikmat.



Nur di ewe


Tanganku yang menganggur segera meraih toked ibu yang sebesar pepaya dan meremasnya kuat membuat ibu semakin kenikmatan. Mulutku bertaut dengan bibir ibu dan mulai bermain.

"Ah memekmu emang mantap bu."cercauku. Aku tidak peduli lagi meski aku adalah anaknya dan hubungan ini diharamkan seluruh agama. Aku sudah dibutakan oleh nikmatnya memek ibuku.

"Ah tusuk lagi memek ibumu, ahhh, kontolmu mantap nak."Ibu juga meracau seperti orang gila kontol. Tangannnya mencengkram badanku yang masih mengenakan kaus.

"OUGHH ! AHHHHH ! Ibu sampai !"Tubuh ibu menggelinjang hebat menerima berbagai rangsangan yang kuberikan. Matanya terpejam rapat menikmati sensasi dari kontolku yang menembus memkenya, tanganku yang meremas toked besarnya, dan mulutku yang menghisap kuat bibirnya. Kombinasi dari sensasi itu ditambah dengan hasrat yang dibangkitkan obat perangsang membuat ibu melayang ke puncak kenikmatan yang tidak pernah dinikmatinya seumur hidup.

"AHHHHH ! Mantap sekali memekmu ! Rasakan spermaku bu !"

Persutubuhan kami tak berlangsung lama. Aku segera mengeluarkan spermaku ke dalam rahim ibu dan membuat tubuh ibu bergetar hebat disusul dengan cairan orgasem yang muncrat tak terbendung dari memeknya.

"Ah kamu memang hebat bu."kataku mendesah nikmat dan menyaksikan ibu yang terbaring kelelahan. Aku teringat kalau aku harus mengambil sehelai rambut ibu untuk ritual. Akupun dengan lembut mencabut 3 rambut ibu dan segera berpakaiaan lagi. Tak lupa kucium pipi ibu dengan penuh cinta.

"Selamat tidur bu. Sebentar lagi ibu akan sepenuhnya takluk padaku."



Mengubah Ibu

2 Hari berlalu sejak aku berhasil menyetubuhi ibuku sendiri. Sejak saat itu ibu terlihat cemas dan takut. Dia selalu menghindariku dan tidak mau berpapasan denganku. Ibu juga sekarang lebih banyak mengurung diri di kamarnya dan bahkan menolak untuk ikut pengajian. Sepertinya dia masih kepikiran soal hubungan seksnya denganku.

Tuk memberitahuku kalau ramuan yang kugunakan tidak akan menghilangkan kesadaran atau ingatan korban. Korban akan sepenuhnya sadar namun tidak dapat mengendalikan dirinya. Karena itulah setelah efek obat itu habis maka korban biasanya akan diliputi oleh perasaan bersalah. Kupikir ibu juga menunjukkan gejala yang sama. Dia sepertinya sangat marah karena hubungan itu tapi dia tidak bisa memarahiku karena dalam ingatannya, dialah yang pertama kali mengajak untuk berhubungan.

Aku juga masih berusaha memikirkan cara untuk menundukkan ibu dan membuat ibu mau bersumpah menjadi budakku karena seperti yang Tuk bilang, hanya dengan cara itu aku bisa sepenuhnya mengontrol ibu. Tapi sikap ibu yang terus menjauh membuatku kesulitan untuk mencari momen yang tepat melancarkan aksiku.

Pagi itu aku pergi ke kebun dengan semangat. Intan dan Kak Syifa juga sudah pergi sebelumnya sementara ibu seperti biasa masih mengurung diri di kamar. Aku berjalan dengan masih memikirkan cara terbaik untuk menundukkan ibu sambil membawa perlengkapan berkebun. Di kebun seperti biasa aku melaksanakan pekerjaanku seperti menyiangi rumput, memperbaiki pagar, dan pekerjaan lainnya. Siang hari ak beristirahat di saung di tengah kebun sambil memakan bekal yang kubawa dari rumah.

Aku mengeluarkan rantang makanan yang sudah kusiapkan dari rumah. Rantang itu berisi sayur, tempe dan nasi. Hidangan yang cukup sederhana namun tetap saja nikmat apalagi setelah bekerja seharian dan sambil menikmati suasana sejuk lembah kami.

Seraya makan, aku kembali memikirkan rencanaku. Aku sudah berhasil menyetubuhi ibu dan mengambil rambutnya untuk memenuhi syarat menggunakan mantra. Sejauh ini rencanaku berjalan dengan sempurna. Kak Syifa dan Intan juga masih belum sadar kalau ibunya sudah melakukan hubungan terlarang denganku dan ibu sendiri sepertinya sudah terkena efek mantraku yang dapat dibuktikan dengan dirinya yang tidak protes denganku. Walaupun itu mungkin karena rasa bersalahnya karena berhubungan denganku.

"Ah, ibu. Kenapa isulit sekali menaklukanmu" gumamku dalam hati sambil membayangkan berbagai rencana untuk menundukkan ibu.

Seperti yang Tuk bilang, setelah aku menyetubuhi korban untuk pertama kali, aku harus mengikis rasa malunya dan membuatnya kecanduan akan kontolku sampai korban menyatakan sumpahnya padaku.

Aku sebenarnya bisa saja memaksakan kehendakku seperti menggunakan ramuan minyak dari Tuk Siamang. Namun sebagian diriku menolaknya. Aku tidak ingin memaksa ibu yang telah melahirkanku. Ibu harus tunduk padaku dengan kesadarannya sendiri tanpa paksaan. Yang kulakukan hanyalah mempengaruhi pikiran dan hatinya.

Ketika aku sedang asyik memakan makananku, aku melihat dikejauhan salah satu sahabatku, Amir, berjalan sambil menenteng cangkul. Amir adalah sahabatku sejak kecil. Orang yang paling dekat denganku sekaligus yang pertama kali mengajarkanku masuk ke dunia sex lewat film-film porno yang dimilikinya. Aku pun memanggilnya dengan keras dan memintanya untuk mampir sebentar.

"Mau kemana Mir ?"tanyaku begitu Amir sampai di dangauku.

"Ini, cangkulku rusak lagi. Mau ke rumah buat perbaikin."

"Lah, kok bisa ?"

"Oh, jadi pas itu aku lagi nyangkul. Nah gak sengaja kena batu gede. Mungkin karena cangkulnya udah tua, patah deh."Amir menunjukkan cangkulnya yang retak. Aku mengangguk-angguk mendengarkan.

"Eh, kau ngancurin cangkul kayak gini gak dimarahin apa sama ibumu ?"

"Jangan ditanya. Marahlah. Kayak gak tau ibuku aja sih."

"Iya ya. Waktu itu aja kita pernah diusir gara-gara kelamaan main."

"Yah, mau gimana lagi. Udah nasib."

"Tapi mungkin ibumu gak bermakdu begitu, dia mungkin sebenarnya peduli sama kau."

"Ah, gak percaya aku sama kata-kata itu."Amir mendengus tak terima."Ibuku itu beda sama ibumu. Kalau ibuku garang melebihi harimau. Kalau ibumu itu lembut dan adem dilihat."

"Ah, ibuku biasa aja kali."

"Serius kali. Masa kau gak perhatikan, dari cara ibumu memandang aja udah kelihatan aura kasih sayangnya."

Aku terdiam mendengar kata-kata Amir. Benar juga. Kenapa aku tidak sadar ya. Meskipun ibu selama ini pendiam, aku mengerti kalau ibu sebenarnya sangat sayang dan peduli pada anak-anaknya. Ibu sering menyiapkan kebutuhan kami, membantu kami, bahkan ketika melanggar ibu biasanya memaafkan. Amir benar. Meski terlihat pendiam, ibu benar-benar menyayangi anak-anaknya dan itu semua bisa dilihat dari caranya memandang.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benakku. Sekarang aku paham ada satu kelemahan ibu dan aku akan memanfaatkannya.


Aku pulang ke rumah sebelum azan ashar berkumandang. Seperti yang kuduga, hanya ada Ibu yang masih mengurung diri di kamar.Kak Syifa dan Intan juga sepertinya masih di luar. Aku tersenyum senang. Ini semua sesuai rencanaku. Dengan perlahan, aku merapalkan mantra Gendhing Abira Abilasa di ruang tengah sambil menyebut nama ibuku.

Setelah selesai membaca mantra Gending Abira Abilasa, aku melangkah pelan ke kamar ibu. Tanganku dengan pelan mengetuk pintunya dan memanggil ibu. Dari dalam ibu menyuruhku untuk pergi karena ibu ingin istirahat.

"Ibu, keluar dulu bu. Ada yang ingin Haris sampaikan."kataku lembut. Ajaib, seketika pintu terbuka dan memperlihatkan sosok ibu dengan balutan gamis hijau longgar. Sepertinya mantra Gendhing Abira Abilasa bekerja dengan efektif.

"Kamu mau apa nak ?"tanya ibu dengan nada cemas.

"Cuma mau ngobrol sebentar kok bu,"kataku dengan senyum elegan. Aku menarik kursi di meja makan dan meminta ibu duduk di depanku.

Ibu duduk dengan gelisah. Dia terus menunduk ke meja makan untuk menghindari tatapanku. Aku menyentuh lengan ibu lembut dan membuat ibu berjengit terkejut.

"Ibu kenapa ? Coba ceritakan pada haris dengan sejujur-jujurnya."tanyaku lembut.

"Ibu gak tau kenapa nak. Sejak kita bersetubuh beberapa hari yang lalu, ibu merasakan perasaan yang aneh. Ibu merasakan kenikmatan yang tidak pernah ibu rasakan bahkan dari ayahmu dulu. Ibu merasa melayang bebas. Tapi ibu tau itu perbuatan dosa. Ibu sangat merasa bersalah karena memintamu untuk menyetubuhi ibu waktu itu. Ibu tahu ibu yang salah karena menggodamu. Tapi ibu tidak bisa mengenyahkan bayangan kenikmatan itu."jawab ibu dengan jujur. Aku mengangguk tenang. Tuk memberitahuku kalau orang yang terkena mantra ini tidak akan bisa berbohong.

"Lalu sekarang bagaimana perasaan ibu padaku ? Apa ibu ingin menikmati kontolku lagi ?"

Kepala ibu terangkat karena terkejut. Tapi seperti yang kubilang, ibu tidak bisa berbohong padaku."I..ii..iya nak. Ibu pengen kontolmu yang panjang."

"Tapi ibu gak ingin melakukan perbuatan dosa ?"

"I..i..iya."

"Kenapa bu ?"

"Apa kata tetangga nak kalau ibu bersetubuh dengan anak sendiri."Ibu kembali menunduk. Aku tersenyum sinis. Aku sudah bisa menebaknya. Ibu sejatinya tidak pernah benar-benar mentaati ajaran agama. Ibu hanya tidak ingin kehilangan muka.

"Ibu tau, ibu harus melepaskan semua belenggu itu. Ibu harus mengabaikan gunjingan tetangga. Ibu harus menjadi diri ibu sendiri. Terima diri ibu sendiri. Jangan mengekang nafsu ibu."Aku mengelus pelan lengan ibu dan berujar layaknya motivator.

"Ta..ta..pi bagaimana caranya nak ?"

"Ibu harus berani untuk menunjukkan sisi liar ibu. Ibu harus berani menunjukkan tubuh ibu. Ingat tubuh ibu itu molek. Masa ibu mau menyembunyikannya dari anak ibu sendiri."

"Ta..ta..pi.."

"Ibu sayangkan sama aku ?"tanyaku tersenyum lembut.

"I..i..iya., tapi..."

"Kalau ibu memang sayang, tunjukkan bu. Buat aku puas."

"Tapi ini gak boleh nak."

"Lalu, ibu ingin menyakiti perasaan anak ibu."

Ibu mulai gelisah di tempat duduknya. Dengan sedikit dorongan dari Gendhing Abira Abhilasa, aku bisa membuat dorongan perasana ibu meingkat sehingga akan mengaburkan akal ibu.

"Bu, aku sayang banget sama ibu. Aku ingin menikmati tubuh ibu. Apa ibu gak ingin memuaskanku."

"Tapi ini tetap salah."

"Lalu ibu ingin buat aku menderita ?"

"Baiklah jika itu bisa membuatmu bahagia."

Aku tersenyum bahagia mendengarnya. Rupanya dugaanku benar. Aku bisa menundukkan ibu menggunakan kasih sayangnya padaku. Dengan ini, mantra Gendhing Abira Abilasa dapat digunakan lebih efektif karena Gendhing Abira Abilasa bekerja dengan cara meningkatkan hasrat dan nafsu pada pelaku hingga mengaburkan akal dari korban dan akan bekerja lebih baik jika menggunakan seuatu yang emosional untuk mempengaruhi pikiran korban.

"Sekarang ibu berdiri."Aku berujar lembut. Tubuh ibu seperti dikendalikan sontak berdiri. Mataku terbuka lebar mengamati setiap inci tubuh ibu yang berbalut gamis hijau itu sementara ibu menunduk menghindari tatapanku.

"Kamu mau ngapain nak ?"Tanpa mempedulikan pertanyaan itu, tanganku bergerak cepat menyingkap gamis ibu keatas hingga menampakkan pemandangan yang memukau berupa sepasang paha mulus dan celana dalam berwarna biru. Ibu seperti ingin menjerit tapi aku langsung menyuruhnya diam.

Aku menggulung gamis ibu sampai pinggang kemudian mengikatnya sampai tidak terlepas. Kemudian aku langsung menarik turun cd ibu hingga jatuh di mata kakinya dan memperlihatkan sepasang pantat semok dan memek tembam yang dihiasi sedikit bulu.

Aku jongkok dan mulai mengendus memek ibu yang punya bau sedikit pesing. Lidahku keluar dan menjilati paha bagian dalam sampai ke kloritisnya. Tubuh ibu bergetar hebat menahan rangsangan yang kuberikan. Jilatanku semakin membasahi memek ibu sampai air liurku mengalir turun membasahi lantai. Tak sampai di situ, kedua tanganku membuka bibir memeknya dan menampakkan bagian dalamnya yang berwarna merah muda. Segera saja aku menghisapnya kuat-kuat dan membuat ibu semakin terangsang. Ketika aku merasakan ibu akan mencapai orgasmenya, aku menghentikan aksiku.

"Kok dihentikan ?"ibu terdengar kecewa.

"Ibu tahu kan kalau itu terlarang ?"tanyaku polos.

"Iya nak tapi ibu ingin menikmatinya."Ibuku mulai memelas. Sepertinya rangsanganku berhasil bahkan tanpa perlu mengerahkan semua kekuatan mantraku. Sepertinya perasaan sepi karena ditinggal suami membuat nafsu ibu semakin besar.

"Kalau begitu ibu harus melepaskan semua belenggu itu. Ibu harus membuang martabat dan rasa malu itu dan tunduk pada nafsu birahi ibu. Hanya dengan cara itu ibu bisa menikmati semua kenikmatan ini."

"Baik nak, ibu akan membuang semua rasa malu ini dan menikmati birahi ibu."

"Bagus. Sekarang coba ibu berbalik sebentar. Aku pengen lihat pantat ibu."

Ibu dengan patuh berbalik membelakangiku dengan sedikit membungkuk. Kedua tangannya menggapai kedua bongkah pantatnya dan menariknya berlawanan arah hingga menampakkan lubang kenikmatan yang selama ini memancing nafsuku.

Dengan penuh nafsu aku langsung berjongkok di depan pantat ibu dan mulai menjilati lubang anus ibu. Lidahku dengan lincah bermain dan membuat pantat ibu seketika basah oleh air liurku. Dengan penuh kenikmatan aku menyedot pantat ibu yang punya aroma yang begitu khas. Sementara itu tubuh ibu bergetar tanda akan segera orgasem. Aku memutuskan untuk berhenti sejenak karena ada yang ining kulakukan sebelum ibu orgasem.

"Sebentar bu, aku juga ingin dilayani."Aku segera melepaskan celana sekaligus sempakku."Jongkok dan jilati kontolku bu."

Lagi-lagi tanpa penolakan ibu langsung berbalik dan jongkok di depanku. Tangannya mula-mula memainkan kontol dan buah zakarku hingga agak menegang. Kemudian mulutnya dengan tangkas mulai menjilat dan menyedot-nyedot kontolku dengan nikmat seperti menikmati es krim. Aku merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tiara. Tak akan ada yang menyangka, Nur yang dikenal sebagai wanita taat malah menyepong kontol anaknya.




Mulustrasi Nur ngulum kontol


"Sudah bu. Sekarang coba ibu berdiri dan bersandar di meja makan."Perintahku lagi. Ibu segera melakukannya dan kembali menampakkan pantat semoknya di depanku. Aku meludahkan beberapa liur ke lubang anus ibu untuk melicinkan jalur masuk kontolku sebelum akhirnya kontolku melesat masuk ke dalam pantat ibu.

"Uhhhhh."Aku melenguh kencang ketika kontolku berusaha menembus himpitan dari dua bongkah pantat ibu yang semok. Terasa kontolku seperti ditekan dengan kuat dan membuat tusukan kontolku melambat.


"AHHHAHHH!" Ibu menjerit kesakitan karena anusnya dibor dengan paksa oleh kontolku.

"Tahan sebentar ya sakitnya. Abis ini enak kok."kataku sambil memajukan pinggangku untuk terus mendesak masuk ke dalam anus ibu. Hingga akhirnya dengan segenap tenaga kontolku bisa masuk semuanya ke dalam belahan pantat ibu.


Mulutstasi Nur di anal anaknya

Ibu hanya mengangguk lemah sambil terus menahan rasa sakitnya. Aku semakin mempercepat gerakan menusuk kontolku. Benar saja, semakin lama ibu mulai menikmati anal yang kulakukan. Matanya merem melek menikmati setiap kontolku memompa. Tak butuh waktu lama, spermaku menyembur keluar dan masuk ke lubang anus ibu. Dari pantat ibu melubar sperma bercampur darah.

"Wah, rupanya ibu belum pernah merasakan anal ya. Gimana bu, enak ?"komentarku menyaksikan ibu yang jatuh lemas setelah kupompa pantatnya dengan kontolku.

"Iya, nak rasanya nikmat sekali lagi."Ibu tersenyum lemah menjawab.

"Kalau begitu mulai sekarang ibu harus memperlihatkan memek atau toked ibu jika tidak ada orang atau hanya ada aku. Ibu juga sebaiknya tidak menggunakan pakaiaan ketika tidur."

"Tapi nak....."

"Ibu gak akan menolak kan ?"tanyaku dingin. Aku bisa melihat sedikit rasa penolakan dari wajah ibu tapi akhirnya ibu hanya bisa mengangguk.




Hari-hari berlalu dengan indah. Ibu sudah mulai kembali ke kehidupannya yang dulu karena aku sudah memberi perintah untuk bersikap normal di luar agar tidak dicurigai siapapun. Namun dibalik sosok alim ibu, tersimpan hasrat birahi pada anaknya sendiri.

Ketika tidak ada orang di rumah, ibu akan menggulung bajunya kemudian mengikatnya dipinggang. Dia juga akan melepas celana dalamnya dan akan beraktifitas tanpa sehelai benangpun yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Ibu juga akan melepas semua pakaiaannya ketika tidur. Setiap malam aku akan mengintip ibu untuk memastikan ibu tidur sambil bugil meskipun sebenarnya hal itu tidak perlu kulakukan karena ibu pasti akan mengikuti semua perintahku tanpa bisa menolak.

Suatu malam, ketika Kak Syifa dan Intan tertidur, aku diam-diam membuka pintu kamar ibu. Di sana aku melihat tubuh telanjang ibu yang memakai selimut putih. Suasana diluar diwarnai dengan gerimis sehingga membuat siapapun akan terlelap dengan cepat. Kulihat wajah cantik ibu yang meski sudah berusia 40 tahunan masih cukup cantik dengan hidung mancung dan wajah putih bersih. Perlahan tanganku mengusap pelan wajah ibu yang teduh ketika tidur hingga akhirnya ibu benar-benar terbangun.

"Haris, kamu ngapain di sini ?"tanya ibu agak terkejut. Sontak dia berusaha menutupi tubuhnya dengan selimutnya.

"Hehehe, Aku cuma pengen ngelepas rindu dengan ibu."

"Jangan sekarang nak, Syifa dan Intan lagi tidur."

"Udah jangan takut."Segera aku mencium ibu dengan ganas. Ibu yang agak terkejut tidak dapat melawan dan hanya pasrah menerima ciumanku. Adegan itu terus dilanjutkan hingga aku menghisap-hisap bibir ibu dengan keras hingga ibu kelihatan kesulitan bernafas.

Tanganku juga ikut bermain dengan meremas-remas toked ibu dan memainkan pentilnya yang mulai menegang. Ibu yang sepertinya pasrah menerima permainanku akhirnya mulai bisa menerima dengan mendesah nikmat.

"Bu, ambilin minum dong."pintaku setelah melepaskan ciumanku. Ibu mengangguk pelan dan berjalan ke lemari. Namun sebelum dia membuka lemarinya, aku melarangnya.

"Gak usah pake baju, telanjang aja."

"Tapi nak, nanti kalau...."

"Keluar sekarang bu."Bagai robot, tubuh ibu bergerak otomatis ke luar kamar tanpa mengenakan sehelai benangpun. Aku bisa melihat dadanya yang bergoyang seirama dengan langkah kakinya. Sungguh pemandangan yang menggoda.

Tak selang lama, ibu telah kembali ke kamar dengan membawa segelas air putih. Aku segera mengambil gelas itu dan menyuruh ibu untuk berlutut di depanku yang sedang mengakang.

"Lepas celanaku bu."perintahku. Dengan patuh ibu melepaskan celanaku sekaligus sempakku hingga nampaklah kontolku yang sudah tegang karena melihat tubuh mulus ibu dan adegan ciuman waktu itu.

Mulut ibu seperti reflek ingin langsung melumat kontolku yang sedari tadi sudah menegang. Namun aku menahan kepalanya. Ada satu hal yang ingin kulakukan untuk melengkapi mantraku.

"Tunggu dulu bu, sebelumnya aku punya permintaan pada ibu."

"Apa itu nak. Apapun itu akan ibu penuhi demi bisa menikmati kontolmu yang perkasa."

"Aku tak ingin terus ngentot dengan ibuku sendiri."

"Kenapa nak ?"Ibu terdengar kecewa.

"Biar bagaimanapun, ibu adalah orang yang melahirkanku. Tak pantas bagiku untuk menyetubuhi orang seperti ibu."

"Tapi ibu ikhlas nak."

"Mungkin, tapi setiap kali melakukan ini aku merasakan perasaan bersalah."

"Kalau begitu, apa yang bisa ibu lakukan untuk mengatasi rasa bersalahmu ?"

"Bagaimana kalau ibu bersumpah setia akan menjadi budakku."

"Menjadi budakmu ?"tanya ibu keheranan.

"Benar bu. Ibu tak akan memiliki hak terhadap tubuh ibu. Tubuh ibu sepenuhnya milikku dan ibu tidak berhak menolak segala perintah yang kuberikan. Dengan begitu, bagiku ibu bukan lagi ibu bagiku melainkan sebuah benda yang menjadi pemuasku. Bagaimana, ibu mau kan jadi budakku ?"

Ibu terdiam sebentar sambil berusaha mencerna kata-kataku. Tapi akhirnya dia menyanggupi."Baiklah. Kalau begitu ibu akan menjadi budakmu."

"Bagus. Mulai sekarang ibu harus memanggilku tuan. Sekarang kamu bukan ibuku lagi melainkan benda pemuasku dan tak pantas mendapat sebutan ibu dariku. Sekarang, cium kaki tuanmu dan bersumpah kalau kamu akan setia padaku."

Dengan patuh ibu mencium kakiku dengan khidmat seolah kakiku sangat suci baginya. Setelah itu ibu dengan masih berlutut mengucapkan sumpahnya."Saya, Nur Muslimah dengan ini akan menjadi budak Tuan Haris. Saya akan mengikuti semua perintahnya dan tidak akan pernah menentangnya. Tubuh saya adalah milik Tuan Haris dan berguna untuk memuaskan Tuan Haris. Hidup saya juga milik Tuan Haris dan berguna untuk mengabdi pada Tuan Haris. Saya tidak memiliki hak pada tubuh dan hidup saya karena saya sudah serahkan semuanya pada Tuan Haris."

Aku tersenyum penuh kemenangan mendengar sumpah yang ibu ucapkan. Dengan sumpah itu, maka mantra yang kugunakan sepenuhnya telah mengendalikan ibuku
 
Rencana Untuk Kakak

Aku menjalankan hari-hariku dengan bahagia. Semenjak ibu menyatakan sumpahnya, aku sudah berhasil dengan sepenuhnya mengendalikan tubuhnya hingga pikirannya. Dengan mantraku aku membuat ibu terus memikirkan kontolku yang nikmat serta lelehan sperma dan kencing yang menggoda. Sering kulihat ketika ibu mencuci pakaiaanku, ibu mengendus-endus sempakku bahkan menghisapnya untuk menikmati sisa baunya. Tak cukup sampai disitu, ibu bahkan menjilati pakaiaanku sehabis berkerbun untuk menikmati sisa keringatku

Sejak saat itu juga ibu tanpa malu akan melepaskan cdnya dan menyingkap bajunya sampai pinggang hingga menampakkan memek serta pantatnya jika tidak ada orang selain aku dirumah kemudian beraktifitas dengan normal. Semua itu ibu lakukan dengan senang hati dan tanpa penolakan. Bahkan ibu seringkali menggoyang-goyangkan pantatnya untuk menggodaku.

Semakin lama rasa malu dari ibu seakan tercabut. Dia seperti merasa puas ketika menunjukkan bagian tubuhnya yang seharusnya dia lindungi. Dia dengan senang hati akan melakukan segala perintahku meskipun itu merendahkan martabatnya bukan hanya sebagai ibu tapi juga sebagai manusia. Ibu tak segan untuk bersetubuh denganku atau meminum air kencingku. Akal sehatnya sekarang sudah sepenuhnya tercabut digantikan oleh nafsu besar untuk melayani semua fantasiku.

Tapi aku sadar kalau tugasku belum selesai. Tuk sudah mengingatkan kalau mantra ini harus terus digunakan agar tidak terkena efek sampingnya. Untuk itulah aku harus menentukan target selanjutnya untuk kutundukkan dengan mantra ini. Dan itu adalah kakakku, Syifa.


"MMMPPHHH" Dengan terampil ibu menghisap kontolku yang sejak tadi sudah tegang. Aku tersenyum senang sambil mengelus rambut ibu yang sebahu dengan lembut. Di depanku, dengan penuh pengabdian ibu berlutut sambil mengulum kontolku. Lidahnya sesekali bermain menggelitiki buah zakarku membuat aku merasakan sensasi birahi yang luar biasa.

"Udah dulu Nur."Kataku menghentikan blowjob ibu. Sejak menjadi budakku, aku memang tidak pernah memanggilnya lagi dengan ibu jika hanya ada kami berdua.

"Tuan mau ngapain ?"

"Ada yang mau kuomongin tapi coba pijitin dulu leherku Nur. Dari tadi sore pegel banget." Ibu beranjak berdiri dan duduk dibelakangku dan mulai mengurut leherku dengan telaten. Beberapa saat kemudian, aku menyurunya berhenti.

"Ah kurang mantep pake tanganmu. Coba kau pijat pake tokedmu yang gede itu."Ibu tanpa banyak tanya segera memposisikan kepalaku diantara dua tokednya kemudian tangannya menggenggam kencang kedua tokednya yang sebesar pepaya dan mulai menekannya ke leherku. Ah, sungguh nikmat bisa merasakan pijatan dari toked sebesar punya ibu.

"Nur, aku mau nanya, kok kamu itu dari dulu gak perhatian sama aku. Dari dulu kamu itu kok kayak mengabaikan putramu ?"

"Maafkan budak hina ini tuan." jawab ibu sambil terus memijatku dengan tokednya."Budak hina ini terlalu menginginkan anak perempuan sehingga begitu tuan lahir budak ini merasa sangat kecewa."

"Kenapa kecewa ?"

"Dulu ayah tuan bukan pria baik-baik. Dia sering selingkuh di belakang budak ini. Meski ingin mengajukan cerai, budak ini terlalu takut karena ayah akan mengancam akan menyakit tuan dan saudari tuan. Karena itulah budak ini diam saja saat ayah tuan selingkuh. Tapi melihat wajah tuan membuat budak ini teringat dengan ayah tuan."

Darahku berdesir mendengar cerita ibu. Tak kusangka ayahku ternyata sebangsat itu. Pantas saja ibu sering mengacuhkanku karena mengingatkannya dengan ayahku. Aku bisa memahami perasaan itu. Ibu masih cukup baik dengan hanya mengabaikanku dan tidak menyakitiku. Tapi aku ingin mempermainkan budakku ini sekaligus untuk menjalankan rencanaku untuk menaklukkan kakakku.

"Jadi begitu ya, jadi kamu anggap aku ini seperti ayahku ?"

"Bu..bukan..begitu tuan. Tuan berbeda. Tuan terlalu mulia jika disandingkan dengan ayah tuan."

"Kalau begitu kenapa kau mengabaikanku ?"tanyaku dengan nada yang ditinggikan.

"Ma..maafkan budak ini tuan."Dengan sigap ibu turun ke bawah dan langsung berlutut mencium kakiku. Itu adalah kebiasannya jika berbuat salah dan ingin meminta maaf dariku.

"Enak saja tinggal minta maaf. Kau tahu tidak perasaanku yang diabaikan ibu sendiri."kataku pura-pura marah.

"Budak hina ini siap dihukum oleh tuan untuk menebus kesalahan budak hina ini."

"Kau mau dihukum apa ?"

"Apa saja yang membuat tuan senang, budak ini akan melakukannya."

"Kalau begitu aku minta kamu menyerahkan kedua anakmu yang selama ini mendapatkan perhatianmu."kataku datar. Ibu agak terkejut mendengarnya.

"Syifa dan Intan ?"

"Iya. Emang siapa lagi."

"Tapi tuan...."

"Aku gak peduli. Ini adalah hukuman buatmu."

"Tapi tuan mau apa sama mereka ?"

"Akan kujadikan mereka sepertimu, budak pemuas nafsuku." Ibu terdiam agak lama mendengar perkataanku. Terlihat ibu sedikit bimbang harus menyerahkan putrinya untuk disetubuhi oleh saudaranya. Tapi berkat mantra Gendhing Abira Abilasa, ibu tidak bisa menolaknya.

"Budak hina ini akan melakukannya."ujar ibu sambil sekali lagi mencium kakiku.





Malam telah turun di Desa Permai. Perlahan kegelapan menyelimuti desa menggantinya benderang matahari. Saat itu suasana desa sangat sepi dengan beberapa orang saja yang berjalan di desa untuk keperluan mendesak. Sebuah suasana yang sangat sempurna untuk menjebak kakakku.

"Assalamulaikum !" seru Syifa begitu masuk ke dalam yang dijawab dengan salam oleh ibuku yang sedang menjahit di ruang tengah.

"Udah dikirim makanannya ke bu Siti ?"tanya ibu melihat Syifa masuk sebab tadi malam ibu meminta kakak untuk mengantarkan kue yang di pesan bu Siti.

"Udah bu. Suaminya yang nerima. Dia bilang juga jangan-jangan malam-malam ngirimnya. Takut gak ada yang nerima." jelas Syifa.

"Yah, mau gimana lagi. Tadi ibu lupa kalau kue pesenan bu Siti belum dikirim. Daripada nunggu pagi, mending malam ini juga dianternya."

"Tapi jangan gitu lagi bu, gak enakan juga kalau berkunjung malam-malam."

"Iya-iya, ibu gak akan lupa lagi."Ibu tersenyum ramah sambil terus menjahit."Oh ya, itu di meja dapur ada teh. Ibu siapin buat kamu."

"Wah, makasih banget bu."Syifa dengan riang pergi ke dapur dan mengambil segelas teh yang sebelumnya sudah disipakan ibu ketika kakak mengantarkan kue. "Tumben ibu buatin minuman ke aku."ujar kakak yang kembali duduk dengan ibu di ruang tengah.

"Ya itung-itung permohonan maaf karena sudah nyuruh kamu keluar larut begini."Ibu mengangkat bahu ringan sementara kakak mulai menikmati tehnya.

"Eh, si Intan sama Haris udah tidur ?"tanya Syifa setelah meminum beberapa teguk teh.

"Iya, Tadi kayaknya sebelum berangkat mereka berdua udah tidur."

"Oh, begitu ya."ujar Syifa sambil terus menikmati tehnya. Namun kakak mulai merasakan keanehan pada dirinya. Dia merasakan kalau suhu mulai panas meski udara malam dingin menusuk. Syifa juga mulai merasakan rasa gatal di toked dan memeknya.

"Eh, kamu gak tidur fa ?"

"Be..bentar dulu bu. Tanggung nih tehnya."Syifa mulai kehilangan fokusnya. Entah kenapa dia merasakan gejolak nafsu dari dalam dirinya.

"Kamu kenapa ? gak enak badan ?"tanya ibu terlihat cemas.

"Eh, e..enggak kok bu."elak Syifa sambil berusaha menahan gejolak nafsunya. Nafasnya sekarang mulai tidak beraturan.

"Oh, gitu. Eh tadi Haris bilang kalau besok dia mau ikut temennya ke pasar. Kamu mau nitip gak ?"

"Ni..nitip ? "Fokus Syifa semakin hilang. Mendengar nama Haris entah kenapa yang terbetik dalam pikirannya adalah kontol adiknya. "Dasar. Kenapa aku tiba-tiba ngebayangin Haris."

"Iya. Haris bilang mau ke kecamatan. Siapa tahu kamu pengen beli baju gitu."

"Eh. eng..enggak u..usah deh bu. Baju Sy..fa udah banyak. La..lagian nanti ngerepotin Haris."Begitu mengucapkan nama adiknya itu Syifa semakin tidak dapat mengendalikan dirinya. Tubuhnya memanas. Detak jantungnya meningkat. Nafasnya berubah menjadi desahan karena menikmati gelora nafsu yang tiba-tiba terpantik.

"Kamu kenapa toh Fa ? Kayaknya kamu sakit deh."Ibu mulai terlihat cemas melihat perubahan anaknya.

"Enggak kok bu."Syifa masih berusaha untuk terus mengelak tapi ibu bergerak cepat menyentuh dahi anaknya.

"Sakit apaan toh. Ini panas banget."Ibu dengan sigap memeriksa juga leher Syifa. Mendapat sentuhan seperti itu, syaraf-syaraf kulit Syifa bergetar hebat sebagai respon gelora nafsu yang semakin menggebu.

"Ke kamar dulu yah."Dengan lembut ibu menuntun Syifa yang berjalan sempoyongan ke kamarnya. Setelah sampai, kakak segera dibaringkan dengan perlahan. "Kamu tunggu dulu sebentar yah. Ada yang mau ibu ambil."

Ketika ibunya pergi, Syifa merasakan gatal yang semakin menggila. Tangannya pun masuk menyingkap gamis yang digunakannya dan menyelusup ke dalam cdnya. Perlahan tangannya mulai mengusap-usap memeknya yang malah membuat rasa gatalnya semakin menjadi. Namun anehnya Syifa tidak bisa berhenti. Dia merasakan perasaan nikmat ketika memainkan kemaluannya dengan tangannya sendiri. Suatu perbuatan yang tak pernah dia lakukan sebelumnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa aku melakukan hal menjijikan ini ?"benak Syifa dalam hati. Tapi dia tidak bisa berhenti. Dia sangat ingin dipuaskan oleh tangannya. Namun aksinya berhenti juga ketika dia mendengar pintunya berderit tanda sang ibu akan masuk. Bergegas dia menurunkan kembali gamisnya.

"Kamu ibu pijit ya."ujar ibu duduk di sisi ranjangnya. Syifa hanya bisa mengangguk pelan sambil berusaha untuk mengendalikan nafsunya yang menggebu usai memainkan kemaluannya.

"Gamisnya di buka dulu ya."Dengan penuh perhatian Syifa di dudukan di ranjang. Tangan ibunya meraih resleting di punggung anaknya dan membukanya. Gamis anaknya kemudian di naikkan keatas hingga terlepas dari tubuh Syifa. Sekarang tubuh Syifa hanya ditutupi dengan bh dan cd berwarna biru gelap. Ibunya pun membaringkan kembali putrinya dengan posisi tengkurap.

Dengan cekatan ibunya menuangkan minyak di tangannya dan mulai mengurut tubuh anaknya yang berwarna kuning langsat. Syifa merasakan perasaan nyaman ketika tangan ibunya bermain di tubuhnya. Namun perasaan terangsang kembali hadir dan kini semakin besar. Syifa merasakan urat-uratnya menegang meski sedang diurut ibunya.

"Ibu minta maaf ya, gara-gara ibu kamu jadi sakit begini."Syifa tidak terlalu mendengarkan kata-kata ibunya. Pikirannya sudah sepenuhnya kacau oleh gejolak nafsu yang sejak tadi dia rasakan.

"Bh mu ibu buka ya. Biar gampang mijitnya."Tanpa menunggu jawaban anakanya, sang ibu membuka kait bh Syifa kemudian meloloskannya. Setelah sejenak kembali memijat punggungnya. Sang ibu membalik tubuh anaknya sehingga terpampanglah pemandangan menakjubkan berupa 2 buah bukit bulat dengan puting berwarna merah muda. Tangan ibunya mula-mula memijat perut anaknya namun tangan ibunya mulai naik dan menjamah dada anaknya. Syifa mulai menggeliat seperti cacing kepanasan ketika payudaranya dipijat terlebih ibunya mulai memainkan putingnya.

"Ahhh...terus...bu...."cercau Syifa tanpa sadar.

"Tokedmu bagus ya nak. Putingnya masih ranum."Ibunya tersenyum sambil memainkan puting anaknya dengan jari-jemarinya. Syifa semakin menggeliat ketika mendapat perlakuan seperti itu dari ibunya.

"Bu...vagina Syifa juga bu."cercau Syifa tak kuat menahan rasa gatal di selangkangnya. Ibunya dengan sigap segera menarik turun cd syifa hingga terpampanglah vagina Syifa yang bersih dari bulu-bulu.

"Ini namanya bukan vagina sayang. Ini namanya memek."

"Iya bu. Tolongin Syifa bu. Memek Syifa gatel..aaaahhhh."Syifa mendesah semakin hebat. Ibunya mula-mula memijat paha Syifa tapi semakin lama semakin mendekati titik paling sensitif milik Syifa.

"Slurrrppp."Tiba-tiba sang ibu langsung menghisap kemaluan anaknya hingga membuatnya menjerit kenikmatan.

"Ahhhh....enak sekali bu..lagi..."Akal Syifa mulai mengabur. Dia kini sudah dibutakan dengan nafsu sehingga menyingkirkan fakta kalau yang dilakukan dengan ibunya adalah terlarang.

Namun menjelang klimaks, tiba-tiba ibunya menghentikan aksinya."ibu..kok..ber..henti ?"

Tanpa menjawab pertanyaan anaknya, sang ibu membuka gamisnya hingga terpampanglah tubuhnya yang berisi dan ternyata tidak memakai daleman apapun. Melihat tubuh ibunya yang semok itu, Syifa tiba-tiba merasa semakin terangsang. Tak selang lama, sang ibu segera menerjang Syifa dengan mulutnya.



Aksi Bu Nur dan Syifa

Sungguh erotis permainan mereka berdua. Ibu dan anak seakan saling berlomba menuntaskan nafsu mereka satu sama lain. Tubuh mulus Syifa yang berbalut minyak urut bergumul dengan tubuh ibunya yang agak gemuk Kedua mulut saling menghisap dengan sesekali diiringi permainan lidah. Kedua toked mereka saling beradu akibat dan bergoyang seirama dengan tarian nafsu yang mereka peragakan. Kemaluan mereka juga saling bergesekan menambah sensual hubungan mereka. Akal Syifa sudah hilang digantikan dengan nafsu membara yang dipantik ibunya. Kini dia tidak peduli lagi dengan dosa. Dia hanya ingin menuntaskan hasrat seksualnya pada ibunya. Tubuhnya yang mengkilap karena minyak yang dioleskan oleh ibunya membuat Syifa

Namun ditengah pergumulan terlarang itu, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Dan di bawah pintu, aku berdiri dengan muka marah melihat apa yang sudah dilakukan oleh kakak dan ibuku.







Semua berjalan sesuai rencana yang kususun dengan ibu. Aku sudah meinginstruksikan supaya ibu telat menyiapkan kue sehingga membuatnya dapat menyuruh kakak untuk mengantar kue keluar. Aku sudah menaruh obat tidur di minuman Intan sehingga dia akan tertidur lelap sepanjang malam. Ibu juga kuminta untuk membuatkan teh yang sudah kucampur dengan obat tidur kemudian menyuruhnya untuk memberikannya pada Kak Syifa.

Setelah Kak Syifa datang, aku segera masuk ke kamar dan mengintip dari celah pintu yang sengaja kubuat. Sesuai dengan instruksiku, setelah melihat gejala Kak Syifa yang terangsang, ibu akan membawa kakak ke kamar dan memijitnya dengan minyak khusus yang sudah kusiapkan. Setelah itu ibu kuperintahkan untuk merangsang Kak Syifa hingga mau melakukan adegan lesbi dengan ibu.

"Ha...haris."Kak Syifa terbata menyaksikan sosokku yang berada di bawah pintu dengan tatapan melotot. Sontak dia berusaha menarik selimut untuk menutupi tubuh bugilnya.

"Apa yang Kak Syifa lakukan !" bentakku keras. Sementara itu ibu berusaha menutupi dada dan kemaluannya dengan kedua tangannya.

"Ris..ii..ini."Kak Syifa mulai ketakutan karena aksinya ketahuan.

"Begitu ya. Tak kusangka ternyata ibu dan Kak Syifa sudah melakukan hal yang bejat."

"Ma...mafin kakak Ris."Kak Syifa mulai memelas.

"Enak saja ! Memang kakak pernah maafin aku kalau bikin salah hah ! Sekarang biar aku hukum kakak. Akan kupanggil penduduk buat menyaksikan kalian berdua."

"Jangan Ris."Kak Syifa menggeleng kencang.

"Kalau kakak gak mau kupanggilkan orang-orang, kakak buka celanaku sekarang dan ngentot denganku."Kataku dengan nada sinis. Mata Kak Syifa terbelalak lebar mendengarnya.

"Kau gila Ris !"Kak Syifa berseru tak percaya kalau adiknya ingin berhubungan badan dengan kakaknya sendiri.

"Enggak kok kak. Lagian kakak udah dengan bejatnya main sama ibu. Harusnya sama aku gak masalah." Aku tertawa pelan."Nur, coba kau tunjukkan bagaimana caranya."

"Baik tuan."Dengan tanpa rasa malu ibu berjalan kearahku kemudian berlutut di depanku. Tangannya bergerak cepat membuka celanaku hingga menampakkan kontolku yang mengacung. Dengan khidmat ibu mencium kontolku seperti benda terhormat dan kemudian mulai menjilatinya. Kak Syifa seperti disambar petir di siang bolong melihat tingkah ibu.

"Apa yang ibu lakukan !"

"Kaget ya kak, sekarang ibu sudah jadi budakku. Benarkan Nur ?"

"Benar. Sekarang ibu sudah jadi budak dari Tuan Haris."jawab ibu sambil masih melayani kontolku dengan lidahnya.

"Apa yang sudah kau lakukan pada ibu Ris !" Terlihat Kak Syifa mulai dikuasai amarah.

"Yah cuma menanamkan mantra supaya ibu tunduk pada semua perintahku."Aku mengangkat bahu santai."Dan kakak akan jadi yang selanjutnya."

"Bajingan kau Ris !"Seru Kak Syifa menggelegar."Keluar sana dasar anak laknat !"

"Oh, rupanya kakak masih belum sadar dengan posisi kakak.' Aku tertawa meremehkan."Biar kuberi tahu siapa tuan di sini. Sekarang silahkan kakak keluar dari rumah ini dan pamerkan tubuh telanjang kakak."

"Apa yang kau...."Tubuh kakak tiba-tiba mematung. Kemudian dengan patah-patah dia menyingkap selimutnya dan turun dari ranjang. Aku tersenyum puas melihatnya. Sekarang kakak tidak akan bisa melawanku.

"Kenapa ini ?"tanya Kak Syifa heran melihat tubuhnya berjalan dengan sendirinya ke arah pintu kamar.

"Kaget ya ? Kakak tahu gak, minyak yang tadi dipakai ibu sudah kumantrai sehingga sekarang semua tubuh kakak akan mengikuti kemauanku."

"Bajingan kau Ris."bentak Kak Syifa. Namun tubuhnya terus bergerak membuka pintu kamarnya dan melangkah keluar ke arah pintu utama.

"Bagaimana kak, kalau kakak mau nurut sama aku, aku bakalan lepas mantranya. Tapi kalau kakak gak mau, ya kakak akan terus berjalan ke luar dan jadi tontonan seluruh kampung."

Aku bisa melihat tekad kuat Kak Syifa untuk mengambil alih tubuhnya. Tapi itu semua terlambat. Mantra Gendhing Abira Abilasa cukup tangguh untuk sekedar berhadapan dengan tekad semata. Kulihat mata Kak Syifa mulai mengucurkan air matanya sementara tubuhnya terus berjalan ke pintu utama dan meraih gagangnya.

"Baik Ris, Kakak akan menuruti perintahmu."Kak Syifa mulai menangis karena perasaan malu. Aku menjetikan jariku tepat ketika pintu mulai terbuka.

"Gitu dong kak. Kalau dari tadi kan kita sama-sama enak."Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tubuh Kak Syifa yang sekarang jatuh tersungkur dengan mata yang mengeluarkan air mata.

"Puas kamu bikin kakak kayak gini."Kak Syifa menatapku penuh kebencian.

"Jangan gitu dong kak. Kan salah kakak sendiri yang malah main sama ibu. Nah sekarang kakak duduk di kursi ini."Kataku menunjuk kursi di depanku. Kakak dengan patah-patah akhirnya duduk di kursi itu dengan tangannya yang berusaha menyembunyikan toked dan memeknya. Sementara itu aku berdiri di depannya dengan kontol yang masih berdiri tegak.

"Nah bu, sekarang ibu coba bersandar di meja ruang tamu."Dengan patuh ibu segera membungkukkan tubuhnya dengan bertumpu pada meja ruang tamu yang karena posisinya rendah sehingga membuat pantatnya menungging keatas.

"Lihat nih kak, begini caranya meraih kenikmatan."Aku pelan mengusap pantat ibu yang sejak tadi hanya diam. Kemudian dengan sekuat tenaga, kontolku menusuk masuk ke anus ibu.

"AHHHH ! Kontolmu nikmat Tuan !"Cercau ibu yang keenakan anusnya dimasuki kontolku. Sementara itu Kak Syifa seakan tak percaya melihat ibunya sendiri sedang di anal oleh adiknya.

"Coba kau bilang pada anakmu betapa enaknya kontolku."

"Kontol Tuan Haris enak sekali. Bikin budak ini ketagihan."ujar ibu yang terus mendesah kenikmatan seiring dengan kontolku yang semakin cepat memompa. "Coba deh Fa, kamu pasti bakalan ketagihan sama kontol Tuan Haris."

Kak Syifa diam melihat pemandangan di depannya. Di satu sisi dia merasa jijik melihat ibunya disetubuhi oleh anaknya apalagi dari belakang. Namun sebagian dirinya lagi yang masih dibawah pengaruh obat perangsang yang kuberikan mulai memberikan sensasi aneh pada tubuhnya.

Perlahan tangan Kak Syifa bergerak meremas tokednya yang masih dilapisi dengan minyak. Semakin lama sensasi yang dia rasakan semakin meningkat dan membuat tangannya tanpa sadar mulai menggesek memeknya meski adiknya melihatnya secara langsung. Beberapa menit kemudian, tubuh Kak Syifa muali tidak terkendali dan mulai mengeluarkan desahan menggoda.

"Ris, tolong kakak Ris."cercau Kak Syifa ditengah mastrubasinya.

"Kakak mau apa ?"tanyaku pura-pura polos.

"Aku mau penismu Ris. Ahhh...tolong masukan penismu Ris."

"Ini namanya kontol kak. Coba kakak bilang kalau kakak mau dientot sama aku."

"Iya Ris. Ahhhh... tolong entot memekku Ris. Ahhh.. kakak udah gak tahan."

Aku tersenyum tipis dan menarik kontolku dari anus ibu dan meninggalkan ibu yang tumbang ke lantai setelah kontolku menyemprotkan banyak sperma ke dalam anusnya.

"Coba ngangkang dulu kak. Tunjukan padaku memekmu."Dengan dipenuhi oleh nafsu Kak Syifa mulai membuka pahanya lebar-lebar sehingga memperlihatkan memeknya yang bersih. "Cepat Ris. Cepat masukan kontolmu ke memek kakak."

Berkat obat yang diberikan oleh Tuk Siamang, aku bisa terus bersetubuh meski berkali-kali crot. Karena itulah, tanpa buang-buang waktu, segera kontolku melesat bagai roket menghantam memek Kak Syifa yang tak berbulu.

"Ahhhhhh! kontolmu nikmat sekali Ris."cercau Kak Syifa yang sedang kusodok dengan keras. Aku segera membungkam mulut Kak Syifa dengan bibirku. Kami berdua bermain dengan hebat. Tapi rangsangan yang diterima pada Kak Syifa membuatnya cepat mencapai orgasem. Aku segera mencabut kontolku tepat ketika cairan orgasem keluar dari memek Kak Syifa bersamaan dengan darah akibat selaput daranya yang jebol. Setelah mencapai puncak kenikmatannya, Kak Syifa terlihat terkulai lemas di atas kursi.

"Cepat besihkan memek anakmu dengan lidahmu."Perintahku pada ibu. Ibu dengan patuh segera berlutut di depan memek Kak Syifa dan mulai menjilati sisa-sisa pergumulan kami.

"Kalau sudah selesai segera ke kamar. Tadi aku belum sempat keluar."

"Baik Tuan. Budak ini akan segera melayani Tuan."



Budak Terakhir

Malam itu aku dan kedua budakku sedang menikmati beberapa kue yang dibuat ibu. Tentu saja keadaan ibu dan Kak Syifa sepenuhnya bugil hingga aku bisa melihat tubuh mereka yang menggoda. Saat ini posisi Kak Syifa seperti biasa sedang merangkak dan makan langsung dengan mulutnya. Sedangkan ibu berbaring dengan potongan kue di atasnya sehingga sekilas terlihat seperti meja. Terkadang aku mengambil potongan kue dan menyuapi ibu yang hanya berbaring terlentang atau melemparnya agak jauh hingga Kak Syifa akan merangkak mengambilnya seperti anjing.

Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan. Seorang kakak dan ibu yang terkenal sebagai muslimah yang taat sekarang diperlakukan dengan begitu rendahnya. Namun tak terlihat rasa terpaksa di wajah mereka. Yang terlihat hanyalah wajah bahagia karena dapat melayani tuannya.

"Bagaimana Nur, rencana kita untuk menundukkan anakmu Intan ?"

"Seperti biasa saja Tuan. Kita beri dia obat perangsang."

"Jangan. Aku bosan dengan cara itu. Aku ingin Intan sendiri datang dengan kesadarannya sendiri."

"Tapi bagaimana caranya Tuan ?"tanya Kak Syifa heran.

"Aku akan menunjukkan padanya kalau Kakak dan ibunya sudah menjadi budakku."

"Tapi Tuan, apa itu tidak apa ?"tanya ibu.

"Tenang saja. Aku akan memikirkan cara supaya dia tidak buka mulut. Tapi apa kalian siap menunjukkan jati diri kalian pada Intan ?"

"Bagaimna ya Tuan. Budak ini agak malu."jawab Kak Syifa.

"Ah masa budak masih punya malu."kataku sinis.

"Baiklah Tuan kalau itu permintaan Tuan. Kami berdua akan menaatinya."jawab Ibu.

"Bagus. Besok malam kita akan mengekskusi rencana kita."






"Wah, bu tumben ibu masak rendang."komentar Intan melihat hidangan yang ada di meja makan.

"Iya nih. Sekarangkan hari spesialmu ?"

"Eh, emang apaan. Perasaan ulang tahunku udah lewat."

"Ada deh, pokoknya ini bakalan spesial banget deh."timpal Kak Syifa genit.

Aku hanya diam saja menyaksikan ibu dan kakakku mengobrol lepas dengan Intan. Diam-diam, aku mencuri pandang pada tubuhnya yang menggoda meski agak mungil. Pikiranku mulai dipenuhi khayalan panas menikmati adikku. Ah, tanpa terasa kontolku mulai menegang.

Usai makan, ibu membereskan semua hidangan sementara Kak Syifa mengajak Intan dan aku untuk ke ruang tamu. Ibu ikut bergabung dengan membawa teh dan kue-kue kecil untuk menemani obrolan kami.

"Ini kenapa sih. Kok tiba-tiba kayak serius ?"tanya Intan memecah suasana yang hening setelah ibu duduk dengan kami. Kak Syifa dan Ibu saling tatap dalam diam seolah membicarakan sesuatu.

"Begini tan,"aku memutuskan untuk angkat bicara setelah ibu dan Kak Syifa terus diam."Ibu dan Kak Syifa sekarang menemukan pekerjaan baru. Mereka memilih pekerjaan baru karena bahagia dengannya dan dapat melepaskan semua belenggu kehidupan. Kakak lihat sendiri bagaimana ibu dan Kak Syifa sangat menikmati pekerjaan baru mereka."

"Sebenarnya kakak ngomong apa sih ? Emang ibu sama Kak Syifa kerja apa ?"tanya Intan kebingungan.

"Begini dulu Tan, menurutmu jika kebahagiaan itu terkekang dengan begitu banyak aturan, apakah sebaiknya kita melepaskan kekangan itu."

"Menurutku sebaiknya kita berusaha untuk bersikap lepas. Buat apa hidup kalau kita tidak menikmatinya."

"Bahkan meskipun itu melanggar norma."

"Eh, maksud kakak ?"

"Tan, kamu ngerti gak kalau sebenarnya secara gak langsung norma bikin hidup kita terus terkekang. Bayangin Tan, kita harus mematuhi banyak larangan yang membuat hidup kita suram dan kaku. Sementara jika kita melanggar kita akan dihukum meskipun yang kita lakukan adalah bisikan hati dan keinginan besar kita yang sebenarnya juga tidak mengganggu orang lain."

"Iya juga sih kak. Kadang aku suka mikir begitu. Kenapa sih kita harus terus terkekang dengan aturan dan tidak menjadi diri kita sendiri."Aku tersenyum mendengar jawaban Intan. Aku mengenal adikku dengan baik. Dia agak berbeda dengan ibu dan Kak Syifa yang kolot dengan aturan. Adikku punya pergaulan dan pandangan yang luas sehingga dia terkadang suka 'nakal '. Aku paham kalau dia melakukannya bukan karena dia orang yang buruk. Dia melakukannya sebagai bentuk perlawanan pada aturan yang telah membelenggunya.

"Begini Tan, sebenarnya pekerjaan baru ibu dan Kak Syifa ini melanggar banyak norma,"jelasku lagi.

"Maksudnya gimana sih ?"tanya Intan kebingungan."Memang ibu sama kakak kerja apa ?"

"Ibu dan Kak Syifa akan menunjukkannya. Tapi bisakah kamu janji kalau kamu gak akan bilang siapa-siapa."

"Emm gimana ya,"Intan terlihat bimbang.

"Tolonglah Tan,"bujuk Kak Syifa.

"Baiklah. Intan janji, apapun pekerjaan Ibu sama Kak Syifa, Intan akan tutup mulut."

"Bagus. Nah sekarang tunjukkan jati diri kalian pada Intan."Perintahku pada kedua budakku. Dengan patah-patah ibu dan Kak Syifa membuka gamis mereka hingga memperlihatkan daleman mereka. Intan terbelalak melihat kelakuan ibu dan kakaknya.

"Eh, ini apa-apaan. Kok ibu sama Kak Syifa buka baju. Itu kak Haris liatin loh."

"Kamu diam saja Tan. Kamu udah janjikan bakalan tutup mulut."kataku mengingatkan. Intan terpaksa membungkam mulutnya meski dari sorot matanya terlihat penolakan.

Ibu dan Kak Syifa kini melepaskan kaitan bh mereka hingga bh mereka jatuh dan memperlihatkan empat toked montok yang menggoda dengan puting yang menambah sensasi. Tak cukup sampai disitu, ibu dan Kak Syifa segera meloloskan celana alam mereka hingga memperlihatkan memek mereka yang menggugah hasrat pria manapun.

Intan hanya terdiam menyaksikan tubuh telanjang ibu dan kakaknya. Aku segera memberi isyarat pada kedua budakku dan dengan patuh mereka berlutut di sampingku dan melepaskan celanaku beserta cdku. Intan memalingkan pandangan melihat kontolku yang ngaceng.

"Gak usah malu Tan. Lihat, ibu dan Kak Syifa aja biasa aja."kataku nakal. Intan yang awalnya malu-malu mulai mencuri pandang dan akhirnya dia kembali memperhatikan tingkah kami.

"Kenapa ? kenapa ibu dan kakak jadi begini ?"

"Gak usah heran Tan. Ibu dan Kakakmu hanya menjadi diri mereka sendiri dan melepaskan diri dari belenggu aturan."

"Ta...tapi."

"Tan, ibu dan kakakmu bahagia dengan posisi mereka sekarang. Apa kamu mau merebut kebahagiaan mereka berdua dengan alasan menaati aturan."

Terlihat Intan mulai bimbang. Di satu sisi dia tahu kalau hal ini salah di mata hukum dan norma. Namun di satu sisi jiwanya yang bebas membenarkan tindakan apapun untuk mencapai kebahagiaan.

"Maafin ibu ya kalau ibu dan Kak Syifa gak bilang. Tapi sekarang kamu harus tahu. Ibu dan Kak Syifa sudah menjadi budak dari Tuan Haris."

"Maksud ibu ?"

"Sekarang jiwa dan raga kami ada untuk melayani Tuan Haris. Kami adalah budaknya dan akan menaati semua perintah dari Tuan Haris."jawab Kak Syifa.

"Tapi apa ibu dan Kak Syifa gak malu. Ini melanggar norma dan perbuatan biadab."

"Ibu dan Kak Syifa hanya berusaha untuk bahagia. Untuk apa terus menaati norma kalau hidup kita tersiksa."

"Tapi ibu dan Kak Syifa jadi budak. Itu artinya Ibu dan Kak Syifa gak bebas dan menjadi milik Kak Haris."

"Tapi kami bahagia hidup dengan melayani Tuan Haris. Tuan Haris telah memuaskan hasrat terbesar kami. Kak Syifa dan Ibu ingin terus mengabdi pada Tuan Haris untuk dapat merengkuh lebih banyak kebahagiaan. Lagipula, buat apa hidup merdeka jika perasaan terpenjara. Selama hidup menjadi budak membuat ibu dan Kak Syifa bahagia dan tidak merugikan orang lain, apa salahnya ?"

Intan sekarang benar-benar berada dalam dilema. Namun aku bisa merasakan kalau dirinya mulai menerima keadaan ibu dan Kak Syifa. "Baiklah kalau memang itu keinginan ibu dan Kak Syifa. Intan cuma pengen ibu dan kakak bahagia."

"Terima kasih atas pengertiannya Intan."Ibu tersenyum lebar pada Intan."Kamu memang anak ibu yang pengertian."

"Iya bu. Intan sekarang sadar, ibu dan Kak Syifa cuma ingin menjadi diri sendiri. Dan jika menjadi budak dari Kak Haris bisa membuat ibu dan Kak Syifa bahagia, maka Intan cuma bisa menghormatinya."Intan balas tersenyum.

"Bagus. Sekarang kakak akan menunjukkan betapa bahagianya kehidupan ibu dan Kak Syifa."kataku tertawa lepas."Ayo cepat nungging."

Ibu dan Kak Syifa menungging seperti anjing dengan menaikkan pantatnya. Kepala mereka mendongak ke arah Intan yang hanya diam menyaksikan. Aku melangkah ke depan 2 pantat semok yang menggoda itu lalu kumasukan kedua jariku ke dalam lubang anus mereka.

"AHHHHH ! SHHH ! AHHHHHH !" Ibu dan Kak Syifa menggerang nikmat ketika jariku menusuk lubang anusnya. Aku tak berhenti sampai di situ. Jariku segera ku putar dan kumainkan di dalam lubang anus ibu dan Kak Syifa yang terus menjerit kenikmatan.

"Sekarang layani Tuan kalian."kataku menyudahi permainan. Ibu dan Kak Syifa berbalik dan mulai menjilat kontolku yang tegang. Lidah mereka bermain menjilati setiap bagian dari kontolku hingga ke buah zakarku. Intan hanya melongo menyaksikan ibu dan kakaknya seperti rakus memainkan kontolku.

"Ini masih permulaan Tan. Liat saja seterusnya." Usai kontolku cukup basah dengan liut ibu dan Kak Syifa, aku menyuruh mereka berdua mengambil karpet dan menghamparkannya di ruang tamu serta menyingkirkan meja dan kursi. Kemudian kusuruh kedua budakku itu untuk berbaring di karpet dengan posisi terlentang.

Aku mengarahkan penisku ke memek Kak Syifa kemudian dengan sekuat tenaga kuhujamkan penisku menembus memek yang cukup sempit itu. Kak Syifa segera merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika kontolku menghujam begitu dalam sampai mungkin menyentuh rahim. Sementara itu tanganku tak diam saja. Tanganku memainkan kloritis dan bibir vagina ibu dan sesekali mencelupkan jari jemariku di memeknya dan memainkannya seperti sedang mengaduk minuman.

Aku yang berada di puncak kenikmatan tanpa sadar mulai meremas kuat memek ibu hingga membuat ibu mendesah kesakitan. Tapi ibu berusaha semaksimal mungkin untuk tidak bergerak sehingga aku bisa bermain tanpa gangguan. Sementara itu Kak Syifa merapatkan pahanya hingga membuat dinding vaginanya menjepit kuat kontolku.

Sekilas aku melihat Intan yang sepertinya mulai terangsang setelah melihat betapa nikmatnya ibu dan kakaknya merasakan kontol dan tanganku yang memainkan memek mereka berdua. Kulihat Intan mulai meremas-remas tokednya dan menggesek memeknya dari luar pakaianannya.

"Gimana Tan ? Sekarang kamu pahamkan kalau Ibu dan Kak Syifa begitu bahagia dengan status mereka sebagai budakku ?"

"Iya..kak..shhhh....Intan sekarang paham."Adikku menjawab sambil mendesah nikmat akibat permainan tangannya.

"Wah, liat tuh Fa. Adikmu kayaknya udah terangsang berat."kataku sambil mencabut kontol dari memek Kak Syifa."Coba kamu bantu dia. Aku pengin puasin Nur dulu."

Kak Syifa yang masih agak lemas karena persetubuhan hebatnya memaksakan dirinya untuk berdiri dan merangkak kearah Intan. Tangannya bergerak cepat melepaskan celana intan. Intan hanya diam saja ketika celana termasuk celana dalamnya dilepaskan. Pikirannya sekarang sudah dipenuhi dengan nafsu.

Kak Syifa cepat menghisap memek Intan yang terlihat mungil dengan beberapa bulu yang tumbuh. Dengan ganas lidah Kak Syifa bermain di kloritis Intan dan membuatnya mengejan nikmat.

"Ahhhh, geli kak."desah Intan mulai jatuh dalam kenikmatan. Kak Syifa tidak mempedulikannya dan terus memainkan mulutnya di memek Intan.

Sementara itu aku menghampiri ibu yang masih terlentang dengan memeknya yang tebal. Tanpa aba-aba lagi aku langsung menusuk memek ibu hingga membuat ibu menjerit kenikmatan. Memek ibu agak berbeda dari Kak Syifa yang sempit. Memek ibu terkesan lebar meski tidak terlalu melar. Tapi aku bisa merasakan sensai lain dari memek ibu yang empuk.

"Ahhh, budak ini ingin keluar Tuan,"cercau ibu

"Tahan sebentar. Kita keluar sama-sama ya."jawabku. Tak lama aku merasakan dorongan yang kuat di kontolku. Segera saja aku melepaskan jutaan sperma yang masuk ke memek ibu disertai lenguhan nikmat. Segera kucabut kontolku dan terduduk dikarpet sementara itu kulihat spermaku yang banyak mulai meluber keluar dari memek ibu beserta cairan kenikmatannya.

Aku menoleh dan melihat Intan juga mencapai puncak kenikmatannya dan mencapai orgasme. Kulihat cairannya begitu banyak keluar sehingga membuat muka Kak Syifa dipenuhi cairan kenikmatan adiknya.

"Gimana Tan, kamu sekarang ngerti kan betapa bahagianya ibu dan Kak Syifa sekarang ?"tanyaku sambil kontolku dibersihkan oleh Kak Syifa.

"Iya kak. Sekarang Intan paham. Ibu dan Kak Syifa sudah mencapai kebahagiaan mereka dengan cara mereka sendiri."

"Kamu gak pengen kayak Ibu dan Kak Syifa. Kak Haris bisa memberikanmu kenikmatan yang sama asalkan kamu bersedia jadi budak kakak.'

"Gimana ya kak. Intan sebenarnya ingin menikmati apa yang dirasakan Ibu dan Kak Syifa. Tapi Intan masih bimbang dan takut kak."jawab Intan menunduk.

"Ya sudah jangan dipaksakan. Kamu nanti terbiasa juga. Tapi nanti jangan sungkan kalau kamu ingin menjadi budak juga."

"Baik kak. Intan akan pikirkan baik-baik."Intan tersenyum menatapku. Sebenarnya aku ingin langsung menundukkan Intan dengan mantra Gendhing Abira Abilasa. Tapi aku tak ingin mempermainkan perasaan adikku. Biarlah dia memutuskannya sendiri. Yang penting sekarang adikku bisa menerima kondisi kami sehingga aku tidak perlu lagi main sembunyi-sembunyi.

"Sekarang Intan bisa kan menerima keadaan ibu sebagai budak ?"tanya ibu yang mendekati Intan dengan merangkak.

"Tentu saja bu. Apapun asalakan ibu dan Kak Intan bahagia."

"Terima kasih Intan."jawab Ibu dan Kak Syifa bersamaan.



Jalan Menjadi Budak

Semenjak memberitahu Intan, aku sekarang dapat menikmati kedua budakku dengan lebih nyaman. Aku sekarang menyuruh supaya ibu dan Kak Syifa tidak mengenakan apapun atau setidaknya hanya menggunakan sehelai kain untuk menutupi tubuh indah mereka. Aku juga menyuruh supaya ketika di kamar mandi pintunya tidak perlu ditutup. Hal itu sempat memancing protes dari Intan.

"Kok pintu kamar mandinya gak boleh ditutup sih ?"tanya Intan ketika malam itu kami kembali berkumpul. Tentu saja ibu dan Kak Syifa tidak menggunakan apapun untuk menutupi tubuh mereka sementara aku hanya menggunakan baju tanpa celana sehingga kontolku yang besar dapat terlihat jelas.

"Begini, ibu dan kakakmu itu kan sekarang budak dan mereka itu derajatnya seperti benda. Karena itulah kakak buat aturan ini supaya tubuh mereka dapat dinikmati. Sementara kakak ingin menghadiahkan pemandangan kontol kakak yang indah ini atas kesetiaan kedua budak kakak."jelasku pada Intan.

"Tapi apa gak malu kak. Masa lagi kencing dan berak diliatin."

"Kenapa harus malu. Kita ini keluarga dan seharusnya kita saling terbuka termasuk soal tubuh kita."timpal ibu.

"Ibu benar Tan. Dengan saling menunjukkan tubuh kita, kita bisa lebih dekat karena tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. Bukankah harusnya sesama anggota keluarga harus terbuka."Kak Syifa membenarkan.

"Tapi Intan gak mau kak diliatin di kamar mandi."rengek Intan.

"Kamu masih boleh nutup pintu kok Tan. Ini cuma berlaku buat kita bertiga."

"Tapi Intan gak enakan nih. Masa Intan doang yang pintunya ditutup."

"Gak usah sungkan. Toh kita ini memang budak dan harus menunjukkan tubuh kita pada Tuan Haris."

"Benar itu. Dan sebagai rasa terima kasih kakak harus nunjukkin kontol kakak supaya bisa dipuaskan oleh budak kakak kapan saja."

"Baiklah kak. Kalau memang itu buat ibu dan kakak bahagia, Intan ikut aja."

Maka sejak saat itu aku, ibu, dan Kak Syifa tidak pernah menutup pintu di kamar mandi. Awalnya aku juga gak malu ketika harus buang air sementara adikku ada di dekatku. Namun kelamaan aku mulai terbiasa bahkan aku beberapa kali mengobrol dengan Intan ketika aku sedang berak tanpa sekat yang menghalangi kami.

Suatu pagi, saat itu aku sedang menikmati mandi yang spesial. Kenapa begitu ? itu karena aku sedang dimandikan oleh kedua budakku. Ada empat toked yang seperti berebutan untuk menyabuni tubuhku yang telanjang sementara aku hanya duduk saja di bangku kayu kecil. Ibu dan Kak Syifa memang bertugas untuk menyabuniku dengan toked besar mereka.

"Ah, turun kebawah Fa. Kocok kontolku pakai tokedmu."perintahku sambil mengakangkan kakiku

"Baik Tuan." Kak Syifa jongkok di depanku dan mengarahkan kontolku tepat di tengah belahan tokednya. Kak Syifa lalu menggunakan kedua tangannya untuk menggenggam tokednya dan mulai memijit kontolku yang mulai menegang. Kak Syifa dengan terampil menekan nekan tokednya dan sesekali menggetarkan tokednya untuk membuatku lebih terangsang. Sementara itu leherku diletakan di belahan toked ibu sehingga aku seperti berada di kursi refleksi namun bukannya kursi yang memijitku melainkan 4 toked milik 2 budak cantikku.



Layanan tetek

Usai ritual mandi itu, tubuhku dibilas dengan pelan dengan air bersih hingga semua sisa sabun luntur. Kemudian aku dihanduki sampai kering yang tentu saja disertai dengan pijatan sensual dari kedua tangan budakku.

"Ah kakak malah mandi lagi."ujar sebuah suara. Aku menoleh dan melihat Intan yang memakai kaus dan celana legging berdiri di luar kamar mandi. Mukanya terlihat habis bangun tidur dengan rambut acak-acakan.

"Kamu mau ngapain Tan ?"tanyaku ramah.

"Ya mandilah kak. Gitu aja pakai ditanya."

"Aduh gimana ya. Kaka lagi enak-enakan dihandukin nih."

"Kaka pergi aja sana. Aku lagi kebelet nih."Mendengar ujaran adikku, aku seketika mendapat ide bagus.

"Kalau kebelet kencing ada di luar."

"Kakak gimana sih. Jorok tahu."

"Tenang aja. Ada yang bakalan nampung kok."

"Maksud kakak ?"

Aku memberi isyarat pada ibu. Ibu yang segera mengerti maksudku segera keluar dari kamar mandi dan berlutut di depan Intan. Intan terlihat kaget melihat tingkah ibu.

"Ibu mau ngapain ?"

"Kamu mau kencingkan. Nah ibumu akan menampung kencingmu."

"Eh beneran bu ?"

"Iya nak. Jangan sungkan. Kencingilah ibumu ini."Intan terlihat agak bimbang menghadapi kondisi ini. Bagaimanapun anak normal pasti tidak akan mau mengencingi ibunya sendiri.

"Gimana ya bu. Intan gak enakan nih."

"Jangan begitu. Ibu suka minum air kencing. Rasanya asin gimana gitu."Ibu tersenyum menenangkan. Kemudian dia berbaring di depan Intan."Ayo Tan, jongkok di depan mulut ibu."

Intan yang semula canggung akhirnya terpaksa mengencingi ibunya. Intan menurunkan celananya sekaligus celana dalamnya. Intan masih canggung jika memperlihatkan kemaluannya di depanku. Karena itu dia menutupi memeknya dengan telapak tangannya.

"Jangan malu-malu Tan. Aku kan kakakmu."kataku mencairkan suasana. Intan tersenyum kikuk dan memutuskan untuk membuka telapak tangannya hingga menunjukkan memeknya yang agak mungil dengan beberapa halus yang sepertinya baru tumbuh. Intan jongkok di depan wajah ibu kemudian mengejan untuk mengeluarkan kencingnya.

"SYURRRR" Air kencing Intan keluar deras dari lubang memeknya dan langsung meluncur deras ke mulut ibunya yang terbuka lebar. Dengan lahap ibu berusaha meminum semua kencing putrinya. Namun posisinya yang terbaring membuat air kencingnya mengalir dari mulutnya ke lantai.

Tak cukup sampai di situ, ibu menjilati memek Intan dengan lidahnya sampai kering. Tak cukup sampai disitu, dengan posisi menungging, ibu mulai menjilati lantai yang terkena kencing putrinya sampai mengkilap. Itu semua dilakukan tanpa rasa jijik bahkan terlihat ibu begitu menikmati setiap tetes kencing anaknya.

"Ibu memang gak jijik apa minum air kencingku ?"tanya Intan pada ibu yang masih menjilati lantai.

"Kenapa harus jijik Tan,"jawab Kak Syifa."Kami adalah budak. Bagi kami, air kencing dan sperma adalah air suci yang tidak boleh disia-siakan dan harus diminum meski jatuh ke tanah."

"Tapi itukan kotoran kak."

"Aslinya itu adalah makanan yang kita makan. Apa yang kita anggap kotoran sebenarnya adalah bagian tubuh kita. Jadi kenapa harus jijik."

Intan hanya mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan Kak Syifa. Aku tersenyum puas mendengar jawaban dari Kak Syifa. Sepertinya aku berhasil membuatnya kecanduan dengan air kencing.

"Tan, kamu mau mandi sama budakku gak ?"tanyaku setelah tubuhku kering.

"Maksudnya dimandiin sama ibu dan Kak Syifa ?"

"Iya. Mau gak ? Enak loh."

Intan terlihat berpikir sejenak dengan tawaranku. Tapi akhirnya di setuju. Toh aku sudah melihat memeknya dan dia sudah mengencingi ibu. Jadi tidak ada salahnya dimandikan ibu dan Kak Syifa.

"Nur, sekalian kamu buka bajunya Intan terus bawa ke kamar mandi."perintahku. Dengan patuh ibu mengangkat baju Intan. Intan yang pasrah hanya mengangkat kedua tangannya dan membiarkan ibu membuka bajunya hingga intan hanya menggunakan bh merah yang kemudian segera dilepas oleh ibu.

Aku tertegun menyaksikan tubuh Intan yang mulus. Dadanya agak mungil namun bulat dan padat. Memeknya terlihat sempit dengan bulu yang baru tumbuh. Perutnya rata dengan pinggul yang agak lebar sementara pahanya terlihat agak besar menjepit memeknya. Wajah Intan memerah karena malu tubuhnya yang bugil di lihat olehku.

"Jangan pelototin Intan terus dong kak. Intan malu nih."kata Intan berusaha menyembunyikan dada dan kemaluannya.

"Gak usah malu-malu gitu."kataku mencoba menenangkan. "Yaudah. Nur, cepat mandikan Intan."

Aku segera beranjak keluar dari kamar mandi diikuti Kak Syifa yang merangkak di sampingku. Aku menarik kursi meja dan menghadap ke kamar mandi dengan pintu yang terbuka dalam keadaan tidak berpakaiaan. Sementara itu ibu dengan lembut menuntun Intan masuk ke kamar mandi dan mendudukkannya di kursi kayu.

"Eh Tan, gak papa nih pintu kamar mandinya gak ditutup ?"tanyaku teringat sesuatu.

"Gak apa-apa kok. Intan pengen aja. Lagian gak enakan cuma Intan doang yang mandinya ditutup."

Aku senang mendengarnya. Sepertinya interaksi yang intens dengan ibu dan Kak Syifa yang telanjang sedikit demi sedikit membuat rasa malu Intan hilang tanpa aku perlu menggunakan mantra Gendhin Abira Abilasa.

Dengan lembut ibu mulai menyiram seluruh tubuh Intan. Intan hanya diam sambil memejamkan matanya menikmati setiap sapuan air dari ibunya. Sesekali ibu mengusap tubuh Intan dan membuat Intan geli. Aku yang melihat tingkah Intan tiba-tiba menjadi terangsang. Segera kusuruh Kak Syifa untuk mengulum kontolku yang tegang.

Ibu lalu menunangkan sabun cair ke tokednya kemudian dengan toked yang berbusa ibu menyabuni Intan hingga ke stiap inci tubuhnya. Intan terlihat begitu menikmati sentuhan toked ibunya yang lembut di tubuhnya. Setelah itu ibu membilas seluruh tubuh Intan hingga bersih dan memijit Intan dengan handuk hingga tubuh Intan kering.

"Gimana Tan mandinya ?"

"Enak banget kak. Rasanya lebih seger gitu."jawab Intan sambil tersenyum riang dan keluar dari kamar mandi untuk mengambil air.

"Eh, kamu gak pake baju lagi ?"tanyaku keheranan melihat Intan yang berjalan-jalan dengan tenang meski tidak ada sehelai benangpun yang menutup tubuhnya.

"Enggak usah deh kak. Intan ngerasa bebas banget pas gak pake baju. Lagian gak enakan kalau Intan doang yang pakai baju."jawab Intan genit. Aku senang mendengarnya. Sepertinya semakin lama rasa malu Intan semakin hilang.

Setelah ritual mandi yang menyenangkan itu, kami semua ke meja makan untuk menikmati sarapan dengan bugil tentunya. Beruntung Ini hari libur sehingga kami bisa menikmati setiap momen ini dengan baik.

Seperti biasa Kak Syifa makan dengan piring dan semangkuk air di bawah sementara ibu mengambil posisi di bawah meja untuk mengulum kontolku. Sementara aku dan Intan duduk berhadapan sambil menikmati sepiring nasi goreng untuk sarapan.

"Eh kak, emang enak ya makan kayak anjing begitu ?"tanya Intan yang memperhatikan Kak Syifa yang lahap menikmati makannya langsung tanpa tangan seperti anjing.

"Enak tahu Tan. Sensasinya beda. Kamu bisa langsung menikmati makanan tanpa perantara tangan."

"Intan mau coba deh."Intan yang tanpa malu lalu membawa piringnya ke bawah dan langsung makan dengan mulutnya seperti anjing. Aku menelan ludah menyaksikan tingkah Intan yang semakin terbuka apalagi pantatnya yang seperti sengaja diangkat.

"Gimana Tan rasanya ?"tanya Kak Syifa.

"Bener kak. Sensasinya lebih enak."Usai makan Kak Syifa dan Intan bergantian minum dari mangkuk berisi air. Ibu yang melihat dari bawah meja hanya bisa tersenyum melihat tingkah kedua putrinya.

Namun ketika sedang minum secara tidak sengaja Intan menyenggol mangkuk itu hingga isinya tumpah semua. Kak Syifa terlihat kesal karena dia masih haus.

"Ah, kamu nih Tan. Mangkuknya jatuhkan. Terus kakak minum apa dong ?"

"Tinggal ambil air lagi aja kok repot kak ?"

"Gak mau. Kakak maunya dari kamu."

"Maksudnya ?"tanpa aba-aba Kak Syifa menerkam Intan seperti seekor anjing. Tangannya menahan kedua tangan Intan sementara lidahnya bermain liar di leher Intan dan membuat Intan berontak karena terangsang hebat.

"Udah kak, geli tahu."Kak Syifa tidak menghiraukan dan terus bermain di tubuh Intan. Sekarang mulutnya turun menghisap kedua puting Intan yang berwarna pink. Aku seketika merasa bernafsu melihat permainan Kak Syifa dan Intan yang seperti sepasang lesbi.

Akhirnya Intan pasrah saja tubuhnya dipermainkan dengan hisapan dan jilatan Kak Syifa. Lidah kak Syifa kini bermain di memek Intan. Menghadapi rangsangan di memeknya, tubuh Intan bergetar hebat tanda akan mencapai orgasme. Menyadari itu Kak Syifa langsung menghisap memek Intan hingga keluarlah cairan kenikmatan Intan. Dengan rakus Kak Syifa menghisap semua cairan itu hingga habis.

"Nah sekarang kita impas."ujar Kak Syifa penuh kemenangan sementara Intan hanya bisa mengangguk lemah usai mencapai puncak kenikmatannya.






Malam harinya aku tidur dengan perasaan agak malas. Biasanya sebelum tidur aku akan ngentot dulu dengan ibu atau Kak Syifa. Tapi mereka berdua sekarang sedang ikut pengajian akbar di kampung seberang. Jadilah aku berdua saja dengan Intan di rumah. Kontolku yang biasanya tegang karena dimanja oleh kedua budakku sekarang hanya bisa terkulai lemas.

Telah banyak kejadian kualami sebulan ini. Mulai dari pertemuan dengan Tuk Siamang, menundukkan ibu dan kakak, hingga Intan yang perlahan mulai kehilangan rasa malunya. Aku tidak menyangka, di usiaku yang masih 20 aku sudah menikmati bukan cuma satu melainkan 2 wanita yang menggoda. Dan bukan cuma ngentotin mereka, aku bisa membuat mereka menjadi budakku dan menaati semua perintahku seperti meminum kencingku atau bertingkah seperti anjing.

Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu yang membuyarkan lamuanku. Aku mendengar Intan meminta izin untuk masuk ke dalam kamarku. Dengan segera aku mempersilahkannya masuk.

Aku terkejut melihat Intan yang masuk tanpa busana hingga memperlihatkan tubuhnya yang mulus. Terlihat Intan tersenyum nakal melihatku yang memelototi tubuhnya.

"Kamu gak pake baju Tan ?"

"Enggak kak. Mulai sekarang Intan udah mutusin buat gak make baju kalau di rumah."

"Kamu serius Tan ?"tanyaku tak percaya.

"Iya kak. Setelah kucoba, ternyata rasanya enak banget. Intan merasa bebas dari semua belenggu. Intan juga merasa lebih dekat dengan ibu dan Kak Syifa."

"Kayaknya Kak Syifa udah mengubah hidupmu Tan."Komentarku.

"Benar kak. Kak Syifa sering ngajak aku melakukan kegiatannya kayak minum air kencing, makan dan kencing kayak anjing, sampai menjilati tubuh berkeringat kakak."

"Kamu gak aneh ngelakuin itu ?"

"Awalnya sih risih kak. Tapi Kak Syifa bisa mendampingi Intan untuk terus ngelakuin. Ternyata setelah dijalani beberapa kali rasanya malah enak banget. Rasanya hasrat terpendam Intan tersalurkan."

"Kalau begitu, kenapa kamu gak jadi budak kakak aja. Kamu bakalan mendapatkan lebih banyak kenikmatan loh."Mendengar tawaranku, Intan terdiam seperti masih bimbang. "Eh, itu tapi kalau kamu mau."

"Kak, sebenarnya Intan mau jadi budak kakak. Intan mau merasakan kenikmatan yang dirasakan ibu dan Kak Syifa. Tapi Intan ngerasa gak pantas."

"Kenapa ngomong begitu ?"

"Intan udah gak perawan kak."Kata-kata Intan membuat suasana kamarku hening. Aku menatap tak percaya ke arah Intan. Tapi aku tak marah. Toh aku juga sudah memperawani kakakku.

"Siapa yang jebol perawanmu ?"

"Temenku kak. Waktu itu aku main ke rumahnya dan kebetulan pas itu hujan jadi aku ketahan di sana. Disanalah dia tiba-tiba memperkosa aku. Dia minta maaf setelah itu dan bilang kalau dia menyesal. Tapi sebenarnya Intan gak marah. Intan terlanjur menikmati rasanya kontol masuk ke memek Intan. Sejak saat itu Intan sering memasukan banyak benda ke memek Intan."

"Ketika melihat ibu dan Kak Syifa yang begitu menikmati hidupnya sebagai budak kakak, Intan merasa ingin seperti itu juga. Melihat kontol kakak, hasrat Intan semakin meningkat. Namun Intan merasa gak pantas jadi budak kakak. Intan gak bisa memberi kakak perawan Intan."

Aku tertegun mendengar kata-kata Intan. Betapa dirinya sangat ingin memuaskanku dengan menjadi budak namun itu terhalang karena perawannya sudah direbut hingga dirinya tak pantas merasa jadi budakku. Aku segera memeluk Intan yang mulai menangis.

"Jangan bilang begitu, kamu selalu bisa jadi budak kakak."

"Benar kak. Meski tanpa Intan memberi perawan Intan."

"Iya. Kakak gak peduli. Selama kamu mau menuruti perintah kakak, kakak akan menerimamu sebagai budak kakak."

"Terima kasih kak sudah menerima Intan."ujar Intan sambil menangis terharu.

Aku yang dibakar nafsu lalu mencium bibir Intan. Intan membalas dengan menghisap bibirku kuat-kuat. Lidah kami kemudian saling bermain dengan penuh nafsu. Tanganku turun dan meremas toked Intan yang pas di genggaman tangan.

"Ahhh, puasin Intan kak."

"Tenang saja. Akan kakak bawa kamu ke surga dunia."Aku semakin kencang meremas toked Intan. Mulutku turun ke leher Intan dan menghisapnya kuat hingga memberikan bekas cupangan. Intan hanya mendesah kenikmatan menerima semua rangsangan dariku.

"Kulum kontol kakak Tan."Intan mengangguk dan berlutut di bawah ranjang. Dia segera menghisap kontolku yang tak dapat masuk seluruhnya ke mulut Intan. Tak cuma itu, Intan juga menjilati kontolku sampai ke buah zakarku seperti menjiati es krim.

"Ahhhh, aku pengen ngentot sekarang Tan."Aku dengan penuh nafsu menyuruh Intan untuk berbaring di ranjang dengan selangkang terbuka. Aku segera mengarahkan kontolku ke memeknya dan dengan sepenuh tenaga aku menenmbus celah memeknya dengan kontolku.

"PLOK!PLOK!PLOK"

"AHHH!AHHH!AHHH! Lagi kak, puasin memekku dengna kontolkmu kak."

Aku semakin mempercepat genjotanku di memek Intan. Intan terlihat mengejang hebat tanda akan mencapai puncak kenikmatan."Ahhh, aku sampai kak."

"Kita keluarin bareng-bareng ya."

Kemudian dari kontolku meluncur deras jutaan sel sperma ke dalam rahim Intan. Begitu aku mencabut kontolku Intan menyemburkan cairan orgasmenya yang mengalir deras.
 
Keluarga Bahagia

Malam itu terasa amat spesial buatku. Malam ini genap sudah aku memperbudak semua keluarga mulai dari ibu, Kak Syifa, dan Intan. Benar. Malam ini Intan akan mengucapkan sumpah setia untuk menjadi budakku.

Malam itu aku berpakaian kemeja lengkap dengan celana bahan. Intan terlihat cantik dengan gamis merah tua dipadu dengan jilbab seperut dengan warna yang sama. Sementara itu ibu dan Kak Syifa menggunakan jilbab putih yang di sampirkan ke belakang dan se set bh dan cd berwarna hitam. Semuanya terlihat begitu cantik di mataku.

Kami semua duduk di karpet biru di ruang makan yang sudah di bersihkan sehingga hanya menyisahkan karpet tempat kami duduk. Intan duduk di satu sisi sementara aku duduk di satu sisi satunya diapit dengan kedua budakku.

"Baiklah, sebentar lagi kita akan mulai upacara pelantikan untuk Intan menjadi budak Tuan Haris."Bagai seorang MC, Kak Syifa mulai membuka acara penobatan Intan yang kubuat agak spesial.

"Sebelum kamu menjadi budakku, aku ingin bertanya untuk memastikan apa kau siap menjadi budakku. "Aku mulai angkat suara.

"Baik."

"Kenapa kamu mau menjadi budak ?"

"Saya ingin melampiaskan hasrat liar saya melakukan hal-hal yang selama ini saya anggap memalukan. Saya juga ingin melayani Tuan Haris dengan sepenuh jiwa dan mendapatkan kenikmatan dari kontolnya yang perkasa."jawab Intan mantap.

"Apa kau bersedia menyerahkan jiwa, raga, dan kebebasan pada Tuan Haris ?"

"Bersedia."

"Bersediakah kau untuk mematuhi semua perintah Tuan Haris dan melayani Tuan Haris dimanapun dan kapanpun ?"

"Bersedia."

"Bersediakah kau untuk dipermalukan dan disiksa oleh Tuan Haris untuk kepuasannya ?"

"Bersedia."

"Bersediakah kau menerima syarat-syarat sebagai budak Tuan Haris seperti berhubungan kapanpun, tidak memakai pakaiaan dirumah kecuali jilbab, dan meminum kencing Tuan Haris ?"

"Bersedia."

"Terima kasih atas kesediannya menjadi budakku. Aku akan memberikanmu kenikmatan yang selama ini kau idam-idamkan."

"Terima kasih Tuan."

"Baik. Sebelum kau mengucapkan sumpah, silahkan minta restu pada ibu dan kakakmu. Mereka berdua juga akan memberikan hadiah dari pengangkatanmu menjadi budak."

Dengan perlahan Intan berjalan dengan menunduk ke arah ibu yang sekarang berdiri menyambut anaknya. Dengan takzim Intan mencium cd ibu dan menghirup aromanya.

"Ibu, hari ini Intan akan menjadi budak sepenuhnya. Berikanlah Intan restu agar Intan dapat menjadi budak yang dapat memuaskan Tuan Haris."

"Kuberikan restuku Nak."Ibu mengusap pelan kepala Intan yang terbungkus jilbab."Dan ibu juga punya hadiah buatmu."

Ibu terlihat mundur beberapa langkah dari karpet kemudian mengejan kuat. Seketika air kencing mengalir pelan membasahi cd ibu dan terus mengalir ke betis hingga membasahi lantai. Ibu melepaskan cd hitamnya dan mengelap bekas kencing yang menggenang hingga cd hitam itu terlihat basah dan berbau pesing. Kemudian ibu menyerahkan cdnya yang sudah basah oleh air kencingnya pada Intan seperti menyerahkan hadiah yang mewah.

"Terimalah celana dalam ibu ini."

"Terima kasih bu."Dengan riang Intan menerimanya lalu tanpa rasa jijik dia mulai mengusap wajahnya dengan celana dalam ibunya. Bagi Intan, air kencing ibunya adalah sebuah berkah dan bukti dari rasa sayang.

Setelah puas bermain dengan celana dalam ibunya, Intan berpindah ke Kak Syifa. Seperti sebelumnya, Intan juga mencium takzim memek Kak Syifa dari balik celana dalamnya. Kak Syifa balas mengusap kepala Intan yang masih tertutup jilbab lebar.

"Kak, hari ini aku akan menjadi budak seperti kakak. Mohon restunya agar aku bisa menikmati status baruku."

"Tentu saja. Kamu adalah adikku yang tersayang. Kakak akan mendukungmu menjadi budak Tuan Haris."Kak Syifa lalu mengambil sebuah pisang dan membuka celana dalamnya hingga memperlihatkan memeknya.

Setelah itu dengan perlahan Kak Syifa memasukan pisang yang sudah dikupas ke dalam memeknya. Terlihat Kak Syifa begitu terangsang hingga mendesah kenikmatan ketika pisang itu menembus hingga rahimnya. Semakin lama tangan Kak Syifa semakin cepat menggerakan pisang itu hingga tubuh Kak Syifa mengejan hebat dan dari sela memeknya mengalir turun cairan orgasmenya.

"Makanlah di atas celana dalam ibu."Dengan riang Intan mengambil pisang itu dan meletakannya di atas celana dalam ibu yang basah karena air kencing layaknya piring. Kemudian Intan menungging dan langsung memakan pisang itu dengan mulutnya layaknya seekor anjing yang kelaparan. Sesekali Intan menghisap sisa air kencing yang ada di celana dalam ibu dengan nikmat.

Aku menatap bergairah pemandangan di depanku. Seorang perempuan dengan jilbab dan gamis lengkap sedang makan pisang yang berlumuran cairan orgasme dengan alas celana dalam yang basah kuyup oleh air kencing dengan posisi seperti anjing. Aku tak menyangka Gendhing Abira Abilasa bisa sekuat ini hingga membuat keluargaku yang terkena taat menjadi begitu kecanduan pada hal yang dianggap masyarakat memalukan bahkan menjijikan.

Usai menghabiskan hidangan yang menjijikan itu Intan sekarang dia berjalan dengan merangkak di depanku yang duduk di atas kursi dan mencium kakiku dengan takzim.

"Kak, terimalah diriku yang hina menjadi budakmu sehingga aku bisa melayanimu dengan segenap jiwa dan ragaku."

"Tentu Intan. Sekarang, berdirilah dan biarkan tubuhmu terlihat olehku."

Intan mundur dan berdiri di atas karpet sementara ibu dan Kak Syifa yang telah melepas bh mereka mendekat. Tangan mereka bergerak tangkas membuka gamis Intan, menyibak jilbanya ke belakang, melepaskan kaitan bh, dan menurunkan cd Intan hingga terpampanglah tubuh Intan yang mulus dengan hanya sebuah jilbab yang menutup kepalanya.

Intan lalu berlutut dan berjalan ke arahku. Mulutnya bergerak membuka resleting celanaku. Aku berdiri untuk memudahkannya membuka celanaku. Kemudian Intan menarik lepas celana dalamku kemudian mencium takzim kontolku yang mulai menegang

"Dengan ini, aku, Intan bersumpah akan menjadi budak dari Tuan Haris yang taat. Aku akan menyerahkan jiwa dan ragaku untuk melayani dan menuruti semua perintah Tuan Haris."

Aku tersenyum mendengar sumpah dari Intan. Dengan begini, lengkap sudah koleksi budakku. Dengan ini juga aku punya kendali penuh atas ibu dan saudaraku.

Setelah mengucapkan sumpah itu Intan berbaring terlentang di karpet. Selangkangnya terbuka lebar memperlihatkan memek mungilnya yang merekah. Sementara itu ibu dan Kak Syifa hanya berdiri menonton.

"Ayo Tuan Haris. Puaskan budak barumu."

Aku tanpa perlu disuruh lagi langsung mencumbu Intan dengan ganas. Mulutku bermain liar di bibir dan lehernya dan memberikan beberapa cupanya. Sementara itu tanganku sibuk bermain di toked Intan yang tidak terlalu besar namun pas di genggamanku. Intan terlihat terangsang hebat dengan permainan ganasku.

"PLOP! OUCHHH!"Kontolku masuk ke memek Intan yang begitu sempit. Aku bisa merasakan otot-otot vagina Intan yang menekan kontolku seperti pijatan. Memang meskipun kecil dan tidak bisa memuat semua kontolku, memek Intan yang sempit memberikan sensasi tersendiri layaknya pijatan.

"AHHHH!AHHHH!AHHH! Terus Tuan ! Puaskan budak hinamu ini !"cercau Intan. Aku yang mendengar suara itu semakin semangat menggenjot memek Intan yang begitu sempit. Meski sulit untuk melakukan penetrasi, aku terus mencoba untuk memompa kontolku dalam memek Intan. Ini menjadi tantangan buatku untuk menembus memeknya yang sempit.

Aku menahan tangan Intan ke sisinya kemudian memaksakan semua kontolku masuk meski otot vagina Intan seperti tak mengizinkan. Akhirnya setelah perjuangan yang cukup melelahkan aku berhasil memasukan semua kontolku ke dalam memek Intan. Mulutku yang menganggur kuarahkan untuk bermain di tokednya dengan menghisap pentilnya dengan rakus.

"Ahhhh! Aku mau keluar Tuan !"

"Sebentar ya. Kita keluar sama-sama."

"AHHHHH ! Aku keluar !"Intan mengeluh kencang dengan tubuh yang mengejan hebat. Di saat bersamaan aku yang juga mencapai klimaks menyemprotkan spermaku ke dalam rahim Intan. Setelah kukeluarkan kontolku, tubuh Intan yang mengejan mengeluarkan cairan kenikmatannya. Intanpun terbaring kelelahan setelah menerima orgasme yang luar biasa.

Kak Syifa mendekat dan membersihkan kontolku yang belepotan dengan sperma dan cairan orgasme Intan dengan mulutnya yang menggoda sementara ibu mendekati Intan dan mencoba untuk mendudukkannya.

"Selamat Intan. Sekarang kamu resmi menjadi budak Tuan Haris."


Hari-hari ku jalani dengan menyenangkan semenjak Intan resmi menjadi budakku sekaligus melengkapi koleksi budakku. Dengan ini juga aku bisa memainkan kesemua budakku dengan bebas.

Tapi meskipun kehidupan kami mungkin sudah penuh dosa, kami masih tetap rutin menjalankan ibadah. Ibu, Kak Syifa, dan Intan masih aktif di pengajian sementara kau juga tetap ke masjid meski aku ragu apa itu bermanfaat.

Pagi hari dimulai dengan aku yang dibangunkan. Biasanya oleh ibu. Biasanya aku dibangunkan dengan kontolku yang dikulum hingga tegang. Kemudian aku akan berdiri dan mengencingi mulut budakku. Setelah itu kontolku akan dijilati sampai bersih dan aku akan keluar kamar.

Aku biasanya tidak mandi terlebih dahulu melainkan menikmati kudapan dan segelas teh atau kopi yang diletakan di atas nampan kemudian diletakan di punggung budakku. Setelah itu dengan perlahan budakku akan berjalan merangkak mengantarkan hidangan ke depanku.

Usai menikmati hidangan itu aku akan dimandikan oleh ketiga budakku dengan cara toked budakku yang dipenuhi sabun cair akan mengusapkan sabun itu ke seluruh tubuhku disertai dengan pijatan erotis dari toked mereka.

Setelah itu aku akan sarapan dengan kontolku yang dikulum oleh salah satu budakku sementara 2 budak sisanya akan makan di bawah meja seperti anjing. Setelah itu akan memakaikan pakaiaan pada budakku dan pergi bekerja.

Setelah aku pulang dari bekerja, tubuhku yang masih berkeringat akan dijilati oleh budakku hingga bersih. Salah satu budak juga akan datang dalam posisi merangkak dengan hidangan di atas punggungnya.

Setelah itu aku akan dimandikan dan makan dengan cara yang sama. Setelah itu aku akan pesta sex gila-gilaan dengan ketiga budakku sampai agak larut. Barulah aku akan tidur tentunya dengan cara tidak mainstream. Aku akan berbaring di pangkuan kak Syifa sementara ibu akan menawarkan tokednya untuk kuhisap susunya agar aku lebih cepat tidur sementara Intan akan memijatku sampai aku tertidur. Begitulah keseharian baru yang kujalani. Rangkaiaan kegiatan yang tidak pernah bisa dibayangkan dilakukan oleh keluarga yang terkenal alim. Bukan cuma sex melainkan juga hal tabu lain seperti meminum air kencing. Namun Gendhing Abira Abilasa membuat hal yang mustahil itu menjadi kenyataan.



"Tuan sedang apa ?"tanya ibu yang melihatku membawa tumpukan papan, gergaji, paku, palu, dan kawat ke halaman belakang yang tertutup tembok yang agak tinggi.

Di belakang ibu yang berdiri bugil, Kak Syifa dan Intan merangkak dengan nampan berisi makanan di punggungnya. Aku menoleh dan tersenyum melihat ketiga budakku yang masih saja cantik.

"Ini, aku mau buat kandang."jawabku.

"Kandang ? Buat apa Tuan ?"tanya Kak Syifa.

"Tentu saja buat kalian tinggal. Masa budak tinggal di kamar terus sih."kataku sambil tertawa lepas.

"Wah, Tuan mau buatkan kita kandang ya. Tuan baik banget."Intan terlihat begitu senang mendengarnya. Aku berjalan ke arahnya dan mengusap kepalanya dengan lembut.

"Oh ya, aku punya hadiah buat kalian."

Tanganku meraih bungkusan plastik yang kutaruh di teras dan mengeluarkan 3 buah collar dari kulit berwarna hitam. Di collar tersebut terpasang plat logam kecil dengan nama ketiga budakku. Ibu, Kak Syifa, dan Intan bergegas mendekat ingin tahu.

"Wah, inikan collar buat anjing bagus banget."Kak Syifa menatap terpukau collar di depannya.

"Iya kak. Dengan ini aku bisa menjadi lebih mirip sama anjing."

"Tuan repot-repot aja membelikan budak ini collar."sahut ibu yang juga senang melihat collar di depannya.

"Buat budakku ini mah kecil. Sini biar kupakaikan kalian collarnya."

Ketiga budakku serempak dengan masih merangkak berjajar di depanku. Tanganku bergerak cepat memakaiakan mereka collar. Setelah collar terpasang, mereka akan mencium kakiku sebagai bentuk terima kasih.

"Oh ya Tuan, bagaimana kalau kami membantu Tuan membuat kandang ?"

"Boleh."kataku mengiyakan. Maka dimulailah kami bekerja membuat kandang untuk tempat tinggal budakku. Mulai dari menggergaji kayu, memaku, sampai memasang kawat jaring untuk pintu. Aku menatap riang budakku yang berlenggak lenggok memamerkan setiap inchi tubuhnya yang tidak tertutup apapun dengan tubuh berkeringat hingga tubuh mereka mengkilap. Begitu bahagianya keluarga kami. Bisa saling memamerkan tubuhnya dan mengabdi sepenuhnya melayani hasratku yang menggebu.

Akhirnya sebuah kandang dengan tinggi sepinggang, lebar setengah meter dan panjang 2 meter berdiri. Dindingnya berupa kayu sementara atapnya berbentuk segetiga dari kayu dan dilapisi terpal. Pintunya sendiri terbuat dari kawat jaring seperti kandang ayam. Kandang ini cukup untuk seorang wanita dewasa meski harus jongkok.

"Oh ya Tuan, kalau kandangnya cuma satu, terus yang lain tidur dimana dong ?"tanya Intan.

"Kalian ganti-gantianlah. Ada yang dua hari dan ada juga yang tiga hari. Kan harus ada yang nemenin aku tidur di kamar."

"Kalau begitu aku pengen 3 hari tidur di kandang. Aku pengen lebih rasain rasanya jadi anjing."tukas Intan mantap.

"Enggak. Kamu tidur 2 hari aja. Ibu pengen rasaain tidur di kandang lebih lama."

"Enak aja. Ibu sama Intan 2 hari aja."Kak Syifa tak mau kalah. Aku tersenyum geli melihat kelakuan budakku yang bukannya merasa terhina dengan tidur di kandang malah begitu bernafsu dapat tidur lebih lama di sana.

"Jangan ribut. Aku akan bikin lomba untuk menentukan siapa yang tidur lebih lama. Oh ya, setiap di kandang kalian bakalan kuanal lebih banyak."

"Wah kalau begitu Intan harus menang."

"Huuu, anak kecil diam aja. Kakak pasti menang."

"Sudah-sudah, jangan ribut di depan Tuan Haris."Ibu langsung menengahi pertengkaran putrinya.

"Baik cara mainnya begini. Akan ada 3 game buat kalian. Di sana kalian akan berebut posisi di tiap game untuk dapet poin. Juara 1 dapat 3 poin. Juara 2 dapat 1 poin dan yang terakhir dikurang satu poinnya. Nah nanti poin akan dikumpulkan dan yang paling banyak dapat jatah tidur di kandang lebih banyak. Yang juara terakhir bakalan dapat hukuman."

"Baik Tuan."Jawab mereka bertiga serempak.

"Baiklah, permainan pertama kita adalah....."Aku yang memang sudah menyiapkan ini sejak awal mengeluarkan beberapa bola bekel. Terlihat ketiga budakku kebingungan melihat bola bekel di tanganku.

"Sekarang kalian berdiri berjajar. Cepat."Aku menatap terpesona 3 tubuh mulus dari budakku yang sekarang berdiri berjajar di depanku tanpa penghalang. Perlahan aku membuka memek mereka satu persatu dan memasukan bola bekel itu ke dalam memek mereka sampai pintu rahim. Terlihat ekspresi mereka yang menahan sakit. Namun mereka tak berani bergerak karena akan menggangguku.

"Baiklah permainan pertama adalah mengeluarkan bola bekel. Nanti kalau sudah sampai hitungan ketiga, kalian akan jongkok dan berusaha paling cepat ngeluarin bola bekerlnya. Siap. 1....2...3 !"

Serentak ketiga budakku jongkok dan mengeden kuat-kuat untuk mengeluarkan bola bekel dari dalam memeknya. Paha mereka terlihat menengang dengan ekspresi ditarik seperti sedang berak. Aku menikmati sekali tingkah mereka yang berusaha mengeluarkan bola bekel itu.

"PLOP ! AHHHHH !"Ibu yang sepertinya cukup terlatih ditambah memeknya yang longgar berhasil mengeluarkan bola bekel pertama kali disertai dengan desahan. Disusul kemudian oleh Kak Syifa dan terakhir Intan yang langsung tertunduk kelelahan.

"Hahahaha ! Emang ya ibu gak ada duanya soal beginian."Aku mengusap kepala ibu sambil tertawa lebar. Ibu balas menggesek-gesekan kepalanya di kakiku seperti anjing sementara Kak Syifa dan Intan terlihat memandang ibu dengan iri.

"Baiklah. Kita masuk ke game selanjutnya."

Permainan selanjutnya aku menutup mata mereka bertiga dengan sobekan kain. Setelah itu aku sendiri membuka celanaku beserta dalemannya dan beranjak pergi ke ruang makan.

"Baik. Sekarang kalian dengan merangkak harus bisa menemukan kontolku dan mengemutnya. Kalau sudah mengemut kontolku berarti tugasnya udah selesai."

Dengan terburu-buru mereka bertiga berebutan masuk ke rumah. Terlihat ketiga budakku saling tumpang tindih untuk mencapai dapur. Kak Syifa yang berhasil terlebih dahulu langsung merangkak maju namun sayangnya dia salah arah dan malah ke kamar mandi. intan yang kemudian berhasil masuk harus terkantuk kantuk membentur meja sementara ibu dengan pelan berusaha berputar mengitari dapur.

Hingga setelah beberapa menit, entah kebetulan atau apa, Intan berhasil menyundul kepalaku. Cepat saja lidahnya mengendus-endus kakiku hingga akhirnya dia sampai di kontolku. Mulutnya dengan ganas segera mengulum kontolku.

Ibu yang sepertinya mendengar suara Intan segera merangkak ke arahku dan berusaha untuk mengulum kontolku. Intan menggerang protes karena permainannya di ganggu. Namun tubuh ibu yang besar berhasil menggeser Intan dan membuatnya leluasa untuk mengulum kontolku.

"Baik permainan selesai. Intan juara satu. Ibu juara 2."

"Yeay, aku menang !"Intan bersorak bahagia sambil melepas penutup matanya."Liat tuh kak, aku bisa melacak keberadaan kontol Tuan. Gak kayak kakak yang malah nyasar."

Terlihat Kak Syifa yang merangkak mendekat hanya diam saja mendengar ejekan adiknya. Ibu terlihat juga menghembuskan nafas lega meski berada di tempat kedua.

"Baik. Kita mulai permainan ketiga."

Kali ini kami berempat kembali ke halaman belakang. Aku mengeluarkan 6 jepitan jemuran dan benang jahit. Aku menjepit puting ketiga budakku dengan jepit jemuran. Terlihat mereka meringis menahan sakit. Aku tersenyum melihat ekspresi kesakitan itu. Aku lalu mengambil seutas benang dan mengikat jepitan jemuran itu. Kemudian kusambungkan benang yang terhubung dengan jepit kemuran itu ditengah.

"Baik. Sekarang kita main tarik tambang. Siapa yang jepit jemurannya terlepas semua maka dia kalah."

Dengan posisi tangan dibelakang, ketiga budakku mulai mundur perlahan sambil menahan rasa sakit. Hingga akhirnya jepitan jemuran ibu terlepas disusul oleh Kak Syifa.

"Oke. Dengan ini Nur punya 3 poin. Intan 5 poin. dan Syifa punya 1 poin. Maka sesuai perjanjian, Intan bakalan tidur 3 hari di kandang."

"Hore !"Intan berseru senang seperti anak kecil. Cepat-cepat dia merangkak ke arahku dan mencium kakiku penuh rasa terima kasih."Terima kasih tuan atas kebaikannya."

Aku tersenyum melihat ketaatan budakku. Ini seperti mimpi saja. Andai saja aku bisa menikmati ini semua lebih cepat, pasti aku bisa lebih merasakan kehangatan keluarga



Mulai Berbagi

Malam itu tak biasanya Tuk Siamang memanggilku. Sudah satu bulan sejak pertemuan pertamaku dengan Tuk Siamang dan sejak itu aku tidak pernah melihat sosoknya secara langsung. Hingga kemarin malam aku menemukan secarik kertas bertanda Tuk Siamang di mejaku yang menyuruhku datang ke tempatnya malam ini.

Aku berdiri termangu di depan pintu gua. Bulan purnama bersinar terang membuat suasana menjadi lebih jelas terlihat. Hingga tiba-tiba dari pintu gua, keluarlah sosok Tuk Siamang yang hampir sama dengan yang kulihat sebulan lalu.

"Salam Tuk."

"Cepat masuk."Tanpa berbasa-basi Tuk Siamang langsung menyuruhku masuk ke dalam guanya. Aku dengan patuh mengikuti langkahnya masuk ke dalam gua. Lagi-lagi aku diajak ke bagian yang terang dengan selembar tikar pandan di bawahnya. Segera kami berdua duduk berhadapan. Meski pernah bertemu dengan Tuk Siamang sebelumnya, aku masih tidak dapat mengenyahkan aura misterius darinya.

"Bagaimana kabar budak-budakmu ? Kau sudah membuat mereka bersumpah kan ?"

"Sudah Tuk. Ibu dan 2 saudari saya sekarang sudah sepenuhnya bisa dikendalikan dengan Gendhing Adhira Abilasa."

"Bagus. Sepertinya aku tak salah mewariskan ilmuku. Kau apakan saja budakmu ?"

"Saya buat mereka begitu kecanduan dengan kontol saya. Saya perlakukan mereka seperti anjing dan membuat mereka begitu haus akan air kencing saya."

"Hahahah ! Bagus ! Sepertinya kau memang orang yang tepat untuk menggunakan Gendhing Abhira Abilasa."

"Terima kasih Tuk. Ini semua karena bantuan Tuk."

"Tidak. Gendhing Abhira Abilasa adalah mantra pemilih. Jika penggunanya tidak punya fantasi dan hasrat liar, mantra itu akan tumpul."

Aku berusaha mencerna kata-kata Tuk Siamang. Itu artinya, hasrat dan fantasiku pada keluargaku begitu besar sampai aku bisa menggunakan Gendhing Abhira Abilasa dengan maksimal.

"Tapi ini belum selesai. Ancaman kutukan dari penggunaan mantra ini masih mengintai."

"Saya harus mendapatkan budak baru tiap bulan hingga 20 kan Tuk ?"

"Bukan cuma itu. Kau terlalu bermain tertutup. Itu membuat Gendhing Abhira Abilasa menjadi berbahaya."

"Kenapa Tuk ?"

"Gendhing Abhira Abilasa seharusnya membuat korbannya menjadi haus akan kontol dan selalu minta dipuaskan. Kau memang sudah memuaskan mereka tapi kau tidak membuat mereka binal."

"Tapi bukannya saya sudah membuat mereka gila akan kontol saya."

"Itu belum cukup. Kau harusnya buat mereka ngentot dengan orang lain. Kau juga harusnya memamerkan kemolekan tubuh mereka pada orang banyak."

"Apa itu tidak berlebihan Tuk ?"

"Tak usah sok suci. Kau sendiri sudah membuat mereka melakukan hubungan terlarang denganmu. Harusnya membuat mereka sedikit lebih binal tidak akan ada masalah."

Aku terdiam mendengar mendengar bentakan Tuk Siamang. Sebenarnya aku ingin membantah karena aku tak ingin menghancurkan harga diri keluargaku di depan masyarakat. Tapi aku tahu kalau aku tidak bisa menentang Tuk Siamang.

"Dengar, kita ini sebagai manusia harus bisa membahagiakan orang lain. Sejauh ini keluargamu sudah membuatmu bahagia. Tapi kau belum membahagiakan keluargamu."

"Saya sudah membahagiakan mereka."bantahku tak terima.

"Kau tahu kalau ketiga budakmu tidak punya malu lagi dan hanya dipenuhi nafsu. Kau seharusnya paham kalau budakmu butuh pelampiasan. Kau harusnya juga memperhatikan kebutuhan nafsu budakmu."

Aku tertuduk diam mendengar kata-kata Tuk. Itu benar. Aku terlalu tamak akan pelayanan budakku hingga aku melupakan kalau budakku juga punya nafsu yang harus disalurkan.

"Ingat, jika kau tidak melakukannya, maka kau akan terkena kutukan dari Gendhing Abhira Abilasa."



"Mir, udah mau pulang ?"tanyaku melihat Amir yang berjalan melintasi ladangku.

"Iya nih. Napa emang ?"

"Enggak. Lu kayaknya capek banget."tanyaku mendekati Amir yang berdiri dan menurunkan cangkul di pundaknya.

"Iya nih. Kemarin pagar ladangku rusak diterjang babi."

"Sial banget kau."Aku tertawa sambil mengajak Amir berjalan ke desa kami.

"Ah, emang sial banget hari ini. Mana ibuku marah-marah terus lagi kemarin."

"Apes banget kayaknya."Aku mengangguk simpati."Oh ya, gimana kalau kau main ke rumahku. Itung-itung buat ngurangin stres."

"Ngapain ke rumahmu ?"

"Ah, adalah pokoknya. Pastinya kau ketagihan nanti."

Aku tersenyum misterius sambil terus berjalan. Sesuai dengan instruksi dari Tuk Siamang, aku akan membuat budakku menjadi semakin haus akan kontol. Dan aku akan mulai dengan membawa Amir.

Malam sebelumnya aku sudah menyiapkan rencana bersama ketiga budakku. Terlihat mereka bertiga sangat antusias dengan rencanaku. Dalam hati aku menyesal karena baru memberikan mereka kesempatan. Meski tak pernah bilang, ketiga budkaku tentu menginginkan lebih banyak kontol masuk ke dalam memek mereka.

Setelah berjalan agak lama akhirnya aku dan Amir sampai ke rumahku. Segera saja aku mengajak Amir masuk ke dalam rumah tamu dan mempersilahkannya duduk di sofa tamu.

"Wah, makasih ya Ris udah dizinin bertamu."

"Ah, gak usah lebai. Kita kan temenan,"

Kami mengobrol lepas dengan akrab. Sudah lama aku tidak mengobrol sedekat ini dengan Amir sejak aku terlalu sibuk untuk terus melatih budak-budakku. Sekarang aku akan menunjukkan hasil pelatihanku di depan Amir.

"Assalamualikum !"seru sebuah suara dari luat.

"Walaikum salam."jawabku dan Amir serempak.

Pintu terbuka dan terlihatlah sosok Intanyang begitu anggun dengan seragam sma dengan jilbab putih di kepalanya. Intan terlihat agak lelah setelah belajar seharian di sekolah.

Namun seketika Intan membuka kancing kemejanya dan menjatuhkan kemejanya kelantai dilanjutkan dengan tangannnya yang membuka resleting roknya dan segera saja panjangnya meluncur jatuh hingga sekarang Intan hanya menggunakan daleman berwarna biru dan jilbab putih.

"Loh Tan, kamu kenapa ?"tanya Amir melongo tanpa sadar.

"Emang kenapa bang. Inikan dalam rumah."Intan tersenyum genit sambil melanjutkan kegiatannya melepaskan bd dan celana dalamnya. Kemudian dia merangkak kearahku dan mencium kakiku penuh hormat.

Amir tak dapat berkedip melihat pemandangan aneh di depannya. Dia yang mengenal Intan sebagai gadis baik-baik sekarang dengan tanpa busana mencium kakiku takzim.

"Gak usah heran Mir. Intan diluarnya aja berjilbab. Tapi kalau di rumah, binalnya gak main-main."kataku tertawa santai sambil menepuk-nepuk kepala Intan yang masih berbalut jilbab.

Keterkejutan Amir tak berhenti sampai disitu. Dari dalam rumah, keluar ibu yang telanjang dengan hanya menggunakan jilbab lebar. Di tangannya dia memegang rantai yang terhubung ke collar milik Kak Syifa yang merangkak bugil dengan nampan berisi kue yang dipotong-potong di atas punggungnya.

"Silahkan Mir nikmatin kuenya."kataku mempersilahkan Amir yang masih terdiam melihat pemandangan aneh di depannya.

Ibu kemudian berbaring di meja tamu yang tidak terlalu besar sehingga kakinya terlipat ke bawah. Intan mengambil potongan kue dari punggung kakaknya dan meletakan di atas perut, memek, dan toked ibu yang terbuka. Setelah itu Intan meletakan potongan kue yang tersisa di lantai dan mulai makan seperti anjing bersama Kak Syifa.

"I..i..ini.. apa-apaan ?"akhirnya Amir buka suara.

"Loh, emangnya kenapa Mir ?"tanyaku pura-pura polos.

"Kok kamu bisa santai aja. Terus bu kenapa kalian telanjang semua ? "Amir berdiri dengan muka kesal.

"Kenapa Mir ?"tanya Kak Syifa genit."Kamu gak pengen lihat tubuh kita."

Amir terdiam sambil matanya menatap ketiga budakku. Aku tahu, Amir juga suka menonton dan membaca porno. Aku juga tahu Amir sebenarnya orang yang mesum dengan melihat dengan penuh nafsu tubuh wanita di desa kami.

"Mir, dengar, mereka semua bukan lagi keluargaku. Mereka sekarang adalah budakku."

"Maksudmu apa Ris ?"

"Mereka semua adalah budakku. Mereka sudah menyerahkan jiwa dan raga mereka untuk melayaniku. Itulah kenapa mereka sudah tidak memiliki malu lagi untuk melakukan hal ini."

Amir masih terdiam berusaha mencerna kata-kataku. Perlahan matanya mulai teralih dan memperhatikan seluk beluk tubuh budakku yang mempesona nafsunya.

"Mir, kamu adalah sahabatku. Kita sudah berkawan sejak lama sekali. Hari ini, aku ingin kamu juga menikmati apa yang sudah kunikmati. Maka dari itu, sekarang, silahkan kamu menikmati tubuh budakku."

"Kamu serius Ris ?"

"Iya. Sekarang mending kita makan dulu aja kuenya."Aku mengajak Amir untuk makan kue yang tersaji di atas tubuh ibu sementara Kak Syifa dan Intan dengan nikmat memakan kue di lantai seperti anjing.

"Baik. Sekarang ayo kita ke kamar."Ajakku usai menikmati kue. Amir hanya menurut saja masuk ke kamar ibu.

"Eh Ris, kok kau bisa sih bikin keluargamu jadi budakmu ?"tanya Amir ketika berjalan.

"Ah, adalah rahasianya. Sekarang kamu nikmatin aja pelayanan budakku."

Pakaiaan Amir dibuka satu persatu oleh ketiga budakku hingga tubuhnya yang telanjang terpampang. Kontolnya yang kecil terlihat mengacung ketika berhadapan dengan budakku yang sudah tidak berbusana lagi.

Tubuh Amir dibaringkan di kasur yang terletak di lantai. Tangan kanannya di arahkan ke memek Intan. Tangan kirinya diarahkan ke memek Kak Syifa sementara mulutnya bermain di memek ibu yang jongkok di depan mukanya.

Sungguh pemandangan yang sangat sensual. Kedua tangan Amir bergerak masuk ke dalam memek Intan dan Kak Syifa dan sesekali mencubit klirotis mereka berdua. Sementara lidahnya bermain di celah memek ibu. Sementara itu aku hanya duduk bersandarkan dinding sambil memainkan kontolku.

"Ahhh...enak banget memek budakmu..."cercau Amir yang memainkan 3 memek sekaligus.

"Bener kan. Siapa dulu tuannya."Amir tidak terlalu mendengarkan lagi. Mulut dan kedua tangannya terus bermain di memek budakku.

"Udah yo Mir. Waktunya nyoblos."ujar ibu berdiri disusul Intan dan Kak Syifa. Amir hanya mengangguk saja sambil beranjak duduk.

"Eh sebelum itu, Intan kamu kulum kontol amir. Syifa, kamu jilatin pantat Amir."perintahku.

Amir tersenyum senang ketika mendengar perintahku. Dia mengambil posisi setengah duduk dengan bertumpu pada lutunya. Intan segera menunduk di depan kontol Amir begitupun juga dengan Kak Syifa.

Mulut Intan dengan ganas melahap kontol Amir. Terdengar bunyi kecupan selama kontol amir dihisap oleh Intan. Sementara itu, lidah Kak Syifa bergerak perlahan menusuk celah pantat Amir disertai hisapan sensual..

Usai kontolnya terangsang hebat karena permainan kedua budakku, Amir beranjak pada ibu yang mengakang hingga memamerkan memeknya yang memiliki sedikit bulu.

Hari itu, untuk pertama kali aku merasakan sensasi bahagia dari berbagi. Bukan berbagi barang biasa melainkan budak-budakku untuk melayani sahabat terbaikku



Ke Kota

Hari itu adalah hari minggu. Aku dan Amir yang menjadi semakin dekat sejak Amir menikmati tubuh ketiga budakku merencanakan sebuah perjalanan liburan yang menyenangkan untuk sejenak melepas lelah dari pekerjaan kami.

Amir yang punya banyak kenalan berhasil mendapatkan sebuah undangan untuk sex party di ibu kota provinsi. Tentu saja aku segera menyetujui usulan itu karena aku ingin melatih budak-budakku menjadi lebih binal.

Sejak pagi-pagi kami sudah siap-siap dengan mandi dan mengenakan pakaiaan terbaik. Aku mengenakan kemeja gelap dipadukan dengan celana bahan hitam. Sementara ketiga budakku menggunakan gamis longgar dan hijab lebar namun tidak menggunakan daleman apapun.

"Uh, rasanya terangsang banget."kata Intan sambil berjalan keluar.

"Iya nih. Tuan tahu aja cara bikin kita terangsang."timpal Kak Syifa.

"Iya dong budak-budakku yang cantik."kataku merangkul Intan dan Kak Syifa dan sedikit memainkan toked mereka yang tidak memiliki pelindung lagi dibalik gamis mereka sehingga aku bisa memainkan pentil mereka dari luar jilbab dan membuat Intan dan Kak Syifa menggelinjang nikmat.

"Sudah-sudah. Nanti kita terlambat ke kota."ujar ibu menengahi. Akupun menghentikan aksiku dan berjalan memimpin ketiga budakku ke jalan desa.

Kami berempat berjalan beriringan dengan riang. Aku melihat samar-samar toked ketiga budakku bergoyang pelan karena tidak ditahan oleh bh. Aku juga bisa melihat sekilas pantat menggoda dari budakku yang bergoyang pelan seiring dengan langkah mereka.

Para penduduk desa mencuri-curi pandang pada ketiga budakku. Tatapan mereka seperti ingin menelanjangi tubuh budakku yang masih berbalut gamis lebar. Namun ketiga budakku membalas dengan senyuman menggoda mereka.

Setelah berjalan kurang lebih 1 kilometer, aku akhirnya sampai di pangkalan mobil yang digunakan sebagai angkutan desa bagi penduduk yang mau ke kecamatan. Di sana hanya terparkir satu mobil berwarna biru yang memang sebelumnya sudah di pesan olehku dan Amir.

Di tempat itu Amir berdiri dengan pakaiaan kemeja rapi bersama seorang bapak-bapak paruh baya yang memakai kaus oblong. Aku segera menghampiri Amir dan menyapanya.

"Lama nunggunya ?"tanyaku.

"Lama banget. Kau ngapain aja sih. Sudah hampir jadi batu aku menunggu kau."

"Ya maaf. Habis enak banget sih mainin budakku."

"Ah, kau begitu terus. Selalu aja keasyikan main sama budakmu. Sini aku pinjem. Itung-itung bayaran nunggu."

"Nur, kamu main sana sama Amir."perintahku.

"Di sini Tuan ?"tanya ibu cemas. Meskipun tempat kami terbilang sepi karena matahari beranjak naik, tetap saja mungkin ada beberapa warga yang lewat.

"Iyalah. Masa mau balik ke rumah."

Ibu hanya bisa mengangguk dan beranjak berlutut di rumput di depan Amir. Mulutnya meraih resliting celana Amir hingga membuat celana Amir lolos ke bawah. Mulut ibu kemudian meraih karet celana dalam dan ikut meloloskannya hingga terpampanglah kontol Amir yang menegang. Dengan cepat mulut ibu melahap kontol Amir dengan ganas.

"Wah, bang Amir udah main aja."ujar bapak-bapak tadi yang selesai memperbaiki ban mobil.

"Iya nih. Bapak gak mau coba ?"tanya Amir sambil kontolnya masih disepong.

"Saya mah nanti aja di kamar. Ya udah, mainnya cepet ya nanti kita terlambat lagi."

"Siap bos."ujar Amir yang mendesah kenikmatan karena kuluman ibu membuatnya mencapai klimaks.

Setelah permainan singkat itu, kami masuk ke dalam mobil. Namun sebelum itu aku ingin bermain lebih liar dengan ketiga budakku, pertama-tama, aku menyuruh mereka melepas gamis mereka hingga menyisahkan jilbab mereka. Kemudian aku hamparkan gamis Intan dan Kak Syifa di bawah mobil sebagai karpet sementara ibu kusuruh untuk duduk di depan.

"Nah Intan dan Syifa, tugas kalian adalah menjadi karpet mobil biar kakikita gak kotor. Buat Nur, nanti memekmu buat nyimpen recehan ya buat parkir sama kasih ke pak ogah."

Dengan patuh Intan dan Syifa masuk ke mobil dan berbaring di atas gamis mereka. Ibu juga duduk di kursi depan di samping bapak tadi yang ternyata bernama pak Abdul.

"Beh mantep banget ya karpet mobil kita."komentar Amir sambil meletakan kakinya yang berbalut sepatu ke toked Kak Syifa. Mendapat perlakuan seperti itu Kak Syifa hanya diam saja.

"Iya dong. Budakku mah serba bisa."balasku sambil meletakan kakiku di perut dan memek Intan yang juga diam saja.

"Eh bu, "ujar Pak Abdul yang memasang sabuk pengaman dan seperti sengaja menyenggol toked ibu.

"I..ya..pak."Ibu dengan muka genit membuka lipatan memeknya hingga memperlihatkan memeknya yang kemerahan."Silahkan masukkan pak duitnya."

"Baik bu."dengan wajah senang Pak Abdul mengambil uang receh di dashboard dan memasukannya satu persatu. Tampak sekali tangannya berusah bermain di dalam memek ibu yang membuat mendesah kenikmatan.

"Udah pak jangan lama-lama mainnya. Nanti kita telat loh."kataku mengingatkan.

"Oh, iya."pak Abdul tersenyum nakal sambil menjalankan mobilnya. Terlihat sangat kalau tangannya berusaha mencuri-curi kesempatan untuk menyentuh tubuh telanjang ibu.

"Gimana Mir karpetnya ?"tanyaku pada Amir yang duduk sendirian di belakang.

"Enak banget Ris. Karpetnya empuk dan bikin nagih."

"Iya dong. Buat alas kaki emang harus yang terbaik.

Dengan masih memakai sandal aku menggesekan memek Kak Syifa. Terlihat Kak Syifa menggigit bibirnya agar tidak mendesah karena saat ini dia adalah karpet mobil.

"Eh Ris, kayaknya sandalku kayaknya aga kotor gara-gara hujan semalem nih. Takutnya nanti pas nginjek lantai jadi kotor."ujar Amir.

"Ah, gitu aja repot. Karpet mobil kita kan punya fitur untuk bersihin sendal."

"Gimana tuh caranya."

"Tinggal deketin aja sendalmu ke mulut kayak gini." Aku mengarahkan kaki kiriku yang penuh dengan tanah ke mulut Kak Syifa. Seperti mengerti dengan maksudku, lidah Kak Syifa tanpa rasa jijik mulai membasahi sendalku kemudian dengan giginya dia mulai mengelupas lapisan tanah di sandalku. Bekas tanah itu turun kutubuhanya dan beberapa masuk ke mulutnya. Aku melakukan hal yang sama dengan sandal kiriku.

"Wah bener Ris. Sandalku jadi bershi tapi kayaknya basah nih."

"Gesekin aja di karpet."kataku sambil menggesekan sandalku di toked dan perut Kak Syifa hingga membuat tubuhnya penuh dengan ludah dan bekas tanah. Amir melakukan hal yang sama denganku pada Intan.

Mobil sampai di lampu merah. Terlihat tidak terlalu banyak kendaraan yang melintas. Satu dua pengamen mulai mendekati mobil kami. Melihat kedatangan pengamen itu, Pak Abdul mengambil inisiatif membuka jendela di tempat ibu.

"Wah, ibu kok telanjang ?"tanya seorang pengamen yang mendekati kami.

"Oh, dia cuma tempat nyimpen duit kok. Jadi gak usah pake baju."

"Maksudnya pak ?"

"Coba kamu masukin tanganmu ke memeknya."Pengamen itu dengan ragu-ragu mengulurkan tangannya sementara ibu dengan tanpa malu membuka lipatan memeknya. Tangan pengamen itu sedikit bermain di dalam memek ibu hingga akhirnya dia mengeluarkan tangannya dan mengambil beberapa recehan darinya.

"Wah iya pak. Ada duitnya."

"Bener kan. Ini memek emang cocok jadi celengan."kata Pak Abdul sambil menepuk-nepuk memek Ibu.

Mobil terus berjalan melintasi kota-kota. Karena kaca mobil yang gelap, sehingga orang-orang tidak dapat melihat ke dalam mobil dan melihat 3 mulimah yang sekarang telanjang dengan posisi yang memalukan.

"Eh Ris berhenti dulu ya. Aku pengen kencing nih."

"Ah gitu aja repot. Kencing aja disini."

"Gimana caranya ?"

"Lah itu di bawah lu kan bisa jadi toilet."jawabku jengkel.

"Oh iya gua lupa."Amir tertawa sambil melepas celananya. Seolah mengerti, Intan membuka berlutut di depan kontol Amir dan membuka mulutnya lebar-lebar. Kemudian terdengar suara kencing Amir yang mengalir deras dan semuanya diminum dengan lahap oleh Intan. Setelah selesai kencing, lidah Intan membersihkan kontol Amir dan sisa kencing di bawah.

Setelah perjalanan sejam, kami sampai di sebuah wilayah pinggiran kota yang padat di pinggir sungai. Rumah-rumah semi permanen berdempet-dempetan dengan gang-gang becek dan kumuh. Ini adalah sebuah kawasan bagi para pengamen, pemulung, dan pastinya para pelacur. Daerah ini dikenal sebagai wilayah pusat prostitusi.

"Ini dimana ?"tanya ibu.

"Oh, ini adalah tempat kita tinggal selama di kota."

"Tapi ini bukannya tempat pelacur."imbuh Kak Syifa.

"Lah, kenapa harus malu. Kaliankan lebih rendah dari pelacur."

Ketiga budakku diam saja mendengar kata-kataku. Aku, Amir dan Pak Abdul turun di pinggir sebuah gang. Tak berapa lama Amir mengeluarkan ponselnya dan terdengar menelpon seseorang. Tak selang lama dari dalam gang keluar seorang wanita usia 40an dengan dandanan menor meski punya postur yang agak gemuk. Wanita itu memakai tanktop ketat dan rok mini.

"Perkenalkan, dia Bu Linda."kata Amir memperkenalkan wanita itu pada ketiga budakku.

"Oh, jadi ini lonte-lontenya ya Pak Haris ?"tanya Bu Linda.

"Bukan bu, mereka budak. Lebih rendah dari lonte."Aku tersenyum sambil menjabat tangan Bu Linda."Ayo kasih salam sama Nyonnya Linda."

Ketiga budakku dengan serempak berlutut dan merangkak ke arah Bu Linda. Terlihat Bu Linda sedikit keheranan dengan tingkah budakku."Ini kenapa mereka merangkak."

"Oh iya. Jadi saking hinanya mereka sekarang mereka tak pantas untuk berjabat tangan. Mereka cuma pantas untuk mencium kaki atau kemaluan."

Bu Linda terdiam sejenak mencerna kata-kataku tapi sejenak kemudian dia tertawa setelah paham apa maksudku. Segera ibu, Kak Syifa, dan Intan menunduk mencium kaki Bu Linda dengan takzim. Bu Linda terlihat gemas sambil mengusap kepala mereka yang masih berbalut jilbab.

"Baik semua, ayo kita pergi ke rumah."ujar Bu Linda setelah bermain sejenak dengan budakku.

"Ayo semua."kataku sambil menepuk pelan pantat ibu.

Sepanjang perjalanan banyak tatapan heran yang menatap ketiga budakku karena memakai baju gamis dan jilbab lebar. Namun mungkin mereka menyadari kalau dibalik itu semua ketiga budakku tidak mengenakan apapun lagi.

"Lihat tuh, mereka semua kayaknya nafsu banget liatin kamu."kataku di samping ibu.

"Iya Tuan. Kayaknya mereka tahu kita gak pake daleman."

"Hahahah. Dasar binal."kataku sambil meremas pantat ibu.

Bu Linda mengajak kami ke salah satu bangunan yang cukup besar dengan 2 tingkat namun tidak memiliki halaman. Segera saja Bu Linda membuka pintu rumah dan mempersilahkan kami masuk.

"Eh, Bu Linda, ini tamu-tamunya ?"tanya seorang wanita dengan pakaiaan seperti Bu Linda namun memiliki usia lebih muda dan paras yang lebih cantik.

"Iya Sel. Kenalin ini Haris dan Amir juga ketiga budak mereka. Nur, Syifa, sama Intan."

"Wah, berjilbab lebar begini jadi budak ?"wanita itu bertanya tak percaya.

"Beneran loh lihat aja nih."kataku menepuk pantat ibu. Dengan sigap ibu berlutut dan mencium takzim kaki wanita itu diikuti Intan dan Kak Syifa. Wanita itu dengan riang menepuk-nepuk kepala ketiga budakku.

"Budaknya penurut sekali ya pak."

"Iya dong. Kalau gak nurut ngapain saya tampung. Nanti malah ngerepotin."Aku tertawa diikuti semua orang kecuali ketiga budakku.

"Hebat sekali ya pak bisa mendidik budak kayak mereka."Wanita itu tersenyum menatapku."Oh ya pak kita belum kenalan ya. Nama saya Seli."

"Haris,"balasku memperkenalkan diri.

"Ayo semua kita duduk dulu. Gak enak berdiri terus."Bu Linda mengingatkan.

Akhirnya kami semua duduk di sofa besar di ruang tamu. Seli hendak beranjak ke dapur untuk menyiapkan minuman tapi aku melarangnya. "Gak usah. Biar budak hina ini aja yang nyajikan. Mbak kasih tau aja dimana dapurnya."

"Oh iya. Saya lupa kalau di sini ada budak." Seli tertawa kecil sambil mencubit pipi Intan."Ayo budak-budak kotor. Kita ke dapur."

"Sebentar dulu mbak. Masa budaknya masih pakai baju."

"Benar juga ya pak. Ayo kalian lepaskan gamis kalian. Jilbabnya biarkan saja."Dengan patuh ketiga budakku melepaskan gamis mereka dan menyisahkan jilbab lebar yang kemudian di singkap ke belakang sehingga toked mereka dapat terekspos dengan jelas. Setelah itu Seli mengajak ketiga budakku ke dapur. Tentu saja dengan merangkak.

"Saya kagum sama Pak Haris yang bisa menaklukan mereka jadi budak. Anda memang hebat."

"Ah gak juga kok bu. Merekanya aja yang emang kegatelan. Berjilbab lebar doang tapi sange sama kontol saya."

"Baiklah pak. Tadi Pak Amir bilang kalau Anda ingin melakukan kerja sama dengan saya. Maksudnya apa ya pak ?"

"Begini bu, saya ingin budak saya semakin rusak dan semakin rendah lagi derajatnya."

"Oh Anda ingin menjadikan budak Anda jadi lonte di sini. Bisa kok pak."

"Bukan bu. Budak saya ini kan lebih rendah dari lonte jadi dia gak pantas dapet kehormatan menjadi lonte."

"Terus dijadikan apa ?"

"Begini bu, kami berdua mau supaya ketiga budak itu dipekerjakan sebagai tenaga tambahan atau tenaga kasar. Kami ingin ketiga budak itu direndahkan oleh para lonte di sini."Kali ini Amir yang menjawab.

"Saya masih tidak mengerti."

"Begini bu, nanti ketiga budak ini akan bertindak sebagai penerima tamu. Nanti ketiga budak itu akan dijamah secara gratis oleh para tamu. Kemudian para budak ini akan menjadi pelayan lonte di sini dengan memijat, memandikan, dan mendandani. Lonte ini juga akan menjilati memek para lonte setelah selesai berhubungan. Budak ini juga nanti akan jadi petugas kebersihan."

"Terus bayarannya ?"

"Tenang. Ibu hanya cukup bayar 500 ribu untuk 2 hari karena ketiga budak saya hanya akan datang waktu sabtu minggu. Nanti setelah itu terserah ibu budaknya mau diapain yang penting gak nyampe sakit."Bu Linda manggut-manggut mendengar penjelasanku

"Murah juga ya pak tarifnya."

"Iya dong bu. Kan mereka budak rendahan."

"Baik pak. Saya terima tawaran kerja samanya."

"Tapi sebelum itu ada beberapa syarat yang harus ibu penuhi."

"Apa itu pak ?"

"Begini, pertama saya ingin semua lonte disini mengencingi ketiga budak saya. Nanti makannya cukup dari sisa makanan lonte di sini."

"Oh gampang itu mah,"Bu Linda tertawa pelan,"ada lagi ?"

"Jadi biar di kampung saya tidak curiga, mungkin seminggu saya cuma bisa ngirim 2 budak. Gimana bu ?"

"Ah, gampang mah itu. Lagian bapak juga butuh budak buat nemenin kan ?"

"Ibu tau aja,"aku ikut tertawa pelan.

"Lalu nanti tidurnya di teras ya bu."Tambah Amir."Kasih aja koran buat alas. Nanti banguninnya dikencingin aja."

"Sip. Itu mah gampang diatur."

Tak selang lama ketiga budakku kembali datang dengan posisi merangkak. Di atas punggung mereka ada nampan dengan gelas minuman di atasnya dan beberapa kue kecil. Seli tertawa di belakang melihat tingkah ketiga budakku. Setelah itu Seli menata hidangan di atas meja.

Kami dengan nikmat menikmati semua hidangan itu sementara ketiga budak kami duduk bersimpuh dalam diam. Sementara itu sejenak kami melanjutkan obrolan kami dengan diselingi tawa. Akhirnya aku dan Bu Linda mencapai kesepakatan kerja sama.

"Eh budak hina, kalian haus ?"tanya Amir tiba-tiba.

"Iya tuan."

"Minum nih."Amir menuangkan air di gelasnya ke lantai. Dengan berebutan ketiga budakku meminum air di lantai dengan menjilatinya seperti anjing kehausan. Kami berempat tertawa melihat tingkah mereka

Pameran

"Gimana jadi rencananya ?"tanyaku di dalam pos. Gunawan dan Rahmat yang sebelumnya sedang senang memainkan dada ketiga budakku agak terkejut mendengarnya.

"Tenang aja, kami sudah siapin rencana besar buat pamerin budak bapak."jawab Rahmat tangkas.

"Aman, gak ?"

"Amanlah pak. Kita kan petugas. Ngurus beginian mah gampang."Gunawan tergelak lepas seraya menepuk meja.

"Wah, kalau sama bapak mah kita percaya aja,"tukas Amir.

"Bereslah pokoknya,"ujar Gunawan tertawa. Tangan kirinya yang seperti kegatelan dengan tanpa basa-basi terus menggerayangi toked milik ibu yang besar.

"Jadi gimana rencananya ?"

"Oh, gampanglah nanti. Pokoknya bakalan keren lah."

"Em, kalau bisa mungkin sekarang aja kita lakuin. Nanti biar gak kesorean."

"Bener tuh. Sekarang aja."Rahmat berdiri dan tanpa basa-basi langsung menarik rambut Intan dan kakak yang masih terbungkus jilbab sehingga posisinya yang sebelumnya bersimpuh di kakinya terpaksa berdiri."Tapi sebelum itu, kita harus modifikasi dulu nih bajunya."

"Wah, bener juga. Masa lonte bajunya kayak ustazah."balas Gunawan sambil tertawa lepas. Tangannya segera menarik jilbab ibu hingga dia ikut berdiri.

"Hmm, boleh aja sih pak. Tapi, tolong jilbabnya jangan dilepas ya."

"Tenang. Jilbab bakalan jadi daya tarik buat nih budak. Atasnya ustazah bawahnya kayak lonte."

"Bukan lonte pak. Masa lonte dipamerin kayak piaraan."tukas Amir sambil tertawa lepas.

"Bener juga ya."Rahmat dan Gunawan tertawa lepas bersamaku dan Amir sementara ketiga budakku hanya diam.

"Ayo maju ke depan."Gunawan dengan cabulnya menarik puting ibu dan menariknya ke tengah ruangan.

Gunawan mengambil gunting kemudian mulai menggunting jahitan di sisi gamis ibu. Setelah itu Gunawan mulai menggunting lagi di bagian pangkal paha hingga seluruh paha kanan ibu yang berwarna putih dan sedikit besar terlihat jelas. Gunawan kemudian beralih ke bagian dada. Tangannya sebelum itu bermain sebentar dengan meremas toked ibu hingga ibu mendesah keenakan. Kemudian dia menyibak jilbab ibu ke depan dan membuat pola guntingan melingkar di bagian toked kiri ibu kemudian mengeluarkan toked ibu dari gamis hingga sekarang toked ibu yang seperti pepaya terlihat jelas.

Setelah itu giliran Kak Syifa. Kali ini Rahmat yang bersedia untuk memodifikasi bajunya. Pertama-tama bagian bawah gamis dari lutut kebawah dipotong hingga betis Kak Syifa dapat terlihat jelas. Kemudian Rahmat naik ke atas dan menyingkap jilbab Kak Syifa ke depan. Tangannya kemudian menggunting bagian belakang gamis Kak Syifa hingga sebagian besar punggungnya terlihat jelas. Tak cukup sampai di situ, gunting Rahmat terus turun hingga mengekspos sebagian pantat Kak Syifa.

Terakhir adalah giliran Intan. Kali ini Amir yang akan melakukannya. Amir dengan cepat membuat pola guntingan berbentuk segitiga di bagian memek Intan hingga keselurhan memek Intan yang merekah terlihat jelas. Jari-jemari Amir bermain sejenak dengan mencelupkannya ke memek Intan. Setelah itu Amir menarik lagi jarinya dan menyuruh Intan untuk menjilatinya sampai bersih.

"Wah, pak Amir ini, masa guntingnya segitu doang,"komentar Gunawan.

"Justru di situ seninya. Gamisnya masih tetap menutupi seluruh aurat lainnya. Tapi aurat yang paling penting untuk ditutup malah terekspos ,"jelas Amir seperti seorang desainer. Membuat kami bertiga hanya mangut-mangut mendengarkan.

"Ya sudah, ayo kita pemerkan ketiga budak ini."





Menjelang petang, pasar berangsur sepi. Para pedagang mulai membereskan dagangannya dan beranjak pulang. Begitupun pembeli yang malas berbelanja sesore itu. Biasanya jam segini hampir tak ada lagi yang berada di pasar. Namun masih ada yang memilih bertahan karena dijanjikan penampilan yang menakjubkan.

Dari pos, ketiga budakku berjalan dengan posisi mengakang dan kedua tangan yang diikat kebelakang kepala. Leher mereka dikalungkan dengan tali ke tulisan kertas yang berisi " entot yuk " "toilet pembuangan" "budak pengen peju ". Tentu saja kedatangan ketiga budakku membuatnya menjadi tontonan. Sebagian besar segera membuat kerumunan untuk melihat lebih jelas budak yang dengan tanpa malunya memakai baju yang begitu terbuka sambil membawa tulisan provokatif itu.

"Bapak-bapak, ibu-ibu sekalian, ayo diliat dulu nih budaknya yang lagi ngobral diri gratis. Silahkan dientot boleh, digrape boleh, diblowjob boleh, pokoknya semuanya boleh !"seru Rahmat seperti menjajakan barang dagangannya.

"Ayo bapak-bapak, ibu-ibu, jangan malu-malu. Silahkan dinikmati budaknya !"seru Gunawan menimpali.

"Ini benar budaknya bisa diapain aja ?"tanya seorang ibu-ibu dengan keranjang belanja mendekat kearah Intan..

"Bisa dong, bu."jawab Rahmat."Pokoknya gak usah kasihan sama nih budak."

"Coba saya cek memeknya."Ibu itu mengambil sebuah wortel dan mulai mencoloknya ke memek Intan. Intan seketika menggeleinjang. Pinggulnya dimaju mundurkan untuk menambah sensasi menusuk di memeknya.

"Lagi, lagi, ahhhh,"ujar Intan kenikmatan disambut tawa orang-orang.

Ibu itu sejenak mencabut wortelnya dan menyingkap bagian belakang baju Intan. Kemudian dengan keras wortel itu ditancapkan ke pantat Intan hingga Intan berteriak.

"Ahhhh ! masukin lagi !"ujar Intan kenikmatan. Tangan ibu itu memutar wortel itu hingga wortel itu mengobok-obok bagian dalam pantat Intan yang sempit. intan yang tak kuat berdiri kemudian jatuh tengkurap di jalan sambil terus bergetar oleh rasa nikmat akibat sodokan di pantatnya. Setelah puas bermain dengan wortelnya, ibu itu kembali mencabut wortel itu dan menyuruh intan untuk mengemutnya. Dengan senang hati lidah Intan menjilatinya seperti es krim dan sesekali mengemutnya seperti permen.

"Wah, adik ini kecil-kecil udah binal ya,"komentat ibu itu setelah melihat aksi Intan.

"Iya dong bu, Kan Intan ingin jadi budak binal yang memuaskan banyak orang."

"Bener tuh. Kamu harus lebih binal lagi."Ibu itu tertawa sambil menepuk-nepuk kepala Intan.

Di sisi lain, Kak Syifa sekarang sibuk melayani 3 orang kekar yang mengelilinginya. Kedua tangannya memainkan 2 kontol di sampingnya dengan sesekali diperas hingga kedua orang pemilik kontol itu merem melek kenikmatan. Sementara itu mulut kak Syifa bermain nakal menghisap penis dari pria di depannya dengan sesekali lidahnya bermain di buah zakar pria tersebut.

"Gila, nih cewek jilbab sepongannya mantep banget."ujar pria yang sedang mendapatkan servis blowjob dari Kak Syifa.

"Bener tuh. Tangannya alus lagi mijitin kontol gua,"timpal temannya.

Tak selang lama ketiga pria itu mencapai klimaknya dan memancarkan peju yang cukup banyak dan diarahkan ke kepala Kak Syifa. Dengan binalnya Kak Syifa mengelap peju yang ada ditubuhnya dan kemudian menjilatinya.

"Wah ni cewek emang binalnya gak ketulungan,"tukas seorang pria satunya lagi."Gak ada malunya."

"Tentu saja. Untuk melayani tuan-tuan sekalian, budak ini memang tidak boleh memiliki malu."ujar Kak Syifa tersenyum nakal."Ayo semuanya, jangan malu-malu. Semprotin semua peju kalian ke aku ya."

Di tempat lain, ibu sedang menjadi anjing untuk menghibur sekumpulan gadis remaja. Terlihat ibu begitu menikmati perannya sebagai anjing. Toked kirinya yang besar terlihat bergoyang kencang seiring dengan ibu yang merangkak ke sana kemari.

"Ayo ke sini doggy,"panggil seorang remaja perempuan itu. Ibu dengan semangat merangkak menghampirinya dengan lidah terjulur, nafas terengah-engah, dan pantat bergoyang. Persis seperti anjing yang ingin bermain dengan tuannya.

Gadis itu mengeluarkan sepotong tulang ayam bekas dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Ibu kemudian dengan lidah yang masih terjulur mengangkat tubuhnya dengan posisi mengakang lebar. Gadis itu melemparkan tulang itu yang dengan tangkas ibu kejar dengan merangkak. Ibu kemudian menggigit tulang itu dan membawa kembali ke gadis itu untuk diletakan ke kaki gadis itu.

"Wah, anjing pinter."Gadis itu menepuk-nepuk kepala ibu yang masih tertutup jilbab.

"Guk, guk,"ibu menggonggong sebagai respon sambil terus menjulurkan lidahnya.

"Anjing haus kan ? Aku ada minum, nih."Teman gadis itu mengeluarkan sebotol air dan menuangkannya ke sepatunya. Ibu yang langsung mengerti tanpa malu lagi segera menjilati sepatu basah itu dengan pantat yang sengaja di angkat seperti minta disodok.

"Wah, kayaknya tuh anjing kehausan banget."komentar seorang pengunjung yang melihat tingkat ibu.

"Nih, sebagai terima kasih, jilatin juga dong bagian bawah sepatuku."Gadis itu mengangkat sepatunya dan spontan saja ibu menjilati bagian alas sepatu itu hingga bersih.

"Wih, nih anjing emang serba guna. Sepatu gua yang kayaknya bekas nginjek lumpur aja jadi bersih,"ujar gadis itu takjub sambil menepuk-nepuk kepala ibu.

"Guk, guk."

Aku takjub menyaksikan kelakuan ketiga budakku yang tanpa malu memperkenankan tubuhnya dipermainkan dan dipermalukan. Mereka terlihat begitu menikmati setiap kelakuan orang-orang yang sebenarnya sangat menghina harga diri manusia. Namun berkat ajian yang kugunakan, sekarang mereka seolah tak punya lagi harga diri.

"Ayo semuanya, waktunya kita ke acara puncak. Silahkan bagi bapak-bapak yang berminat bisa langsung entot aja budaknya di wc. Buat ibu-ibu, nanti bisa mainin lagi budaknya ya."ujar Amir kencang. Sontak saja bapak-bapak itu mengangkut tubuh ketiga budakku dan membawanya ke wc umum untuk dientot masal.

Sementara itu aku hanya memperhatikan saja ketika orang-orang yang jumlahnya puluhan berbondong-bondong untuk mencicipi lubang-lubang yang ada di tubuh budakku. Pikiranku melayang membayangkan rencana selanjutnya untuk menambah koleksi budakku.

BONUS : Ibu Amir

Siang telah beranjak naik ketika Bu Salma memasuki rumahnya yang terletak agak di pinggir desa dengan halaman luas yang ditanami dengan berbagai macam tanaman yang memenuhi kebutuhan dapurnya. Bu Salma hidup berdua saja dengan anak lelakinya yang kini beranjak dewasa bernama Amir setelah suaminya meninggal beberapa tahun yang lalu.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Bu Salma berjualan aneka makanan kecil di dekat pasar sementara anaknya mengurusi kebun karet warisan dari suaminya. Meski hidup pas-pasan, Bu Salma cukup senang karena setidaknya anak kesayangannya dapat tumbuh dengan baik.

Di rumahnya, seperti biasa tidak ada orang. Amir pastilah masih ada di kebunnya. Perlahan Bu Salma meletakan sisa dagangannya dan melepas jilbabnya. Udara di luar sangat panas membuatnya begitu berkeringat. Tangannya menggapai teko yang ada di meja dapur dan menuangkan isinya ke sebuah gelas untuk kemudian dia minum dengan nikmat.

Usai beristirahat sejenak, Bu Salma mulai berjalan menelusuri rumah sambil membawa sapu untuk membersihkan lantai rumah karena di pagi hari dia pasti tak sempat untuk membesihkannya. Perlahan tangannya dengan telaten menyapu keseluruhan lantai rumah. Pantatnya yang semok terlihat bergoyang indah menggoda siapapun jika sempat melihatnya.

Hingga akhirnya Bu Salma sampai di kamar anaknya. Begitu dia masuk, Bu Salma seketika terkejut sebab matanya menangkap beberapa celana dalam miliknya yang berceran di ranjang anaknya.

"Apa-apaan ini !"benak Bu Salma melihat celana dalamnya yang sempat hilang beberapa hari yang lalu kini berserakan di atas ranjangnya. Pikirannya seketika mengambil kesimpulan kalau anaknyalah yang melakukan hal bejat itu.

Dengan perasaan marah Bu Salma meraup semua celana dalamnya. Namun sudut matanya menangkap noda aneh di hampir semua celana dalamnya. Hidungnya segera menangkap aroma yang familier meskipun sudah lama Bu Salma tidak menciumnya.

"sperma !"cetus Bu Salma dalam hati. Perlahan celana dalam itu didekatkan ke hidungnya untuk mencari sisa aroma sperma dan benar saja, aroma itu adalah bau sperma.

Begitu menciumnya lebih seksama, Bu Salma merasakan getaran aneh dari tubuhnya. Kepalanya serasa melayang dan tubuhnya bernagsur panas dibakar oleh nafsu yang tiba-tiba saja muncul. Benaknya segera dibanjiri dengan bayangan tubuh anaknya yang atletis dan juga fantasi akan kontol anaknya yang besar dan panjang.

Bu Salma merasakan rasa gatal di memeknya. Tangan kirinya bergerak spontat menggesek-gesek memeknya dari luar gamisnya. Sementara itu tangan kanannya yang memegang celana dalamnya sendiri terus membekap mulut dan hidungnya dan memaksanya untuk terus mencium sisa sperma dari anaknya.

Tak puas hanya bermain di luar jilbabnya, Bu Salma menyingkap gamisnya hingga sepinggang kemudian menurunkan celana dalamnya. Tangan kirinya kini bermain lebih ganas dengan memasukan jari jemarinya ke dalam belahan memeknya. Sementara itu matanya merem melek membayangkan kalau kontol anaknya menusuk dalam memeknya.

Entah kenapa muncul nafsu aneh di kepala Bu Salma. Dia tidak lagi memandang Amir sebagai anaknya melainkan sebagai sosok pejantan untuk memuasaknnya. Pikirannya hanya seputar bayangan mengenai kontol anaknya yang menyodok-nyodok memeknya.

Merasa tak puas dengan celana dalamnya, Bu Salma beranjak ke cucian. Di sana dia menciumi sepuasnya pakaian Amir yang dipenuhi keringat terutama celana dalamnya. Ketika melakukan kegiatan itu, keringat mengucur deras dari tubuhnya. Bu Salma merasa risih masih menggunakan gamis akhirnya menyingkap gamis itu beserta dengan bh nya. Kemudian tangan kirinya kembali beraksi mengaduk-aduk memeknya.






Malam beranjak datang menggantikan siang. Amir baru saja pulang dari kebun ketika azan maghrib berkumandang. Bu Salma yang biasanya akan menanyakan perihal dirinya yang datang terlambat sekarang bungkam. Pandangannya terpaku melihat tonjolan yang samar terlihat di balik celana yang Amir gunakan.

Malam itu, Amir memutuskan tak mandi jadi tubuhnya yang berkeringat masih terlihat jelas. Bu Salma yang biasanya akan uring-uringan jika anak lelakinya berlaku jorok kali in bungkam. Hidungnya sedang dimanjakan dengan bau keringat anaknya.

Malam itu mereka berdua makan dengan lahap. Tidak ada percakapan di antara mereka. Namun Bu Salma merasakan perasaan yang begitu aneh ketika menatap anaknya. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan kotor mengani anaknya yang menuntun matanya untuk terus memperhatikan kontol anaknya yang masih tersembunyi rapi di balik celananya.

Semakin lama Bu Salma merasakan hawa panas keluar dari tubuhnya seiring dengan nafasnya yang berubah menjadi desahan. Perlahan tangan kirinya menyingkap gamisnya dan langsung mencolok memeknya yang tak terlindungi dengan celana dalam. Amir sekilas melihat kelakuan ibunya tapi memutuskan abai dan melanjutkan menyantap makanan di depannya.

"Aduh, Amir malah kebelet lagi nih,"cetus Amir terlihat menggeliat tak nyaman dikursinya. Bu Salma tak melepaskan pandangan terutama ketika Amir beranjak berdiri sehingga kontolnya terlihat lebih jelas.

"Eh, jangan kencing di kamar mandi,"kata Bu Salma dengan nafas yang tak teratur.

"Memang kenapa, bu ?"Tanya Amir bingung.

"Eh, to...iletnya lagi rusak."

"Terus Amir kencing dimana ?"

"Di....sini...a...ja..."cetus ibunya.

"Masa di sini. Malu lah !"protes Amir.

"To...long..nak..."Bu Salma yang sudah dikuasai nafsu kini menjatuhkan dirinya kemudian beranjak ke kaki Amir. Pikirannya sekarang dipenuh damba akan kontol anaknya sendiri.

"Gak mau lah !"Amir masih kukuh.

"Tolong, nak."Bu Salma kini berlutut mencium kaki Amir."Ibu ingin melihat kontolmu yang perkasa."

"Ibu gak punya malu apa. Masa mau lihat kontolku."

"Ibu gak butuh malu. Ibu cuma pengen kontolmu."Tanpa terasa air mata mulai menggenang di mata ibunya."Ibu mohon nak. Biarkan ibu melihat kontolmu. Ibu bersedia mencopot semua harga diri ibu. Kamu berhak memerintahkan ibu apa saja asalakan kamu menunjukkan ibu kontolmu yang perkasa."

Amir menyeringai senang melihat perubahan ibunya yang biasanya galak sekarang menjadi tak berdaya karena mendamba kontolnya. Sepertinya ramuan yang diberi sahabatnya benar-benar ampuh.

"Tapi, Amir gak mungkin memperlihatkan kontol Amir pada ibu sendiri."

"Tolonglah, nak,"bujuk ibunya lagi.

"Boleh saja. Asalkan ibu mau bersumpah akan menjadi budak yang akan melayani dan menuruti semua permintaan Amir. Jika ibu menjadi budak, maka ibu bukan ibu Amir lagi dan hanyalah alat pemuas bagi Amir."

"Baiklah. Asalkan bisa melihat kontolmu yang mulia."

"Kalau begitu, ibu bisa langsung sumpah untuk menjadi budakku abis itu cium kakiku.

"Aku, Salma, dengan ini akan menyerahkan segenap jiwa raga untuk melayani tuan saya, Amir. Saya akan menyerahkan tubuh saya untuk memenuhi hasrat tuan saya dan akan menuruti semua permintaannya."Perlahan Bu Salma yang sudah dikuasai nafsu semata mencopot gamisnya dan mencium kaki anaknya."Terimalah saya menjadi budakmu."

"Hahaha. Bagus, bagus,"Amir menepuk-nepuk kepala ibunya sambil tertawa lepas. "Nih, hadiah buatmu."

Amir meloloskan celananya hingga kontolnya yang panjang terlihat mencuat tegang. Kemudian seketika semburan air seni berawarna kekuningan menyembur kencang. Bu Salma seperti kehausan meminum semuanya termasuk yang berceceran di lantai. Amir-menepuk-nepuk kepala ibunya dengan senang sementara Bu Salma menjilati kontolnya untuk mencari sisa air seni.

Malam itu, satu budak baru kembali takluk oleh Gendhing Abira Abilasa. Hanya tinggal menunggu waktu hingga seluruh desa jatuh kedalam mantra yang sama






Pagi cerah menyapa desa permai. Hari itu aku datang ke rumah Amir usai mendapatkan kabar kalau ibunya kini telah takluk menjadi budaknya. Tentu saja ini menjadi kabar gembira karena mendapatkan budak baru diluar keluargaku.

"Selamat datang Tuan Haris."sambut Bu Salma yang sudah siap berdiri di belakang pintu. Dia sigap berlutut dan mencium kakiku dengan takzim. Aku tersenyum riang seraya menepuk-nepuk kepalanya.

"Eh, udah dateng,"ujar Amir melihat kedatanganku. Tapi dia tidak langsung menyalamiku melainkan langsung menghajar toked milik ibu dan Kak Syifa.

"Kau ini, bukannya sahabat di sambut malah langsung grape toked orang."

"Mau gimana lagi. Di rumah cuma ada satu budak yang bisa gua pake."

"Makanya hari ini spesial gua kasih ketiga budakku."Aku memberi isyarat yang disambut dengan ketiga budakku yang mencopot semua pakaian mereka kecuali jilbab."Tapi aku minta ganti loh."

"Tenang aja. Budakku budakmu juga."Amir memberi isyarat yang segera diterjamahkan dengan Bu Salma yang melepas semua bajunya kecuali jilbanya juga. Aku tersenyum senang melihat tuubuh Bu Salma yang berhias toked yang cukup untuk satu kepalan dan pantat yang begitu besar hingga terasa tak proposional. Memeknya sendiri terlihat cukup lebat ditumbuhi jembut dan agak melar.

Hari ini aku mulai langkah baru dalam menaklukkan wanita di desaku. Untuk selanjutnya, aku akan mengandalkan ketiga budakku dan Amir untuk merekrut budak baru. Aku jadi tak sabar melihat seluruh wanita di desaku berubah menjadi budak yang siap memuaskanku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd